BUDAYA DAN
PERSPEKTIF INTERNASIONAL
Juli 3, 2011
Amerika Utara (NAFTA) yang saat ini terdiri dari negara USA, Kanada dan Meksiko
menyediakan akses pasar bebas terhadap lebih dari 400 miliar konsumen. Asosiasi
Negara-negara Asia Tenggara yang sedang berkembang (ASEAN) membentuk
wilayah pasar bebas ASEAN (AFTA) untuk mempromosikan perdagangan regional
mereka
Banyak perusahaan yang mengembangkan berbagai strategi untuk mengambil
manfaat dari pasar bebas yang ada ini serta beragam kesempatan ekonomi lain
yang sedang berkembang. Starbuck telah membuka sebuah toko di dalam Kota
Terlarang di Beijing, Cina, and MTV Networks telah membentuk kerjasama dengan
@Japan Media untuk membangun Saluran TV musik 24 jam berbahasa Jepang
yang baru.
Bermacam alasan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan menjual produk
mereka keseluruh dunia. Pertama, banyak perusahaan yang telah mempelajari
bahwa ketika pasar dalam negeri telah matang, maka satu-satunya kesempatan
terpenting untuk kelangsungan masa depan perusahaan diwakili oleh pasar luar
negeri. Kenyataan ini mendorong mereka untuk memperluas batas-batas mereka
dan mencari konsumen yang tersebar di seluruh dunia. Terlebih lagi, konsumen
diseluruh dunia, cenderung gemar mencoba produk-produk asing yang terkenal di
tempat yang jauh dan berbeda.
MEMPEROLEH EKSPOS DARI KULTUR LAIN
Dengan banyaknya kontak yang dilakukan konsumen dengan barang-barang dan
gaya hidup dari orang-orang yang tinggal di bagian dunia yang lain, mereka
mempunyai kesempatan untuk mengadopsi cara dan produk mereka. Sebagian
besar pengamatan konsumen terhadap budaya yang berbeda cenderung timbul dari
inisiatif mereka sendiri -perjalanan mereka, tinggal dan bekerjanya mereka di negara
asing, atau bahkan perpindahan mereka ke negara yang berbeda.
Sebagai tambahan, konsumen dapat memperoleh selera terhadap kultur yang
berbeda dari kontak mereka dengan film asing, teater, seni dan artefak dan, yang
paling pasti, dari pengamatan mereka terhadap produk yang berbeda dan tidak
familiar di kultur mereka sendiri. Kategori tambahan tersebut di atas, seringkali
digunakan oleh pemasar untuk mencari dan mengembangkan pasar mereka dengan
membawa produk-produk baru, layanan, cara, ide dan pengalaman kepada
konsumen potensial yang berada di negara yang berbeda serta memiliki sudut
pandang budaya yang berbeda.
EFEK NEGARA ASAL
Ketika konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian, mereka mungkin akan
sampai pada pertimbangan akan asal negara produk yang mereka pilih. Para
peneliti menunjukkan bahwa konsumen menggunakan pengetahuan mereka tentang
dimana produk tersebut di buat sebagai evaluasi pilihan pembelian mereka. Efek
negara asal ini muncul karena konsumen seringkali sadar bahwa nama perusahaan
atau merek tertentu berhubungan dengan negara tertentu.
Pemahaman mengenai persamaan dan perbedaan yang ada pada negara negara
sangat penting bagi pelaku pasar multinasional yang harus menyusun strategi yang
tepat untuk meraih konsumen di suatu negara yang spesifik. Semakin banyak
persamaan antara satu negara dengan negara lain, maka pelaku pasar juga
cenderung memakai strategi pemasaran yang hampir sama.
Sedangkan jika kepercayaan, nilai, dan adat istiadat dari target negara negara
jauh berbeda; maka strategi pemasaran yang lebih spesifik diterapkan. Produk yang
sama dapat mempunyai makna yang berbeda di tiap negara. Misalnya strategi
pemasaran di Indonesia yang berbudaya kolektif, dengan extended family, dan
masih menjunjung adat istiadat akan berbeda dengan strategi pemasaran di Amerika
Serikat yang berbudaya individualis, dengan nuclear family, dan terbuka terhadap
perubahan. Peraturan dan kebijakan yang berbeda menuntut pelaku pasar untuk
berhati hati dalam mendesain suatu strategi.
Efek Waktu (Time Effects)
Saat akan memulai usaha baru di suatu negara, yang harus dipertimbangkan adalah
pace of life (ritme hidup) yang berbeda antara satu negara dengan negara lain. Pace
of Life dapat diartikan sebagai seberapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan suatu aktivitas. Penelitian terhadap pace of life di 31 negara yang
mengukur lama jalan kaki sejauh 60 kaki, lama petugas pos mengerjakan pembelian
perangko, dan keakuratan jam publik menemukan bahwa Indonesia berada di urutan
ke-30. Pace of life tercepat ditempat oleh Switzerland dan yang terlambat diduduki
Mexico. Strategi pemasaran di negara negara tersebut harus disesuaikan.
Misalnya restoran Pizza Hut di Switzerland harus menyiapkan sajian jauh lebih cepat
dibanding di Indonesia.
PERTUMBUHAN GLOBAL KELAS MENENGAH
Pertumbuhan masyarakat kelas menengah di negara berkembang menarik
perhatian banyak pelaku pasar global yang sedang mengidentifikasi konsumen baru
untuk produk mereka. Masyarakat secara global terutama di Amerika Selatan, Asia,
dan Eropa Timur dengan pendapatanper kapita $ 5000 dapat dianggap sebagai
kelas menengah. Masyarakat kelas menengah mempunyai kemampuan untuk
membeli yang (buying power) yang cukup besar. Misalnya kelas menengah di Cina
merupakan target pasar untuk TV dan komputer.
AKULTURASI ADALAH SUDUT PANDANG PENJUALAN YANG PENTING
Banyak pelaku pasar bermaksud melakukan perluasan internasional dengan
melakukan strategi yang salah dengan percaya bila sebuah produk disukai oleh
konsumen local atau domestik, kemudian semua orang akan menyukainya. Sudut
pandang yang bias ini meningkatkan kemungkinan kegagalan penjualan jadi
menyebar. Untuk mengatasi pandangan yang sempit dan myopic culturally, pelaku
pasar harus melakukan acculturation process. Mereka harus mempelajari yang
relevan tentang kegunaan dan penggunaan potensial produk mereka di negaranegara asing yang menjadi target pemasaran.
Akulturasi lintas budaya adalah proses ganda (dual process) untuk penjual.
Pertama, penjual harus mengenalkan dengan seksama diri mereka nilai-nilai
(values), kepercayaan (beliefs), dan adat istiadat (customs) dari masyarakat yang
baru untuk posisi dan pasar yang tepat bagi produk mereka. Kedua, untuk
mendapatkan penerimaan bagi produk baru di masyarakat asing, mereka harus
mengembangkan satu strategi yang mendorong anggota masyarakat untuk merubah
atau memecahkan tradisi mereka sendiri.
Karakteristik Naluriah dari Analisis Lintas Budaya
Biasanya sulit bagi perusahaan merencanakan bisnis di negara-negara asing untuk
menjalankan penelitian lintas budaya konsumen. Misalnya : sulit di negara-negara
Islam di Timur Tengah untuk mengadaptasi penelitian pasar gaya Eropa. Contoh ; di
Saudi Arabia, tidak diperbolehkan untuk memberhentikan orang di jalan raya, dan
perkumpulan tidak dapat dijalankan karena kebanyakan pertemuan terdiri dari 4 atau
5 orang dikeluarkan.
TEKNIK MENGADAKAN PENELITIAN
Dalam Lintas Budaya, beban bertambah terjadi karena bahasa dan penggunaan
kata-kata seringkali berbeda dari satu negara ke negara lain. Masalah lain pada
penelitian perdagangan internasional menekankan pada skala pengukuran. Di USA,
5 atau 7 poin skala mungkin sesuai, tetapi di negara lain, 10 atau bahkan 20 poin
skala, mungkin dibutuhkan. Lebih jauh lagi, fasilitas penelitian pelayanan lewat
telepon, tersedia atau tidak tersedia di negara-negara atau wilayah tertentu di dunia.
Untuk menghindari masalah pengukuran penelitian, para peneliti konsumen harus
membiasakan diri mereka dengan keterbatasan pelayanan penelitian di negaranegara yang mereka evaluasi sebagai pasar yang potensial dan harus mempelajari
bagaimana mendesain penelitian penjualan yang akan menghasilkan data yang
berguna. Peneliti harus ingat bahwa perbedaan budaya dapat membuat metodologi
penelitian yang standar menjadi tidak sesuai.
Strategi Alternatif Multinasional : Global vs Lokal
Beberapa penjual berpendapat bahwa dunia pasar menjadi makin dan semakin mirip
dan dibakukannya standar penjualan, oleh karena itu, menjadi makin dapat
dikerjakan dengan mudah. Contohnya : Mobil Exxon telah mengeluarkan 150 juta
dolar untuk mempromosikan produknya, dan perusahaan menginginkan semua
advertisement untuk memiliki pandangan dan perasaan yang sama., tanpa
memperhatikan dimana 100 negara di dunia advertisement itu akan muncul.
Jelasnya, penjual lain merasa perbedaan antara konsumen dari berbagai negara
adalah terlalu jauh untuk mengijinkan strategi penjualan yang baku. Dalam
prakteknya, tantangan dasar untuk banyak eksekutif yang merenungkan penjualan
multinasional adalah untuk memutuskan apakah menggunakan pembagian
kebutuhan dan nilai-nilai (shared needs and values) sebagai strategi segmentasi
atau menggunakan rintangan nasional (national borders) sebagai strategi
segmentasi.
MENCIPTAKAN SEBUAH MERK DUNIA