Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR

Pembuatan Manual OP

BAB III
PROSEDUR OPERASI

3.1. PROSEDUR PERENCANAAN TANAM

3.1.1. Rencana Tata Tanam Global

Perencanaan tata tanam merupakan perpanduan antara kebutuhan air tanam

dengan ketersediaan air yang ada. Berdasarkan data hasil analisis debit andalan

maka dibuat rencana tata tanam Daerah Irigasi (DI.) pada daerah studi. Rencana

tata tanam dibuat berdasarkan :

 Pola tanam yang telah ada selama empat tahun terakhir dan catatan penting

juru pengairan.

 Kemampuan sumber air (andalan), yaitu data keadaan debit sungai selama 12

tahun terakhir pengamat.

 Rencana tata tanam yang direkomenasikan oleh Dinas Pengairan (Komisi

Irigasi).

Rencana pola tanam yang akan diterapkan untuk jaringan irigasi tidak berbeda

dengan pola tanam yang telah ada (eksisting). Sedangkan intensitas tanam

berdasarkan data tanaman 4 (empat) tahun terakhir adalah 300 % pertahun.

Unsur-unsur yang terkait dalam perencanaan Rencana Tata Tanam ini adalah Dinas

Pengairan, Dinas Pertanian, Pemerintah Daerah, UPT, UPTD, Himpunan Petani

Pemakai Air (HIPPA), dan Petani Tebu.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-1
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

3.1.2. Rencana Tata Tanam Tahun dan Persetujuan

Rencana tata tanam tahunan dibuat berdasarkan pola tanam yang telah ada

selama 4 (empat) tahun terakhir dan juga catatan penting dari juru pengairan serta

masukan dair HIPPA yang dibahas dalam rapat Dinas Pengairan (Komisi Irigasi).

Prosedur rencana tata tanam tahunan adalah sebagai berikut :

 Rapat antara HIPPA dengan Penyuluh Pertanian dan Dinas Pertanian untuk

membahas Rencana Tata Tanam dan membagikan blanko Rencana Tata Tanam

(Blanko 01 – O) kepada HIPPA.

 Juru Pengairan mengumpulkan blanko rencana tata tanam yang telah diisi oleh

HIPPA tersebut dan mengisikannya dalam buku rencana tata tanam (Blanko 02

– O).

 Kepala UPTD (Ranting Dinas) mengumpulkan Buku Rencana Tata Tanam yang

telah diisi Juru Pengairan dan memindahkannya dalam blanko 03 – O kemudian

mengirimkannya ke UPT (Cabang Dinas).

 UPT (Cabang Dinas) membuat konsep rencana tata tanam untuk Surat

Keputusan Bupati.

 Rapat dengan petani tebu.

 Rapat panitia irigasi untuk menyetujui rencana tata tanam dan konsep surat

keputusan Bupati.

 Rapat di setiap kecamatan antara HIPPA, Dinas Pengairan dan Penyuluh

Pertanian untuk membahas konsep surat keputusan Bupati.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-2
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.1. Pola Tata Tanam Rencana DI. Jurang Jero


Musim Jenis Rencana Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Intensitas Tanam (%)

Tanam Tanaman Ha (%) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Padi Total


Luas Baku Sawah 496 Ha
Padi 456 90% PL PL
Padi
Musim PL PL
90% 98%
Hujan
Palawija, dll 40 8% Palawija. dll

Padi 150 30% PL PL


Musim Padi
PL PL 30% 98%
Kemarau I
Palawija, dll 346 68% Palawija, dll

Musim Padi 50 10%


Padi
PL PL
Kemarau PL PL 10% 88%
II Palawija, dll 446 88% Palawija, dll

Tabel 3.2. Pola Tata Tanam Rencana DI. Kluwih


Musim Jenis Rencana Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Intensitas Tanam (%)
Tanam Tanaman Ha (%) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Padi Total
Luas Baku Sawah 508 Ha
Padi 438 86% PL PL
Padi
Musim PL PL
86% 99%
Hujan
Palawija, dll 63 12% Palawija, dll

Padi 101 20% PL PL


Musim Padi
PL PL 20% 99%
Kemarau I
Palawija, dll 400 79% Palawija, dll

Musim Padi - -
Kemarau - 99%
II Palawija, dll 501 99% Palawija, dll

3.1.3. Periode Pengeringan Saluran

Pengeringan saluran untuk pemeliharan dapat dibedakan menjadi pengeringan

rutin dan pengeringan darurat. Pengeringan rutin dipergunakan untuk pemeriksaan

pemeliharaan dari saluran dan bangunan, sedangkan pengeringan darurat adalah

akibat kerusakan saluran atau bangunan yang membutuhkan perbaikan segera.

1. Pengeringan Saluran Rutin

Pengeringan saluran rutin untuk jaringan irigasi dilakukan sekali dalam

setahun, yakni pada waktu musim kemarau I (awal bulan Maret). Pengeringan

saluran rutin digunakan untuk memeriksa saluran atau bangunan terutama

bagian bawah air. Perencanaan jadwal pengeringan dilakukan oleh UPT-UPT di

Probolinggo dengan pengesahan dari panitia irigasi. Periode pengeringan

saluran hendaknya disebarluaskan pada petani.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-3
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

2. Pengeringan Saluran Darurat

Pengeringan saluran darurat dilakukan untuk perbaikan tanggul, saluran dan

bangunan yang rusak dan diusahakan dalam periode yang singkat. Faktor-

faktor yang perlu diperhatikan dalam pengeringan saluran darurat adalah

sebagai berikut :

 Sebelum dilakukan pengeringan yang perlu diperhatikan adalah akibat

pengeringan ini tidak menimbulkan genangan pada daerah yang lain, tetapi

genangan disekitar bangunan yang rusak diusahakan sekecil mungkin.

 Untuk menghindari terjadinya pelumpuran pada dasar saluran atau erosi

saluran, maka pembukaan atau penutupan pintu pengatur dalam

mengalirkan debit air harus dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan.

 Tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga periode

pengeringan maksimum 7 – 10 hari.

3.2. RENCANA PEMBAGIAN GOLONGAN

Jika jadwal pengolahan tanah dari seluruh area yang ada dalam jaringan irigasi /

daerah irigasi, dilakukan pada waktu yang sama, maka kebutuhan air irigasi akan

meningkat tinggi dan kapasitas saluran tidak mampu menampung kebutuhan ini.

Oleh karena itu, daerah irigasi dibagi dalam beberapa golongan.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-4
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.3. Rencana Pembagian Golongan Tanam Padi


Tersier PADI

Golongan
Sekunder MH MK. I MK. II
Primer Tanggal Tanggal Luas Tanggal Tanggal Luas Tanggal Tanggal Luas
Baku Swah Awal Tutup Tanam Awal Tutup Tanam Awal Tutup Tanam
(ha) Tanam Tanam (ha) Tanam Tanam (ha) Tanam Tanam (ha)
21/12/201 10/01/201 01/05/201 20/05/201 21/08/201 10/09/201
D.I. JURANG JERO I 227 75 25
7 8 8 8 8 8
496
11/01/201 31/01/201 21/05/201 10/06/201 11/09/201 30/09/201
II 226 75 25
8 8 8 8 8 8
01/11/201 20/11/201 01/04/201 20/04/201
I 132 30 - - -
7 7 8 8
D.I KLUWIH
21/11/201 10/12/201 21/04/201 10/05/201
II 219 51 - - -
7 7 8 8
11/12/201 31/12/201 11/05/201 31/05/201
501 III 87 20 - - -
7 7 8 8

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-5
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

PETA SKEMA OPERASI


JURU PENGAIRAN BAYEMAN
BAKU SAWAH : 752 HA

D.KIJU Kiju
155
CM.ki B.CM.ka
14 20

D. SEBALO NG

KALI CURAH KEDUNG BATANG


D. CURAH MENJANGAN

SGy.ki
40

Klu.2.ka
32 SGy.ka
25
Winong
Klu.2.ki 52
120

Klu.1.ki D . S UM B E R G A YA M
86
S UM B E R G A YA M
SEK. KLUWIH I

D.WINO NG
K LUMPRIT

Klu.1.ka
45

O
SEK. KLUWIH II
D. KLUWIH
JERUK
KALI

14

EMBU BUNUT
NG 7
KLA M P O K
EMBU S UM B E R J E R UK
NG
KED U N G B U N D ER

D.LEMBU CAPANG
S UM B E R B UN UT
Pmt.3
39
Pmt.2
25
Pmt.1
15
D. PAMATAN
SEK. PAMATAN
LAWEYAN

79

P la mp a n
g /
K ALI

25
KETE RANGAN : Pengambilan Be bas
Baku Sawah
Q (Debiet) Rencana Bangunan Ukur
Q (Debiet) Realisasi
N e g o ro R e jo LPR (Luas Polowijo Relatif)
38 FPR (Faktor Polowijo Relatif) Re ncana Bangunan Terjun
FPR (Faktor Polowijo Relatif) Re alisasi

Q (Debiet) Rencana Bangunan Sadap

SUMBER MADA Q (Debiet) Realisasi


KARIPURA O Bangunan Bagi
Petak Tersier
Baku Sawah Jembatan
Q (Debiet) Realisasi
FPR (Faktor Polowijo Relatif) Re ncana
FPR (Faktor Polowijo Relatif) Re alisasi Bangunan Gorong-Gorong
Kali / Sungai
Bangunan Talang
Saluran Sekunder
Bangunan Siphon
Saluran Tersier
B a n g u n a n P e lim p a h S a m p in g

Afvour / Anvour
Sumber
Dam / Bendung

Gambar 3.1. Skema Operasi DI. Kluwih

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-6
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

3.3. KEBUTUHAN AIR IRIGASI

3.3.1. Debit Andalan

Debit andalan adalah debit yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mengairi

sawah dengan luasan tertentu dan keperluan lain, juga digunakan sebagai dasar

perhitungan membuat rencana tata tanam per Daerah Irigasi. Di daerah irigasi

daerah studi beberapa sudah ada data pencatatan debit yang masuk ke intake dan

melimpas bendung, sehingga debit andalan dapat dihitung berdasarkan debit modus

atau debit yang sering mucul yang dioperasikan di pintu intake.

Tabel 3.4. Perhitungan Probabilitas Debit Intake Andalan Dengan Rumus


Weibull
Data Debit Probabilitas
No Weibull
Tahun Q (m^3/dt) (%)
1 2011 0.434 16.667
2 2012 0.342 33.333
3 2013 0.342 50.000
4 2014 0.498 66.667
5 2015 0.498 83.333 Q80
6 2016 0.563 100.000
Sumber : Hasil Perhitungan

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-7
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.5. Perhitungan Probabilitas Debit Intake Andalan Dengan Rumus


Weibull
Tahun 20011 -
2012 - 2013 2013 - 2014 2014 - 2015 2015 - 2016 Max Rerata Min
Bulan Periode 2012
Januari 1 570 182 182 541 541 570 403 182
2 570 211 211 602 602 602 439 211
3 570 211 211 645 645 645 456 211
Februari 1 570 211 211 540 540 570 414 211
2 570 211 211 540 540 570 414 211
3 570 267 267 540 540 570 437 267
Maret 1 570 275 275 540 540 570 440 275
2 570 590 590 555 555 590 572 555
3 570 590 590 555 555 590 572 555
April 1 506 590 590 555 555 590 559 506
2 490 590 590 555 555 590 556 490
3 575 590 590 601 601 601 591 575
Mei 1 490 596 596 581 581 596 569 490
2 228 596 596 581 581 596 516 228
3 528 596 596 581 581 596 576 528
Juni 1 369 449 449 603 603 603 495 369
2 369 355 355 603 603 603 457 355
3 369 359 359 603 603 603 459 359
Juli 1 295 323 323 603 603 603 429 295
2 537 385 385 603 603 603 503 385
3 369 396 396 603 603 603 473 369
Agustus 1 327 325 325 603 603 603 437 325
2 327 325 325 603 603 603 437 325
3 181 325 325 552 552 552 387 181
September 1 187 301 301 552 552 552 379 187
2 178 301 301 552 552 552 377 178
3 178 301 301 552 552 552 377 178
Oktober 1 207 370 370 171 552 552 334 171
2 207 191 191 171 552 552 262 171
3 207 196 196 167 552 552 264 167
November 1 298 196 196 171 552 552 283 171
2 573 162 162 171 552 573 324 162
3 662 162 162 440 552 662 396 162
Desember 1 662 195 195 310 552 662 383 195
2 614 195 195 310 329 614 329 195
3 570 195 195 460 525 570 389 195
Tahunan (lt/det) 15633 12313 12313 17915 20262 21167 15687 10590
Tahunan (m3/dt) 15.633 12.313 12.313 17.915 20.262 21.167 15.6872 10.59
Rerata (lt/dt) 434 342 342 498 563 588 436 294
Rerata (m3/dt) 0.434 0.342 0.342 0.498 0.563 0.588 0.436 0.294

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-8
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.6. Debit Tersedia di DI. Jurang Jero


Tahun Debit
Qmin
Bulan Periode (m3/dt)
1 0.433
Januari 2 0.482 0.433
3 0.516
1 0.432
Februari 2 0.432 0.432
3 0.432
1 0.432
Maret 2 0.444 0.432
3 0.444
1 0.444
April 2 0.444 0.444
3 0.481
1 0.465
Mei 2 0.465 0.465
3 0.465
1 0.482
Juni 2 0.482 0.482
3 0.482
1 0.482
Juli 2 0.482 0.482
3 0.482
1 0.482
Agustus 2 0.482 0.442
3 0.442
1 0.442
September 2 0.442 0.442
3 0.442
1 0.137
Oktober 2 0.137 0.134
3 0.134
1 0.137
November 2 0.137 0.137
3 0.352
1 0.248
Desember 2 0.248 0.248
3 0.368
Sumber : Hasil Perhitungan

3.3.2. Satuan Kebutuhan Irigasi

Dalam menghitung kebutuhan air pada Daerah Irigasi adalah berdasarkan kebutuhan

air Palawija Relatif dengan penjelasan sebagai berikut:

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-9
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

LPR = (Luas Tanaman) x (Koefisien Tanaman)

Debit yang dibutuhkan pada pintu tersier adalah LPR pada petak tersier tersebut

dikalikan dengan FPR, yaitu kebutuhan air untuk Palawija.

Q = LPR x FPR

dimana:

Q = Debit rencana (lt/dt)

LPR = Luas palawija relatif rencana (ha pol)

FPR = Faktor palawija relatif rencana (lt/dt/ha pol)

Kebutuhan air untuk palawija (FPR) tergantung pada jenis dan sifat tanah setempat.

Tabel 3.7. Koefisien Pembanding LPR


Jenis Tanaman Koefisien Pembanding
Palawija 1
Padi Rendeng
a. Persemaian / pembibitan 20
b. Garap / pengolahan tanah 6
c. Pertumbuhan / pemeliharaan 4
Padi Gadu ijin Sama dengan padi rendeng
Padi Gadu tidak ijin 1
Tebu
a. Bibit / muda 1,5
b. Tua 0
Tembakau / Rosela 1
Pengisian tambak (sawah tambak) 3

Evaluasi kebutuhan air eksisting DI. tersebut berdasarkan data OP selama 4 (empat)
tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.8. berkut ini:

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-10
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.8. Neraca dan Pembagian Air Irigasi DI. Jurang Jero
BULAN
No. Jenis Tanaman November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
GOLONGAN I
1 Pola Tata Tanam MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU I MUSIM KEMARAU II
Padi
Padi Padi Padi Padi
Musim Kemarau II Musim Hujan Musim Kemarau I Musim Kemarau II
Palawija Palawija Musim Hujan Palawija Musim Kemarau I Palawija Musim Kemarau II
Tebu Tebu Musim Hujan Tebu Musim Kemarau I Tebu Musim Kemarau II
2 Padi MH Pembibitan 2.27
Garap Tanah 224.73
Tanaman 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227
3 Padi Gadu MK I Pembibitan 0.75 0.75
Garap Tanah 74.25 74.25
Tanaman 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
4 Padi Gadu MK II Pembibitan 0.5
Garap Tanah 24.5
Tanaman 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
5 Palawija dan lain-lain 202 202 202 202 202 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 202 202 202 202 202 202 202
6 Tebu 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 20 20 20 20 20 20 20
7 Total luas tanam, bibit, garap 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247
8 Bero 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
GOLONGAN II
1 Pola Tata Tanam MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU I MUSIM KEMARAU II
Padi
Padi Padi Padi Padi
Musim Kemarau II Musim Hujan Musim Kemarau I Musim Kemarau II
Palawija Palawija Musim Hujan Palawija Musim Kemarau I Palawija Musim Kemarau II
Tebu Tebu Musim Hujan Tebu Musim Kemarau I Tebu Musim Kemarau II
2 Padi MH Pembibitan 4.58
Garap Tanah 224.42
Tanaman 229 229 229 229 229 229 229 229 229 229 229 229
3 Padi Gadu MK I Pembibitan 1.5
Garap Tanah 73.5
Tanaman 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
4 Padi Gadu MK II Pembibitan 0.5
Garap Tanah 24.5
Tanaman 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
5 Palawija dan lain-lain 204 204 204 204 204 204 204 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 134 134 134 134 134 134 134 134 134 134 134 204 204 204 204 204
6 Tebu 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 20 20 20 20 20
7 Total luas tanam, bibit, garap 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 229 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249
8 Bero 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Luas Palawija Relatif (LPR) = Luas Jenis Tanaman x Koefisien Tanaman


9 LPR 793 793 793 793 793 793 1680 1680 1984 1984 1984 1984 1984 1984 1984 2089 1951 1951 1847 1847 1387 1474 1474 1474 1474 1474 1474 1474 738 738 548 548 548 793 793 793
10 FPR 0.30 0.31 0.32 0.36 0.36 0.36 0.23 0.14 0.29 0.30 0.30 0.29 0.29 0.29 0.29 0.28 0.30 0.30 0.28 0.28 0.33 0.24 0.24 0.24 0.24 0.23 0.23 0.23 0.46 0.46 0.61 0.61 0.61 0.21 0.21 0.21
11 Kebutuhan Air (lt/dt) : LPR x FPR 241 249 257 287 287 287 389 241 579 595.2 595.2 579 579 579 579 579 579 585.3 519 519 453 354 354 354 359 337 337 337 337 337 337 337 337 169 169 169
12 Efisiensi Irigasi (%) 65.31 67.48 69.65 77.78 77.78 77.78 105.42 65.31 156.91 161.30 161.30 156.91 156.91 156.91 156.91 156.91 156.91 158.62 140.65 140.65 122.76 95.93 95.93 95.93 97.29 91.33 91.33 91.33 91.33 91.33 91.33 91.33 91.33 45.80 45.80 45.80
13 Total Kebutuhan Air di Intake (lt/dt) 306.31 316.48 326.65 364.78 364.78 364.78 494.42 306.31 735.91 756.5 756.5 735.91 735.91 735.91 735.91 735.91 735.91 743.92 659.65 659.65 575.76 449.93 449.93 449.93 456.29 428.33 428.33 428.33 428.33 428.33 428.33 428.33 428.33 214.8 214.8 214.8
3
14 Total Kebutuhan Air di Intake (m /dt) 0.306 0.316 0.327 0.365 0.365 0.365 0.494 0.306 0.736 0.756 0.756 0.736 0.736 0.736 0.736 0.736 0.736 0.744 0.660 0.660 0.576 0.450 0.450 0.450 0.456 0.428 0.428 0.428 0.428 0.428 0.428 0.428 0.428 0.215 0.215 0.215
Sumber : Hasil Perhitungan

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-11
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Gambar 3.2. Grafik Neraca Air DI. Jurang Jero


Tabel 3.9. Analisa Neraca Air
BERDASARKAN RENCANA TATA TANAM GLOBAL (RTTG) 2018/2019 DENGAN METODE LPR/FPR
DINAS PUPR KABUPATEN PROBOLINGGO PADA JARINGAN IRIGASI JURANG JERO

Ketersediaan Ketersediaan Kebutuhan Kelebihan Kekurangan Sistem


Bulan Periode Air Irigasi Air Irigasi Air Irigasi Air Irigasi Air Irigasi Keterangan Pemberian
3 3 3 3
(lt/dt) (m /dt) (m /dt) (m /dt) (m /dt) Air
November 1 137 0.137 0.306 0.000 0.170 Tidak Memenuhi rotasi
2 137 0.137 0.316 0.000 0.180 Tidak Memenuhi rotasi
3 352 0.352 0.327 0.025 0.000 Memenuhi terus-menerus
Desember 1 248 0.248 0.365 0.000 0.117 Tidak Memenuhi rotasi
2 248 0.248 0.365 0.000 0.117 Tidak Memenuhi rotasi
3 368 0.368 0.365 0.003 0.000 Memenuhi terus-menerus
Januari 1 433 0.433 0.494 0.000 0.062 Tidak Memenuhi rotasi
2 482 0.482 0.306 0.175 0.000 Memenuhi terus-menerus
3 516 0.516 0.736 0.000 0.220 Tidak Memenuhi rotasi
Februari 1 432 0.432 0.756 0.000 0.324 Tidak Memenuhi rotasi
2 432 0.432 0.756 0.000 0.324 Tidak Memenuhi rotasi
3 432 0.432 0.736 0.000 0.304 Tidak Memenuhi rotasi
Maret 1 432 0.432 0.736 0.000 0.304 Tidak Memenuhi rotasi
2 444 0.444 0.736 0.000 0.292 Tidak Memenuhi rotasi
3 444 0.444 0.736 0.000 0.292 Tidak Memenuhi rotasi
April 1 444 0.444 0.736 0.000 0.292 Tidak Memenuhi rotasi
2 444 0.444 0.736 0.000 0.292 Tidak Memenuhi rotasi
3 481 0.481 0.744 0.000 0.263 Tidak Memenuhi rotasi
Mei 1 465 0.465 0.660 0.000 0.195 Tidak Memenuhi rotasi
2 465 0.465 0.660 0.000 0.195 Tidak Memenuhi rotasi
3 465 0.465 0.576 0.000 0.111 Tidak Memenuhi rotasi
Juni 1 482 0.482 0.450 0.032 0.000 Memenuhi terus-menerus
2 482 0.482 0.450 0.032 0.000 Memenuhi terus-menerus
3 482 0.482 0.450 0.032 0.000 Memenuhi terus-menerus
Juli 1 482 0.482 0.456 0.026 0.000 Memenuhi terus-menerus
2 482 0.482 0.428 0.054 0.000 Memenuhi terus-menerus
3 482 0.482 0.428 0.054 0.000 Memenuhi terus-menerus
Agustus 1 482 0.482 0.428 0.054 0.000 Memenuhi terus-menerus
2 482 0.482 0.428 0.054 0.000 Memenuhi terus-menerus
3 442 0.442 0.428 0.013 0.000 Memenuhi terus-menerus
September 1 442 0.442 0.428 0.013 0.000 Memenuhi terus-menerus
2 442 0.442 0.428 0.013 0.000 Memenuhi terus-menerus
3 442 0.442 0.428 0.013 0.000 Memenuhi terus-menerus
Oktober 1 137 0.137 0.215 0.000 0.078 Tidak Memenuhi rotasi
2 137 0.137 0.215 0.000 0.078 Tidak Memenuhi rotasi
3 134 0.134 0.215 0.000 0.081 Tidak Memenuhi rotasi
Sumber : Hasil Perhitungan

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-12
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

3.3.3. Rencana Tata Guna Air Irigasi

Tata guna air irigasi direncanakan dengan sistim golongan menggunakan dasar

perhitungan satuan palawija relatif berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh sesuai

dengan kondisi daerah studi sebagaimana penjelasan sebelumnya, dengan

dasar perhitungannya :

1. Jumlah luas masing-masing tanaman di baku tersier dikalikan angka

perbandingan dari masing-masing tanaman menjadi nilai luas relatif

tanaman (LPR) di pintu tersier.

2. Karena nilai dasar pembanding tanaman palawija (FPR) diperoleh dengan

memperhitungkan efisiensi jaringan irigasi, maka jumlah luas tanaman dari

seluruh baku tersier dalam satu petak sekunder hingga tingkat Daerah

Irigasi mempunyai nilai yang sama.

3. Fase kegiatan tanam padi direncanakan :

a) Persemaian selama 20 hari dengan perbandingan luas tanaman 0,10

b) Pengolahan tanah selama 25 – 30 hari dengan perbandingan luas

tanaman 0,90

c) Pemeliharaan tanaman selama 90 hari dengan perbandingan luas

tanaman 1

4. Untuk tanaman palawija usia tanaman direncanakan selama 90 hari

5. Guna mencapai intensitas tanam yang tinggi dengan jaminan perolehan air

yang memadai dan azas pemerataan pembagian air, maka dalam setiap

sistem jaringan irigasi melalui bendung dibuat pembagian blok golongan.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-13
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Bagan alir tata guna air irigasi dengan sistim golongan pada jaringan irigasi

adalah sebagai berikut :

Mulai

Pembagian Blok Perhitungan Air


Jaringan Golongan

EVALUASI
NERACA AIR

Kurang (FPR < 0,18) Cukup (0,18 < FPR < 0,36)
FPR

Memadai
(FPR >0,36)

Faktor K < 0,4 Faktor K > 0,8 Faktor K


Giliran di blok A, B, C Pemberian Air 0,4 < K < 0,8
Kontinyu Giliran di blok B, C

Operasi Pintu

Selesai

Gambar 3.3. Bagan Alir Tata Guna Air Irigasi

3.4. OPERASI MUSIM HUJAN

3.4.1. Prosedur

Musim hujan daerah irigasi Jurang Jero dimulai bulan Nopember sampai bulan

Maret, ketersediaan air pada umumnya mulai meningkat dan akan mencapai

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-14
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

puncak pada bulan Pebruari. Pada umumnya debit yang ada melebihi dari

kebutuhan air tanaman.

Pembagian air di petak tersier yang ada pada umumnya tidak menimbulkan

permasalahan, tetapi kelebihan air dapat menimbulkan genangan di sawah,

sehingga pengoperasian pintu pengambilan harus diperhatikan. Selama musim

hujan, petugas Penjaga Pintu Air (PPA) harus mengoperasikan pintu

pengambilan pada waktu muka air sungai mulai naik. Hal ini harus dilakukan

agar :

- Mencegah lumpur memasuki saluran selama debit sungai tinggi dan;

- Melindungi daerah irigasi dari banjir.

Selain itu, staf lapangan Penjaga Pintu Air (PPA) atau Juru Pengairan yang

bertugas diharuskan menghubungi Kepala UPTD, jika keadaan darurat

diperkirakan akan terjadi.

3.4.2. Tindakan Selama Hujan Lebat

Pada umumnya saluran pembawa yang ada di dalam jaringan irigasi Jurng Jero

ini merupakan saluran murni pembawa (saluran primer Jurang Jero). Selama

hujan lebat atau hujan pada ketinggian 150 mm, staf lapangan dan para petani

harus siap terus menerus menjaga agar pintu-pintu tersier selalu tertutup. Hal

tersebut didasarkan pada asumsi bahwa tinggi genangan di sawah 150 mm.

Selain itu selama musim hujan lebat staf lapangan hendaknya memeriksa

saluran dan tanggul, jika terdapat kerusakan tanggul yang dapat ditangani,

maka perlu dilakukan perbaikan secepatnya.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-15
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Dan jika keadaan darurat terjadi, maka staf lapangan Penjaga Pintu Air (PPA)

atau Juru Pengairan yang bertugas diharuskan menghubungi Kepala UPTD dan

Kepala Bidang SDA Dinas PUPR Kabupaten Probolinggo.

3.5. OPERASI MUSIM KEMARAU

Pembagian air secara umum didasarkan pada luas areal yang ditanami dan

jenis tanaman yang ditanam. Permintaan kebutuhan air selama musim

kemarau, akan dikirim ke Kepala Dinas pada awal periode 10 harian seperti

pada musim hujan. Staf eksploitasi pada kantor UPTD akan menghitung

kekurangan air yang harus dipenuhi setelah membandingkan dengan debit

yang tersedia di bendung, sehingga apabila debit yang ada lebih kecil dari debit

rencana maka perlu diadakan giliran. Pada waktu diadakan giliran adalah waktu

yang baik untuk melakukan pengeringan saluran untuk mendeteksi kerusakan

saluran. Pada musim kemarau hal-hal yang perlu diperhatikan / dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Kontrol pembagian air telah sesuai dengan rencana

2. Kontrol terhadap pengambilan air

3. Penertiban pengambilan air dikoordinasikan dengan panitia irigasi

kecamatan setempat.

3.6. PROSEDUR OPERASI BANGUNAN UTAMA

Bangunan utama yang terdapat pada DI. Jurang Jero merupakan bangunan

bendung tetap, yaitu suatu bangunan di dalam sungai yang dibangun pada

ketinggian tertentu untuk meninggikan permukaan air sungai dan mengalirkan

ke dalam jaringan irigasi melalui bangunan pengambilan. Selain menaikkan

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-16
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

tinggi muka air (TMA), mercu bendung berfungsi sebagai bangunan pelimpah

untuk mengalirkan kelebihan air banjir. Bangunan utama DI. Jurang Jero

mempunyai 2 buah pintu, yakni pintu intake dan pintu pembilas. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan pada bangunan utama Bendung adalah sebagai

berikut:

- Satu operator pintu (PPA) yang haru tinggal 24 jam di lokasi bendung

selama musim hujan, karena itu diperlukan Rumah PPA di dekat bendung

dan ditempati.

- Pencatatan debit sungai setiap hari 3 (tiga) kali, yaitu waktu pagi, siang dan

sore hari yang harus dicatat dengan rutin.

- Pada waktu musim hujan jika peilschal bendung menunjukkan 0,40 m (banjir

juru), pintu pengambilan harus dioperasikan.

3.6.1. Operasi Pengambilan

Operasional pintu pengambilan setiap saat disesuaikan dengan kebutuhan air

tanaman berdasarkan perhitungan LPR – FPR. Operasional pintu pengambilan

ini dilaksanakan setiap 10 hari sekali.

Pada waktu banjir, permukaan air sungai naik cepat berubah dan dapat naik

dengan cepat. Endapan yang terbawa oleh sungai harus dicegah masuk ke

dalam jaringan irigasi. Oleh karena itu pintu pengambilan perlu ditutup selama

banjir terjadi.

3.6.2. Pintu Banjir

Pintu banjir atau pintu penguras merupakan bangunan yang terletak pada hilir

pintu pengambilan dan terletak di pinggir sungai. Bangunan pintu ini berfungsi

untuk membilas lumpur yang berada di depan pintu pengambilan.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-17
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

3.7. PROSEDUR OPERASI BANGUNAN BESAR

3.7.1. Operasi Pintu

Cara operasional pintu bangunan besar seperti telah diuraikan di atas (sub bab

3.6).

3.7.2. Pengukuran Debit

Tanggung jawab pencatatan debit berada pada Juru Pengairan dan hendaknya

dilakukan setiap hari. Pencatatan pengukuran debit dilakukan pada bangunan

pengambilan Bendung dan bangunan-bangunan sadap. Untuk memudahkan

dalam pengukuran debit, biasanya setiap Juru Pengairan dilengkapi dengan

tabel pembacaan debit. Tabel pembacaan debit untuk masing-masing

bangunan ukur dapat dilihat pada halaman berikut ini:.

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-18
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.10. Pedoman Operasional Bendung DI. Jurang jero


Rumus Q Pelimpah
Q = 1,08.b.h3/2
Dimensi Pelimpah Bendung Jurang Jero
B : 15 m
Hjaga an : 2 m

H B Q
(cm) (m) (m3/dt) DEX
10 15 0.016
20 15 0.128 ≥ 1.33 m Darurat
30 15 0.433

2 M
40 15 1.026 1.33 m Siaga
50 15 2.004 Normal
H=2m

60 15 3.463 Crest Spillway 0.66 m Normal


70 15 5.499
80 15 8.208
90 15 11.687
100 15 16.031
110 15 21.338 Siaga
120 15 27.702
130 15 35.221
140 15 43.990
150 15 54.105
160 15 65.664
170 15 78.762 Darurat
180 15 93.494
190 15 109.958
200 15 128.250

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-19
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.11. Pedoman Operasional Bendung DI.Kluwih


Rumus Q Pelimpah
Q = 1,08.b.h3/2
Dimensi Pelimpah Bendung Kluwih
B : 31 m
Hjagaa n : 2 m

H B Q
(cm) (m) (m3/dt) DEX
10 31 0.033
20 31 0.265 ≥ 1.33 m Darurat
30 31 0.895

2 M
40 31 2.120 1.33 m Siaga
50 31 4.141 Normal
H=2 m

60 31 7.156 Crest Spillway 0.66 m Normal


70 31 11.364
80 31 16.963
90 31 24.153
100 31 33.131
110 31 44.098 Siaga
120 31 57.251
130 31 72.789
140 31 90.912
150 31 111.818
160 31 135.706
170 31 162.774 Darurat
180 31 193.221
190 31 227.247
200 31 265.050

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-20
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.12. Data Operasi Pintu Bendung Jurang Jero


POLA OPERASI
BUKAAN  
PINTU
BENDUNG
JURANG JERO        
 
Qs = µ . B. h  
   
µ = 0.8 (koefisien untuk perencanaan pintu di bawah muka air)
g = 9.81 m/dt2  
z = 2.22 (beda tinggi)  
B = 1.2 m  
A = 456 ha  
Jumlah pintu = 1 buah  
Qrencana = cxNFRxA = 1 e 0.72  
  e  
  = 633.3 lt/dtk = 0.633 m3/dtk  

Tabel 3.13. Tabel Bukaan Pintu Intake Bendung Jurang Jero


Beda
Lebar Lebar Tinggi Bukaan
Jumlah Tinggi Debit
Pintu Pintu Intake (Qs)
Total Air (z) Pintu 1 (h)
(b)
(buah) (m) (m) (m) (m) (m3/dtk)
1 1.20 1.20 2.22 0.10 0.633
1 1.20 1.20 2.22 0.20 1.266
1 1.20 1.20 2.22 0.30 1.899
1 1.20 1.20 2.22 0.40 2.532
1 1.20 1.20 2.22 0.50 3.165
1 1.20 1.20 2.22 0.60 3.798
1 1.20 1.20 2.22 0.70 4.431
1 1.20 1.20 2.22 0.80 5.064
1 1.20 1.20 2.22 0.90 5.697
1 1.20 1.20 2.22 1.00 6.330
1 1.20 1.20 2.22 1.10 6.963
1 1.20 1.20 2.22 1.20 7.596
1 1.20 1.20 2.22 1.30 8.229
1 1.20 1.20 2.22 1.40 8.862
1 1.20 1.20 2.22 1.50 9.495
1 1.20 1.20 2.22 1.60 10.128
1 1.20 1.20 2.22 1.70 10.761
1 1.20 1.20 2.22 1.80 11.394
1 1.20 1.20 2.22 1.90 12.027
1 1.20 1.20 2.22 2.00 12.660

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-21
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Gambar 3.4. Grafik Bukaan Pintu Intake Bendung Jurang Jero

Tabel 3.14. Data Operasi Pintu Jurang Jero T. Jr 1 Ki


POLA OPERASI BUKAAN PINTU BENDUNG JURANG JERO
Qs = µ . B. h √(2&2.݃.

µ = 0.8 (koefisien untuk perencanaan pintu di bawah muka air)


g = 9.81 m/dt2
z = 0.16 (beda tinggi)
B = 0.5 m
A = 51 ha
Jumlah pintu = 1 buah
Qrencana = cxNFRxA = 1 e 0.72
e
= 70.8 lt/dtk = 0.071 m3/dtk

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-22
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.15. Operasi Pintu Jurang Jero T. Jr 1 Ki

Beda
Lebar Lebar Tinggi Bukaan
Jumlah Tinggi Debit
Pintu Pintu Intake (Qs)
Total Air (z) Pintu 1 (h)
(b)
(buah) (m) (m) (m) (m) (m3/dtk)
1 0.50 0.50 0.16 0.10 0.072
1 0.50 0.50 0.16 0.20 0.144
1 0.50 0.50 0.16 0.30 0.215
1 0.50 0.50 0.16 0.40 0.287
1 0.50 0.50 0.16 0.50 0.359
1 0.50 0.50 0.16 0.60 0.431
1 0.50 0.50 0.16 0.70 0.503
1 0.50 0.50 0.16 0.80 0.574
1 0.50 0.50 0.16 0.90 0.646
1 0.50 0.50 0.16 1.00 0.718
1 0.50 0.50 0.16 1.10 0.790
1 0.50 0.50 0.16 1.20 0.862
1 0.50 0.50 0.16 1.30 0.933
1 0.50 0.50 0.16 1.40 1.005
1 0.50 0.50 0.16 1.50 1.077
1 0.50 0.50 0.16 1.60 1.149
1 0.50 0.50 0.16 1.70 1.221
1 0.50 0.50 0.16 1.80 1.292
1 0.50 0.50 0.16 1.90 1.364
1 0.50 0.50 0.16 2.00 1.436

Gambar 3.5. Grafik Bukaan Pintu Jurang Jero T. Jr 1 Ki

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-23
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.16. Data Operasi Pintu Jurang Jero T. Jr 2 Ka


POLA OPERASI BUKAAN PINTU BENDUNG JURANG JERO
Qs = µ . B. h √(2&2.݃.

µ = 0.8 (koefisien untuk perencanaan pintu di bawah muka air)


g = 9.81 m/dt2
z = 0.07 (beda tinggi)
B = 0.4 m
A = 26 ha
Jumlah pintu = 1 buah
Qrencana = cxNFRxA = 1 e 0.72
e
= 36.1 lt/dtk = 0.036 m3/dtk

Tabel 3.17. Operasi Pintu Jurang Jero T. Jr 2 Ka


Beda
Lebar Lebar Tinggi Bukaan
Jumlah Tinggi Debit
Pintu Pintu Intake (Qs)
Total Air (z) Pintu 1 (h)
(b)
(buah) (m) (m) (m) (m) (m3/dtk)
1 0.40 0.40 0.07 0.10 0.036
1 0.40 0.40 0.07 0.20 0.073
1 0.40 0.40 0.07 0.30 0.109
1 0.40 0.40 0.07 0.40 0.146
1 0.40 0.40 0.07 0.50 0.182
1 0.40 0.40 0.07 0.60 0.219
1 0.40 0.40 0.07 0.70 0.255
1 0.40 0.40 0.07 0.80 0.292
1 0.40 0.40 0.07 0.90 0.328
1 0.40 0.40 0.07 1.00 0.365
1 0.40 0.40 0.07 1.10 0.401
1 0.40 0.40 0.07 1.20 0.438
1 0.40 0.40 0.07 1.30 0.474
1 0.40 0.40 0.07 1.40 0.511
1 0.40 0.40 0.07 1.50 0.547
1 0.40 0.40 0.07 1.60 0.584
1 0.40 0.40 0.07 1.70 0.620
1 0.40 0.40 0.07 1.80 0.657
1 0.40 0.40 0.07 1.90 0.693
1 0.40 0.40 0.07 2.00 0.730

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-24
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Gambar 3.6. Grafik Bukaan Pintu Jurang Jero T. Jr 2 Ka

Tabel 3.18. Data Operasi Pintu Jurang Jero T. Jr 3 Ka


Qs = µ . B. h √(2&2.݃.

µ = 0.8 (koefisien untuk perencanaan pintu di bawah muka air)


g = 9.81 m/dt2
z = 0.13 (beda tinggi)
B = 0.6 m
A = 55 ha
Jumlah pintu = 1 buah
Qrencana = cxNFRxA = 1 e 0.72
e
= 76.4 lt/dtk = 0.076 m3/dtk

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-25
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.19. Operasi Pintu Jurang Jero T. Jr 3 Ka


Beda
Lebar Lebar Tinggi Bukaan
Jumlah Tinggi Debit
Pintu Pintu Intake (Qs)
Total Air (z) Pintu 1 (h)
(b)
(buah) (m) (m) (m) (m) (m3/dtk)
1 0.60 0.60 0.13 0.10 0.076
1 0.60 0.60 0.13 0.20 0.151
1 0.60 0.60 0.13 0.30 0.227
1 0.60 0.60 0.13 0.40 0.302
1 0.60 0.60 0.13 0.50 0.378
1 0.60 0.60 0.13 0.60 0.454
1 0.60 0.60 0.13 0.70 0.529
1 0.60 0.60 0.13 0.80 0.605
1 0.60 0.60 0.13 0.90 0.681
1 0.60 0.60 0.13 1.00 0.756
1 0.60 0.60 0.13 1.10 0.832
1 0.60 0.60 0.13 1.20 0.907
1 0.60 0.60 0.13 1.30 0.983
1 0.60 0.60 0.13 1.40 1.059
1 0.60 0.60 0.13 1.50 1.134
1 0.60 0.60 0.13 1.60 1.210
1 0.60 0.60 0.13 1.70 1.285
1 0.60 0.60 0.13 1.80 1.361
1 0.60 0.60 0.13 1.90 1.437
1 0.60 0.60 0.13 2.00 1.512

Gambar 3.7. Grafik Bukaan Pintu Jurang Jero T. Jr 3 Ka

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-26
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.20. Data Operasi Pintu Intake DI.Kluwih


Qs = µ . B. h √(2&2.݃.

µ = 0.8 (koefisien untuk perencanaan pintu di bawah muka air)


g = 9.81 m/dt2
z = 1.92 (beda tinggi)
B = 0.8 m
A = 283 ha
Jumlah pintu = 1 buah
Qrencana = cxNFRxA = 1 e 0.72
e
= 393.1 lt/dtk = 0.393 m3/dtk
Tabel 3.21. Operasi Pintu Intake DI.Kluwih
Beda
Lebar Lebar Tinggi Bukaan
Jumlah Tinggi Debit
Pintu Pintu Intake (Qs)
Total Air (z) Pintu 1 (h)
(b)
(buah) (m) (m) (m) (m) (m3/dtk)
1 0.80 0.80 1.92 0.10 0.393
1 0.80 0.80 1.92 0.20 0.786
1 0.80 0.80 1.92 0.30 1.178
1 0.80 0.80 1.92 0.40 1.571
1 0.80 0.80 1.92 0.50 1.964
1 0.80 0.80 1.92 0.60 2.357
1 0.80 0.80 1.92 0.70 2.750
1 0.80 0.80 1.92 0.80 3.143
1 0.80 0.80 1.92 0.90 3.535
1 0.80 0.80 1.92 1.00 3.928
1 0.80 0.80 1.92 1.10 4.321
1 0.80 0.80 1.92 1.20 4.714
1 0.80 0.80 1.92 1.30 5.107
1 0.80 0.80 1.92 1.40 5.500
1 0.80 0.80 1.92 1.50 5.892
1 0.80 0.80 1.92 1.60 6.285
1 0.80 0.80 1.92 1.70 6.678
1 0.80 0.80 1.92 1.80 7.071
1 0.80 0.80 1.92 1.90 7.464
1 0.80 0.80 1.92 2.00 7.857

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-27
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Gambar 3.8. Grafik Bukaan Pintu Intake DI.Kluwih

Tabel 3.22. Data Operasi Pintu DI.Kluwih T. Klu.1.ki


Qs = µ . B. h √(2&2.݃.

µ = 0.8 (koefisien untuk perencanaan pintu di bawah muka air)


g = 9.81 m/dt2
z = 0.18 (beda tinggi)
B = 0.8 m
A = 86 ha
Jumlah pintu = 1 buah
Qrencana = cxNFRxA = 1 e 0.72
e
= 119.4 lt/dtk = 0.119 m3/dtk

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-28
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP

Tabel 3.23. Operasi Pintu DI.Kluwih T. Klu.1.ki


Beda
Lebar Lebar Tinggi Bukaan
Jumlah Tinggi Debit
Pintu Pintu Intake (Qs)
Total Air (z) Pintu 1 (h)
(b)
(buah) (m) (m) (m) (m) (m3/dtk)
1 0.80 0.80 0.18 0.10 0.119
1 0.80 0.80 0.18 0.20 0.238
1 0.80 0.80 0.18 0.30 0.357
1 0.80 0.80 0.18 0.40 0.476
1 0.80 0.80 0.18 0.50 0.595
1 0.80 0.80 0.18 0.60 0.714
1 0.80 0.80 0.18 0.70 0.833
1 0.80 0.80 0.18 0.80 0.952
1 0.80 0.80 0.18 0.90 1.070
1 0.80 0.80 0.18 1.00 1.189
1 0.80 0.80 0.18 1.10 1.308
1 0.80 0.80 0.18 1.20 1.427
1 0.80 0.80 0.18 1.30 1.546
1 0.80 0.80 0.18 1.40 1.665
1 0.80 0.80 0.18 1.50 1.784
1 0.80 0.80 0.18 1.60 1.903
1 0.80 0.80 0.18 1.70 2.022
1 0.80 0.80 0.18 1.80 2.141
1 0.80 0.80 0.18 1.90 2.260
1 0.80 0.80 0.18 2.00 2.379

Gambar 3.9. Grafik Bukaan Pintu DI.Kluwih T. Klu.1.k

O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-29

Anda mungkin juga menyukai