Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

“PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT”

DOSEN PENGAMPU : RAIMUNDUS CHALIK, M.Sc., Apt

DISUSUN OLEH :

ANNISA SARASWATI

PO713251191.055

III.B/ D.III FARMASI

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan hidayah-nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun
tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas oleh Bapak Raimundus Chalik,
M.Sc.,Apt. pada matakuliahPengantar Farmasi Rumah Sakit dan Klinik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Raimundus Chalik, M.Sc.,Apt. karena
telah memberikan tugas ini sehingga penulis dapat menambah pengetahuan ataupun wawasan
pada mata kuliahPengantar Farmasi Rumah Sakit dan Klinik.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
tentunya penulis juga menantikan berupa kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Makassar, 6 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .......... .ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Definisi pelayanan kefarmasian rumah sakit 2
B. Tujuan pelayanan kefarmasian di rumah sakit 3

C. Regulasi pelayanan farmasi rumah sakit 5

D. Peran TTK di rumah sakit 6

BAB III PENUTUP 9


A. Kesimpulan9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang harus diwujudkan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (UU No.44 tahun 2009).
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan pasien
dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya
perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drugoriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patientoriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceuticalcare).
Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan
perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi
pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan. Perkembangan tersebut dapat
menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi Apoteker untuk maju
meningkatkan kompetensinya sehingga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian secara
komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun farmasi klinik.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan
bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga
dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang
diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

B. RumusanMasalah
1. Definisi pelayanan farmasi di rumah sakit
2. Tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit
3. Regulasi pelayanan kefarmasian di rumah sakit
4. Peran TTK (tenaga teknik kefarmasian ) di rumah sakit

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pelayanan farmasi di rumah sakit
2. Untuk mengetahui tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit
3. Untuk mengetahui regulasi pelayanan kefarmasian di rumah sakit
4. Untuk mengetahui peran TTK (tenaga teknik kefarmasian) di rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi pelayanan kefarmasian di rumah sakit

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien
dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya
perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit dinyatakan


bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin
ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu,
bermanfaat, aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan sediaan
farmasi di rumah sakit harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang selanjutnya
diamanahkan untuk diatur dengan peraturan menteri kesehatan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang  pekerjaan


kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian pada
fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian yang  diamanahkan untuk diatur dengan peraturan
menteri kesehatan.Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan
perkembangan konsep pelayanan kefarmasian, perlu ditetapkan suatu standar pelayanan
kefarmasian dengan peraturan menteri kesehatan, sekaligus meninjau kembali Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi
di rumah sakit.

B. Tujuan pelayanan kefarmasian di rumah sakit

Adapun tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit menurut keputusan menteri kesehatan
adalah sebagai berikut:
1.    Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang
tersedia;

2.    Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur


kefarmasian dan etik profesi;

3.    Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat;

4.    Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;

5.    Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan;

6.    Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan;

7.    Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

C. Regulasi pelayanan kefarmasian di rumah sakit

Berikut dalam Peraturan Menteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016 yaitu:

Pasal 1 yaitu:

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronik untuk menyediakan

Pasal 2

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:

a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan


c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).

Pasal 3

(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan

b. pelayanan farmasi klinik.

(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. pemilihan;

b. perencanaan kebutuhan;

c. pengadaan;

d. penerimaan;

e. penyimpanan;

f. pendistribusian;

g. pemusnahan dan penarikan;

h. pengendalian; dan

i. administrasi.

(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. pengkajian dan pelayanan Resep;

b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;

c. rekonsiliasi Obat;

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

e. konseling;

f. visite;

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);


h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

j. dispensing sediaan steril; dan

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

(4) Pelayanan farmasi klinik berupa dispensing sediaan steril sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf j hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai sarana untuk
melakukan produksi sediaan steril.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi
klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada
keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.

(2) Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. sumber daya manusia; dan

b. sarana dan peralatan.

(3) Pengorganisasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan uraian
tugas, fungsi, dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar
Pelayanan Kefarmasian yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.

(4) Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
pimpinan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber daya kefarmasian dan pengorganisasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5

(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan
Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi:

a. monitoring; dan

b. evaluasi

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Pasal 6

(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakit harus menjamin ketersediaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat,
dan terjangkau.

(2) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu.

(3) Instalasi Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Apoteker
sebagai penanggung jawab.

(4) Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dapat dibentuk satelit
farmasi sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.

Pasal 7

(1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang menyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah


Sakit wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini.

(2) Setiap pemilik Rumah Sakit, direktur/pimpinan Rumah Sakit, dan pemangku kepentingan
terkait di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus mendukung penerapan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Pasal 8

Rumah Sakit wajib mengirimkan laporan Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan kementerian kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh
Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi, dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing.

(2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
melibatkan organisasi profesi.

Pasal 10

(1) Pengawasan selain dilaksanakan oleh Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi dan
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (1),
khusus terkait dengan pengawasan sediaan farmasi dalam pengelolaan sediaan farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dilakukan juga oleh Kepala BPOM
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

(2) Selain pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala BPOM dapat
melakukan pemantauan, pemberian bimbingan, dan pembinaan terhadap pengelolaan sediaan
farmasi di instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan sediaan farmasi.

Pasal 11

(1) Pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan pengawasan yang dilakukan oleh
Kepala BPOM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaporkan secara berkala
kepada Menteri.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 12

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenai sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
D. Peran ttk di rumah sakit

1. Melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek


untukmemenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga
untukmelindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaansediaan farmasi yang tidak tepat dan tidak memenuhi persyaratan
mutu,keamanan dan kemanfaatan. Pelayanan kefarmasian juga ditujukan pada
perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan terkait dengan penggunaan
farmasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
2. Menjaga rahasia kefarmasian di industri farmasi dan di apotek
yangmenyangkut proses produksi, distribusi dan pelayanan dari sediaanfarmasi
termasuk rahasia pasien
3. Harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
yang ditetapkan oleh Menteri dalam melakukan pekerjaan kefarmasiandalam
produksi sediaan farmasi, termasuk di dalamnya melakukan pencatatan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi dan pengawasan mutu sediaan
farmasi pada fasilitas produksi sediaan farmasi
4. Tenaga kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian padafasilitas
produksi sediaan farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu
5. Menerapkan standar pelayanan kefarmasian dalam menjalankan
praktekkefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian
6. Wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan kendali biaya,
yangdilakukan melalui audit kefarmasian
7. Menegakkan disiplin dalam menyelenggarakan pekerjaan
kefarmasianyang dilakukan sesuai dengan ketentuan aturan perundang-undangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

 Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik.
 Tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit salah satunya adalah melangsungkan
pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan
gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.
 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi: pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, dan administrasi.
 Pelayanan farmasi klinik, meliputi: pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat,
konseling, visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat, evaluasi
penggunaan obat, dispensing sediaan steril, dan pemantauan kadar obat dalam darah.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata kesempurnaan, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya juga dapat di pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.  2004. Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah RI No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2009. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. 2016. Peraturan Pemerintah RI No.72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Quick, et al. 1997. Managing Drug Supply. USA: Humani Press.

Anda mungkin juga menyukai