Uraian spesifikasi teknis ini disusun dan ditetapkan sesuai jenis pekerjaan yang akan
ditenderkan, yaitu :
Lingkup pekerjaan pada paket pekerjaan Pembangunan Gedung PTSP Kejaksaan Negeri
Tabalong, ini dengan berpedoman pada Spesifikasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat NOMOR 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara Republik Indonesia.
Ruang Lingkup Pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
2. SMK3
3. Pondasi
4. Struktur
5. Atap
6. Dinding
7. Lantai
8. Plafon
9. Utilitas
10. Sanitasi
11. Finishing
Kontraktor Pelaksana juga dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur
di dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri dari :
1. Penyediaan tenaga
2. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan & Metode Pelaksanaan
3. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan
4. Penyediaan peralatan
5. Penyediaan bahan
6. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan)
7. Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (As built Drawing)
8. Pembenahan/perbaikan kembali lingkungan sekitar dan pembersihan lokasi
Dengan demikian maka seluruh standar rujukan, persyaratan bahan, peralatan yang
digunakan, metode pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu dan pengujian di lapangan,
serta pengukuran dan pembayaran harus berpedoman pada Spesifikasi Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat NOMOR 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara Republik Indonesia, sesuai dengan nomor seksi pekerjaan yang ditenderkan ini
dan atau nomer seksi pekerjaan yang berkaitan. Dan juga Berpedoman pada Permen PUPR
No 14 Tahun 2020 Pada pasal 21 ayat 1dan 2.
e. Macam, Jenis, Kapasitas dan Jumlah Peralatan Utama Minimal yang diperlukan dalam
Pelaksanaan Pekerjaan
Peralatan Utama Minimal yang diperlukan untuk pekerjaan adalah sebagai berikut :
No. Jenis Alat Kapasitas Satua Vol Status
n Kepemilikan
l. Spesifikasi Proses/Kegiatan:
Pokja Pemilihan (yang bersertifikat Ahli/petugas K3 Konstruksi atau dengan melibatkan Ahli
K3/Petugas K3 Konstruksi) harus menilai kesesuaian identifikasi bahaya dari setiap tahapan
kegiatan yang sudah ditetapkan oleh PPK;
Setiap proses/kegiatan harus dilengkapi dengan prosedur kerja, system perlindungan terhadap
pekerja, perlengkapan pengaman, dan rambu rambu peringatan dan kewajiban pekerja
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan potensi bahaya pada proses
tersebut;
Setiap jenis proses/kegiatan pekerjaan yang berisiko tinggi, atau pekerjaan yang berisiko
tinggi pada keadaan yang berbeda, harus lebih dulu dilakukan analisis keselamatan pekerjaan
(Job Safety Analysis) dan tindakan pengendaliannya;
Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus melalui prosedur izin kerja lebih dulu dari
penanggung-jawab proses dan Ahli K3 Konstruksi;
Setiap proses dan kegiatan pekerjaan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kerja dan/atau
operator yang telah terlatih dan telah mempunyai kompetensi untuk melaksanakan jenis
pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja yang sesuai pada jenis pekerjaan/tugasnya tersebut.
Catatan:
1. Kompetensi personel manajerial meliputi tingkat pendidikan dan pengalaman
bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditenderkan.
2. Sertifikat Kompetensi Kerja dibuktikan saat rapat persiapan penunjukan penyedia.
3. Pengalaman kerja dihitung berdasarkan daftar riwayat pengalaman kerja atau referensi
kerja dari pemberi tugas.
4. Pengalaman yang disampaikan tanpa melampirkan daftar riwayat hidup atau referensi
maka tidak dapat dihitung sebagai pengalaman.
5. Pengalaman kerja yang dihitung adalah pengalaman sesuai dengan jenis
pekerjaan yang ditenderkan (bukan berdasarkan jabatan yang ditawarkan).
6. Pengalaman kerja dihitung per tahun tanpa memperhatikan lamanya
pelaksanaan konstruksi (dihitung berdasarkan Tahun Anggaran).
Catatan:
1. Kewajiban menjadi peserta BPJS : Penyedia dan Subpenyedia berkewajiban atas
biaya sendiri untuk mengikutsertakan Tenaga Kerja Konstruksinya pada program
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
2. Penyedia wajib membuat surat pernyataan tentang kesediaan menjadi anggota
satuan tugas pencegahan Covid-19 dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di
Kabupaten Tabalong;
3. Penyedia harus menyertakan metode pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan
sesuai dengan Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease2019
(COVID19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang tercantum dalam Instruksi
Menteri PUPR No. 02/IN/M/2020
H. SLAMET RIYADI, ST
NIP. 19670815 199603 1 004
LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS
Lampiran I :
Protokol Pencegahan Covid-19 Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dikutip dari Instruksi Menteri PUPR No 02 /IN/M/2020
:
a. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib membentuk Satgas Pencegahan COVID- 19 yang
menjadi bagian dari Unit Keselamatan Konstruksi;
b. Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada hurup a dibentuk oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut;
c. Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada hurup a berjumlah paling sedikit 5
(lima) orang yang terdiri ataş: 1). I (satu) Ketua merangkap anggota; dan 2). 4 (empat) Anggota
yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
d. Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan untuk
melakukan:
1). Sosialisasi,
2). pembelajaran (edukasi),
3). promosi teknik,
4). metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan,
5). berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19 Kementerian PUPR melakukan
Identifikasi Potensi Bahaya COVID19 di lapangan,
6). pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua pekerja dan
tarnu proyek,
7). pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian mobilisasi/ demobilisasi
pekerja, 8). pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja,
9). pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan,
10). melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau
berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan dilakukan
penghentian kegiatan sementara .
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di lapangan yang
dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara Iain tabung oksigen, pengukur
suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan, dan petugas
medis;
b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan
kesehatan dan pencegahan COVID- 19 dengan rumah sakit dan/ atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency) ;
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain: pencuci
tangan (air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker dikantor dan lapangan bagi seluruh pekerja
dan tamu; dan
d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi tambahan
guna peningkatan imunitas pekerja.
a. Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster flyers) baik digital maupun fisik tentang
himbauan/anjuran pencegahan COVID- 19 untuk disebarluaskan atau dipasang di tempat-
tempat strategis di lokasi proyek;
b. Satgas Pencegahan COVID- 19 bersama petugas medis harus menyampaikan penjelasan,
anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan penyuluhan
K3 pagi hari (safety morning talk) ;
c. Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan pengukuran
suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan sore;
d. Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang terindikasi
memiliki suhu tubuh 38 derajat Celcius datang ke lokasi pekerjaan;
e. Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19,
pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/ atau Penyedia Jasa paling
sedikit 14 hari kerja.
f. Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja; dan
g. Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan disinfektan, serta
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang pernah melakukan kontak
fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai.
B. Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease2019 (COVID19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
B. SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN YANG AKAN DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN
DAFTAR BAHAN
1 Penjelasan Umum
Lingkup Pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
2. SMK3
3. Pondasi
4. Struktur
5. Atap
6. Dinding
7. Lantai
8. Plafon
9. Utilitas
10. Sanitasi
11. Finishing
2. Spesifikasi Pekerjaan
Pekerjaan Persiapan
1. Lingkup Pekerjaan
a. Mobilisasi / demobilisasi
b. Pengukuran (Uitzeet ) dan pemasangan bouwplank
c. Pembersihan lokasi /Pengamanan lokasi
d. Papan Nama Kegiatan
2. Bahan-bahan
3. Syarat Pelaksanaan
SMK3
SMK3 adalah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. SMK3 di
Indonesia telah ada sejak tahun 1996 melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No.
05 Tahun 1996. Dalam rangka meningkatkan penerapan SMK3, maka pada tahun 2012,
Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar dapat diterapkan
diseluruh aspek kehidupan bermasyarakat. Metro Consulting sejak 2017 telah aktif membantu
beragam perusahaan menerapkan SMK3 di tempat mereka untuk meraih Sertifikat SMK3 dari
Kementerian Ketenagakerjaan
Penetapan Kebijakan K3
Perusahaan dalam menetapkan Kebijakan K3 perlu menyusun terlebih dahulu tinjauan awal kondisi K3
di tempat kerja. Seiring dengan proses tinjauan awal kondisi K3, proses konsultasi antara pengurus
dan wakil pekerja juga perlu dilakukan sebelum menetapkan kebijakan tersebut. Tujuannya agar dalam
menetapkan kebijakan, kebijakan yang diambil telah mengakomodir kepentingan pekerja dan
kepentingan perusahaan.
Kebijakan K3 yang telah dibuat kemudian perlu disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan. Kebijakan
itu juga harus secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3. Kemudian kebijakan yang telah
ditandatangani perlu disosialisasikan kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pemasok dan
pelanggan. Selain itu, kebijakan K3 tersebut nantinya perlu ditinjau secara berkala. Hal ini perlu
dilakukan untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi
dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
Agar kebijakan K3 tersebut berjalan dengan optimal, komitmen perusahaan perlu ditingkatan dengan
cara menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan;
menyediakan anggaran, menyediakan tenaga kerja yang berkualitas, dan menyediakan sarana –
sarana pendukung yang diperlukan di bidang K3; Selain itu perusahaan juga perlu menetapkan
personil yang memiliki tanggung jawab, memiliki wewenang dan kewajiban yang jelas dalam
penanganan K3.
Pekerjaan Pondasi
1. Galian dilaksanakan dengan kedalaman dan bentuk sesuai gambar rencana, pada tempat–
tempat yang berkaitan dengan gambar rencana tersebut.
2. Alat berat yang akan didatangkan terlebih dahulu harus mendapatkan ijin dari instansi yang
terkait, semisal DLLAJR dan Polisi.
3. Akses masuk alat berat ke lokasi proyek harus telah dipersiapkan oleh kontraktor, sehingga
tidak mengganggu aktivitas kegiatan di sekitar site.
4. Pembuangan galian dengan menggunakan dump-truck, Kontraktor hendaknya telah
memperhitungkan tingkat efisiensi serta durasi waktu antara pemuatan dan pembuangan,
sehingga tidak terjadi penumpukan dump-truck di lokasi proyek.
5. Tonase dump-truck yang dipakai hendaknya juga harus diperhatikan sehingga dapat
meminimalkan kerusakan akses jalan ke lokasi proyek.
6. Tanah bekas galian harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atau ditempatkan pada
tempat yang tidak mengganggu jalannya pekerjaan selanjutnya, atau ditempatkan pada
tempat–tempat yang direncanakan dan memerlukan timbunan tanah.
7. Sebelum pelaksanaan penggalian, harus diadakan koordinasi untuk mengantisipasi
keberadaan jaringan instalasi di seputar area galian.
8. Pelaksanaan penggalian harus dilaksanakan secara hati–hati agar tidak merusak
jaringan/instalasi yang ada.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Tenaga kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu
yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan
baik dan sesuai dengan spesifikasi.
b. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini pada lokasi seperti yang tercantum pada gambar rencana, dengan
elevasi seperti tertera di dalam peta kontur.
c. Pembersihan Akar Tanaman dan Sisa Galian
Jika dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka lokasi tersebut harus
dibersihkan dari hal tersebut diatas, dan bekas galian tersebut harus diisi dengan
material urugan yang memenuhi syarat.
d. Urugan kembali pondasi footplat
e. Urugan bawah pondasi
f. Urugan bawah lantai
g. Urugan kembali peninggian peil
h. Urugan peninggian peil
i. Pemadatan dan perataan
j. Pasangan Batu Kosong/Aanstamping
k. Pondasi Batu Gunung
2. Bahan - Bahan
a. Bahan Bekas Galian di Dalam Lokasi proyek
Tanah bekas galian dapat dipertimbangkan untuk digunakan jika memenuhi
syarat untuk digunakan. Tanah tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan
organis lainnya.
b. Bahan Urugan Dari Luar Lokasi proyek
Jika urugan tanah/sirtu harus didatangkan dari luar, maka urugan tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
Memiliki koifisien permeabilitas dari 10-7 cm/ detik.
Mengandung minimal 20 % partikel lanau dan lempung dan bebas tanah organis,
kotoran dan batuan berukuran lebih dari 50 mm dan mengandung kurang dari 10 %
partikel gravel.
Mempunyai Indeks Plastis (PI) lebih dari 10 % bahan yang mempunyai PI lebih dari
10 % akan sulit dipadatkan.
Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dalam
Kondisi lepas agar mudah dipadatkan.
Secara umum bahan tersebut berupa sirtu/ pasir batu yang sebelum mendatangkan
harus sudah mendapat persetujuan Direksi/ pengawas.
c. Bahan Urugan yang Tidak Memenuhi Syarat
Semua bahan urugan yang tidak memadai harus dikeluarkan dari lokasi proyek
dan diganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
d. Bahan Pasangan Batu Kosong/Aanstamping
e. Bahan Pasangan Pondasi Batu Gunung
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Cara pengurugan dan pemadatan
Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapisan 20 cm
dan pemadatan dilakukan sampai mencapai Kepadatan Maximum pada Kadar
Air Optimum yang ditentukan didalam gambar rencana. Pemadatan urugan
dilakukan dengan memakai alat pemadat yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka pemadatan harus
dilakukan sampai mencapai derajat kepadatan 98 %.
b. Pemasangan patok.
Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok ketinggian sesuai dengan
ketinggian rencana. untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat
patok dengan warna tertentu pula.
c. Cara Pasangan Pondasi Batu Gunung
Setiap Pasangan Pondasi Batu Gunung harus dikerjakan sesuaI gambar dan kondisi site
d. Sistim Drainase
Pada daerah yang basah, kontraktor harus membuat saluran sementara
sedemikian rupa sehingga lokasi tersebut dapat dikeringkan. Pengeringan
dilakukan dengan bantuan pompa air. Sistim drainase yang direncanakan harus
disetujui oleh Direksi. Dan sistim drainase tersebut harus selalu dijaga selama
pekerjaan berlangsung agar dapat berfunggsi secara efektif untuk
menanggulangi air yang ada.
e. Kotoran dan Lumpur dan Bahan Organik
Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan
material sejenis. Pengurugan tidak dapat dilakukan jika kotoran tersebut belum
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
f. Pemadatan Kembali
Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan
diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai
lapisan berikutnya. Bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang
dikehendaki, lapisan tersebut harus diulangi kembali pekerjaannya atau diganti,
dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna mendapatkan
kepadatan yang dibutuhkan. Jadwal pengujian harus diajukan oleh Kontraktor
kepada Direksi.
Pekerjaan Struktur
1. Bekisting
1. Bahan untuk bekisting terdiri atas :
a. Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 9 mm.
b. Klem bekisting.
c. Perancah dan penyangga lainnya menggunakan kayu ukuran 5/7 atau
menggunakan scalfoding.
2. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
a. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau
tekanan lateralnya pada saat pengecoran.
b. Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting
kolom disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2 cm dari permukaan
dasar yang telah mengeras.
c. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi lain yang sudah
selesai dikerjakan.
Untuk dapat memenuhi hal ini, Kontraktor Pelaksana harus membuat
gambar pelaksanaan (shop drawing) lebih dahulu beserta perhitungan
konstruksinya, dan telah mendapatkan persetujuan Direksi/Konsultan
Pengawas sebelum pemasangan bekisting dilaksanakan.
3. Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali dengan ijin
Direksi/Konsultan Pengawas secara tertulis.
4. Bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan lain selain yang disebutkan di
atas, boleh dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin tertulis dari Direksi/Konsultan
Pengawas.
5. Apabila menginginkan hasil beton cor berbentuk bulat, disarankan menggunakan
bekisting/cetakan dari besi yang siap pakai dan telah mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Tulangan
1. Baja tulangan secara umum adalah baja tulangan polos Ø12mm, Ø10 mm, Ø8 mm
dengan mutu baja rencana fy 240 Mpa, didalam gambar perencanaan ditandai
dengan Ø sebagai kode diameternya untuk tulangan polos.
2. Bila tulangan yang didatangkan di lapangan tidak diperkenankan langsung
dikerjakan, sebelum mendapatkan pembenaran/persetujuan dari Direksi/ Konsultan
Pengawas.
3. Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada/sulit
dipasaran, Kontraktor Pelaksana harus segera mengajukan permintaan ijin tertulis
yang dilampiri dengan rencana perubahan beserta perhitungan teknis dan waktu
pelaksanaannya.
4. Bila Direksi/Konsultan Pengawas meluluskan, maka Kontraktor Pelaksana dapat
melaksanakannya sesuai dengan ijin Direksi.
5. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan, pemasangan
tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi standart yang telah disyaratkan di
dalam SKSNI 03 2001, tentang tata cara pembetonan.
6. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton
decking yang jumlah, penempatan dan mutunya harus disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas.
7. Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran
harus bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran- kotoran lain yang dapat
mengurangi daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
8. Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat (Rust
Remover) yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan.
9. Untuk penggunaan bahan kimia tersebut Kontraktor harus memperoleh petunjuk
yang jelas dari Produsen dan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
3. Adukan Beton
1. Adukan beton harus merupakan adukan beton site mix atauready mix sesuai
petunjuk gambar / rab.
2. Sebelum mix design dilakukan, Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian
agregat di laboratorium. Bahan agregat yang dipakai untuk perencanaan campuran
beton (mix design) harus telah mendapatkan rekomendasi dari laboratorium dan
dipakai sebagai tolak banding pemeriksaan dengan agregat yang didatangkan di
lapangan.
3. Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman didalam pelaksanaan
pekerjaan ini harus dikalibrasikan dalam perbandingan campuran dengan satuan
volume (bukan berat) yang selanjutnya dinyatakan dalam takaran bahan di
lapangan.
4. Kontraktor juga harus menyediakan beton molen dengan kapasitas memadai dan
dalam kondisi baik serta harus dijamin dapat berfungsi baik selama masa
pelaksanaan pekerjaan. Bila terjadi beton molen tidak dapat berfungsi dengan
baik/rusak, maka kontraktor berkewajiban untuk segera memperbaikinya atau
mengganti dengan yang baru sepanjang tidak mengganggu jadual waktu
pelaksanaan pekerjaan pengecoran
5. Penggunaan beton molen dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Penggunaan molen adalah apabila dianggap
penggunaan ready mixed tidak memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton
di lokasi proyek, atau volume yang akan di cor terlalu sedikit.
4. Pengecoran Beton
1. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka
Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi kapan pengecoran
dilaksanakan.
2. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
a. Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan, bekisting serta
pemasangan beton decking secara sempurna dan bersih serta telah
mendapatkan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
b. Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta
dinyatakan dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja.
c. Kontraktor telah membuat Schedule Rencana pengecoran dan strategi
pengecoran berupa gambar tataletak bahan serta arah pengecoran.
d. Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk pelaksanaan
pekerjaan pentahapan telah dipersiapkan dan dibuat terlebih dahulu.
e. Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut didalam sub butir a, b, c dan d di
atas telah mendapatkan pembenaran dari Direksi/Konsultan Pengawas. Seluruh
persiapan di atas, apabila telah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas
berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian di lapangan pekerjaan, maka
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.
3. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
a. Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen.
Angka kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan didalam
SKSNI 03 2002. serta harus sesuai dengan rekomendasi dari laboratorium yang
telah ditunjuk.
Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton dengan rasio
sesuai yang diatur di dalam SKSNI 03 2002, maka rasio benda uji akan
ditetapkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah pencapaian umur
yang cukup, benda-benda uji ini harus ditestkan ke laboratorium dengan
biaya Kontraktor. Bila hasil laboratorium ternyata mutu beton yang telah
dilaksanakan tidak memenuhi syarat maka dilakukan test-test selanjutnya
di lapangan sesuai prosedur yang telah di atur di dalam SKSNI 03 2002.
Bila test-test di lapangan ini masih mendapatkan hasil mutu beton
dibawah fc 25 Mpa maka Kontraktor berkewajiban
membongkar pekerjaan ini dan
melaksanakan kembali tanpa mendapatkan ganti rugi apapun.
b. Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator. Pelaksanaannya harus
dilakukan secara semestinya yakni pencelupan vibrator harus diusahakan tegak
lurus, secara perlahan-lahan, demikian juga penarikan vibrator. Selama
pengecoran, vibrator tidak boleh disentuhkan tulangan dan bekisting. Kontraktor
Pelaksana harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) buah vibrator cadangan
selama pekerjaan pengecoran berlangsung.
c. Dalam hal menggunakan ready mix, maka harus mematuhi “retention time” yang
telah ditentukan.
4. Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, Konsultan
Pengawas/Direksi berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Pemeliharaan Beton
1. Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.
2. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat
dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara
teratur sampai dibongkar.
b. Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya
permukaan plat lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan
pengikatan awal berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14
hari sejak saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
3. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah
bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
4. Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau memakai
bagian beton sebagai tumpuan selama menurut Direksi/Konsultan Pengawas bahwa
beton tersebut belum cukup mengeras.
6. Pembongkaran Bekisting
1. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :
a. Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai SKSNI 03 2002.
b. Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban
kerja di atasnya bila hal tersebut akan dilaksanakan, atau bangunan akan
difungsikan.
2. Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan
ijin pembongkaran secara lisan kepada Direksi/ Konsultan Pengawas. Namun
sebelum Direksi memberikan ijin secara tertulis (baik melalui surat resmi maupun
tertulis dalam buku Direksi), Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan
pembongkaran.
3. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa
sehingga :
a. Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun
konstruksi lainnya.
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja dan sarana peralatan untuk
untuk menunjang pekerjaan ini.
Sebelum pemasangan, Kontraktor harus mengajukan gambar shop drawing yang
dilengkapi dengan perhitungan teknis konstruksi dari Subkon/Distributor.
.
b. Pekerjaan Penutup Atap
Pekerjaan Dinding
2. Plesteran Beton
a. Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan
rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus
dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan
seperti yang dimaksudkan di dalam Gambar Rancangan Pelaksanaan.
b. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih dahulu dengan pekerjaan
pendahuluan berurutan sebagai berikut :
permukaan dibuat kasar dengan betel
dibasahi dengan air
disaput air semen (PC)
c. Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 pc : 2 ps atau sesuai petunjuk gambar / RAB
yang diaduk secara benar hingga menjadi homogen.
d. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 1,5 cm.
e. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC).
f. Termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah plesteran pada bagian dinding atau kolom
beton yang mengalami pembongkaran atau pemotongan.
2. Plesteran Dinding Batu Bata
a. Seluruh permukaan pasangan dinding batu bata yang tampak harus menghasilkan
permukaan yang halus dan rata dengan diplester hingga
menghasilkan permukaan seperti yang dimaksudkan di dalam Gambar Rancangan
Pelaksanaan.
b. Sebelum plesteran dinding dilaksanakan, pekerjaan-pekerjaan yang
tersebut di bawah ini harus sudah selesai terlebih dahulu :
Siar-siar pasangan batu bata sudah merupakan alur hasil kerukan.
Seluruh jaringan perpipaan yang tertanam didalamnya telah terpasang sempurna.
Pasangan telah mengering.
Konstruksi yang menaunginya telah terpasang.
c. Sebelum diplester permukaan batu bata harus disiram air hingga jenuh.
d. Mortar plesteran harus dari campuran dengan perbandingan yang sama dengan spesi
pasangan dindingnya.
e. Plesteran harus menghasilkan bidang dinding yang benar-benar rata dan halus.
f. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC).
g. Termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah sisa bagian dinding yang mengalami
pembongkaran, pemotongan, atau perbaikan.
3. Pekerjaan Benangan
1. Seluruh akhiran dinding, kolom dan balok yang tampak (siku bagian luar) harus mengasilkan
akhiran yang benar-benar siku, lurus, dan rapi sehingga menghasilkan akhiran dinding,
kolom dan balok seperti yang dimaksud pada gambar rancangan pelaksanaan.
2. Mortar untuk pekerjaan benangan ini adalah campuran 1 pc : 4 ps yang diaduk hingga
benar-benar homogen.
3. Pekerjaan benangan dilaksanakan bersama dengan pekerjaan acian halus dengan
menggunakan bahan dari adukan air semen (PC).
4. Pekerjaan benangan harus menghasilkan akhiran yang benar-benar siku, lurus dan rata.
Pekerjaan Kusen Aluminium Pembuatan dan pemasangan daun pintu dan jendela.
1. Bahan–bahan
1. Bahan Aluminium
a. Pintu
c. Kaca
Pemasangan kaca pada daun jendela harus diberi silicone, bentuk dan ukuran
sesuai gambar.
1. Pelapis dinding dilaksanakan pada seluruh daerah KM/WC yang ditunjuk di dalam gambar
rancangan pelaksanaan dengan menggunakan batu alam atau sesuai dengan gambar
rencana pelaksanaan.
2. Spesi perekat menggunakan campuran 1 Pc : 2 Ps dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut :
a. Dinding yang telah siap dilapisi batu alam (sesuai persyaratan persiapan dinding untuk
plesteran) dibasahi dengan air hingga jenuh.
b. Spesi perekat diplesterkan secara rata dan datar setebal + 1 ½ cm,
c. Sebelum mengering, plesteran spesi perekat dikeruk dengan senky gergaji ke arah
horisontal.
d. Batu alam dipasang secara rapi dalam susunan tegak sesuai gambar rancangan
Pekerjaan Lantai
a. Lantai Keramik
1. Semua ukuran keramik menggunakan sekualitas Asi, Platinum atau lainnya setelah
mendapat persetujuan direksi.
2. Bagian-bagian lantai yang terpaksa harus menggunakan lempeng tegel yang tidak
penuh, pemotongannya harus menggunakan mesin potong dan harus menghasilkan
tepian potongan yang lurus dan halus.
3. Spesi perekat terhadap lantai strukturnya menggunakan mortar campuran 1 Pc : 2 Ps.
4. Pelaksanaan pemasangan harus sedemikian rupa hingga :
a. Seluruh bagian dibawah tegel terisi penuh dengan mortar spesi hingga tidak
terdapat rongga udara terjebak dibawah tegel.
b. Menghasilkan bidang lantai yang benar-benar datar dan rata air, kecuali untuk
bagian-bagian lantai pada daerah basah yang dikehendaki miring harus
menghasilkan bidang miring sempurna yang dapat mengalirkan air hingga kering ke
lubang-lubang lantai (avour).
c. Nat antar lantai adalah 3 mm dan menghasilkan garis nat yang lurus sejajar garis
dinding yang melingkupinya.
5. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi penuh dengan adukan
PC dan dikeruk halus hingga menghasilkan permukaan nat yang sama dengan garis
tepian tegel.
6. Noda adukan PC yang mengenai permukaan tegel harus segera dibersihkan dengan lap
basah dan dikeringkan seketika dengan lap kering.
7. Direksi berhak memerintahkan pembongkaran dan pembenahan kembali tanpa biaya
tambah bila persyaratan ayat 4 s/d 9 di atas tidak dapat dipenuhi.
Pekerjaan Plafond
1. Lingkup Pekerjaan
1. Rangka Plafond
Pemasangan penggantung langit–langit sesuai dengan ukuran plafon yang
direncanakan.
2. Penutup Langit–langit
a. Pemasangan plafon bagian luar dan bagian dalam gedung, sesuai dengan
gambar rencana.
2. Bahan–bahan
1. Rangka plafond menggunakan rangka Hollow.
2. Penutup plafond menggunakan Plafon Gypsum
3. Syarat–syarat Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penggantung Plafond
Penggantung plafond menggunakan rangka hollow sesuai dengan gambar
rencana pelaksanaan.
2. Pemasangan Plafond
a. Setelah permukaan yang akan dipasang plafon diperiksa, maka pemasangan
penutup plafon dapat dilaksanakan.
b. Pemasangan plafond tanpa Nat.
3. Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah :
Plafon Gypsum
4. Langit-langit (plafound) harus dipasang rapi lurus dan saling tegak lurus, sedangkan
sambungan antar plafound gypsum ditutup dengan ferban atau pita kertas,
kemudian pita kertas ditekan kedalam kompon sedemikian rupa hingga udara yang
terdapat dalam pita kertas hilang.
5. Papan menggunakan Gypsum dengan ketebalan 9 mm atau yang setara, dipasang
dengan menggunakan sekrup type S berukuran 25 mm dengan spesifikasi sebagai
berikut :
a. Sekrup harus terpasang berjarak pada lembaran di setiap rangka stud dan furring
channel, berjarak maksimum 300 mm pada langit- langit.
b. Jarak sekrup maksimum 200 mm pada sudut dalam dan pertemuan ujung.
c. Pasang sekrup dengan jarak 10 mm s/d 16 mm, dari tepi dan
d. ujung akhir lembaran papan gypsum.
4. Pekerjaan Pengecatan Plafond
Cat yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi.
Seluruh permukaan yang akan dicat harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala
jenis kotoran.
Setelah seluruh permukaan telah benar-benar bersih, dilanjutkan dengan memberi
lapisan primer menggunakan alkali resisting primer produk yang sama dengan cat
yang dipakai atau setara sebanyak 1 kali lapis atau
sesuai petunjuk pemakaiannya.
Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-benar
pekat dan rata.
Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis pertama sudah
mengering.
1. Lingkup Pekerjaan
5. Armatur Lampu
a. Lampu down light 15 watt dan 7 watt
Pekerjaan Sanitasi
Pekerjaan Finishing
1. Lingkup Pekerjaan
1. Finishing Dinding
2. Finishing Pendukung Lain- Lain
I. Finishing Dinding
Tanaman + Pot
Pekerjaan Tanaman + Pot ditentukan didalam gambar rencana dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas
PENUTUP
Semua persyaratan – persyaratan dalam Spesifikasi Teknis dan gambar – gambar pelaksanaan ini adalah
mengikat tidak boleh dirubah tanpa persetujuan dari Direksi.
Syarat – syarat yang tidak tertera dalam Spesifikasi Teknis, tetapi tertera pada bagian lain didalam
Dokumen Pelelangan ini, Kontraktor berkewajiban untuk melaksanakannya.