Anda di halaman 1dari 56

Laporan Keanggotaan

PT. Bogatama Marinusa (Bomar)


Dalam Seafood Savers

Ringkasan Pelaksanaan
Tahapan Aquaculture Improvement Program (AIP)
PT. Bogatama Marinusa (Bomar)
Periode November 2017 – April 2018

Idham Malik - Aquaculture Officer WWF Indonesia


Informasi Umum

PT Bogatama Marinusa (Bomar) merupakan salah satu sektor industri perikanan di Sulawesi Selatan yang bergerak dalam bisnis di bidang
pengolahan dan pembekuan udang. PT. Bomar mengolah udang jenis windu dan vannamei dari beragam ukuran (size) yang diperoleh dari
pengumpul-petambak di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Dalam sehari PT. Bomar memperoleh bahan baku berkisar
300 - 3000 kg perhari.

Sejak April 2017, PT. Bomar mulai mengambil inisiatif untuk berkontribusi dalam perbaikan perikanan di Indonesia. Perusahaan yang awalnya
terjun dalam bisnis budidaya dan hatchery (pembenihan) udang, khususnya udang windu (black tiger shrimp) dan udang vannamei ini bertekad
untuk mengelola budidaya udang secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Setelah melewati proses aplikasi yang terdiri dari tahap
penilaian dan perbaikan sejak Januari 2017, PT Bomar pun bergabung dalam program Seafood Savers – WWF-Indonesia dengan mendaftarkan
tambak mitra-nya seluas 63,45 hektar yang terletak di Kelurahan Pallameang, Kec. Mattirosompe, Kab. Pinrang. Tambak tersebut H. Tantang,
yang mengontrol seorang pemimpin tambak dan 10 pekerja tambak.

Melalui keanggotaan Seafood Savers, perusahaan yang berlokasi di Jalan Kima Raya 2 Kav. N-4 B1 Makassar ini akan mengimplementasikan
program perbaikan budidaya atau Aquaculture Improvement Program bagi petambak udang windu dengan dampingan dari tim aquaculture
WWF-Indonesia. Perbaikan akan mencakup aspek lingkungan dan sosial pada operasional PT BOMAR sesuai dengan aspek yang menjadi
penilaian sertifikasi ekolabel Aquaculture Stewardship Council (ASC).
Secara umum, PT. Bomar sudah menerapkan metode untuk menjaga kualitas udang sejak masa panen di tambak. Udang yang dipanen
langsung ditempatkan dalam coolbox/Streofoam yang telah diisi serbuk es, sehingga udang terjaga kesegarannya hingga tiba di pabrik
pengolahan di Makassar. Selain itu, produk olahan PT. Bomar dikirim menggunakan container/tonase yang dilengkapi mesin pendingin,
sehingga produk olahan menjadi beku dan terjaga kualitasnya selama masa pengangkutan ke tempat tujuan.
Profil Aquaculture Improvement Program (AIP)
1. Lokasi Tambak-Tambak Supply Chain PT. Bogatama Marinusa (Bomar)
Lokasi : Kelurahan Pallameang, Kecamatan Mattirosompe, Pinrang
Jumlah Petambak : 10 Orang

No Nama Lokasi Tambak Luas Tambak


1 Amir Pallameang 2.74
2 Jamal Pallameang 11.08
3 Kadir Pallameang 5.28 (2 petak)
4 Mansyur Pallameang 4.97
5 Rizal Pallameang 3.76
6 Saka Pallameang 9.91
7 Sultan Pallameang 11.57
8 Tamrin Pallameang 7.02
9 Umar Pallameang 7.13
10 H. Maming Pemimpin Petambak
Catatan :
- H. Maming adalah pemimpin petambak yang terdiri atas 9 petambak, yang menjaga 10 petak tambak.
- Tambak yang dikelola Rizal tidak lagi menjadi wewenang H. Tantang, karena sudah lepas sewa. Saat ini luas tambak secara keseluruhan adalah
59,7 hektar.
Peta Lokasi Tambak-Tambak Mitra PT. Bomar

Peta 1. Tambak-tambak mitra PT. Bomar.


Praktik Budidaya
Nama Komoditas : Udang Windu
Metode Budidaya : Budidaya tambak tradisional
Harga Jual Udang Segar : IDR 80.000 – 150.000/kg

PT. Bomar memperoleh udang windu yang dikelola secara tradisional dan udang vannamei yang dikelola secara tradisional, semi intensif dan
intensif. Sumber bahan baku ada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Tambak mitra PT. Bomar yang seluas 63,45 hektar
yang berubah menjadi 59,7 hektar sejak lepasnya tambak yang dijaga oleh Rizal, seluas 3,76 hektar (tidak disewa lagi) terdiri atas 9 petak tambak
tersebut mengandalkan pasang surut untuk pemasukan air tambak, memanfaatkan pakan alami berupa plankton, phronima (crustacea kecil) dan
klekap. Input – input budidaya untuk pengelolaan secara tradisional yaitu saponin atau biopestisida untuk membunuh hama ikan dan pupuk kimia
berupa urea, SP36 dalam jumlah kecil untuk membantu penyuburan perairan tambak. Benur diperoleh dari hatchery udang windu, yaitu dari
Hatchery BBU Suppa Pinrang dan Hatchery Puncak Sinunggal.
Dalam satu siklus, biasanya udang yang ditebar dengan padat tebar 1 ekor/meter2 atau dalam satu hektar ditebar benur sebanyak 10.000 benur.
Dengan padat tebar sedemikian, untuk luas lahan 1 hektar dapat memperoleh udang antara 100 – 200 kilogram. Benur yang ditebar adalah benur
yang telah ditokolkan selama minimal 1 pekan atau sudah Post larva (PL) 16. Pemeliharaan dimulai dengan persiapan lahan tambak dalam bentuk
pengeringan tambak, pemberantasan hama, persiapan air tambak, pemeliharaan benur, panen dan pasca panen. Pemeliharaan dilakukan selama
2 – 4 bulan sampai udang berukuran (size) 40 – 20 ekor/kilogram dan dipanen saat perairan dalam kondisi pasang (siklus pasang), sebab udang
dalam kondisi baik saat pasang. Metode panen menggunakan jaring set net yang dipasang berdekatan dengan pintu air. Proses pemanenan
biasanya berlangsung selama 1 minggu. Dalam satu tahun udang windu dipelihara hingga lima siklus pemeliharaan.
Untuk pembudidaya udang windu mitra PT. Bomar, telah menerapkan Better Management Pracitce (BMP) Budidaya Udang Windu WWF-
Indonesia, serta mulai menerapkan standar budidaya udang bertanggungjawab dan berkelanjutan melalui sertifikasi ASC Shrimp dan berupaya
keras agar nantinya tambak tersebut memperoleh sertifikat ASC Shrimp. Beberapa hal yang telah dilakukan oleh petambak mitra PT. Bomar, yaitu
menerapkan sistem pencatatan budidaya, lingkungan dan sosial, serta melakukan penanaman mangrove di saluran air sekitar tambak.
Kondisi Tambak-Tambak di Pallameang, Mattirosompe, Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan

Foto 1.Kondisi tambak di Pallameang, dikelola oleh H. Jamal (©WWF-Indonesia/Mushadiq)

Foto 2. Kondisi saluran air tambak di Pallameang (WWF-Indonesia/Mushadiq)


Skema Sistem Penjualan Udang Windu PT. Bomar
Petambak 1

Petambak 2 Pengumpul

Pabrik Pengolahan
Petambak 3 Pengumpul Eksportir
di Makassar

Petambak 4 Pengumpul

Petambak 5 dst
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi udang windu PT. Bogatama Marinusa (Bomar)

PT. Bomar dalam satu bulan melakukan pengiriman udang ke luar negeri sebanyak 10 kontainer dalam satu bulan atau dalam satu hari berkisar
300 - 3000 kg perhari. PT. Bomar mempekerjakan sekitar 800 pekerja. Produk terdiri atas pertama : udang dengan kepala lengkap
atau Head On Shell (HOSO), dengan variasi yaitu Block Quick Frozen (Sistem Pendinginan Cepat dalam blok), Semi individual Quick
Frozen (Sistem Pendinginan cepat semi individual) dan Individual Quick Frozen (Sistem Pendinginan Cepat Individual); kedua : Udang
tanpa kepala atau head Less Shell On (HLSO) dalam Block Quick Frozen dan Individual Quick Frozen. Ketiga yaitu udang dikupas dengan
ekor utuh atau Peeled Deveined Tail On (PDTO) dengan sistem Semi individual Quick Frozen, dan Individual Quick Frozen; Keempat :
udang yang karapas dikupas utuh (Peeled And Deveined (PND), dengan Block Quick Frozen, Semi Individual Quick Frozen dan Individual
Quick Frozen.

Foto 3. Udang pasca panen milik H. Tantang (©WWF-Indonesia/Zulkarnain)


Foto 4. Udang WIndu HOSO. Sumber : http://www.affish.nl/2017-black-tiger-shrimp-hoso-semi-iqf
Ringkasan Perkembangan AIP
Kegiatan PT. Bomar untuk November 2017 – Maret 2018 umumnya berupa pencatatan aktivitas tambak untuk prinsip satu dan tujuh dari standar
Aquaculture Stewardship Council (ASC Shrimp), pelengkapan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan udang windu secara
ramah lingkungan, pencatatan tambak secara rutin, revisi BEIA (Biodiversity Environmental Impact Assessment) dan pSIA (Partisipatory Social
Impact Assessment), penanaman mangrove di sekitar tambak.

AIP menyesuaikan dengan prinsip-prinsip yang ada di Standar ASC Shrimp:

ASAS 1. KEPATUHAN TERHADAP SEMUA HUKUM DAN REGULASI SETEMPAT DAN NASIONAL YANG BERLAKU

1.1 Kepatuhan yang terdokumentasi terhadap persyaratan hukum setempat dan nasional

1. Dokumentasi legalitas lahan tambak belum diperoleh oleh PT. Bomar dari para petambak mitra-nya di Pallameang. Sudah terdapat
komunikasi beberapa kali antara PT. Bomar dengan H. Tantang mengenai penyediaan fasilitas legalitas ini. Namun, pihak H. Tantang
masih menolak untuk memperlihatkan dokumen tersebut.

2. Tersedia dokumen SOP – SOP terkait prinsip ASC Shrimp : dokumen – dokumen SOP direorganisasi dan diklasterkan sesuai dengan
prinsip.

ASAS 2. PENEMPATAN TAMBAK DI LOKASI-LOKASI YANG TEPAT SECARA LINGKUNGAN DAN MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN
HAYATI DAN EKOSISTEM ALAMI YANG PENTING

Kriteria 2.1: Analisis Mengenai Dampak Terhadap Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati Biodiversity (B-EIA) : PT. Bomar telah menyediakan BEIA
yang disusun oleh pihak ketiga, yaitu CV. Deco. BEIA berisi catatan dampak tambak yang dihasilkan oleh aktivitas tambak. Seperti dampak dari
pembukaan lahan mangrove berupa kerusakan ekosistem, dampak terhadap keanekaragaman hayati, dampak berupa pencemaran tambak,
dampak berupa penyebaran penyakit. BEIA ini disusun secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat setempat dan stakeholder kunci perikanan
Kabupaten Pinrang, untuk menyusun peta partisipatif, daftar aktivitas tambak dan input budidaya yang berpotensi menyebabkan dampak, serta
alternative solusi yang dapat dilakukan oleh petambak untuk meminimalisir dampak.

Salah satu rekomendasi BEIA adalah penanaman mangrove untuk luasan 31 hektar, dengan jumlah mangrove sebesar 60.000 bibit.

Kriteria 2.2: Kawasan lindung dan habitat kritis : lokasi tambak tidak terletak di kawasan lindung dan bukan merupakan habitat kritis. Hal ini
dibuktikan melalui laporan BEIA. Tambak dibangun sebelum 1999 atau sebelum kesepakatan Ramsar mengenai penggunaan kawasan lindung untuk
kegiatan budidaya perairan. Hal ini berarti diperbolehkan aktivitas budidaya di daerah tersebut.

Saat ini dilakukan rangkaian aktivitas perbaikan lingkungan dengan penanaman mangrove untuk merehabilitasi 30 hektar konversi lahan tambak ke
lahan mangrove. Telah dilakukan penanaman mangrove sebanyak 12.000 pohon yang berarti sudah ada 6 hektar lahan yang dikonversi menjadi
lahan mangrove.

Kriteria 2.3: Pertimbangan habitat kritis untuk spesies terancam punah : dari hasil pendataan BEIA tidak ditemukan spesies yang terancam punah.
Namun ditemukan tiga spesies yang dilindungi oleh pemerintah berdasarkan UU Nomor 7 tahun 1999, yaitu burung Dara Laut Biasa (Sterna
hirundo), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta). Akan dilakukan perlindungan kepada ketiga hewan tersebut.

Kriteria 2.4: Penyangga, pembatas, dan koridor ekologis : data penyangga dan koridor ekologis berada di BEIA. Penyangga berupa barrier mangrove
tidak ada lantaran sudah ada infrastruktur jalan di pinggir pantai. Penyangga hanya ada di muara saluran air. Koridor tidak begitu dibutuhkan karena
tidak ada organisme darat yang membutuhkan koridor. Meski begitu, dengan kegiatan penanaman mangrove di saluran air dapat menghasilkan
sistem koridor bagi hewan-hewan yang hidup di sekitar tambak.

Kriteria 2.5: Pencegahan salinisasi sumber daya air tawar dan tanah : data salinasi terdapat dalam dokumen BEIA. Tidak ada penggunaan sumur
dalam operasional tambak, sehingga dampak salinasi sangat kecil atau tidak berpengaruh. Terdapat sebuah sumur di dekat Kawasan tambak. Akan
dilakukan pengukuran terhadap sumur tersebut untuk mengidentifikasi tingkat salinasi terhadap air tawar.
ASAS 3: PENGEMBANGAN DAN OPERASI TAMBAK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN MASYARAKAT SETEMPAT

Kriteria 3.1: Semua dampak terhadap masyarakat sekitar, pengguna ekosistem dan pemilik lahan telah dipertimbangkan dan telah/akan
dinegosiasikan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan : Telah berlangsung aktivitas penilaian pSIA oleh pihak ketiga dalam hal ini CV.
Deco. Telaah pSIA antara lain : Dampak tambak terhadap kehidupan ekonomi masyarakat setempat, seperti terbukanya lapangan kerja dan
peningkatan ekonomi masyarakat. Dampak terhadap potensi konflik, adanya kemungkinan konflik akibat pemanfaatan lahan, jika pemanfaatan
lahan tidak dikelola dengan baik.

Kriteria 3.2: Keluhan oleh pemangku kepentingan yang mengalami dampak tengah diselesaikan : belum ada konflik dengan masyarakat setempat.
Tersedia SOP dan dokumen untuk penangaan konflik dengan masyarakat setempat.

Sementara dibuat kotak saran untuk disimpan di pemukiman masyarakat yang paling dekat dengan tambak. Kotak saran tersebut menjadi ruang
bagi publik untuk memberi saran dan kritik terhadap pelaksanaan budidaya udang H. Tantang.

Kriteria 3.3: Transparansi dalam menyediakan peluang pekerjaan kepada masyarakat setempat : semua pekerja tambak berasal dari sekitar tambak.
Sehingga, secara transparansi, H. Tantang memberikan kesempatan secara luas kepada masyarakat setempat.

Kriteria 3.4: Pengelolaan tambak secara kontrak (bila dipraktekkan) bersifat adil dan transparan bagi pengelola tambak yang dikontrak : tambak
merupakan milik pribadi, hanya satu petak tambak yang merupakan tambak kontrak. Pengelolaan tambak kontrak dikelola secara adil. Hubungan
antara PT. Bomar dengan H. Tantang belum dalam bentuk kontrak tertulis.

ASAS 4: PENGOPERASIAN TAMBAK DENGAN PRAKTEK TENAGA KERJA YANG BERTANGGUNG JAWAB

Kriteria 4.1: Tenaga kerja anak-anak.di bawah umur dan pekerja usia muda : Para petambak merupakan pekerja dengan usia di atas 18 tahun. Hal
ini dapat dibuktikan dengan tersedianya KTP (Kartu Tanda Penduduk).

Kriteria 4.2: Tenaga kerja paksa, terikat, dan wajib : para petambak bertanggungjawab terhadap pengelolaan tambak, tidak ada pemaksaan dalam
kerja. Selain itu, pekerja masih dapat mencari aktivitas lain selain menjaga tambak untuk menambah penghasilan. Aktivitas pendampingan tambak
hanya berupa pengontrolan air secara tradisional, sehingga cukup banyak waktu luang untuk mencari sumber-sumber penghasilan yang lain.
Kriteria 4.3: Diskriminasi [70] di lingkungan kerja : tidak ada diskriminasi di lingkungan kerja. Semua pekerja laki-laki dan merupakan penduduk
sekitar.

Kriteria 4.4: Kesehatan dan keamanan lingkungan kerja : pada umumnya para pekerja dalam kondisi sehat. Namun, belum ada kegiatan pelatihan
kesehatan terhadap pekerja serta belum tersedia fasilitas pengobatan kepada para pekerja.

Kriteria 4.5: Upah minimum dan adil [73] atau “upah yang layak” : para pekerja memperoleh upah dalam bentuk komisi/persenan dari hasil panen,
yaitu sekitar 10 persen dari hasil panen. Jika dirata-ratakan, upah kurang dari UMR. Tapi, jika dilihat dari frekuensi kerja, para pekerja bukan
merupakan pekerja penuh tapi berupa pekerja tradisional.

Kriteria 4.6: Akses kepada kebebasan berasosiasi dan hak tawar secara kolektif : para pekerja diberi kebebasan untuk ikut berasosiasi. Sejak
pendampingan, para petambak telah mengikuti pertemuan-pertemuan untuk membahas permasalahan budidaya dan peningkatan kapasitas para
pembudidaya.

Kriteria 4.7: Gangguan dan praktek disipliner di lingkungan kerja menyebabkan kerusakan fisik dan/atau mental secara sementara atau permanen :
sejauh ini belum ada tindak disipliner, apalagi yang dapat menyebabkan kerusakan fisik ataupun mental.

Kriteria 4.8: Kompensasi lembur dan jam kerja : para petambak bekerja menyesuaikan dengan tahapan – tahapan dalam kegiatan budidaya.
Kegiatan budidaya yang utama adalah pada persiapan tambak, penebaran benur, menjaga kualitas air, dan panen. Waktu luang pekerja tambak
cukup banyak karena tambak yang diawasi hanya rata-rata satu tambak dan dalam pemeliharaan lebih banyak waktu dihabiskan untuk sekadar
pemeliharaan, yang tidak menuntut kehadiran fisik di lokasi tambak.

Kriteria 4.9: Kontrak pekerja bersifat adil dan transparan : belum tersedia kontrak kerja antara pemilik tambak dengan para pekerja. Sistem kerja
masih menerapkan sistem kepercayaan. Meski begitu, ke depan akan diterapkan sistem kontrak yang adil dan transparan.

Kriteria 4.10: Sistem pengelolaan pekerja yang adil dan transparan :telah tersedia form keluhan pekerja tambak. Telah tersedia diskusi rutin setiap
sekali dalam sebulan atau dua bulan dengan pekerja tambak untuk membahas persoalan-persoalan tambak.

Kriteria 4.11: Kondisi tempat tinggal untuk pekerja yang diakomodasi di kawasan tambak : para pekerja tambak tinggal di rumah pribadinya tidak
jauh dari lokasi tambak. Terdapat pula rumah jaga tambak, sebagai sarana pekerja tambak untuk beristirahat.
ASAS 5: MENGELOLA KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN UDANG SECARA BERTANGGUNGJAWAB

Kriteria 5.1: Pencegahan penyakit :

- tersedia SOP Pencegahan penyakit udang windu. SOP ini telah disosialisasikan kepada para petambak. Selain itu, telah dilakukan pelatihan
BMP Budidaya Udang Windu oleh WWF-Indonesia bersama PT. Bomar.
- Tingkat Survival rate udang windu belum diketahui secara pasti, perlu pendataan yang lebih detail untuk mengetahui tingkat
kelulushidupan udang yang dipelihara.
- Belum ada keterangan yang jelas tentang kondisi benur udang windu, terkait status SPF (Spesific Patogen Free). Saat ini petambak
semakin sulit memperoleh benur yang berkualitas baik. Benur saat ini diperoleh dari dua hatchery, yaitu BBU Suppa dan Puncak Sinunggal.

Kriteria 5.2: Pengendalian pemangsa : Tidak ditemukan upaya secara sengaja untuk mematikan dari spesies yang dilindungi, terancam, atau hampir
punah sebagaimana didefinisikan oleh Daftar Merah (Red List). Predator yang ditemukan hanya berupa biawak yang memasuki/bersembunyi di
dalam lubang kepiting diatas pematang atau di saluran air.

Kriteria 5.3: Pengelolaan dan pengobatan penyakit :

- Petambak tidak menggunakan probiotik untuk pengobatan udang terhadap penyakit. Hal ini telah ditekankan saat pelatihan BMP
Budidaya Udang Windu serta saat sosialisasi SOP pengendalian penyakit udang windu. Pemilik tambak juga komitmen untuk tidak
menggunakan antibiotic. Namun, masih perlu didorong agar komitmen tersebut dibuat secara tertulis.
- Tersedia catatan penggunaan bahan – bahan kimia berupa pupuk, dan pemberantas hama tambak. Sebagian petambak masih
menggunakan besnoid untuk pemberantasan hama kekerangan.
- Petambak tidak menggunakan probiotik.

ASAS 6: MENGELOLA ASAL USUL INDUKAN, SELEKSI STOK DAN EFEK PENGELOLAAN STOK

Kriteria 6.1: Keberadaan spesies udang asing atau yang diperkenalkan dari luar daerah : Udang yang digunakan adalah udang lokal Indonesia, yaitu
udang windu. Tersedia data pembelian benih udang dalam beberapa bulan. Bukti spesies asli dapat dilihat dari Buku Ali Purnomo. Untuk sumber
bacaan lainnya ada di Primavera, SEAFDEC, FAO.
Tidak membutuhkan alat penjebak udang yang lolos ke luar tambak, sebab udang merupakan spesies asli Indonesia.

Kriteria 6.2: Asal-usul benur atau indukan:

- Belum tersedia dokumen dari hatchery sumber udang yang menyatakan bahwa benur tersebut bebas dari penyakit.
- Belum tersedia informasi secara lengkap mengenai asal usul induk yang diperoleh dari hatchery udang windu. Informasi asal induk masih
dalam bentuk informasi informal yang diperoleh dari wawancara dengan hatchery asal benur.
- Catatan tambahan: Telah tersedia dokumen asal usul benur udang windu di Pinrang.

Kriteria 6.3: Udang transgenik: udang windu yang dipelihara bukan udang transgenik.

ASAS 7: PENGGUNAAN SUMBERDAYA DENGAN CARA YANG EFISIEN DAN BERTANGGUNG JAWAB SECARA LINGKUNGAN

Kriteria 7.1 – Keterlacakan material mentah dalam pakan: tidak menggunakan pakan buatan.

Kriteria 7.2 – Asal-usul bahan pakan akuatik dan darat: tidak menggunakan pakan buatan.

Kriteria 7.3: Penggunaan bahan modifikasi genetik (GM) dalam pakan: tidak menggunakan pakan buatan.

Kriteria 7.4: Penggunaan ikan liar [136] secara efisien untuk tepung ikan dan minyak ikan: tidak menggunakan pakan buatan.

Kriteria 7.5: Kandungan kontaminan dalam limbah:

- Pemakaian Pupuk Urea pada awal adalah dengan luas lahan 10 ha 250 kg, dan selama pemeliharaan untuk perangsang 25 kg/3 bulan
sehingga total input N 24,15 gram/ton udang/tahun. Sehingga, penggunaan pupuk tambak tersebut kurang dari 32.4 kg Nitrogen per ton
udang untuk P. monodon.
- pemakaian Pupuk TSP pada awal adalah dengan luas lahan 10 ha 250 kg, dan selama pemeliharaan untuk perangsang 25 kg/3 bulan
sehingga otal input P 18,9 gram/ton udang/tahun. Sehingga dari penggunaan pupuk tersebut kurang dari 5.4 kg Nitrogen per ton udang
untuk P. monodon.
- Belum ada pembuangan sedimen basah ke lahan basah umum.
- Penanganan limbah cair. Limbah cair tidak begitu banyak, sehingga belum ada mekanisme penanganan limbah cair.
- Tersedia data DO perairan dalam beberapa bulan.

Kriteria 7.6: Efisiensi energy :

- Konsumsi energi [142] menurut sumber energi [143] selama periode 12 bulan : perhitungan energy belum lengkap. Penggunaan energy
hanya terbatas pada transportasi bolak balik petambak dari rumah ke tambak menggunakan motor. Tidak menggunakan listrik untuk
operasionalitas tambak.

Kriteria 7.7: Penanganan dan pembuangan bahan dan limbah berbahaya : Telah terdapat SOP penanangan limbah. Perlu dibuat SOP penananganan
sampah yang berada di lokasi tambak.
Rangkaian AIP Udang Windu Petambak Mitra PT. Bogatama Marinusa (Bomar)

November 2017

- Menjalin koordinasi dengan PPLH Puntondo untuk pengembangan kerjasama antar organisasi ke depan, dalam bentuk pengelolaan bibit
mangrove untuk ditanam di lokasi rehabilitasi mangrove PT. Bomar.
- Menajamkan konten dokumen BEIA Kawasan tambak mitra PT. Bomar di Kel. Pallameang, Kab. Pinrang.

Desember 2017

- Penetapan workplan AIP PT. Bomar menuju sertifikasi ASC Shrimp.


- Melanjutkan penanaman mangrove di Pallameang sebanyak 100 bibit.

Januari 2017

- Penanaman mangrove di Pallameang sebanyak 100 bibit.

Februari 2017

- Tersedia peta penanaman Kawasan mangrove di Kawasan tambak Pallameang, namun tidak semua lokasi tersebut dapat ditanami
mangrove. Sehingga harus dibuatkan peta ulang untuk lokasi rehabilitasi PT. Bomar.
- Penanaman mangrove sebanyak 400 bibit mangrove di Kawasan Tambak Pallameang.
- Penanaman mangrove sebanyak 100 bibit mangrove di Kawasan Tambak Pallameang.
- Penanaman mangrove sebanyak 200 bibit di saluran air Kawasan tambak Suppa, Pinrang.

Maret 2017

- Memantau perkembangan bibit mangrove di PPLH Puntondo, Takalar.


- Presentasi BEIA dan pSIA dari CV. Deco ke manajemen PT. Bomar.
- Survei benur udang windu di Pinrang.
Penutup
PT. Bomar telah menjalankan AIP pada Januari – Oktober 2017 dengan hasil compliance sementara 28%. PT. Bomar mulai melakukan perbaikan dengan
perbaikan pendataan tambak, fasilitasi pendataan BEIA dan pSIA, ujicoba penanaman mangrove, serta bersama WWF-ID menyelenggarakan Pelatihan ASC
Shrimp, BMP Budidaya udang windu, dan sosialisasi SOP-SOP Budidaya Udang. Ke depannya, berdasarkan rekomendasi BEIA, PT. Bomar harus melakukan
rehabilitasi lahan mangrove sebesar 50% dari luas tambak yang diusulkan atau sekitar 31 hektar. Kegiatan pembibitan dan penanaman mangrove menjadi
agenda utama untuk AIP PT. Bomar berikutnya.
RINCIAN PERKEMBANGAN AIP

Rincian hasil implementasi AIP oleh PT. Bomar dilihat pada tabel berikut :
Tahapan
Seafood
Savers
ACTION AIP Hasil Evaluasi Rencana Tindak Lanjut /

Intermediate
PRINSIP DAN INDIKATOR LEAD & Kendala

Advance
PARTNERS

Prinsip 1. Mematuhi semua hukum dan perundangan yang berlaku lokal dan nasional
1. Kepatuhan Petambak mitra PT. Bomar Komunikasi ulang telah
terhadap hukum dan telah memiliki sertifikat, dilakukan oleh PT. Bomar
perundangan lokal dan namun belum bisa diakses untuk meminta salinan
nasional yang berlaku lantaran masih adanya sertifikat tambak.
kendala komunikasi.

Kepatuhan terhadap
hukum dan perundangan 2. Fasilitasi Telah tersedia SOP – SOP Melanjutkan pembuatan
1.1.1
lokal dan nasional yang pembuatan prosedur tambahan SOP terkait SOP tambak sekitar 3 SOP
berlaku operasional tambak implementasi AIP Udang. tambahan. Serta
penyusunan tambahan
Minus SOP pengelolaan dokumen pencatatan
limbah, SOP konservasi tambak.
hewan yang dilindungi,
Sosialisasi SOP – SOP
SIUP dan TPUPI belum kepada petambak mitra
tersedia. PT. Bomar
Fasilitasi pembuatan SIUP
dan TPUPI pada
pemerintah daerah
setempat.

1. Pembuatan Tersedia papan informasi Papan informasi tersebut


papan informasi untuk untuk penempelan masih terisi SOP – SOP dan
transparansi kepatuhan sertifikat dan dokumen- kebijakan tambak, namun
hukum kepada public. dokumen yang belum menampilkan
menunjukkan kepatuhan dokumen sertifikat
petambak terhadap tambak.
hukum yang berlaku.
2. Menyediakan - dokumen pencatatan
dokumen pencatatan sebanyak 10 buku.
aktivitas tambak dan hal- - Telah dilakukan
Transparansi mengenai
1.1.2 hal terkait dengan pencatatan tambak ke
kepatuhan hukum
pencatatan kondisi dalam buku – buku
lingkungan dan sosial tersebut.
masyarakat petambak. - Kartu Tanda Pengenal
anggota
- profil petambak.

3. Form permintaan · Form permintaan


informasi oleh masyarakat informasi oleh masyarakat
tersedia

PRINSIP 2. PENEMPATAN TAMBAK PADA LOKASI YANG SESUAI SECARA LINGKUNGAN SEMBARI MELINDUNGI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM ALAMI
PENTING
Kriteria 2.1: Biodiversity Environmental Impact
Assessment (B-EIA) 
Pemilik tambak harus Melakukan penyusunan Perbaikan secara berkala Penyelesaian BEIA
melakukan Penilaian laporan B-EIA laporan BEIA dan pSIA. terhambat lantaran adopsi
Dampak Lingkungan BEIA yang merupakan hal
Keberagaman Hayati (BEIA) baru bagi konsultan
dan mensosialisasikan lingkungan setempat
hasilnya secara terbuka (Sulawesi Selatan).
2.1.1 dalam bahasa yang dapat
dipahami (Proses dan Adopsi BEIA ini
dokumen BEIA harus menambah khasanah
mengikuti panduan pada metodelogi bagi para
Lampiran I) peneliti dan ahli
lingkungan setempat.

Kriteria 2.2: Conservation of protected areas or


critical habitats

Menyediakan peta tambak Peta lokasi tambak telah Done


Penempatan tambak di beserta koordinat GPSnya tersedia Peta lokasi
2.2.1 Area Dilindungi/ Protected tambak yang disusun oleh
Area WWF-ID)
Penempatan tambak pada Data koordinat sebelum - Laporan BEIA yang - Finalisasi laporan BEIA
ekosistem mangrove 1999 sudah ada dari cv menyatakan bahwa
maupun ekosistem lahan deco tambak dibangun sebelum
basah alami penting 1999, berdasarkan hasil
lainnya atau area yang wawancara dan FGD.
2.2.2
memiliki nilai ekologis
penting sesuai dengan yang
ditentukan BEIA atau - Bukti peta satelit wilayah
peraturan yang berlaku. tambak sebelum tahun
1999 sudah tersedia
Kriteria 2.3: Pertimbangan habitat kritis untuk
spesies terancam punah

Penempatan tambak pada - Melakukan pemenuhan - Tersedia data hewan – - Sosialisasi penanganan
habitat kritis bagi spesies data dari hasil B-EIA yang hewan yang dilindungi. hewan yang dilindungi.
telah dilakukan oleh CV.
langka atau masuk dalam - Melakukan sosialisasi
DECO
Red List IUCN, peraturan hewan – hewan yang
nasional maupun dilindungi.
peraturan lainnya.
2.3.1

Menjaga habitat kritis bagi - Melakukan pemenuhan - Menunggu hasil kajian B- - Memfasilitasi PT. Bomar
spesies langka di dalam data dari hasil B-EIA yang EIA untuk melaksanakan hasil
area tambak dan telah dilakukan oleh CV. B-EIA
menerapkan upaya Deco. - Daftar Hewan yang ada
2.3.2 perlindungan di sekitar di sekitar lokasi tambak
areal pertambakan telah disosialisasikan
tersebut. kepada masyarakat
setempat.

Kriteria 2.4: Ecological buffers, barriers and corridors

- Data satelit mangrove - Terdapat sejarah tambak - sudah terdapat data


Coastal barriers: Minimal sebelum 1999 pada dari laporan BEIA kawasan peta tambak sebelum
penghalang pantai kawasan tambak. tambak. 1999.
permanen antara areal - Peta mangrove saat ini. - Keterangan dari - Melengkapi dokumen
2.4.1
tambak dengan laut (dapat masyarakat setempat sejarah tambak
berupa konstruksi maupun mengenai sejarah tambak, berdasarkan wawancara
penghalang alami) bahwa tambak telah dengan masyarakat
dibuka sebelum 1999. setempat.
- Penanaman mangrove di
muara sungai dan saluran
air tambak.

- Peta mangrove saat ini. - Terdapat sejarah tambak - Melakukan penanaman


- riparian buffer telah dari laporan BEIA kawasan mangrove di muara
Riparian buffers: Lebar terganti menjadi tambak. sungai.
minimum vegetasi alami infrastruktur jalan (oleh - buffers lebih pada di
2.4.2 tak terjamah antara pemerintah setempat). muara sungai/saluran,
tambak dan lingkungan sebab buffer pantai telah
perairan. digantikan oleh
infrastruktur jalan.

Koridor: Lebar minimum - tidak ada hewan darat Melakukan penanaman Melakukan penanaman
vegetasi alami tak terjamah yang membutuhkan mangrove di saluran air, mangrove di saluran air,
di areal tambak yang koridor. sebagai alternative koridor sebagai alternative koridor
berfungsi menyediakan - Penanaman mangrove di bagi organisme air. bagi organisme air.
2.4.3 saluran air untuk
tempat gerak bagi manusia
atau perlintasan spesies memfasilitasi organisme
asli (satwa liar) menuju laut yang membutuhkan.
areal pertanian

Kriteria 2.5: Prevention of salinization of freshwater


and soil resources

- Melakukan pemenuhan - Menunggu hasil kajian B- - Memfasilitasi petambak


Kehilangan air yang data dari hasil B-EIA yang EIA untuk melaksanakan hasil
diizinkan melalui telah dilakukan oleh CV. B-EIA
2.5.1 Deco terkait perembesan
perembesan air dari dalam
kolam air dan salinasi.
- Melakukan pemenuhan - terdapat kajian B-EIA - Memfasilitasi kelompok
data dari hasil B-EIA yang mengenai data kondisi untuk melaksanakan hasil
telah dilakukan oleh CV. sumur warga B-EIA
Kemungkinan
Deco. - para petambak tidak
menggunakan air tanah
2.5.2 menggunakan air tanah
tawar untuk menurunkan
(sumur bor).
salinitas tambak

Nilai Daya Hantar Listrik - Melakukan pemenuhan - telah ada hasil kajian B- - Memfasilitasi kelompok
(DHL) atau konsentrasi data dari hasil B-EIA yang EIA untuk melaksanakan hasil
klorida air sumur yang telah dilakukan oleh CV. - melakukan pendataan B-EIA
digunakan untuk Deco berkala kondisi DHL atau
menurunkan salinitas air konsentrasi klorida air
tambak; atau sumur yang sumur warga.
berada di areal - para petambak tidak
pertambakan dan menggunakan air tanah
permukaan badan air tawar (sumur bor).
2.5.3 yang berdekatan dengan
areal pertambakan atau
penerima air buangan dari
tambak

Requirement: DHL
perairan < 1,500
µmhos/cm atau
konsentrasi klorida
perairan < 300 mg/L.

- Melakukan pemenuhan - Menunggu hasil kajian B- - Memfasilitasi kelompok


DHL atau konsentrasi data dari hasil B-EIA yang EIA untuk melaksanakan hasil
klorida tanah pada telah dilakukan oleh CV. B-EIA
2.5.4
ekosistem sekitar dan Deco berkaitan dengan
lahan pertanian DHL atau konsentrasi
klorida tanah
- Melakukan pemenuhan - Menunggu hasil kajian B- - Memfasilitasi kelompok
DHL atau konsentrasi data dari hasil B-EIA yang EIA untuk melaksanakan hasil
klorida dari sedimen yang telah dilakukan oleh CV. - Belum adanya aktivitas B-EIA
siap dibuang ke luar Deco berkaitan dengan pembuangan sedimen ke
tambak. DHL atau konsentrasi luar tambak oleh para
klorida dari sedimen yang petambak mitra PT.
2.5.5
siap dibuang ke luar Bomar.
Nilai DHL atau Klorida tambak.
lumpur yang akan dibuang
tidak melebihi nilai pada
tanah di area pembuangan
lumpur

PRINSIP 3: BANGUN DAN OPERASIKAN TAMBAK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN MASYARAKAT SEKITAR

Kriteria 3.1: Seluruh dampak terhadap masyarakat


sekitar, pengguna ekosistem dan pemilik lahan
diperhitungkan untuk dan sebagai, atau akan, 
dinegosiasikan dalam sikap yang terbuka dan
akuntabel
Pemilik tambak harus Melakukan penyusunan Tersedia laporan PSIA yang Meminta copy laporan
melakukan Sosial Impact laporan PSIA dilakukan oleh CV. Deco, dan melakukan
Assessment (pSIA) secara namun belum final. rekomendasi yang ada di
partisipatif dan laporan PSIA tersebut
menyebarluaskan hasilnya
secara terbuka dalam
bahasa lokal (yang
dimengerti masyarakat).
Pemerintah daerah dan
setidaknya satu organisasi
masyarakat sipil yang
dipilih oleh masyarakat
harus memiliki salinan
dokumen ini. Dokumen dan
3.1.1
proses PSIA, dampak dan
resiko analisis dilakukan
secara partisipatif dengan
masyarakat dan pemangku
kepentingan sekitarnya.
Unsur partisipatif yang
tampak/munculndisertakan
dalam laporan. Hasil yang
disepakati antara
petambak dan masyarakat
sekitar tentang bagaimana
mengelola risiko dan
dampak termasuk dalam
laporan.

Kriteria 3.2: Penyelesaian Keluhan oleh pemangku


kepentingan yang terkena dampak
Pemilik tambak harus - Melakukan pemenuhan - Tersedia SOP untuk - Memfasilitasi kelompok
mengembangkan dan data dari hasil PSIA yang resolusi konflik. untuk melaksanakan hasil
menerapkan kebijakan telah dilakukan oleh CV. PSIA
resolusi konflik diverifikasi Deco. - Form pendataan konflik
bagi masyarakat setempat. dengan masyarakat
Kebijakan tersebut harus tersedia di kelompok.
menyatakan bagaimana - Tersedia SOP untuk
konflik yang teridentifikasi resolusi konflik.
dalam pSIA dan keluhan
baru akan dilacak secara
3.2.1
transparan, mediasi ketiga
pihak dapat menjadi bagian
dari proses dan
menjelaskan bagaimana
menanggapi semua
keluhan yang diterima.
Kotak pengaduan, register
keluhan dan penerimaan
pengaduan menggunakan
bahasa lokal.
3.2.2. Area konflik atau sengketa - Melakukan pemenuhan - terdapat hasil kajian PSIA. - Memfasilitasi kelompok
dicatat dan dibagikan ke data dari hasil PSIA yang - belum terdapat konflik. untuk melaksanakan hasil
petambak, pemerintah telah dilakukan oleh CV. PSIA
daerah dan perwakilan Deco berkaitan dengan - Form konflik dengan
masyarakat sekitar. Resolusi konflik masyarakat tersedia di
Setidaknya 50% dari konflik kelompok.
harus diselesaikan dalam
satu tahun dari tanggal
yang diajukan, dan total
75% pada periode antara
dua audit berturut-turut. - Melakukan pemenuhan - Terdapat hasil kajian PSIA - Memfasilitasi kelompok
data dari hasil PSIA yang - belum terdapat konflik. untuk melaksanakan hasil
telah dilakukan oleh CV. PSIA
Deco berkaitan dengan - Form konflik dengan
Resolusi konflik masyarakat tersedia di
kelompok.

Kriteria 3.3. Transparansi dalam menyediakan


kesempatan kerja didalam masyarakat local

- Melakukan pemenuhan - terdapat hasil kajian PSIA - Memfasilitasi kelompok


Pemilik tambak harus data dari hasil PSIA yang - rata – rata petambak untuk melaksanakan hasil
mendokumentasikan bukti telah dilakukan oleh CV. merupakan orang lokal. PSIA
iklan yang ditujukan untuk Deco berkaitan dengan - Form untuk rekruitmen
pekerja yang bisa Pekerja anggota tersedia.
3.3.1 mengakkses tambak dalam - H. Tantang, mitra PT.
1 hari perjalanan dan Bomar memiliki 10 pekerja
pekerja yang tidak dapat tambak, yang semuanya
melakukan perjalanan ke merupakan warga lokal.
dan dari rumah setiap hari.

- Melakukan pemenuhan - Menunggu hasil kajian - Memfasilitasi kelompok


data dari hasil PSIA yang PSIA untuk melaksanakan hasil
Rekruitmen dilakukan telah dilakukan oleh CV. PSIA
sesuai dengan lowongan Deco yang berkaitan - Form untuk rekruitmen
pekerjaan yang tersedia, dengan Pekerja anggota tersedia.
3.3.2 dan berdasarkan profil dan - H. Tantang, mitra PT.
kemampuan pekerja Bomar memiliki 10 pekerja
(keterampilan, pengalaman tambak, yang semuanya
sesuai CV) merupakan warga lokal.

3.4.1 Tersedia Kontrak Kerja - Melakukan pemenuhan - Terdapat hasil kajian PSIA - Memfasilitasi kelompok
data dari hasil PSIA yang - Mendorong PT. Bomar untuk melaksanakan hasil
telah dilakukan oleh CV. untuk segera membuat PSIA
Deco berkaitan dengan kontrak kerja antara H. - Form untuk rekruitmen
Pekerja Tantang dengan anggota tersedia.
petambak. - H. Tantang, mitra PT.
Bomar memiliki 10 pekerja
tambak, yang semuanya
merupakan warga lokal.

- Melakukan pemenuhan - menyediakan platform - Memfasilitasi kelompok


data dari hasil PSIA yang untuk kontrak pekerja. untuk melaksanakan hasil
telah dilakukan oleh CV. PSIA
Deco berkaitan dengan - Form untuk rekruitmen
Ketentuan Persyaratan Pekerja anggota tersedia.
3.4.2
Kontrak - H. Tantang, mitra PT.
Bomar memiliki 10 pekerja
tambak, yang semuanya
merupakan warga lokal.

- Melakukan pemenuhan - adanya platform untuk - Memfasilitasi kelompok


data dari hasil PSIA yang keterbukaan dalam untuk melaksanakan hasil
telah dilakukan oleh CV. melakukan negosiasi. PSIA
Deco berkaitan dengan Form untuk rekruitmen
Transparansi dan
Pekerja anggota tersedia.
3.4.3 keterbukaan dalam
- H. Tantang, mitra PT.
melakukan negoisasi
Bomar memiliki 10 pekerja
tambak, yang semuanya
merupakan warga lokal.

PRINSIP 4. OPERASIKAN TAMBAK DENGAN PRAKTIK BURUH YANG BERTANGGUNG JAWAB


Kriteria 4.1. Buruh anak dan pekerja muda Kelompok 
Membuat pelatihan Pelatihan keselamatan Menfasilitasi pelatihan
Persentase pekerja terlatih keselamatan kerja sesuai kerja belum dilakukan. keselamatan kerja sesuai
di bidang keselematan dan dengan kondisi tambak dengan kondisi tambak
kesehatan kerja, serta Terdapat form kecelakaan
prosedur dan kebijakan kerja dan penanganan
4.1.1. yang relevan dengan medis.
pekerjaan. Peralatan
keselamatan tersedia dan
dipelihara dan bisa
digunakan.

Kriteria 4.2. Buruh paksa, terikat dan diwajibkan

Membuatkontrak kerja Fasilitasi membuat kontrak Hubungan kerja masih


untuk tambak yang kerja untuk tambak yang bersifat informal lantaran
Hak untuk pembayaran mempunyai pekerja mempunyai pekerja. adanya kedekatan
4.2.1. penuh penuh dan manfaat hubungan.
akhir Membuat kontrak sesuai
dengan kebiasaan
setempat.
Dokumen-dokumen Memastika tidak adanya Done
pekerja tambak berada di pengambilan dokumen
Karyawan memiliki hak
tangan petambak semua secara sepihak oleh
4.2.2. untuk menjaga dokumen
dan tidak ada yang pemilik tambak.
identitas dan izin kerja.
disimpan oleh pemilik
tambak.
Surat pernyataan jam kerja Menfasilitasi pembuatan Done
Pekerja tambak memiliki petambak Surat pernyataan jam kerja
4.2.3. kebebasan bergerak di luar petambak
jam kerja.
Kriteria 4.3: Diskriminasi di lingkungan kerja

Pembuatan surat anti Surat pernyataan anti Done


Kebijakan Anti-diskriminasi diskriminasi dan pekerja di diskriminasi dan pekerja di
di tempat kerja, tidak bawah umur tidak boleh bawah umur tidak boleh
terbatas pada, bagaimana dilakukan. dilakukan.
menghadapi diskriminasi di
tempat kerja tetapi juga
pekerja memperoleh akses
yang sama terhadap semua
pekerjaan yang
4.3.1
berhubungan dengan jenis
kelamin, usia, asal pekerja
(lokal vs pendatang), ras
atau agama. Perusahaan
memiliki prosedur yang
jelas dan transparan untuk
menanggapi keluhan
diskriminasi pekerja.

N/A Pekerja berasal dari done


tempat yang sama, yaitu
lingkungan kelurahan
sekitar tambak.
Jumlah kejadian
4.3.2
diskriminasi Sejauh ini tidak ada
diskriminasi sesama
pekerja tambak.
Kesetaraan dalam Setiap pekerja tambak done
kesempatan kerja dan gaji. mengelola satu tambak
Semua pekerja yang dengan pembagian hasil
dipekerjakan di tambak 10% dari hasil tambak.
(dengan peran dan
tingkatan yang sama)
menerima gaji yang sama,
4.3.3 tidak ada perbedaan
gender, asal, ras atau
agama, kesempatan
promosi, pengaturan
keamanan kerja dan
kesempatan pelatihan
untuk pekerjaan yang
sama.
4.3.4 Menghormati hak bersalin N/A done

Kriteria 4.4: Lingkungan kerja yang sehat dan aman

Membuat pelatihan Pelatihan keselamatan Menfasilitasi pelatihan


keselamatan kerja sesuai kerja dilakukan secara keselamatan kerja sesuai
Persentase pekerja terlatih dengan kondisi tambak mandiri oleh pemilim dengan kondisi tambak
di bidang keselematan dan tambak kepada pekerja
kesehatan kerja, serta
prosedur dan kebijakan
4.4.1. yang relevan dengan
pekerjaan. Peralatan
keselamatan tersedia dan
dipelihara dan bisa
digunakan

4.4.2. Pemantauan kecelakaan Membuat form kejadian Form kecelakaan dan done
dan insiden, serta tindakan kecelakaan dan insiden, insiden, serta tindakan
korektif. serta tindakan korektif. korektif tersedia di
kelompok

N/A Pengobatan akibat done


kecelakaan kerja akan
4.4.3. Cakupan biaya medis
ditanggung oleh pemilik
tambak.
Kriteria 4.5: Upah minimum dan adil atau "upah
layak"
Memiliki daftar upah Pekerja memperoleh 10 done
minimum yang berlaku di persen dari hasil tambak.
Pinrang
Ketentuan UMR tidak
Tingkat upah minimum berlaku karena pekerja
yang berlaku sesuai tidak sepenuhnya bekerja
4.5.1
deskripsi spesifik di tambak. Pekerja
pekerjaan / tugas mereka. diberikan kebebasan untuk
mengusahakan hal lain
ketika tidak ada kegiatan
pertambakan.

Pekerja tetap mendapat Memiliki daftar upah Upah berdasarkan done


upah yang adil. Gaji yang minimum yang berlaku di ketentuan pembagian hasil
diterima pekerja jika Pinrang daerah setempat, yaitu 10
belum mencapai tingkat persen dari hasil tambak.
"upah yang adil",
4.5.2 meningkat secara bertahap Ketentuan UMR tidak
sehingga mencukupi untuk berlaku karena pekerja
kebutuhan dasar seorang tidak sepenuhnya bekerja
pekerja, ditambah di tambak. Pekerja
pendapatan tambahan diberikan kebebasan untuk
yang memungkinkan untuk mengusahakan hal lain
tabungan dan / atau dana ketika tidak ada kegiatan
pensiun. pertambakan.

Hukuman melalui
4.5.3. pelanggaran hak atau upah
pekerja.
Memiliki daftar upah Upah berdasarkan done
minimum yang berlaku di ketentuan pembagian hasil
Pinrang daerah setempat, yaitu 10
persen dari hasil tambak.
Ada mekanisme untuk
menetapkan gaji dan Ketentuan UMR tidak
tunjangan (termasuk, berlaku karena pekerja
4.5.4.
kombinasi gaji dan tidak sepenuhnya bekerja
pengaturan pembagian di tambak. Pekerja
hasil saat di panen). diberikan kebebasan untuk
mengusahakan hal lain
ketika tidak ada kegiatan
pertambakan.

Memiliki daftar upah Upah berdasarkan done


minimum yang berlaku di ketentuan pembagian hasil
Pinrang daerah setempat, yaitu 10
persen dari hasil tambak.
Skema kontrak kerja
berulang yang dilakukan
Ketentuan UMR tidak
untuk menghindari kontrak
berlaku karena pekerja
4.5.5. kerja penuh (tetap), dan
tidak sepenuhnya bekerja
akses pekerja untuk
di tambak. Pekerja
mendapatkan remunerasi
diberikan kebebasan untuk
yang adil.
mengusahakan hal lain
ketika tidak ada kegiatan
pertambakan.
Kriteria 4.6: Akses terhadap kebebasan ber-asosiasi
dan hak untuk penawaran kolektif

N/A - tidak ada serikat karena done


Persentase pekerja dengan
dikerjakan sendiri
akses ke serikat pekerja,
- terdapat pertemuan rutin
organisasi pekerja, dan /
antara pekerja untuk
atau memiliki kemampuan
membahas masalah-
untuk mengatur dirinya
masalah tambak dan
sendiri dan kemampuan
4.6.1. lingkungan.
untuk berunding bersama
[75] atau untuk memiliki
akses ke perwakilan yang
dipilih oleh pekerja tanpa
campur tangan
manajemen.
N/A - tidak ada serikat karena done
dikerjakan sendiri
- terdapat pertemuan rutin
antara pekerja untuk
membahas masalah-
Anggota serikat atau masalah tambak dan
organisasi pekerja tidak lingkungan.
4.6.2
didiskriminasikan oleh
majikan.
Kriteria: 4.7: Gangguan dan praktik disipliner dalam
lingkungan kerja yang menyebabkan kerugian fisik
sementara atau permanen dan/atau kerugian
mental.

N/A - tidak ada tindakan done


disipliner terhadap
pekerja tambak.
- Telah ada kebijakan
tambak terkait tidak
Keadilan tindakan-tindakan
4.7.1. melakukan tindak
disipliner karyawan
disipliner. (pekerja 10
orang, 1 pimpinan
pekerja dan 9 pekerja
tambak).

N/A - tidak ada tindakan done


disipliner terhadap
pekerja tambak.
- Telah ada kebijakan
tambak terkait tidak
Kebijakan dan prosedur
melakukan tindak
4.7.2. disiplin yang adil dan
disipliner. (pekerja
transparan.
10 orang, 1
pimpinan pekerja
dan 9 pekerja
tambak).

N/A - tidak ada tindakan done


disipliner terhadap
pekerja tambak.
4.7.3. Larangan pelecehan.
- Telah ada kebijakan
tambak terkait tidak
melakukan tindak
disipliner. (pekerja
10 orang, 1
pimpinan pekerja
dan 9 pekerja
tambak).

Kriteria 4.8. Kompensasi lembur dan jam kerja

N/A Tidak berlaku karena done


Jumlah maksimum jam pekerja diperbolehkan
kerja biasa: Delapan jam / untuk meninggalkan
hari atau 48 jam / minggu tambak jika tidak ada
(rata-rata maksimum pekerjaan di tambak. Skala
periode lebih dari 17 kerja di tambak tradisional
4.8.1.
minggu) termasuk jam lebih sedikit. Selain itu,
"stand-by"; dengan sejauh ini tidak pernah ada
setidaknya satu hari penuh konsep lembur untuk
(termasuk dua malam) pekerja tambak
libur setiap tujuh hari. tradisional.

N/A - pekerja diperbolehkan done


untuk meninggalkan
Hak untuk meninggalkan
tambak jika tidak ada
tambak setelah selesai
4.8.2. pekerjaan di tambak.
tugas melaksanakan
- Waktu kerja biasanya
pekerjaan sehari-hari.
hanya pagi hari.

4.8.3. Waktu libur yang N/A - Tidak berlaku. Pekerja done


merupakan hak karyawan, dapat beristirahat
namun tetapi tidak menyesuaikan dengan
diwajibkan untuk kondisi pemeliharaan
meninggalkan tambak, udang dalam tambak.
kecuali ada perjanjian
kedua pihak, majikan dan - Tidak ada konsep libur
karyawan, setuju bahwa untuk pekerja tambak
hari libur tidak ditampung tradisional.
di tambak.

Transport diberikan kepada N/A Transport pekerja done


pekerja (dalam kasus di menggunakan motor
mana lokasi peternakan pribadi mereka sendiri.
terpencil) untuk Jarak rumah dengan
memungkinkan pekerja tambak tidak begitu jauh.
4.8.4.
untuk menikmati
relaksasi/libur di rumah,
dengan keluarga atau di
tempat-tempat rekreasi
yang mereka pilih.
N/A Tidak ada konsep lembur done
Lembur bersifat sukarela,
dalam kehidupan kerja
4.8.5. dan tidak lebih dari 12 jam
tambak tradisional.
/ minggu.
N/A Tidak ada konsep lembur done
dalam kehidupan kerja
tambak tradisional.
Lembur bersifat sukarela,
4.8.6. dan tidak lebih dari 12 jam
/ minggu.
Hak untuk cuti hamil, N/A Tidak berlaku, tidak ada done
termasuk istirahat harian pekerja perempuan.
atau pengurangan jam
4.8.7
kerja untuk memenuhi
kebutuhan perawatan
anak.

Kriteria 4.9. Kontrak pekerja wajar dan transparan

Kontrak kerja Fasilitasi pembuatan Fasilitasi pembuatan


Indikator: Kontrak kerja
menyesuaikan dengan kontrak kerja yang sesuai kontrak kerja.
kerja tidak dilakukan
kebiasaan dan konsep dengan kebiasaan dan
berulang-ulang, karena
pembagian hasil dalam konsep pembagian hasil
4.9.1. pemilik tambak
budidaya udang tradisional. dalam budidaya udang
menghindari kewajiban
tradisional.
untuk memberikan hak
sebagai karyawan tetap.
N/A - Tidak berlaku karena Done
pekerja merupakan
masyarakat sekitar
Indikator: Semua pekerja
tambak.
memiliki izin yang sesuai
4.9.2. - Tambak yang dikelola
dan berlaku untuk bekerja
adalah tambak
di negara itu.
tradisional yang tidak
memerlukan izin kerja.

Pekerja sepenuhnya Adanya kesepakatan antara Secara umum, pekerja Done


4.9.3. pemilik tambak dan pekerja tambak memahami
menyadari kondisi kerja
mereka dan menegaskan tambak mengenai mekanisme kerja sesuai
kesepakatan mereka (lisan kesepakatan tugas dengan kebiasaan
atau tertulis). Kebijakan petambak. setempat.
dan prosedur kerja tertulis
yang diperlukan bila ada
lebih dari lima pekerja yang
dipekerjakan.
N/A Tidak ada masa kerja Done
Masa Kerja Percobaan percobaan untuk
4.9.4.
ditetapkan dalam kontrak petambak tradisional.
Dalam hal dilakukan sub- N/A Tidak berlaku karena tidak Done
kontrak kerja oleh pihak ada sub kontrak.
ketiga, pemilik tambak
harus memastikan bahwa
4.9.5 undang-undang
ketenagakerjaan, telah
menghormati dan mentaati
ketentuan jaminan sosial
sesuai ketentuan ILO.
Kriteria 4.10: Sistem pengelolaan pekerja yang
wajar dan transparan
N/A Tidak berlaku karena done
Pemiliki tambak
pengelolaan tambak
memastikan bahwa semua
dilakukan secara
pekerja memiliki akses ke
tradisional dan
saluran komunikasi yang
manajemen pekerja masih
4.10.1. sesuai dengan manajer
skala tradisional.
(pengelola tambak)
mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan hak-hak
buruh dan kondisi kerja.
Manajemen (pengelola N/A Tidak berlaku karena done
tambak) bertemu tenaga pengelolaan tambak
kerja setidaknya dua kali dilakukan secara
4.10.2. per tahun atas dasar tradisional dan
agenda tertulis, serta ada manajemen pekerja masih
catatan tertulis (notulen) skala tradisional.
pertemuan tersebut.
N/A Keluhan tambak di atasi done
Rencana kerja dengan dengan mekanisme
penjadwalan waktu untuk tradisional, melalui
4.10.3.
mengatasi keluhan dan pertemuan antara pekerja
masalah dan pimpinan pekerja
tambak.
N/A Tidak ada keluhan pekerja done
Persentase keluhan yang tambak dalam tiga bulan
4.10.4 diselesaikan dalam waktu terakhir.
tiga bulan setelah diterima.

4.11: Kondisi hidup pekerja yang tinggal di tambak

N/A Pekerja tinggal di done


Kondisi hidup bagi pekerja rumahnya masing –
4.11.1. yang ditampung di tambak, masing.
layak dan aman

Fasilitas yang memadai N/A Tidak ada pekerja done


4.11.2.
bagi perempuan. perempuan.

PRINSIP 5. KELOLA KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN UDANG DENGAN TINDAKAN YANG BERTANGGUNGJAWAB

Kriteria 5.1: Pencegahan penyakit Kelompok 


Menyediakan dan menjaga - SOP budidaya udang - Pengenalan SOP Monitoring pelaksanaan
rencana kesehatan windu dan secara lebih detail SOP dan BMP Budidaya
operasional yang pencegahan dan lagi. Udang Windu.
menangani: monitoring penyakit. - 2. Pelatihan
1) patogen yang berasal - Pelatihan BMP pengendalian penyakit
dari lingkungan Budidaya udang diberikan pada saat
sekitarmemasuki tembak windu. pelatihan BMP
(contoh: kontrol predator - Sosialisasi SOP Budidaya Udang
dan vektor) pencegahan dan Windu
2) Patogen yang menyebar monitoring penyakit
dari tambak ke lingkungan udang.
sekitar
(contoh:filtrasi/sterilisasi
5.1.1.
limbah, dan sampah seperti
pengelolaan udang yang
mati)
3)Penyebaran patogen
didalam tambak. Kritikal
untuk menghindari
kontaminasi silang,
medeteksi dan mencegah
kemunculan patogen, dan
memonitor adanya tanda-
tanda eksternal patologis
dan hewan yang hampir
mati.
Proses filtrasi air masuk Menggunakan saringan Semua anggota done
untuk meminimasi ganda untuk menyaring air menggunkaan saringn
masuknya patogen. ganda di pemasukna air
Memastikan bahwa semua
5.1.2. inlet tambak dan kolam
memiliki jaring, saringan,
layar atau penghalang
dengan ukuran mata jaring
yang sesuai.
Pencatatan jumlah udang Pencatatan jumlah udang done
Survival Rate tahunan rata- pada saat tebar dan pada saat tebar dan
rata (SR)[86] , yang pencatatan jumlah udang pencatatan jumlah udang
5.1.3. pada saat panen pada saat panen tersedia
meliputi tiga sistem
berbeda.

Persentase postlarvae
Specific Pathogen Free
(SPF) [88] atau Specific
Pathogen Resistant (SPR)
5.1.4. [89] terhadap semua
penyakit yang penting
(misal apakah SPF-WSSV,
atau SPF untuk beberapa
virus) [90] .
5.2. Kontrol Predator
Kelonggaran untuk - Tidak menggunakan alat Surat pernyataan dari done
mengontrol predator yang menyebabkan kelompok tidak
mematikan dari spesies kematian pada hewan- menggunakan alat yang
yang dilindungi atau hewan yang dilindungi menyebabkan kematian
terancam punah, yang pada hewan-hewan yang
5.2.1 masuk daftar merah - Menunggu hasil B-EIA dilindungi
International Union for untuk hewan yang
Conservation of Nature dilindungi
(IUCN)[94], daftar
nasional[95], atau daftar
resmi lain[96]
- Tidak menggunakan alat Surat pernyataan dari done
Kelonggaran penggunaan yang menyebabkan kelompok tidak
tembakan atau bahan kematian pada hewan- menggunakan alat yang
5.2.2.
kimia terlarang untuk hewan yang dilindungi menyebabkan kematian
mengontrol predator. pada hewan-hewan yang
- Menunggu hasil B-EIA dilindungi
untuk hewan yang
dilindungi
- Tidak menggunakan alat Surat pernyataan dari done
Jika kontrol predator yang
yang menyebabkan kelompok tidak
mematikan digunakan,
kematian pada hewan- menggunakan alat yang
program monitoring harus
hewan yang dilindungi menyebabkan kematian
5.2.3. ada untuk
pada hewan-hewan yang
mendokumentasikan
- Menunggu hasil B-EIA dilindungi
jumlah kunjungan, jenis
untuk hewan yang
spesies, dan jumlah hewan.
dilindungi

Kriteria 5.3. Pengelolaan dan perlakuan penyakit

N/A Surat keterangan dari done


Kelonggaran penggunaan kelompok tidak
antibiotik atau pakan yang menggunakan antibiotik
5.3.1. atau bahan kimia dalam
mengandung fungsi obat
pada produk berlabel ASC. proses budidaya

Kelonggaran penggunaan N/A Surat keterangan dari done


antibiotik yang dilarang kelompok tidak
5.3.2. berdasarkan daftar WHO, menggunakan antibiotik
meskipun jika peraturan atau bahan kimia dalam
nasional membolehkan. proses budidaya

N/A Surat keterangan dari done


Informasi penyimpanan kelompok tidak
5.3.3. dan penggunaan bahan menggunakan antibiotik
kimia atau bahan kimia dalam
proses budidaya
N/A Surat keterangan dari done
Penggunaan bahan kimia
kelompok tidak
5.3.4. secara benar oleh pekerja
menggunakan antibiotik
tambak.
atau bahan kimia dalam
proses budidaya
Kelonggaran penggunaan N/A Surat keterangan dari done
pestisida untuk kelompok tidak
mentreatment air yang menggunakan antibiotik
dilarang atau dibatasi oleh atau bahan kimia dalam
Konvensi Rotterdam proses budidaya
mengenai Prior Informed
5.3.5.
Consent (PIC), atau
konvensi Stockholm
tentang Persistent Organic
Pollutant (POP) atau
tergolong sangat
berbahaya oleh WHO
N/A Surat keterangan dari done
Kelonggaran pembuangan kelompok tidak
5.3.6. bahan kimia berbahaya menggunakan antibiotik
tanpa proses netralisasi atau bahan kimia dalam
proses budidaya
Penggunaan strain bakteri N/A Surat keterangan dari done
probiotik tidak termasuk kelompok tidak
penggunaan produk menggunakan antibiotik
5.3.7. atau bahan kimia dalam
fermentasi untuk
membibitkan sejumlah proses budidaya
berikutnya.

PRINSIP 6. KELOLA ASAL INDUK, SELEKSI STOK DAN DAMPAK PENGELOLAAN STOK

6.1. Keberadaan spesies udang eksotis atau


diperkenalkan 
N/A Induk berasal dari Alam done
Penggunaan spesies udang
6.1.1
bukan asli setempat [104]
Keberadaan tindakan N/A Induk berasal dari Alam done
pencegahan untuk
mencegah pelepasan
6.1.2.
(escape) pada masa panen
dan selama pemeliharaan
termasuk
Escapes dan tindakan yang N/A Induk berasal dari Alam done
6.1.3. diambil untuk mencegah
kejadian berulang
Kriteria 6.2. Sumber/asal PL atau induk
PL dan induk memiliki Memastikan PL dan induk Surat keterangan bebas Meminta secara regular
status bebas penyakit yang memiliki status bebas penyakit dari hatchery surat keterangan bebas
memadai dan penyakit. penyakit dari hatchery.
sumber/asalnya memenuhi
6.2.1.
panduan importasi
regional, nasional dan
internasional (contoh. OIE,
ICES)
Persentasi PL total dari N/A Induk berasal dari Alam Done
hacheri tertutup (yaitu
6.2.2. Benur dari hatchery.
induk yang dibudidayakan
di tambak)
Sumber induk berasal dari Memperoleh keterangan Memperoleh keterangan
Perlak dan dari tangkapan dari hatchery sumber dari hatchery sumber
Sumber/asal induk
6.2.3. alam. benur (yaitu BBU dan benur (yaitu BBU dan
tangkapan alam
Puncak Sinunggal). Puncak Sinunggal).

Tidak menggunakan benur Surat keterangan dari Membuat surat


Kelonggaran untuk PL
dari Alam kelompok tidak keterangan tidak
tangkapan alam selain
6.2.4. menggunakan benur alam menggunakan benur alam.
aliran arus alami kedalam
tersedia
kolam.
Kelonggaran untuk Tidak menggunakan Induk Surta keterangan dari Meminta Surta
budidaya udang transgenik transgenik hatchery bahwa tidak keterangan dari hatchery
6.3.1 (termasuk anakan dari menggunakan benur bahwa tidak
udang yang secara genetis transgenic. menggunakan benur
direncanakan) transgenic.

PRINSIP 7. MENGGUNAKAN SUMBER DAYA SECARA EFISIEN LINGKUNGAN DAN BERTANGGUNGJAWAB

Kriteria 7.1 Keterlacakan material mentah dalam


pakan
Tidak menggunakan pakan
Bukti keterlacakan dasar
buatan/pabrik
bahan-bahan pakan,
termasuk sumber, spesies,
7.1.1
negara asal dan metode
penangkapan ditunjukkan
oleh produser pakan
Menunjukkan rantai
pertanggungjawaban dan
keterlacakan produk
perikanan dalam pakan
melalui anggota ISEAL atau
skema sertifikasi yang
7.1.2
mematuhi ISO 65 yang juga
memperhitungkan Kode
Tindakan Perikanan
Bertanggungjawab (Code
of Conduct for Responsible
Fisheries) dari FAO
7.2 Asal-usul bahan pakan akuatik dan darat
Kerangka waktu untuk
mendapatkan 100%
(keseimbangan massa)
tepung ikan dan minyak
ikan yang digunakan dalam
pakan didapatkan dari
7.2.1a perikanan yang
tersertifikasi oleh anggota
ISEAL penuh yang memiliki
pedoman yang secara
spesifik mempromosikan
keberlanjutan ekologis
perikanan pakan.
Nilai FishSource [124]
[125], untuk perikanan dari
mana 80% dari tepung ikan
dan minyak ikan berasal
(lihat Appendix III, pasal 3
untuk penjelasan penilaian
7.2.1.b
FishSource)
a. untuk Kriteria Fishsource
4 (penilaian biomassa
pemijahan)
b. untuk Kriteria
Fishsource 1, 2, 3, 5
Persentase bahan non-laut
dari sumber-sumber yang
tersertifikasi oleh skema
7.2.2 sertifikasi anggota ISEAL
yang membahas
keberlanjutan lingkungan
dan sosial
7.3: Penggunaan bahan modifikasi genetik (GM)
dalam pakan

Pakan yang mengandung


bahan yang mengalami
modifikasi genetik (GM)
HANYA bila informasi
mengenai penggunaan
bahan-bahan GM dalam
pakan udang dibuat
tersedia secara mudah
kepada pengecer dan
konsumen akhir, termasuk:

a. Pengungkapan laporan
audit bila bahan-bahan
organisme modifikasi
genetik (GMO) digunakan
7.3.1 dalam pakan yang
diberikan kepada udang

b. Pengungkapan bila
bahan-bahan GMO
digunakan kepada udang
yang menerima sertifikasi
ASC dalam rantai
penyediaannya hingga
tingkat pengecer.
Pengungkapan penuh
terhadap laporan auditor
yang telah direvisi
diterbitkan di dalam
database yang mudah
diakses di situs internet
ASC. Database ini harus
dibuat tersedia
berdasarkan permintaan
dari pengecer dan
konsumen.
c. Penggunaan alat
komunikasi yang paling
mencukupi, cepat, dan
mudah digunakan untuk
memberi informasi kepada
pengecer mengenai semua
produk yang tersertifikasi

Daftar (Catatan Kaki)


7.3.2 bahan-bahan pakan tidak
mengandung GMO

Keterlacakan pakan non-


GMO (organisme
modifikasi genetik) oleh
7.3.3
produsen pakan dan oleh
tambak

Sampel diambil secara acak


oleh auditor dan pengujian
7.3.4
PCR hasilnya negative

7.4: Penggunaan ikan liar secara efisien untuk


tepung ikan dan minyak ikan
Rasio Ekuivalen Ikan Pakan
7.4.1 (Feed Fish Equivalence
Ratio – FFER) [137]
Rasio Konversi Ekonomi
7.4.2a Pakan (Economic Feed
Conversion Ratio – eFCR)

Efisiensi Retensi Protein


7.4.2b (Protein Retention
Efficiency - PRE)

7.5: Kandungan kontaminan dalam limbah


Pemakaian Pupuk Urea Penggunaan pupuk Memastikan penggunaan
pada awal adalah dengan tambak kurang dari 32.4 kg pupuk tambak kurang dari
Jumlah nitrogen (Total N) nitrogen perton udang 32.4 kg nitrogen perton
luas lahan 10 ha 250 kg,
yang dilepaskan dari sistem untuk P. Monodon. udang untuk P. Monodon.
budidaya per ton udang dan selama pemeliharaan
yang diproduksi: untuk perangsang 25 kg/3
bulan sehingga total input
Requirement: N 24,15 gram/ton
7.5.1
< 25.2 kg Total N /ton udang/tahun. Sehingga,
udang untuk L. vannamei.
penggunaan pupuk tambak
tersebut kurang dari 32.4
< 32.4 kg/ ton udang untuk
for P. monodon. kg Nitrogen per ton udang
untuk P. monodon.
Pemakaian Pupuk TSP
pada awal adalah Pupuk tersebut kurang
dengan luas lahan 10 ha dari 5.4 kg Nitrogen per Memastikan penggunaan
250 kg, dan selama ton udang untuk P. pupuk kurang dari 5.4 kg
monodon. Nitrogen per ton udang
pemeliharaan untuk
untuk P. monodon.
perangsang 25 kg/3
bulan sehingga otal
Jumlah fosfor (Total P)
7.5.2 yang dilepaskan dari sistem input P 18,9 gram/ton
budidaya per ton udang udang/tahun. Sehingga
dari penggunaan pupuk
tersebut kurang dari 5.4
kg Nitrogen per ton
udang untuk P.
monodon.

Monitoring penanganan Belum ada Memastikan tidak ada


dan pembuangan lumpur pembuangan sedimen pembuangan sedimen ke
Penanganan dan dan sedimen dari kolam lahan basah umum.
pembuangan lumpur dan dan kanal yang benar. basah ke lahan basah
7.5.3
sedimen dari kolam dan umum.
kanal yang benar SOP penanganan dan
pembuangan lumpur.

Monitoring penanganan Penanganan limbah DONE


air buangan. cair. Limbah cair tidak
Tambak merupakan
Penanganan air buangan begitu banyak, sehingga
tambak tradisional yang
7.5.4 dari kolam teraerasi/ kolam belum ada mekanisme
tidak menggunakan pakan
IPAL
buatan. Sehingga limbah penanganan limbah cair.
minim dan tidak
dibutuhkan kolam IPAL.
Tersedianya ata persentasi Tersedia data DO Memastikan tersedianya
perubahan terlarut (DO) perairan dalam pendataan DO tambak
Persentase perubahan
relatif pada DO saturasi beberapa bulan. dan saluran air tambak.
oksigen terlarut (DO) relatif
pada perairan laut yang
pada DO saturasi pada
berjarak 200m dari titik
perairan laut yang berjarak
7.5.5 buangan dari areal
200m dari titik buangan
pertambakan (pada suhu
dari areal pertambakan
dan salinitas tertentu)
(pada suhu dan salinitas
tertentu)

7.6. Efisiensi energi


Perhitungan energy Memastikan adanya data
Tersedianya data belum lengkap. penggunaan energy
penggunaan energy selama Penggunaan energy selama priode 12 bulan.
priode 12 bulan. hanya terbatas pada
Konsumsi energi (142) oleh transportasi bolak balik
7.6.1. sumber (143) selama petambak dari rumah ke
periode 12 bulan tambak menggunakan
motor. Tidak
menggunakan listrik
untuk operasionalitas
tambak.
Tuntutan energi kumulatif
tahunan(megajoul/ton
7.6.2.
udang yang diproduksi)
(144) selama 12 bulan

7.7. Penanganan dan Pembuangan bahan berbahaya


dan sampah

Pembuatan SOP Telah terdapat SOP Monitoring penanganan


Penyimpanan yang aman Penanganan bahan kimia penanangan limbah. limbah dan bahan
dan Penanganan bahan- dan bahan berbahaya berbahaya di sekitar
7.7.1
bahan kimia dan bahan kawasan tambak.
berbahaya

Pembuatan SOP Perlu dibuat SOP Monitoring pembuangan


Penanganan dan penanganan sampah. penananganan sampah sampah yang
pembuangan sampah yang bertanggungjawab.
yang berada di lokasi
bertanggungjawab
7.7.2. tambak.
berdasarkan penilaian
resiko dan kemungkinan
daur ulang

Anda mungkin juga menyukai