Angkatan :XVII
Nama : Laksita Aprilia Rahayu, A.Md. Kes
NIP : 199703252020122012
NDH : 17
Instansi : Puskesmas Ariodillah
1. Manajemen ASN
Dampak jika isu tidak
No Isu pada Instansi Data Pihak yang terdampak
terselesaikan
1 Kurangnya kesadaran Adanya petugas yang Kurangnya kesadaran - Petugas Puskesmas,
pasien
petugas puskesmas terlambat dan ada pula petugas dalam
Ariodillah dalam petugas yang hanya kedisiplinan ini akan
kedisiplinan pada jam absen lalu pergi keluar berdampak pada pasien
kerja puskesmas tanpa izin yang akan berobat, pasien
akan menunggu lama untu
mendapatkan pelayanan
2 Kurangnya Masih terdapat petugas Pasien tidak mengenali Puskesmas dan
kedisiplinan Petugas puskesmas yang tidak mana petugas dan mana Pasien
dalam berpakaian memakai seragam sesuai yang bukan petugas
seperti tidak memakai ketentuan dan tidak
seragam atau tidak memakai atribut lengkap
memakai atribut seperti tanda pengenal
lengkap nama
3 Kurangnya Kesadaran Masih terdapat petugas - Pasien Yang akan Puskesmas dan
Petugas atau menunda yang menunda nunda berobat terkadang pasien
nunda pekerjaan pekerjaan seperti main tidak mengerti
hp ketika sedang dalam penjelasan yang
melayani pasien,Tidak diberikan petugas
mengumpul laporan karena petugas yang
tepat waktu main handphone dan
pasien menunggu
terlalu lama
- Laporan yang akan
dikumpul akan tidak
optimal karena
dikerjakan terburu
buru
2. Pelayanan Publik
Dampak jika isu tidak
No Isu Data dan Fakta Pihak yang terdampak
terselesaikan
1 fasilitas pelayanan Masih kurangnya fasilitas - Pasien akan lama beerdiri - Pasien yang
di puskesmas seprti ruang ketika kursi ruang tunggu
puskesmas yang melakukan layanan.
tunggu pasien atau sudahpenuh
kurang memadai. tempat bermain anak - Anak anak akan merasa
jenuh jika kepuskesmas
3. Whole of Government
Dampak jika isu tidak
No Isu Data dan Fakta Pihak yang terdampak
terselesaikan
1 Kurangnya Kurangnya koordinasi Dokter atau perawat akan Petugas
Koordinasi dari dari petugas, contohnya bingung dengan Puskesmas
Petugas satu dengan petugas loket yang riwayat terapi atau
petugas yang lain. membuat berkas rekam pengobatan pasien jika
medis baru padahal berkas rekam medis
pasien tersebut pasien pasien tersebut baru
lama. padahal pasien tersebut
pasien lama yang
berpobat
Kekuatan (Strenght)
a. Memiliki perencanaan strategis sebagai acuan dalam pelaksanaan tupoksinya;
b. Memiliki struktur organisasi dan tupoksi yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
tugas;
c. Adanya skala prioritas program kerja;
d. Kebijakan didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Adanya kejelasan pembagian kewenangan, kedudukan, tugas dan fungsinya berupa peraturan, pedoman, juklak,
juknis pada setiap operasional kegiatan;
f. Profesionalisme pegawai;
g. Komitmen pimpinan dalam pengelolaan manajemen kepegawaian;
h. Ditetapkannya produk-produk hukum dibidang kepegawaian
Peluang (Opportunities)
a. Terbukanya kesempatan untuk pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai;
b. Terbukanya kerjasama dengan pihak ketiga untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur;
c. Adanya komitmen pimpinan;
d. Tersedianya peralaan/jaringan SIMPEG;
e. Peningkatan kesejahteraan pegawai;
f. Pengembangan karier berdasarkan prestasi kerja.
Tantangan (Treaths)
a. Kebutuhan akan pelayanan publik yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah sebagai perwujudan good
governance dan daya saing;
b. Kesiapan aparatur daerah dalam mengantisipasi proses demokratisasi agar mampu memberikan pelayanan yang
dapat memenuhi aspek transparansi, akuntabilitas dan pelayanan prima dari kinerja organisasi publik;
c. Akuntabilitas dan kualitas prima dari kinerja organisasi public;
d. Tuntutan Masyarakat terhadap aparatur yang bersih dan bebas dari KKN;
e. Perkembangan birokrasi yang menghendaki aparat semakin profesional;
f. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi komunikasi;
g. Adanya ego sektoral/unit kerja dilingkungan pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah ;
h. Adanya tuntutan reformasi birokrasi yang menghendaki perbaikan kinerja pegawai dan profesionalisme pegawai
(kelembagaan,tatalaksana dan SDM aparatur) ;
i. Krisis multidimensi yang berkepanjangan;
j. Evoria Reformasi yang berlebihan serta interpretasi sempit dalam menyikapi otonomi daerah serta kerjasama yang
solid dengan steak holder;
k. Intervensi berlebihan atau adanya kepentingan pribadi/kelompok dalam bidang kepegawaian yang bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku.
Pola pembayaran pemerintah yang melebihi kompensasi swasta untuk pekerja yang kurang berpendidikan
dan pembayaran swasta yang melebihi kompensasi pemerintah untuk pekerja yang lebih berpendidikan -
masalah kompresi gaji pemerintah - adalah pola yang umum terjadi pada layanan sipil lainnya (Nunberg
1994). Situasi Indonesia tidak tampak unik. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah menyadari
kebutuhan untuk menghubungkan gaji pegawai negeri sipil dengan gaji yang dibayarkan di sektor swasta
jika mereka ingin menarik dan mempertahankan bakat yang diperlukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kinerja sektor publik. Ketika ketidaksetaraan pendapatan di antara staf secara sengaja
meningkat, posisi manajemen senior menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Secara teori, struktur
gaji yang egaliter lebih menarik bagi mereka yang berpangkat lebih rendah dari pegawai negeri, sedangkan
struktur gaji yang lebih jelas membedakan antara staf pada tingkat yang berbeda kondusif untuk merekrut
dan mempertahankan bakat yang mungkin bergerak. ke sektor swasta.
Namun, struktur gaji Indonesia sedang bergerak menuju sistem egaliter, sehingga sebagian besar lulusan
terbaiknya dari universitas ternama dan berkualifikasi tinggi tidak tertarik untuk menjadi pegawai
pemerintah. Selain itu, gaji yang rendah cenderung mendorong perbuatan salah dan kegiatan ilegal seperti
menerima suap dan meminta kompensasi atas layanan yang diberikan. Di Indonesia, seperti di banyak
negara berkembang, tunjangan dan tunjangan memainkan peran penting dalam remunerasi pegawai sektor
publik, itulah sebabnya menentukan keseimbangan yang tepat antara gaji, tunjangan, dan tunjangan sangat
penting. Di Zambia, misalnya, sekretaris tetap mendapat penghasilan 50 kali lipat dari gaji pegawai negeri
terendah jika tunjangan barang (perumahan, mobil, telepon, dan sebagainya) diperhitungkan, tetapi jika
tunjangan tersebut dikecualikan , perbedaannya hanya lima kali lipat. Selain itu, di mana pekerjaan
sampingan dan korupsi merajalela, pegawai negeri senior akan memperoleh lebih banyak daripada
pegawai junior, karena mereka cenderung memiliki lebih banyak kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan
semacam itu. Pendapatan pegawai negeri sipil di Indonesia pada dasarnya terdiri dari tiga unsur: