Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERAWATAN LUKA KONTEMPORER


(KANKER)

Nama kelompok :
1. Nuril nur hajijah (1614401004)
2. Rangga kusuma .P (1614401005) 3.
Raudhatul Jannah (1614401006)
4. Titis selviana (1614401008)
5. Venny riska wulan. C (1614401009)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto


Jl. Raya Jabon KM.2, Gayaman, Mojoanyar, Mojokerto
Tahun Ajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang telah
memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerah-Nya sehingga kami berhasil
menyusun makalah ini dengan judul “Perawatan luka kanker”. Dalam penyusunan makalah
ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.
Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kesadaran serta membuka pemikiran para mahasiswa Ilmu Keperawatan Stikes Majapahit
akan pentingnya memahami tentang perawatan luka kanker. Makalah ini disusun dengan
urutan penyajian sedemikian rupa sehingga kita akan merasa senang untuk mendalaminya.
“Tiada Manusia yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah
mempersembahkan makalah ini yang telah kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi, segala
kritik dan saran demi perbaikan isi makalah ini akan kami sambut dengan senang hati.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam mencerdaskan
para calon perawat Indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi perawat yang
professional.

Mojokerto, 21 Desember 2017

Penyusun

Kelompok 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus
bertumbuh/bertambah, imortal (tidak dapat mati). Sel kanker dapat menyusup ke jaringan
sekitar dan dapat membentuk anak sebar. Diagnosis kanker maupun jenis kanker ditegakkan
berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan pernah didiagnosis menderita kanker oleh
dokter (Depkes RI, 2013).
Kanker merupakan penyebab kematian utama kedua yang memberikan kontribusi13%
kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia. Masalah penyakit
kanker di indonesia antara lain hampir 70% penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan
stadium yang sudah lanjut (Oemiati et al, 2007). WHO mengestimasikan bahwa 84 juta orang
meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005-2015. Kasus penyakit kanker tahun 2007
yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 22.167 kasus, terdiri dari kanker servik
7.715 kasus (34,61%), kanker payudara 11.310 kasus (51,04%), kanker hati 2.130 kasus
(9,61%), dan kanker paru-paru 1.006 kasus (4,54%) (Anggorowati, 2013).
Dampak penyakit tidak menular khususnya penyakit kanker terhadap ketahanan
sumber daya manusia sangat besar karena selain merupakan penyebab kematian dan
kesakitan juga menurunkan produktifitas. Angka kesakitan dan kematian tersebut sebagian
besar terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Di indonesia
penyakit kanker merupakan urutan ke-6 dari pola penyakit nasional. Setiap tahunnya 100
kasus baru terjadi diantara 100.000 penduduk (Oemiati et al, 2007).
Hasil pengumpulan data, di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto lebih dari
1000 kasus kanker tiap tahunnya. Pada tahun 2008: 2210 kasus, tahun 2009: 3213 kasus,
tahun 2010: 3332 kasus, tahun 2011: 4190, tahun 2012: 5762 kasus, tahun 2013: 10707 kasus
pada bulan Januari – November tahun 2014: 4875 kasus. Dan pada bulan Desember terdata
138 pasien kanker di Ruang Bougenville RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Luka kronik didefinisikan sebagai luka pada kulit dengan durasi panjang (>6 minggu)
atau pengulangan frekuensi. Dalam masyarakat sekarang, luka kronis merupakan beban
kesehatan utama. Sekitar 1% sampai 2% dari individu akan terpengaruh oleh kondisi tersebut
selama hidup mereka (Fonder et al, 2008).
Luka kanker dikatakan sebagai luka kronis dilihat dari karakteristiknya yaitu sulit
sembuh, sangat menyakitkan, tidak sedap dipandang, bau/malodor, dan sangak banyak
memproduksi eksudat (Dennis et al, 2010; dalam Astriana, 2013). Di indonesia prevelensi
angka kanker dikatakan cukup tinggi. Menurut Dowsentt (2002; dalam Astriana, 2013)
menyatakan perkiraannya antara 5-10% pada pasien yang mengalami metastase kanker akan
mengalami luka kanker. 3 Angkakejadian luka kanker tidak sepenuhnya diketahui, namun
Schwartz (1995; Schiech, 2002; dalam Tanjung, 2007) melaporkan jumlah luka kanker
sebesar 9% dari jumlah pasien kanker. Studi reprospektif yang dilakukan Thomas (1992;
Draper, 2005; dalam Tanjung, 2007) pada unit radioterapi dan onkologi di United
Kingdommelaporkan kejadian luka kanker dalam 4 minggu yaitu 295 dari 2417 (12,2%)
responden.
Tanda awal luka kanker pada beberapa kasus ditemukan nodul non-tender pada kulit.
Ketika sel tumor tumbuh dan menyebar, nodul-nodul ini makin membesar dan merusak
kapiler dan kelenjar getah bening.
Pertumbuhan tumor biasanya akan mengganggu proses pembekuan darah. Hal ini akan
menimbulkan perfusi yang buruk menuju kulit, edema, dan nekrosis. Selanjutnya tumor dapat
berkembang menuju struktur yang dalam dan dapat menimbulkan sinus atau fitsula pada luka,
pada umunya berhubungan dengan luka di abdomen atau perineal (Collear, 1997;
Yound,1997; Naylor, 2002; dalam Tanjung, 2007). Salah satu cara pengobatan secara medis,
luka kanker direkomendasikan untuk dicuci menggunakan irigasi lembut dengan NaCl 0,9%
atau air yang hangat. Irigasi dingin dengan tekanan tinggi dihindari karena dapat
menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan bagi pasien. Penggunaan antiseptik topikal,
misalnya: chlorhexidine, povidone-iodine, hydrogen peroxide dan sodium hypochlorite juga
dihindari karena dapat merusak jaringan dan menimbulkan nyeri (Gould, 1998; Naylor, 2002;
dalam Tanjung, 2007). 5 Perkembanganterapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &Lindquis, 2002; dalam Widyatuti,
2008). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan386
juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004; dalam Widyatuti,
2008).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer
diAmerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam
Snyder & Lindquis,2002; dalam Widyatuti, 2008). Menurut survei Datamonitor2002, sekitar
80% pasien kanker menggunakan terapi komplementer/alternatif, dan cemberung meningkat.
Data penelitian Woman’s Healthy Eating and Living
menunjukkan bahwa hingga 80% pasien kanker payudara stadium IV menggunakan
suplemen seperti vitamin, anti-oksidan, dan herbal (Suardi, 2011). Salah satu jenis
pengobatan non konvesional yang sangat besar penggunaannya dalam masyarakat adalah
pengobatan tradisional komplementer- alternatif. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya
pengobatan komplementer – alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh
40 % penduduk Indonesia) (Kemenkes RI, 2010). asam stearat 3%; asam eikosadienoat 2,5%;
asam linolenat 0,7%, dan asam miristat 0,16% (Aftab.A, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka kanker ?
2. Dimana lokasi luka kanker ?
3. Sebutkan ciri – ciri luka kanker?
4. Sebutkan sifat luka kanker?
5. Apa saja masalah yang ditimbulkan oleh luka kanker ?
6. Bagaimana penatalaksanaan luka kanker ?
7. Bagaimana perawatan luka kanker?
8. Sebutkan komplikasi luka kanker?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi luka kanker
2. Mahasiswa mampu mengetahui lokasi luka kanker
3. Mahasiswa mampu memahami ciri-ciri luka kanker
4. Mahasiswa mampu mengetahui sifat luka kanker
5. Mahasiswa mampu memahami masalah yang ditimbulkan luka kanker
6. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan luka
7. Mahasiswa mampu memahami perawatan luka kanker
8. Mahasiswa mampu memahami komplikasi luka kanker

BAB II PEMBAHASAN

A. Luka Kanker

Jaringan kanker yang rapuh seringkali berupa luka yang sulit sembuh. Luka kanker disebut
juga fungating malignant wound atau pun malignant cutaneous wound.Luka kanker yang
sulit sembuh akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker dan hal ini merupakan tantangan
bagi perawat. Perawat harus membuat klien dengan luka kanker tetap merasa nyaman dengan
luka yang telah menjadi bagian dari tubuhnya, pasien tetap dapat beraktivitas normal
walaupun mempunyai luka, sehingga klien dapat menjalani hidupnya dengan berkualitas
walaupun dengan luka kanker.

B. Lokasi Luka

Sel kanker dapat tumbuh di manapun di bagian tubuh manusia. Begitupun luka kanker juga
dapat berada di lokasi manapun, di dada, perut, kepala, leher, kulit, vulva ( vagina ), blader
( kandung kencing, dan di manapun.

C. Ciri – ciri luka kanker

1. proliferasi ( pertumbuhan ) dari sel ganas/kanker


2. bentuk menonjol
3. non mobile ( tidak dapat digerakkan )
4. bentuknya menyerupai jamur

D. Sifat luka kanker

1. mudah terinfeksi
2. mudah berdarah
3. nyeri
4. eksudative ( mengeluarkan cairan )
5. berbau tidak sedap
6. masalah kosmetika
7. sulit sembuh

E. Masalah yang ditimbulkan oleh luka kanker


Luka kanker dapat menyebabkan berbagai masalah terutama bagi klien.
Diantaranya masalah yang dapat ditimbulkan yaitu :

1. Bau
2. Ketidaknyamanan klien
3. Masalah estetika ( mengganggu keindahan anggota badan )
4. Klien merasa tidak nyaman
5. Risiko infeksi bagi klien
6. Adanya eksudat, nanah, cairan
F. Penatalaksanaan luka kanker

Dalam menangani luka kanker , ada 2 hal pokok yaitu:

1. Manajemen klien

Klien merupakan individu yang holistik meliputi aspek


biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Aspek-aspek tersebut
yang harus diperhatikan dalam penanganan luka. Luka tidak hanya
masalah biologi ( baca : badan/organ tubuh ) namun
dampaknya meliputi sisi holistik klien sebagai individu.
Luka akan mempengaruhi aspek psikologi klien ( gambaran diri,
kenyamanan, rasa malu, dsb ), juga berpengaruh terhadap aspek
sosial klien ( dijauhi, minder, dsb ), serta aspek spiritualnya ( contoh : bagaimana beribadah
dengan kolostomi, dsb )

2. Manajemen luka

Luka kanker yang sulit sembuh membutuhkan penanganan yang baik


namun juga mempertimbangkan masalah cost effective (
berapa biaya yang harus di keluarkan klien ). Perawat
harus memberikan saran dan perawatan luka terbaik tanpa membebani klien.

G. Perawatan luka

 Tujuan : Meningkatkan kualitas hidup klien. Beberapa perawatan luka bersifat


“paliatif”.
 Prinsip perawatan luka pada luka kanker :
1. Mencegah dan mengontrol bleeding
2. Mengurangi bau tidak sedap
3. Mengatasi cairan luka yang berlebihan
4. Mengatasi nyeri

H. Komplikasi luka kanker

a. Bleeding ( berdarah ) : Luka mengalami persarahan akibat Infiltrasi sel tumor ke sekitar
pembuluh darah dan berkurangnya jumlah zat pembeku darah dalam sel tumor
menyebabkan luka kanker mudah berdarah.
Prinsip perawatan :

1. Meminimalisasi terjadinya perdarahan dan trauma


2. Hindari temperature yang ekstrim
3. Hindari cairan kimia yang iritatif
4. Balutan luka diganti hanya jika basah
5. Pressure lokal selama 10-15 menit jika terjadi perdarahan minor
6. Kolaborasi jika perdarahan berlanjut

b. Bau tidak sedap : Bau merupakan masalah yang paling


tidak menyenangkan bagi klien dan lingkungan. Klien akan
merasa tidak nyaman, malu, bahkan sampai depresi.Bau luka
kanker nyaris seperti bangkai / ikan busuk. Hal ini
dikarenakan adanya bakteri aerob maupun anaerob juga
karena tumbuhnya jaringan yang nekrotik / jaringan mati.

Prinsip penanganannya adalah :

1. mengurangi / mengontrol bau tidak sedap ( antimikrobial / topikal metronidazole )


2. personal higiene cukup
3. tingkatkan rasa percaya diri klien.

c. Cairan luka yang berlebih : Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan permeabilitas
fibrinogen dan plasma pada jaringan nekrotik dan atau disertai dengan infeksi . Cairan
luka yang berlebih akan mengga

Prinsip penanganan luka :

1. efektifitas mengatasi cairan yang keluar


2. menggunakan balutan absorbent untuk cairan yang berlebihan
3. melindungi kulit sekitarnya dari iritasi akibat cairan yang meleleh

d. Nyeri : Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tumor yang menekan syaraf dan
pembukuh darah. Rasa nyeri menyebabkan klien takut diganti balutan, sensitive ( mudah
marah ) dan frustasi.
Prinsip perawatan luka dengan nyeri :
1. Hati hati saat membuka balutan
2. Hindari perlakuan secara kasar
3. Mencuci luka dengan luka dengan lemah lembut
4. Hindari menggosok luka hingga berdarah

e. Estetika : Estetika berhubungan dengan lokasi luka di tubuh pasien dengan penampilan
klien.

Prinsip perawatan :

1. Perawat harus menghindari sikap anti pati seperti jijik atau geli karena akan
mempengaruhi psikis klien.
2. Perawat harus menciptakan suasana yang dapat meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi.

f. Infeksi : Luka kanker sangat rentan untuk menjadi luka infeksi karena jaringan dan
pembuluh darah luka yang terbuka, kondisi luka yang sangat memungkinkan bakteri
untuk tumbuh. Infeksi lokal pada luka juga sangat berisiko untuk terjadinya infeksi
sitemik di tubuh klien.
Tanda dan gejala :
1. Pain ( nyeri )
2. WHO guideline untuk mengontrol nyeri kanker harus diikuti (WHO, 1996 dalam
Naylor, 2002). Pemberian analgetik biasanya dilakukan untuk mengontrol nyeri.
Sangat penting untuk mencegah nyeri melalui penggunaan balutan yang tidak
lengket da mempertahankan lingkungan yang lembab. Pemberian analgetik opioid
topical, misalnya diamorphine dan morphin merupakan alternative tindakan yang
diberikan jika analgesic konvenional tidak berespon. Diamorphine dan morphin
diberikan dengan hydrogel dan diberikan langsung pada permukaan luka.
Konsentrasi yang diberikan biasanya 0,1% w/w (1mg morphin dalam 1g hydrogel),
dan beerbagai gel dapat diberikan. Metronidazole gel biasanya diberikan dengan
opioid untuk mengontrol nyeri dan malodor. Kombinasi ini dapat menurunkan nyeri
sampai dengan 24 jam.

3. Exudate berlebihan
Luka kanker biasanya sangat sulit ditangani.memilih balutan yang dapat mengabsorbsi
eksudat sangat dianjurkan namun keelembapan area luka tetap dipertahankan. Jika
eksudat sedikit maka balutan daya serap rendah dapat digunakan, misalnya
hydrocolloid, semipermeable film, dan melolin. Jika eksudat berleebihan maka balutan
daya serap sedang-tinggi yang digunakan, seperti alginate, foam dressing, Tielle plus,
dan Versiva. Metronidazole dan madu merupakan agen topical yang dapat mengatasi
infeksi pada luka kanker sehingga dapat menurunkan produksi eksudat. Jumlah eksudat
juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang diambil dari Bates-Jensen
wound assessment tool (Bates-Jensen & Sussman, 1998). Hasil pengukuran
dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat. Jumlah eksudat
diukur dengan membagi area menjadi 4 bagian. Kategori pengukuran digambarkan
sebagai berikut:

- Tidak ada = jaringan luka tampak kering


- Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada
balutan
- Kecil = jaringan luka tampak basah, kelembaban terdistribusi pada luka, drainase
pada balutan ≤25%
- Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka,
drainase pada balutan >25% s.d. ≤75%.
- Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka, drainase
pada balutan ≥ 75%. Luka kanker juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan dan
tidak terkontrol. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi faktor
permeabilitas vaskular oleh sel tumor merupakan penyebab pengeluaran eksudat
yang berlebihan. Produksi eksudat juga akan meningkat ketika terjadi infeksi dan
rusaknya jaringan karena protease bakteri (Naylor, 2002).

Eksudat adalah setiap cairan yang merupakan filter dari system peredaran darah pada
daerah peradangan. Komposisinya bervariasi, tetapi umumnya terdiri dari air dan zatzat
yang terlarut pada cairan sirkulasi utama seperti darah. Dalam hal ini, darah akan berisi
beberapa protein plasma, sel darah putih, trombosit dan sel darah merah (apabila terjadi
kasus kerusakan vascular lokal) (Crisp & Taylor, 2001).
4. Malodour ( berbau )
Penggunaan balutan meengontrol bau yang mengandung Charcoal dapat meembantu
menurunkan malodor, seperti Actisorb silver 220, CarboFlex, Lyofoam C. terapi
antibiotic juga efektif untuk membunuh bakteri yang menghasilkan malodor.
Metronidazole telah digunakan secara luas sebagai agen topical untuk mengatasi
malodor. Metronidazole topical bekerja dengan berikatan dengan DNA bakteri dan
mengganggu replikasi bakteri kemudian luka bebas dari malodor selama 7 hari.
Metronidazole dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 200 mg, 3 kali sehari,
akan tetapi pemberian melalui cara ini dapat menimbulkan efek samping mual.
Thomas et all (1998, dalam Naylor, 2002) menyebutkan pemberian antibiotic secara
sistemik tidak efektif pada jaringan nekrotik dengan sirkulasi darah yang buruk.
Metronidazole gel secara topical mudah digunakan dan merupakan tindakan yang
efektif. Metronidazole diberikan langssung pada dasar luka selama 5-7 hari. Madu
juga telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu dan ssemakin popular
penggunaannya saat ini, karena mampu melawan bakteri yang resisten terhadap
antibiotic. Madu yang memberikan lingkungan hiperosmotik pada luka mampu
menghambat pertumbuhan bakteri dan membantu debridemen luka. Madu juga dapat
melepaskan hydrogen peroksida secara peerlahan pada luka sebagai agen antibakteri.
5. Erytema ( kemerahan )
6. Swelling ( bengkak )
7. Heat ( teraba panas )

BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN LUKA KANKER

1. Pengertian
Melakukan tindakan perawatan terhadap luka, mengganti balutan dan membersihkan
luka.

2. Tujuan
a) Mencegah infeksi
b) Membantu penyembuhan luka
c) Meningkatkan harga diri klien

3. Peralatan dan bahan


I. Bak instrumen yang berisi:
a. 2 buah pinset anatomi
b. 2 buah pinset chirugis
c. Gunting jaringan
d. Cucing 2 buah
e. Peralatan lain:
II. Trolly
III. Tromol berisi kasa steril
IV. Korentang
V. 1 pasang sarung tangan bersih
VI. 1 pasang sarung tangan steril
VII. Hipafiks secukupnya
VIII. Gunting plester
IX. Perlak kecil
X. H2O2 (Perhidrol)
XI. NaCl 0,9 %
XII. Bengkok
XIII. Tas kresek
XIV. Obat sesuai advis

4. Prosedur Pelaksanaan
a) Tahap Pra Interaksi
1) Melakukan verifikasi program terapi
2) Mencuci tangan
3) Memakai sarung tangan bersih
4) Menempatkan alat ke dekat pasien
b) Tahap orientasi
1) Mengucapakan salam dan menyapa klien
2) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
klien
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
4) Memberi kesempatan bertanya pada klien sebelum tindakan c)
Tahap kerja
1) Menjaga privacy klien
2) Mengatur posisi klien sehingga luka dapat terlihat dan terjangkau oleh perawat
3) Membuka bak instrumen
4) Menuangkan NaCl 0,9% ke dalam cucing
5) Mengambil kasa steril secukupnya, kemudian masukan ke dalam cucing yang berisi
larutan NaCl 0,9%
7) Mengambil sepasang pinset anatomis dan cirugis
8) Memeras kasa yang sudah di tuangkan ke dalam cucing
9) Taruh perasan kasa di dalam bak instrumen atau tutup bak instrumen bagian
dalam
10)Pasangkan perlak di bawah luka klien
11)Buka balutan luka klien, sebelumnya basahi dulu plester atau hipafiks dengan
NaCl atau semprot dengan alkohol
12)Masukan balutan tadi ke dalam bengkok atau tas kresek
13)Observasi keadaan luka klien, jenis luka, luas luka, adanya pus atau tidak dan
kedalaman luka
14)Buang jaringan yang sudah membusuk (jika ada) menggunakan gunting
jaringan
15)Ganti sarung tangan bersih dengan sarung tangan streil
16)Lakukan perawatan luka dengan kasa yang sudah di beri larutan NaCl 0,9%
17)Oleskan obat luka (jika ada)
18)Tutup luka dengan kasa kering streil secukupnya
19)Fiksasi luka dengan hipafiks
20)Rapikan klien
d) Tahap terminasi
1) Bereskan peralatan
2) Sampaikan pada klien bahwa tindakan sudah selesai
3) Sampaikan terimakasih atas kerjasamanya
4) Lepas sarung tangan
5) Cuci tangan
6) Dokumentasikan kegiatan
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka kanker (fungating cancer wound/Malignant wound) terjadi ketika kanker


tumbuh dan menembus luka dan menimbulkan luka. Ini langka terjadi, kebanyakan orang
yang memiliki kanker tidak memiliki nya. Ini bisa berkembang dibagian tubuh dimana kanker
mulai tumbuh atau dibagian tubuh yang terkena sel kanker. Luka kanker disebabkan oleh
pertumbuhan sel kanker sampai menembus lapisan dermis dan epidermis kulit sehingga
manonjol keluar atau bentuknya menjadi tidak beraturan.luka kanker dapat diatasi denagan
beberapa penatalaksanaan yaitu:perawatan paliatif, antibiotic, metronidazole, larutan, infus
travenus, irigasi, dan balutan tropical.

B. Saran

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya. Terimah kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, Dudut. (2007). Perawatan Luka Kanker. USU.

Anda mungkin juga menyukai