Bab 3 - Prosedur Operasi OP IRIGASI%%%%%
Bab 3 - Prosedur Operasi OP IRIGASI%%%%%
Pembuatan Manual OP
BAB III
PROSEDUR OPERASI
dengan ketersediaan air yang ada. Berdasarkan data hasil analisis debit andalan
maka dibuat rencana tata tanam Daerah Irigasi (DI.) pada daerah studi. Rencana
Pola tanam yang telah ada selama empat tahun terakhir dan catatan penting
juru pengairan.
Kemampuan sumber air (andalan), yaitu data keadaan debit sungai selama 12
Irigasi).
Rencana pola tanam yang akan diterapkan untuk jaringan irigasi tidak berbeda
dengan pola tanam yang telah ada (eksisting). Sedangkan intensitas tanam
Unsur-unsur yang terkait dalam perencanaan Rencana Tata Tanam ini adalah Dinas
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-1
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Rencana tata tanam tahunan dibuat berdasarkan pola tanam yang telah ada
selama 4 (empat) tahun terakhir dan juga catatan penting dari juru pengairan serta
masukan dair HIPPA yang dibahas dalam rapat Dinas Pengairan (Komisi Irigasi).
Rapat antara HIPPA dengan Penyuluh Pertanian dan Dinas Pertanian untuk
membahas Rencana Tata Tanam dan membagikan blanko Rencana Tata Tanam
Juru Pengairan mengumpulkan blanko rencana tata tanam yang telah diisi oleh
HIPPA tersebut dan mengisikannya dalam buku rencana tata tanam (Blanko 02
– O).
Kepala UPTD (Ranting Dinas) mengumpulkan Buku Rencana Tata Tanam yang
UPT (Cabang Dinas) membuat konsep rencana tata tanam untuk Surat
Keputusan Bupati.
Rapat panitia irigasi untuk menyetujui rencana tata tanam dan konsep surat
keputusan Bupati.
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-2
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Musim Padi - -
Kemarau - 99%
II Palawija, dll 501 99% Palawija, dll
setahun, yakni pada waktu musim kemarau I (awal bulan Maret). Pengeringan
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-3
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
bangunan yang rusak dan diusahakan dalam periode yang singkat. Faktor-
sebagai berikut :
pengeringan ini tidak menimbulkan genangan pada daerah yang lain, tetapi
Jika jadwal pengolahan tanah dari seluruh area yang ada dalam jaringan irigasi /
daerah irigasi, dilakukan pada waktu yang sama, maka kebutuhan air irigasi akan
meningkat tinggi dan kapasitas saluran tidak mampu menampung kebutuhan ini.
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-4
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Golongan
Sekunder MH MK. I MK. II
Primer Tanggal Tanggal Luas Tanggal Tanggal Luas Tanggal Tanggal Luas
Baku Swah Awal Tutup Tanam Awal Tutup Tanam Awal Tutup Tanam
(ha) Tanam Tanam (ha) Tanam Tanam (ha) Tanam Tanam (ha)
21/12/201 10/01/201 01/05/201 20/05/201 21/08/201 10/09/201
D.I. JURANG JERO I 227 75 25
7 8 8 8 8 8
496
11/01/201 31/01/201 21/05/201 10/06/201 11/09/201 30/09/201
II 226 75 25
8 8 8 8 8 8
01/11/201 20/11/201 01/04/201 20/04/201
I 132 30 - - -
7 7 8 8
D.I KLUWIH
21/11/201 10/12/201 21/04/201 10/05/201
II 219 51 - - -
7 7 8 8
11/12/201 31/12/201 11/05/201 31/05/201
501 III 87 20 - - -
7 7 8 8
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-5
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
D.KIJU Kiju
155
CM.ki B.CM.ka
14 20
D. SEBALO NG
SGy.ki
40
Klu.2.ka
32 SGy.ka
25
Winong
Klu.2.ki 52
120
Klu.1.ki D . S UM B E R G A YA M
86
S UM B E R G A YA M
SEK. KLUWIH I
D.WINO NG
K LUMPRIT
Klu.1.ka
45
O
SEK. KLUWIH II
D. KLUWIH
JERUK
KALI
14
EMBU BUNUT
NG 7
KLA M P O K
EMBU S UM B E R J E R UK
NG
KED U N G B U N D ER
D.LEMBU CAPANG
S UM B E R B UN UT
Pmt.3
39
Pmt.2
25
Pmt.1
15
D. PAMATAN
SEK. PAMATAN
LAWEYAN
79
P la mp a n
g /
K ALI
25
KETE RANGAN : Pengambilan Be bas
Baku Sawah
Q (Debiet) Rencana Bangunan Ukur
Q (Debiet) Realisasi
N e g o ro R e jo LPR (Luas Polowijo Relatif)
38 FPR (Faktor Polowijo Relatif) Re ncana Bangunan Terjun
FPR (Faktor Polowijo Relatif) Re alisasi
Afvour / Anvour
Sumber
Dam / Bendung
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-6
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Debit andalan adalah debit yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mengairi
sawah dengan luasan tertentu dan keperluan lain, juga digunakan sebagai dasar
perhitungan membuat rencana tata tanam per Daerah Irigasi. Di daerah irigasi
daerah studi beberapa sudah ada data pencatatan debit yang masuk ke intake dan
melimpas bendung, sehingga debit andalan dapat dihitung berdasarkan debit modus
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-7
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-8
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Dalam menghitung kebutuhan air pada Daerah Irigasi adalah berdasarkan kebutuhan
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-9
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Debit yang dibutuhkan pada pintu tersier adalah LPR pada petak tersier tersebut
Q = LPR x FPR
dimana:
Kebutuhan air untuk palawija (FPR) tergantung pada jenis dan sifat tanah setempat.
Evaluasi kebutuhan air eksisting DI. tersebut berdasarkan data OP selama 4 (empat)
tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.8. berkut ini:
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-10
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Tabel 3.8. Neraca dan Pembagian Air Irigasi DI. Jurang Jero
BULAN
No. Jenis Tanaman November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
GOLONGAN I
1 Pola Tata Tanam MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU I MUSIM KEMARAU II
Padi
Padi Padi Padi Padi
Musim Kemarau II Musim Hujan Musim Kemarau I Musim Kemarau II
Palawija Palawija Musim Hujan Palawija Musim Kemarau I Palawija Musim Kemarau II
Tebu Tebu Musim Hujan Tebu Musim Kemarau I Tebu Musim Kemarau II
2 Padi MH Pembibitan 2.27
Garap Tanah 224.73
Tanaman 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227 227
3 Padi Gadu MK I Pembibitan 0.75 0.75
Garap Tanah 74.25 74.25
Tanaman 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
4 Padi Gadu MK II Pembibitan 0.5
Garap Tanah 24.5
Tanaman 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
5 Palawija dan lain-lain 202 202 202 202 202 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 132 202 202 202 202 202 202 202
6 Tebu 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 20 20 20 20 20 20 20
7 Total luas tanam, bibit, garap 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247 247
8 Bero 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
GOLONGAN II
1 Pola Tata Tanam MUSIM HUJAN MUSIM KEMARAU I MUSIM KEMARAU II
Padi
Padi Padi Padi Padi
Musim Kemarau II Musim Hujan Musim Kemarau I Musim Kemarau II
Palawija Palawija Musim Hujan Palawija Musim Kemarau I Palawija Musim Kemarau II
Tebu Tebu Musim Hujan Tebu Musim Kemarau I Tebu Musim Kemarau II
2 Padi MH Pembibitan 4.58
Garap Tanah 224.42
Tanaman 229 229 229 229 229 229 229 229 229 229 229 229
3 Padi Gadu MK I Pembibitan 1.5
Garap Tanah 73.5
Tanaman 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
4 Padi Gadu MK II Pembibitan 0.5
Garap Tanah 24.5
Tanaman 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
5 Palawija dan lain-lain 204 204 204 204 204 204 204 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 134 134 134 134 134 134 134 134 134 134 134 204 204 204 204 204
6 Tebu 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 20 20 20 20 20
7 Total luas tanam, bibit, garap 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 229 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249 249
8 Bero 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-11
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-12
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Tata guna air irigasi direncanakan dengan sistim golongan menggunakan dasar
dasar perhitungannya :
seluruh baku tersier dalam satu petak sekunder hingga tingkat Daerah
tanaman 0,90
tanaman 1
5. Guna mencapai intensitas tanam yang tinggi dengan jaminan perolehan air
yang memadai dan azas pemerataan pembagian air, maka dalam setiap
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-13
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Bagan alir tata guna air irigasi dengan sistim golongan pada jaringan irigasi
Mulai
EVALUASI
NERACA AIR
Kurang (FPR < 0,18) Cukup (0,18 < FPR < 0,36)
FPR
Memadai
(FPR >0,36)
Operasi Pintu
Selesai
3.4.1. Prosedur
Musim hujan daerah irigasi Jurang Jero dimulai bulan Nopember sampai bulan
Maret, ketersediaan air pada umumnya mulai meningkat dan akan mencapai
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-14
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
puncak pada bulan Pebruari. Pada umumnya debit yang ada melebihi dari
Pembagian air di petak tersier yang ada pada umumnya tidak menimbulkan
pengambilan pada waktu muka air sungai mulai naik. Hal ini harus dilakukan
agar :
Selain itu, staf lapangan Penjaga Pintu Air (PPA) atau Juru Pengairan yang
Pada umumnya saluran pembawa yang ada di dalam jaringan irigasi Jurng Jero
ini merupakan saluran murni pembawa (saluran primer Jurang Jero). Selama
hujan lebat atau hujan pada ketinggian 150 mm, staf lapangan dan para petani
harus siap terus menerus menjaga agar pintu-pintu tersier selalu tertutup. Hal
tersebut didasarkan pada asumsi bahwa tinggi genangan di sawah 150 mm.
Selain itu selama musim hujan lebat staf lapangan hendaknya memeriksa
saluran dan tanggul, jika terdapat kerusakan tanggul yang dapat ditangani,
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-15
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Dan jika keadaan darurat terjadi, maka staf lapangan Penjaga Pintu Air (PPA)
atau Juru Pengairan yang bertugas diharuskan menghubungi Kepala UPTD dan
Pembagian air secara umum didasarkan pada luas areal yang ditanami dan
kemarau, akan dikirim ke Kepala Dinas pada awal periode 10 harian seperti
pada musim hujan. Staf eksploitasi pada kantor UPTD akan menghitung
yang tersedia di bendung, sehingga apabila debit yang ada lebih kecil dari debit
rencana maka perlu diadakan giliran. Pada waktu diadakan giliran adalah waktu
kecamatan setempat.
Bangunan utama yang terdapat pada DI. Jurang Jero merupakan bangunan
bendung tetap, yaitu suatu bangunan di dalam sungai yang dibangun pada
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-16
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
tinggi muka air (TMA), mercu bendung berfungsi sebagai bangunan pelimpah
untuk mengalirkan kelebihan air banjir. Bangunan utama DI. Jurang Jero
mempunyai 2 buah pintu, yakni pintu intake dan pintu pembilas. Beberapa hal
berikut:
- Satu operator pintu (PPA) yang haru tinggal 24 jam di lokasi bendung
selama musim hujan, karena itu diperlukan Rumah PPA di dekat bendung
dan ditempati.
- Pencatatan debit sungai setiap hari 3 (tiga) kali, yaitu waktu pagi, siang dan
- Pada waktu musim hujan jika peilschal bendung menunjukkan 0,40 m (banjir
Pada waktu banjir, permukaan air sungai naik cepat berubah dan dapat naik
dengan cepat. Endapan yang terbawa oleh sungai harus dicegah masuk ke
dalam jaringan irigasi. Oleh karena itu pintu pengambilan perlu ditutup selama
banjir terjadi.
Pintu banjir atau pintu penguras merupakan bangunan yang terletak pada hilir
pintu pengambilan dan terletak di pinggir sungai. Bangunan pintu ini berfungsi
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-17
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Cara operasional pintu bangunan besar seperti telah diuraikan di atas (sub bab
3.6).
Tanggung jawab pencatatan debit berada pada Juru Pengairan dan hendaknya
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-18
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
H B Q
(cm) (m) (m3/dt) DEX
10 15 0.016
20 15 0.128 ≥ 1.33 m Darurat
30 15 0.433
2 M
40 15 1.026 1.33 m Siaga
50 15 2.004 Normal
H=2m
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-19
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
H B Q
(cm) (m) (m3/dt) DEX
10 31 0.033
20 31 0.265 ≥ 1.33 m Darurat
30 31 0.895
2 M
40 31 2.120 1.33 m Siaga
50 31 4.141 Normal
H=2 m
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-20
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-21
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-22
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
Beda
Lebar Lebar Tinggi Bukaan
Jumlah Tinggi Debit
Pintu Pintu Intake (Qs)
Total Air (z) Pintu 1 (h)
(b)
(buah) (m) (m) (m) (m) (m3/dtk)
1 0.50 0.50 0.16 0.10 0.072
1 0.50 0.50 0.16 0.20 0.144
1 0.50 0.50 0.16 0.30 0.215
1 0.50 0.50 0.16 0.40 0.287
1 0.50 0.50 0.16 0.50 0.359
1 0.50 0.50 0.16 0.60 0.431
1 0.50 0.50 0.16 0.70 0.503
1 0.50 0.50 0.16 0.80 0.574
1 0.50 0.50 0.16 0.90 0.646
1 0.50 0.50 0.16 1.00 0.718
1 0.50 0.50 0.16 1.10 0.790
1 0.50 0.50 0.16 1.20 0.862
1 0.50 0.50 0.16 1.30 0.933
1 0.50 0.50 0.16 1.40 1.005
1 0.50 0.50 0.16 1.50 1.077
1 0.50 0.50 0.16 1.60 1.149
1 0.50 0.50 0.16 1.70 1.221
1 0.50 0.50 0.16 1.80 1.292
1 0.50 0.50 0.16 1.90 1.364
1 0.50 0.50 0.16 2.00 1.436
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-23
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-24
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-25
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-26
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-27
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-28
LAPORAN AKHIR
Pembuatan Manual OP
O ff ic e : G r iy a S h a n ta B lo k J N o . 3 1 6 M a la n g 6 5 1 4 2 III-29