Anda di halaman 1dari 3

RESENSI FILM G30SPKI

IDENTITAS FILM

Judul Film : G30S_PKI


Produser : G. Dwipayana
Sutradara : Arifin C. Noer
Penulis naskah : Nugroho Notosusanto
Penyunting : Supandi
Sinematografi : Hasan Basri
Durasi : 271 menit
Genre Film : Drama, Sejarah
Tanggal Rilis : 1984 (Indonesia)
09 Januari 2014 (rilis ulang)
Bahasa : Indonesia
Perusahaan produksi : PPFN
Pemeran : Bram Adrianto
Syubah Asa
Ade Irwan
Amoroso Katamsi
Umat Kayam
Didi Sadikin
Kies Slamet
Sofia WD
Wawan Wanisar
SINOPSIS

Film ini berlatar belakang peristiwa, rencana kudeta, serta penculikan para jenderal.
Peristiwa kudeta ini terjadi pada 30 September 1965 dan dilakukan oleh kolonel untung,
Komandan Batalyon Cakrabirawa. Dalam peristiwa G30S/PKI, 7 jenderal terbunuh, salah
satunya adalah Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.
Pada 30 September 1965, sekelompok tentara mengepung sebuah rumah di Jalan
Hasanuddin 53, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mereka mengepung dengan membawa
senjata laras panjang. Sang pemilik rumah, seorang perwira TNI Angkatan Darat yang saat
itu sedang berada di sebuah kamar di lantai 2 terlihat biasa saja.
Dengan mengenakan seragam militer lengkap, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan
berkaca ke sebuah cermin di lemari besar.
Beberapa kali ia merapikan seragamnya agar tidak terlihat kusut. Tentara sudah mulai
masuk dan menguasai lantai satu rumah. Tembakan pun dilepaskan.
Beberapa perabot rumah jadi sasaran tembakan. Istri dan anak DI Pandjaitan yang juga
berada di lantai 2 semakin ketakutan.
Seorang asisten rumah tangga melaporkan bahwa 2 keponakan DI Pandjaitan berada di
lantai satu, yaitu Albert dan Viktor terkena tembakan. Namun DI Pandjaitan tetap tenang.
Pandjaitan kemudian turun ke lantai 1 yang dikuasai oleh para tentara dengan langkah
perlahan. Pasukan tentara yang mengepung rumah Pandjaitan disebut berasal dari satuan
Cakrabirawa, pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno.
Saat sudah berada di hadapan para tentara, Pandjaitan diminta untuk segera naik ke truk
yang akan mengantarkannya ke Istana.
Mereka mengatakan bahwa Jenderal berbintang satu itu dipanggil oleh Presiden Soekarno
karena kondisi darurat. Sebelum itu Pandjaitan menyempatkan diri untuk berdoa yang
menyebabkan para tentara semakin marah.
Seorang tentara memukulkan popor senjata,, tapi oleh Pandjaitan ditepis sebelum
menghantam wajahnya. Tentara yang lain marah.
Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat itu ditembak. DI Pandjaitan pun tewas.
Jenazah Pandjaitan kemudian dimasukkan dalam truk dan dibawa pergi. Darah dari pria
kelahiran Balige, Sumatera Utara itu berceceran di teras rumah.
Penembakan itu disaksikan oleh putri sulungnya, Catherine. Setelah gerombolan tentara
pergi, ia mendatangi tempat ayahnya ditembak.
Catherine memegang darah ayahnya dengan penuh haru dan mengusapkannya ke wajah.
Itulah salah satu adegan dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. Bagian kedua
film mengisahkan tentang penumpasan pemberontakan.
ULASAN

KELEBIHAN
Alur cerita menurut saya sangat bagus, karna memang di ambil dari sejarah yang bisa kita
serap inti sarinya serta mencontohnya agar kita selanjutnya tidak jatuh ke lubang yang
sama,
Adegan per adegan seperti nyata sangat menggambarkan keadaan kala itu.
Nilai plus dari film ini ada di bagian akhir film, di mana pada bagian itu di sertakan Video
dokumen asli pengangkatan mayat-mayat para jendral dari dalam sumur di lubang buaya.
Sangat jarang ada film sejarah yang menyertakan dokumen aslinya seperti film ini.

KEKURANGAN
Film ini masih banyak kekurangan dalam pengambilan gambar dan suara terlihat dan
terdengar kurang jelas, mungkin efek dari tahun pembuatannya dan dalam film tersebut
pun masih berwarna hitam putih sehingga saya sebagai penonton merasa kesulitan melihat
dengan jelas.
Selain itu juga karena Film ini diperintahkan menjadi tontonan wajib bagi siswa sekolah di
Indonesia, oleh karena itu terlalu memperlihatkan sekali adegan-adegan yang penuh
kekerasan dan adegan sadis yang berlebihan, kekejaman partai komunis.

KESIMPULAN

Film ini banyak menampilkan adegan kekerasan dan sadis yang berlebihan, dan juga
mengandung kata-kata kasar. Tetapi film ini benar-benar mengajarkan saya untuk
menghargai para pahlawan yang gugur demi negara Indonesia ini, serta menumbuhkan
kecintaan kita terhadap para pahlawan yang ada di Indonesia dan mengingatkan kepada kita
sebagai warga Indonesia untuk mengenang tragedi 30S PKI.

By : Eri Lestari

Anda mungkin juga menyukai