Anda di halaman 1dari 10

1

ANALISIS KEADAAN USAHA BUDIDAYA IKAN SISTEM KERAMBA


JARING APUNG ( KJA) DI DANAU TOBA ( KASUS DESA
UNTEMUNGKUR KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI
UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA)
By
Fadly Sitompul1) M. Ramli2), Lamun Bathara2)
Email: fadly.sitompul89@gmail.com

ABSTRACT

This study was conducted on May 7 to 15, 2014, aims to determine how
much investment and operational costs and problems faced by farmers in the
cultivation of fish in floating net cages in the village Untemungkur. The method
used in this research is to conduct interviews respondents were 9 people divided
into Category I and Category II
From the research that has been conducted in the village of Muara
Untemungkur on farming in floating net cages in mind that a large total
investment of fish farming in floating net cages for category I Rp.161.935.000,
with operating expenses of Rp.81.641.568, / harvest. Net income is farming
Rp38.358.432, / harvest. As for category II total investment fish farming in
floating net cage aquaculture transform Rp.130.905.000 category II, namely, - the
operating expenses of Rp.61.701.778, - / harvest. The advantages are achieved net
farmers in this village is supported by the ability of farmers in the supplementary
feeding.

Keyword : Village Untemungkur , investment , Business Advantage (π)

1) Student of the Faculty of fisheries and Marine Science, University of Riau


2) Lecturer of the Faculty of fisheries and Marine Science, University of Riau

PENDAHULUAN pada ketinggian sekitar 905 meter


diatas permukaan laut.
Danau Toba merupakan salah Keramba jaring apung adalah
satu perairan umum yang terletak di suatu wadah pemeliharaan ikan
Provinsi Sumatera Utara yang berupa kantong jaring yang letaknya
mempunyai luas perairan 112.970 Ha terapung di permukaan air.
dan mempunyai potensi perikanan Pemeliharaan ikan dalam keramba
yang cukup baik untuk jaring apung tersebut merupakan
dikembangkan. Kawasan daerah kegiatan ekonomi masyarakat
danau Toba merupakan kawasan dengan memanfaatkan sumberdaya
yang strategis dan dikelilingi 5 alam, tenaga kerja dan teknologi
kabupaten yaitu Kabupaten Dairi, yang tersedia. Masyarakat tidak
Karo, Simalungun, Toba Samosir hanya berupaya memproduksi atau
dan Tapanuli Utara serta Humbang menghasilkan ikan untuk memenuhi
Hasundutan. Danau Toba terletak kebutuhan rumah tangga saja, akan
tetapi juga untuk memenuhi
2

permintaan pasar. Selain itu tentunya bagi pemerintah serta pihak terkait
juga dengan usaha tersebut lainya dalam upaya pengembangan
diharapkan akan membuka lapangan pengembangan sektor perikanan
kerja baru dan kesempatan berusaha terutama di Desa Untemungkur
bagi masyarakat. dimasa yang akan datang.
Di Danau Toba Desa
Untemungkurtelah di kembangkan METODE PENELITIAN
KJA. Diawal tahun 2007 salah satu
warga Untemungkur mencoba Penelitian ini dilaksanakan
membudidayakan ikan dengan sistem pada tanggal 07Mei sampai dengan
keramba jaring apung ini yaitu ikan 15 Mei 2014 di Desa Untemungkur.
Mas (Cyprimus Carpio), dan usaha Metode yang digunakan
di kelola secara mandiri dan di bantu dalam penelitian ini adalah metode
oleh anggota keluarga. Dari survey yaitu melakukan pengamatan,
pengalaman penbudidaya yang pengambilan data dan informasi
pertama, lalu warga Untemungkur secara langsung dilapangan dengan
yang lain mengikuti jejak menggunakan kuisioner sebagai alat
pembudidaya yang dilihatnya pengambilan data yang pokok.
semakin lama semakin maju.Sampai Dalam penelitian ini yang
sekarang jumlah pembudidaya ikan menjadi populasi adalah
sistem keramba jaring apung sudah pemilik/pembudidaya ikan yang
ada sebanyak 9 orang, ada menggunakan keramba jaring apung
pembudidaya ikan nila (Oreochromis (KJA) di Desa Untemungkur
niloticus) dan ada pembudidaya ikan Kecamatan Muara Kabupaten
mas (Cyprimus Tapanuli Utara Provinsi Sumatera
Carpio).Pembudidaya ikan di Desa Utara. Jumlah populasi pembudidaya
Untemungkur kebanyakan ikan sebanyak 9 orang
membudidayakanjenis ikan mas( Analisis yang digunakan
Cyprimus Carpio) dikarenakan ikan diukur melalui perhitungan I = MT +
ini adalah jenis ikan adat dan di MK, TC= TVC + TFC, π = TR-TC.
gemari oleh masyarakat Tapanuli
I = MT + MK (Investasi)
Utara sebagai ikan
Dimana:
konsumsi,sedangkan ikan nila
I = Total Investasi
(Oreochromis niloticus), di pasarkan
MT= Modal Tetap (MT)
di luar Kabupaten Tapanuli Utara.
MK= Modal Kerja
Adapun tujuan dari penelitian
ini dilakukan adalah: untuk
TC = TVC + TFC
mengetahui keadaan usaha budidaya
Dimana :
ikan sistem keramba jaring apung di
TC = Total Biaya
Desa Untemungkur.
TVC = Biaya Variabel perpanen
Penelitian ini diharapkan
TFC = Biaya Tetap perpanen
dapat memberikan masukan pada
masyarakat Desa Untemungkur
Kecamatan Muara dan para investor π = TR-TC (Keuntungan Usaha)
yang inginmelakukan usaha =P.Q-(FC+VC)
budidaya ikan sistim keramba jaring Dimana :
apung. Selanjutnya penelitian ini
menjadi masukan dan pertimbangan
π = Keuntungan usaha
TR = Total penerimaan,
3

P = Harga; Q = jumlah ikan Karakteristik Pembudidaya Ikan


TC = Total Cost, FC = Biaya tetap Dalam Keramba Jaring Apung
VC = Biaya variable
Tingkat keuntungan Usaha budidaya ikan dalam
jaring apung yang dilakukan
- Keuntungan atas penerimaan sebagian adalah usahatambahan bagi
total = π/TRx100% pembudidaya. Dalam hal ini
pekerjaan pokok mereka adalah
sebagai petani sawah, pedagang, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pegawai negeri Untuk melakukan
usaha budidaya ini pembudidaya
Keadaan Usaha Budidaya Ikan
pernah mendapatkan penyuluhan
Dalam Keramba Jaring Apung
maupun bantuan berupa peminjaman
Adapun ikan yang di
modal dari pemerintah maupun pihak
budidayakan adalah pembudidaya
lain. Oleh sebab itu banyak
ikan nila (Oreochromis niloticus) dan
masyarakat berminat untuk menjadi
pembudidaya ikan mas (Cyprimus
pembudidaya dan untuk pengetahuan
Carpio) dan kebanyakan
dalam membudidaya ikan petani
pembudidaya ikan di desa ini yaitu
memperolehnya dari penyuluh dan
jenis ikan mas ( Cyprimus Carpio)
pembudidaya lain yang sudah lebih
dikarenakan ikan ini adalah jenis
dahulu dan sudah berpengalaman
ikan adat dan di gemari oleh
melakukan usaha budidaya ikan
masyarakat Tapanuli Utara
dalam jaring apung. Sehingga antara
sedangkan ikan nila (Oreochromis
pembudidaya dengan pembudidaya
niloticus) kebanyakan di pasarkan di
lainnya saling membantu dalam
sekitar luar Kabupaten Tapanuli
berbagi informasi mengenai usaha
Utara.
budidaya ikan dalam keramba jaring
Usaha budidaya ikan dalam
apung.
keramba jaring apung yang
dilakukan penduduk setempat sudah
Benih dan Pakan
dimulai sejak tahun 2007, dimana
Dalam usaha budidaya ikan,
jumlah Pembudidaya sebanyak 1
penyediaan benih yang baik sangat
orang. Berkat keberhasilan hasil
penting untuk menghasilkan
budidaya ikan yang menguntungkan
produksi ikan yang tinggi. Benih
maka jumlah Pembudidaya terus
tersebut harus sudah cukup umur dan
meningkat. Pada saat penelitian
ukurannya sudah memenuhi syarat
tercatat jumlah Pembudidaya adalah
untuk dilepas. Pada usaha budidaya
sebanyak 9 orang, dikarenakan
ikan dalam jaring apung di Desa
banyaknya keuntungan yang
Untemungkur, ketersediaan benih
didapatkan sehingga penduduk
menjadi kendala karena benih
setempat tertarik untuk
diperoleh dari lokasi yang cukup
membudidayakan ikan dalam
jauh. Balai Pembenihan milik
keramba jaring apung. Peneliti
pemerintah Kecamatan Muara yang
meneliti semua pembudidaya dalam
berada tidak jauh dari Desa
keramba jaring apung.
Untemungkur belum bisa
menyediakan benih ikan yang
berkualitas yang sesuai dengan
permintaan pembudidaya. Oleh
4

sebab itu pembudidaya membeli ahli. Ukuran tenaga kerja dapat


benih dari daerah lain yang cukup dinyatakan dalam harian orang kerja
jauh yaitu berasal dari Siantar dan (HOK), dimana upah tenaga kerja
Samosir yang menempuh jarak perhari(1HOK) di desa Untemungkur
sekitar ± 95 km atau menempuh yaitu Rp.60.000,-sedangkan dalam
waktu sekitar ±3 jam. analisis ketenagakerjaan diperlukan
standarisasi tenaga kerja yang
Selain benih, faktor pakan biasanya disebut dengan hari kerja
juga perlu diperhatikan karena salah setara pria (HKSP).
satu faktor yang menentukan
keberhasilan budidaya dalam jaring Hama dan Penyakit
adalah jumlah dan kualitas pakan Hama adalah organisme
yang diberikan. Sesuai dengan pengganggu yang dapat
pendapat Cahyono dalam Mulia mengakibatkan kerugian atau
(2011) bahwa pakan sangat kerusakan suatu usaha budidaya.
berpengaruh terhadap perkembangan Menurut Khairuman (2002) hama
dan pertumbuhan ikan. ketika masih yang umum menyerang ikan
benih, makanan yang disukai ikan keramba yaitu biawak, ular, dan
mas dan nila adalah zooplankton. burung. Sedangkan jenis hama yang
Selain itu juga memangsa alga atau banyak mengganggu ikan keramba
lumut yang menempel pada benda- dalam jaring apung di Desa
benda di habitat hidupnya dan Untemungkur adalah ular air,
tanaman air yang tumbuh di perairan burung, berang-berang atau
budidaya Dan sesudah dewasa ikan pemangsa ikan lainnya. Hal ini
kerambah dapat diberi makanan disebabkan kurangnya pengontrolan
tambahan seperti pelet. dari petani. Untuk menanggulangi
hama usaha budidaya dalam keramba
Tenaga Kerja di Desa Untemungkur pembudidaya
Tenaga kerja dalam hal ini seringkali pembudidaya melakukan
petani merupakan faktor penting dan patroli terhadap keramba jaring
perlu diperhitungkan dalam proses apung.
produksi komoditas pertanian.
Tenaga kerja harus mempunyai Pemasaran
kualitas berpikir yang maju seperti Di Desa Untemungkur ikan
petani yang mampu mengadopsi hasil budidaya tersebut setelah
inovasi-inovasi baru terutama dalam dipanen sebagian kecilnya di
menggunakan teknologi untuk pasarkan langsung kepada warga
pencapaian. sekitar dalam keadaan hidup dan
Curahan tenaga kerja adalah masih segar dan kemudian sebagian
besarnya tenaga kerja efektif yang besarnya ikan di jual kepada
dipakai. Usahatani yang mempunyai pedangang pengumpul yang datang
ukuran lahan berskala kecil biasanya dari luar daerah sepeti dari
disebut usahatani skala kecil dan Siborong- borong, Sibolga, Siantar
biasanya menggunakan tenaga kerja dan Medan. Di Desa Untemungkur
keluarga. Lain halnya dengan ini ikan hasil pembesaran diangkut
usahatani berskala besar, selain dengan menggunakan kantong yang
menggunakan tenaga kerja luar berisi air dan oksigen dan ada juga
keluarga juga memiliki tenaga kerja yang diangkutdengan menggunakan
5

box yang berisi es. Hal ini dilakukan menanggulanginya karena minimnya
pedagang pengumpul agar ikan hasil pengetahuan akan penyakit tersebut.
budidaya dapat dipertahankan Apabila ikan sudah mati baru ada
kondisinya. Pedagang pengumpul perlakuan terhadap ikan tersebut
datang langsung ke lapangan untuk yaitu mengangkat ikan tersebut dari
membeli ikan kepada pembudidaya keramba dengan menggunakan
dimana biaya pengangkutan ikan tangguk agar meminalisir penularan
sampai ke mobil pengangkut kemudian diasingkan dan dijadikan
sepenuhnya ditanggung oleh konsumsi hewan peliharaan.
pedagang pengumpul, pedagang
pengumpul yang datang ke desa Analisis Usaha Keramba Jaring
Untemungkur ini yaitu sebanyak 5 Apung Di Desa Untemungkur
orang. Pedagang pengumpul
selanjutnya akan memasarkan hasil- Investasi
hasil produksi ke daerah- daerah Investasi adalah penanaman atau
yang berada disekitar Kecamatan penggunaan modal dalam bentuk
Muara, dan yang berada disekitar harta kekayaan dengan tujuan untuk
Kabupaten Tapanuli Utara untuk luar menggerakkan atau memperlancar
daerah, pedagang pengumpul suatu usaha (Riyanto, 1983). Modal
mendistribusikannya ke Siborong- dalam usaha dapat digunakan untuk
borong Pajak Horas Siantar, Pajak menghasilkan tambahan kekayaan
Tarutung, pajak Sibolga, dan Medan. atau meningkatkan produksi.
Investasi yang ditanamkan petani
Kendala Usaha Budidaya Ikan ikan Keramba berbeda-beda, hal ini
Dalam Keramba Jaring Apung di tergantung pada besar kecilnya
Desa Untemungkur usaha tersebut. Investasi yang
Secara teknis usaha budidaya ditanamkan merupakan hasil
ikan dalam keramba mudah untuk penjumlahan modal tetap (MT)
dilaksanakan. Namun dalam dengan modal kerja (MK) pada
beberapa kasus sering terjadi usaha budidaya ikan nila dalam
kegagalan yang pada umumnya keramba jaring apung.
disebabkan oleh penerapan
Biaya Tetap
manajemen perikanan yang kurang
Pada usaha budidaya ikan
tepat. Berikut adalah kendala usaha
dalam keramba jaring apung ini ,
budidaya ikan dalam keramba jaring
modal tetap terdiri dari biaya-biaya
apung di Desa Untemungkur yang
pembuatan jaring apung, yang
dialami oleh pembudidaya saat ini.
meliputi: biaya pembelian kerangka
Benih dalam usaha pembesaran ikan
KJA, biaya pembelian, drum,
merupakan hal yang sangat
jangkar, tangguk, tali pengikat, jaring
mendasar. Jika benih yang ditebar
ukuran mata jaring halus rakit, jaring
memeiliki kualitas yang baik maka
ukuran mata jaring haljaring ukuran
peluang usaha untuk memperoleh
1 inchius, upah pemasangan
produksi yang baik semakin besar.
keramba, papan, besi siku, sampan,
Kendala lain yang didahapi
dan pemberat. Pembudidaya di desa
pembudidaya adalah dalam
ini tidak dikenakan biaya sewa
penanganan penyakit. Apabila ada
dikarenakan pembudidaya yang ada
terdapat ikan yang sakit para
di Desa untemungkur adalah
pembudidaya tidak tahu untuk
penduduk setempat sehinnga tidak di
6

kenakan biaya sewaan dikarenakan pembudidayaan keramba jaring


setiap warga yang berada di desa apung tanpa dikenakan biaya
untemungkur bebas melakukan sewaan.

Tabel 1.Rata-Rata Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Dalam Keramba


Jaring Apung Perpanen Di Desa Untemungkur Tahun 2014
No Pembudidaya Rata-rata Biaya Tetap
(Rp/panen
1 Kategori I 4.531.568
2 Kategori II 3.771.778

Biaya Tidak tetap (TVC) pembudidaya adalah biaya


Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) pembelian benih, biaya pembelian
adalah biaya yang dikeluarkan pakan, upah tenaga kerja dan biaya
pembudidaya dalam melakukan pembayaran listrik. Dan untuk
usahanya yang jumlahnya tergantung mengetahui rata-rata biaya tidak
pada jumlah produksi. Biaya tidak tetap pada usaha budidaya ikan
tetap yang dikeluarkan oleh dalam keramba jaring apung.

Tabel 2. Rata-Rata Biaya Tidak Tetap Usaha Budidaya Ikan Dalam


Keramba Jaring Apung Di Desa Untemungkur Kecamatan
Muara Perpanen Tahun 2014
No Jenis Pengeluaran Jumlah Modal Rp /Panen
Kategori I Kategori II
1 Upah tenaga kerja 6.480.000 4.725.000
2 Pembelian pakan 50.700.000 39.000.000
3 Benih ikan 19.880.000 14.175.000
4 Biaya Listrik 50.000 30.000
Jumlah 77.110.000 57.930.000

Tabel.3. Rata-Rata Total Biaya Produksi Usaha Budidaya Ikan Dalam


Keramba Jaring Apung Di Desa Untemungkur Kecamatan Muara
Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara
No Biaya Produksi Rata-rata Total Biaya Produksi
TC= TFV+TVC (Rp/panen)
Kategori I Kategori II
1 Biaya Tetap 4.531.568 3.771.778
2 Biaya Tidak Tetap 77.110.000 57.930.000
Jumlah 81.641.568 61.701.778
7

Keuntungan Usaha berpengaruh pada kelangsungan


Keuntungan Usaha yaitu usaha tersebut. Untuk mengetahui
pendapatan kotor dengan total biaya rata-rata pendapatan bersih yang
produksi yang dikeluarkan dalam diterima oleh pembudidaya ikan
satu kali periode produksi. Besar dalam keramba jaring apung di Desa
kecilnya pendapatan bersih yang Untemungkur.
diterima oleh pembudidaya dapat .

Tabel.4. Rata-Rata Total Penerimaan Usaha Budidaya Ikan Dalam


Keramba Jaring Apung Perpanen Di Desa Untemungkur
Kecamatan Muara Tahun 2014
No Pembudidaya Q P TR=Px-Q
(Rp/panen) (Rp/panen) (Rp/panen)
1 Kategori I 6.000 20.000 120.000.000
2 Kategori II 4.500 20.000 90.000.000

Analisis Keuntungan Usaha financial dengan menggunakan


berbagai criteria.Analisis kelayakan
Analisis bertujuan untuk usaha,TR, TC, π, Investasi, dan
melihat apakah usaha keramba jaring keuntungan usaha total.
apung yang ada di Desa
Untemungkur layak untuk secara
Tabel.5. Nilai Parameter Keuntungan Usaha Budidaya Ikan Dalam
Keramba Jaring Apung Di Desa Untemungkur Kecamatan
MuaraTahun 2014
No Uraian Jumlah (Rp)
Kategori I Kategori II
1 Total Penerimaan (TR) 120.000.000 90.000.000
2 Total Biaya (TC) 81.641.568 61.701.778
3 Investasi 161.935.000 130.905.000
4 Keuntungan Usaha (π ) 38.358.432 28.298.222
5 penerimaan total
(π/TRx100%) 31.96 31.44

Secara teknis usaha budidaya


Kendala Usaha Budidaya Ikan ikan dalam keramba mudah untuk
Dalam Keramba Jaring Apung di dilaksanakan. Namun dalam
Desa Untemungkur beberapa kasus sering terjadi
Kegiatan usaha budidaya ikan kegagalan yang pada umumnya
dalam keramba jaring apung disebabkan oleh penerapan
membutuhkan input berupa uang manajemen perikanan yang kurang
sebagai modal juga saran lainnya tepat. Berikut adalah kendala usaha
yang tidak sedikit. Oleh karena itu, budidaya ikan dalam keramba jaring
sebelum memulai usaha persiapan apung di Desa Untemungkur yang
harus dilakukan sungguh-sungguh dialami oleh pembudidaya saat ini.
untuk meminimalisir kegagalan. Benih dalam usaha
pembesaran ikan merupakan hal
8

yang sangat mendasar. Jika benih dalam keramba jaring apung untuk
yang ditebar memeiliki kualitas yang kategori I Rp161.935.000, dengan
baik maka peluang usaha untuk biaya operasional sebesar
memperoleh produksi yang baik Rp.81.641.568,/panen. Pendapatan
semakin besar. Dari hasil wawancara bersih usaha budidaya yaitu
dengan pembudidaya ikan dalam Rp38.358.432,/panen. Keuntungan
keramba jaring apung seringkali usaha penerimaan total (π/TRx100%),
mengeluh dalam mendatangkan 31.96%
benih, hal ini disebabkan oleh benih Sedangkan besar total
yang didatangkan dari luar memiliki investasi usaha budidaya ikan dalam
jarak tempuh yang cukup jauh keramba jaring apung unuk budidaya
berjarak ±95Km ditambah dengan kategori II yaitu Rp. 130.905.000,-
jalan yang berlobang- lobang dengan biaya operasional sebesar Rp.
sehingga mengakibabkan ikan 61.701.778,-/panen. Keuntungan dari
mengalami stres terkadang benih usaha budidaya ini sebesar
yang baru didatangkan tidak mampu Rp.28.298.222,-/panen Keuntungan
usaha penerimaan total (π/TRx100%)
beradaptasi terhadap lingkungandan
mengalami kematian dan
31.44%. Besarnya keuntungan yang
memyebabkan kerugian bagi
pembudidaya ikan, sementara itu didapat terletak pada pemberian
benih yang di balai pembenihan pakan yang di lakukan oleh
Kecamatan Muara tersebut mutunya pembudidaya ikan dalam keramba
kurang bagus kualitasnya jaring apung dengan teknik
dibandingkan dengan benih yang pemberian pakan yaitu dengan cara
didapat dari daerah lain. mencari alternatif pakan seperti
Kendala lain yang didahapi mengasih ubi kayu yang di rebus dan
pembudidaya adalah dalam terkadang menggantinya dengan
penanganan penyakit. Apabila ada pakan buatan dengan cara
terdapat ikan yang sakit para merebusnya dan diberikan kepada
pembudidaya tidak tahu untuk ikan terkadang 3 kali seminggu dan
menanggulanginya karena minimnya juga memberikan sisa makanan
pengetahuan akan penyakit tersebut. seperti nasi sisa dan memanaskanya
Apabila ikan sudah mati baru ada dan kemudian diberikan kepada ikan
perlakuan terhadap ikan tersebut sebagai salah satu alternatif pakan
yaitu mengangkat ikan tersebut dari sehingga menekan biaya pembelian
keramba dengan menggunakan pakan tidak terlalu besar.
tangguk agar meminalisir penularan Berdasarkan hasil analisis usaha
kemudian diasingkan dan dijadikan yang dilakukan di atas maka
konsumsi hewan peliharaan. disimpulkan bahwa secara finalsial
uhasa budidaya ikan dalam keramba
KESIMPULAN DAN SARAN jaring aung yang dilakukan oleh
pembudidaya di Desa Untemungkur
Dari hasil penelitian yang Kecamatan Muara menguntungkan
telah dilakukan di Desan dan layak di kembangkan
Untemungkur Kecamatan Muara Untuk meningkatkan
pada usaha budidaya dalam keramba produksi ikan pada usaha budidaya
jaring apung diketahui bahwa besar ikan dalam keramba jaring apung
total investasi usaha budidaya ikan dimasa yang akan datang dengan
9

memamfaatkan potensi yang sangat Pengelolaan Budidaya Ikan


besar diharapkan penyediaan benih dalam Keramba Jaring Apung
dapat diperoleh dari balai Tancap Ramah Lingkungan
pembenihan ikan Kecamatan Muara di Perairan Waduk dan Danau
dan memperhatikan kwalitas benih Serbaguna. Prosiding
supaya pembudidaya ikan tidak Simposium Perikanan
membeli ikan dari luar daerah dan Indonesia II.
meminimalisir kematian benih ikan Kartono, W. S., 1981. Manajemen
sampai penangkaran. Pemasaran. Universitas
Kemudian Pembudidaya ikan Indonesia Press. Jakarta. 329
lebih kreatif lagi didalam pemberian halaman
pakan dan mencari ide-ide baru Khairuman, 2002. Budidaya Patin
untuk mencari alternatif pakan Secara Intensif. PT. Agro
sehinggamenekanbiaya pembelian Media Pustaka. Jakarta.
pakan yang memerlukan biaya yang 89 halaman
besar. Khairuman dan Khairul,A. 2006.
DAFTAR PUSTAKA Kiat Mengatasi
Permasalahan Praktis
Asmawi, S., 1996. Pemeliharaan Budidaya Ikan Nila Secara
Ikan Dalam Keramba. PT. Intensif. Penerbit PT.
Gramedia. Jakarta. 82 Agromedia. Jakarta. 145
halaman hal.
Meriza, Y,.2008. Analisis Finansial
Baihaqi, Mulya, 2011, Analisis
Usaha Budidaya Ikan
finansial usaha budidaya ikan
Nila Di Nagari Koto
nila (oreochromis nilloticus)
Kaciak Kecamatan
dalam keramba jaring apung,
Tanjung Raya Kabupaten
di waduk PLTA Koto
Agam Provinsi Sumatera
Panjang Desa Meranginn
Barat. Skripsi.
Kecamatan Bangkinang Barat
FaperikaUnri.
Kabupaten Kampar Provinsi
Pekanbaru.83 halaman.
Riau.
Mubyarto, 2001. Pengantar ekonomi
Copes, P., 1994. Ekonomi Perikanan.
Perikanan. LP3ES.
Gramedi. Jakarta. 195 halaman.
Jakarta. 305 halaman.
Gultom, 2002. Prospek
Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi
Pengembangan Usaha
Pertanian. Lembaga
Budidaya Ikan Mas Dalam
Penelitian Pendidikan dan
Jaring Apung di Danau
Penerangan Ekonomi dan
Toba, Desa Pasar
Sosial (LP3ES). Jakarta. 305
Pangururan, Kabupaten
hal
Toba Samosir. Skripsi.
Mulia, B,.2011. Analisis Finansial
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Usaha Budidaya Ikan Nila
Kelautan. IPB .Bogor
Dalam Keramba Jaring
Hadikoesworo,H., 2000. Penelitian
Apung Di Waduk PLTA
Ekonomi Budidaya Perikanan
Koto Panjang Desa Merangin
Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.
Kecamatan Bangkinang Barat
150 halaman.
Provinsi
Kartamihardja,E.S. 1997.
Pengembangan dan
10

Riau.Skripsi.FaperikaUnri.
Pekanbaru
Pudjosumarto, M. 2001. Evaluasi
Proyek Liberty.
Yogyakarta. 200 hal
Rahardi, R.,Kristiawati dan
Nazaruddin. 1999.
Agribisnis Perikanan.
Penebar Swadaya.
Jakarta. 59 halaman.
Riyanto, B. 1983. Dasar-Dasar
Pembelanjaan
Perusahaan. Gajah Mada
Press. Yogyakarta. 360
halaman
Rochdianto. 2000. Budidaya Ikan di
Jaring Apung, Penebar
Swadaya, Jakarta, 97 hal.
Singarimbun, Masri dan Sofian
Effendi. 1989. Metode
Penelitian Survei. Lembaga
Penelitian Pendidikan,
Penerangan Ekonomi Dan
Sosial. Jakarta. 336 hal
Sinuraya, S., 1999. Pengantar Ilmu
Akuntansi. Press. Jakarta.
352 halaman.
Soeharjo, 2000., Sendi-sendi Pokok
Usaha Tani. Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta. 94
halaman
Umar, H, 1999. Studi Kelayakan
Bisnis, Penerbit PT.
Gramedia. Jakarta. 210
hal
Nazir, M., 2003. Metode Penelitian.
Ghalia Indonesia.Jakarta. 542
halaman

Anda mungkin juga menyukai