Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No.

1, Januari 2019

PPH PASAL 23 – MASA FEBRUARI 2017


( STUDI KASUS PADA PT ELNUSA FABRIKASI KONSTRUKSI JAKARTA )

Setiadi
Dosen tetap Prodi Akuntansi Unsurya
tedi.hartoko@gmail.com

ABSTRACT

Article 23 Income Tax, which is the tax imposed on Services and Leases made by a company. The
research object itself is engaged in maintenance services for oil & gas equipment and construction
equipment construction. Article 23 Income Tax on Services and Leases made by a company is
calculated based on DPP or gross income from the value of Services or Rent, Deposit of Income
Tax Article 23 through a Perception Bank or registered Tax Office on the 10th of the following
month after the tax period ends. After that, the Article 23 Income Tax SPT Report is carried out on
the 20th of the following month after the tax period ends. If there is a delay in Deposit and
Reporting, and Recording is in accordance with applicable accounting standards
Keywords: Pph Article 23, Construction Services, Rent

1. PENDAHULUAN Teknik pengumpulan data yaitu :


1.1. Latar Belakang Masalah Studi kepustakaan yaitu kegiatan membaca
Pajak sendiri terdiri dari Pajak dan mempelajari dari sumber buku yang
Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
& Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN oleh penulis
& PPnBM), Bea Materai & Pajak Bumi dan Teknik pengumpulan data dengan cara
Bangunan Pajak (PBB). Pajak Penghasilan langsung ke lokasi objek penelitian, yaitu
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, PPh dengan cara :
21,PPh 22, PPh 23, PPH 24, PPh 25 dan PPh Pengamatan ( Observation ), yaitu teknik
26. Untuk tarif serta Penghitungannya memperoleh data dengan cara mengamati
berbeda-beda sesuai dengan UU Pajak objek yang diteliti secara langsung pada PT
Penghasilan yang berlaku. Elnusa Fabrikasi Konstruksi Jakarta.
Menurut Dirjen Jenderal Pajak (DJP)
untuk Pajak penghasilan ps. 23 dikenakan 2. TINJAUAN PUSTAKA
atas penghasilan Wajib Pajak pribadi atau 2.1. Pengertian Pajak
Bentuk Usaha Tetap (BUT) dalam Negeri Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan
berdasarkan modal, penyerahan Jasa atau oleh orang pribadi atau Badan yang memiliki
kegiatan selain yang telah dipotong PPh ps. penghasilan kepada Negara, yang dimana
21. hasilnya akan digunakan untuk kepentingan
umum, seperti membangun fasilitas-fasilitas
1.2. Metodologi Penulisan

15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

umum untuk masyarakat, dan juga untuk Fungsi regulair disebut juga fungsi
mensejahterakan masyarakat. tambahan yaitu pajak digunakan sebagai alat
Menurut UU No. 28 tahun 2007 pasal 1 untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tentang ketentuan Umum dan Perpajakan letaknya diluar bidang keuangan. Disebut
dalam buku Pengantar Ilmu Pajak karangan sebagai fungsi tambahan karena hanya
Haula Rosdiana dan Edi slamet Irianto sebagai fungsi pelengkap dari fungsi utama
(2012:1) menyebutkan bahwa : pajak sebagai sumber pemasukan dan
“ Pajak merupakan suatu kontribusi wajib penerimaan dana bagi Pemerintah. Untuk
kepada Negara yang terhutang oleh setiap mencapai tujuan tertentu maka pajak
Orangmaupun Badan yang sifatnya digunakan sebagai alat kebijaksanaan untuk
memakasa namun tetap berdasarkan mencapai tujuan tersebut.
Undang-Undang, dan tidak mendapat
imbalan secara langsung. Serta digunakan 2.3. Hukum Pajak
untuk kebutuhan Negara juga kemakmuran Pengertian Hukum dibagi menjadi 2 yaitu:
rakyat ”. a. Pengertian Hukum Pajak Material
Dari definisi diatas dapat disimpulkan
Menurut Mansury dalam buku Pengantar
bahwa, Pajak merupakan Iuran Wajib atas
Ilmu Pajak karangan Haula Rosdiana dan Edi
dasar Undang-Undang kepada Negara untuk
Slamet Irianto (2012:121) adalah dalam
membiayai pengeluaran umum Negara, dan
Hukum Pajak Material diatur Subjek Pajak,
sifatnya dapat dipaksakan kepada setiap
Objek Pajak dan Tarif Pajak.
Orang Pribadi atau Badan.
b. Pengertian Hukum Pajak Formal
Hukum Pajak Formal adalah peraturan
2.2. Fungsi Pajak
yang mengatur tentang prosedur pelaksanaan
Dalam Perpajakan Indonesia Edisi 2
yang berkenaan dengan administrasi pajak
Revisi karangan Diaz Priantara (2013:4)
atau instansi pajak dan berbagai tata cara
Fungsi Pajak ada 2 yaitu ;
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban
a. Fungsi budgetair (Pendanaan)
Wajib Pajak dan aparat pajak.
Fungsi budgetair adalah fungsi yang
Menurut Brotodiharjo dalam buku
letaknya disektor publik dan pajak
Pengantar Ilmu Pajak karangan Haula
merupakan suatu alat atau sumber untuk
Rosdiana dan Edi Slamet Irianto (2012:121)
memasukkan uang sebanyak banyaknya ke
menyatakan bahwa: “yang termasuk hukum
dalam kas Negara yang pada waktunya akan
pajak formal adalah peraturan-peraturan
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
mengenai cara-cara untuk menjelmakan
tertentu yang letakna diluar bidang keuangan.
hukum material tersebut di atas menjadi
b. Fungsi regulair (Mengatur)
suatu kenyataan. Bagian hukum ini memuat

16
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

cara-cara penyelenggaraan mengenai 2.5. Pajak Penghasilan


penetapan suatu utang pajak, kontrol oleh Menurut Diaz Priantara dalam bukunya
pemerintah terhadap penyelenggaraannya, yang berjudul Perpajakan Indonesia edisi 3
kewajiban para wajib pajak (sebelum dan (2016:173), menjelaskan bahwa: “PPh
sesudah menerima surat ketetapan pajak), adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah
kewajiban pihak ketiga, dan pula prosedur Pusat dan memberikan kontribusi signifikan
dalam pemungutannya”. kepada penerimaan Negara. PPh merupakan
pajak langsung karena beban pajak ini
2.4. Sistem Pemungutan Pajak langsung dipikul oleh penerima atau pemilik
Dalam buku Perpajakan Indonesia penghasilan”.
karangan Chairil Anwar Pohan (2014:33-34)
terdapat tiga sistem pemungutan pajak yaitu 2.6. Pajak Penghasilan Pasal 23
sebagai berikut: Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23
a. Official Assessment System (Pemungutan dalam buku Perpajakan Indonesia karangan
dengan sistem ketetapan). Dwikora Harjo (2013:145) adalah, Pajak
Adalah suatu sistem pemungutan pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)
yang kepada fiskus untuk menentukan merupakan salah satu jenis uang muka Pajak
besarnya pajak yang terhutang. Dalam Penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajak
sistem ini inisiatif dan kegiatan dalam Badan dalam Negeri atau Badan Usaha Tetap
menghitung pajak sepenuhnya ada pada atas penghasilan tertentu yang diterima yang
aparatur perpajakan. berasal dari modal, penyerahan jasa atau
b. Self Assessment System (Sistem penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan
Menghitung Pajak Sendiri) pemotongannya oleh Badan Pemerinta,
Adalah susatu sistem pemungutan pajak Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan
yang memberikan wewenang, kepercayaan perusahaan luar negeri lainnya,
dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak penyelenggaraan kegiatan serta Orang
untuk melaksanakan sendiri kewajiban dan Pribadi sebagai Wajib Pajak dalam Negeri
hak perpajakannya. yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Withholding Tax System Menurut keputusan Direktur Jenderal
Adalah suatu sistem pemungutan pajak, Pajak Nomor Kep-50/PJ/1994, WP orang
yang memberikan wewenang kepada pihak pribadi dalam negeri yang ditunjuk Kepala
tertentu atau pihak ketiga (withholder) untuk KPP sebagai pemotong PPh Pasal 23 atas
memotong atau memungut pajak yang pembayaran sewa adalah:
terhutang berdasarkan prosentasi tertentu a. Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat
terhadap jumlah pembayaran yang dilakukan pembuat akte tanah (PPAT) kecuali
dengan penerima penghasilan. Pejabat Pembuat Akte Tanah tersebut

17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

adalah Camat, Pengacara dan Konsultan Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) Nomor 7
yang melakukan pekerjaan bebas. tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
b. Orang pribadi yang enjalankan usaha sebagaimana telah diubah terakhir kali
yang menyelenggarakan pembukuan. dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Dalam buku Perpajakan karangan Diana Nomor 36 tahun 2008 menetapkan:
Sari (2014:132) subjek pajak PPh Pasal 23 1. Sebesar 15% (Lima belas persen) dari
adalah: jumlah bruto atas:
a. Wajib Pajak dalam negeri (Orang pribadi a. Deviden sebagaimana dimaksud dalam
atau Badan) pasal 4 ayat (1) huruf g.
b. Bentuk Usaha Tetap (BUT). b. Bunga sebagaimana dimaksud dalam
Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 pasal 4 ayat (1) huruf f.
sesuai dengan PPh Pasal 23 UU No. 36 tahun c. Royalti, dan
2008, yaitu: d. Hadiah, penghargaan, bonus dan
a. Deviden sejenisnya selain yang telah dipotong
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan Pajak Penghasilan sebagaimana
imbalan karena jaminan pengembalian dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
utang. huruf e.
c. Royalti 2. Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah
d. Hadiah,Penghargaan, Bonus dan bruto atas:
sejenisnya selain yang telah dipotong PPh a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dengan penggunaan harta, kecuali
ayat (1) huruf e sewa dan penghasilan lain dengan
e. Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta yang telah dikenai
daengan penggunaan harta, kecuali sewa Pajak Penghasilan sebagaimana
dan penghasilan lain sehubungan dengan dimaksud dalam pasal 4 ayat (2).
penggunaan harta yang telah dikenai PPh b. Imbalan sehubungan dengan jasa
final sebagaimana dimaksud dalam pasal teknik, jasa manajemen, jasa
4 ayat (2) UU PPh. konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
f. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, lain selain jasa yang telah dipotong
jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa Pajak Penghasilan sebagaimana
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang dimaksud dalam Pasal 21.
telah dipotong PPh Pasal 21 yang diatur Dalam hal Wajib Pajak yang menerima
dalam Peraturan Menteri Keuangan atau memperoleh penghasilan sebagaimana
Nomor 244/PMK.03/2008. dimaksud pada ayat (1) tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
2.7. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi

18
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

100% (seratus persen) daripada tarif dan televisi kabel, selain yang telah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). dilakukan oleh WP yang ruang
Adapun jenis jasa lain selain jasa yang telah lingkupnya di bidang konstruksi dan
dipotong PPh Pasal 21 yang dikenakan mempunyai izin atau sertifikasi sebagai
pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari pengusaha kontruksi.
jumlah bruto tidak termasuk PPN adalah: 19. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan
1. Jasa Penilai mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
2. Jasa aktuaris AC, dan televisi kabel,alat
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi transportasi/kendaraandan/atau bangunan,
laporan keuangan selain yang telah dilakukan oleh WP yang
4. Jasa perancang ruang lingkupnya di bidang konstruksi
5. Jasa pengeboran (Drilling) dibidang dan mempunyai izin atau sertifikasi
penambangan minyak dan gas bumi, sebagai pengusaha kontruksi
kecuali yang dilakukan BUT 20. Jasa maklon
6. Jasa penunjang di bidang penambangan 21. Jasa penyelidikan dan keamanan
minyak dan gas 22. Jasa penyelenggara kegiatan/event
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di 23. Jasa pengepakan
bidang selain minyak dan gas bumi 24. Jasa penyedia tempat dan/atau waktu
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dalam media masa, media luar ruang atau
dan bandar udara media lain untuk penyampaian informasi
9. Jasa penebangan hutan 25. Jasa pembasmian hama
10. Jasa pengolahan limbah 26. Jasa kebersihan atau Cleaning Service
11. Jasa penyedia tenaga kerja 27. Jasa catering atau tata boga
12. Jasa perantara dan/atau keagenan
13. Jasa dibidang perdagangan surat-surat 2.8. Pencatatan Akuntansi Pajak
berharga, kecuali yang dilakukan oleh Penghasilan Pasal 23
BEI KSEI, dan KPEI Pada saat Pemotongan pencatatan yang
14. Jasa kustodian, penyimpanan, penitipan, dilakukan adalah:
kecuali yang dilakukan olek KSEI Piutang Pajak Rp. xxx
15. Jasa pengisian suara atau sulih suara Hutang PPh Pasal 23 Rp. xxx
16. Jasa mixing film Kas keluar Rp. xxx
17. Jasa sehubungan dengan software 1. Pada saat Penyetoran Pencatatan yang
komputer, termasuk perawatan, dilakukan adalah:
pemeliharaan dan perbaikan Hutang PPh Pasal 23 Rp. xxx
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, Kas keluar Rp. xxx
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,

19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

2. Pada saat Pelaporan Pencatatan yang DPP Rp.6.250.000


dilakukan adalah: Tidak dicatat. PPh Pasal 23 (2%) Rp. 125.000
Jadi PPH Pasal 23 yang harus dipotong
3. PEMBAHASAN adalah sebesar Rp. 125.000 dari total tagihan.
Menurut pasal 23 UU Pajak Penghasilan, Jasa Logistik Rp. 6.250.000
PPH Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan PPh Pasal 23 (2%) Rp. 125.000
yang dipotong atas penghasilan yang
b. Kasus 2 :
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dan
Pada bulan Oktober 2016 PT Elnusa
Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari
Fabrikasi Konstruksi Jakarta melakukan
modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan
pelunasan pembayaran termin. 4 untuk
kegiatan.
pembelian 2 peralatan konstruksi Pada PT
PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi Jakarta
Hazelindo Pratama senilai Rp. 427.500.000.
ini telah wajib untuk transaksi pajak yang
Total biaya pelunasan yang harus dibayar
terjadi diperusahaan karena telah dikukuhkan
oleh PT. Elnusa Fabrikasi Konstruksi sebagai
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
berikut:
PPh Pasal 23 sendiri memiliki tarif 2% untuk
Rincian Pembelian alat berat oleh PT
Jasa dan Sewa sedangkan 15% untuk
Elnusa Fabrikasi Konstruksi Jakarta:
Deviden, Bunga, Royalti, Bonus, dan Hadiah
Hazel Power Pack Rp. 841.000.000
a. Kasus 1 :
Pada bulan Februari 2017 PT Elnusa Hazel Dual Winch Rp. 880.000.000
Fabrikasi Konstruksi Jakarta menggunakan
Jumlah Rp. 1.721.000.000
Jasa Perantara yaitu jasa logistik dan freight
forwarding dari PT Schenker Petrolog Utama Diskon Rp. 11.000.000
untuk Mobilisasi Loader Trucking senilai Rp.
Total Rp. 1.710.000.000
6.250.000. Biaya pengiriman tersebut akan
menjadi DPP untuk dikalikan dengan tarif Payment Term:
Pajak Penghasilan Pasal 23. Total besarnya
biaya dan pajak penghasilan pasal 23 yang DP. 1 Rp. 1.710.000.000 x 30%

harus dibayar PT Elnusa Fabrikasi Rp. 513.000.000

Konstruksi Jakarta adalah sebagai berikut: Term.2 Rp. 1.710.000.000 x 20%


PPh Pasal 23 dari Nilai Jasa Logistik yaitu Rp. 342.000.000
2%.
Penghitungan PPH Pasal 23: Term.3 Rp. 1.710.000.000 x 25%

Jasa Pengiriman (Logistik & Freight = Rp. 427.500.000

Forwarding)

20
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

Term.4 Rp. 1.710.000.000 x 25% DPP PPh Pasal 23 yang akan dikenakan
= Rp. 427.500.000 adalah Rp. 10.400.000, merupakan total dari
transaksi yang terjadi diatas. Dan
Penghitungan PPh Pasal 23:
Penghitungan PPh Pasal 23 nya adalah
Biaya yang akan dipotong PPh Pasal 23 atas sebagai berikut:
pembayaran Term. 4 dari Jasa teknik adalah
DPP Rp. 10.400.000
Rp. 427.500.000 dan akan menjadi DPP
untuk dikalikan dengan Pajak Penghasilan PPh Pasal 23 (2%) Rp. 208.000
Pasal 23.
Jadi, PPh Pasal 23 yang harus dipotong
DPP Rp. 427.500.000 adalah sebesar Rp. 208.000, dan total tagihan
yang harus dibayar PT Elnusa Fabrikasi
PPh Pasal 23 (2%) Rp. 8.550.000
Konstruksi Jakarta adalah:
Jadi PPH Pasal 23 yang harus dipotong
Total Pembayaran Rp. 10.400.000
adalah sebesar Rp. 8.550.000 dan total
tagihan yang harus dibayar oleh PT Elnusa PPh Pasal 23 Rp. 208..000
Fabrikasi Konstruksi Jakarta adalah sebesar:
Biaya yang telah dikurangi PPh Pasal 23 Rp.
Total Rp. 427.500.000 10.192.000

PPh Pasal 23 Rp. 8.550.000 Berikut adalah transaksi kasus Sewa


peralatan alat berat pada PT Elnusa Fabrikasi
Biaya yang telah dikurangi PPh Pasal 23
Konstruksi Jakarta.
Rp. 418.950.000
d. Kasus 4 :
Berikut adalah transaksi kasus Jasa yang
terjadi di PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi Jakarta pada
Jakarta pada bulan Februari 2017. bulan Februari 2017 melakukan penyewaan 2
unit alat berat pada PT Puri Indra Bayu
c. Kasus 3 :
senilai Rp. 5.000.000. Nilai sewa adalah DPP
Pada bulan Februari 2017 PT Elnusa yang akan dikalikan dengan tarif Pajak
Fabrikasi Konstruksi Jakarta melakukan sewa Penghasilan Pasal 23. Total biaya yang harus
kendaraan pada PT Prima Usaha Mitra Abadi dibayar oleh PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi
senilai Rp. 10.400.000, dan total pembayaran Jakarta adalah sebagai berikut:
yang harus dibayarkan PT Elnusa Fabrikasi
Rincian:
Konstruksi Jakarta adalah sebagai berikut:
Sewa 2 unit Travo Las Rp.4.000.000
Penghitungan PPh Pasal 23:
Sewa 1 bulan (2 unit x Rp. 2.000.000)

21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

Biaya Mob & Demob 2 unit Rp.1.000.000 2. PPH Pasal 23 pada saat penyetoran
menggunakan SSE (Surat Setoran
Nilai Sewa Rp. 5.000.000
Elektronik) dan pembayaran dilakukan
PPH Pasal 23 dari Nilai sewa yaitu 2%. melalui Bank sentral yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, PT Elnusa
PenghitunganPPH Pasal 23:
Fabrikasi Konstruksi Jakarta
Jasa Teknik (Sewa alat berat) menetapkan Bank Mandiri sebagai Bank
untuk melakukan Pembayaran.
DPP Rp.5.000.000
Pembayaran dilakukan pada tanggal 13
PPh Pasal 23 (2%) Rp. 100.000 Maret 2017 PPH Pasal 23 Masa Februari
2017.
Jadi, PPh Pasal 23 yang harus dipotong
adalah sebesar Rp.100.000 dari total tagihan. 3. Pelaporan PPH Pasal 23 dilakukan
menggunakan SPT induk (Surat Pajak
Sewa Rp. 5.000.000
Terutang) Bukti Bayar dari Bank dalam

PPh Pasal 23 (2%) Rp. 100.000 bentuk Hardcopy serta CSV dalam
bentuk softcopy dan dilaporkan ke
Biaya yang telah dikurangi PPh 23 Kantor Pajak dimana perusahaan
Rp. 4.900.000 terdaftar. Pelaporan dilakukan pada

Dari data PPh Pasal 23 PT Elnusa Fabrikasi tanggal 21 Maret 2017.

Konstruksi Jakarta diketahui PPh terutang 4. Pencatatan Akuntansi yang dilakukan


sebesar Rp. 8.983.000 masa Pajak Februari oleh PT Elnusa Fabrikasi Kontruksi
2017. Jadi, PPh Pasal 23 yang harus Jakarta sudah sesuai dengan standar
dibayarkan ke Kas Negara adalah sebesar akuntansi yang berlaku.
Rp.8.983.000.
Saran-saran yang dapat penulis berikan:
4. KESIMPULAN
Dari analisis dan penelitian yang 1. Dalam melakukan Penyetoran PPh Pasal

dilakukan adalah: 23 terjadi keterlambatan, Penyetoran


dilakukan 3 hari setelah tanggal
1. Penghitungan dilakukan saat muncul
Penyetoran berakhir. Jadi bagian Tax
transaksi antara kedua belah pihak, Officer sebaiknya lebih tepat waktu dan
kemudian tagihan yang muncul dipotong
disiplin dalam melakukan Penyetoran.
PPH Pasal 23 sebesar 2% atas Jasa dan
Sewa. Tarif yang digunakan sesuai pasal 2. Pelaporan PPh Pasal 23 terjadi

23 UU Pajak Penghasilan keterlambatan 1 hari dari batas akhir


Pelaporan PPh Pasal 23 Masa Februari

22
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya Vol. 4, No. 1, Januari 2019

2017, dalam hal inipun bagian Tax


Officer sebaiknya lebih disiplin dalam
melakukan Pelaporan Pajaknya.

3. Pencatatan PPh pasal 23 pada PT Elnusa


Fabrikasi Konstruksi sudah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku,
untuk itu perusahaan sebaiknya
mempertahankan pencatatan seperti itu.

DAFTAR PUSTAKA

Harjo, Dwikora. Perpajakan Indonesia :


Sebagai Materi Perkuliahan di
Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit
Mitra Wacana Media, 2013.

Haula, Rosdiana dan Edi Slamet Irianto.


Pengantar Ilmu Pajak : Kebijakan dan
Implementasi di Indonesia. Jakarta :
Rajawali Pers, 2012.

Pohan, Chairil Anwar. Perpajakan Indonesia


: Teori & Kasus. Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2014.

Priantara, Diaz. Perpajakan Indonesia


(Pembahasan Lengkap & Terkini
Disertai CD Praktikum) Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2016.

Priantara, Diaz. Perpajakan Indonesia Edisi


2 Revisi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media, 2013.

Resmi, Siti. Perpajakan Edisi 10 : Teori dan


Kasus. Jakarta: Salemba Empat, 2017.

Wirawan, Ilyas., dan Rudy Suhartono.


Perpajakan: Pembahasan Lengkap
Berdasarkan Perundang-undangan dan
Aturan Pelaksanaan Terbaru. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2012.

23

Anda mungkin juga menyukai