ABSTRACT
This study was conducted on May 7 to 15, 2014, aims to determine how
much investment and operational costs and problems faced by farmers in the
cultivation of fish in floating net cages in the village Untemungkur. The method
used in this research is to conduct interviews respondents were 9 people divided
into Category I and Category II
From the research that has been conducted in the village of Muara
Untemungkur on farming in floating net cages in mind that a large total
investment of fish farming in floating net cages for category I Rp.161.935.000,
with operating expenses of Rp.81.641.568, / harvest. Net income is farming
Rp38.358.432, / harvest. As for category II total investment fish farming in
floating net cage aquaculture transform Rp.130.905.000 category II, namely, - the
operating expenses of Rp.61.701.778, - / harvest. The advantages are achieved net
farmers in this village is supported by the ability of farmers in the supplementary
feeding.
permintaan pasar. Selain itu tentunya bagi pemerintah serta pihak terkait
juga dengan usaha tersebut lainya dalam upaya pengembangan
diharapkan akan membuka lapangan pengembangan sektor perikanan
kerja baru dan kesempatan berusaha terutama di Desa Untemungkur
bagi masyarakat. dimasa yang akan datang.
Di Danau Toba Desa
Untemungkurtelah di kembangkan METODE PENELITIAN
KJA. Diawal tahun 2007 salah satu
warga Untemungkur mencoba Penelitian ini dilaksanakan
membudidayakan ikan dengan sistem pada tanggal 07Mei sampai dengan
keramba jaring apung ini yaitu ikan 15 Mei 2014 di Desa Untemungkur.
Mas (Cyprimus Carpio), dan usaha Metode yang digunakan
di kelola secara mandiri dan di bantu dalam penelitian ini adalah metode
oleh anggota keluarga. Dari survey yaitu melakukan pengamatan,
pengalaman penbudidaya yang pengambilan data dan informasi
pertama, lalu warga Untemungkur secara langsung dilapangan dengan
yang lain mengikuti jejak menggunakan kuisioner sebagai alat
pembudidaya yang dilihatnya pengambilan data yang pokok.
semakin lama semakin maju.Sampai Dalam penelitian ini yang
sekarang jumlah pembudidaya ikan menjadi populasi adalah
sistem keramba jaring apung sudah pemilik/pembudidaya ikan yang
ada sebanyak 9 orang, ada menggunakan keramba jaring apung
pembudidaya ikan nila (Oreochromis (KJA) di Desa Untemungkur
niloticus) dan ada pembudidaya ikan Kecamatan Muara Kabupaten
mas (Cyprimus Tapanuli Utara Provinsi Sumatera
Carpio).Pembudidaya ikan di Desa Utara. Jumlah populasi pembudidaya
Untemungkur kebanyakan ikan sebanyak 9 orang
membudidayakanjenis ikan mas( Analisis yang digunakan
Cyprimus Carpio) dikarenakan ikan diukur melalui perhitungan I = MT +
ini adalah jenis ikan adat dan di MK, TC= TVC + TFC, π = TR-TC.
gemari oleh masyarakat Tapanuli
I = MT + MK (Investasi)
Utara sebagai ikan
Dimana:
konsumsi,sedangkan ikan nila
I = Total Investasi
(Oreochromis niloticus), di pasarkan
MT= Modal Tetap (MT)
di luar Kabupaten Tapanuli Utara.
MK= Modal Kerja
Adapun tujuan dari penelitian
ini dilakukan adalah: untuk
TC = TVC + TFC
mengetahui keadaan usaha budidaya
Dimana :
ikan sistem keramba jaring apung di
TC = Total Biaya
Desa Untemungkur.
TVC = Biaya Variabel perpanen
Penelitian ini diharapkan
TFC = Biaya Tetap perpanen
dapat memberikan masukan pada
masyarakat Desa Untemungkur
Kecamatan Muara dan para investor π = TR-TC (Keuntungan Usaha)
yang inginmelakukan usaha =P.Q-(FC+VC)
budidaya ikan sistim keramba jaring Dimana :
apung. Selanjutnya penelitian ini
menjadi masukan dan pertimbangan
π = Keuntungan usaha
TR = Total penerimaan,
3
box yang berisi es. Hal ini dilakukan menanggulanginya karena minimnya
pedagang pengumpul agar ikan hasil pengetahuan akan penyakit tersebut.
budidaya dapat dipertahankan Apabila ikan sudah mati baru ada
kondisinya. Pedagang pengumpul perlakuan terhadap ikan tersebut
datang langsung ke lapangan untuk yaitu mengangkat ikan tersebut dari
membeli ikan kepada pembudidaya keramba dengan menggunakan
dimana biaya pengangkutan ikan tangguk agar meminalisir penularan
sampai ke mobil pengangkut kemudian diasingkan dan dijadikan
sepenuhnya ditanggung oleh konsumsi hewan peliharaan.
pedagang pengumpul, pedagang
pengumpul yang datang ke desa Analisis Usaha Keramba Jaring
Untemungkur ini yaitu sebanyak 5 Apung Di Desa Untemungkur
orang. Pedagang pengumpul
selanjutnya akan memasarkan hasil- Investasi
hasil produksi ke daerah- daerah Investasi adalah penanaman atau
yang berada disekitar Kecamatan penggunaan modal dalam bentuk
Muara, dan yang berada disekitar harta kekayaan dengan tujuan untuk
Kabupaten Tapanuli Utara untuk luar menggerakkan atau memperlancar
daerah, pedagang pengumpul suatu usaha (Riyanto, 1983). Modal
mendistribusikannya ke Siborong- dalam usaha dapat digunakan untuk
borong Pajak Horas Siantar, Pajak menghasilkan tambahan kekayaan
Tarutung, pajak Sibolga, dan Medan. atau meningkatkan produksi.
Investasi yang ditanamkan petani
Kendala Usaha Budidaya Ikan ikan Keramba berbeda-beda, hal ini
Dalam Keramba Jaring Apung di tergantung pada besar kecilnya
Desa Untemungkur usaha tersebut. Investasi yang
Secara teknis usaha budidaya ditanamkan merupakan hasil
ikan dalam keramba mudah untuk penjumlahan modal tetap (MT)
dilaksanakan. Namun dalam dengan modal kerja (MK) pada
beberapa kasus sering terjadi usaha budidaya ikan nila dalam
kegagalan yang pada umumnya keramba jaring apung.
disebabkan oleh penerapan
Biaya Tetap
manajemen perikanan yang kurang
Pada usaha budidaya ikan
tepat. Berikut adalah kendala usaha
dalam keramba jaring apung ini ,
budidaya ikan dalam keramba jaring
modal tetap terdiri dari biaya-biaya
apung di Desa Untemungkur yang
pembuatan jaring apung, yang
dialami oleh pembudidaya saat ini.
meliputi: biaya pembelian kerangka
Benih dalam usaha pembesaran ikan
KJA, biaya pembelian, drum,
merupakan hal yang sangat
jangkar, tangguk, tali pengikat, jaring
mendasar. Jika benih yang ditebar
ukuran mata jaring halus rakit, jaring
memeiliki kualitas yang baik maka
ukuran mata jaring haljaring ukuran
peluang usaha untuk memperoleh
1 inchius, upah pemasangan
produksi yang baik semakin besar.
keramba, papan, besi siku, sampan,
Kendala lain yang didahapi
dan pemberat. Pembudidaya di desa
pembudidaya adalah dalam
ini tidak dikenakan biaya sewa
penanganan penyakit. Apabila ada
dikarenakan pembudidaya yang ada
terdapat ikan yang sakit para
di Desa untemungkur adalah
pembudidaya tidak tahu untuk
penduduk setempat sehinnga tidak di
6
yang sangat mendasar. Jika benih dalam keramba jaring apung untuk
yang ditebar memeiliki kualitas yang kategori I Rp161.935.000, dengan
baik maka peluang usaha untuk biaya operasional sebesar
memperoleh produksi yang baik Rp.81.641.568,/panen. Pendapatan
semakin besar. Dari hasil wawancara bersih usaha budidaya yaitu
dengan pembudidaya ikan dalam Rp38.358.432,/panen. Keuntungan
keramba jaring apung seringkali usaha penerimaan total (π/TRx100%),
mengeluh dalam mendatangkan 31.96%
benih, hal ini disebabkan oleh benih Sedangkan besar total
yang didatangkan dari luar memiliki investasi usaha budidaya ikan dalam
jarak tempuh yang cukup jauh keramba jaring apung unuk budidaya
berjarak ±95Km ditambah dengan kategori II yaitu Rp. 130.905.000,-
jalan yang berlobang- lobang dengan biaya operasional sebesar Rp.
sehingga mengakibabkan ikan 61.701.778,-/panen. Keuntungan dari
mengalami stres terkadang benih usaha budidaya ini sebesar
yang baru didatangkan tidak mampu Rp.28.298.222,-/panen Keuntungan
usaha penerimaan total (π/TRx100%)
beradaptasi terhadap lingkungandan
mengalami kematian dan
31.44%. Besarnya keuntungan yang
memyebabkan kerugian bagi
pembudidaya ikan, sementara itu didapat terletak pada pemberian
benih yang di balai pembenihan pakan yang di lakukan oleh
Kecamatan Muara tersebut mutunya pembudidaya ikan dalam keramba
kurang bagus kualitasnya jaring apung dengan teknik
dibandingkan dengan benih yang pemberian pakan yaitu dengan cara
didapat dari daerah lain. mencari alternatif pakan seperti
Kendala lain yang didahapi mengasih ubi kayu yang di rebus dan
pembudidaya adalah dalam terkadang menggantinya dengan
penanganan penyakit. Apabila ada pakan buatan dengan cara
terdapat ikan yang sakit para merebusnya dan diberikan kepada
pembudidaya tidak tahu untuk ikan terkadang 3 kali seminggu dan
menanggulanginya karena minimnya juga memberikan sisa makanan
pengetahuan akan penyakit tersebut. seperti nasi sisa dan memanaskanya
Apabila ikan sudah mati baru ada dan kemudian diberikan kepada ikan
perlakuan terhadap ikan tersebut sebagai salah satu alternatif pakan
yaitu mengangkat ikan tersebut dari sehingga menekan biaya pembelian
keramba dengan menggunakan pakan tidak terlalu besar.
tangguk agar meminalisir penularan Berdasarkan hasil analisis usaha
kemudian diasingkan dan dijadikan yang dilakukan di atas maka
konsumsi hewan peliharaan. disimpulkan bahwa secara finalsial
uhasa budidaya ikan dalam keramba
KESIMPULAN DAN SARAN jaring aung yang dilakukan oleh
pembudidaya di Desa Untemungkur
Dari hasil penelitian yang Kecamatan Muara menguntungkan
telah dilakukan di Desan dan layak di kembangkan
Untemungkur Kecamatan Muara Untuk meningkatkan
pada usaha budidaya dalam keramba produksi ikan pada usaha budidaya
jaring apung diketahui bahwa besar ikan dalam keramba jaring apung
total investasi usaha budidaya ikan dimasa yang akan datang dengan
9
Riau.Skripsi.FaperikaUnri.
Pekanbaru
Pudjosumarto, M. 2001. Evaluasi
Proyek Liberty.
Yogyakarta. 200 hal
Rahardi, R.,Kristiawati dan
Nazaruddin. 1999.
Agribisnis Perikanan.
Penebar Swadaya.
Jakarta. 59 halaman.
Riyanto, B. 1983. Dasar-Dasar
Pembelanjaan
Perusahaan. Gajah Mada
Press. Yogyakarta. 360
halaman
Rochdianto. 2000. Budidaya Ikan di
Jaring Apung, Penebar
Swadaya, Jakarta, 97 hal.
Singarimbun, Masri dan Sofian
Effendi. 1989. Metode
Penelitian Survei. Lembaga
Penelitian Pendidikan,
Penerangan Ekonomi Dan
Sosial. Jakarta. 336 hal
Sinuraya, S., 1999. Pengantar Ilmu
Akuntansi. Press. Jakarta.
352 halaman.
Soeharjo, 2000., Sendi-sendi Pokok
Usaha Tani. Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta. 94
halaman
Umar, H, 1999. Studi Kelayakan
Bisnis, Penerbit PT.
Gramedia. Jakarta. 210
hal
Nazir, M., 2003. Metode Penelitian.
Ghalia Indonesia.Jakarta. 542
halaman