Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Sistem Informasi Orang Terlantar (SIM-LONTAR)

Melalui Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)


di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Muhammad Nurhuda Syahroni Yaman

S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Nurhuda.sy@gmail.com

Eva Hany Fanida S.AP.,M.AP.

S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
efanida@yahoo.com

Abstrak

Teknologi mulai diterapkan di berbagai instansi pemerintahan seluruh Indonesia, salah satunya adalah Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur, pada prakteknya Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur memadukan sistem informasi dengan sebuah
layanan, layanan tersebut adalah Sistem Informasi Orang Terlantar (SIM-LONTAR). Layanan tersebut berfungsi untuk
melayani orang terlantar di Jawa Timur, berfokus pada orang terlantar untuk kembali ke daerah asal dengan aplikasi.
Sedangkan Tujuan penelitian ini adalah untuk deskripsikan tentang Evaluasi Sistem Informasi Orang Terlantar (SIM-
LONTAR) Melalui Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) di Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur. Dalam hal ini jenis penilitian yang digunakan untuk melakukan penelitian tentang Evaluasi Sistem Informasi
Orang terlantar (SIM-LONTAR) di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan proses analisis dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan
dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senentiasa menggunakan logika ilmiah. Hasil penelitian
dari Evaluasi SIM-LONTAR di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur melalui model Unified Theory of Acceptance and
Use of Technology (UTAUT) Venkatesh et al (2003: 447) dapat diketahui bahwa dari model evaluasi tersebut penulis
mendapati beberapa kesimpulan diataranya: (1). Harapan Kinerja pada proses pemulangan orang terlantar melalui
aplikasi SIM-LONTAR dirasa sudah memenuhi harapan kinerja, tebukti ketika penerapan aplikasi tersebut terdapat
penurunan jumlah orang terlantar yang dipulangkan mencapai 10% hingga 15% stelah aplikasi ini berjalan, (2) Harapan
usaha, merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk suatu tindakan yang memiliki tujuan, sedangkan tujuan dari
SIM-LONTAR ini berupa perbaikan dari proses pemulangan orang terlantar sebelumnya, hingga aplikasi ini digunakan
banyak data yang mulai terinegrasi dan terdata dengan baik, (3) Pengaruh sosial, Pengaruh sosial memberikan dampak
bagi sekitar adapun dampak langsung dari aplikasi ini adalah dampak kemudahan penggunaan layanan pemulangan
orang terlantar bagi Dinas Sosial Jawa Timur, selanjutnya adalah tingkat kepuasan pengguna layanan, dengan tingkap
kepuasan 85% - 90% menyatakan puas setelah menggunakan layanan ini, (4) kondisi fasilitas untuk menunjang aplikasi
SIM-LONTAR mulai dari pengadaannya yang menghabiskan APBD sebanyak Rp.43.000.000,- meliputi pemindai sidik
jari, kamera dan Sistem Informasi Orang Terlantar / SIM-LONTAR. selain itu fasilitas penunjang lainnya seperti
shelter/tempat istirahat dan konsumsi telah disediakan untuk fasilitas pemulangan orang terlantar.

Kata Kunci: Teknologi, Evaluasi Sistem Informasi, dan Pelayanan

Abstract
Technology began to be applied in various government institutions throughout Indonesia, one of them is Social Service
of East Java Province, in practice Social Service of East Java Province combine information system with a service,
service is Information System of Displaced Person (SIM-LONTAR). The service serves to serve displaced persons in
East Java, focusing on displaced people to return to their home areas with applications The purpose of this research is
to describe Evaluation of Displaced Person Information System (SIM-LONTAR) using Unified Theory of Acceptance
and Use of Technology (UTAUT) in East Java Provincial Social Office. In this case the type of research that is used to
conduct research on Evaluation of Information System for Displaced Persons (SIM-LONTAR) in Social Service of East
Java Province is descriptive qualitative research method. Research with a qualitative approach emphasizes the process
of analysis of the inductive thinking process relating to the dynamics of relationships between observed phenomena,
and perpetual use of scientific logic. The results of the evaluation of SIM-LONTAR in the Social Service of East Java
Province through the model of Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Venkatesh et al (2003:
447) can be seen that from the evaluation model the authors found several conclusions: (1). Performance expectations
on the return process of displaced persons through the SIM-LONTAR application are considered to meet performance
expectations, when application of the application has decreased the number of displaced persons who returned to reach
10% to 15% after this application runs, (2) business expectation, the purpose of the SIM-LONTAR is the improvement
of the process of returning previous displaced persons, until this application used a lot of data that began integrated
and well-recorded, (3) Social influence, Social impacts have an impact for the immediate impact of this application is
the impact of ease of use of the return service of neglected persons to the East Java Social Service, hereinafter is the
level of service user satisfaction, with the satisfaction of 85% - 90% expressed satisfaction after using this service, (4)
condition of facility support SIM-LONTAR applications starting from the board The funds that spend APBD as much as
Rp.43.000.000, - include fingerprint scanner, camera and Displaced Person Information System / SIM-LONTAR.
besides other supporting facilities such as shelters / rest areas and consumption has been provided for the return of
displaced persons.

Keywords: Technology, Evaluation of Information Systems, and Services

PENDAHULUAN memanfaatkan program tersebut untuk mendapatkan


E-government mulai diterapkan di berbagai instansi layanan pulang gratis oleh Dinas Sosial, dengan
pemerintahan seluruh Indonesia, salah satunya adalah berpura-pura terlantar mereka datang ke Dinas Sosial
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, pada prakteknya untuk mendapatkan fasilitas tersebut. Maka dari itu
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur memadukan sistem adanya SIM-LONTAR bertujuan untuk meminimalisir
informasi dengan sebuah layanan, layanan tersebut pelanggaran tersebut, sehingga bagi oknum yang
adalah Sistem Informasi Orang Terlantar (SIM- berpura-pura terlantar dapat merasakan jera dan tidak
LONTAR). Layanan bebrbasis Internet Tecnology (IT) kembali lagi sebelum mempunyai skill dan bekal,
berfungsi untuk melayani orang terlantar di Jawa seperti yang diungkapkan oleh Dewan komisioner I
Timur, berfokus pada orang terlantar untuk kembali ke Dinas Sosial Jawa Timur.
daerah asal dengan aplikasi, program yang sudah
berdiri sejak Januari tahun 2015 lalu memberikan “Dulu sebelum ada program SIM-LONTAR
layanan bagi orang terlantar, seperti biaya transportasi, banyak orang yang ngaku-ngaku terlantar
uang saku, tempat tinggal sementara, ruang istiraha dan mas, dulu masih bisa adu argumen tapi kalau
masih banyak lagi. Program SIM-LONTAR didasari sekarang kan yang sudah dipulangkan gratis
oleh Undang Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (1) tidak dapat mengulanginya lagi, soalnya
yang menjelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak database sudah kami simpan, seperti
terlantar ditanggung oleh negara, serta Undang Undang fingerprint, lensa, sketsa wajah dan lain-lain,
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Penyeleggaraan jadi mereka tidak bisa mengelak atau
Kesejahteraan Sosial. berbohong” (wawancara dengan Bapak
Maulana )
Setelah udang-undang tersebut diterbitkan,
masih banyak ditemukan orang-orang terlantar Dari permasalahan yang timbul semenjak
khususnya di kota besar yang belum mendapat program ini terealisasi dua tahun yang lalu, perlu
perhatian dari pemerintah, oleh karenanya banyak adanya evaluasi mendalam terkait Evaluasi Sistem
ditemukan orang-orang terlantar berkeliaran di pinggir Informasi Orang Terlantar di Dinas Sosial Provinsi
jalan atau ditempat umum lainnya. Menteri Sosial Jawa Timur. Evaluasi tersebut nantinya diharapkan
Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa ada mampu memerikan masukan-masukan terkait
sedikitnya sekitar puluhan ribu orang terlantar di 16 pengembangan SIM-LONTAR, adapun model evaluasi
provinsi pada tahun 2017, dengan jumlah orang yang penulis pilih dalam penelitian ini adalah Unified
terlantar terbanyak berada di Jakarta sebanyak 7600 Theory of Acceptance and Use of Technology
jiwa disusul oleh provinsi Jawa Tengah sebanyak 5000 (UTAUT) Venkatesh et al (2003: 447) model evaluasi
jiwa dan Jawa Timr sebanyak 2000 jiwa (sumber: tersebut dipilih karena evaluasi sistem informasi
http://majalahkartini.co.id ). Dari jumlah yang telah tersebut memliki fokus-fokus penelitian khusus dalam
disebutkan, Provinsi Jawa Timur menempati posisi mengidentifikasi masalah seperti harapan kinerja,
ketiga terbanyak tingkat nasional sebanyak 2000 jiwa, harapan usaha, pengaruh sosial dan kondisi fasilitas.
hal tersebut membuat program SIM-LONTAR harus Selain itu model evaluasi sistem informasi Unified
bekerja ekstra dalam menangani kasus orang terlantar, Theory of Acceptance and Use of Technology
disebutkan bahwa pada tahun 2017 Dinas Sosial (UTAUT) merupakan pengembangan dari model-model
Provinsi Jawa Timur memulangkan sedikitnya 1300 evaluasi sistem informasi sebelumnya, diataranya
orang terlantar ke daerah asal, dimana 94% dari jumlah Theory of Reasoned Action (TRA), Technology
tersebut berasal dari lintas provinsi (sumber: acceptance model (TAM), motivation model (MM),
http://jatim.tribunnews.com ). theory of planned behavior (TPB), combined TAM &
TPB, model of PC utilization (MPTU), innovation
Melihat banyaknya kasus orang terlantar di diffusion theory (IDT) dan social cognitive theory
Jawa Timur, terdapat beberapa oknum yang (SCT). Model UTAUT dinilai lebih kompleks untuk
mengevaluasi sistem informasi khususnya dalam Model evaluasi UTAUT menjadi fokus penelitian dari
mengevaluasi Sistem Informasi Orang Terlantar, dan evaluasi program ini dengan minitikberatkan pada
untuk memastikan bahwa program SIM-LONTAR ini faktor-faktor krusial seperti harapan kinerja, harapan
berjalan dengan baik sesuai dengan model evaluasi usaha, pengaruh sosial dan kondisi fasilitas, sesuai
yang dipilih, maka penulis tertarik untuk melakukan dengan apa yang penulis temukan di lapangan. Model
penelitian dengan judul Evaluasi Sistem Informasi evaluasi ini selain berfokus pada penyedia layanan juga
Orang Terlantar (SIM-LONTAR) Melalui Unified berfokus pada pengguna dan pihak yang terkait dalam
Theory of Acceptance and Use of Technology program ini, berikut adalah hasil dari evaluasi SIM-
(UTAUT) di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. LONTAR di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur melalui
model Unified Theory of Acceptance and Use of
METODE Technology (UTAUT) Venkatesh et al (2003: 447):
Dalam hal ini jenis penilitian yang dipakai untuk
melakukan penelitian tentang Evaluasi Sistem 1. Harapan Kinerja
Informasi Orang terlantar (SIM-LONTAR) di Dinas Harapan kinerja merupakan keinginan dimana
Sosial Provinsi Jawa Timur adalah metode penelitian pengguna dapat merasakan keuntungan dalam
deskriptif kualitatif. Penelitian dengan pendekatan menggunakan aplikasi tersebut, Selain itu dari hasil
kualitatif menekankan proses analisis dari proses temuan penulis tentang profil SIM-LONTAR
berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dijelaskan bahwa terdapat beberapa kelebihan SIM-
dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan LONTAR diataranya: a) Penyelesaian administrasi
senentiasa menggunakan logika ilmiah. Pendekatan seperti identifikasi, rujukan, administrasi keuangan
tidak berarti tanpa dukungan dari data kuantitatif, tetapi dapat dikerjakan sekaligus dengan menggunakan
lebih ditekankan pada kedalaman berfikir formal dari dukungan aplikasi SIM-LONTAR. Sesuai dengan
peneliti untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, temuan penulis di lapangan, aplikasi tersebut
dalam penelitian ini terkait evaluasi sistem informasi menghasilkan surat keluaran yang dibutuhkan oleh
orang terlantar atau SIM-LONTAR penulis pengguna, seperti kwitansi penyerahan dana, surat
menemukan definisi antara penelitian deskriptif dan jalan dan perizinan tembusan langsung dari Kepala
penelitian kualitatif yang disebutkan oleh para ahli, Bidang. b) Tersedianya Standar Operasional Prosedur
berikut adalah penjelasannya. yang sinergis dan mendukung pelaksanaan pelayanan.
Penerapan SIM-LONTAR di Dinas Sosial Provinsi
HASIL DAN PEMBAHASAN Jawa Timur memiliki SOP yang jelas, seperti yang
Munculnya SIM-LONTAR didasari oleh beberapa dilampirkan oleh penulis pada Bab Lampiran bahwa
faktor diataranya, banyak penyalahgunaan kebijakan terdapat 12 langkah pemulangan orang terlantar dengan
pemulangan orang terlantar, administrasi orang estimasi waktu yang telah disebutkan, adapun SOP
terlantar yang kurang baik, proses pemulangan orang pemulangan orang terlantar sebelum adanya SIM-
terlantar yang memakan waktu yang lama dan masih LONTAR tidak tersedia, seperti yang diungkapkan
banyak lagi, adanya SIM-LONTAR merupakan solusi oleh Kepala Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial.
dari masalah tersebut khususnya dari segi kualitas c) Proses identitikasi selain pengampilan foto secara
layanan di Dinas Sosial Jawa Timur. Aplikasi SIM- terintegrasi, juga setiap orang telantar diidentifikasi
LONTAR didasari oleh Undang-undang Dasar 1945 dengan menggunakan finger print, dan salahsatu
Pasal 34 ayat (1) yang menjelaskan bahwa fakir miskin kelebihan dari SIM-LONTAR adalah kelengkapan data
dan anak-anak terlantar ditanggung oleh negara, serta melalui finger print, proses seleksi calon pengguna
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang melalui finger print ini dirasa cukup efektif ketika
Penyeleggaraan Kesejahteraan Sosial. Inovasi yang banyak permohonan yang ditolak atas dasar kesamaan
sudah diterapkan sejak Januari 2015 tersebut telah data finger print, adapun dokumentasi melalui foto
melayani ribuan orang terlantar dengan daerah asal dirasa kurang maksimal karena untuk merubah
yang bervariatif, mulai dari lintas provinsi hingga antar tampilan tidaklah sulit dan pengguna banyak yang
pulau, program yang sudah berjalan hingga tahun ke melakukan hal tersebut guna mengelabui petugas,
dua ini tidak selamanya berjalan sesuai harapan, hal namun hal tersebut tidak berlaku untuk merubah sidik
tersebut dilihat ketika terjadi kendala-kendala dan jari. d) Pengesahan dokumen bisa dilakukan on the
kekurangan dalam penerapannya, mulai dari layanan, spot langsung oleh Kepala Bidang atau Kepala Seksi
penyalahgunaan program hingga fasilitas yang kurang yang ada dengan surat pendelagsian sehingga
sesuai dan masih banyak lagi. Kelemahan dari program mempercepat pelayanan. Sesuai apa yang penulis
tersebut bukan semata karena kesalahan penyelanggara temui di kantor bahwa untuk proses pengesahan
dan pengguna, namun masih banyak faktor yang dokumen dapat dilakukan dalam satu aplikasi,
membuat program tersebut dirasa kurang sempurna. sehingga petugas yang bertanggungjawab terkait
Sehingga pada akhirnya penulis mencoba untuk pengesahan dokumen tidak dipersulit oleh alur
mengevaluasi dan menyesuaikan program tersebut tersebut. e) Fasilitasi pemulangan orang terlantar
dengan model evaluasi Unified Theory of Acceptance berkerja sama dengan penyedia operator transportasi
and Use of Technology (UTAUT) Venkatesh et al dalam penyediaan tiket, sehingga pelayanan lebih
(2003: 447) cepat. Dalam hal ini Bidang Bantuan dan Perlindungan
Sosial telah bekerjasama dengan pihak penyedia Timur. Selain itu aplikasi SIM-LONTAR juga
transportasi laut, sehingga dapat mempercepat proses merupakan langkah Dinas Sosial Jawa Timur dalam
pemulangan. f) Mekanisme kerja ini membuktikan meningkatkan akuntabilitas layanan, terbukti ketika
bahwa pelayanan administrasi dapat diselesaikan penulis mencoba merekap data dari tahun dan tanggal
dengan jaminan 1 jam selesai dan 3 jam untuk tertentu semua dapat diproses dan
pemulangan lintas pulau, kecuali pemulangan yang dipertanggungjawabkan, namun terdapat kekurangan
harus mengikuti jadwal pelayaran, maka waktu yang penulis temukan dalam perekapan data, yakni
menyesuaikan. Untuk kepastian bahwa pengguna dapat kurangnya jenis kelamin dalam data jumlah orang
pulang ke daerah asal hanya membutuhkan waktu 1 terlantar, tidak tersedianya grafik jumlah orang
jam, namun untuk jadwal kepulangan khususnya diluar terlantar berdasarkan gender, namun hasil dari
Pulau Jawa yang penulis temukan dilapangan adalah akuntabilitas tersebut disambut baik oleh ispektorat
lebih dari 3 jam, hal tersebut dikarenakan adanya dengan mengapresiasi langkah akuntabilitas tersebut,
beberapa rute perjalanan laut yang hanya ada 2 kali selain itu penulis juga menemukan adanya
dalam sehari untuk keberangkatan ke Pulau Sulawesi. pencadangan data secara manual yang ditulis pada
g) Database penanganan langsung di upload secara buku khusus perekapan data, hal tersebut dilakukan
online dan bisa di akses oleh semua pihak. Adapun untuk menghinari trouble dari suatu sistem sehingga
kelebihan ini tidak ditemukan di lapangan, hal tersebut dalam aspek ini aplikasi SIM-LONTAR dapat
diperkuat oleh Kepala Bidang Bantuan dan dikatakan cukup baik.
Perlindungan Sosial bahwa aplikasi SIM-LONTAR
tidak dan belum bisa di proses secara online. h) Orang-orang terlantar yang mengajukan
Terbentuk Tim penaganngan Orang Telantar. Yang permohonan untuk kembali ke daerah asal memiliki
dimaksud tim penanganan orang terlantar disini adalah alasan dan sebab akibat mereka terlantar, penulis
anggota Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial yang melakukan wawancara terkait hal tersebut dengan
terdiri ari 4 aparatur sipil negara, dibawahi oleh Kepala beberapa pengguna SIM-LONTAR, diataranya
Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial. i) sebagian dari mereka adalah korban kriminal, dan
Tersedianya shelter penampungan sementara yang sebagian lagi berasal dari masalah ekonomi, kehabisan
terpadu antara pelayanan anak telantar pekerja migran ongkos dan lain-lain. Hal tersebut diperkuat oleh data
bermasalah dan orang telantar. Adapun untuk SIM-LONTAR tahun 2016 dimana jumlah tertinggi
penampungan sementara atau shelter yang tersedia di adalah korban kriminal yang mendominasi pengguna
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dirasa kurang layak sebanyak 497 pengguna atau sekitar 40,56% dari total
untuk penampungan sementara orang terlantar, dilihat pengguna SIM-LONTAR, selanjutnya yaitu masalah
dari kondisi dan fasilitas masih banyak yang harus ekonomi dengan jumlah 474 pengguna atau 38,7%,
diperbaiki, terutama dari segi penampilan dan fasilitas selanjutnya perdagangan manusia atau human
shelter. trafficking sebanyak 173 pengguna atau 14,15% dan
korban penipuan/korban kekerasan sebanyak 81
2. Harapan Usaha pengguna atau 6,6% dari total pengguna SIM-
Harapan usaha menurut Venkatesh, et al LONTAR, dengan jumlah dari keseluruhan orang
(2003: 428-436) adalah tingkat kemudahan suatu terlantar pada tahun 2016 yang dipulangkan oleh Dinas
sistem dalam penerapannya, dalam hal ini penulis Sosial Jawa Timur sebanyak 1.225 OT.
mencoba menggali tentang kemudahan yang didapat
setelah adanya SIM-LONTAR sesuai temuan yang 3. Pengaruh Sosial
penulis dapatkan di lokasi. Dari hasil wawancara Selanjutnya pada aspek pengaruh sosial
dengan penyedia apliaksi, dijelaskan bahwa SIM- aplikasi SIM-LONTAR juga telah bekerjasama dengan
LONTAR mengintegrasikan data orang terlantar untuk Kepolisian Daerah Jawa Timur melalui Sentra
selanjutnya dilakukan assesmen, selanjutnya dari Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Dinas Sosial
proses tersebut pihak penyedia layanan akan dapat Provinsi Jawa Timur bekerjasama dalam hal
dengan mudah mencegah penyalahgunaan keibijakan pemulangan orang terlantar, bentuk kerjasam tersebut
pemulangan orang terlantar, dengan begitu anggaran tertera dalam MoU yang penulis dapatkan dalam
untuk pemulangan orang terlantar dapat ditekan. Aspek penelitian di Kepolisian Daerah Jawa Timur, berikut
keintegrasian data memang sudah berjalan dengan adalah bentuk kerjasamnya: Pelayanan yang diberikan
baik, namun dalam aspek integrasi jaringan masih oleh PIHAK KESATU (SPKT Polda Jatim) kepada
dirasa kurang, melihat bahwa aplikasi SIM-LONTAR orang terlantar meliputi : a), Pelayanan penerimaan
belum terhubung ke internet dan dari hasil wawancara pelaporan orang terlantar; pada layanan penerimaan
penulis terhadap pihak penyedia dikatakan bahwa, orang terlantar dilakukan di Sentra Pelayanan
aplikasi SIM-LONTAR akan dilakukan Kepolisian Terpadu (SPKT) Kepolisian Daerah
pengembangan-pengembangan dan perbaikan untuk (POLDA) Jawa Timur, gedung tersebut terletak di
selanjutnya dengan perbaikan tersebut aplikasi SIM- pintu masuk POLDA Jatim sehingga bagi penulis
LONTAR akan terhubung internet untuk tahun yang maupun mengguna dapat dengan mudah
akan datang, adapun untuk sementara penggunaan menemukannya; b), Pelayanan penginputan data
aplikasi hanya sebatas lingkungan di Dinas Sosial Jawa dilaksanakan secara akurat dan tepat sehingga dapat
jaminan pelayanan dari dinas sosial; dalam hal
pengimputan data pihak SPKT menggunakan aplikasi diberikan oleh bagian Umum Seksi Perlindungan
SKOT; c), Melakukan identifikasi dan assement Sosial Korban Bencana Sosial. Pemberian layanan
kepada orang terlantar terkait keterangan yang ada advokasi tersebut sudah berjalan sesuai dengan tujuan,
apakah orang terlantar masuk kedalam daftar pencarian namun hal tersebut dirasa kurang maksimal karena
orang hilang, daftar pencarian orang pelaku pidana atau layanan advokasi tidak diberikan oleh staff ahli di
pernah melaporkan diri sebelumnya dalam pelayanan bidang tersebut, oleh karenanya untuk kedepan nanti
orang terlantar sehingga dapat dilakukan tindak Ianjut perlu adanya ruangan khusus untuk layanan tersebut.
terhadap orang tenantar tersebut; d), Pelayanan b), Tempat Istirahat Shelter, pada fasilitas ini penulis
penerbitan Surat Pernyataan orang terlantar; surat mencoba meninjau langsung ke lokasi
tersebut nantinya digunakan untuk diajukan pada dinas peristirahatan/Shelter dan melakukan wawancara oleh
sosial, c), Pelayanan penerbitan SKOT; surat tersebut beberapa pengguna fasilitas tersebut, penulis
merupakan syarat kelengkapan dalam proses pengajuan mendapati fasilitas yang disediakan kurang memadai,
SIM-LONTAR, penerbitan surat tersebut sekaligus melihat bahwa hanya tersedia kasur, kipas angin dan
proses seleksi bagi orang terlantar untuk mengetahui tempat minum. Selain itu penulis melakukan
bahwa yang bersangkutan terlibat tindak kriminal atau wawancara oleh pengguna maupun penyedia layanan
tidak, d), Pelayanan bersama Organda untuk tersebut, oleh Kepala Seksi Perlindungan Sosial
melakukan sosialisasi aplikasi online SKOT kepada Korban Bencana Sosial dibenarkan bahwa fasilitas
awak armada angkutan; e), Pelayanan penghantaran tersebut memang kurang layak untuk sebuah Shelter,
orang terlantar ke Dinas Sosial/ORGANDA; setelah berikutnya menurut pengguna SIM-LONTAR bahwa
proses identifikasi melalui aplikasi SKOT pengguna telah menggunakan Shelter sebelumnya di Dinas Sosial
diatar pada Dinas Sosial Jawa Timur untuk diteruskan Jakarta Pusat memberikan tanggapan bahwa, fasilitas
pada aplikasi SIM-LONTAR, f), Pelayanan yang didapatkan tidak seperti yang ia rasakan di
penghantaran orang terlantar dari kantor Dinsos ke Jakarta Pusat, disebutkan bahwa fasilitas Shelter di
terminal keberangkatan bersama petugas Dinas Soslal; Jakarta Pusat meliput AC, TV, kasur, dapur, dan
g), Pelayanan penjemputan orang terlantar dari fasilitas lainnya. Maka perlu adanya perbaikan dari
terminal kedatangan ke tempat tinggal oleh petugas segi fasilitas tempat istirahat/shelter di Dinas Sosial
SPKT; h), Pelayanan penerbitan surat keterangan dart Jawa Timur agar sesuai dengan harapan pengguna
RT/RW; pada proses ini pihak kepolisian layanan. c), Konsumsi. Konsumsi diberikan kepada
mengantarkan orang terlantar tersebut sampai rumah, pengguna SIM-LONTAR yang telah memalui proses
namun pada proses tersebut pihak SPKT Polda Jatim verivikasi dan pendataan, dari pihak Seksi
hanya berlaku pada proses pemulangan orang terlantar Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
di wilayah Jawa Timur, dikerenakan pihak Kepolisian memberikan kupon untuk selanjutnya ditukarkan
Daerah Jawa Timur belum bekerjasama dengan konsumsi di kantin Dinas Sosial Jawa Timur, adapun
Kepolisian Daerah di Provinsi lainnya, sehingga proses tempat konsumsi bagi orang terlantar merupakan
pemulangan orang terlantar diluar Jawa Timur hanya kantin bersama bagi pegawai Dinas Sosial Jawa Timur,
sampai pada pelabuhan/terminal terdekat, untuk itu sehingga tidak ada perbedaan antara pegawai dan
kedepannya perlu adanya kerjasama antara Kepolisian pengguna layanan, selain itu dari segi kebersihan dirasa
Daerah Jawa Timur dengan Kepolisian Daerah di kurang, terbukti ketika penulis melakukan studi
privinsi lainnya, i), Pelayanan pendokumentasian; lapangan masih terdapat bagian-bagian kantin yang
proses tersebut merupakan dokumentasi dan bukti kurang tertib dan rapih. d), Dana dan Uang Saku.
bahwa yang bersangkutan telah sampai pada tujuan, j), Selanjutnya bagi pengguna aplikasi SIM-LONTAR
Penerbitan SKOT untuk orang terlantar sebanyak 1 kali untuk kembali ke daerah asal, besaran dana yang
dengan orang yang sama, jika dalam waktu kurun diberikan sesuai dengan jarak kabupaten kota dan
tertentu orang tersebut melaporkan diri sebagai orang tujuan asal yang dibagi menjadi 4 area di seluruh
terlantar maka akan dilakukan verifikasi kembali Indonesia. Dari fasilitas yang didapatkan oleh
dengan mempertimbangkan aspek tertentu (hal pengguna SIM-LONTAR, besaran dana yang diberikan
urgent/darurat). oleh Dinas Sosial Jawa Timur sudah mengcover
seluruh tranportasi pengguna aplikasi SIM-LONTAR.
3. Kondisi Fasilitas e), Transportasi. Layanan tranportasi yang diberikan
Kondisi fasilitas merupakan keadaan dan oleh Dinas Sosial Jawa Timur bertujuan untuk
infrastruktur pendukung dari aplikasi SIMLONTAR, memastikan bahwa yang bersangkutan benar-benar
Sedangkan fasilitas yang didapatkan oleh pengguna telah menggunakan dana tersebut untuk kembali
SIM-LONTAR meliputi, a), layanan advokasi, bantuan pulang, pihak Dinas Sosial Jawa Timur mengantarkan
informasi, dan layanan bimbingan konseling. Dalam yang bersangkutan hingga terminal/pelabuhan tujuan.
hal ini penulis menemukan layanan advokasi yang Adapun fasilitas transportasi yang diberikan bagi orang
dilakukan oleh Dinas Sosial Jawa Timur terhadap terlantar dirasa sudah sesuai dengan apa yang
pengguna aplikasi SIM-LONTAR dilakukan oleh diterapkan di lapangan, terbukti ketika penulis
Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana dipersilahkan untuk ikut berpartisipasi menghantar OT
Sosial langsung, dan jika yang bersangkutan ke terminal/pelabuhan tujuan.
berhalangan hadir maka bimbingan konseling akan
PENUTUP Pengaruh sosial, Pengaruh sosial bagi SIM-
LONTAR adalah dampak yang ditimbulkan dari sistem
Simpulan informasi tersebut, baik dampak langsung maupun
Berdasarkan hasil penelitian dari Evaluasi SIM- tidak langsung, baik dampak pengguna maupun
LONTAR di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur melalui instansi lain, adapun dampak langsung dari aplikasi ini
model Unified Theory of Acceptance and Use of adalah dampak kemudahan penggunaan layanan
Technology (UTAUT) Venkatesh et al (2003: 447) pemulangan orang terlantar bagi Dinas Sosial Jawa
dapat diketahui bahwa dari model evaluasi tersebut Timur, selanjutnya adalah tingkat kepuasan pengguna
penulis mendapati beberapa kesimpulan. Mengacu layanan, dengan tingkap kepuasan 85% - 90%
pada rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang menyatakan puas setelah menggunakan layanan ini.
bagaimana Evaluasi Sistem Informasi Orang Terlantar Selanjutnya pengaruh sosial di luar instansi, yaitu
(SIM-LONTAR) Melalui Unified Theory of kerjasama dengan Kepolisian Daerah Jawa Timur,
Acceptance and Use of Technology (UTAUT) di Dinas melalui aplikasi SKOT POLDA Jatim pemulangan
Sosial Provinsi Jawa Timur yang dirangkum dalam orang terlantar terbantukan dengan alur dan proses
empat fokus evaluasi UTAUT diataranya: Harapan pemulangan orang terlantar. Mulai dari penerbitan
Kinerja, Harapan Usaha, Pengaruh Sosial dan Kondisi surat jalan hingga penghantaran orang terlantar ke
Fasilitas. berikut adalah kesimpulan yang penulis daerah asal hingga RT/RW di rumah asal mereka untuk
sajikan secara detail terkait empat fokus evaluasi wilayah jawa timur.
tersebut.
Dan yang terkahir adalah kondisi fasilitas,
Harapan kinerja, harapan kinerja pada proses kondisi fasilitas untuk menunjang aplikasi SIM-
pemulangan orang terlantar melalui aplikasi SIM- LONTAR mulai dari pengadaannya yang
LONTAR dirasa sudah memenuhi harapan kinerja, menghabiskan APBD sebanyak Rp.43.000.000,-
tebukti ketika penerapan aplikasi tersebut terdapat meliputi pemindai sidik jari, kamera dan Sistem
penurunan jumlah orang terlantar yang dipulangkan, Informasi Orang Terlantar / SIM-LONTAR. selain itu
sesuai dengan hasil temuan penulis di lapangan yang fasilitas penunjang lainnya seperti shelter/tempat
diungkapkan oleh kepala Seksi Perlindungan Sosial istirahat dan konsumsi telah disediakan untuk fasilitas
Korban Bencana Sosial bahwa penurunan orang pemulangan orang terlantar. Dari hasil penelitian di
terlantar mencapai 10% hingga 15% stelah aplikasi ini lapangan penulis menemukan kekurangan pada
berjalan, penurunan jumlah pengguna tersebut perangkat pendukun SIM-LONTAR, seperti kamera
merupakan dampak dari seleksi dan filterisasi untk mendokumentasikan orang terlantar yang dirasa
pengguna yang benar-benar membutuhkan layanan ini. kurang maksimal untuk kamera tersebut, selanjutnya
Selain itu pemangkasan birokrasi bagi Dinas Sosial pada ruang istirahah/shelter dirasa kurang memenuhi
Jawa Timur terkait pemulangan orang terlantar dirasa standar kualiatas shelter tersebut, melihat fasilitas yang
cukup optimal melihat proses pemulangan orang minim dan keadaannya yang kurang baik. Dan tempat
terlantar yang sebelumnya memakan waktu yang cukup konsumsi bagi pengguna SIM-LONTAR dirasa sangat
lama, dan proses yang panjang namun sekarang hanya terbatas, melihat tempat makan pengguna dan pegawai
membutuhkan waktu 15 menit untuk kepastian Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Fasilitas pendukung
pemulangan orang terlantar. Terkait proses lainnya seperti layanan advokasi dirasa kurang
pemulangan orang terlantar tersebut penulis menilai maksimal, karean layanan bimbingan tersebut tidak
sudah tidak ada kendala, namun pada proses dilakukan oleh staff ahli di bidang sikologi, dan tidak
pemulangan baik perjalanan darat belum terdapat tersediannya ruang khusus untuk bimbingan konseling
pengawasan pengguna secara optimal, karena bagi pengguna SIM-LONTAR, adapun dana dan uang
pengawasan hanya melalui supir / kernet Bus. saku dirasa sudah cukup untuk kembali ke daerah asal,
pembagian uang saku dan tranportasi dibagi menjadi 4
Harapan usaha, Harapan usaha merupakan area di seluruh Indonesia, dan transportasi dirasa sudah
suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk suatu mencukupi standar pelayanan untuk memulangkan
tindakan yang memiliki tujuan, sedangkan tujuan dari orang terlantar.
SIM-LONTAR ini berupa perbaikan dari proses
pemulangan orang terlantar sebelumnya, hingga Saran
aplikasi ini digunakan banyak data yang mulai Dari hasil penelitian ini penulis mencoba untuk
terinegrasi dan terdata dengan baik, namun terdapat memberikan saran terkait Evaluasi Sistem Informasi
kekurangan dari aplikasi SIM-LONTAR, aplikasi Orang Terlantar di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
tersebut belum terkoneksi dengan internet, sehingga melalui model Unified Theory of Acceptance and Use
penggunaannya masih sebatas lingkungan Dinas Sosial of Technology (UTAUT) Venkatesh et al (2003: 447)
Jawa Timur, serta untuk bagian perekapan data penulis dari hasil temuan penulis di lapangan terkait evaluasi
belum menemukan kelengkapan data, berupa pengguna tersebut, penulis menemukan beberapa kekurangan
berdasarkan jenis kelamin dan grafik penggunaan SIM- yang dirasa perlu diperbaiaki agar program tersebut
LONTAR berdasarkan gender. berjalan dengan baik, berikut adalah saran dari point
evaluasi:
1. Harapan Kinerja a. Para dosen S1 Ilmu Administrasi Negara
Dari harapan kinerja penulis menemukan FISH UNESA,
bahwa terdapat pengurangan jumlah orang terlantar b. Eva Hany Fanida S.AP, M.AP. selaku dosen
yang dipulangkan hingga 15%, namun dari jumlah data pembimbing
tersebut perlu adanya data konkrit terkait jumlah c. Fitrotun Niswah, S.AP, M.AP. dan Galih
penggua, baik dari data jumlah pengguna berdasarkan Wahyu Pradana, S.AP., M.Si. selaku dosen
usia, umur dan bentuk grafik, sehingga dalam penguji,
pertanggunjawabannya dapat diketahui dengan jelas d. M. Farid Ma’ruf S.Sos, M.AP. yang telah
jumlah keseluruhan dengan data yang lengkap. Selain membimbing dan menelaah jurnal yang ditulis
itu perlu adanya pengembangan layanan seperti peneliti.
pengawasan orang terlantar yang dipulangkan ke e. Dan pihak-pihak lainnya yang memberi
daerah asal, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan di dukungan moral maupun material kepada
tengah jalan, sehingga orang terlantar yang peneliti sehingga penulisan jurnal ini dapat
dipulangkan benar-benar sampai pada tujaun. terselesaikan.

2. Harapan Usaha DAFTAR PUSTAKA


Harapan usaha dalam aspek ini adalah tingkat Ali, Faried, 2013. Teori Dan Konsep Administrasi Dari
kemudahan bagi pengguna maupun penyedia layanan, Pemikiran Paradigmatic Menuju Redefinisi.
dalam hal ini perlu adanya pengembangan aplikasi Depok: PT Rajarafindo Persada
sesuai kebutuhan saat ini, dari hasil temuan penulis Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis
terkait harapan usaha, penulis menemukan belum Data. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
adanya koneksi sambungan aplikasi dengan internet, Fauzi, Deni Darmawan. 2013. Sistem Informasi
hal ini menyebabkan penggunaan aplikasi hanya Manajemen. Bandung: Remaja Rosdakarya.
sebatas lingkungan Dinas Sosial Jawa Timur, dan dari Fuad, Anis dan Nugroho, Kandung Sapto, 2014.
kekurangan tersebut perlu adanya pengembangan Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta
aplikasi ke jaringan unternet untuk memperluas : Graha Ilmu.
pengguna aplikasi tersebut. Gunawan, Imam, 2014. Metodologi Penelitian
Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
3. Pengaruh Sosial Aksara
Pengaruh sosial merupakan dampak yang Hakam, Fahmi. 2016. Analisis Perancangan dan
ditimbulkan dari layanan aplikasi tersebut, berangkat Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan. Jogja:
dari harapan usaha terkait konektifitas internet, setelah Gosyen Publishing.
adanya internet perlu adanya sinkronisasi data dengan Huda, Ni’matul. 2017. Hukum Pemerintahan Daerah.
instasi yang telah terikat kerjasama tersebut, tujuan dari Bandung: Nusa Mendia
sinronisasi tersebut adalah untuk menghindari Indrajit, Richardus Eko, 2002. Electronic Government,
kesalahan data dari instasi dinas sosial dan instansi Strategi pembangunan dan Pengembangan Sistem
yang telah bekerjasama. Dan perlu adanya kerjasama Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
Dengan Jasa Angkutan Umum Berbasis Online untuk Yogyakarta: Penerbit Andi.
memaksimalkan layanan SIM-LONTAR melihat masih Komariah, aan dan Djam’an Satori, 2013. Metodologi
banyaknya pengguna yang kesulitan untuk menuju Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Terminal/Pelabuhan tujuan keberangkatan. Kusumasari, Subando Agus Margono Bevaola. 2015.
Manajemenpublik Kontenporer. Jogja: Gava
4. Kondisi Fasilitas Media
Dari segi kondisi fasilitas perlu adanya Mulyanto, Agus. 2009. Sistem Informasi Konsep dan
perbaikan dan kelengkapan untuk menunjang performa Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
aplikasi SIM-LONTAR, seperti kamera, tempat Sabarudin, Abdul. 2015. Manajemen Kolaborasi
pemindai sidik jari yang layak. Adapun untuk tempat Dalampelayanan Publik. Kolaka: Graha Ilmu
istirahat/shelter perlu adanya perbaikan khusus, seperti Santoso, Agus. 2013. Menyingkap Tabir Otonomi
pengecetan ulang dan melengkapi peralatan shelter Daerah Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
agar lebih layak digunakan. dan dari segi fasilitas Siagian, Sondang P. 2014. Filasafat Administrasi.
aplikasi perlu adanya peningkatan fasilitas aplikasi Jakarta: Bumi Aksara
seperti ketersediaan kamera yang memumpuni untuk Sinambela, L.P. 2010. Reformasi Pelayanan Publik:
pendataan pengguba, selain itu perlu adanya perbaikan Teori, Kebijakan dan Implementasi. Cetakan
dari kotak kepuasan agar penyedia layanan dapat kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara.
mengetahui seberapa baik program tersebut terlaksana. Sugandi, Yugi Suprayogi. 2011. Administrasi Publik
Konsep dan Perkembangan Ilmu Di Indonesia.
Ucapan Terima Kasih Bandung : Graha Ilmu
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak- Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian
banyaknya kepada pihak yang berkontribusi dalam Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung:
penulisan jurnal ini diantaranya : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai