Anda di halaman 1dari 8

PERBANDINGAN PENGATURAN MENGENAI PENERAPAN SUNTIK MATI

(EUTHANASIA) DI NEGARA BELANDA DAN NEGARA INDONESIA

Desak Paramita Brata

Universitas Pendidikan Ganesha

Paramitabrata2@gmail.com

ABSTRAK

Negara-negara di seluruh dunia memiliki sistem hukum yang berbeda. Tetapi yang paling umum dikenal adalah sistem hukum
Eropa Kontinental dan sistem hukum Anglo Saxon. Sistem hukum Eropa Kontinental adalah sistem hukum yang didasarkan pada
berbagai ketentuan hukum yang telah dikodifikasi dan contoh Negara yang memiliki sistem ini adalah Negara Indonesia.
Sedangkan Anglo Saxon adalah sistem hukum berdasarkan yurisprudensi dan contoh Negara yang memiliki sistem ini adalah
Belanda. Setiap negara memiliki sistem hukum yang berbeda, demikian pula dalam ilmu kedokteran. Di dunia medis ada yang
dikenal sebagai Euthanasia. Euthanasia didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup seseorang (atau makhluk lain) dengan
sengaja karena rasa sakit yang membuatnya terlalu banyak menderita. Indonesia belum secara khusus dan tegas mengatur masalah
Euthanasia dan masalah ini masih diperdebatkan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak menemukan artikel yang
secara eksplisit mengatur eutahanasia. Namun, jika diperhatikan, ada Pasal yang menunjukkan bahwa larangan terhadap
Euthanasia adalah pasal 344 KUHP, yang merupakan pembunuhan yang dilakukan dengan permintaan oleh korban. Ini berbeda
dari negara-negara Eropa Kontinental lainnya seperti Belanda sebagai negara pertama yang melegalkan Euthanasia. Pada 2002,
Belanda telah mengadopsi konsep Euthanasia ke dalam buku hukumnya.

Kata kunci: Euthanasia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Belanda, Indonesia

ABSTRACT

Countries around the world have different legal systems. But the most commonly known are the Continental European legal
system and the Anglo Saxon legal system. Continental European legal system is a legal system based on various legal provisions
that have been codified and the example of the State that has this system is the State of Indonesia. Whereas Anglo Saxon is a legal
system based on jurisprudence and the example of the State which has this system is the Netherlands. Each country has a different
legal system, as well as in medicine. In the medical world known as Euthanasia. Euthanasia is defined as the act of terminating a
person's life (or other creatures) on purpose because of the pain that makes him suffer too much. Indonesia has not specifically
and firmly set the issue of Euthanasia and this matter is still being debated. The Indonesian Criminal Code does not find any
articles that explicitly regulate eutahanasia. However, if observed, there is an article which shows that the prohibition against
Euthanasia is article 344 of the Criminal Code, which is a murder carried out with a very and strict request by the victim. It is
different from other Continental European countries such as the Netherlands as the first country to legalize Euthanasia. As of
2002, the Netherlands has adopted the concept of Euthanasia into its legal book.

Keywords : Euthanasia, The Indonesian Criminal Code, Indonesia, Netherlands

PENDAHULUAN Plato bahwa penyelenggaraan pemerintahan


yang baik adalah diatur oleh hukum.
Negara Indonesia adalah Negara Sedangkan menurut Aristoteles suatu Negara
yang berdasarkan atas hukum, bukan Negara yang baik adalah Negara yang di perintah
berdasarkan kekuasaan sebagaimana dengan konstitusi dan kedaulatan hukum
dinyatakan Pasal 1 ayat (3) Undang Undang (Djamali dan Tedjapermana, 1998 : 130).
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Sistem hukum adalah satu kesatuan unsur
1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) unsur yang masing-masing saling
(Udeng, 2018: 1). Berdasarkan rumusan berinteraksi dan bekerja sama dalam
Pasal tersebut sejalan dengan pandangan mencapai tujuan kesatuan (Udeng, 2018: 2).
Ada banyak sistem hukum di dunia pasien yang menderita suatu penyakit yang
ini dua diantaranya adalah sistem hukum menimbulkan suatu penderitaan yang berat.
Eropa Kontinental dan sistem hukum Anglo Masalah seperti ini yang membuat pasien
Saxon. Pertama, sistem hukum Eropa dan pihak keluarga pasien pada akhirnya
Kontinental adalah suatu sistem hukum mengambil keputusan untuk menghentikan
dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan- tindakan medis atau menyuntikkan suntik
ketentuan hukum dikodifikasi. Dalam mati, hal ini disebut dengan Euthanasia
perkembangannya, prinsip-prinsip hukum (Paulus, 2013: 118).
yang terdapat pada sistem hukum ini
dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi di Pihak yang menyetujui Euthanasia
negara-negara Eropa daratan seperti Belanda dapat dilakukan, hal ini berdasarkan
dan Indonesia yang memiliki prinsip utama bahwa setiap manusia memiliki hak untuk
dimana hukum memperoleh kekuatan hidup dan hak untuk mengakhiri
mengikat karena diwujudkan dalam hidupnya dengan segera dan hal ini
peraturan perundang-undangan dan tersusun dilakukan dengan alasan yang cukup
secara sistematik dalam kodifikasi atau mendukung yaitu alasan kemanusian.
kompilasi tertentu (Atmasasmita, 2000: 21). Dengan keadaan dirinya yang tidak lagi
memungkinkan untuk sembuh atau bahkan
Kedua, Anglo Saxon yaitu sistem hidup, maka ia dapat melakukan
hukum yang dianut oleh beberapa negara permohonan untuk segera diakhiri hidupnya.
yang diantaranya negara Amerika Serikat Penerapan Euthanasia ini diterapkan dan
dan Inggris. Sistem hukum ini adalah suatu disetujui oleh Negara Belanda sebagai
sistem hukum yang didasarkan pada Negara penganut Eropa Kontinental,
yurisprudensi yaitu keputusan-keputusan sedangkan beberapa Negara lain penganut
hakim terdahulu yang kemudian menjadi Eropa Kontinental tidak melegalkan adanya
dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. suntik mati seperti di Indonesia (Dharma,
Disamping putusan hakim maka kebiasaan- 2016, dalam https://news.okezone.com) .
kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis
undang undang dan peraturan administrasi Sebagian pihak yang tidak
negara walaupun banyak landasan yang mengizinkan Euthanasia beralasan bahwa
terbentuk dalam sebuah kebiasaan dan setiap manusia tidak memiliki hak untuk
peraturan tertulis itu berasal dari putusan- mengakhiri hidupnya, karena masalah hidup
putusan didalam pengadilan. Sumber-sumber dan mati adalah kekuasaan mutlak Tuhan
hukum tersebut (putusan hakim, kebiasaan, yang tidak bisa diganggu gugat oleh
dan peraturan administrasi negara) tidak manusia. Negara yang tidak melegalkan
tersusun secara hierarki seperti pada sistem adanya Euthanasia, salah satunya Negara
hukum Eropa Kontinental (Amiruddin, penganut sistem Anglo Saxon yaitu Negara
2017: 85). Inggris. Inggris memandang praktik suntik
mati sebagai pembunuhan yang disengaja
Setiap Negara memiliki sistem maupun tidak. Jika terbukti seseorang
berbeda begitu pula dalam medis dikenal melakukan Euthanasia maka hukumannya
istilah Euthanasia. Euthanasia merupakan maksimal penjara seumur hidup (Amirrudin,
suatu masalah yang menyulitkan para dokter 2017: 85).
dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Euthanasia Istilah Euthanasia di Indonesia
diartikan sebagai tindakan pengakhiran adalah hal yang awam, sama seperti
hidup seseorang (atau makhluk lain) dengan beberapa di Negara lain, namun
sengaja karena sakitnya yang membuat dia penerapannya tentu saja berbeda. Tidak
terlalu menderita (Moeliono dkk. 1989: adanya undang-undang yang mengatur
237). Dokter dan tenaga kesehatan yang lain Euthanasia, menjadikan Euthanasia di
sering kali dihadapakan pada kasus dimana Indonesia adalah perbuatan illegal dan

1
dianggap sebagai tindakan pembunuhan 2016: 61). Indonesia memang belum
yang diatur dalam Pasal 338, 339 dan 340 mengatur secara spesifik dan tegas mengenai
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (yang masalah Euthanasia dan hal ini masih
selanjutnya disebut KUHP) (Adji, 1991: 25). menjadi perdebatan. Berbeda dengan Negara
Dewi Pika dalam artikelnya yang berjudul Eropa Kontinental lain seperti Belanda
Kajian Yuridis Euthanasia Dalam Persfektif sebagai Negara pertama yang melegalkan
Hukum Indonesia, menyimpulkan Euthanasia. Terhitung sejak 2002, Negeri
pembunuhan yang dimaksud dalam pasal Belanda telah mengadopsi konsep
338, 339, dan 340 KUHP tersebut adalah Euthanasia ke dalam kitab hukumnya
seseorang yang melakukan perampasan (Dharma, 2016, dalam
nyawa secara paksa, hal ini tentu berbeda https://news.okezone.com). Namun ada
dengan Euthanasia (Pika, 2017: 267). batasan usianya, yakni minimal 12 tahun dan
orangt tua pasien tetap diposisikan sebagai
Persoalan permohonan Euthanasia pengambil keputusan akhir. Oleh karena itu,
di pengadilan sudah beberapa kali terjadi di timbulah perdebatan permasalahan mengenai
Indonesia namun sejauh yang diketahui oleh penerapan Euthanasia sehingga perlu dikaji
penulis bahwa permohonan tersebut tidak secara mendalam.
dikabulkan, tentu karena tidak adanya dasar
hukum yang jelas. Permohonan pengajuan Berdasarkan hal tersebut maka
Euthanasia yang pernah terjadi di Indonesia penulis tertarik membahas perbandingan
salah satunya adalah permohonan pengaturan mengenai penerapan Suntik Mati
Euthanasia yang diajukan ke pengadilan (Euthanasia) di Negara Belanda dan Negara
negeri (PN) Banda Aceh dengan pemohon Indonesia dan legalitas penerapan suntik
Berlin Silalahi yang menderita sakit parah mati (Euthanasia) di Negara Indonesia.
radang tulang hingga mengalami
kelumpuhan total kedua kakinya. Penyakit HASIL DAN PEMBHASAN
tersebut sudah lama diderita dan tak kunjung 1. Pengaturan Mengenai Penerapan
sembuh ditambah dengan biaya yang tidak Suntik Mati (Euthanasia) Di Negara
ada membuat pemohon putus asa dan juga Belanda Dan Negara Indonesia
tidak sanggup lagi menahan sakit yang
diderita. Namun permohonan tersebut Masalah hak untuk mati melalui jalan
ditolak oleh PN Banda Aceh dasar Euthanasia ini di beberapa
pertimbangan penolakan hakim tentu karena negara maju sudah ada pengaturannya di
hukum positif Indonesia tidak melegalkan dalam Perundang-undangan negara
Euthanasia atau suntik mati, suntik mati tersebut. Contoh hal tersebut adalah
dianggap adalah pembunuhan, melanggar negara Eropa, tetapi hak untuk mati
kode etik kedokteran, bertentangan dengan tidak bersifat mutlak, seperti adanya
agama Islam yang dianut pemohon dan juga keputusan dari Pengadilan Negeri
melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) Leeuwarden yang
(Zamzami, 2017 dalam menetapkan tolak ukur perumusan
https://regional.kompas.com) . “tidak dikenai hukum” atau “tanpa
hukuman” terhadap Euthanasia yang
Secara yuridis formal dalam hukum dilakukan. Sedangkan menurut negara
pidana positif di Indonesia hanya dikenal 2 Belanda yang pertama kali melegalkan
bentuk Euthanasia, yaitu Euthanasia yang Euthanasia, hanya dapat
dilakukan atas permintaan pasien atau dilakukan kalau si pasien sendiri yang
korban itu sendiri dan Euthanasia yang meminta dan telah memenuhi syarat-
dilakukan dengan sengaja melakukan syarat untuk dilaksanakannya
pembiaran terhadap pasien/korban Euthanasia.
sebagaimana secara eksplisit diatur dalam
Pasal 344 dan 304 KUHP (Pradjonggo,

2
Di Negara-negara Eropa secara dan tidak akan dituntut di depan
khusus di negara Belanda tindakan pengadilan asalkan mengikuti beberapa
Euthanasia mendapatkan tempat prosedur yang telah ditetapkan
tersendiri yang diakui keberadaan dan (Amiruddin, 2017: 87). Prosedur
legalitasnya. Tentunya dalam melakukan tersebut adalah mengadakan konsultasi
tindakan Euthanasia harus melalui dengan rekan sejawat (tidak harus
prosedur dan persyaratan-persyaratan seorang dokter spesialis) dan membuat
yang harus dipenuhi agar Euthanasia laporan dengan menjawab 50
bisa dilakukan. Di Belanda, Euthanasia pertanyaan.
yang dibantu dokter untuk melakukan
tindakan “bunuh diri”, dan petugas Indonesia sebagai Negara Eropa
medis lain dalam mengambil tindakan Kontinental yang juga sama dengan
keputusan pengakhiran hidup telah Belanda tidak melegalkan adanya
dibahas selama beberapa dekade dalam Euthanasia. Peraturan yang dapat
profesi medis oleh para spesialis hukum dihubungkan dengan Euthanasia dalam
dan etika, baik di depan umum dengan KUHP dapat ditemukan dalam Bab XIX
diadakannya debat, dan juga di parlemen pasal 338 sampai dengan pasal 350
nasional (Onwuteaka-Philipsen, 2003: tentang kejahatan terhadap jiwa orang
1). (Amirrudin, 2017: 97). Menurut
sistematika KUHP, jenis kejahatan
Pada tanggal 10 April 2001 Belanda terhadap jiwa disandarkan kepada
Menerbitkan Undang-undang yang subjektif elementnya terbagi atas 2
mengizinkan Euthanasia yaitu Wet Van golongan yaitu (Haini, 2001: 143):
12 April 2001 (International Task Force,
2005, dalam http://www international 1) Kejahatan yang ditujukan terhadap
task force.org/rpt 2005-3 htm). Undang- jiwa manusia yang dilakukan
undang ini dinyatakan efektif berlaku dengan sengaja (dolense
sejak tanggal 1 april 2002, yang misdrijven), pada pasal 338 sampai
menjadikan Belanda negara pertama di dengan pasal 350 KUHP.
Dunia yang melegalisasikan Praktek 2) Kejahatan yang ditujukan terhadap
Euthanasia. Pasien-pasien yang jiwa manusia yang terjadi karena
mengalami sakit menahun dan tak kealpaan (culponse misdrijven)
tersembuhkan diberi hak untuk pada pasal 359 KUHP.
mengakhiri penderitaannya. Bahwa dalam KUHP tidak
Di Belanda, keluarga boleh diketemukan pasal yang secara eksplisit
mengajukan Euthanasia jika kondisi mengatur tentang eutahanasia. Akan
pasien sudah parah dan sangat menderita tetapi jika dicermati maka pasal yang
dengan penyakitnya. Selain itu, pasien digunakan untuk menunjukkan
dengan umur lebih dari 12 tahun bisa pelarangan terhadap Euthanasia adalah
mengajukan pendampingan bunuh diri. pasal 344 KUHP yaitu mengenai
Yang dimaksud pendampingan bunuh pembunuhan yang dilakukan dengan
diri adalah pasien dengan sadar meminta permintaan sangat dan tegas oleh
disuntik mati karena keadaannya yang korban. Pasal 344 KUHP menyatakan
parah. Akan tetapi perlu ditekankan, bahwa barang siapa menghilangkan
bahwa dalam Kitab Hukum pidana jiwa orang lain atas permintaan orang
Belanda secara formal Euthanasia dan itu sendiri, yang disebutkannya dengan
bunuh diri berbantuan masih nyata dan dengan sungguh-sungguh, di
dipertahankan sebagai perbuatan hukum penjara selama-lamanya 12
kriminal, Setiap dokter di Belanda tahun (Moeljatno, 2005: 116). Pada
dimungkinkan melakukan Euthanasia rumusan pasal ini disyaratkan bahwa

3
permintaan untuk membunuh harus tahun 1999 tentang HAM, Indonesia
disebutkan dengan nyata dan sungguh- telah menyatakan diri sebagai salah satu
sungguh (ernstig), jika syarat ini tidak negara yang menjujung tinggi HAM
terpenuhi maka pelaku akan dikenakan (Manan, 2009 : 140). Hak hidup adalah
pasal 338 KUHP yaitu pembunuhan hak yang paling mendasar yang tidak
biasa (Yudanigsih, 2015: 121). bisa dihilangkan, dirampas, direnggut
oleh siapa pun juga, namun
Ketentuan tentang eutahanasia dikecualikan, jika menurut undang-
tidak diatur secara jelas dalalam undang hak hidup harus dirampas,
peraturan perundang-undangan sebagaimana hak hidup yang dirampas
Indonesia. Secara eksplisit Euthanasia secara legal adalah ketika seseorang
diatur dalam UU dijatuhi hukuman pidana mati (Pika,
HAM yaitu hak hidup yang ditafsirkan 2017: 3). Selain itu, pada pasal 344
oleh sebagian masyarakat merupakan KUHP dinyatakan bahwa barang siapa
hak untuk menentukan hidupnya menghilangkan jiwa orang lain atas
sendiri. Bentuk Euthanasia yang sering permintaan orang itu sendiri, yang
dilakukan di Indonesia adalah bentuk disebutkannya dengan nyata dan
Euthanasia pasif yaitu bentuk sungguh-sungguh, dihukum penjara
pengurangan kesehatan. Bentuk selama-lamanya dua belas tahun.
Euthanasia pasif dalam ketentuan Euthanasia berasal dari kata Yunani
perundang-undangan di Indonesia yaitu Eu yang artinya baik serta
memang belum diatur secara jelas, Thanatos yang artinya mati, secara
sehingga pelaksanaanya bukan keseluruhan menjadi Euthanatos, yang
merupakan sebuah pelanggaran hukum. berarti mati dengan baik tanpa
Pasal 344 KUHP yang oleh para penderitaan (Wahyudi, 2005: 135).
ahli hukum merupakan pasal yang Dapat diartikan pula sebagai kematian
mendekati tindakan Euthanasia yang wajar dan senang (Halimy, 1990:
termasuk juga Euthanasia pasif tidak 35). Belanda salah satu negara di Eropa
dapat bekerja secara maksimal karena yang maju dalam pengetahuan hukum
belum ada menjerat pelaku Euthanasia kedokteran mendefinisikan Euthanasia
pasif di Indonesia. Sedangkan di sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh
Belanda yang pertama kali melegalkan Euthanasia Study Group dari KNMG
Euthanasia hanya dapat dilakukan jika (Ikatan Dokter Belanda), yang
si pasien sendiri meminta dan telah menyatakan Euthanasia adalah dengan
memenuhi syarat untuk dilakukannya sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
tindakan Euthanasia (Amirrudin, 2017: memperpendek hidup atau mengakhiri
85). hidup seorang pasien, dan ini dilakukan
untuk kepentingan pasien sendiri
2. Legalitas Penerapan Suntik Mati (Hanafiah dan Amir, 1999: 105).
(Euthnasia) Di Negara Indonesia Sebagaimana dikutip Haryadi, menurut
Hak untuk hidup merupakan hak Kartono Muhammad, Euthanasia dapat
fundamental atau hak asasi dari setiap dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu
manusia. Konstitusi kita yakni UUD (Kusumasari, 2011 dalam
1945 melindungi hak untuk hidup ini http://www.hukumonline.com) :
dalam Pasal 28A UUD 1945 yang 1) Euthanasia pasif, mempercepat
menyebutkan bahwa setiap orang berhak kematian dengan cara menolak
untuk hidup serta berhak memberikan/mengambil tindakan
mempertahankan hidup dan pertolongan biasa, atau
kehidupannya. Kemudian menghentikan pertolongan biasa
diundangkannya Undang-Undang No 39 yang sedang berlangsung.

4
2) Euthanasia aktif, mengambil memberikan/mengambil tindakan
tindakan secara aktif, baik langsung pertolongan biasa, atau menghentikan
maupun tidak langsung yang pertolongan biasa yang sedang
mengakibatkan kematian. berlangsung, banyak kita lihat apabila
3) Euthanasia sukarela, mempercepat seorang pasien yang sudah mengalami
kematian atas persetujuan atau sakit dalam waktu lama tak kunjung
permintaan pasien. sembuh dan menurut medis pasien
4) Euthanasia tidak sukarela, tersebut tidak ada perkembangan dan
mempercepat kematian tanpa harapan untuk sehat kembali maka
permintaan atau persetujuan pasien, dokter akan menolak untuk melakukan
sering disebut juga sebagai merey perawatan dan akan memulangkan
killing. pasien, selain itu apabila pasien yang
5) Euthanasia nonvolountary, datang dengan penyakit langka atau
mempercepat kematian sesuai belum ada obat yang ditemukan untuk
dengan keinginan pasien yang penyakitnya tersebut secara tidak
disampaikan oleh atau melalui langsung pihak rumah sakit atau dokter
pihak ketiga, atau atas keputusan yang bersangkutan pasti akan menolak
pemerintah. pasien atau tidak mengambil tindakan
Pada dasarnya Eunthanasia belum apa pun terhadap pasien (Priyanto, 2013:
dilegalkan di Indonesia karena tidak ada 27).
pengaturan atau Undang-undang Khusus Dalam praktik kedokteran, dikenal
yang memperbolehkan adanya dua macam Euthanasia, yaitu
Euthanasia karena Euthanasia ini Euthanasia aktif dan Euthanasia pasif.
dianggap bertentangan dengan norma Euthanasia aktif adalah tindakan dokter
hukum serta bertentangan juga dengan mempercepat kematian pasien dengan
norma sosial, norma agama dan etika memberikan suntikan ke dalam tubuh
kedokteran, selain itu pada pasal 344 pasien tersebut. Suntikan diberikan pada
KUHP secara tegas telah dinyatakan saat keadaan penyakit pasien sudah
mengenai tidak diperbolehkannya sangat parah atau sudah sampai pada
tindakan Euthanasia (Parlina, 2005: stadium akhir, yang menurut
116). Berdasarkan presfektif HAM perhitungan medis sudah tidak mungkin
Euthanasia tidak bisa dibenarkan dan lagi bisa sembuh atau bertahan lama.
diperbolehkan karena sesuai dengan isi Alasan yang biasanya dikemukakan
dari UUD 1945 pada pasal 28A serta dokter adalah bahwa pengobatan yang
Undang-Undang (UU) No. 39 Tahun diberikan hanya akan memperpanjang
2009 tentang HAM tentu Euthanasia ini penderitaan pasien serta tidak akan
bertentangan dengan UUD 1945 dan UU mengurangi sakit yang memang sudah
No 39 Tahun 2009 tentang HAM parah.
meskipun dalam UU tesebut tidak diatur Syariah Islam mengharamkan
secara rinci mengenai Euthanasia. Euthanasia aktif, karena termasuk dalam
Meskipun Euthanasia belum dilegalkan kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu
di Indonesia atau tidak diperbolehkan al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu
oleh undang-undang yang ada, namun untuk meringankan penderitaan pasien.
pada prakteknya atau pada faktanya Hukumnya tetap haram, walaupun atas
sudah terjadi Euthanasia di Indonesia permintaan Pasien atau keluarganya.
yaitu Euthanasia pasif. Hal ini tentu Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah
sangat sering kita lihat atau kita temui di jelas, yaitu dalil-dalil yang
lingkungan sekitar kita, dimana mengharamkan pembunuhan. Baik
Euthanasia pasif adalah mempercepat pembunuhan jiwa orang lain, maupun
kematian dengan cara menolak

5
membunuh diri sendiri (Saripudin, 2013, Haini, Zubir. 2001. Kejahatan Terhadap Jiwa
dalam https://www.kompasiana.com). Manusia, Tulisan Pada Pidana Islam di
Indonesia Peluang, Prospek dan
KESIMPULAN Tantangan. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Cetakan Pertama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dimpulkan bahwa, penerapan atau Halimy, Imron. 1990. Euthanasia. Solo:
pelaksanaan Euthanasia ada yang Ramadani.
dilegalkan dan ada yang tidak melegalkan Hanafiah, Jusuf M. dan Amir, Amri. 1999. Etika
tergantung sistem hukum apa yang Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi
diterapkan oleh masing-masing Negara. Di Ketiga. Jakarta: Penerbit Buku
Indonesia memang belum diatur secara jelas, Kedokteran.
sehingga pelaksanaanya bukan merupakan Manan, Bagir. 2009. Dimensi-Dimensi Hukum
sebuah pelanggaran hukum. Pasal 344 Hak Asasi Manusia. Bandung: Pusat
KUHP yang oleh para ahli hukum Studi Fakultas Hukum Universitas
merupakan pasal yang mendekati tindakan Padjajaran.
Euthanasia termasuk juga Euthanasia pasif Moeljatno, 2005. Kitab Undang-Undang Hukum
tidak dapat bekerja secara maksimal karena Pidana. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
belum ada menjerat pelaku Euthanasia pasif
di Indonesia. Sedangkan di Belanda yang Moeliono, Anton M., 1989. Kamus Besar
pertama kali melegalkan Euthanasia hanya Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
dapat dilakukan jika si pasien sendiri Wahyudi, 2005. Ilmu Kedokteran. Jakarta.
meminta dan telah memenuhi syarat untuk Djambatan.
dilakukannya tindakan Euthanasia. Jurnal
Pada dasarnya Eunthanasia belum Amiruddin, Muh., Juni 2017. Perbandingan
dilegalkan di Indonesia karena tidak ada Pelaksanaan Euthanasia Di Negara Yang
pengaturan atau Undang-undang Khusus Menganut Sistem Hukum Eropa
yang memperbolehkan adanya Euthanasia Kontinental Dan Sistem Hukum Anglo
karena Euthanasia ini dianggap bertentangan Saxon, Volume 4 Nomor 1 (hlm. 85, 97).
dengan norma hukum serta bertentangan
juga dengan norma sosial, norma agama dan Onwuteaka-Philipsen, Bridge D., Published
etika kedokteran, selain itu pada pasal 344 online June 17, 2003. Euthanasia and
KUHP secara tegas telah dinyatakan other end-of-life decisions in the
mengenai tidak diperbolehkannya tindakan Netheroands in 1990, 1995, and 2001,
Euthanasia. The Lancet. (Page. 1)
Parlina, Iin. 2005. Euthanasia : Dalam
DAFTAR PUSTAKA Perspektif Hak Asasi Manusia, Hukum
Buku Pidana Indonesia dan Hukum Islam. Tesis
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Atmasasmita, Romli. 2000. Perbandingan (hlm. 116)
Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju.
Paulus, Pingkan K. Kajian Euthanasia Menurut
Adji, Oemar Seno. 1991. Etika Profesional dan Ham (Studi Banding Hukum Nasional
Hukum Pertanggungjawaban Pidana Belanda) Vol.XXI/No.3/April-Juni /2013.
Dokter. Jakarta: Erlangga. (hlm. 118)
Djamali. Abdoel R. dan Tedjapermana, Priyanto, Andika. 2013. Euthanasia ditinjau dari
Lenawati. 1998. Tanggung Jawab Hukum Hukum Medis dan Hukum Pidana Di
Seorang Dokter dalam Menangani Indonesia. Skripsi Fakultas Hukum.
Pasien. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Hassanudin. Makassar. (hlm.
Abdarin. 27).

6
Pika, Dewi LBN Batu, 2017, Kajian Yuridis
Euthanasia Dalam Persfektif Hukum
Indonesia, Universitas Pamulang. (hlm. 3,
267).
Pradjonggo, Jandra Sridjaja, 2016, Suntik Mati
(Euthanasia) Ditinjau dari Aspek Hukum
Pidana Dan Hak Asasi Manusia Di
Indonsia, Jurnal Ilmiah Pancasila Dan
Kewarganegaraan, Vol.1, No.1. (hlm. 61).
Udeng, Selfi, dkk., 2018, Efisiensi Penerapan
Sistem Hukum di Indonesia, Fakultas
Hukum, Universitas Muslim Indonesia.
(hlm.1-2).
Yudanigsih, Lilik Purwastuti, 2015, Tinjauan
Yuridis Euthanasia Dilhat Dari Aspek
Hukum Pidana, Fakultas Hukum
Universitas Jambi (hlm. 121).
Artikel
Dharma, Silviana, 19 September 2019. Negara-
negara yang legalkan Euthanasia, diakses
dari
https://news.okezone.com/read/2016/09/19/
18/1493002/negara-negara-yang-legalkan-
praktik-Euthanasia, pada tanggal 1 Oktober
2019, pukul. 09.00 WITA.
Interntional Task Force, 2005. diakses dari
http://www international task force.org/rpt
20053 htm, pada tanggal 1 April 2019,
pukul. 18.00 WITA.
Kusumasari, Diana, 15 Desember 2011.
Pengaturan Euthanasia Di Indonesia,
diases
dari:http://www.hukumonline.com/klinik/de
tail/cl2235/Euthanasia, pada tanggal, 28
September l 2019. Pukul 17.00 WITA.
Saripudin, Eka. 2013. Euthanasia. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/mindasay/55
1b7233a33311be20b65e90/euthanasia.
Pada tanggal 2 Oktober 2019. Pukul 11.00
WITA
Zamzami, Daspriani Y., 19 Mei 2017. PN Banda
Aceh Tolak Permohonan Suntik Mati Berlin
Silalahi, diakses dari
https://regional.kompas.com/read/2017/05/
19/15464851/
pn.banda.aceh.tolak.permohonan.suntik.mat
i.berlin.silalahi, pada tanggal 1 Oktober
2019, pukul. 09.00

Anda mungkin juga menyukai