Anda di halaman 1dari 48

Pendahuluan

1. Difusi Keadaan Tunak


2. Difusi Melalui Membran (Difusi Sel)
3. Difusi Biologis
Pengetahuan Dasar

Pendahuluan
Difusi

Absorpsi
Ultrafiltrasi dan
dan Dialisis Eliminasi
Difusi dan Obat
Pelepasan
Obat

Pelepasan
Osmosis
Obat
Adalah proses transfer massa molekul tunggal suatu senyawa

Difusi

Pendahuluan
yang terjadi karena gerakan molekul acak dan dikaitkan dengan
adanya gaya dorong seperti gradiensi konsentrasi melalui suatu
batas (membran biologis  permeasi).

Difusi obat melalui membran biologis dibutuhkan agar obat


dapat, a.l.:
 Di-Absorpsi ke dalam tubuh
 Di-Distribusikan melalui darah untuk mencapai tempat
kerjanya
 Di-Metabolisme di hati
 Di-Eliminasi keluar dari tubuh melalui ginjal
Pendahuluan
Difusi
Pada prinsipnya mekanisme transfer massa secara garis besar

Transfer Massa

Pendahuluan
hanya dibagi menjadi:
1. Transeluler (transmembran) → Menembus medium (kelarutan
dalam bahan penyusun medium)
2. Paraseluler (paramembran) → Melalui antar pori/celah
(ukuran dan bentuk molekul yang berdifusi dengan diameter
dan bentuk pori/celah medium)

Transfer massa dalam ilmu farmasetika, meliputi:


 Pelepasan dan disolusi obat (tablet, serbuk, granul)
 Liofilisasi, ultrafiltrasi dan proses mekanik lainnya
 Pelepasan obat dari basis salep dan supositoria
 Lewatnya uap air, gas, obat dan eksipien pada bentuk sediaan
melalui: salut, kemasan, lapisan tipis, dinding wadah plastik,
segel dan tutup
 Permeasi dan distribusi molekul obat dalam jaringan hidup
Zat terlarut/pelarut, memiliki beberapa cara untuk dapat

Transfer Membran

Pendahuluan
melewati membran fisik atau membran biologis meliputi:
(a) Difusi molekuler atau permeasi melalui medium tidak
berpori
→ Bergantung pada kemampuan melarutnya molekul yang akan
berpenetrasi (kelarutan)
dalam bahan penyusun
membran.
Zat terlarut/pelarut, memiliki beberapa cara untuk dapat

Transfer Membran

Pendahuluan
melewati membran fisik atau membran biologis meliputi:
(b) Difusi molekuler atau permeasi melalui medium berpori
Pergerakan molekul melalui pori yang berisi pelarut sebagai
media pembawanya, proses ini → bergantung pada ukuran relatif
molekul yang akan berpenetrasi dan ukuran diameter pori-pori
yang akan dilewati.

Proses ini serupa dengan


“Filtrasi Sederhana”.
Transfer obat melalui

Transfer Membran

Pendahuluan
kulit:
Lewatnya molekul steroid
yang disubstitusi dengan
gugus hidrofilik melalui
kulit manusia terutama
melibatkan transpor melalui;
 Folikel rambut
 Saluran sebum
 Pori-pori keringat
Zat terlarut/pelarut, memiliki beberapa cara untuk dapat

Transfer Membran

Pendahuluan
melewati membran fisik atau membran biologis meliputi:
(c) Difusi molekuler/permeasi melalui dan/atau diantara rantai
membran berserabut (anyaman; pori/celah asimetris)
→ Melalui pori-pori/celah (filtrasi) membran; bergantung pada
ukuran dan bentuk molekul yang berdifusi
→ Menembus membran; (untuk molekul yang ukurannya besar
dan bentuknya yang
tidak cocok dengan
pori/celah);
bergantung pada
kelarutan molekul
pada matriks mem-
bran yang akan di
penetrasi
Difusi melalui membran biologis merupakan suatu faktor penting

Absorpsi dan Eliminasi Obat

Pendahuluan
bagi obat untuk memasuki tubuh (Absoprsi) ataupun keluar dari
tubuh (Eliminasi).

Proses difusi lintas membran yang dialami oleh proses Absoprsi


Obat secara prinsip mekanisme kerjanya adalah sama dengan
proses obat keluar dari tubuh/Eliminasi.

Prinsip u/ memahami Konsep Absorpsi Obat Lintas Membran:


1. Fraksi/Bentuk terionisasi (Garam; dari asam+basa) →
Polaritas↑ → Hidrofilik → Kelarutan dalam cairan biologis
(air)↑ → Disolusi dalam air↑
2. Fraksi/Bentuk tidak terionisasi (Larut secara molekular;
bentuk asam/basa) → Polaritas↓ → Lipofilik → Kelarutan
dalam bahan penyusun membran biologis (lipid)↑ → Absoprsi
lintas membran↑
Secara gasir besar mekanisme Absoprsi Obat Lintas Membran

Absorpsi Obat

Pendahuluan
(AOLM), meliputi:
1. Filtrasi (Transpor Konvektif); Ukuran molekul Vs Diameter
pori/celah membran
2. Difusi Pasif (pH partisi hipotesis); Koefisien partisi obat
dalam lemak Vs air melalui sifat keasamannya
3. Transpor Aktif (terfasilitasi oleh “transporter”); Tidak
terpengaruh oleh gradien konsentrasi, perpindahannya
difasilitasi transporter dan memerlukan energi.
4. Difusi Sederhana (terfasilitasi oleh “transporter”); Gradien
konsentrasi, perpindahannya difasilitasi transporter dan tidak
memerlukan energi.
5. Pinositosis; Pembentukan vesikula (bintil) - “fagositosis”
6. Transpor oleh pasangan ion; Pembentukan kompleks netral
oleh senyawa endogen.
Absorpsi Obat

Pendahuluan
1. Filtrasi (Transpor Konvektif)

2. Difusi Pasif (pH partisi


hipotesis)
Absorpsi Obat

Pendahuluan
3. Transpor Aktif (terfasilitasi
oleh “Transporter”)

4. Difusi Sederhana
(terfasilitasi oleh “Transporter”)
Absorpsi Obat

Pendahuluan
5. Pinositosis

6. Transpor oleh pasangan ion


Adalah proses lepasnya obat (zat aktif) dari matriks pembawa

Pelepasan Obat

Pendahuluan
atau eksipiennya pada tempat/rute pemberiannya, tahapannya
meliputi:
 Difusi (transfer massa); sed. Transdermal/semisolid/supo
 Desintegrasi (penghancuran matriks pembawa obat); tablet
 Deagregasi (penghancuran agregat); granul
 Disolusi (kelarutan dalam media pembawa); hampir seluruh
bentuk sediaan

Catatan:
Saat berbeicara “disolusi”, berarti dapat saja kelarutan zat aktif
dalam media pembawa (umumnya berupa: air atau lipid; baik
yang dimodifikasi/dikondisikan seperti media disolusi tablet yang
menggunakan pelarut air mengandung enzym atau flora/m.o
normal yang ada di lambung).
Pendahuluan
Pelepasan Obat
Awalnya, didefinisikan sebagai berpindahnya zat terlarut maupun

Osmosis

Pendahuluan
pelarut melewati membran.

Sekarang, didefinisikan secara umum sebagai suatu aksi ketika


hanya pelarut yang dipindahkan (gradiensi volume pelarut).
Yakni pelarut melewati suatu membran semipermeabel untuk
mengencerkan larutan yang mengandung zat terlarut dan pelarut
pada kompartemen sebelahnya.

Sedangkan, peristiwa pindahnya zat terlarut bersama-sama


dengan pelarut dikenal sebagai difusi atau dialisis.
Pendahuluan
Osmosis
Pendahuluan
Osmosis
Pendahuluan
Osmosis
Ultrafiltrasi, digunakan untuk memisahkan partikel koloid dan

Ultrafiltrasi dan Dialisis

Pendahuluan
makromolekul dengan menggunakan membran berpori dengan
ukuran mikrometer.

Proses ini memerlukan tekanan untuk mendorong pelarut


melewati membran yakni dengan menggunakan pompa hidraulik,
sedangkan membran bermikropori akan mencegah lewatnya
molekul zat terlarut yang berukuran besar.

Proses ini biasa juga dikenal dengan istilah “Reverse Osmosis”


atau osmosis terbalik, dimana terjadi proses perpindah pelarut
dari yang konsentrasi rendah ke tinggi. Walaupun yang
terpindahkan tidak hanya pelarutnya saja melainkan zat
terlarutnya juga (dialisis) yang berukuran lebih kecil atau sama
dengan pori membran.
Pendahuluan
Ultrafiltrasi dan Dialisis
Dialisis, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan

Ultrafiltrasi dan Dialisis

Pendahuluan
kecepatan/laju solute dan solvent dalam melewati membran
mikropori.

Hemodialisis, membersihkan darah dari produk buangan


metabolik (molekul kecil) serta mengawetkan komponen darah
yang berbobot molekul besar.

Pemisahan berlangsung spontan dan tidak melibatkan penggunaan


tekanan/pompa hidraulik atau osmosis terbalik.
Pendahuluan
Ultrafiltrasi dan Dialisis
Pendahuluan
Ultrafiltrasi dan Dialsis
Pergerakan massa (trans- por

Dasar Termodinamik

Difusi Kead Tunak


massa). Pada prinsipnya atom
atau molekul itu dinamis dan
selalu bergerak secara acak
(Brownian) dikarenakan untuk
mencari posisinya yang paling
stabil sesuai dengan:
 Potensial kimia
 Potensial fisika
 Energi yang dimilikinya
 Perlakuan yang diberikan
Seperti faktor T, P, Energi
ikatan/kinetik, konsentrasi,
ukuran/bentuk molekul dll.

Keadaan Tunak (Kesetim-


bangan), adalah saat tidak
terjadi lagi pergerakan/
perpindahan zat terlarut atau
pelarut.
Hukum Difusi Fick (Hk. Fick I)

Hukum Fick I

Difusi Kead Tunak


Sejumlah M bahan, mengalir melalui suatu satuan luas penam-
pang melintang (S), dalam suatu waktu (t) disebut dengan
“Fluks/aliran” (J):

𝒅𝒅𝒅𝒅
𝑱𝑱 =
𝑺𝑺 . 𝒅𝒅𝒅𝒅

Dimana:
J = Fluks atau aliran (g/cm2.det atau mol/cm2.det)
M = Massa bahan yang mengalir/berpindah (gram atau mol)
S = Luas permukaan (cm2)
t = Waktu yang dibutuhkan bahan untuk berpindah (detik)
Hukum Difusi Fick (Hk. Fick I)

Hukum Fick I

Difusi Kead Tunak


“Fluks/aliran” (J) juga berbanding lurus dengan perbedaan
konsentrasi (dC/dx):
𝒅𝒅𝑪𝑪 𝑪𝑪𝒆𝒆𝒙𝒙 − 𝑪𝑪𝒊𝒊𝒊𝒊
𝑱𝑱 = −𝑫𝑫 Analogi >> 𝑱𝑱 = −𝑫𝑫
𝒅𝒅𝒙𝒙 𝒙𝒙𝒊𝒊𝒊𝒊 − 𝒙𝒙𝒆𝒆𝒆𝒆

Dimana:
J = Fluks atau aliran (g/cm2.det)
D = Koefisien difusi (cm2/det)
C = Konsentrasi (g/cm3 atau g/mL)
x = Jarak perpindahan yang tegak lurus dengan penampang (cm)

Tanda negatif (−) menandakan arah berlawanan dengan ke↑ konsentrasi


(dimana arah x adalah positif). Jadi, difusi terjadi pada arah pe↓
konsentrasi sehingga fluks/aliran (J) selalu bernilai positif.
Difusi akan berhenti saat tidak ada lagi gradiensi/perbedaan

Leadaan Tunak

Difusi Kead Tunak


konsentrasi (dC/dx = 0) sehingga J = 0.
Atau
Saat nilai fluks/aliran Jex = Jin; yaitu (dC/dx)ex = (dC/dx)in.

Sink Condition >>


Kondisi Sink (pengkondisian suatu sistem yang dijaga agar tetap

Kondisi Sink

Difusi Kead Tunak


terjadi proses difusi atau tidak terjadi kondisi tunak; dC/dx).
Yaitu suatu keadaan dimana difusi berdasarkan gradiensi
konsentrasi tetap dijaga agar terus berjalan, dengan kata lain
fluks/aliran tidak diperbolehkan (J = 0) atau (Jex = Jin).

Pengkondisian ini dilakukan dengan cara:


Mengeluarkan dan mengganti pelarut pada kompartemen internal
(reseptor) dengan pelarut baru secara konstan agar
konsentrasinya tetap rendah, sehingga konsentrasi pada
kompartemen external (donor) selalu lebih tinggi dan terus
berpindah ke kompartemen internal (reseptor).

Catatan:
Ilustrasi gambar ada pada slide sebelumnya
Kondisi Kuasistasioner (Kondisian suatu sistem yang seakan-akan

Kondisi Kuasistasioner

Difusi Kead Tunak


serupa dengan kondisi kondisi tunak; dC/dt).
Yaitu suatu keadaan dimana konsentrasi yang tidak selalu
konstan, melainkan dapat terjadi sedikit variasi terhadap waktu
sehingga (dC/dt tidak benar-benar 0).

Sehingga dengan kesalahan kecil, kondisi ini dapat dianggap


sebagai kondisi tunak.

Catatan:
Ilustrasi gambar ada pada slide sebelumnya
Hukum Fick II

Hukum Fick II

Difusi Membran
Persamaan yang dikembangkan dari Hk. Fick I, dimana nilai jarak
(x = cm) diganti dengan tebal membran (h = cm):

𝑫𝑫 𝒉𝒉 𝑪𝑪𝒆𝒆𝒙𝒙 − 𝑪𝑪𝒊𝒊𝒊𝒊
𝑱𝑱 = (𝑪𝑪𝒆𝒆𝒙𝒙 − 𝑪𝑪𝒊𝒊𝒊𝒊 ) → 𝑹𝑹 = → 𝑱𝑱 =
𝒉𝒉 𝑫𝑫 𝑹𝑹

Dimana:
J = Fluks atau aliran (g/cm2.det)
D = Koefisien difusi (cm2/det)
Cex = Konsentrasi kompartemen external/donor (g/cm3 atau g/mL)
Cin = Konsentrasi kompartemen internal/reseptor (g/cm3 atau g/mL)
h = Tebal membran (cm)
R = Resistensi difusi (det/cm)
Kondisi Sebelum atau Non-Tunak

Difusi Tunak Membran Lapis Tipis

Difusi Membran
>> Sink Condition (Cr = 0)

Kondisi Tunak >>


Saat profil C pada selaput linier
(tetap sama) dan J konstan.
Umumnya nilai C1 dan C2 dalam membran tidak diketahui, tetapi

Permeabilitas

Difusi Membran
digantikan oleh koefisien partisi (K) pada Cex dan Cin.

𝒅𝒅𝒅𝒅 𝑪𝑪𝒆𝒆𝒙𝒙 − 𝑪𝑪𝒊𝒊𝒊𝒊 𝑪𝑪𝒆𝒆𝒆𝒆 𝑪𝑪𝒊𝒊𝒊𝒊 𝒅𝒅𝒅𝒅 𝑪𝑪𝒅𝒅 − 𝑪𝑪𝒓𝒓


𝑱𝑱 = = 𝑫𝑫 � � ; 𝑲𝑲 = = ; = 𝑫𝑫𝑺𝑺𝑺𝑺 � �
𝑺𝑺 . 𝒅𝒅𝒅𝒅 𝒉𝒉 𝑪𝑪 𝒅𝒅 𝑪𝑪 𝒓𝒓 𝒅𝒅𝒅𝒅 𝒉𝒉

Saat “Sink condition” dipertahankan (Cr = 0):


𝒅𝒅𝒅𝒅 𝑪𝑪𝒅𝒅 𝑫𝑫𝑲𝑲
= 𝑫𝑫𝑺𝑺𝑺𝑺 � � = 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑪𝑪𝒅𝒅 ; dimana (P = cm/det) 𝑷𝑷 =
𝒅𝒅𝒅𝒅 𝒉𝒉 𝒉𝒉

(asumsi Cd = kosntan) → 𝑴𝑴 = 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑪𝑪𝒅𝒅 . 𝒕𝒕

Saat Cd berubah seiring waktu:


𝑷𝑷𝑷𝑷
𝒍𝒍𝒍𝒍𝒍𝒍 𝑪𝑪𝒅𝒅 = 𝒍𝒍𝒍𝒍𝒍𝒍 𝑪𝑪𝒅𝒅 (𝟎𝟎) − � � . 𝒕𝒕
𝟐𝟐, 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑 . 𝑽𝑽𝒅𝒅
Obat melintas melalui membran hidup mengikuti 2 (dua) kelas

Absropsi pada GI

Difusi Biologis
utama:
1. Transpor pasif (Difusi sederhana; gradiensi konsentrasi)
2. Transpor aktif (Difusi terfasilitasi dan memerlukan energi)
 Absorpsi pada GIT juga terjadi melalui mekanisme difusi pasif

Absropsi Obatpada GI

Difusi Biologis
(melintasi sel-sel dinding saluran cerna  liofilik)
 Obat-obatan biasanya berupa asam atau basa lemah yang
proses absorpsinya sangat dipengaruhi oleh keadaan ionisasi
 Bentuk tidak terionisasi merupakan bentuk yang mudah
melewati penghalang biologik (liofilik)
Contoh:
Asam lemah (HA) bisa menjadi 2 bentuk yaitu bentuk tidak terionisasi
(HA, dalam suasana asam) dan bentuk terionisasi (A- dalam suasana
basa)
Molekul asam lemah 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏

[𝑨𝑨 ] % 𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕 =
𝒑𝒑𝒑𝒑 = 𝒑𝒑𝒑𝒑 + 𝟏𝟏 + 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂 (𝒑𝒑𝒑𝒑𝒂𝒂 − 𝒑𝒑𝒑𝒑)
𝒂𝒂
[𝑯𝑯𝑨𝑨]
Molekul basa lemah 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
% 𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕 =
𝟏𝟏 + 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂 (𝒑𝒑𝒑𝒑 − 𝒑𝒑𝒑𝒑𝒂𝒂 )
Penetrasi perkutan, yaitu:

Absropsi Obat perkutan

Difusi Biologis
(a) Disolusi obat dalam pembawanya
(b) Difusi obat yang tersolubilisasi (zat terlarut) dari pembawa
menuju permukaan kulit
(c) Penetrasi obat melalui lapisan-lapisan kulit

Scheuplein, menemukan bahwa Konstanta Permeabilitas rata-


rata (Pskin) untuk air ke dalam kulit yaitu 1,0 x 10-3 cm/jam.
Konstanta Difusi rata-rata (Dskin) adalah 2,8 x 10-10 cm2/det.
Difusi Biologis
Absropsi Obat perkutan
Sinko, J.P. (2011). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika,
Edisi 5, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sinko, J.P., and Singh, Y. (2011). Martin’s Physical Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences: Physical Chemical and
Biopharmaceutical Principles in the Pharmaceutical Sciences,
6th-Edition, Wolters Kluwer-Lippincott Williams & Wilkins,
China.
“Sampaikanlah ilmu walaupun hanya satu ayat"
(Baginda Besar Muhammad Rasulullah saw)

Anda mungkin juga menyukai