Anda di halaman 1dari 10

DIAGNOSIS DAN

PENATALAKSANAAN
SIALADENITIS BAKTERI

Tinjauan Wivan Havilian Djohan1, Hanggoro Sapto2

Pustaka 1Program
Studi Profesi Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung
2Departemen Ilmu Penyakit Telinga, Hidung

dan Tenggorok, Rumah Sakit Dr. H. Abdoel


Moeloek – Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung

ABSTRAK
Pendahulan: Berbagai penyakit mulai dari obstruksi, infeksi, hingga tumor jinak dan ganas
terjadi di kelenjar saliva. Masalah yang paling umum adalah penyumbatan saluran kelenjar
saliva yang mencegah drainase air liur.
Metode: Artikel ini dibuat dengan metode literature review, melibatkan 30 referensi baik
buku dan jurnal nasional atau internasional.
Pembahasan: Sialadenitis adalah peradangan atau infeksi pada kelenjar saliva yang
dapat mempengaruhi kelenjar saliva parotid, submandibular dan yang minor. Sialadenitis
dapat disebabkan oleh faktor menular atau tidak menular. Infeksi bakteri atau virus
merupakan etiologi yang paling sering. Staphylococcus adalah penyebab bakteri pada
umumnya, sedangkan paramyxovirus adalah penyebab virus yang sering. Temuan
pencitraan pada kasus ini bervariasi antara pembesaran kelenjar ludah unilateral atau
bilateral, atrofi, abses, dilatasi duktus, kista, batu dan kalsifikasi. Pencitraan dapat
mendeteksi abses pada sialadenitis supuratif bakteri akut, perubahan duktus dengan kista
pada orang dewasa kronis dan parotitis berulang remaja. Korelasi temuan pencitraan
dengan presentasi klinis dapat membantu diagnosis sialadenitis. Sialadenitis pasca terapi
dapat terjadi setelah pasien dilakukan radioterapi, yodium radioaktif atau operasi.
Simpulan: Diagnosis dan tatalaksana sialadenitis bakteri yang tepat dapat mencegah
komplikasi dan prognosis menjadi baik.

Kata kunci: abses, inflamasi, kelenjar saliva, sialadenitis, tatalaksana

DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF BACTERIAL


SIALADENITIS
ABSTRACT

Introduction: Various diseases ranging from obstruction, infection, to benign and


malignant tumors occur in the salivary glands. The most common problem is the blockage
of the salivary gland ducts which prevents salivary drainage.
Method: This article was created using the literature review method, involving 30
references in both national and international books and journals.
Discussion: Sialadenitis is inflammation or infection of the salivary glands which can affect
the parotid, submandibular and minor salivary glands. Sialadenitis can be caused by
infectious or non-communicable factors. Bacterial or viral infections are the most frequent
etiologies. Staphylococcus is a common cause of bacteria, while paramyxovirus is a

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 136


frequent cause of viruses. Imaging findings in this case vary between enlarged unilateral
or bilateral salivary glands, atrophy, abscesses, ductal dilatation, cysts, stones and
calcifications. Imaging can detect abscesses in acute bacterial suppurative sialadenitis,
ductal changes with cysts in chronic adults and recurrent adolescent parotitis. The
correlation of imaging findings with clinical presentation can help diagnose sialadenitis.
Post-therapy sialadenitis can occur after the patient has radiotherapy, radioactive iodine or
surgery.
Conclusion: Proper diagnosis and management of bacterial sialadenitis can prevent
complications and a good prognosis.

Keywords: abscess, inflammation, management, salivary gland, sialadenitis

1. PENDAHULUAN 2. METODE
Air liur (saliva) merupakan Metode dalam penulisan tinjauan
campuran kompleks cairan, elektrolit, pustaka ini yaitu dengan literature review
enzim, dan makromolekul yang berfungsi menggunakan literature searching.
bersama untuk melakukan beberapa Kriteria inklusi dalam tinjauan pustaka ini
peran penting yaitu, pelumasan untuk yaitu, jurnal atau buku yang berasal dari
membantu menelan dan pencernaan, tahun 2014 sampai 2020. Hasil literature
metabolisme pati dengan amilase pada searching, didapatkan 30 sumber
saliva, modulasi rasa, perlindungan pustaka yang berasal dari Google
terhadap karies gigi dan pertahanan Scholar, PubMed, MeSH, dan SCOPUS.
melawan patogen. Kelenjar saliva mayor
adalah kelenjar parotis, submandibular, 3. PEMBAHASAN
dan sublingual. Kelenjar saliva minor Kelenjar saliva mayor meliputi
yang melapisi mukosa bibir, lidah, kelenjar parotis, submandibular, dan
rongga mulut, dan faring.[1] sublingual, sedangkan kelenjar saliva
Penyakit kelenjar saliva utama minor tersebar di seluruh rongga mulut
kadang-kadang ditemukan pada dan orofaring termasuk bibir, mukosa
penyakit primer yang terlokalisir. bukal, palatum keras dan lunak. Pada
Sialadenitis obstruktif (dari batu atau orang dewasa, diperkirakan ada 600-
penyempitan) menyumbang sekitar 1000 kelenjar ludah minor.[1,4]
setengah dari kelainan kelenjar saliva.[2] Kelenjar air liur memiliki arsitektur
Neoplasma kelenjar ludah relatif jarang; yang sama dengan sekelompok sel
hanya sekitar 6% dari semua tumor eksokrin yang terbentuk menjadi asinus
kepala dan leher, dan insidensi dengan saluran sekretori yang
keseluruhannya adalah dua hingga mengarahkan saliva ke dalam saluran
delapan per 100.000 orang di Amerika pengumpul (saluran Stensen untuk
Serikat. Infeksi dan peradangan kelenjar parotis, saluran Wharton untuk kelenjar
air saliva memiliki berbagai macam salah submandibular, dan saluran dari Rivinus
satunya sialadenitis. Peradangan dan untuk kelenjar sublingual).[5] Gambar 1
infeksi kelenjar air liur dapat terjadi kapan menggambarkan arsitektur kelenjar
saja sejak neonatus dan hingga usia tua. saliva.
Penyebab infeksi dari sialadenitis yaitu Kelenjar saliva adalah organ
patogen virus dan bakteri. Diagnosis dan eksokrin yang mengeluarkan campuran
manajemen tatalaksana yang tepat bahan serosa atau musin. Diperkirakan
dapat menghasilkan prognosis yang 1–1,5 L saliva diproduksi setiap hari.
lebih baik.[3] Maka dari itu, pada tinjauan Parotid menghasilkan sekitar 20-25%
pustaka ini penulis akan dari total air liur harian yang sebagian
mempresentasikan diagnosis dan besar bersifat serosa. Kelenjar
tatalaksana yang tepat untuk sialadenitis submandibular menghasilkan sebagian
akut maupun kronis. besar air liur yang tidak distimulasi (70-
75%) dengan campuran serosa dan
campuran mukoid. Kelenjar saliva

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 137


Tabel 1. Faktor risiko terjadinya
sialadenitis infeksi[6]
Penurunan produksi air liur
Gangguan autoimun
Sirosis bilier primer
Sarkoidosis
Sindrom Sjogren
Dehidrasi
Penyebab iatrogenik (operasi
perut, istirahat usus, puasa),
lansia, neonatus
Obat-obatan (lihat daftar pada Tabel
2)
Radiasi
Gambar 1. Struktur kelenjar saliva Yodium radioaktif
termasuk asinus, saluran interkalasi dan Gagal ginjal
saluran lurik.[6] Penurunan aliran air liur
Cystic fibrosis
sublingual dan minor mengeluarkan Striktur duktus
sebagian besar saliva mukoid.[5] Sifat Sialolithiasis
biologis air liur memberikan penghalang Tumor yang menyebabkan obstruksi
alami dalam terjadinya infeksi. Komposisi duktus
saliva bervariasi tergantung pada Cedera iatrogenik
berbagai faktor termasuk rangsangan, Imunosupresi
ritme sirkadian, serta tingkat sekresi dan Infeksi gigi
reabsorpsi senyawa organik dan
anorganik.[4] Protein saliva termasuk ginjal dapat menyebabkan pasien
amilase, sistatin, musin, peroksidase, mengalami dehidrasi.[9]
lisozim yang semuanya berfungsi Selain itu, berbagai obat (Tabel 2)
sebagai antimikroba. Ada juga sekresi dapat berefek pada kekeringan rongga
imunoglobulin termasuk IgA, dan pada mulut dan penurunan aliran saliva.[10,11]
tingkat yang lebih rendah IgG dan IgM. Terapi radiasi untuk kanker kepala dan
Komponen-komponen ini ditemukan leher sering berefek pada kelenjar saliva.
dalam sekresi mukoid.[7] Tidak hanya Dosis radiasi sebesar 10-35 Gy ke
terdapat sifat antibakteri di saliva, kelenjar saliva dapat menyebabkan
alirannya juga membantu penghancuran asini saliva dengan
menghilangkan kotoran dan bakteri dari menghancurkan kelenjar penghasil
saluran saliva dan mencegah infeksi.[8] serosa.[12] Hal ini dapat dilihat pada
Faktor risiko dalam terjadinya pasien yang menjalani pengobatan
infeksi kelenjar saliva meliputi kondisi yodium radioaktif untuk kanker tiroid.
yang menurunkan aliran saliva serta Beberapa kondisi autoimun seperti
yang berhubungan dengan imunosupresi sindrom Sjögren, sarkoidosis, dan sirosis
(Tabel 1). Infeksi gigi juga meningkatkan bilier primer juga sering dengan
risiko infeksi kelenjar saliva. Penularan penurunan produksi saliva.[13]
bakteri dari rongga mulut ke saluran Aliran keluar saliva yang menurun
saliva dan kelenjar saliva juga biasanya karena obstruksi. Hal ini bisa
menyebabkan infeksi.[7,8] Penurunan disebabkan oleh striktur duktal atau
produksi air liur dapat terjadi karena sialolithiasis dan juga tumor. Hal ini juga
dehidrasi oral. Hal ini dapat terjadi karena bisa disebabkan oleh cedera iatrogenik
output dari penyebab iatrogenik seperti pada saluran keluarnya kelenjar. Cystic
mempuasakan pasien sehingga fibrosis dapat menyebabkan penurunan
membuat usus beristirahat atau aliran saliva juga. Imunosupresi
membatasi asupan air. Kondisi medis meningkatkan risiko sialadenitis bakteri.
lainnya seperti demensia atau gagal Selain itu, pasien yang secara aktif

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 138


Tabel 2. Obat-obatan yang mengandung antimikroba dan
memengaruhi produksi dan aliran imunoglobulin. Populasi yang lebih
saliva[6] sering terkena yaitu orang tua dan pada
Amfetamin orang yang tidak cukup terhidrasi. Pasien
Anti-aritmia, kelas IB (mis., Mexiletine) yang menjalani operasi pada pinggul
Antikolinergik (mis., Atropin, atau perut lebih berisiko, meskipun risiko
propantheline, tiotropium) keseluruhan pada populasi bedah
Antidepresan rendah antara 1 dalam 1000 dan 2000
Bupoprion prosedur.[14]
Lithium Pasien biasanya mengalami
Inhibitor serotonin selektif (SSRI) pembengkakan akut dan nyeri tekan
Trisiklik yang signifikan pada kelenjar yang
Antihistamin terkena; 30% memiliki eritema pada
Antihipertensi kelenjar. Pasien mungkin memiliki gejala
Alfa blocker (mis., Doxazosin, sistemik termasuk demam, menggigil,
terazosin) dan malaise. Pemeriksaan fisik juga
Beta blocker akan sering menunjukkan kehangatan
Calcium channel blocker dan indurasi di atas kelenjar yang
Central acting (mis., Clonidine) terkena. Pemeriksaan intraoral biasanya
Anti-neoplastik (mis., Antibodi menunjukkan membran mukosa
monoklonal) kering.[15] Palpasi bimanual pada kelenjar
Antipsikotik parotis akan sering menghasilkan sekret
Antiretroviral yang purulen (Gambar. 2).
Antispasmodik (mis., Baclofen, Pencitraan dapat dilakukan,
tizanidine) meskipun sialadenitis bakteri akut
Penekan nafsu makan (mis., sebagian besar merupakan diagnosis
Sibutramine) klinis. Sialografi dapat memperburuk
Bifosfonat peradangan, namun CT atau pencitraan
Racun botulinum ultrasound dapat dilakukan jika pasien
Diuretik tidak membaik dengan obat-obatan
Inhibitor monoamine-oksidase-B dalam mengevaluasi abses. Jika pada
(mis., Selegilin, rasagilin) pemeriksaan didapatkan sekret
Opioid purulensi, sekret dapat dikultur untuk
Inhibitor pompa proton menentukan jenis bakteri dan membantu
Obat inkontinensia urin menentukan antibiotik yang sesuai.[16]

dirawat dengan kemoterapi karena


keganasan tidak hanya akan mengalami
imunosupresi, tetapi juga dapat dengan
mukositis dan odinophagia yang
menyebabkan dehidrasi dan kebersihan
mulut yang buruk. Diabetes sering
menjadi faktor risiko tetapi frekuensi
diabetes dalam kejadian sialadenitis
bakteri akut tampaknya sama saja jika
pasien tanpa diabetes.[2]

Sialadenitis Bakteri Akut


Sialadenitis akut dapat terjadi
akibat kontaminasi bakteri flora oral
retrograde melalui saluran pengumpul Gambar 2. Pandangan intraoral saluran
kelenjar saliva. Semua kelenjar dapat Stenson (saluran parotis) dengan bukti
terinfeksi, namun kelenjar parotis purulensi pada pijatan parotis.[6]
terinfeksi secara tidak proporsional
karena sebagian besar sekresi serous.
Sehingga mengakibatkan saliva tidak

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 139


Sebagian besar infeksi bakteri Tabel 3. Investigasi diagnosis
akut disebabkan oleh Staphylococcus sialadenitis.[20]
aureus. Methicillin-resistant S. aureus Pemeriksaan
(MRSA) merupakan patogen yang sering Pemeriksaan • Kultur dan
dalam beberapa kasus neonatal. Bakteri Awal sensitivitas
anaerob, termasuk Peptostreptococcus, eksudat dari
Prevotella, dan Fusobacterium, juga saluran yang
sering pada pasien dengan terinfeksi
sialadenitis.[3,17]. Di Asia Timur, Klebsiella • Darah
pneumoniae telah menjadi patogen Lengkap
penting untuk beberapa infeksi • Radiografi
(misalnya, abses hati dan wajah (oklusal
endophthalmitis endogen), dan bakteri ini dan / atau film
juga telah menjadi penyebab abses jaringan
parotis dalam populasi di Taiwan.[18] lunak)
Penegakkan diagnosis untuk
sialadenitis ini terdapat beberapa Pemeriksaan • USG kelenjar
langkah, yang pertama adalah yang perlu yang terkena
anamnesis dan periksaan fisik, lalu dipertimbangka • Computed
dilakukan pemeriksaan sesuai tabel 3. n tomography
Terapi awal pada sialadenitis akut harus scan
dengan antibiotik spektrum luas yang
• Digital
memiliki cakupan anaerob dan aerob,
Subtraction
seperti amoksisilin-klavulanat untuk
Angiography
pasien rawat jalan atau ampicillin-
(DSA)
sulbactam intravena atau piperacillin-
Sialografi
tazobactam untuk pasien rawat inap.
• Magnetic
Pada pasien dengan faktor risiko
Resonance
kolonisasi MRSA, biasanya akan dirawat
(MR)
inap jangka panjang sambil menunggu
Sialografi
hasil kultur yang sesuai, diterapi dengan
vankomisin intravena.[2,19]
Pada banyak pasien terdapat penurunan Pemeriksaan • Sialoendosco
aliran saliva dan berkurangnya produksi. Lanjutan py
Dengan demikian, langkah-langkah
seperti kebersihan mulut yang agresif, Dengan terapi yang tepat
hidrasi, dan stimulasi saliva (termasuk hidrasi), sebagian besar
menggunakan sialagogues (misalnya., pasien akan membaik dan komplikasi
Permen asam, irisan lemon, jus jeruk) jarang terjadi. Komplikasi dapat
merupakan salah satu terapi.[21] Obat- mencakup pembentukan abses parotis
obatan yang dapat membuat membran serta penyebaran infeksi yang
mukosa kering (Tabel 2) harus dihindari. menyebabkan septikemia, tromboflebitis,
Aliran saliva juga dapat ditingkatkan atau osteomielitis. Kelumpuhan wajah
dengan menggunakan kompres hangat jarang terjadi dan biasanya karena
serta pijat parotis. Pasien atau staf terdapat tumor parotid sebelumnya atau
perawat harus diinstruksikan untuk keganasan yang menyebabkan obstruksi
melakukan pijatan dengan tekanan lalu menyebabkan sialadenitis. Algoritma
eksternal yang kuat mulai dari sudut penatalaksanaan sialadenitis dijelaskan
mandibula dan menuju komisura oral pada tabel 4.
(untuk kelenjar parotis) atau ke Mortalitas dengan diagnosis
submentum (untuk kelenjar sialadenitis bakteri akut, terutama pada
submandibular). Respons positif orang tua. Dalam populasi ini,
biasanya terlihat dalam 2-3 hari.[1] sialadenitis bakteri sering terjadi pada
keadaan diperberat dengan komorbiditas
multipel yang menurunkan imunitas
seluler (misalnya., Kanker), imobilitas

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 140


Tabel 4. Algoritma penatalaksanaan sialadenitis.[20]
Inisial
Tanda-tanda Amankan jalan napas
kompromi jalan napas + Antibiotik spektrum luas
+ Cairan intravena

Akut
Sialadenitis bakteri Antibiotik intravena spektrum luas atau oral
akut (non obstruktif) + Manajemen konservatif (hidrasi, pereda nyeri, dan sialogogues)
+ Kortikosteroid oral
+ Drainase bedah

Sialadenitis obstruktif Manajemen konservatif (hidrasi, pereda nyeri, dan sialogogues)


+ Pengangkatan batu secara intervensi
Jika dengan infeksi + Antibiotik spektrum luas intravena atau oral

Sialadenitis autoimun Manajemen konservatif (hidrasi, pereda nyeri, dan sialogogues)


+ Pengganti ludah sintetik dan sialogogue
+ Pengobatan kondisi yang mendasarinya

Sialadenitis nekrotikan Observasi


subakut

Kronik
Sialadenitis kronis: Manajemen konservatif (hidrasi, pereda nyeri, dan sialogogues)
berulang atau Jika dengan infeksi + Antibiotik spektrum luas intravena atau oral
sklerosis (<3 kali /
tahun atau tidak)

Sialadenitis berulang: Eksisi bedah kelenjar yang terkena


penyebab apa pun (> 3
kali/tahun atau
serangan hebat)

(mis., Disfungsi ambulatori atau risiko Sialadenitis Bakteri Kronis Berulang


jatuh), kebersihan mulut yang buruk Sialadenitis kronis biasanya
(mis., Demensia), dehidrasi, dan mempengaruhi kelenjar parotis atau
malnutrisi. Dalam beberapa laporan, biasanya disebut “parotitis kronis”.
mortalitas dapat mendekati 50%, dengan Juvenile recurrent parotitis adalah suatu
satu seri kasus menunjukkan kematian kondisi etiologi yang tidak diketahui yang
80% di antara pasien yang didiagnosis biasanya menyerang anak-anak dan
dengan parotitis bakteri akut, meskipun ditandai dengan episode berulang
disertai dengan kondisi medis lainnya.[14] dengan pembengkakan dan kemerahan
Selain muncul pada orang tua, ada pada satu atau kadang-kadang kedua
sialadenitis bakteri juga dapat terjadi kelenjar parotis. Pasien mungkin
pada bayi baru lahir, disebut parotitis mengalami demam tetapi infeksi
neonatal akut atau parotitis supuratif biasanya tidak ditemukan. Gejala yang
neonatal. Infeksi kelenjar submandibular paling umum yaitu adalah
neonatal juga dapat terjadi. Insidensi pembengkakan, nyeri dan demam.
parotitis supuratif neonatal jarang dan Purulensi dari saluran Stenson tidak
diperkirakan 13,8 per 10.000 terlihat, dan antibiotik tampaknya tidak
neonatus.[22] memiliki peran kecuali dalam kasus
superinfeksi.[23,24] Episode dapat
berlangsung beberapa hari dan biasanya
berulang setiap 3-4 bulan. Hanya

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 141


sebagian kecil pasien yang ditemukan Abses Kelenjar Saliva
memiliki kondisi reumatologis atau Pada pasien yang gagal
memiliki imunosupresan. Meskipun menunjukkan perbaikan terapi
kekambuhan biasanya sembuh dengan menggunakan antibiotik dalam waktu 72
masuk pubertas, episode berulang jam, harus dipikirkan untuk menjadi
sebelum itu dapat menyebabkan abses. Ultrasonografi (Gambar. 3) atau
hilangnya fungsi parotis. Sampai saat ini, pencitraan CT (Gambar. 4) dapat
tidak ada perawatan yang tampaknya digunakan untuk mengidentifikasi
efektif dalam mencegah kekambuhan. adanya abses kelenjar saliva. Koalesensi
Baru-baru ini, sialendoskopi telah ini muncul sebagai lesi dengan
digunakan untuk mencegah gambaran hipoechoik atau hipodense
kekambuhan dan menjadi alat yang pada pencitraan. Dalam mengevaluasi
menjanjikan prognosis, berdasarkan pencitraan, penting juga untuk
ulasan literatur dan studi meta- menghilangkan kondisi patologi lain yang
analisis.[25,26] mungkin yang dapat memiliki gejala yang
Pada pasien dengan parotitis serupa seperti keganasan parotis,
berulang onset dewasa, tanpa obstruksi limfoma, atau abses ruang masticator
yang dapat diidentifikasi (mis., Batu, yang berhubungan dengan karies gigi.
tumor, striktur duktus), upaya yang harus
dilakukan adalah untuk mengidentifikasi
etiologi bakteri pada setiap episode dan
memberikan pengobatan antibiotik yang
tepat. Konsultasi dengan ahli
reumatologi dan dokter penyakit menular
harus dipertimbangkan. Pada pasien
yang tidak mengalami obstruksi,
biasanya berpengaruh pada kondisi
reumatologis sistemik, atau infeksi
persisten. Sialendoskopi dapat
membantu baik secara diagnostik
maupun terapeutik.[23] Jika ini gagal, Gambar 3. Pencitraan ultrasonografi
maka intervensi bedah dapat dianggap menunjukkan abses parotis.[6]
sebagai upaya terakhir, memanfaatkan
pendekatan parotidektomi total.[27]
Pembedahan ini biasanya menjadi
tantangan sendiri karena infeksi,
peradangan, dan jaringan parut yang
sering terjadi. Dalam kasus ini, pasien
harus diberitahu tentang risiko akan
adanya paresis saraf wajah, yang
mungkin bersifat sementara, atau
paresis dan kelumpuhan saraf wajah
jangka panjang. Demikian pula,
intervensi bedah tidak menjamin bahwa
semua gejala akan menjadi perbaikan.
Jika pembedahan dipertimbangkan
dalam tatalaksana sialadenitis bakteri
berulang dan kronis, harus dilakukan
ketika pasien tidak saat infeksi aktif. Hal
ini mungkin memerlukan pretreatment
dengan antibiotik dan kemudian
Gambar 4. CT aksial (atas) dan Coronal
pertimbangan perawatan lebih lama
(bawah) dengan kontras yang
pasca operasi.
menunjukkan area hipodens dengan
baik – ditunjuk dengan panah putih.[6]

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 142


Setelah abses kelenjar saliva terjadi, saliva. Jarang sekali kasus pasien yang
manajemen medis saja tidak akan cukup akan berkembang menjadi abses lalu
untuk resolusi. Penatalaksanaan lanjut membutuhkan drainase bedah.
menggunakan aspirasi jarum bisa di
pertimbangkan. Manajemen definitif DAFTAR PUSTAKA
yang direkomendasikan yaitu drainase 1. Kessler AT, Bhatt AA. Review of
bedah.[28,29] the Major and Minor Salivary
Dalam kasus-kasus tertentu, Glands, Part 1: Anatomy,
seperti abses dengan volume kecil, Infectious, and Inflammatory
abses yang superfisial, non-lokalisir, dan Processes. J Clin Imaging Sci.
mudah diakses. Dilakukan dibuat 2018;8:1–8.
sayatan kecil melalui kulit wajah atau 2. Ogle OE. Salivary Gland
leher di lokasi abses dengan mengikuti Diseases. Dent Clin North Am.
jalur otot wajah. Kemudian diseksi 2020;64(1):87–104.
tumpul, sepanjang arah cabang saraf 3. Wilson KF, Meier JD, Ward PD,
wajah, dilakukan untuk memasuki City SL. Salivary Gland Disorders.
rongga abses dengan cara yang paling Am Fam Physician.
tidak traumatis untuk mendapatkan 2014;89(11):882–8.
drainase dan irigasi rongga abses. Drain 4. Acharya S. On characteristics of
pasif dipasang, dilakukan irigasi dan Burning Mouth Syndrome
memeriksa rongga abses apakah akan patients. University of
terjadi akumulasi berulang.[30] Gothenburg; 2018.
Pendekatan bedah pada abses 5. Xu F, Laguna L, Sarkar A. Aging-
parotid sangat mirip dengan yang related changes in quantity and
digunakan untuk parotidektomi untuk quality of saliva: Where do we
pengangkatan tumor jinak atau ganas. stand in our understanding? J
Sayatan Blair yang dimodifikasi biasanya Texture Stud. 2019;50(1):27–35.
sering digunakan. Setelah dilakukan 6. Goyal N, Deschler DG. Bacterial
insisi drainasi dan flap, mengairi luka Sialadenitis. In: Infections of the
secara menyeluruh dan memastikan Ears, Nose, Throat, and Sinuses.
drainase lengkap, luka harus ditutup Boston: Springer International
melalui drain pasif yang keluar dari Publishing; 2018. p. 291–9.
bagian insisi. Pasca operasi, pasien 7. Pedersen AML, Belstrøm D. The
harus melanjutkan antibiotik yang sesuai role of natural salivary defences in
hasil kultur serta melakukan kebersihan maintaining a healthy oral
mulut dan hidrasi yang baik.[31] microbiota. J Dent.
2019;80(July):S3-12.
4. SIMPULAN 8. Kubala E, Strzelecka P,
Sialadenitis bakteri merupakan Grzegocka M, Lietz-Kijak D,
komplikasi signifikan dari penurunan Gronwald H, Skomro P, et al. A
aliran saliva atau produksinya yang Review of Selected Studies That
memungkinkan kontaminasi bakteri Determine the Physical and
secara retrograde. Faktor risiko termasuk Chemical Properties of Saliva in
obstruksi duktus, kondisi medis tertentu, the Field of Dental Treatment.
atau obat-obatan yang mengarah ke Biomed Res Int. 2018;2018:1–13.
xerostomia atau dehidrasi, imunosupresi, 9. Vanholder R, Glorieux G. The
infeksi gigi, dan usia yang ekstrem intestine and the kidneys: A bad
(neonatus dan usia lanjut), tetapi marriage can be hazardous. Clin
beberapa pasien tidak memiliki faktor Kidney J. 2015;8(2):168–79.
risiko yang dapat diidentifikasi. 10. Wolff A, Joshi RK, Ekstrom J,
Staphylococcus aureus merupakan Aframian D, Pedersen AML,
patogen paling sering menjadi penyebab. Proctor G, et al. A Guide to
Tatalaksana utamanya adalah obat- Medications Inducing Salivary
obatan dengan antibiotik dan terapi Gland Dysfunction, Xerostomia,
konservatif (mis. Kompres, pijat, hidrasi) and Subjective Sialorrhea: A
untuk meningkatkan produksi dan aliran Systematic Review Sponsored by

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 143


the World Workshop on Oral FA, Troeltzsch M, Ehrenfeld M,
Medicine VI. Drugs R D. 2017 Otto S. Antibiotic concentrations
Mar;17(1):1–28. in saliva: a systematic review of
11. Mahdiabadi FM, Nikvarz N. the literature, with clinical
Captopril-induced sialadenitis in a implications for the treatment of
patient with end-stage renal sialadenitis. J Oral Maxillofac
disease. J Res Pharm Pract. Surg. 2014 Jan;72(1):67–75.
2016;5(2):146–8. 20. Avery C. Sialadenitis. BMJ Best
12. Pinna R, Campus G, Cumbo E, Practice. 2018. p. 1–40.
Mura I, Milia E. Xerostomia 21. Christou A, Papastavrou E,
induced by radiotherapy: an Merkouris A, Frangos S, Tamana
overview of the physiopathology, P, Charalambous A. Clinical
clinical evidence, and Studies of Nonpharmacological
management of the oral damage. Methods to Minimize Salivary
Ther Clin Risk Manag. 2015 Feb Gland Damage after Radioiodine
4;11:171–88. Therapy of Differentiated Thyroid
13. Daniel FI, Lima LD, Grando LJ, Carcinoma : Systematic Review.
Castro R, Cordeiro EAK, Dos Evidence-Based Complement
Santos CR. Salivary evaluation in Altern Med. 2016;2016:1–11.
radioactive I(131) treated patients 22. Lindell E, Lundqvist A. Neonatal
with thyroid carcinoma. Acta suppurative parotitis. Vol. 116,
Odontol Scand. 2018 Lakartidningen. Sweden; 2019. p.
Mar;76(2):148–52. 1.
14. Coutaz M. Acute bacterial 23. Garavello W, Redaelli M, Galluzzi
parotitis in the frail elderly subject: F, Pignataro L. Juvenile recurrent
a harbinger of death? Vol. 15, parotitis: A systematic review of
Journal of the American Medical treatment studies. Int J Pediatr
Directors Association. United Otorhinolaryngol. 2018
States; 2014. p. 369–70. Sep;112:151–7.
15. Stafford JA, Moore CA, Mark JR. 24. Singh P, Gupta D. Juvenile
Acute sialadenitis associated with Recurrent Parotitis. Vol. 86,
2017-2018 influenza A infection: Indian journal of pediatrics. India;
A case series. Vol. 128, The 2019. p. 749.
Laryngoscope. United States; 25. Ramakrishna J, Strychowsky J,
2018. p. 2500–2. Gupta M, Sommer DD.
16. Abdel Razek AAK, Mukherji S. Sialendoscopy for the
Imaging of sialadenitis. management of juvenile recurrent
Neuroradiol J. 2017 parotitis: a systematic review and
Jun;30(3):205–15. meta-analysis. Laryngoscope.
17. Poveda-Montoyo I, Martorell- 2015 Jun;125(6):1472–9.
Llobregat C, Coy-Coy J, Ramos- 26. Papadopoulou-Alataki E,
Rincon JM. Acute bacterial Dogantzis P, Chatziavramidis A,
parotitis due to methicillin- Alataki S, Karananou P, Chiona
resistant Staphylococcus aureus K, et al. Juvenile Recurrent
in an institutionalized Parotitis: The Role of
nonagenarian patient. Vol. 29, Sialendoscopy. Int J Inflam.
Revista espanola de 2019;2019:7278907.
quimioterapia : publicacion oficial 27. Roby BB, Mattingly J, Jensen EL,
de la Sociedad Espanola de Gao D, Chan KH. Treatment of
Quimioterapia. Spain; 2016. p. juvenile recurrent parotitis of
286–7. childhood: an analysis of
18. Chi T, Yuan C, Chen H. Parotid effectiveness. JAMA Otolaryngol
abscess: a retrospective study of Head Neck Surg. 2015
14 cases at a regional hospital in Feb;141(2):126–9.
Taiwan. B-ENT. 2014;10:315–8. 28. Hammett JT, Walker C.
19. Troeltzsch M, Pache C, Probst Sialolithiasis. Treasure Island

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 144


(FL): StatPearls Publishing; 2020.
1 p.
29. Vaikjarv R, Mandar R, Kasenomm
P. Peritonsillar abscess is
frequently accompanied by
sepsis symptoms. Eur Arch
Otorhinolaryngol. 2019
Jun;276(6):1721–5.
30. Kim YY, Lee DH, Yoon TM, Lee
JK, Lim SC. Parotid abscess at a
single institute in Korea. Medicine
(Baltimore). 2018;97(30):1–3.
31. Alam M, Hasan SA, Hashmi SF,
Singh PK. Facial Palsy due to
Parotid Abscess : An Unusual
Complication. Turk Arch
Otorhinolaryngol. 2016;54:168–
71.

JIMKI Volume 8 No.2 | Maret – Agustus 2020 145

Anda mungkin juga menyukai