I Gusti Agung Eka Agustini (1832122005) Septi Ainun Naziha (1832122006)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA 2021 SUBMATERI : A. Segmentasi Pasar B. Pendekatan dan Variabel Segmentasi Pasar Internasional C. Penetapan Target Segmen Pasar Internasional D. Positioning E. Strategi Positioning
REFRENSI :
Buku Manajemen Pemasaran Internasional (Kristanto, Jajat. 2011. Manajemen Pemasaran
Internasional. Jakarta:Erlangga. A. Segmentasi Pasar Definisi Segmentasi Pasar Secara umum, Kotler dan Armstrong (2006: 183) mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah pembagian pasar ke dalam kelompok-kelompok kecil dari para pembeli dengan kebutuhan-kebutuhan, karakteristik-karakteristik atau perilaku-perilaku yang berbeda yang mungkin memerlukan produk-produk atau bauran-bauran pemasaran yang terpisah (dividing a market into smaller groups of buyers with distinct needs, characteristics, or behaviors who might require separate products or marketing mixes).
B. Pendekatan Segmentasi Pasar
Dengan mengutip pendapatan Samli (1995), Keegan dan Green (2005: 227-8) mengemukakan 2 (dua) pendekatan yang bermanfaat untuk melakukan segmentasi pasar global yaitu berdasarkan kebijaksanaan konvensional dan inkonvensional. Perbedaan kedua pendekatan tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 5.1
Kotabe dan Helsen (2004: 205-8) mengemukakan beberapa alasan utama
para pemasar internasional menerapkan segmentasi pasar internasional yaitu untuk:
1. melakukan penyaringan negara (country screening).
Perusahaan-perusahaan umumnya melakukan sebuah penyaringan pendahuluan sebelum melakukan identifikasi daya tarik peluang-peluang pasar untuk produk atau jasa mereka. Untuk penyaringan pendahuluan ini, para analis pasar bergantung pada beberapa indikator yang berasal dari data sekunder yang mudah didapat seperti misalnya jumlah dan komposisi penduduk, pendapatan nasional dan distribusi pendapatan, serta data sekunder lainnya. Dari penyaringan pendahuluan ini, misalnya, dikelompokkan negara-negara asing menjadi tiga kelompok yaitu kelompok "OK" atau "Go", kelompok "Not OK" atau "No Go", dan kelompok "Ditunda" ("pending" karena hanya memenuhi beberapa kriteria saja pada saat pengelompokkan dibuat. Kriteria dibuat berdasarkan karakter produk yang akan dipasarkan. 2. penelitian pasar global (global market research) sehingga perusahaan dapat mengetahui profil pasar di masing-masing negara dan secara regional atau global. 3. keputusan-keputusan masuk ke negara asing (entry decisions). Sebuah pola piker atau logika yang sering secara sadar ataupun tidak sadar diikuti adalah kalau sebuah produk atau jasa berhasil di sebuah negara, maka produk atau jasa tersebut pasti akan berhasil juga di pasar negara-negara yang memiliki profil pasar yang serupa dengan negara tersebut. 4. penetapan strategi positioning. Keputusan-keputusan segmentasi juga merupakan instrumen dalam penetapan strategi positioning produk perusahaan. Sekali perusahaan sudah menetapkan target segmen pasarnya, maka perusahaan perlu menentukan sebuah strategi positioning untuk merangkul segmen pasar tersebut. Perubahan-perubahan lingkungan atau pergeseran preferensi-preferensi konsumen sering kali memaksa sebuah perusahaan untuk meninjau ulang strategi positioning- nya. 5. alokasi sumber daya. Segmentasi pasar juga berguna bagi perusahaan dalam menentukan alokasi sumber daya pemasaran yang dimilikinya dan bersifat terbatas untuk masing-masing pasar negara asing. Untuk penentuan alokasi sumber daya, Kotabe dan Helsen (2004: 207) menyarankan menggunakan diagram Daya Tarik Pasar vs Posisi Persaingan". Dimensi yang digunakan dalam diagram tersebut adalah posisi persaingan (berdasarkan besarnya pangsa pasar) dan daya tarik pasar (berdasarkan konsumsi per kapita). Dimensi posisi persaingan dibagi dalam tiga tingkatan yaitu lemah, sedang dan kuat. Demikian juga dengan daya tarik pasar dibagi dalam tingkat rendah, sedang dan tinggi. Maka didapatkan 9 (sembilan) kuadran dan masing-masing negara diplot berdasarkan tingkat posisi persaingan dan daya tarik pasar. 6. Kebijakan bauran pemasaran. Pada pemasaran dosmetik, keputusan-keputusan segmentasi dan positioning akan menentukan kebijakan bauran pemasaran sebuah perusahaan. Pada dasarnya, tujuan kita melakukan segmentasi pasar adalah untuk memperoleh profil pasar tersebut sehingga kita dapat melakukan keenam kegiatan yang dikemukakan oleh Kotabe dan Helsen tersebut. Ada 3 (tiga) pendekatan segmentasi pasar yang dikemukakan oleh Kotabe dan Helsen (2004: 208-11) yaitu segmentasi agregat (aggregate segmentation) atau country-as-segments, segmentasi disagregat konsumen internasional (disaggregate international consumer segmentation) dan segmentasi internasional dua langkah (two-stage international segmentation). Pada segmentasi agregat, segmentasi pasar internasional didasarkan kepada pengelompokan negara-negara berdasarkan hanya satu variabel misalnya GNP/ Kapita atau pada seperangkat kriteria berganda seperti misalnya sosio-ekonomi. politik dan budaya dari data sekunder yang tersedia seperti pada Tabel 5.2.
Segmentasi agregat adalah prosedur segmentasi internasional yang paling
umum yang mengklasifikasikan berbagai negara berdasarkan hanya satu variabel segmentasi pasar (misalnya berdasarkan pendapatan per kapita) atau seperangkat variabel segmentasi pasar yang tersedia sebagai data sekunder (misalnya sosial- ekonomi, budaya dan politik). Bila kita menggunakan variabel demografis yaitu pendapatan per kapita dan karena mata uang tiap negara berbeda, maka kita harus mengkonversikan pendapatan per kapita masing-masing negara dalam mata uang asing masing- masing kesatuan mata uang internasional-umumnya adalah US$. Walau kita telah pendapatkan data perbandingan pendapatan per kapita antarnegara dalam satuan mata uang yang sama, yaitu US$, namun daya beli mata uang masing-masing negara di dalam negerinya sendiri bias berbeda-beda, sehingga untuk mendapatkan data perbandingan pendapatan per kapita yang juga memperhatikan daya beli masing-masing mata uang local tersebut-walaupun telah dikonversikan ke US$, kita perlu menggunakan konsep paritas daya beli (purchasing power parity) dengan mengakitkan harga barang tertntu (misalnya BigMac) di berbagi negara dalam mata uang local yang kemudian dikonversikan ke US$ sehingga dihasilkan data seperti terlihat pada Tabel 5.3. Bila kita menggunakan seperangkat variabel segmentasi pasar (seperti yang tercantum pada Tabel 5.2), maka kita perlu menggunakan tejnik-teknik pengurangan data (data reduction techniques) seperti misalnya analisis factor (factor analysis) sehingga diperoleh segmentasi pasar berdasarkan pengelompokkan negara (contoh segmentasi dapat dilihat pada Peraga 5.1). Segmentasi agregat memiliki 2 (dua) kekurangan utama yaitu relevansi manajerial dari segmentasi geografis sering kali dipertanyakan dan sering sulit menentukan variabel- variabel segmentasi (seperti yang terlihat pada Tabel 5.2) yang harus digunakan.
Sedangkan segmentasi disagregat berfokus pada individu konsumen seperti
yang dilakukan pada segmentasi pasar domestik serta menggunakan variabel-variabel segmentasi pasar seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Armstrong (2004: 240, 249). Hambatan utama dari pendekatan ini adalah dalam masalah logistik karena luasnya cakupan geografi pasar yang harus disegmentasikan. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari kedua pendekatan ini, maka ditawarkan pendekatan segmentasi internasional dua tahap. Pada tahap pertama, kita melakukan pengelompokan negara-negara dengan menggunakan pendekatan agregat atau macrolevel. Dari tahap pertama ini kita dapat melakukan seleksi terhadap negara- negara yang tidak layak bagi perusahaan baik karena kriteria risiko politik atau daya beli yang rendah maupun karena tidak sesuai dengan kebijakan dan/atau sasaran perusahaan. Pada negara negara yang lolos pada tahap pertama, kita lakukan tahap kedua yaitu dengan pendekatan disagregat atau microlevel. Pada tahap ini, data yang dikumpulkan adalah berdasarkan variabel-variabel psikografis dan/atau perilaku yang terkait dengan pembelian dan konsumsi produk yang dipasarkan oleh perusahaan. Sebenarnya, menurut penulis, pendekatan segmentasi ketiga yang dikemukakan oleh Kotabe dan Helsen (1998: 190) dengan istilah 'metode segmentasi pasar internasional' (international narket segmentation method) ini lebih jelas dan praktis. Metode ini terdiri dari 3 (tiga) langkah yaitu: (1) Penentuan kriteria (eriteria development) yang didorong atau didasarkan oleh karakteristik-karakteristik produk dan perusahaan; (2) Seleksi pendahuluan (preliminary screening) yaitu melakukan seleksi negara- negara berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada langkah pertama--negara-negara yang tidak memenuhi kriteria dinyatakan gugur sedangkan yang memenuhi kriteria diteruskan ke langkah ketiga: dan (3) segmentasi mikro (microsegmentation) atas negara-negara yang telah lolos pada langkah kedua secara individual atau langsung menggabungkan individu-individu konsumen dari negara-negara tersebut menjadi segmen-segmen lintas batas (negara) (cross-border segments). Segmen lintas batas tersebut dapat berupa segmen regional bila hanya terdapat pada tingkat regional atau segmen global atau segmen universal jika segmen tersebut terdapat di seluruh atau hampir seluruh negara-negara di dunia.
Sedangkan Kasali (1998: 348-357) mengemukakan 2 (dua) pendekatan dalam
segmentasi pasar yaitu pendekatan a-priori dan pendekatan post-hoc. Pendekatan a-priori adalah pendekatan yang dilakukan sebelum suatu survei dilakukan. Sedangkan pendekatan post-hoc adalah pendekatan yang berorientasi pada riset dan dikembangkan untuk produk-produk spesifik pada suatu jangkauan waktu tertentu (Kasali, 1998, 348- 9). Dengan perkataan lain: pada pendekatan a-priori segmentasi pasar hanya didasarkan pada karakter-karakter pasar; sedangkan pada pendekatan post-hoc, segmnentasi pasar didasarkan pada karakter-karakter pasar dan produk.
Variabel-variabel Segmentasi Pasar Internasional
Segmentasi Pasar Internasional Segmentasi pasar dialam pemasaran internasional juga menggunakan variabel. Variabel segmentasi seperti pada pemasaran domestik antara lain variabel-variabel geografi, demografi, psikografi dan perilaku. Sama seperti padasegmentasi pasar domestik, variabel-variabel yang relatif paling banyakdigunakan adalah geografi dan demografi karena dapat menggunakan data sekunder yang telah tersedia, dan variabel-variabel yang relatit lebih sulit digunakan adalah psikografi dan perilaku namun hasilnya akan jauh lebih baik bagi perusahaan yang melakukan segmentasi pasar kalau data yang digunakan adalah data primer dari hasil penelitian lapangan yang mereka lakukan sendiri atau melalui jasa perusahaan- perusahaan yang bergerak dalam bidang penelitian pemasaran. Variabel-variabel geografi meliputi variabel area/wilayah, kontur alam, cuaca/iklim dan sumber kekayaan alam. Sedangkan Variabel-variabel demografi meliputi jumlah penduduk, jenis kelamin, kelompok usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, ukuran keluarga, siklus kehidupan keluarga, agama, suku bangsa atau ras, status kewarganegaraan dan kelas social. Variabel-variabel psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian. Sedangkan variabel-variabel perilaku mencangkup perilaku- perilaku pada saat melakukan pembelian atau konsumsi produk yani manfaat yang dicari, status loyalitas, frekuensi pembelian,tingkat pengguna, tingkat kesiapan dan sikap terhadap produk Kasali (1998: 275-325) mengemukakan segmentasi berdasarkan kohort dan teknografi. Kohort lebih sering dipakai dalam ilmu kependudukan, yaitu untuk mendefinisikan suatu generasi misalnya kohort 60 adalah mereka yang lahir tahun 1960-an. Sedangkan teknografi adalah segmentasi untuk membidik konsumen barang- barang teknologi modern seperti barang-barang elektronik (televisi, radio, GD player, cassete recoraer, video game), komputer, softwore, barang-barang hiburan, mesin- mesin totokopl, telekomunikasi (telepon, mesin faks, telepon genggam, internet), dan sebagainya. Contoh yang menarik untuk kita ketahui mengenai segmentasi pasar nenggunakan variabel generasi adalah penggambaran generasi-generasi, seperti tabel berikut ini :
Pada segmentasi pasar internasional/global berdasarkan variabel geografi, kita
dapat membagi pasar internasional/global berdasarkan letak geografis negara-negara seperti misalnya pasar Eropa, pasar Timur Tengah, dan sebagainya. Pada segmentasi pasar internasional/global berdasarkan variabel-variabel geografi, kita dapat membagi pasar internasional/global berdasarkan kesamaan dalam jumlah penduduk. pendapatan nasional (GNP atau GDP), pendapatan penduduk per kapita, kelompok usia, dan sebagainya. Contoh segmentasi pasar berdasarkan GNP/Kapita dapat dilihat pada Tabel Segmentasi psikografi berdasarkan variabel-variabel gaya hidup, sikap dan nilai sosial. Metode segementasi psikografi yang terkenal adalah VALS (value and lifestyle) 2 yang merupakan perbaikan dari metode VALS sebelumnya. Contoh segmentasi ini adalah Backer Spielvogel and Bates's (BSB) Global Scan, D' arcy Massius Benton and Bowles's Euroconsumer Study. Young and Kubicam's Cross Cultural Consumer Characterizations (4Cs) atau dikenal juga dengan Y&R's 4Cs. Mari kita lihat salah satu dari hasil penelitian tersebut yaitu B's Global Scan. Penelitian ini dilakukan di 18 negara yang terutama terletak di Eropa, Amerika Serikat dan Jepang dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel.
C. Penetapan Target Segmen Pasar Internasional
Kotler dan Amstrong (2006:183) mengatakan bahwa pemasaran target adalah evaluasi setiap daya tarik segmen pasar dan memilh satu atau lebih segmen-segmen pasr untuk dimasuki Kriteria untuk Penetapan Target Segmen Pasar Internasional Keegan dan Green (2005) mengemukakan 3 (tiga) kriteria dasar untuk menilai peluang-peluang di target pasar-pasar global yaitu: (1) ukuran segmen pada saat ini dan potensi pertumbuhannya (2) persaingan potensial, dan (3) kesesuaian dengan sasaran- sasaran perusanaan secara Keseluruhan dan kelayakan untuk berhasil mencapai calon target (segmen pasar). Pada dasarnya kriteria ini tidaklah berbeda dengan kriteria yang dikemukakan oleh Kotler danKeller (2006: 246) dalam pemilihan segmen-segmen pasar sebagal target segmen pasar yaitu: (1) daya tarik segmen secara keselurunan (2) sasaran-sasaran dan (3) sumber-sumber daya perusahaan. Sedangkan Kasali (1998: 375-7) dengan mengutip Pendapat Clancy dan Shulman (1991) mengatakan bahwa ada 4 kriteria yaitu: 1. Responsit 2. Potensi penjualan 3. Pertumbuhan memadai, dan 4. Jangkauan media Hanya Clancy dan Shulman (1991) seperti dikutip oleh Kasali, mengemukakan adanya kriteria mengenai jangkauan media. Namun dari pembahasan mengenai kriteriatersebut, terkesan masalah ini lebih bersifat teknis pelaksanaan komunikasipemasaran melalui media (massa) jika sebuah segmen pasar dipilih sebagaitarget segmen yaitu berkaitan dengan ketepatan dalam memilih media massa yang digunakan. Ukuran pasar pada saat ini dan potensi pertumbuhannya. Kriteria ini mutlak diperlukan karena akan tidak atau kurang menguntungkan bagi perusahaan bila melayani segmen pasar yang berukuran kecil karena potensi penjualperusahaan juga akan kecil. Namun terdapat keunikan dalam pemasaran internasional yaitu jika sebuah segmen pasar yang berpotensi kecil di suatu negara adalah sebuah segmen global atau lintas batas (cross border), maka Segmen pasar tersebut secara total menjadi sebuah segmen pasar yang menarik karena potensi pasarnya menjadi besar jika dilayani secara global ataubatas. Contoh produk yang dapat memanfaatkan keunikan tersebut adalahproduk-produk perlengkapan golf. Potensi persaingan. Di samping potensi segmen pasar, kita pun harus mempertimbangkan persaingan yang mungkin akan kita hadapi jika kita melayani segmen pasar tersebut. Sebuah segmen global atau lintas batas akan memiliki potensi pasar dan tingkat persaingan yang berbeda-beda di setiap negara. Kesesuaian dan kelayakan. Para pemasar internasional harus menilai kesesuaian antara sumber-sumber daya, sasaran-sasaran keseluruhan dan sumber-sumber keunggulan yang bersaing dimiliki perusagaan. Selanjutnya. Keegan dan Green (2005:245) mengemukakan sebuah kerangka untuk memilih pasar-pasar sasaran seperti tabel berikut. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa kerangka ini memang berguna sebagai sebuah alat untuk melakukan screening pendahuluan atas pasar negara- negara yang akan dituju tetapi tidak cukup layak untuk menilai potensi pasar aktual. Jeannet dan Hennessey (1998: 155) menawarkan sebuah model untuk pemilihan pasar-pasar asing (model for selecting foreign markets) dengan menggunakan 4 (empat) tingkat penyaringan/filter yaitu: Filter 1: penelitian tingkat makro untuk mengetahui potensi pasar secara umum. Penelitian ini mencakup statistik ekonomi, lingkungan politik, struktur sosial dan gambaran goegrafis. Hasil dari filter 1 ini adalah gambaran mengenai peluang-peluang pendahuluan (preliminary opportunities). Filter 2: faktor-faktor pasar pada umumnya yang berkaitan dengan produk yang akan dipasarkan yang meliputi kecenderungan-kecenderungan pertumbuhan untuk produk-produk serupa, penerimaan budaya untuk produk produk tersebut, ketersediaan data pasar, ukuran pasar, tingkat perkembangan Serta pajak dan cukai. Dari filter ini dihasilkan peluang-peluang yang mungkin possible opportunities). Filter 3: penelitian tingkat mikro yaitu faktor-faktor spesifik yangmempengaruhi produk yang akan dipasarkan yang meliputi persaingan yang ada dan yang potensial, kemudahan untuk masuk ke pasar, tingkat kepercayaan informasi, proyeksi-proyeksi penjualan, biaya untuk memasuki pasar kemungkinan penerimaan produk, potensi keuntungan. Dari filter ini dihasilkan peluang-peluang yang memungkinkan (probable opportunities). Filter 4: Faktor-faktor perusahaan yang mempengaruhi pelaksanaan untuk masuki pasar-pasar sasaran. Hasilnya adalah pengurutan-pengurutan prioritaas negara (country priority listings) Keputusan Pasar-Produk Keegan dan Green (2005: 247) mengatakan bahwa langkah selanjutnya dalam menilai segmen segmen pasar adalah sebuah perusahaan meninjau ulang penawaran- penawaran produk yang aktual maupun potensial dalam kesesuaian mereka untuk pasar negara atau segmen. Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan grid pasar- produk (product-market grid). Contoh grid pasar-produk dapat dilihat pada Tabel 5.8. Pilihan-pilihan Strategi Target Pasar Internasional Keegan dan Green (2005: 248-50) mengemukakan 3 (tiga) pilihan strategi yaitu standardized global marketing, concentrated global marketing, dan differentiated global marketing. Standardized global marketing dapat disamakan dengan pemasaran massal di sebuah negara yaitu menggunakan bauran pemasaran yang sama di pasar global. Contoh perusahaan yang menggunakan strategi ini Revlon dengan tema globalnya “Shake Your Body". Concentrated global marketing adalah merencanakan sebuah bauran pemasaran untuk mencapai sebuah segmen pasar global. Contoh perusahaan yang menggunakan pilihan strategi ini adalah perusahaan-perusahaan kosmetik seperti House of Lauder, dan Chanel yang menggunakan strategi ini dan telah berhasil mencapai target pasar kalangan atas dan prestise (upscale and prestige segment). Differentiated global marketing adalah strategi yang menargetkan dua atau lebih segmen pasar yang berbeda dengan bauran-bauran pemasaran yang berbeda pula. Contoh perusahaan yang telah menggunakan strategi ini adalah Unilever NV untuk produk kosmetik yang telah menetapkan target segmen pasar yang berbeda-beda: Calvin Klein dan Elizabeth Taylor's Passion untuk segmen pasar atas; Wind Song dan Brut sebagai merek-merek pasar massal (mass-market brands). D. Positioning Kotler dan Armstrong (2006: 183, 204) mengemukakan 2 (dua) pengertian positioning yaitu market positioning dan product position. Pada halaman 183, mereka mendefinisikan market positioning sebagai penetapan positioning yang bersaing untuk produk dan menciptakan sebuah bauran pemasaran yang rinci (setting the competitive positioning for the product and creating a detailed marketing mix). Sedangkan pada halaman 204, mereka mengatakan bahwa product position adalah cara produk digambarkan oleh para konsumen atas atribut-atribut penting-tempat di mana produk berada dalam pikiran para konsumen relatif terhadap produk-produk yang bersaing (the way the product is defined by consumers on important attributes the place the product occupies in consumers' minds relative to competing products). Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa positioning melibatkan penanaman manfaat-manfaat dan diferensiasi merek di dalam pikiran-pikiran para konsumen. Sedangkan Keegan dan Green (2005: 250) mengatakan bahwa positioning mengacu pada tindakan diferensiasi sebuah merek di dalam pikiran para konsumen terhadap dan melebihi para pesaing dalam hal atribut-atribut dan manfaat-manfaat yang ditawarkan dan tidak ditawarkan oleh merek (the actbof differentiating a brand in customers' minds over and against competitors in terms of attributes and benefits that the brands does and does not offer). E. Strategi – strategi Positioning Dengan mengutip Alden et.al.(1999), Keegan dan Green (2005: 254-7) dan Kotabe dan Halsen (2004: 224-5) mengemukakan tiga pilihan strategi positioning di pasar internasional/ global yaitu: Global consumer culture positioning, Foreign consumer culture positioning dan local consumer culture positioning. Keegan dan Green (2005: 254) mengatakan bahwa global consumer culture positioning adalah sebuah strategi yang mengidentifikasi merek sebagai symbol dari sebuah segmen atau budaya global tertentu. Selanjutnya, mereka juga mengatakan bahwa strategi ini telah terbukti sebagai sebuah strategi yang efektif untuk berkomunikasi dengan segmen- segmen global seperti para remaja global yang elite cosmopolitan, dan tingkat efektivitas dari strategi ini dapat ditingkatkan dengan melakukan seleksi secara cermat atas komponen – komponen, verbal atau visual yang tergabung dalam periklanan dan komunikasi pemasaran lainnya. Berdasarka tingkat keterkaitan dengan teknologi, Keegan dan Green (25: 254) membagi produk –produk kedalam 2 (dua) kategori yaitu produk – produk berteknologi tinggi (high – tech products) dan produk – produk dengan sentuhan tinggi (high touch products). Produk – produk berteknologi tinggi adalah produk – produk yang canggih, rumit secara teknis, dan/atau sulit untuk dijelaskan atau dimengerti. Dalam proses pembeliannya, para konsumen sering kali memiliki kebutuhan – kebutuhan atau minat- minat khusus dan motif – motif pembelian yang rasional. Sedangkan pada proses pembelian produk – produk dengan sentuhan tinggi, para konsumen umumnya lebih didorong oleh motif – motif emosonal daripada rasional. Mereka mungkin merasakan sebuah hubungan emosional atau spiritual dengan produk – produk kategori ini, dan penilaian lebih bersifat subjektif dan estetika daripada bersifat objektif dan teknis. Untuk produk – produk bernilai tinggi, tema periklanan yang berkaitan dengan profesinonalisme dan pengalaman akan lebih efektif – misalnya untuk produk – produk jasa keuangan global. Sedangkan untuk produk – produk yang berteknologi tinggi, tema – tema kesenangan, romantic dan materialism akan dapat meningkatkan efektifitas strategi positioning berdasarkan budaya konsumen global (global consumer culture positioning). Keegan dan Green (2005: 255) mengatakan bahwa produk – produk dapat juga diposisikan baik sebagai teknologi tinggi maupun sentuhan tinggi, seperti misalnya produk – produk mode ( fashion). Pendekatan ini dapat digunakan jika produk – produk dapat memusakan baik kriteria rasional para pembeli dan juga membangkitkan sebuah respon rasional. Keegan dan Green (2005: 256) mengatakan bahwa foreign consumer culture positioning, kita mengasosiasikan para pengguna merek (brandes users), situasi penggunaan(use occasions), atau asal produksi dengan sebuah Negara atau budaya asing. Contoh penggunaan strategi ini misalnya jeans Levi’s, Mcd Donal’s, Kentucky Fried Chiken sebagai produk – produk budaya Amerika. Sedangkan, local consumer culture positioning didevinisikan oleh Keegan dan Green (2005: 257) sebagai sebuah strategi merek yang mengasosiasikan merek dengan makna-makna budaya lokal, mencerminkan norma-norma budaya lokal, menggambarkan merek dikonsumsi oleh orang-orang lokal di dalam budaya nasional atau menggambarkan produk diproduksi lokal untuk para konsumen lokal. Kotabe dan Helsen (2004: 220-4) juga mengemukakan strategi-strategi positioning berdasarkan budaya konsumen seperti yang dikemukakan oleh Keegan dan Green, namun mereka juga mengemukakan strategi-strategi positioning internasional berdasarkan dimensi strategi segmentasi dan tema positioning yang dipergunakan sehingga terdapat 4 (empat) pilihan strategi seperti dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tema positioning yang sama untuk segmen universal (uniform positioning
themeluniversal segment). Strategi ini dapat dipakai untuk target segmen global yang memiliki nilai-nilai inti yang sama (common core values) dan memperlihatkan pola- pola pembelian yang serupa (similar buying patterns). Keuntungan dari strategi ini bagi perusahaan adalah dapat terciptanya citra merek atau perusahaan yang konsisten secara global. Contoh perusahaan yang menggunakan strategi ini adalah Marlboro yang menerapkan strategi bauran pemasaran yang sama di seluruh dunia termasuk juga tema positioning-nya. Tema positioning yang berbeda untuk segmen universal (different positioning themeluniversal segment). Strategi ini dapat dipakai bila target segmen global secara demografis adalah serupa namun terdapat perbedaan-perbedaan dalam manfaat yang dicari oleh konsumen, budaya konsumen, hambatan-hambatan hukum serta faktor- faktor persaingan. Contoh: Sepeda adalah produk global sehingga konsumennya juga adalah konsumen global. Namun penggunaan atau manfaat yang diperlukan di berbagai negara dapat berbeda (misalnya, sebagai alat transportasi di Cina atau Vietnam tetapi sebagai alat olahraga di negara- negara maju), sehingga tema positioning yang digunakan harus berbeda-beda. Tema positioning yang berbeda untuk segmen-segmen berbeda (different positioning theme/different segments). Strategi ini dapat digunakan pada pasar yang baru muncul ataupun pasar di negara-negara maju karena pasar yang baru muncul umumnya masih belum berpola jelas (terfragmentasi) sedangkan para konsumen pada pasar di negara-negara maju semakin beragam permintaannya sehingga segmen pasarnya semakin terpecah-pecah lagi menjadi segmen-segmen mikro. Strategi ini juga dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan internasional yang secara cerdik memanfaatkan persepsi konsumen di pasar host country tertentu terhadap kekuatan 'negara asal' ('country of origin') sehingga, misalnya, produk-produk peralatan teknik (technical tools) buatan Jerman dengan merek yang tidak begitu terkenal dan dengan mutu yang biasa saja di negara asal, yaitu Jerman, dipasarkan di pasar host country tersebut sebagai produk-produk Jerman yang bermutu tinggi (premium products). Tema positioning yang sama untuk segmen-segmen berbeda (uniform positioning theme/different segments). Strategi ini tidak biasa (uncommon) karena menurut konsep pemasaran, untuk segmen pasar yang berbeda-beda hendaklah digunakan bauran pemasaran yang berbeda-beda. Kalaupun kita memaksakan menggunakan strategi ini, maka tema positioning hanya akan efektif untuk segmen atau segmen-segmen pasar tertentu saja artinya tidak berlaku untuk semua segmen pasar yang berbeda-beda.