PRODI S1 GIZI - FT
NAMA MAHASISWA :
FAKULTAS TEKNIK
..SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report dari tugas mata kuliah
Dasa-Dasar Ilmu Gizi dengan membandingkan 2 buku yang berjudul, “William’s Basic
Nutrition and Diet Therapy” karya Staci Nix,MS,RD,CD dan “Ilmu Gizi Teori dan Terapi”
karya Prof.Dr. Hardiansyah,MS dan I Dewa Nyoman Supariasa,MPS. Dalam makalah ini
pembahasan kami adalah mengenai Vitamin, adapun makalah ini dibuat agar mahaiswa dapat
lebih mengenal, memahami serta menjelaskan apa tujuan dan manfaat dari vitamin yang
dikonsumsi oleh tubuh manusia.
Banyak hambatan dalam proses pembuatan makalah ini sehingga masih jauh dari kata
sempurna,baik dari segi isi dan pembahasannya. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Dalam pembuatan makalah ini tidak sedikit bantuan yang kami peroleh dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Dosen Pengampu Ibu Dra. Fatma Tresno Ingtyas M.Si ,yang telah memberikan
bimbingan pada kami
2. Rekan-rekan yang telah memberi bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung
3. Keluarga yang telah memberikan dukungan
Semoga makalh ini bisa bermanfaat terkhususnya kepada kami dan pembaca.
1.1 Pengantar
Buku “William’s Basic Nutrisoin and Diet Therapy” karya Staci Nix,MS,RD,CD terdiri dari
4 bab pokok pembahasan dan pada makalah ini kami membahas bab 1, yaitu“Introduction to
Basic Principles of Nutrition Science” dimana di bab ini mencakup 12 materi dan yang akan
kami bahas ada pada materi ke 7, yaitu“Vitamins”.
2.1 Pengamtar
Buku “Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi” karya Prof. Dr. Hardiansyah, MS dan I Dewa
Nyoman Supariasa, MPS terdiri dari 48 bab dan pada makalah ini kami membahas bab 6, yaitu
“Vitamin”.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Dalam Critical Book Report ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi sebuah buku yang
terkakreditasi, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan Critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti akan
kelemahan dan keunggulan dari jurnal yang akan dikritisi dengan membandingkannya dengan
jurnal yang sejenis. Tidak hanya itu dengan Critical Book Report yang kami sajikan ini juga
dapat membantu kita memahami isi dari Buku Buku mengenai ilmu Gizi Dari yang kami
dapatkan tentang Dasar Dasar Ilmu Gizi , Ilmu Gizi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari ” Proses Makanan sejak masuk mulut sampai dicerna oleh organ-organ
pencernakan, dan diolah dalam suatu sistem metabolisme menjadi zat-zat kehidupan (zat gizi dan
zat non gizi) dalam darah dan dalam sel-sel tubuh membentuk jaringan tubuh dan organ-organ
tubuh dengan fungsinya masing-masing dalam suatu sistem, sehingga menghasilkan
pertumbuhan (fisik) dan perkembangan (mental) , kecerdasan, dan produktivitas sebagai syarat
dicapainya tingkat kehidupan sehat, bugar dan sejahtera.”
Undang-Undang Kesehatan dan Pendidikan Suplemen Makanan (DSHEA) tahun 1994 secara
resmi mendefinisikan suplemen sebagai
1. karakteristik:
Hal ini dimaksudkan untuk melengkapi diet.
Mengandung satu atau lebih bahan makanan (termasuk vitamin, mineral, herbal atau
tumbuhan lainnya,
asam amino, dan zat lain
2. konstituen.
Ini dimaksudkan untuk diminum sebagai pil, kapsul, tablet atau cairan.
Dan itu diberi label di panel depan sebagai suplemen makanan.
Pedoman DRI secara eksplisit menetapkan rekomendasi terpisah untuk wanita selama
kehamilan dan menyusui. Wanita mungkin menemukan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
meningkat, kehamilan sulit dengan diet saja sebagai akibat dari bioavailabilitas nutrisi,
toleransi, preferensi makanan, atau faktor lainnya. faktor yang dapat meminggirkan diet
mereka (yaitu, secara efektif mengurangi nutrisi yang disediakan makanan mereka).
Suplemen kemudian dapat menjadi cara yang layak untuk memastikan asupan yang cukup
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan nutrisi.
1. Pengertian Vitamin
Kata vitamin berasal dari bahasa Latin, yaitu gabungan dari kata “vital” artinya “hidup”
dan amina(amin) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen(N).
Pengertian ini didasarkan pada konsep awal penemuan vitamin, yaitu semua vitamin yang
gak mengandung atom N. Akan tetapi, pada akhirnya diketahui bahwa banyak vitamin sama
sekali tidak memiliki atom N (Bender, 2003).
Vitamin berdasarkan keperluan studi aspek gizi dapat didefenisikan sebagai berikut (Com,
2012).
Suatu senyawa organik yang berbeda dari karbohidrat , lemak dan protein.
Suatu komponen alamiah pada makananyang dibutuhkan dalam jumlah kecil.
Zat gizi penting untuk dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk menjalankan fungsi
fisiologis secara normal.
Suatu zat yang ketidahadirannya dapat meyebabkan gangguan spesifik.
Zat yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis secara normal.
Vitamin larut lemak lebih domina bersifat aromatic dan alifatik serta larut dalam pelarut
non-polar, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Setelah dikonsumsi dan melalui usus, vitamin larut air akan diserap ke dalam pembuluh
darah portal dan tidak dapat dipertahankan dalam jangka waktu lama oleh tubuh, kecuali
vitamin B12 (kobalamin). Penyimpanan vitamin larut air terjadi dari hasil ikatannya dengan
enzim dan transpor protein.
3. Penyerapan vitamin
Untuk dapat digunakan oleh tubuh, vitamin harus melalui proses pencernaan. Produksi
enzim pancreas merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pencernaan vitamin, untuk
selanjutnya diserap. Penyerapan vitamin larut lemak sangat dipengaruhi oleh kandungan
lemak dalam makanan serta proses penyerapan terjadi bersaam dengan proses penyerapan
lemak yang berbentuk misel bersifat hidrofobik dan diangkut oleh kilomikron kedalam
sirkulasi limfatik. Sementara untuk vitamin larut air diserap di usus halus, kemudian
langsung menuju pembuluh darah. Tidak semua vitamin yang dikonsumsi dapat diserap.
Beberapa vitamin (vitamin A , niasin, vitamin B12) dapat di serap 90%, tetapi sebagian
vitamin hanya dapat di serap dalam presentase yang kecil. Rendahnya penyerapan vitamin
dapat disebabkan oleh insifisiensi pancreas dan empedu, defenisi enzim tertentu dan
kandungan zat anti vitamin dalam makanan, serta bioavailabilitas dari vitamin.
4. Transportasi vitamin
Setelah diserap, vitamin diangkut oleh berbagai media. Sebagai vitamin berikatan dengan
lipoprotein, sebagai berikatan dengan protein spesifik dan non-spesik, diangkut bersama
eritrosit, berikatan dengan intraseluler binding protein, dan sebagian beredar bebas di plasma.
Selanjutnya, vitamin larut lemak dalam tubuh, dalam waktu lama, yang tersebar di jaringan
adipose, hati, dan otot. Sementara vitamin larut air umumnya tidak dapat di simpan di dalam
tubuh; jika terjadi kelebihan, akan dibuang bersama urine, kecuali vitamin B12 dan B6 dapat
disimpan sedikit lebih besar dari vitamin larut air lainnya. Vitamin larut lemak umumnya
dibuang (ekskresi) melalui fases.
Simpanan dan distribusi dalam jaringan tubuh sangat bergantung pada sifat kimia dan
fisik vitamin. Vitamin larut lemak bertahan lebih lama dalam tubuh karena penyimpanannya
pada jaringan lemak tubuh, seperti hati dan jaringan adipose sehingga dapat disimpan dan
digunakan sebagai cadangan vitamin yang akan digunakan pada saat asupan vitamin tidak
cukup. Semua vitamin larut lemak (kecuali vitamin K) disimpan di jaringan adipose dan
tidak mudah dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebaliknya vitamin larut air paling cepat
dikeluarkan dari dalam tubuh sehingga cadangan/simpanan di dalam tubuh sangat terbatas.
Oleh sebab itu vitamin larut air harus dikonsumsi setiap hari.
6. Ekskresi vitamin
Pengeluaran atau ekskresi vitamin larut lemak terjadi secara umum bersama dengan
feses melalui sirkulasi enterohepatik; kecuali vitamin A dan E, yang pada batas tertentu
mempunyai metabolit yang larut air seperti turunan rantai pendek asam retinoat dan
dikeluarkan melalui urine. Sebaliknya vitamin larut air umumnya diekskresikan melalui
urine, baik dalam bentuk utuh, yaitu riboflavin dan asam pantotenat, maupun sebagai hasil
metabolit (Vitamin C, tiamin, niasin, riboflavin, piridoksin, biotin, folat, dan vitamin B12.
7. Bioavailabilitas vitamin
Bioavailabilitas suatu zat gizi adalah persentase zat gizi yang terdapat dalam makanan
yang dapat digunakan oleh tubuh. Bioavailabilitas dipengaruhi oleh proses pencernaan
makanan, penyerapan zat gizi setelah dicerna, dan metabolisme zat gizi. Tidak semua
vitamin dalam makanan dapat digunakan secara keseluruhan oleh tubuh.
Untuk itu perlu diketahui jumlah kandungan vitamin dalam setiap bahan makanan agar
diketahui Berapa jumlah yang harus dikonsumsi sehingga dapat terpenuhi kecukupan atau
kebutuhan vitamin. Jumlah vitamin yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh pada
tingkat seluler disebut bioavailabilitas vitamin. Semakin tinggi jumlah vitamin yang diserap
dan dimanfaatkan dari suatu makanan, bioavailabilitas vitamin semakin baik.
Bioavailabilitas vitamin sangat dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan jenis makanan
sebagai sumber vitamin. Beberapa faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas vitamin adalah
(Comb, 2012) sebagai berikut.
Perbedaan bio potensi, yaitu perbedaan sifat yang dimiliki oleh setiap vitamer
tertentu.
Kehilangan vitamin dalam makanan selama proses penyimpanan, pengolahan, dan
pemasakan.
Efek makanan yaitu komposisi dan jenis makanan akan berpengaruh pada penyerapan
beberapa vitamin, seperti Vitamin yang larut lemak akan sangat kurang
penyerapannya pada makanan yang rendah lemak.
Status kesehatan, yaitu beberapa kondisi tertentu akibat penyakit dapat mengganggu
proses pencernaan penyerapan, dan utilisasi vitamin.
Banyak vitamin diserap oleh transpor aktif sehingga memudahkan proses penyerapan
titik namun, persentase penyerapan akan menurun pada saat asupan vitamin
meningkat.
Vitamin larut lemak (A, D, E ,K) diserap dalam bentuk Misel yang larut dalam lemak
titik penyerapan akan terganggu jika makanan yang dikonsumsi rendah lemak.
Banyak jenis vitamin larut air terdapat di dalam makanan berikatan dengan protein
sehingga untuk pelepasannya terkait dengan aktivitas asam lambung.
Penggunaan obat-obatan dan senyawa lainnya yang secara alami sudah terdapat
dalam makanan akan mempengaruhi penyerapan vitamin.
Zat atau senyawa yang secara alamiah terdapat dalam makanan dapat berperan
sebagai anti vitamin yang dapat mempengaruhi pada kerusakan atau menyebabkan
vitamin menjadi aktif.
Ketersediaan cadangan vitamin dalam tubuh atau terutama vitamin larut lemak
mempengaruhi penyerapan vitamin.
Beberapa vitamin terdapat dalam makanan dalam bentuk kimia atau bukan bentuk
aktif sehingga tidak mudah dihidrolisis oleh enzim selama proses pencernaan.
8. Fungsi vitamin
Vitamin secara bersamaan dengan komponen senyawa lainnya berfungsi dalam berbagai
aspek untuk memelihara kesehatan . Vitamin berfungsi dalam metabolisme energy,
pembentukan dan pembekuan darah, metabolisme protein dan asam amino, kesehatan tulang,
ekspresi gen dan antioksidan (Bryd-Bredbenner, dkk., 2007).
Vitamin mempunyai fungsi yang berbeda dengan jenis zat gizi lainnya seperti karbohidrat
protein dan lemak. Vitamin lebih banyak berperan dalam fungsi fisiologis tubuh terutama
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sehingga vitamin sangat dibutuhkan untuk
kehidupan manusia, Berdasarkan fungsi metabolik, vitamin mempunyai lima fungsi dasar,
yaitu sebagai koenzim, antioksidan biologis, ko-faktor dalam reaksi metabolik oksidasi-
reduksi dan hormon.
Antioksidan Biologis
Vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan adalah vitamin E dan C. Vitamin E dalam
tubuh berperan sebagai antioksidan dengan cara menghentikan reaksi berantai yang
disebabkan oleh radikal bebas yang berpotensi merusak sel-sel tubuh. Salah satu bentuk
peran vitamin E sebagai antioksidan adalah menghentikan reaksi berantai peroksida lipid di
dalam tubuh dengan cara mendonasikan atom hidrogen ke radikal lipid sehingga reaksi
oksidasi berhenti dan melindungi lemak tubuh.
Contoh lain vitamin E melindungi membran sel dengan cara menetralisasi radikal profil
lipid dan mencegah peroksidasi. Vitamin C sebagai donor elektron merupakan faktor yang
berperan dalam beberapa metaloenzim dan sebagai antioksidan titik peran vitamin c adalah
sebagai antioksidan melalui donasi elektron untuk radikal bebas sehingga menjadi stabil.
Koenzim
Sebagian besar vitamin larut air berperan sebagai prekursor dari enzim untuk
metabolisme antara enzim. Sementara itu, hanya satu vitamin larut lemak yang berfungsi
sebagai koenzim, yaitu vitamin K. Beberapa vitamin larut air yang berfungsi sebagai
koenzim adalah Vitamin C, tiamin, niasin, riboflavin, vitamin B6, biotin, asam pantotenat,
folat, dan vitamin B12. Akan tetapi tidak semua enzim kofaktor nya berupa vitamin.
Sebagai Hormon
Vitamin A dan vitamin D juga berperan sebagai hormon. Vitamin D berperan sebagai
hormon steroid. Pada peran ini, vitamin D bukan dalam bentuk fungsional sehingga harus
dikonversi terlebih dahulu ke bentuk metabolismenya, yaitu menjadi metabolit
terhidroksilasi, 1,25 (OH) 2-D3.
Sebagai Kofaktor
Vitamin yang berperan sebagai kofaktor adalah vitamin k c,, riboflavin dan asam
pantotenat.
Vitamin berperan sebagai elemen penting dalam proses transkripsi gen yang terjadi pada
tahap pertama proses ekspresi gen.
Setiap vitamin mempunyai gejala yang spesifik jika terjadi kekurangan. Ini menunjukkan
bahwa setiap vitamin mempunyai peran dan fungsi spesifik dalam tubuh.
Vitamin Fungsi
Vitamin A Pigmen penglihatan di retina
Regulasi ekspresi gen dan diferensiasi sel
Antioksidan
Vitamin D Homeostasis kalsium dan metabolisme kalsium
Menjaga absorpsi CO2 + dan mobilisasi mineral tulang
Regulasi ekspresi gen dan diferensiasi sel
Vitamin C Koenzim dalam hidroksilasi prolin dan lisin dalam sintesis kolagen
Reduktan dan hidroksilasi pembentukan karnitin dan dalam metabolisme
obat dan steroid
Antioksidan
Peningkatkan penyerapan zat besi
Vitamin B1
Koenzim untuk dekarboksilasi dari asam 2-keto (seperti piruvat) dan
transketolasi
Regulasi CL-channel dalam konduksi saraf
Vitamin B2
Koenzim dalam reaksi oksidasi dan reduksi dari asam lemak dan siklus
asam trikarboksilat
Group protetik dari flavoprotein
Niasin
Koenzim dalam beberapa dehidrogenasi
Bagian fungsional dari NAD dan NADP
Vitamin B6 Berperan dalam regulasi kalsium di intraseluler dan sinyal sel
Vitamin B12 Bagian fungsional dari koenzim A dan pembawa Asil protein
Sintesis dan metabolisme asam lemak
Defisiensi vitamin dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah asupan dengan
kebutuhan vitamin sehingga menyebabkan gangguan metabolik. Defisiensi vitamin dapat
diklasifikasikan menjadi defisiensi primer dan sekunder (Comb, 2012). Defisiensi primer
merupakan suatu kondisi ketika jumlah vitamin yang masuk dari makanan yang dikonsumsi
tidak mencukupi kebutuhan fisiologis. Sedangkan defisiensi sekunder terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh menggunakan vitamin akibat kurangnya penyerapan, atau
ketidakmampuan tubuh menggunakan (utilisasi) vitamin setelah proses penyerapan.
Efek keracunan (toksisitas) akibat kelebihan vitamin dapat terjadi terutama pada vitamin
larut lemak. Akan tetapi, efek toksik baru terjadi jika konsumsi melebihi 5-10 kali lebih besar
dari angka kecukupan yang dianjurkan pemberian suplementasi biasanya hanya memasok
kurang dari 2 kali nilai kecukupan harian sehingga efek toksik jarang terjadi terutama pada
orang dewasa (Byrd-Bredbenner, dkk., 2007).
Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kelebihan vitamin A disebut dengan
hiperavitaminosis, yang biasa terjadi akibat suplementasi jangka panjang dengan dosis 5-
10 kali dari kebutuhan gizi yang dianjurkan (KAG). Untuk vitamin A vitamin retinoid A
karotenoid tidak ada penetapan batas maksimum (upper level) konsumsi karena dapat
lebih dampak kelebihan vitamin A hanya disebabkan oleh kelebihan konsumsi retinoid.
Terdapat tiga jenis dampak kelebihan vitamin A yaitu akut, kronis, dan teratogenik.
Vitamin E relatif tidak toksik, tetapi kelebihan konsumsi dapat mempengaruhi peranan
vitamin K dalam proses pembekuan darah yang menyebabkan insufisiensi pembekuan
dan resiko pendarahan. Risiko tersebut sering terjadi pada individu yang menggunakan
obat-obatan aspirin atau antikoagulan. Mega dosis vitamin E dapat menyebabkan
pendarahan berat.
Vitamin K disimpan di hati dan tulang, tetapi merupakan salah satu vitamin larut
lemak yang sangat mudah diekskresikan dari tubuh dibanding vitamin larut lemak
lainnya. Konsumsi vitamin K alami dalam bentuk filokuinon atau menakuinon
menyebabkan peningkatan jumlah vitamin K akan tetapi tidak menyebabkan efek yang
berbahaya. Namun, jumlah vitamin K dalam bentuk menadion atau bentuk sintetik
vitamin K yang tinggi dapat mengakibatkan anemia hemolitik peningkatan bilirubin
dalam darah dan kematian bayi baru lahir.
Vitamin terdapat dalam banyak jenis bahan makanan baik hewani maupun nabati. Akan
tetapi, kandungan setiap jenis vitamin berbeda antara jenis bahan makanan. Beberapa jenis
bahan makanan kaya akan jenis vitamin tertentu sebaliknya kurang atau tidak mengandung
jenis vitamin lainnya. Buah-buahan dan sayuran merupakan jenis bahan makanan yang kaya
akan kandungan vitamin. Bahan makanan hewan tertentu seperti hati sapi, susu, telur, dan
ikan merupakan bahan makanan kaya vitamin. Selain dari makanan beberapa vitamin tertentu
seperti vitamin K dapat disintesis oleh bakteri di dalam usus. Demikian juga vitamin D yaitu
provitamin D yang terdapat di bawah jaringan kulit dapat dikonversi menjadi vitamin D
melalui bantuan sinar ultraviolet dari matahari.
Secara individual, banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi termasuk vitamin,
yaitu:
1. Faktor fisiologis; antara lain masa pertumbuhan, kondisi hamil dan menyusui, proses
penuaan variasi antar-individu, tingkat aktivitas fisik dan status gizi.
2. Faktor hereditas; antara lain inborn vitamin- dependent; polimorfisme dari perangkat
vitamin reseptor enzim bergantung vitamin dan enzim metabolisme vitamin.
5. Kondisi yang menyebabkan gangguan utilisasi seperti penyakit hati kronis dan penyakit
ginjal kronis.
7. Kondisi yang menyebabkan peningkatan kehilangan vitamin dari dalam tubuh; luka bakar
parah, bullous dermatoses, enteropati, nefrosis, operasi, hemodialysis, merokok ( Comb,
2012).
Kebutuhan vitamin dapat didefinisikan sebagai tingkat asupan yang dapat memenuhi
kriteria tertentu untuk memenuhi kecukupan, sehingga dapat meminimalkan dampak negatif
dari sikap kekurangan atau kelebihan vitamin. Kriteria yang digunakan untuk menentukan
kekuatan adalah rentang tingkatan konsumsi yang dapat mencegah terjadinya efek biologis
yang diakibatkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan vitamin (WHO, 1998).
BAB III
PEMBAHASAN
1. Klasifikasi Vitamin
Menurut buku utama, vitamin diklasifikasikan atas vitamin larut lemak dan vitamin larut
air. Dalam Vitamin Larut Lemak Sel-sel usus menyerap vitamin yang larut dalam lemak
dengan lemak sebagai misel dan kemudian memasukkan semua nutrisi yang larut dalam
lemak ke dalam kilomikron. Vitamin yang larut dalam lemak dapat menyimpan hati dan
jaringan adiposa untuk waktu yang lama waktu. Tubuh menggunakan cadangan ini pada saat
tidak memadai asupan harian. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan
K. Sedangkan dalamVitamin yang Larut dalam Air Sel-sel usus mudah menyerap vitamin ini.
Dari sel-sel ini, vitamin bergerak langsung ke portal peredaran darah. Karena darah sebagian
besar adalah air, pengangkutan vitamin yang larut dalam air tidak memerlukan bantuan
protein pembawa. Dengan pengecualian cobalamin (vitamin B12) dan pyridoxine (vitamin
B6), tubuh tidak menyimpan vitamin yang larut dalam air sampai batas tertentu. Vitamin
yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan C.
Sedangkan menurut buku kedua, vitamin juga diklasifikasikan atas vitamin larut lemak dan
vitamin larut air. Empat jenis vitamin bersifat larut dalam lemak, yaitu vitamin A,D,E, dan K,
sedangkan dua jenis vitamin larut dalam air, yaitu vitamin B dan C. Vitamin larut lemak
lebih dominan bersifat aromatic dan alifatik serta larut dalam pelarut non-polar, dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
Untuk Vitamin Larut Air Setelah dikonsumsi dan melalui usus, vitamin larut air akan diserap
ke dalam pembuluh darah portal dan tidak dapat dipertahankan dalam jangka waktu lama
oleh tubuh, kecuali vitamin B12 (kobalamin). Penyimpanan vitamin larut air terjadi dari hasil
ikatannya dengan enzim dan transpor protein.
Berdasarkkan kedua pendapat di atas vitamin di kelasifikasikan atas vitamin larut lemak dan
vitamin larut air. Empat jenis vitamin bersifat larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan
K, sedangkan dua jenis vitamin larut dalam air, yaitu vitamin B kompleks dan C.
Vitamin yang larut dalam lemak dapat bertahan lebih lama di dalam tubuh. Vitamin jenis ini
di serap oleh usus kecil bersama dengan zat nutrisi lainnya. Vitamin ini akan disimpan
didalam hati dan di jaringan adiposa untuk dapat di gunakan disaat tubuh tidak memadai
asupan harian. Sedangkan vitamin larut air adalah vitaminyang mudah di serap oleh usus
kecil untuk kemudian diangkut ke dalam sistem peredaran darah. Sehingga vitamin jenis ini
tidak memerlukan bantuan protein pembawa, kecuali pada (piridoksin) vitamin B6 dan
vitamin B12 (kobalamin). Jenis vitamin ini tidak dapat bertahan lama didalam tubuh kecuali
vitamin B12 (kobalamin.)
2. Fungsi Vitamin
Berdasarkan buku pertama yang telah di review fungsi vitamin secara umum yaitu,
Sedangkan berdasarkan buku kedua vitamin memiliki beberapa fungsi dasar yaitu:
1. Sebagai koenzim;
2. Antioksidan biologis;
3. Ko-faktor dalam reaksi metabolik oksidasi-reduksi;
4. Sebagai hormon;
5. Sebagai elemen transkripsin gen.
Sehingga dari kedua pendapat di atas fungsi vitamin secara umum adalah sesuai dengan
fungsi secara garis besar dari masing-masing jenis vitamin. Vitamin adalah mikronutrien
yang memiliki fungsi penting di dalam tubub sebagai zat untuk membantu berjalannya fungsi
fisologis tubuh secara baik dan dapat untuk menopang kehidupan.
Setiap vitamin memiliki fungsi dan peran yang spesifik di dalam tubuh. Berikut adalah fungsi
spesifik dari setiap vitamin berdasarkan buku pertama dan buku kedua yang telah di review.
1) Vitamin A
2) Vitamin D
3) Vitamin E
4) Vitamin K
Sedangkan berdasar pada buku kedua, vitamin K berfungsi sebagai Koenzim dalam
pembentukan karbon glutamat dalam enzim pembekuan darah.
5) Vitamin C
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Vitamin Larut Lemak Sel-sel usus menyerap vitamin yang larut dalam lemak dengan
lemak sebagai misel dan kemudian memasukkan semua nutrisi yang larut dalam lemak ke dalam
kilomikron. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Sedangkan dalam
Vitamin yang Larut dalam Air Sel-sel usus mudah menyerap vitamin ini. Vitamin larut lemak
lebih dominan bersifat aromatic danalifatik sertalarut dalam pelarut non-polar, dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Fungsi Vitamin A
→ Faktor untuk dapat menjalankan indra penglihatan dengan baik
→ Sebagai alat pertumbuhan untuk memaksimalkan fungsi dari sebuah sel
→ Sebagai jaringan untuk menjaga dan melindungi sel dari paparan radikal bebas
2. Fungsi Vitamin D
→ Menjaga kalsium dalam tubuh untuk tetap seimbang
→ Alat pertumbuhan untuk memaksimalkan fungsi kerja sel
→ Mencegah terjadinya osteoporosis
→ Menjaga keseimbangan absorpsi CO2+ dan mineral tulang
3. Fungsi Vitamin E
→ Melindungi membran dan oraganel sel yang bersifat rentan terpapar radikal bebas
→ Antiproliferatif untuk menjaga keseimbangan dan keteraturan homeostasis jaringan
→ Berperan dalam pengiriman sinyal ke sel
4. Fungsi Vitamin K
→ Berperan sebagai koenzim dalam pembentukan karbon glutamat dalam enzim pembekuan
darah
→ Membantu perkembangan tulang
5. Fungsi Vitamin C
→ Penjaga sistem kekebalan tubuh dari paparan radikal bebas
→ Membantu aktivitas metabolisme dan imunitas tubuh berjalan baik
→ Membantu hidroksilasi asam amino prolin dan lisin sebagai komponen penting kolagen
→ Peningkatan penyerapan zat besi
B. SARAN
Vitamin memiliki banyak fungsi dan sangat di butuhkan dalam tubuh manusia guna untuk
menjaga kesehatan.
Kami dari kelompok 5 menghimbau dan menyarankan untuk pembaca agar mengkonsumsi
vitamin secukupnya dan menyadari betapa penting nya peran vitamin dalam tubuh manusia.
Kekurangan vitamin juga terkadang dapat berakibat fatal,oleh karena itu kami sangat
menyarankan agar kita memenuhi kebutuhan vitamin dalam tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA
[WHO] World Health Organization. 1998. Joint FAO/WHO Expert Consultation On Human
Vitamin and Mineral Reqiurements (1998): Bangkok,Thailand) Vitamin and mineral
requirements in Human nutrition :report of a joint FAO/WHO expert
consultation,Bangkok,Thailand, 21-30 september 1998.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine. Dietary reference intakes for calcium,
phosphorous, magnesium, vitamin D, and fluoride. Washington, DC: National Academies Press;
1997.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine. Dietary reference intakes for thiamin,
riboflavin, niacin, vitamin B6, folate, vitamin B12, pantothenic acid, biotin, and choline.
Washington, DC: National Academies Press; 2000.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine. Dietary reference intakes for water, potassium,
sodium, chloride, and sulfate. Washington, DC: National Academies Press; 2004.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine. Dietary reference intakes for vitamin C,
vitamin E, selenium, and carotenoids. Washington, DC: National Academies Press; 2000.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine. Dietary reference intakes for vitamin A,
vitamin K, arsenic, boron, chromium, copper, iodine, iron, manganese, molybdenum, nickel,
silicon, vanadium, and zinc. Washington, DC: National Academies Press; 2001.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine. Dietary reference intakes for energy,
carbohydrate, fiber, fat, fatty acids, cholesterol, protein, and amino acids. Washington, DC:
National Academies Press; 2002.
U.S. Department of Agriculture, Center for Nutrition Policy and Promotion. USDA’s my plate
home page (website): www.choosemyplate.gov. Accessed August 23, 2011.
U.S. Department of Agriculture, U.S. Department of Health and Human Services. Dietary
guidelines for Americans, 2010. Washington, DC: U.S. Government
U.S. Department of Health and Human Services. Healthy people 2020. Washington, DC: U.S.
Government Printing Office; 2010.
Xu J, Kochanek KD, Murphy SL, Tejada-Vera B, Division of Vital Statistics. Deaths: final data
for 2007. Hyattsville, Md: National Center for Health Statistics; 2010.
LAMPIRAN
BUKU UTAMA