Anda di halaman 1dari 284

RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)

SPESIFIKASI TEKNIS

Keterangan :
Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan,
dengan ketentuan:
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya
produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

PETUNJUK UNTUK PESERTA


Peserta Tender harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat ini
dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi dokumen tersebut secara
keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu
disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan
dalam gambar, atau pertanyaan kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Nomer: 02/IN/M/2020,


Tentang “ Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Peserta Tender harus menyampaikan rencana keselamatan konstruksi berdasarkan jenis


pekerjaan dan identifikasi bahayanya dalam bentuk tabel :

NO. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BIAYA

1.

2.

3.

4.

(dst.)
A. KETENTUAN UMUM

DAFTAR ISI
1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
2. PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS
3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
4. IZIN BANGUNAN
5. BANGSAL KONSULTAN PENGAWAS DAN BANGSAL KERJA/GUDANG
6. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)
7. TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR
8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN
9. KEAMANAN PROYEK
10. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
A. KETENTUAN UMUM

1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS

Dalam pelaksanaan pekerjaan, selain yang ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS) ini maka akan berlaku peraturan-peraturan, yaitu:

UMUM
1. UU No 02 Tahun 2017 - Jasa Konstruksi

2. UU No 26 Tahun 2007 - Penataan Ruang

3. UU No 28 Tahun 2002 - Bangunan Gedung

4. PP No 26 Tahun 2008 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

5. PP No 36 Tahun 2005 - Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 Tentang


Bangunan Gedung
6. PP No 42 Tahun 2020 - Aksesibilitas Terhadap Permukiman, Pelayanan Publik, Dan
Perlindungan dari Bencana Bagi Penyandang Disabilitas

7. PP No 16 Tahun 2021 - Peraturan Pelaksanaan UU No 28 Tahun 2002 tentang


Bangunan Gedung

8. Perpres No 73 Tahun 2011 - Pembangunan Bangunan Gedung Negara

9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 - Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja

10. Peraturan Menteri PUPR No.6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan

11. Permen PU No 02 Tahun 2015 - Bangunan Gedung Hijau

12. Permen PU No 05 Tahun 2014 - Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

13. Permen PU No 06 Tahun 2007 - Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan
Lingkungan

14. Permen PU No 11 Tahun 2014 - Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan Gedung Dan Persilnya

15. Permen PU No 14 tahun 2017 - Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung

16. Permen PU No 16 Tahun 2010 - Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan


Gedung

17. Permen PU No 17 Tahun 2018 - Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
22/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Teknis, Pengadaan, Pendaftaran,
Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status, Dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara

18. Permen PU No 20 Tahun 2009 - Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran Di Perkotaan

19. Permen PU No 24 Tahun 2008 - Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung

20. Permen PU No 25 Tahun 2008 - Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran

21. Permen PU No 26 Tahun 2008 - Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan
Gedung Dan Lingkungan

22. Permen PU No 29 Tahun 2006 - Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

23. Permen PUPR No 05 Tahun 2016 - Izin Mendirikan Bangunan Gedung


24. Per-men PUPR No 06 Tahun 2017 - Perubahan Permen PUPR NOMOR 05/PRT/M/2016
Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung

25. Permen PUPR No 11 Tahun 2018 - Tim Ahli Bangunan Gedung, Pengkaji Teknis Dan Penilik
Bangunan

26. Permen PUPR No 21 Tahun 2019 - Pedoman Manajemen Sistem Keselamatan


Konstruksi

27. Permen PUPR No 22 Tahun 2018 - Pembangunan Gedung Negara

28. Permen PUPR No 27 Tahun 2018 - Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung

29. SEDJCK No 47 Tahun 2020 - Juknis Std Desain dan Kerusakan (FULL-A5) - rev

30. SEDJCK No 86 Tahun 2016 - Petunjuk Teknis Penyelenggaraan BGH

31. SE Menteri PUPR No 18 Tahun 2020 - Pelaksanaan Tatanan dan Adaptasi Kebiasaan Baru
(New Normal) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

PEKERJAAN BAJA

1. SNI 1729_2020 - Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural

2. SNI 7860_2020 - Ketentuan Seismik untuk Bangunan Gedung Baja Struktural

3. SNI 7972_2020 - Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka Momen Khusus dan


Menengah Baja pada Aplikasi Seismik

4. SNI 8369_2020 - Praktik Baku Bangunan Gedung dan Jembatan Baja

PEKERJAAN BETON

1. SNI 2847_2019 - Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung

2. SNI 1727_2020 - Beban Desain Minimum dan Kriteria terkait untuk Bangunan
Gedung dan Struktur Lain

3. SNI 1726_2019 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur


Bangunan Gedung dan Non Gedung

4. SNI 8900_2020 - Panduan Desain Sederhana untuk Bangunan Beton Bertulang

5. SNI 2052 _2017- Baja Tulangan Beton

PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL dan PLUMBING

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2020(PUIL)


2. Standard Nasional Indonesia ( SNI )
3. Standard Konstruksi / Normalisasi PLN
4. Peraturan-peraturan PLN/Jawatan Keselamatan Kerja Setempat.
5. NFPA, National Fire Protection Association
6. NFPA 2001, Clean Agent Fire Suppression System
7. NFPA 70, Electric Code
8. NFPA 72, National Fire Alarm Code
9. NPC, National Plumbing Codes
10. PPI, Pedoman Plambing Indonesia
11. SII, Standard Industri Indonesia
12. SKBI, Standard Kontruksi Bangunan Indonesia
13. SMACNA, Sheet Metal and Air Conditioning Contractor National Association
14. PPI Pedoman Plambing Indonesia
15. Peraturan PDAM tentang Instalasi Air Minum
16. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan tenaga kerja
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
18. Peraturan dari Pemerintah Daerah
19. Semua Peralatan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah disesuaikan untuk tegangan kerja
220/380 Volt, 50 Hz
20. Semua peralatan jaringan Distribusi Tegangan Menengah disesuaikan untuk Tegangan
kerja 20 KV, 50 Hz.
21. Data teknis dari produk dibidang Peralatan Tata Suara dan Fire Alarm yang dibuat oleh
pabrik–pabrik di berbagai Negara.
22. Seluruh pekerjaan instalasi teknologi informasi harus dilaksanakan mengikuti standar dan
peraturan dari ITU-T atau PT. TELKOM.

2. PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS

Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:


a. Gambar Bestek, Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
b. Berita Acara Penjelasan (Anwijing).
c. Berita Acara Penunjukan.
d. Surat Keputusan Pimpinan Unit tentang Penunjukkan Pelaksanaan Pekerjaan.
e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
f. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) 110 hari kalender yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas. Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti
rencana gambar bestek dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk
penambahan/pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara anwijing.
h. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syarat-syarat
(RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat kecuali bila hal tersebut
terjadi karena kesalahan penulisan yang jelas mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi
harus mendapat keputusan Konsultan Pengawas.
i. RKS dan gambar saling melengkapi. Bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedangkan RKS
tidak, maka gambar yang harus diikuti, begitu juga sebaliknya. Sedangkan BQ tidak mengikat
hanya sebagai acuan saat penawaran, sehingga gambar bestek dan RKS yang mengikat.
j. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar bestek
yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.
k. Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-keraguan,sehingga menimbulkan
kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan Konsultan Perencana
dan keputusan-keputusannya harus dilaksanakan.
3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan Jasa Konstruksi Pembangunan Gedung Layanan Bersama Fakultas Teknlogi Pertanian
Universitas Brawijaya Tahap I

Penjelasan Singkat
Pekerjaan Tahap I adalah merupakan pembangunan gedung yang meliputi
Pekerjaan Struktur, berupa :
- Pekerjaan persiapan, meliputi pekerjaan tanah, serta pekerjaan struktur meliputi pekerjaan beton
pondasi, kolom, balok dan plat lantai, dari lantai 1 sampai lantai 4 termasuk lantai atap beton.
Pekerjaan Arsitektur, berupa :
- Pekerjaan finishing, meliputi seluruh pekerjaan lantai, dinding, plafon, kusen, hingga pengecatan untuk
lantai 1 dan lantai 2. Sedangkan untuk lantai 3 sampai dengan lantai atap, pekerjaan hanya pemasangan
kusen dan finishing sisi luar dinding (eksterior) saja
Pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing, berupa :
- Pekerjaan mekanikal, meliputi pemasangan pompa, ac, fan dan instalasi pendukung mekanis.
- Pekerjaan elektrikal meliputi penyediaan panel, transformer, instalasi kabel, lampu, stop kontak,
penangkal petir, serta pekerjaan elektronik meliputi LAN/data, sound system, cctv, dan fire alarm.
- Pekerjaan plumbing, meliputi perpipaan untuk air bersih dan air kotor termasuk sistem pengolahannya,
serta fire hydrant.
Pekerjaan MEP yang tersebut di atas dikerjakan lengkap hanya untuk lantai 1 dan lantai 2. Sedangkan
untuk lantai 3 sampai dengan lantai atap, yang dikerjakan adalah tandon atas, intalasi pipa air utama dari
GWT dan distribusi ke lantai 1 dan lantai 2 dari tandon atas, serta pipa2 talang air hujan dari lantai atap.
Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan petunjuk yang sudah dicantumkan di dalam gambar dan
rencana kerja dan syarat–syarat, sehingga seluruh peralatan terpasang dengan baik dan benar serta
dapat berfungsi dengan baik.

4. IZIN BANGUNAN

4.1. Setelah Surat Pemerintah Mulai Kerja (SPMK) dikeluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan di urus oleh Pemberi Tugas.
4.2. Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat menunjukan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin bangunan
tersebut sedang diproses.
4.3. Tanpa ada izin bangunan dari instansi yang berwenang, maka Kontraktor Pelaksana tidak
diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun di sekitar lingkungan proyek.
4.4. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat papan nama proyek sesuai dengan persyaratan
yang berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
dimulai pekerjaan.

5. BANGSAL KONSULTAN PENGAWAS DAN BANGSAL KERJA/GUDANG

5.1. Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas yang berukuran 3 m x 4 m, dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding papan/plywood,
atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik serta cukup jendela dan
ventilasi/penerangan. Kantor tersebut tidak bersatu dengan gudang atau bangsal Kontraktor.
5.2. Bangsal Konsultan Pengawas tersebut harus dilengkapi dengan:
a. Dua buah meja tulis ukuran 120 cm x 60 cm.
b. Dua buah kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
c. Satu set meja kursi tamu.
d. Satu buah papan tulis yang berukuran 120 cm x 240 cm.
e. Satu buah meja besar yang berukuran 120 cm x 240 cm, untuk keperluan pertemuan/rapat
di lapangan.
f. Pada meja besar harus dilengkapi dengan kursi panjang yang sesuai dengan kebutuhan
rapat/pertemuan di lapangan.
g. Sebuah ruangan toilet dan dapur kecil sederhana dengan cukup persediaan air bersih.
5.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerjaan dan gudang untuk menyimpan bahan-
bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai kunci yang kuat/baik
untuk keamanan bahan/perlengkapan
5.4 Tempat mendirikan bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang, akan ditentukan
kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
5.5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya harus sudah siap dilokasi, sebelum
pekerjaan dimulai atau paling lambat 10 (sepuluh) hari sesudah SPMK diterima. Setelah
selesai pekerjaan tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas.
5.6 Pembongkaran Bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang setelah pelaksanaan
pembangunan selesai, adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana dan seluruh
bahan bongkaran menjadi milik Pemberi Tugas.

6. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

6.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor Pelaksana wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang berisi uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan
dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan bangunan dan
tenaga kerja.
6.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, maka Kontraktor Pelaksana harus membuat:
a. Rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/disetujui oleh Konsultan
Pengawas lapangan.
b. Gambar kerja, sebagai pegangan/pedoman bagi kepala tukang dan tenaga kerja di
lapangan yang harus diketahui Konsultan Pengawas lapangan.
c. Daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
bangunan.
6.3. Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawasan
dan Pemberi Tugas
6.4. Rencana Kerja (Time Schedule), harus selesai dibuat oleh Kontraktor Pelaksana, paling lambat
7 (tujuh) hari kalender, setelah SPMK diterima.
6.5. Kontraktor Pelaksana harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak 4
(empat) lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada dinding
bangsal kerja.
6.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor Pelaksana berdasarkan
rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

7. TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR

7.1. Kontraktor Pelaksana wajib menunjuk seorang kuasanya di lapangan (Manajer Pelaksana
proyek), yang mempunyai pengetahuan dibidang Teknik Arsitektur, cakap, gesit dan berwibawa
terhadap pekerja yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penunjukan ini harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor Pelaksana yang ditujukan
kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Pengelola Teknis proyek dan Konsultan
Pengawas.
7.2. Manajer Pelaksana proyek harus berpendidikan minimum Sarjana (S1) Jurusan Teknik
Arsitektur dan mempunyai pengalaman kerja lapangan minimum 5 (lima) tahun.
7.3. Selain Manajer Pelaksana proyek, maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan pula melaporkan
secara tertulis kepada Pengelola Teknis proyek dan Konsultan Pengawas, tentang susunan
organisasi pelaksana di lapangan (sesuai dengan penawaran) dengan nama dan jabatan
masing-masing.
7.3.1. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan
tenaga mandor, tukang dan pekerja yang cukup terampil serta cukup jumlahnya,
ditambah 2 (dua) orang draftman yang diperlukan untuk pembuatan shop drawing.
7.3.2. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang
dimaksud pada butir 1 dan 2 di atas apabila diminta oleh Konsultan Pengawas
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal
ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
Direksi.
7.3.3. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, Kontraktor Pelaksana harus membuat
pengaturannya sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau
lainnya dan mengenai pembayaran, perumahan, makan, transportasi dan pembayaran
yang harus dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus menjadi haknya berdasarkan
perundang-undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
7.3.4. Kontraktor Pelaksana tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik
Kegiatan selama masa kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemilik
Kegiatan.
7.3.5. Untuk mendapatkan tenaga staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor Pelaksana
harus memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari
tempat lokasi kegiatan.
7.3.6. Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan fasilitas yang memadai dan staf yang mampu
melakukan tugas pertolongan pertama pada kecelakaan di dalam lokasi kegiatan, sesuai
dengan keinginan Direksi.
7.3.7. Kontraktor Pelaksana akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa
kecelakaan di lokasi atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan. Kontraktor
Pelaksana juga harus melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang
apabila laporan tersebut disyaratkan oleh undang-undang.
7.3.8. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil
yang sesuai proses pengerjaan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video)
mulai dari awal (0%) sampai dengan progress mingguan sehingga didapatkan data dan
dokumentasi yang lengkap. Serta Dalam pencantuman personil baik dari penyedia ,
kontraktor , sub kontraktor dan semua yang terlibat dalam pengerjaan dan instalasi
harus ada identitas personil dan bila ada pergantian harus setara dan harus
dicantumkan dalam berita acara secara baik dan jelas.
7.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Pengelola Teknis proyek dan Konsultan Pengawas,
bahwa Manajer Pelaksana proyek kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya,
maka Kontraktor Pelaksana diharuskan mengganti Manajer Pelaksana tersebut dan harus
memberitahukan secara tertulis tentang Manajer Pelaksana proyek yang baru, demi kelancaran
pekerjaan.

8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN

8.1. Kontraktor Pelaksana harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli
dibidang pekerjaannya masing-masing, seperti : tukang pancang/bor, tukang besi, tukang kayu,
tukang pasang ubin/keramik, tukang cat, tukang atap, instalator mekanikal elektrikal dan tenaga
kerja lainnya.
8.2. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi proyek, maka Kontraktor Pelaksana harus
memberikan contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengawas lapangan dan bila sesuai
dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas lapangan, maka barulah boleh
didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan proyek.
8.3. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan
Konsultan Pengawas.
8.4. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan proyek, harus tepat pada waktunya
dan kualitasnya sudah disetujui Konsultan Pengawas dengan dibuktikan hasil uji
laboratorium/sertifikat baku mutu. Semua biaya-biaya yang timbul dalam uji laboratorium
menjadi tanggung jawab pelaksana.
8.5. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Konsultan Pengawas,
harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek, paling lambat 24 jam sesuai surat pernyataan
penolakan dikeluarkan.
8.6. Bahan bangunan yang berada di lokasi proyek dan akan dipergunakan untuk pelaksanaan
bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi proyek.
8.7. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan-bahan bangunan yang memenuhi persyaratan
mutu dan jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan konstruksi sesuai dengan
jadwal pelaksanaan.
8.8. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini. Sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan di sini akan diisyaratkan langsung di dalam
Bab-bab mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
a. Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaannya harus air tawar yang bersih tidak mengandung minyak,
garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium. Bila air yang digunakan dari
sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi laboratorium.
b. Semen
Semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC) Tipe I sesuai ASTM dan memenuhi
SNI (Standar Nasional Indonesia). Semen harus satu merk untuk penggunaan dalam
pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau seluruhnya.
Penyimpanan harus dilakukan dengan cara dan di dalam tempat (gudang) yang memenuhi
syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.
c. Pasir
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam dan bahan organik lainnya yang terdiri atas
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir pasang.
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi
dari laboratorium.
d. Kerikil
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
tercantum dalam SNI 2847-2019
8.9. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pengerjaan
bangunan agar upaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan.
8.10. Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
8.11. Untuk bahan-bahan kayu dan besi menggunakan bahan yang tersedia dipasaran dengan
toleransi ukuran maksimal 10% kecuali ditentukan lain dalam bestek.
8.12. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi lampu merah yang
cukup jelas dan terang agar tidak mengganggu lalulintas/kecelakaan, atau menurut petunjuk
Direksi.
8.13. Kontraktor Pelaksana harus membuat papan nama kegiatan yang berisikan data/informasi
mengenai kegiatan, dan terbuat dari kayu atau bahan lain yang tahan cuaca dengan tulisan
hitam warna dasar putih.
8.14. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan untuk
para pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan
keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus
segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana (dalam hal ini Kontraktor Pelaksana diwajibkan
mengikuti BPJS).
8.15. Semua material yang tersebutkan butir 1, 2 dan 3, setelah selesainya pelaksanaan kembali
menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari lapangan pekerjaan.

9. KEAMANAN PROYEK

9.1. Kontraktor Pelaksana diharuskan menjaga terhadap barang-barang milik proyek, Konsultan
Pengawas dan pihak ketiga yang ada di lapangan, baik terhadap pencurian maupun
pengrusakan.
9.2. Untuk maksud diatas maka Kontraktor Pelaksana harus membuat pagar pengaman dari kayu
dan seng serta perlengkapan lainnya yang dapat menjamin keamanan.
9.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat, dan hasil pekerjaan, maka
akan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
9.4. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas akibatnya.
Untuk mencegah bahaya kebakaran Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan minimal tabung
pemadam (fire extinguiser 4 Kg) yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat-tempat yang
strategis dan mudah dicapai.

10. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

10.1. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, Kontraktor
Pelaksana harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor Pelaksana harus mendaftarkan pekerja sebagai peserta BPJS sesuai dengan
peraturan Pemerintah yang berlaku.
10.2. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh dari ketinggian, maka
Kontraktor Pelaksana harus menyediakan sabuk/jaring pengaman kepada pekerja yang
berada pada posisi pekerjaan tersebut.
10.3. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor
Pelaksana harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya yang
siap dipakai apabila sewaktu waktu diperlukan.
10.4. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan yang serius,
maka Kontraktor Pelaksana harus segera membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat
dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
10.5. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dipihak ketiga.
10.6. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan kamar mandi sementara lengkap dengan closet
dan air bersih yang cukup serta sistem pembuangannya (septictank dan peresapan) dalam
jumlah yang disesuaikan dengan banyaknya tenaga kerja dan selalu dijaga kebersihannya.
B. SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

DAFTAR ISI
BAB 1 : KEADAAN LAPANGAN
BAB 2 : PEKERJAAN PERSIAPAN/PENDAHULUAN
BAB 3 : PEKERJAAN TANAH
BAB 4 : PEKERJAAN PONDASI BOR
BAB 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG
BAB1 : KEADAAN LAPANGAN

Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi tempat pekerjaan harus ditinjau lebih dahulu oleh
Direksi bersama-sama dengan Kontraktor Pelaksana. Apabila tidak ada kesamaan antara
keadaan lapangan dengan keadaan seperti yang ditunjuk dalam gambar, maka Kontraktor
Pelaksana segera menyampaikan secara tertulis kepada Direksi untuk mendapatkan
penyelesaian lebih lanjut.

BAB 2 : PEKERJAAN PERSIAPAN/PENDAHULUAN

2.1 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi seluruh persiapan untuk pelaksanaan Pekerjaan Jasa Konstruksi Pembangunan


Gedung Layanan Bersama Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tahap I,
Kota Malang.

PEKERJAAN PERSIAPAN

2.2.1 Hak bekerja di lapangan


Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh pihak Pemberi Tugas kepada Kontraktor
Pelaksana selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan pada waktu
peninjauan.

2.2.2 Pemakaian halaman untuk bekerja


Apabila Kontraktor Pelaksana akan mendirikan bangunan sementara (direksi keet dan
gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka harus merundingkan terlebih dahulu
kepada pihak Pemberi Tugas tentang penggunaan halaman ini

2.2.3 Kontraktor Pelaksana harus menyediakan kotak obat/PPPK.

2.2.4 Jalan masuk ketempat pekerjaan


a. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan serta
akomodasi tambahan di luar daerah Kerja, menjadi tanggungan Kontraktor
Pelaksana.
b. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan lainnya
yang disebabkan adanya pembangunan ini maka Kontraktor Pelaksana
berkewajiban memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam masa
pemeliharaan.
c. Kontraktor Pelaksana diharuskan menyiapkan alat-alat pengaman terhadap
kebakaran dan keamanan kerja lainnya di lokasi kegiatan.

2.2.5 Peralatan Pendukung Pekerjaan dan Lain Sebagainya


Kontraktor Pelaksana harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan secara sempurna dan efesien dengan urutan yang teratur, termasuk semua
alat-alat yang dipergunakan seperti: Instalasi, steger, alat pengangkat mesin-mesin,
pekerja-pekerja, alat-alat penarik, bahan-bahan dan lain sebagainya yang diperlukan
oleh Kontraktor Pelaksana dan untuk menyingkirkan semua alat-alat tersebut pada
waktu pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi, dan untuk memperbaiki
kerusakan yang diakibatkannya.
2.2.6 Direksi Keet
Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan mendirikan semua bangunan sementara
direksi keet untuk keperluan kegiatan kantor lapangan lengkap dengan perabot dan
peralatan masing-masing luasan mengikuti kebutuhan, dan juga tempat penyimpanan
barang-barang. Penggunaan bangunan yang ada di lapangan untuk maksud-maksud
ini hanya diizinkan setelah Kontraktor Pelaksana memperoleh persetujuan tertulis dari
Lembaga yang bersangkutan.

2.2.7 Pembangkit Tenaga Listrik Sementara


Setiap pembangkit tenaga listrik sementara atau penerangan buatan yang
dipergunakan untuk pekerjaan, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana , termasuk
pemasangan sementara dari kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan serta
pemberesannya kembali waktu pekerjaan selesai, adalah beban Kontraktor Pelaksana .

2.2.8 Penyediaan Air Kerja


Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan apabila mungkin dapat dari sumber
yang sudah ada. Kontraktor Pelaksana harus membuat sambungan-sambungan
sementara yang diperlukan atau cara lain untuk mengalirkan air dan mencabutnya
kembali pada waktu pekerjaan selesai dan membetulkan segala pekerjaan yang
terganggu. Tidak diperbolehkan menyambung dan mengambil air dari saluran induk,
lobang penyedot (tap point), reservoir dan sebagainya, tanpa terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas. Apabila air didapat dari sumber lain, Kontraktor
Pelaksana harus membayar segala ongkos penyambungan, air yang dipakai, dan
pembongkaran kembali. Pemberi Tugas dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau
mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor Pelaksana untuk keperluan itu.

2.2.9 Pencegahan Pelanggaran Wilayah


Kontraktor Pelaksana diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar tempat
pekerjaan dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang
berdekatan.

2.2.10 Orang-Orang yang Tidak Berkepentingan


Kontraktor Pelaksana harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
tempat pekerjaan dan dengan tegas tetapi sopan memberikan perintah sedemikian
rupa kepada ahli tekniknya yang bertugas dan para penjaga.

2.2.11 Perlindungan Terhadap Milik Umum


Kontraktor Pelaksana harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil dan pemakaian
jalan, bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan, kotoran baik lumpur maupun
sisa pengecoran dan sebagainya yang diakibatkan dari aktivitas proyek , serta
memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan umum maupun pejalan kaki,
selama kontrak berlangsung. Kontraktor Pelaksana juga bertanggung jawab atas
gangguan dan pemindahan yang terjadi atas utilitas (kepentingan umum) seperti
saluran air, telepon, listrik, dan sebagainya, yang disebabkan oleh operasional/aktivitas
pekerjaan. Kontraktor Pelaksana akan diminta membayar segala ongkos dan biaya
untuk yang berhubungan dengan pemasangannya kembali serta perbaikan-
perbaikannya.
2.2.12 Perlindungan Terhadap Bangunan-Bangunan yang Ada
Lokasi pembangunan gedung baru berada diantara dua gedung lama/existing. Oleh
karena itu pada saat pelaksanaan pembangunan harus diperhatikan agar tetap
menjaga keamanan kedua gedung dari kerusakan akibat pekerjaan baru. Selain
daripada hal tersebut, Kontraktor Pelaksana juga harus mengelola dengan baik
pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimbulkan efek getaran yang keras, karena di
dalam bangunan lama terdapat beberapa peralatan yang sensitif. Untuk itu harus selalu
disiapkan dan dilakukan metode pelaksanaan yang tepat setiap kali melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang akan menimbulkan potensi kerusakan akibat getaran.
Selama masa-masa pelaksanaan pembangunan, Kontraktor Pelaksana bertanggung
jawab penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas jalan- jalan, saluran-
saluran pembuangan dan sebagainya, di tempat pekerjaan dan kerusakan-kerusakan
sejenis yang disebabkan karena operasi-operasi Kontraktor Pelaksana dalam arti kata
yang seluas-luasnya. Atas segala kerusakan yang terjadi, semua harus diperbaiki
kembali oleh Kontraktor Pelaksana hingga dapat diterima Pemberi Tugas.

2.2.13 Penjagaan, Pembuatan Pagar dan Papan Nama Proyek


Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan, dan
perlindungan terhadap pekerjaan yang yang dianggap penting selama pelaksanaan
kontrak, siang dan malam hari. Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab terhadap
Kontraktor Pelaksana dan sub Kontraktor atas kehilangan atau kerusakan bahan-bahan
bangunan atau peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan. Kontraktor
Pelaksana wajib mengadakan, mendirikan dan memelihara pagar sementara (pagar
proyek) yang diperlukan untuk keamanan dan perlindungan terhadap pekerjaan dan
umum, juga membayar segala upah dan biaya yang resmi untuk keperluan tersebut.
Pagar proyek tersebut dari seng gelombang dicat sebelah luarnya, dan juga pembuatan
papan nama proyek.

2.2.14 Perlindungan Pekerjaan


Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan, termasuk
bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tempat pekerjaan, hingga kontrak
selesai dan diterima Pemberi Tugas. Ia harus mengingat perlengkapan bahan-bahan
dari segala kemungkinan kerusakan untuk seluruh pekerjaan, termasuk bagian-bagian
yang dilaksanakan oleh sub Kontraktor Pelaksana dan mengingat agar pekerjaan
bebas dari air hujan lebat dan banjir, dengan jalan melindunginya memakai tutup yang
layak, memompa, menimba atau seperti apa yang dikehendaki atau diintruksikan.

2.2.15 Kesejahteraan, Keamanan dan Pertolongan Pertama


Kontraktor Pelaksana harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengamanan yang untuk melindungi para pekerja dan tamu pekerjaan.
Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini selain untuk memuaskan Pemberi
Tugas, juga harus menurut (memenuhi) ketentuan undang-undang yang berlaku pada
waktu ini. Dipekerjaan Kontraktor Pelaksana wajib mengadakan perlengkapan yang
cukup untuk pertolongan pertama, yang mudah dicapai, sebagai tambahan hendaknya
disetiap site ditempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah dilatih dalam soal-
soal mengenai pertolongan pertama.
2.2.16 Pembersihan Lokasi
Lingkup pekerjaan tersebut antara lain pembersihan semua sisa pekerjaan yang
kemungkinan dapat mengganggu aktivitas pelaksanaan, menyedot dan membersihkan
genangan air dan lumpur dengan alat bantu pompa, pembersihan lingkungan sekitar
terutama akses jalan yang digunakan selama berjalannya aktivitas dari kotoran dan
debu, pembersihan lingkungan dan akses jalan yang digunakan setelah masa kontrak
selesai. Semua kotoran atau hasil pembersihan harus dikeluarkan dari lingkungan
proyek dan lokasi pembuangan diluar lingkup kampus Universitas Brawijaya Malang.

BAB : 3 PEKERJAAN TANAH

3.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan persiapan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “Pekerjaan Tanah” seperti tertera pada gambar
dan spesifikasi ini, tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut. Semua persiapan,
pembersihan galian, dan urugan untuk bangunan seperti yang ditentukan Konsultan Pengawas.

3.2 UMUM
Persiapan dan pembersihan daerah yang dikerjakan:
a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban melaksanakan seluruh pekerjaan penggalian sesuai
dengan ketentuan, peraturan hukum yang berlaku.
b. Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Pembersihan harus dilakukan
terhadap semua belukar, sampah yang tertanam dan material/benda-benda lain yang tidak
diinginkan berada dalam daerah yang akan dikerjakan, semuanya harus dihilangkan,
ditimbun dan kemudian dibakar atau dibuang, dengan cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput, dan sebagainya,
harus dihilangkan sampai kedalaman sesuai yang direncanakan di bawah tanah
dasar/permukaan.
c. Semua daerah urugan harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun terhadap
urugan baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau bahan yang dapat
menimbulkan pelapukan di kemudian hari.
d. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan
pelaksana pekerjaan dan harus dibuat dari kayu meranti atau setaraf setebal 3 cm dengan
tiang kaso-kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8 sampai 10cm dengan jarak 2 meter satu
sama lain. Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan sifat datar
(waterpass).
e. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Kontraktor Pelaksana
f. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan
berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila dianggap perlu siap untuk
mengadakan pengukuran ulang.
g. Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang menyatakan
as-as dan atau level peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak hilang terkena air/hujan.
h. Elevasi lapangan/kontur harus diasumsikan sesuai dengan gambar topografi yang
ditentukan. Jika timbul keragu-raguan tentang ketepatan elevasi tersebut, maka elevasi
akan ditentukan bersama dengan Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas sebelum
pekerjaan dimulai.
i. Semua material galian termasuk batu-batuan harus dibuang keluar lapangan dan semua
biaya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Tempat
penampungan material galian akan ditentukan oleh Pemberi Pekerjaan dan semua biaya
yang timbul adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3.3 PEKERJAAN GALIAN

3.3.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan galian harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam gambar.
Kontraktor Pelaksana harus menjaga supaya tanah dibawah dasar elevasi seperti pada
gambar rencana tidak terganggu. Jika terganggu Kontraktor Pelaksana harus
menggalinya dan mengurug kembali lalu dipadatkan sesuai syarat-syarat yang tertera
dalam spesifikasi di bawah ini.

3.3.2 Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang
ditentukan menurut keperluan.
b. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar setiap galian masih
terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar
sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan
sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
c. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air dengan jumlah
dan kapasitas yang cukup atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja
terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
d. Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian
agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau kemiringan lereng yang cukup dan plester seperti gambar.
e. Kontraktor Pelaksana juga diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan
terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali dengan lobang galian yaitu dengan
memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin
bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
f. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah
tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
g. Bagian-bagian yang diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih bebas
dari segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.
Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan lubang-lubang galian yang
terletak di dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir urug yang diratakan
dan disiram air serta dipadatkan sampai mencapai 90% kepadatan kering maksimum
yang dibuktikan dengan test laboratorium.
h. Muka air tanah harus selalu berada 100 cm di bawah elevasi dasar pondasi terendah.
i. Selama pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan agar tidak
mengganggu atau merusak saluran drainase, pipa air, pipa gas,kabel dan lain-lain,
maka Konsultan Pengawas harus segera diberitahu sebelum penggalian dilanjutkan.
Segala kerusakan pada saluran atau jaringan kabel, pipa dan lain-lain harus segera
diberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan sebagai biaya sehubungan dengan
hal tersebut termasuk biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
j. Semua air genangan di dalam proyek selama pekerjaan galian harus dipompa keluar
dan semua konstruki sistem drainase serta sistem dewatering yang diperlukan
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Saluran di dalam dan di sekeliling site
harus disediakan sesuai dengan gambar. Apabila diperlukan dewatering harus
dilaksanakan untuk menjaga agar galian bebas dari genangan air tanah dan air hujan
selama pekerjaan galian dan sesudahnya sesuai ketentuan. Semua biaya yang timbul
sehubungan dengan pekerjaan tersebut di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

3.3.3 Sistem Pengamanan Galian


a. Kestabilan dinding galian
Kontraktor Pelaksana diharuskan melakukan semua langkah-langkah pencegahan
kelongsoran yang mungkin diperlukan antara lain seperti stritting dan shoring selama
waktu yang ditentukan dalam kontrak. Apabila diperlukan, penggalian tambahan dan
timbunan kembali akibat langkah-langkah pencegahan tersebut harus menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana harus menjaga dan
memelihara kestabilan seluruh dinding, kemiringan dinding galian, membuang tanah
longsoran dan memperbaiki kerusakan yang timbul selama jangka waktu kontrak dan
masa pemeliharaan selanjutnya.
b. Pengamanan terhadap pondasi yang bersebelahan.
Apabila level galian lebih rendah dari pada level pondasi bangunan yang
bersebelahan, maka pengamanan dinding galian harus diberikan pada bagian
tersebut dengan perkuatan batu kali atau beton atau sheet pile seperti yang
ditunjukkan pada gambar.
c. Inspeksi pekerjaan galian
Seluruh pekerjaan galian harus diinspeksi oleh Konsultan Pengawas, sebelum
pemasangan tulangan, pengecoran beton, atau pekerjaan lain dilanjutkan.
d. Kebersihan jalan lingkungan
Selama pekerjaan galian semua alat berat, truk dan kendaraan angkut lain harus
dibersihkan pada saat akan meninggalkan proyek dan Kontraktor Pelaksana harus
mengupayakan agar kendaraan angkut tidak mengotori jalan.
e. Timbunan
Apabila diperlukan penimbunan, akibat kelalaian atau kesalahan galian dan lain-lain,
maka pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
berikut ini. Seluruh area yang akan ditimbun harus dibersihkan dari segala kotoran
dan sampah sebelum penimbunan. Material untuk timbunan dapat menggunakan
material hasil galian yang dipilih/ditentukan oleh Konsultan Pengawas atau dengan
mendatangkan material timbunan dari luar yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Timbunan harus dikerjakan sampai level, dimensi dan kemiringan yang ditentukan
dalam gambar. Material timbunan harus dipadatkan secara berlapis-lapis (max 250
mm) dengan alat-alat kompaksi sehingga mencapai kepadatan tanah yang ditentukan
dibawah ini. Penggunaan alat-alat berat tidak boleh dipergunakan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal tersebut dapat membahayakan pekerjaan lain atau saluran,
pipa dan lain-lain. Pekerjaan timbunan hanya dapat dilaksanakan setelah diinspeksi
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3.4 PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN
Yang dimaksud disini adalah pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah dengan syarat
khusus dimana tanah hasil urugan ini akan digunakan sebagai pemikul beban.

3.4.1 Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan demi terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan galian ini meliputi seluruh detail yang dibutuhkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
c. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan dan penimbunan
kembali, juga seluruh sisa-sisa, puing-puing, sampah-sampah harus disingkirkan dari
lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana

3.4.2 Bahan-Bahan
a. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum 10 cm padat (setelah
disirami, diratakan, dan dipadatkan) di bagian atas dari urugan bawah plat-plat beton
bertulang, beton rabat dan pondasi dangkal harus terdiri dari urugan pasir padat.
b. Di bawah lapisan pasir tersebut urugan yang dipakai adalah dari jenis tanah silty clay
yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan yang bisa lapuk serta bahan
batuan yang telah dipecah-pecah dimana ukuran dari batu pecah tersebut tidak boleh
lebih besar dari 15 cm.

3.4.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan


a. Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis sedemikian rupa
sehingga dicapai suatu lapisan setebal 15 cm dalam keadaan padat. Tiap lapisan
harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diurug.
b. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat-alat
pemadat/Compactor “Vibrator type” yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan tidak kurang dari
95% dari kepadatan kering maksimum hasil laboratorium.
c. Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum dari percobaan Proctor. Kontraktor
Pelaksana harus melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap kadar air
optimum minimal satu kali setiap jenis tanah yang dijumpai di lapangan. Contoh tanah
tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk bukti
penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh, kepadatan
kering maksimum dan kadar air optimum.
d. Pengeringan atau pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan tanah supaya
daerah yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
e. Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu besar
bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-batu kecil yang
dipadatkan.
f. Kelebihan material galian harus dibuang oleh Kontraktor Pelaksana ke tempat
pembuangan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
g. Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan dari tempat
lain, tanpa biaya tambahan.
h. Kandungan pasir pada sirtu termasuk dalam kategori pasir urug dengan butiran 2-5
mm, dan batu kerikil dengan butiran 1-3 cm. Sirtu harus bersih dari kotoran, humus
dan bahan organik yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan itu sendiri.
3.4.4 Sarana Darurat
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus membuat drainase
sementara ataupun menyediakan pompa sehingga pada lokasi proyek tidak terjadi
pengurangan air. Pembuatan drainase tersebut sudah harus diperhitungkan dalam
penawaran dan dalam pelaksanaannya harus terlebih dahulu disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

3.4.5 Pengujian Mutu Pekerjaan


a. Konsultan Pengawas harus memberitahu bila penelitian di lapangan sudah dapat
dilaksanakan untuk menentukan kepadatan sebenarnya dilapangan.
b. Jika kepadatan di lapangan kurang dari 95% dari kepadatan maksimum maka
Pelaksana Pekerjaan harus memadatkan kembali tanpa biaya tambahan sampai
memenuhi syarat kepadatan, yaitu tidak kurang dari 95% dari kepadatan maksimum
laboratorium. Penelitian kepadatan dilapangan harus mengikuti prosedur ASTM D-
1556-70 atau perosedur lainnya yang disetujui Manajemen Konstruksi dan semua
biaya yang timbul untuk keperluan ini menjadi beban Pelaksana Pekerjaan.
c. Penelitian kepadatan di lapangan tersebut dilaksanakan setiap 500 meter persegi dari
daerah yang dipadatkan atau ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
d. Penentuan kepadatan di lapangan dapat dipergunakan salah satu dari cara/prosedur
dibawah ini:
•“Density of soil inplace by sand-cone method” AASHTO.T.191
•“Density of soil inplace by driven cylinder method” AASHTO.T.204
•“Density of soil inplace by the rubber ballon method”AASHTO.T.205
atau dengan cara lain harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas.

3.4.6 Urugan Sirtu


• Sirtu adalah bahan tambang yang secara alamiah campuran pasir dengan batu
kerikil/koral, dengan komposisi 60% pasir : 40% batu.
• Kandungan pasir pada sirtu termasuk dalam kategori pasir urug dengan butiran 2-
5 mm, dan batu kerikil dengan butiran 1-3 cm. Sirtu harus bersih dari kotoran,
humus dan bahan organik yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan itu sendiri.
• Urugan terdiri dari lapisan sirtu (20 cm untuk peninggian lantai. Lapisan sirtu harus
mempunyai nilai CBR-25.
• Lapisan sirtu tidak boleh terlalu banyak mengandung tanah.
• Lapisan sirtu dipadatkan dengan mesin gilas/vibro hingga padat. Untuk
mendapatkan kepadatan yang baik, pada waktu pemadatan sirtu, disiram air
secukupnya.
BAB : 4 PEKERJAAN PONDASI BOR

4.1. UMUM

1. KETENTUAN UMUM
1. Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan semua gambar kerja, bahan dan tenaga
kerja yang diperlukan.
2. Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti semua ketentuan dalam buku RKS ini
3. Kecuali dalam gambar atau RKS ditentukan lain, sebagai dasar peraturan ialah
SNI 2847-2019 ; Beban Minimum untuk Perencanaan dan Struktur Lain.
4. Kontraktor Pelaksana harus memelihara, memperbaiki, menyelesaikan dan
mengerjakan semua pekerjaan dan pekerjaan tambahan, sehingga menghasilkan
pekerjaan yang sesuai dengan gambar rencana.
5. Kontraktor Pelaksana harus melampirkan metode pelaksanaan yang akan
digunakan dalam proyek ini dengan memperhatikan kondisi lapisan tanah yang
ada. Dalam metode pelaksanaan ini antara lain harus dijelaskan bagaimana cara
mengatasi kondisi tanah pada proyek ini dan peralatan apa yang dibutuhkan
untuk itu.
6. Tiang-tiang fondasi bor harus dibuat sesuai dengan rencana yang dibuat oleh
Konsultan Perencana seperti terlihat dalam gambar rencana. Kedalaman tanah
keras yang pada proyek ini diperkirakan terdapat pada kedalaman 10.2 m
dibawah muka tanah yang ada pada saat sekarang.
7. Dalam melaksanakan pekerjaan tiang bor ini Kontraktor Pelaksana diwajibkan
untuk mengambil dan menyimpan contoh tanah dari :
- Dasar dari lubang bor.
- ½ meter di atas dasar lubang bor.
- 1 meter di atas dasar lubang bor.
- 1½ meter di atas dasar lubang bor.
- Setiap perubahan lapisan tanah yang dijumpai pada saat pengeboran.

2. GAMBAR KERJA
1. Kontraktor Pelaksana harus membuat dan mengajukan gambar kerja kepada
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilaksanakan.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki gambar-gambar kerja sesuai dengan
semua perubahan yang dilakukan di lapangan (As-built) dan menyerahkan
kepada Pengawas pada akhir waktu pelaksanaan.

3. STANDAR
Spesifikasi dokumen kontrak harus sesuai dengan keinginan Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas. Semua pekerjaan beton bertulang harus
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi “PEKERJAAN BETON BERTULANG”
dan SNI 2847-2019, kecuali bila ada perubahan-perubahan khusus yang akan
disebutkan kemudian.

4.2. BAHAN

1. TIANG BORE
1. Tiang Bore dengan diameter 40 cm dan diameter 60 cm, Beton untuk bahan tiang
bor, harus mempunyai tegangan tekan karakteristik fc’ = 24,9 Mpa sesuai SNI
2847-2019.
2. Tulangan utama digunakan BJTS-420 B dan Tulangan Beugel digunakan BJTP-
280, sesuai SNI 2052-2017
4.3 TATA CARA PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. PENGUKURAN.
1. Data mengenai ketinggian dan skema penempatan tiang tercantum dalam gambar.
Penentuan lokasi dan pekerjaan uitzet tiang dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana, Kontraktor Pelaksana harus memelihara semua ketinggian yang
ditentukan, termasuk ketinggian dari ujung atas tiang sebelum tiang dipotong.
2. Semua patok harus diperiksa secara teratur untuk menjamin agar kegiatan
pemancangan tiang tidak sampai mengakibatkan patok itu bergerak. Pada Gambar
Kerja, tiap tiang bor harus diberi nomor.
3. Patok-patok referensi, Bouwplank dan pengukuran. Semua ukuran ketinggian yang
dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan dinyatakan terhadap Datum  0.00 LWS
(Low Water Spring).
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat patok referensi, menara ketinggiannya
terhadap Datum dengan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas. Penentuan patok-patok bouwplank dan lain-lain,
harus dilakukan dengan peralatan Theodolithe/Waterpass yang sebelumnya harus
diperiksakan/disetujui.
5. Ukuran-ukuran dinyatakan dengan metrik, kecuali bila dinyatakan lain.
6. Hasil pengukuran di lapangan harus dapat dikaitkan dengan patok-patok tetap
(Bench Mark) yang telah ada menurut petunjuk Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas di lapangan, dan bila diperlukan Kontraktor Pelaksana harus
memasang patok-patok pembantu untuk menentukan ketinggian dan koordinat
lokal. yang harus dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan
berlangsung. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu/bouwplank harus
diperiksa/disetujui oleh Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas
7. Kontraktor Pelaksana harus mengecek titik-titik as tiang bor sesuai dengan letak
titik-titik as kolom yang akan dilaksanakan.

4.4 PELAKSANAAN PEMBUATAN TIANG BORE

1. Setelah lokasi tiang bor yang akan dibuat ditentukan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas maka pekerjaan pembuatan tiang bor dapat dimulai. Sebelum
pekerjaan ini dimulai Kontraktor Pelaksana sudah harus menyiapkan drilling record
yang bentuk dan isinya sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Isi drilling
record antara lain tertulis dalam item pekerjaan
2. Tahap pertama adalah pekerjaan pengeboran. Pekerjaan pengeboran harus
dilakukan dengan mempergunakan rotary drilling machine yang sudah
memperoleh persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3. Minimum harus disediakan 1 set alat bor cadangan, serta peralatan casing
sementara (apabila diperlukan). Alat-alat ini harus dapat dipergunakan untuk
melakukan pengeboran menembus air, lapisan keras, batu besar,
serpihan-serpihan cadas, tanah liat yang keras, kerikil dan pasir.
4. Bila kekuatan dinding lubang bor diperkirakan tidak cukup kuat menahan longsor,
perlu dipergunakan steel casing sementara dengan ukuran panjang yang sesuai
dengan kebutuhan. Sambungan dari casing harus kedap air.
5. Kondisi lapisan tanah untuk proyek ini dapat dilihat pada Hasil Penyelidikan
Tanah. Dari kondisi tanah yang ada Kontraktor Pelaksana harus sudah
mempertimbangkan dalam mengajukan penawaran bahwa kemungkinan besar
perlu atau tidak digunakannya steel casing sementara sedalam lubang bor.
6. Drilling record harus berisi antara lain kedalaman dari pengeboran, waktu
pelaksanaan, klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda dan
gangguan-gangguan/kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi pada saat
pengeboran harus dibuat selengkap mungkin. Kontraktor Pelaksana diminta untuk
melampirkan drilling records yang biasa digunakan dalam penawaran.
7. Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah keras yang
disyaratkan, dimana ciri-cirinya ditentukan berdasarkan Hasil Penyelidikan Tanah
dan kedalamannya bervariasi sekitar 10.2 meter di bawah muka tanah asli. Pada
waktu pengeboran dilakukan harus dilakukan pencatatan mengenai elevasi dan
jenis lapisan lapisan tanah yang dijumpai. Selanjutnya harus diambil contoh tanah
dari setiap elevasi tersebut dan disimpan sedemikian rupa sehingga sifat asli dari
tanah tersebut tidak berubah. Contoh tanah tersebut harus dapat ditunjukkan
kepada Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas setiap saat jika diperlukan oleh
Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas.
8. Untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimal Kontraktor Pelaksana diwajibkan
menempatkan seorang ahli tanah yang sudah berpengalaman dengan
pekerjaan tiang bor. Pengeboran baru dihentikan setelah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas. Walaupun telah disetujui oleh Konsultan Pengawas,
tetapi tanggung jawab atas mutu pekerjaan yang dihasilkan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
9. Setelah pengeboran selesai harus dicatat kedalaman yang dicapai. Tahapan
kedua adalah pekerjaan pembersihan dasar lubang bor dari longsoran dan lumpur
yang terjadi pada dasar lubang bor. Pekerjaan ini mutlak harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana karena longsoran dan lumpur tersebut dapat mempengaruhi
daya dukung serta perilaku dari tiang bor. Pekerjaan pembersihan ini baru dapat
dihentikan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Lama
pembersihan dan kedalaman dari lubang bor setelah pembersihan dilakukan ini
harus dicatat.
10. Tahap selanjutnya adalah penyetelan/pemasangan tulangan dari tiang bor.
Tulangan dari tiang bor harus sudah siap dimasukkan ke dalam lubang bor
setelah pekerjaan pembersihan selesai dilakukan. Apabila ternyata tulangan
tersebut belum siap maka pekerjaan pembersihan lubang bor harus dilakukan
kembali sampai tulangan tersebut siap untuk dimasukkan. Apabila ternyata
diperlukan penyambungan tulangan maka di tempat pekerjaan harus disediakan
mesin las yang dapat digunakan setiap saat untuk mengelas tulangan. Pada sisi
luar tulangan harus diberi beton decking setebal 7 cm pada beberapa tempat
untuk mendapatkan selimut beton yang baik pada semua bagian tiang bor.
11. Setelah tulangan tiang bor terpasang dilakukan kembali pengukuran kedalaman
lubang bor yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dan diketahui oleh
Konsultan Pengawas. Apabila ternyata terjadi pengurangan kedalaman lubang bor
dibandingkan dengan kedalaman pada saat pembersihan selesai dilakukan, maka
tulangan terpasang tersebut harus dikeluarkan kembali dan harus dilakukan
pekerjaan pembersihan kembali. Tidak diperkenankan melanjutkan ke tahap
pekerjaan selanjutnya sebelum tahapan ini disetujui oleh Konsultan Pengawas.
12. Tahapan selanjutnya adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor.
Setelah pekerjaan pemasangan tulangan selesai dilakukan, maka adukan beton
yang akan digunakan sudah harus siap di tempat pekerjaan, sehingga
pengecoran langsung dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Pengecoran ini harus dilakukan sampai selesai, tidak
diperkenankan menunda pekerjaan pengecoran ini.
13. Apabila pengecoran ini tidak selesai karena sesuatu alasan maka tiang bor ini
dianggap tidak memenuhi syarat lagi dan Kontraktor Pelaksana harus mengganti
tiang tersebut dengan tiang bor baru yang letaknya berdekatan dengan tiang bor
yang gagal tersebut. Semua risiko akibat hal ini adalah tanggungan Kontraktor
Pelaksana. Untuk mencegah hal tersebut maka Kontraktor Pelaksana sudah
harus dapat memperkirakan jumlah/volume adukan beton yang akan digunakan
pada lubang bor yang sudah disiapkan. Harus diadakan pencatatan volume yang
diperkirakan akan digunakan dengan volume adukan yang terpakai
sesungguhnya. Waktu dan lama pengecoran harus dicatat.
14. Ada hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan tiang bor
ini, yaitu apabila tahapan pertama sudah dimulai maka pekerjaan ini harus
diselesaikan sampai tahap yang terakhir dan tidak boleh ada penundaan waktu di
antara tahap-tahap pekerjaan.

4.5 BAJA TULANGAN.

1. Syarat-syarat umum untuk baja tulangan , lihat bab “PEKERJAAN BETON


BERTULANG” pada spesifikasi ini dan untuk panjang baja tulangan lihat gambar
rencana Konsultan Perencana dengan memperhatikan stek-stek yang
disyaratkan.
2. Tulangan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah dari mutu BJTS 420B
untuk tulangan lebih besar dan sama dengan D 10 dan BJTP 280 untuk tulangan
spiral kecuali ditentukan lain dalam gambar, sesuai SNI 2052-2017
3. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum hasil pekerjaan pengeboran dan
tahapannya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Setiap 20 ton besi harus dilengkapi dengan hasil uji laboratorium.

4.6 PEKERJAAN BETON

1. Syarat-syarat umum dapat dilihat pada bab “PEKERJAAN BETON BERTULANG”


pada spesifikasi ini.
2. Komposisi, pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai
dengan spesifikasi Pekerjaan Beton Bertulang.
3. Mutu beton yang disyaratkan adalah fc’ = 24.9 Mpa, sesuai SNI 2847-2019.
dengan slump 10 ± 2 cm.
4. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum hasil pekerjaan pengeboran dan
tahapannya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Pipa tremie yang dipergunakan harus mempunyai diameter minimum 20 cm serta
receiving hopper harus mempunyai kapasitas setidak-tidaknya sama dengan
kapasitas pipa yang disuplay dengan beton. Bagian bawah dari pipa tremie harus
ditutup dengan plat yang di "tape". Sebelum pengecoran dimulai, lemparkan
sebuah kerikil kecil kedalam lubang pipa, bila terdengar suara benturan dengan
plat penutup, maka itu berarti bahwa plat penutup tersebut masih berada
ditempatnya dan tidak bocor.
6. Posisi dari pipa tremie harus diatur sedemikian rupa sehingga dasar dari pipa
tersebut paling tidak 1.5 m di bawah permukaan beton pada setiap tahap
pengecoran. Pengecoran beton harus terus menerus tanpa berhenti.
7. Untuk setiap 10 - 15 m3 beton dilakukan 2-3 benda uji silinder. Biaya uji silinder
beton seluruhnya menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
8. Volume actual dari beton yang dipergunakan harus dicatat dan dicek dengan
perhitungan volume diatas kertas untuk menyakini bahwa tidak terjadi "necking"
atau "caving" didalam lubang bor.

4.7. TOLERANSI POSISI TIANG BOR.

1. Deviasi maksimum terhadap posisi pondasi bor harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut :
- Deviasi maksimum diukur disetiap arah horisontal terhadap garis grid
patokan, maksimum : 7,5 cm.
- Deviasi level dari permukaan atas tiang, maksimum : 2,0 cm.
- Toleransi sumbu vertikal = 1:80
2. Khusus untuk tiang bor tunggal toleransi ini harus diperhatikan benar, karena
penyimpangan sedikit saja dari toleransi ini berakibat fatal dan Kontraktor
Pelaksana harus mengganti tiang bor yang gagal tersebut dengan tiang bor baru
yang letaknya akan ditentukan oleh Konsultan Perencana. Semua biaya tambahan
yang timbul karena perubahan pada jumlah tiang bor, disain dari kepala tiang,
balok fondasi baik dari segi material, waktu maupun biaya perencanaan ulang
yang diakibatkan oleh kesalahan/kegagalan dalam melaksanakan pembuatan
tiang bor, seluruhnya menjadi beban Kontraktor Pelaksana.

4.8. URUT-URUTAN PEMBUATAN TIANG BORE

Bila terdapat 5 buah tiang bor dalam satu berkas fondasi, maka tiang yang terletak di
tengah harus dilaksanakan terlebih dahulu. Pembuatan tiang baru yang terletak di
sebelah tiang yang baru selesai dicor harus mempunyai tenggang waktu minimum 7
hari dan harus memperoleh persetujuan dari Pengawas.

4.9 PEMBUATAN AS BUILT DRAWING

1. Segera setelah pekerjaan selesai Kontraktor Pelaksana harus membuat "As Built
Drawing" dari letak tiang bor dan dibandingkan dengan letak tiang bor rencana.
2. Apabila dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan pelaksanaan di luar toleransi
yang diberikan Konsultan Perencana maka Kontraktor pelaksana wajib
mengganti tiang bor yang dianggap gagal tersebut.

4.10. PEMBUANGAN MATERIAL SISA GALIAN

Material galian yang terjadi akibat pembuatan lubang bor harus dikeluarkan dari
lapangan pekerjaan apabila menurut Pengawas material tersebut mengganggu
kelancaran pekerjaan. Tempat pembuangan material galian akan ditentukan oleh
Pengawas atas petunjuk Pemberi Tugas atau Pemerintah Daerah setempat. Dalam
penawaran Kontraktor Pelaksana sudah harus memperhitungkan hal ini.

4.11. PENOLAKAN TIANG BOR

Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi spesifikasi ini
akan ditolak oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor Pelaksana wajib membuat tiang
bor pengganti tanpa biaya tambahan, meskipun bila diperlukan tiang dengan ukuran
yang berbeda sebagai akibat dari kesalahan tersebut diatas.

4.12 PEMBUATAN TIANG BORE DAN PEMADATAN

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat pendataan yang teratur dari setiap


pembuatan tiang bor serta harus menyediakan 4 (empat) kopi dari hasil
pendataan tersebut yang sudah ditanda tangani untuk diserahkan kepada
Konsultan Pengawas setiap hari.
2. Pendataan dari setiap tiang bor harus mencakup panjang dan ukuran dari beton
bertulang yang dicor, permukaan air tanah, panjang dari casing bila
dipergunakan, jenis lapisan dari tanah yang ditembus, kedalaman pada saat
penghentian pengeboran, hasil dari test terhadap tanah yang dilakukan, tanda
tangan dari serta informasi-informasi lain yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas.

4.13 UJI TIANG PONDASI MENGGUNAKAN METODE PILE INTEGRITY TESTING

PIT (Pile Integrity Testing) adalah salah satu metoda pengujian integritas non-
destructive pondasi tiang, untuk memeriksa keutuhan tiang pracetak maupun tiang bor
yang terpasang. Metode ini dapat mendeteksi kerusakan pondasi tiang seperti
keretakan, patahan dan sambungan yang kurang sempurna pada pondasi tiang
pracetak, dan perubahan diameter tiang (necking/ bulging) pada pondasi tiang bor dan
memperkirakan panjang tiang.
Pengujian ini telah diakui dan distandarisasi dalam ASTM D-5882 Standard Test
Method for Low Strain Impact Integrity Testing of Deep Foundations.
PIT menampilkan kurva yang mengungkapkan perubahan signifikan dalam
penampang yang mungkin ada sepanjang tiang. Program PIT-W digunakan umtuk
memproses data dan menghasilkan laporan, sementara program PIT-S
mensimulasikan hasil PIT dan melakukan persamaan signal untuk menghasilkan
bentuk tiang.

KEUNTUNGAN :
1. Kerusakan tiang dapat terdeteksi lebih dini.
2. Adanya diskontinuitas pada tiang dapat diketahui.
3. Perkiraan panjang tiang dapat diketahui.
4. Perkiraan profil tiang dapat diketahui (untuk tiang bor).
5. Pelaksanaannya lebih cepat dan ekonomis.
6. Gangguan pada aktivitas di lapangan kecil.
7. Peralatan yang digunakan mudah dibawa dan mudah dioperasikan.
JUMLAH PENGUJIAN :
Jumlah Pengujian PIT direkomendasikan adalah minimal 10 % dari jumlah pondasi
tiang terpasang. Bila pada pengujian tsb. didapatkan beberapa tiang kurang baik,
maka perlu dilakukan pengujian PIT lebih intensif, bahkan untuk proyek dengan
konstruksi tinggi mungkin untuk seluruh tiang.
PERSIAPAN PENGUJIAN :
Sebelum melakukan pengujian, permukaan pondasi bore pile dihaluskan dengan
menggunakan gerinda, permukaan yang dihaluskan agar tidak ada sisa-sisa material
bekas cor yang menempel pada permukaan dan akan menggangu dari proses
pengujian.

Data berupa tanggal pengeboran tanah dan tanggal pengecoran pondasi harus
diberikan pada petugas penguji agar dapat memperhitungkan beban yang akan
diberikan pada pondasi tersebut.
Setelah permukaan pondasi sudah halus dan rata, sensor dapat dipasangkan pada
permukaan dan kemudian beban mulai dari 1,5 kg - 12 kg yang paling besar agar
mengetahui pantulan gelombang pada ujung tiang bawah.
Untuk tiang bor, pengujian dapat dilakukan minimum setelah 28 hari pengecoran.
Kelengkapan data-data, seperti data hasil penyelidikan tanah lokasi proyek, data tiang
(misal: data pemboran, volume pengecoran tiang yang diuji).
Beban 1,5 kg di pukulkan pada permukaan beton sebanyak tiga kali agar gelombang
dapat terbaca pada alat atau layar monitor. Selanjutnya hasil pengujian dari beban 1,5
kg di simpan dan dilanjutkan dengan menggunakan beban yang lebih besar dengan
menggunkan teknik yang sama.
Ketika pengujian telah selesai, data hasil pengujian dapat dicetak atau print untuk
kemudian dilakukan analisa secara keseluruhan.

PRINSIP PENGUJIAN :
PIT dilakukan dengan menggunakan sebuah palu khusus (handheld
hammer) atau instrumented hammer dan accelerometer yang sangat sensitif pada kepala
tiang. Tumbukan dilakukan dengan menggunakan palu yang berkepala lunak, sehingga
tiang tidak mengalami deformasi yang berarti dan tetap berada dalam keadaan elastis.
Pukulan (impact) pada kepala tiang menghasilkan stress-wave yang bergerak dari kepala
ke ujung tiang. Jika material tiang adalah homogen, maka gelombang akan berjalan pada
kecepatan yang konstan. Bila stress-wave mendapatkan adanya gangguan misalnya:
retakan, perubahan penampang tiang, adanya sambungan, dan lain-lain, maka
gelombang akan dipantulkan kembali ke kepala tiang.

PELAKSANAAN PENGUJIAN :

1. Accelerometer diletakkan pada permukaan yang rata tersebut dengan menggunakan


bahan perekat
2. Lakukan beberapa pukulan dengan menggunakan palu
3. Data-data yang konsistensi kemudian dirata-ratakan

HASIL YANG DISAJIKAN :


- Grafik velocity,
- Grafik velocity wave beserta signal matchingnya (khusus pondasi tiang bor),
- Perkiraan panjang dan profil pondasi tiang (khusus pondasi tiang bor).

KLASIFIKASI

100 % = Tidak ada kerusakan pada tiang uji


= Ada kerusakan ringan tetapi tidak mengurangi daya dukung aksial
79 - 60% = Ada kerusakan pada tiang, apabila ingin digunakan harus ada perbaikan
dan pertimbangan
60 % = Tiang Rusak dan tidak direkomendasikan untuk digunakan

4.14. UJI TIANG PONDASI MENGGUNAKAN METODE PILE DRIVING ANALYZER

Pile Driving Analyzer (PDA Test) adalah jenis pengujian pondasi dengan memberikan
impact/tumbukan kepada pondasi dengan hammer dimana pondasi tersebut
telah dipasang sensor transducer ( velocity ) dan accelerometer ( force )
Pelaksanaan PDA Test mengacu pada ASTM-D4945 (Standard Test Method for High-
Strain Dynamic Testing of Deep Foundations)
Jumlah pondasi tiang yang diuji dengan PDA Test pada umumnya sebanyak 1% dari
jumlah titik pondasi tiang dalam satu proyek.
Berat/massa hammer ideal untuk pengujian PDA Test adalah 1%-2% dari kapasitas
daya dukung pondasi tiang yang disyaratkan untuk dicapai.
Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur case method, yang meliputi pengukuran
data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan pengujian (re-strike)
dan perhitungan variabel dinamik secara real time untuk mendapatkan gambaran
tentang daya dukung pondasi tiang tunggal.

TUJUAN :

- Mengetahui nilai daya dukung pondasi tiang tunggal


- Integritas atau keutuhan tiang

ALAT/INSTRUMEN

• Komputer PDA
• Sensor Transducer ( 4unit )
• Sensor Accelerometer ( 4unit )
• Kabel Extension Sensor ( 2unit )
• Main Cable ( 2unit )
• Wireless Connector
• Pelindung Sensor ( 4 unit )
• Peralatan pendukung : bor, gerinda, baut dan mur, dyna set, palu, kabel power,
genset, mal sensor beton, mal sensor baja, mata bor beton, kepala bor baja, mata bor
besi, hand tab, mata tab

PEMASANGAN SENSOR

Yang diperhatikan pada waktu pemasangan instrumen strain transducer dan


accelerometer (masing-masing 2 buah) adalah posisi pemasangan harus sedemikian
rupa sehingga pengaruh lentur (kelentingan) tiang dapat diminimalkan. Sensor
dipasang dengan hitungan 1,5 X diameter dari kepala tiang , atau disesuaikan dengan
kondisi tiang di lapangan.
Untuk tiang dengan diameter < 1000mm menggunakan 2 accelerometer dan 2
transducer dan 1 main cable, sedangkan untuk tiang > 1000mm menggunakan 4
accelerometer dan 4 transducer dan 2 main cable

DATA RIWAYAT TIANG

Sebelum pelaksanaan pengujian, data berikut ini harus diberikan kepada penguji PDA,
dan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana yang mengerjakan pembuatan tiang
untuk memberikan data yang benar :

• nomor tiang yang akan diuji


• tanggal pengecoran
• bentuk dan dimensi penampang tiang
• panjang total tiang
• panjang tertanam pondasi tiang
• data hammer yang digunakan untuk melaksanakan pengujian PDA (diesel hammer,
juntan, drop hammer dll )

SPESIFIKASI TIANG

Untuk melakukan uji PDA test, tiang beton harus memiliki spesifikasi sebagai berikut :
• Umur beton minimal 28 hari setelah pengecoran
• Kepala tiang harus rata dan tidak ada besi tulangan yang terlihat
• Harus di lakukan penggalian jika tiang tertanam ( penggalian di sesuaikan dengan
kondisi aktual di lapangan )

PROSEDUR PEKERJAAN

• Melakukan survey tiang yang akan di uji


• Menentukan lokasi pemasangan sensor idealnya 1.5 x diameter dari kepala tiang atau
disesuaikan dengan kondisi tiang di lapangan , jika menggunakan 2 strain transducer
dan 2 accelerometer maka harus disiapkan 2 lokasi pemasangan sensor yang saling
berhadapan dan, jika menggunakan 4 strain transducer dan 4 accelerometer maka harus
disiapkan 4 lokasi pemasangan sensor yang saling berhadapan
• Meratakan tempat untuk memasang sensor dengan menggunakan alat gerinda tangan
dengan luas 10cm X 10cm ( tiang cast in place ), jumlah meratakan tempat disesuaikan
dengan penggunaan sensor
• Membuat mal ( tanda ) pada bagian tiang yang akan dilubangi dengan mal yang telah di
sesuaikan lubangnya dengan lubang pada sensor
• Melubangi tiang dengan alat bor tangan untuk membuat dudukan sensor, lubang
disesuaikan dengan sensor yang dipakai , jumlah lubang disesuaikan dengan
penggunaan sensor jika menggunakan 2 strain transducer dan 2 accelerometer maka
harus di siapkan 6 lubang, dan jika menggunakan 4 strain transducer dan 4
accelerometer maka harus disiapkan 12 lubang
• Setelah lubang selesai di buat, langkah selanjutnya adalah memasukkan dyna set
dengan ukuran ¼”x8mmx25mm, kemudian masukkan paku dyna set ke dalam lubang
dyna set dan berikan pukulan agar bagian dynaset mengikat pada struktur beton
• Tempelkan sensor transducer dan accelrometer sesuai dengan posisi lubang kemudian
masukkan baut yang sudah terpasang dengan mur ( baut ukuran ¼”x200mm ) ke badan
sensor dan lubang dyna set, kemudian kencangan dengan kunci pas
• Pastikan semua sensor terpasang dengan benar dan kencang, karena kekencangan
pemasangan sensor sangat berpengaruh pada data yang akan di monitor
• Pasang pelindung sensor
• Sambungkan sensor ke main cable yang telah tersambung ke komputer PDA

TAHAP PENGERJAAN TES

Gunakan crane untuk mengangkat palu setinggi 1,5 – 2m tegak lurus dengan tiang yang
akan diuji, kemudian jatuhkan.
Setelah palu atau beban dijatuhkan maka akan terlihat variabel tiang yang diuji seperti
displacement (DMX), daya dukung tiang (RMX), energy, dan juga nilai keutuhan tiang
(BTA).
Kemudian lanjut ke tahap pengujian Metode Case Pile Wave Analysis Program
(CAPWAP)

Ada yang harus diperhatikan dalam melakukan pengujian PDA Test ini yaitu pada saat
pemasangan strain transducer dan accelerometer posisinya harus benar-benar pas
sehingga nantinya kelenturan tiang dapat diminimalisir.
Hal ini dikarenakan, jika pada saat pengujian terjadi lenturan maka data yang didapat
mengalami distorsi sehingga hasil yang didapat tidak akurat.

Untuk membaca nilai hasil pengujian PDA Test ini, dibutuhkan tenaga ahli dan
berpengalaman serta bersertifikasi untuk membaca hasil pengukurannya.
BAB 5 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

5.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan meliputi antara lain pembuatan beton pondasi bor, lantai kerja, pile cap, sloof,
kolom, balok, plat lantai, plat atap serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar kerja
atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas.

5.2 PENYIMPANAN
5.2.1 Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan waktu
dan urutan pelaksanaan.

5.2.2 Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah diturunkan dan
disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi
secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresh
(belum mulai mengeras). Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan
tangan bebas tanpa alat dan jumlah tidak lebih dari 10% berat. Jika ada bagian yang
tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka jumlahnya tidak boleh melebihi
5% berat dan kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah
yang sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus tetap
terjamin.

5.2.3 Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-bantalan
kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya misalnya minyak dan lain-lain..

5.2.4 Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup, terpisah menurut jenis dan
gradasinya, serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya
dengan tanah.

5.3 PERSYARATAN BAHAN/PRODUK


5.3.1 Portland Cement
a. Portland cement jenis II, menurut ASTM dan memenuhi S.400, menurut
Standard Portland Cement yang ditentukan Asosiasi Semen Indonesia.
b. Untuk permukaan beton expose, harus memakai 1 merk semen saja.
c. Kekuatan tes silinder beton minimal 300 kg cm persegi

5.3.2 Aggregates
a. Kualitas agregate beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SNI 2847-
2019 tentang “Mutu dan Cara Uji Agregrat Beton”. Bila tidak tercantum SNI 2847-
2019, maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23 “Specification for
Concrete Aggregates”
b. Dimensi maksimum dari agregate kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan tidak lebih dari
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam, dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
5.3.3 Air
a. Air yang akan digunakan minimal harus memenuhi kualitas di bawah ini :
Parameter Kualitas Syarat
Jumlah suspended solids  2g/l
Jumlah soluble evaporation residue  1g/l
Perbedaan waktu ikat dari semen waktu ikat awal tidak lebih dari 30 menit
waktu ikat akhir tidak lebih dari 60 menit

b. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam
alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat mengurangi mutu
pekerjaan.
c. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 ppm dan komposisi sulfat (SO3) tidak
boleh melebihi 1000 ppm. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta
kepada Kontraktor Pelaksana supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor Pelaksana.

5.3.4 Besi Beton


a. Kualitas besi beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SNI 2052-2017.
Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi
lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi mutu
BJTP 280 ø < 13 mm dan BJTS 420B D≥13 mm.
b. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk mengatur
jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya.
c. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium
baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing dua
(dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi.
Pengetesan dilakukan pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas
d. Penempatan material besi beton serta area perakitan penulangan agar diatur dalam
satu zona terpisah dan terlindung dari penimbunan material organik seperti pasir, batu
atau pembuangan tanah galian , serta dipasang atap agar terlindung dari air hujan.
Perlindungan ini bertujuan agar bentuk/profil pembesian tetap terjaga baik bentuk,
kebersihan dan keamanan. Serta memudahkan monitor dan kontrol penggunaan
material besi beton, sebelum dimasukkan ke dalam bekisting pengecoran
e. Pembobotan nilai pekerjaan besi berdasarkan kondisi besi sudah selesai terinstal dan
siap untuk di cor

5.4.5 Admixtures dan Additives


a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur dan
mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan
sesuatu bahan “admixture” maupun “additive”
b. Jika penggunaan “admixture” maupun “additive” masih dianggap perlu, Pelaksana
Pekerjaan diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Perencana mengenai hal tersebut. Untuk itu Kontraktor Pelaksana diharapkan
memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan
mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu.

5.5 SYARAT PELAKSANAAN

Pada dasarnya Persyaratan Umum ini mengacu pada SNI 2847-2019 yang meletakkan
tanggung jawab perencanaan, pengetesan dan pengendalian mutu beton yang di produksi
pada pemasok beton. Tetapi untuk menjamin bahwa tanggung jawab tersebut dilaksanakan
dengan baik, Persyaratan Umum ini menentukan persyaratan-persyaratan tambahan sebagai
berikut :

1. Perencanaan campuran beton (mix design), termasuk karakteristik bahan harus diusulkan
kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi dan disetujui.
2. Jumlah test minimum adalah 15 contoh, sedikit lebih banyak dari jumlah yang disyaratkan
di SNI 2847-2019
3. SNI 2847-2019 mensyaratkan kuat tekan rata-rata perlu, fcave berdasarkan kuat tekan
yang disyaratkan fc sebagai berikut:
Terdapat 15 contoh
fcave = fc + 7.0 untuk fc < 21 MPa
fcave = fc + 8.5 untuk fc 21 MPa sampai 35 MPa
fcave = fc + 10.0 untuk fc > 35 MPa
Terdapat lebih dari 15 contoh, diambil yang terbesar dari:
fcave = fc + 1.16x1.34Sd atau fcave = fc +1.16x2.33Sd-3.5 untuk 15 contoh
fcave = fc + 1.08x1.34Sd atau fcave = fc +1.08x2.33Sd-3.5 untuk 20 contoh
fcave = fc + 1.03x1.34Sd atau fcave = fc +1.03x2.33Sd-3.5 untuk 25 contoh
fcave = fc + 1.00x1.34Sd atau fcave = fc +1.00x2.33Sd-3.5 untuk ≥ 30 contoh
4. Sebagian dari test harus dilakukan di laboratorium independen untuk mengecek hasil test
dari pemasok beton.
5. Kontraktor Pelaksana harus menunjuk seorang “Concrete Quality Controller” (CQC).

5.5.1 Penunjukkan Concrete Quality Controller (Concrete Acceptor)


Kontraktor Pelaksana harus menunjuk seorang Concrete Quality Controller yang
bertugas secara penuh (full time). CQC harus secara pribadi maupun melalui orang lain
yang berada di dalam wewenangnya, memeriksa setiap truk beton sebelum dicurahkan
atau pada permulaan pencurahan. CQC harus mengetahui sebelumnya persyaratan,
volume keseluruhan dan volume kedatangan beton yang akan digunakan dan harus
memeriksa docket pengiriman. CQC harus cakap melakukan test kelecakan dan
pemenuhan kelecakan sesuai dengan syarat yang ditentukan.
Concrete Quality Controller harus bertanggung jawab atas jumlah test yang harus
dilakukan dan bertanggung jawab bahwa semua contoh test yang disimpan di
lapangan dipelihara dengan baik.

5.5.2 Penunjukkan Consulting Concrete Technologist


Bila dipandang perlu Konsultan Pengawas akan menunjuk Consulting Concrete
Technologist (OCT) untuk melakukan evaluasi mutu beton dan atau hasil test maupun
laporan yang disampaikan oleh Kontraktor Pelaksana.
5.5.3 Kualitas Beton
a. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah fc’ = 24.9 Mpa
Kekuatan fc’ harus didasarkan pada uji silinder yang dibuat dan di uji sebagaimana
yang dipersyaratkan pada SNI 2847-2019 pada usia 28 hari. Evaluasi penentuan
karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam SNI 2847-2019.
Mutu beton fc’ = 14,5 Mpa digunakan pada umumnya untuk kolom-kolom praktis dan
bagian-bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan lain.
b. Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan di lain tempat atau
dengan mengadakan trial-mixed di laboratorium yang ditunjuk.
c. Test selama pekerjaan
d. Kontraktor Pelaksana harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai
sertifikat dari laboratorium. Penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 10±2 cm. Cara pengujian
slump adalah sebagai berikut:
Contoh: beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton atau plat
baja, cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut
ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm panjang 60 cm dengan ujung yang
bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam
satu lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dibiarkan ½ menit
lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunnya (nilai slump).
f. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui Konsultan
Pengawas.
g. Perawatan silinder percobaan tersebut adalah dengan cara dimasukkan ke dalam bak
berisi air bersih setelah benda uji kering sempurna. Benda uji harus terrendam
seluruhnya di dalam air dan dilakukan perawatan selama 28 hr. Sebelum dibawa ke
tempat uji tekan, silinder beton harus diletakkan diluar bak air dan dikeringkan
diudara terbuka
h. Pembuatan silinder percobaan digunakan untuk uji umur 7 (tujuh) hari dengan
ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang diminta 28 hari,
dengan catatan tanpa adanya bahan tambahan admixture. Jika hasil kuat tekan
benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus
dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam
SNI 2847-2019 dengan tidak menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas.
i. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk dalam mixer.
j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya komponen-komponen beton.
k. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
l. Campuran beton harus mempunyai kadar semen minimum 413 kg/m3 beton, tetapi
tidak boleh melebihi 550 kg/m3 beton.
m. Beton yang digunakan untuk elemen struktur adalah beton siap pakai (ready mix
concrete). Bila karena suatu dan lain hal dan telah mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana tidak dapat menggunakan beton siap
pakai dan harus menggunakan site mix concrete, maka Kontraktor Pelaksana harus
membuat campuran percobaan (trial mix) lebih dahulu dengan bahan-bahan yang
akan dipakai dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, untuk menjamin
proposional campuran beton, kelecakan (workability) dan mutu beton yang
disyaratkan dapat dicapai.
n. Pengecoran untuk pekerjaan dinding GWT menggunakan
n. Beton non struktural diperbolehkan memakai campuran dengan mesin pengaduk,
tetapi dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan memakai campuran yang diaduk
secara manual.

5.5.4. Pekerjaan beton integral


Untuk konstruksi GWT yang kedap air diperlukan campuran beton dengan material beton
dengan material pencampur/admixture tambahan.
Tujuannya adalah :

1. Membuat beton menjadi kedap air.


2. Tidak menurunkan kekuatan compressive strength beton dibandingkan beton biasa
pada kondisi workability yang sama.
4. Pelaksanaan pengecoran beton menjadi lebih mudah dan praktis karena campuran
beton bersifat lebih plastis.
5. Kontrol kualitas campuran beton yang mudah, stabil dan seragam karena
pencampuran bahan waterproofing dilakukan di lokasi pekerjaan.
4. Bersifat integral, bukan membrane, coating, ataupun lapisan film. Jadi beton secara
keseluruhan bersifat waterproof.

Persyaratan Teknis Integral Waterproofing

Untuk mendapatkan beton yang bersifat kedap air, selain penambahan material admixture
ini juga diperlukan rancangan campuran beton yang menunjang kerja dari bahan
waterproofing tersebut.

Adapun campuran beton tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Kandungan semen dalam beton minimum 300 kg / m3


2. Water cement (W/C) ratio < 0.45.
3. Slump beton pada saat tiba di proyek 6-10 cm apabila beton dikirim dari batching plant
yang letaknya di luar proyek, atau slump 14 - 20 cm setelah dicampur aditif, apabila
batching plant ada di lokasi proyek.
4. Slump setelah ditambah aditif adalah 14 -20 cm.

Aplikasi waterproofing integral dilakukan dengan cara mencampur material waterproofing


integral ke dalam truck mixer di lokasi proyek.
Setelah itu pengaduk diputar selama kira-kira 3 menit untuk memastikan material
waterproofing integral tercampur sempurna dengan material beton.
Untuk dosis campuran waterproofing integral harus mengikuti spesifikasi dari pabrikan.
Umumnya dosis waterproofing integral berkisar di 1,5 – 4 liter / m3 beton readymix. Tetapi
dosis yang sebenarnya harus melalui uji di lapangan.

Setelah dilakukan pencampuran integral waterproofing dilakukan lagi test slump dengan
syarat nilai slump 14 – 18 cm.
Untuk area dinding vertical, sebaiknya menggunakan selang berdiameter besar untuk
menghindari jatuh bebas yang terlalu tinggi. Menggunakan concrete vibrator untuk proses
pemadatannya yang jumlahnya harus seimbang dengan volume serta kecepatan
pengecoran.Bekisting harus anti bocor terutama pada sambungan dan pertemuan dengan
beton lama.Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus dan tidak terputus lebih dari
1 jam, jika terputus harus dilakukan penyambungan dengan waterstop atau penyambung
beton lainnya.

Setelah dilakukan pekerjaan pengecoran beton seperti biasa dilakukan pekerjaan


perawatan beton (curing beton). Bisa dilakukan dengan menutup permukaan beton
dengan karung basah atau bisa juga menggunakan cairan curing compound.

5.5.5 Pekerjaan Acuan/Bekisting

1. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran
dilakukan.
3. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran (tahi gergaji),
potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan dan
harus mudah di bongkar tanpa merusak permukaan beton.
4. Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split pasir
dan semen portland) kepada Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan ditentukan.
5. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu dan bahan terjamin sesuai persyaratan.
6. Kawat pengikat bevel beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm. Kawat pengikat bevel
beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang di tentukan dalam SNI 2847-2019.
7. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
8. Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran.

5.5.6 Penggantian Besi


a. Kontraktor Pelaksana harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor Pelaksana atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada
maka:
• Kontraktor Pelaksana dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan pada
Perencana untuk sekadar informasi.
• Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor Pelaksana sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana.
• Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari perencana. Mengajukan
usul dalm rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan dari
Kontraktor Pelaksana.
a. Jika Kontraktor Pelaksana tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter
besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan:
• Harus persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
• Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempatkan tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah
jumlah luas).
• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan penampang
berkurang.
• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di tempat
tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau
penyampaian penggetar.

5.5.7 Perawatan Beton


a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit selama 10 hari setelah
pengecoran.
d. Khusus elemen vertikal harus dipakai water curing, dry curing dan curing
coumpound.

5.5.8 Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana


Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh atas kualitas sesuai dengan
ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-gambar yang diberikan.
Adanya atau kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas Atau
Konsultan Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi
nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut diatas. Persetujuan
Konsultan Pengawas tidak membebaskan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
terhadap kerusakan yang terjadi, meskipun pelaksanaan pekerjaan dilakukan sesuai
dengan usul yang telah disetujui Konsultan Pengawas. Kontraktor Pelaksana
bertanggung jawab penuh atas kualitas pelaksanaan struktur. Kehadiran atau
persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Tim Teknis di lapangan tidak mengurangi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

5.5.9 Perbaikan Permukaan Beton


Penambahan untuk daerah yang tidak sempurna, pada kondisi keropos yang tidak
parah di mana tulangan belum terekspose, dapat dilakukan perbaikan dengan cara
penambalan (patching). Dengan metode pengerjaan sebagai berikut :
- Temukan bagian yang keropos atau berpotensi keropos.
- Kupas dan lepaskan bagian beton yang keropos, kemudian bersihkan serpihan dan
kotoran lain yang masih menempel.
- Lapisi permukaan yang telah bersih dengan perekat atau lem beton, yang berguna
untuk menambah daya rekat antara beton lama dan baru. Sementara itu, siapkan
adonan mortar siap pakai yang kekuatannya setara dengan beton untuk perbaikan
bagian yang tidak sempurna.
- Aplikasikan mortar siap pakai dengan metode plester atau dempul. Lakukan
penambalan secara merata dan rapi. Selanjutnya lakukan perawatan beton baru
tersebut hingga kering dengan sempurna.
Perbaikan hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dan
sepengatahuan Konsultan Pengawas. Jika ketidak sempurnaan itu tidak dapat
diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima oleh
Konsultan Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali
atas beban biaya Kontraktor Pelaksana. Ketidak sempurnaan yang dimaksud adalah
susunan yang tidak teratur, pecah/retak, ada gelombang udara, keropos, berlubang,
tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

5.5.10 Bagian-bagian yang tertanam dalam beton


a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
b. D juga tempat kelos-kelos untuk kusen atau instalasi.

5.5.11 Hal-hal Lain (“Miscellaneous item”)


a. Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal di beton bekas jalan kerja
sewaktu pembetonan. Jika dianggap perlu dibuat bantalan beton untuk pondasi alat-
alat mekanik dan elektronik yang ukuran, rencana dan tempatnya berdasarkan
gambar-gambar rencana mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti
yang ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya.
b. Pegangan plafond dari besi beton diameter 6 mm dengan jarak x dan y : 150cm.
Dipasang pada saat sebelum pengecoran beton dan penggantungan harus dikaitkan
pada tulangan pelat atau balok.

5.5.12 Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun. Pembersihan harus dilakukan
secara baik dan teratur.

5.5.13 Contoh yang harus disediakan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh
material: split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai sebagai
standart/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor
Pelaksana ke lapangan.
c. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-
contoh yang telah disetujui dibangsal Konsultan Pengawas.

5.5.14 Sparing conduit dan pipa-pipa MEP


a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan
bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor Pelaksana harus mengusulkan dan
minta persetujuan dari Konsultan Perencana.
c. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
d. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.
e. Sekeliling sparing harus diperkuat dengan tulangan-tulangan silang yang ditentukan
dalam gambar detail standart.
5.5.15 Penghentian Pengecoran Sementara
Dapat dilakukan pada waktu pengecoran pelat/balok dengan jarak minimal 2h (h =
tinggi balok) dihitung dari tepi kolom/balok yang bersilangan. Pengecoran dihentikan
dengan kemiringan 60˚ terhadap dasar balok/plat.

5.5.16 Pengecoran Sambungan Beton


Harus dilakukan dengan tambahan bahan addictive seperti larutan bonding agent.

5.5.17 Di bawah plat-plat beton bertulang, dan pondasi dangkal harus diberikan beton rabat
sebagai lantai kerja.

5.6 KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN


Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman.
Apabila dipandang perlu, Kontraktor Pelaksana dapat diminta untuk mendapatkan nasehat
dari tenaga ahli atas beban biaya Kontraktor Pelaksana sendiri.
Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan
penyelesaiannya. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas
tanah, harus dibuat lantai kerja dari beton ringan dengan campuran (semen : pasir : koral =
1:3:5). Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang yang berpengalaman
dan mengerti benar akan pekerjaannya. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai
mutu yang sebanding dengan standart yang berlaku.
C. SYARAT SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

BAB-00 DAFTAR ISI

BAB-01 PEKERJAAN PERSIAPAN

BAB-02 PEKERJAAN TANAH

BAB-03 PEKERJAAN BETON PRAKTIS

BAB-04 PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

BAB-05 PEKERJAAN WATERPROOFING

BAB-06 PEKERJAAN PASANGAN BATA RINGAN

BAB-07 PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

BAB-08 PEKERJAAN SALURAN KELILING

BAB-09 PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN HARDWARE

BAB-10 PEKERJAAN PARTISI CUBICAL (TOILET)

BAB-11 PEKERJAAN ALUMUNIUM

BAB-12 PEKERJAAN LANTAI

BAB-13 PEKERJAAN DINDING

BAB-14 PEKERJAAN PLAFOND

BAB-15 PEKERJAAN DINDING PARTISI

BAB-16 PEKERJAAN PENGECATAN

BAB-17 PEKERJAAN FASAD ALUMUNIUM

BAB-18 PEKERJAAN SANITAIR.

BAB-19 PEKERJAAN RAILING

BAB-20 PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA RUANG GENSET DAN RUANG POMPA


BAB – 01 PEKERJAAN PERSIAPAN

DAFTAR ISI

01. PENGUKURAN

02. PEMBERSIHAN
01. PENGUKURAN

1. Lingkup pekerjaan

a. Meliputi penyediaan pekerja-pekerja, ahli, bahan, peralatan dan kegiatan-


kegiatan yang diperlukan, untuk menyelesaikan semua pekerjaan
pengukuran sesuai dengan gambar dan uraian di dalam rencana kerja dan
syarat-syarat

b. Pekerjaan pengukuran meliputi antara lain:


Pengukuran dan pemeriksaan ulang kondisi bangunan struktur sebelum
melaksanakan pekerjaan arsitektur dan mekanikal elektrikal plumbing, serta
penentuan peil dan as bagian bangunan yang akan dikerjakan

c. Uitzet:
Kontraktor Pelaksana wajib melaksanakan pengukuran/uitzet terlebih dahulu
untuk menentukan peil dan as bangunan.
Tanda-tanda as bangunan bisa dinyatakan pada kolom struktur yang sudah
ada serta patok-patok tambahan dan ditulis dengan cat meni. Kontraktor
Pelaksana harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.

2. Syarat-syarat

a. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dan


berpengalaman.

b. Hasil pengukuran harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan


dimintakan persetujuannya.
Konsultan Pengawas juga akan menentukan patok utama sebagai dasar dari
pekerjaan pemasangan lantai, dinding dan atap

3. Peralatan

Theodolite, waterpass serta peralatan pendukung lainnya dan patok-patok yang kuat
diperlukan dalam pengukuran. Semua peralatan ini harus dimiliki Kontraktor Pelaksana
dan harus selalu ada bila sewaktu-waktu memerlukan pemeriksaan.

4. Tatakerja

Lokasi, ukuran dan duga gedung, jalan maupun bangunan-bangunan lainnya


ditentukan dalam gambar. Jika terdapat keragu-raguan, agar dapat dikonsultasikan
kepada Konsultan Pengawas.
02. PEMBERSIHAN

1. Lingkup pekerjaan

a. Meliputi semua pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-peralatan,


kegiatan-kegiatan yang diperlukan, untuk menyelesaikan semua pekerjaan :
pembersihan dan lain-lain sesuai dengan gambar dan rencana kerja dan
syarat-syarat.

b. Pekerjaan pada seksi-seksi lain yang berhubungan dengan hal ini antara lain
pekerjaan untuk konstruksi.

2. Syarat-syarat

Standar pekerjaan adalah seperti yang disyaratkan dalam bab ini.

a. Pemeriksaan lapangan dan melihat kondisi-kondisi serta bahan-bahan yang


akan dikerjakan sebelum memulai pekerjaan.

b. Pemeriksaan dan pengujian:


Pekerjaan tanah yang dilaksanakan akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas
meliputi:
- Pengawasan pekerjaan pengurugan.
- Pengujian pekerjaan pemadatan tanah.
- Penyerahan laporan pengujian kepada Konsultan Pengawas
- Rekomendasi-rekomendasi supaya dapat mencukupi persyaratan
dan spesifikasi.

d. Biaya pengujian :
Kontraktor Pelaksana harus menanggung semua biaya pengujian. Apabila
hasil pengujian tidak memenuhi syarat yang ditentukan, maka Kontraktor
Pelaksana harus mengulang lagi pekerjaan menggali, mengurug dan
memadatkan sampai pengujian memenuhi syarat yang ditentukan atas biaya
Kontraktor Pelaksana sendiri.

e. Prosedur pengujian:
Pengujian pemadatan terdiri atas test-test untuk mendapatkan prosentase
relative dari density maksimum yang dihasilkan oleh pekerjaan-pekerjaan
pemadatan yang telah dilaksanakan, kemudian dibandingkan dengan test-test
laboratorium sebelumnya untuk density kering secara teoritis. Pengujian-
pengujian dapat disesuaikan dengan metode lain yang disetujui Konsultan
Pengawas.

f. Tata Kerja
Pengertian clearing:
Membersihkan semua sampah-sampah dan semua material yang tidak diperlukan
di lokasi

g. Pekerjaan-pekerjaan untuk melindungi kerusakan


Kontrol air di permukaan dan di bawah tanah selama masa pembangunan dan
masa pemeliharaan dengan jaminan, melindungi seluruh lapangan terhadap air
yang menggenang, yang mengalir yang dapat menimbulkan erosi serta tanah
longsor. Ini meliputi pembuatan tanggul-tanggul, selokan-selokan sementara,
sumur-sumur, alat-alat pompa dan lain-lain guna mencegah kerusakan atau hal-
hal yang mungkin terjadi di bawah tanah ditempat yang berdekatan, serta
pengaruhnya terhadap bangunan sekitarnya. Kontraktor Pelaksana bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap terjadinya kerusakan- kerusakan termasuk kerusakan
bangunan di sekitarnya akibat pelaksanaan proyek tersebut.

Perpanjangan jangka waktu kontrak yang disebabkan lapangan belum siap,


salah satunya akibat cuaca, tidak akan dipertimbangkan, kecuali bila Kontraktor
Pelaksana telah melakukan semua usaha-usaha perlindungan yang semaksimal
mungkin
BAB – 02 PEKERJAAN TANAH

DAFTAR ISI

01. PEKERJAAN TANAH UNTUK KONSTRUKSI


01. PEKERJAAN TANAH UNTUK KONSTRUKSI

1. Lingkup pekerjaan

a. Meliputi penyediaan pekerja-pekerja, bahan-bahan, peralatan-peralatan yang


berhubungan dengan galian dan urugan untuk konstruksi seperti yang
tercantum dalam spesifikasi dan gambar-gambar

b. Pekerjaan ini berhubungan dengan:


- Pembersihan dan perataan lapangan seperti tercantum dalam BAB I
- Pekerjaan galian dan urugan
- Pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan seksi ini.

2. Syarat-syarat

a. Standar pengujian seperti yang tercantum dalam BAB I.

b. Pemeriksaan dan pengujian:


Syarat-syarat sama seperti yang tercantum dalam BAB I.

3. Bahan-bahan

Pasir urug yang digunakan harus dari jenis pasir pasang yang bersih/bebas dari
lumpur, kotoran-kotoran, sampah dan benda-benda organis lainnya yang dapat
menyebabkan tidak sempurnanya pemadatan. Untuk air siraman digunakan air tawar
yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis
lainnya. Apabila dipandang perlu, Direksi dapat minta kepada Kontraktor Pelaksana,
supaya air yang dipakai untuk pekerjaan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan
yang resmi atas biaya Kontraktor Pelaksana. Pengendalian seluruh pekerjaan ini
harus memenuhi ditentukan di atas dan harus dengan persetujuan Direksi.

4. Tata kerja

- Urugan dan pemadatan untuk Konstruksi :


Urugan dan perataan tanah galian untuk konstruksi harus dikerjakan sesuai
dengan BAB I. dan harus selesai sebelum pekerjaan seksi ini dimulai.
Semua urugan dan pemadatan tanah dari seksi ini harus mengikuti persyaratan
dalam BAB I. dengan persyaratan lain sebagai berikut:

- Pemadatan area bangunan d i b a w a h l a n t a i :


Pemadatan dengan pasir, dimana pada lapisan atas setebal 5 cm harus dipadatkan
hingga mencapai 90% pemadatan maksimum.

- Pemadatan yang bukan area bangunan :


Tanah urug pada area ini harus dipadatkan paling sedikit mencapai 60% dari
pemadatan maksimum.

- Pemadatan area jalan dan parkir:


Pemadatan dengan pasir, dimana pada lapisan atas setebal 10 cm harus
dipadatkan hingga mencapai 95% pemadatan maksimum.

Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis-perlapis dibantu dengan


alat-alat yang telah disetujui, seperti mesin penggilas getar, atau alat tumbuk
dimana standar kepadatannya dicapai pada kepadatan dimana kadar airnya 95 %
dari kadar air optimal, atau “dry density” nya mencapai 95 % dari dry density
optimal, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

- Bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/rusak atau bila urugan
yang telah dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut harus digali keluar
dan diganti dengan bahan yang memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas, tanpa adanya biaya tambahan.

- Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak dibenarkan


adanya genangan air di atas area pekerjaan. Kontraktor Pelaksana harus
mengatur pembuangan air sedemikian rupa agar aliran air hujan atau dari sumber
lain dapat berjalan lancar, baik selama ataupun sesudah pekerjaan selesai.

- Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas stabilitas urugan pasir dan harus
mengganti bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian atau
akibat dari aliran air yang tidak dikendalikan dengan baik.

a. Konsultan Pengawas memeriksa dan menyetujui seluruh permukaan


sebelum pengurugan
b. Semua sisa tanah dan bongkaran yang berasal dari galian dan tidak bisa
digunakan harus dibuang seluruhnya keluar lapangan sehingga bersih.
BAB – 03 PEKERJAAN BETON PRAKTIS

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. MUTU BETON

03. PERSYARATAN BAHAN

04. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


01. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan beton praktis untuk sloof, kolom, ring balok, balok latai, meja
washtafel dan kantilever atas jendela serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar
kerja atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas.

02. Mutu Beton.

Mutu beton yang dibenarkan dipakai untuk pekerjaan beton non struktural tersebut adalah
beton dengan mutu K-175. sesuai SNI 2847-2019

03. Persyaratan Bahan

1. Semen Portland

▪ Jenis Semen Portland yang digunakan harus memenuhi ketentuan dan syarat
seperti yang ditentukan dalam SNI 2049-2015. Semen yang telah mengeras
sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk dipakai.
▪ Merk semen yang dianjurkan adalah setara mutu semen merk Semen Gresik, Tiga
Roda
▪ Tidak dibenarkan mengganti merk semen yang telah disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas/Pemberi Tugas tanpa alasan yang jelas.
▪ Penggantian semen dengan merk lain harus seijin Direksi/Konsultan
Pengawas/Pemberi Tugas.
▪ Tempat penyimpanan bahan beton terutama semen dan besi harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dan harus
memenuhi syarat penumpukan semen pada lantai dengan diangkat dan diberi
landasan agar tidak berhubungan langsung dengan permukaan tanah atau lantai
serta ditata/ditumpuk sesuai dengan petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas/Pemberi
Tugas.

2. Pasir Beton

Pasir beton harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, campuran lumpuran, tanah liat dan sebagainya dan harus memenuhi
persyaratan komposisi butir pasir serta kekerasan yang sesuai dengan yang
disyaratkan.

3. Koral Beton/Split

▪ Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai ukuran
bongkahan dan gradasi.
▪ Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton sebelum bahan dicampurkan
harus dipisahkan satu sama lainnya, sehingga dapat dijamin dan diketahui kedua
bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton
yang tepat.

4. Air

▪ Air yang akan digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali dan bahan-bahan organik lainnya yang dapat merusak beton
BAB
▪ Apabila dipandang perlu Direksi/Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas dapat
meminta kepada Kontraktor Pelaksana supaya air yang dipakai adalah air yang
telah diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi
5. Besi Beton

Kualitas besi beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari sesuai SNI 2052-
2017. Digunakan besi beton mutu BJTP 280 ø < 13 mm dan BJTS 420B D≥13 mm,
besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak, bebas dari cacat seperti serpih-serpih dan
kotoran lainnya. Penampang besi adalah bulat dan memenuhi persyaratan baik ukuran
maupun mutunya.

6. Syarat-syarat

Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan tentang


Pekerjaan Beton seperti yang tercantum dalam SNI 2847-2019 dan bila dipandang
perlu untuk memeriksa mutu bahan-bahan yang akan dipakai kelaboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan syah atas biaya Kontraktor Pelaksana.

7. Pedoman Pelaksanaan

• Peraturan Beton Struktur SNI 2847-2019


• Peraturan Konstruksi Kayu SNI 7973-2019
• Peraturan Semen Portland SNI 2049-2015
• Peraturan Besi beton SNI 2052-2017
• Peraturan Pembanguanan pemerintahan daerah Setempat
• Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Direksi Pengawas.

04. Syarat-Syarat Pelaksanaan.

1. Penulangan

• Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan Gambar Kerja.


• Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
dengan memasang beton decking.
• Bahan Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkkan
dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas.

2. Cara Pengadukan

• Cara pengadukan beton harus dengan menggunakan peralatan pencampur beton atau
beton molen.
• Takaran/perbandingan untuk bahan semen portland, pasir dan koral harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan tercapai mutu pekerjaan seperti
yang ditentukan dalam uraian dan syarat-syarat.
• Selama pengadukan bahan, kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimal 5 cm dan
maksimal 10 cm.

3. Pengecoran Beton

• Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan persiapan dengan


membersihkan dan menyiram cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran,
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi/ Konsultan
Pengawas/Pemberi Tugas.
• Pengecoran beton harus dikerjakan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat, harus dihindarkan terjadinya kumpulan
koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
• Apabila dalam pelaksanaan pengecoran beton akan dihentikan dan akan diteruskan
pada hari berikutnya maka tempat perhentian pengecoran tersebut harus diketahui
dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas.

4. Pekerjaan Acuan/Bekisting

• Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk ukuran-ukuran yang


ditetapkan/diperlukan sesuai gambar kerja. Bahan dari jenis papan kayu setara
Meranti yang memenuhi persyaratan SNI 7973-2019
• Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan sehingga
cukup kuat kedudukannya selama pengecoran.
• Acuan harus rapat, tidak terdapat celah, tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari
kotoran-kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya
sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak hasil
pengecoran.
• Tiang-tiang acuan harus diletakkan/didasar di atas p apan atau baja untuk
memudahkan pemindahan perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih
dari satu. Tiang-tiang dibuat dari kayu semutu kayu dolken diameter: 8 – 10 Cm
atau kaso 5/7 Cm.
• Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan/balok secara
cross/menyilang.
• Permukaan acuan harus rata dan licin sesuai syarat-syarat yang dicantumkan
dalam SNI 7973-2019
• Kayu yang dipakai adalah papan/multiplex dengan ukuran tebal 2,5 cm.
• Penggunaan formwork/scaffolding harus sesuai dengan petunjuk/spesifikasi dari
pabrik pembuatnya.

5. Kawat Pengikat

• Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, dengan diamater kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat
pengikat besi beton rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
SNI 2847-2019.
• Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan
ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas. Setelah acuan dibuka,
tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas.
• Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh-
contoh material: besi, koral , pasir, PC untuk memperoleh persetujuan dari Direksi/
Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas.
• Bila terjadi kerusakan pada permukaan beton, Kontraktor Pelaksana diwajibkan
untuk memperbaiki dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana .
• Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai ketentuan
dalam SNI 2847-2019).
BAB – 04 PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. CONTOH BAHAN

03. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

04. SYARAT PENGAMANAN PEKERJAAN

05. BAHAN/PRODUK

06. PELAKSANAAN
01 LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
Pekerjaan pondasi batu kali ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar.

02 CONTOH BAHAN
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh- contoh
material : batu kali, pasir, untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Contoh-
Pengawas akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material
yang dikirim oleh Kontraktor Pelaksana ke site.
Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang
telah disetujui di bangsal Konsultan Pengawas.

03 PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN


Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab dan
bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan ditempatkan
dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.
Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan.

04 SYARAT PENGAMANAN PEKERJAAN


Untuk keperluan proses pengerasan pasangan, maka selama minimum 3 hari setelah
pelaksanaan pekerjaan, pondasi harus dilindungi dari benturan keras dan tidak dibebani.
Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan
yang diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lainnya. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor
Pelaksana diwajibkan untuk memperbaikinya. dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan.
Segala biaya perbaikan menjadi. tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

05 BAHAN/PRODUK
- Seman Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk dagang atau
atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.

- Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan organik,
lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

- Batu Kali
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai kekerasan
yang baik
- Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Apabila
dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor Pelaksana supaya
air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas
biaya Kontraktor Pelaksana.

06 PELAKSANAAN
Batu kali yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, bersudut runcing, berwarna
abu-abu hitam, keras, tidak porous. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat
profil-profil pondasi dari kayu pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai
dengan penampang pondasi. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir
urug setebal minimum 10 cm, disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus
sedikitnya mencapai 80% compacted. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan
campuran 1 PC : 4 Pasir pasang. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air
campuran 1 PC : 2 Pasir Setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan atas pondasi ke
bawah. Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga
tidak ada bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat. Untuk sloof dibagian atas
pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm tiap 1 m' dengan diameter besi
minimum 10 mm.
BAB - 05 PEKERJAAN WATERPROOFING

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. PENGENDALIAN PEKERJAAN

03. BAHAN-BAHAN

04. CONTOH-CONTOH

05. PELAKSANAAN

06. PENGUJIAN MUTU PELAKSANAAN


01. Lingkup pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat
bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. Bagian ini meliputi pekerjaan
“kedap air” (waterproofing) pada toilet, tepi beton-beton bagian atas, atap lantai beton
exposed, dan ruang lain yang tercantum dalam gambar dan petunjuk Konsultan
Pengawas.

02. Pengendalian Pekerjaan

Seluruh pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dalam:

1. SNI.SO4-89F
2. ASTM-828
3. ASTME-154
4. ASTMD-146
5. TAPP I 803 dan 407

03. Bahan-bahan

a. Waterproofing Membran

Menggunakan waterproofing membran tahan air berperforma tinggi, yang


diaplikasikan dingin (tanpa dibakar), fleksibel, dan bisa dibentuk sebelumnya, yang
menggabungkan lapisan film HDPE dengan laminasi silang berkinerja tinggi khusus
dengan senyawa aspal karet perekat . Ditujukan untuk beton tahan air dan pasangan
bata.
Material waterproof berperekat, mudah dipasang dan tanpa bahaya yang terkait
dengan sistem yang menggunakan panas, dan dapat dipasang pada suhu ruang
Seluruh permukaan beton harus dikeringkan, dibersihkan dan dipoles dengan benar
sebelum menggunakan waterproofing ini.
Waterproofing ini diaplikasikan pada permukaan dek beton dan lantai kamar mandi
- Standar kualitas adalah produksi dari Grace Bituthene 3000 atau setara.

04. Contoh-contoh

- Kontraktor Pelaksana wajib mengajukan contoh bahan, brosur lengkap dan


jaminan dari pabrik minimal 10 (sepuluh) tahun.

- Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan


Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

- Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan produk akan diambil oleh Konsultan
Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor Pelaksana selama tidak
lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan
tersebut.
Apabila diperlukan, maka Kontraktor Pelaksana membuat “mock up” sebelum
mulai pekerjaan
05. Pelaksanaan

a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Konsultan Pengawas


untuk mendapatkan persetujuannya, lengkap dengan ketentuan/persyaratan dari
pabrik yang bersangkutan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus diganti
atas tanggungan Kontraktor Pelaksana.

b. Apabila dianggap perlu untuk melakukan penukaran/penggantian, maka bahan-


bahan pengganti harus disetujui Konsultan Pengawas berdasarkan contoh
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.

c. Sebelum pekerjaan dimulai di atas suatu permukaan, permukaan harus bersih,


pengerjaannya harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Peil-peil dan
ukuran harus sesuai dengan gambar.

d. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari


pabrik yang bersangkutan dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

e. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan memulai pekerjaan apabila ada


kelainan/perbedaan ditempat pekerjaan, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

f. Semua pekerjaan di atas harus dilakukan oleh vendor yang berpengalaman dan
harus memberikan jaminan kebocoran selama minimal 5 tahun. Bila terjadi
kebocoran selama jangka waktu tersebut maka Kontraktor Pelaksana wajib
memperbaikinya tanpa biaya tambahan apapun.

g. Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang


berhubungan dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka Kontraktor Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa biaya
tambahan.

h. Permukaan beton dimana waterproofing akan dipasang harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut:
- Halus dan rata bebas dari tonjolan tajam dan rongga-rongga.
- Bersih dari segala kotoran, debu, batuan kecil dan minyak.
- Beton minimum harus berumur 7 (tujuh) hari, dan dalam kondisi kering
(tidak ada air yang terlihat dipermukaan beton).

i. “Corner Detail” pada setiap sambungan bidang horizontal dan vertikal harus diberi
“filler” cement mortar , dan detail overlap sesuai dengan persyaratan dari pabrik.

j. Pemasangan pada bidang horizontal harus dipasang sesuai dengan


kemiringan bidang permukaan, dari arah “lowpoint” ke “highpoint”.
Untuk bidang vertical dipasang memanjang dengan panjang maksimum 2,5m. Pada
setiap sambungan overlap, baik pada bidang horizontal maupun vertical harus
diberi penguat mastic. Overlap bidang vertical minimum 50cm.

l. Flood test, harus dilaksanakan dengan ketinggian air minimum5 cm dan dalam
waktu selama 24jam.

m. “Protection”, waterproofing (non exposed) di area kolam harus secepat mungkin


dilindungi menggunakan screed protection dengan ketebalan minimum 25 mm.
Pekerjaan screed protection sebaiknya dilaksanakan oleh aplikator waterproofing
itu sendiri, apabila pihak Kontraktor Pelaksana ingin melaksanakan pekerjaan
tersebut pada saat pelaksanaan harus diawasi oleh supervisor dari aplikator
tersebut untuk meyakinkan tidak ada benda tajam yang dapat merusak lapisan
waterproofing.

n. Protection screed harus dibuat menjadi pelat-pelat segmental dengan ukuran


maksimal 3.0m x 3.0m. Kemiringan/sloping protection screed harus diatur
sedemikian rupa sehingga semua aliran air mengarah ke sistem pembuangan yang
telah direncanakan oleh MEP. Kontraktor Pelaksana harus mengkoordinasikan
dengan pihak Konsultan Pengawas di lapangan.

Setelah pemasangan semua protection screed, maka harus diadakan test sekali lagi
dengan cara merendam semua bagian yang telah diwaterproofing dengan air
selama 2x24jam.

o. Pelaksanaan struktur utama harus melakukan dewatering selama pekerjaan


pemasangan waterproofing berlangsung dan bilamana diperlukan maka harus
dilakukan secara terus menerus siang malam.

06 Pengujian Mutu Pelaksanaan

- Kontraktor Pelaksana wajib untuk melakukan percobaan/pengetesan hasil


pekerjaan atas biaya Kontraktor Pelaksana seperti dengan cara memberi siraman
di atas permukaan yang telah diberi lapisan kedap air minimal 2x24jam.

- Pekerjaan percobaan/pengetesan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan


dari Konsultan Pengawas.

- Pada waktu penyerahan, Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan atas


semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat
lainnya sebagai akibat dari kegagalan dari bahan/hasil pekerjaan yang
digunakan, selama 10(sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki
segala jenis kerusakan yang terjadi.
BAB – 06 PEKERJAAN PASANGAN BATA RINGAN

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. BAHAN-BAHAN

03. MATERIAL PENDUKUNG

04. PELAKSANAAN

05. PENERIMAAN
01 Lingkup Pekerjaan

- Pasangan bata ringan (Autoclaved Aerated Concrete) digunakan untuk


dinding-dinding yang berbatasan dengan eksterior dan area tangga darurat
mengunakan AAC dengan ketebalan 100 mm

02 Bahan-bahan
Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Bata Ringan
- AAC yang digunakan adalah eks Citicon, Elephant, Hebel atau setara

- Kuat tekan minimal 4.0 N/mm2

- Fire rating minimal 4 jam

- Ukuran 600x200 tebal 100 mm, untuk dinding interior, dinding eksterior dan dinding
tangga darurat

03 Material Pendukung

- Perekat bata harus sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan oleh bata AAC
yang digunakan.

- Bahan perekat yang direkomendasikan adalah eks Mortar Utama, Eco


Mortar, atau setara

04 Pelaksanaan

- Siapkan tempat kerja & permukaan yang akan dipasang bata ringan.

- Pasang petunjuk-petunjuk yang cukup untuk kerataan pemasangan bata ringan.

- Bersihkan dasar permukaan dari serpihan, kotoran &minyak yang dapat


mengurangi daya rekat adukan.

- Bata ringan yang hendak dipasang sebaiknya juga dibasahi terlebih dulu dengan
air.

- Siapkan adukan bahan perekat dengan mencampurkan bahan perekat kering


dengan air sesuai spesifikas yang diperlukan oleh bahan perekat dan
dimasukkan pada bak adukan.

- Aduk campuran diatas hingga rata.

- Pemasangan bata ringan dilakukan secara manual dengan roskam bergigi


sebagaimana umumnya.

- Tebal spesi adukan perekat yang diharapkan adalah 3mm.


- Pemasangan bata potongan diperkenankan selama besar potongan tidak kurang
dari ½ panjang bata utuh

- Pada bagian/daerah sekitar toilet, pantry dan lain-lain yang membutuhkan


penempatan barang-barang yang digantungkan pada dinding, maka di dalam
dinding bagian-bagian tersebut harus dipasang perkuatan yang dibuat dari besi
beton secara vertical dan horizontal.

- Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui terlebih


dahulu oleh Konsultan Pengawas mengenai tempat dan ukurannya.

- Kelos-kelos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding-dinding dengan


angkur.

- Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang


berhubungan dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka Kontraktor Pelaksana harus mengganti tanpa biaya
tambahan.

- Pasangan dinding sudah pekerjaan termasuk kolom praktis/balok sloof/ring.

05 Penerimaan

- Pasangan bata dapat diterima setelah dapat disaksikan bahwa dinding dengan
semua pendukungnya sudah berdiri sesuai rencana, tidak bergelombang
(kecuali diminta secara khusus) dan tidak terdapat cacat/retak padanya dan
siap untuk diproses lebih lanjut.

- Cacat yang muncul kemudian selama masa pemeliharaan karena kesalahan


proses pembangunan dinding harus diperbaiki dengan biaya dibebankan
kepada Kontraktor Pelaksana.
BAB – 07 PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. PENGENDALIAN PEKERJAAN

03. BAHAN-BAHAN

04. PERENCANAAN

05. PELAKSANAAN
01. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh dinding bata
(termasuk dinding dalam shaft) kolom, pagar, dinding beton dan lain-lain seperti yang
dijelaskan dalam gambar kerja.

02. Pengendalian Pekerjaan

Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam :


i. SNI 03-2847-2019

03. Bahan-bahan

a. Plesteran
- Plesteran yang diaplikasikan pada dinding pasangan bata ringan pada area yang
berhubungan dengan eksterior atau dinding lain yang diindikasikan pada gambar

- Material yang digunakan adalah material plesteran Mortar Utama, Eco Mortar atau
setara

- Material yang digunakan adalah material acian Mortar Utama, Eco Mortar atau
setara

04. Perencanaan

a. Acian
Acian dibuat dalam campuran 1 PC : 2 air (volume) dan digunakan hanya pada
dinding-dinding yang akan dicat.

b. CampuranPlesteran

- Perbandingan campuran dan pengujiannya dapat dilaksanakan dalam waktu1 (satu)


minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.

- Plesteran dengan campuran 1 PC : 3 psr (volume) digunakan pada daerah- daerah


basah untuk kedap air. Pada daerah toilet setinggi 210 cm dari lantai atau plesteran
lantai beton sebagaimana ditunjukkan Konsultan Pengawas.

- Jika diperlukan plesteran harus dicampur dengan bahan additive untuk mencegah
keretakan yang tidak diinginkan dan terlebih dahulu mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

c. Pergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang memadai.


Bersihkan semua permukaan yang akan diplester dari bahan- bahan yang dapat
merusak plesteran dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata
sesuai perintah Konsultan Pengawas dengan tebal plesteran 20 mm dengan
toleransi minimal 15 mm dan maksimal 25 mm, kecuali ditentukan lain.

d. Pencampuran
Membuat campuran plesteran tanpa mesin pengaduknya dapat dilaksanakan bila ada
ijin dari KonsultanPengawas.
05. Pelaksanaan

a. Umum

- Bersihkan permukaan dinding batu bata dari noda-noda debu, minyak cat dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran agar benar-benar
siap untuk dilakukan pekerjaan plesteran.

- Singkirkan semua hal yang dapat merusak/mengganggu pekerjaan plesteran.

- Bentuk screed sementara bila mungkin (untuk pembentukan dasar yang permanen)
untuk menjamin adanya ketebalan yang sama, permukaan yang datar/rata, contour
dan profil-profil akurat.

- Basahi seluruh permukaan bidang plesteran untuk peresapan. Jangan


menjenuhkan permukaan dan jangan dipasang plesteran sampai permukaan air
yang terlihat tersebut telah lenyap/kering kembali.

- Letakkan/tempelkan campuran plesteran selama 2,5 jam (maksimal) setelah


proses pencampuran, kecuali selama udara panas/kering, kurangi waktu
penempatan itu sesuai yang diperlukan untuk mencegah pengerasan yang bersifat
sementara dari plesteran.

- Pekerjaan plesteran harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus.

- Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang
disyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala plesteran”.

b. Plesteran Dinding Bata Ringan

- Jika plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak
tegak lurus atau bergelombang, adanya pecah atau retak, keropos, maka bagian
tersebut harus dibongkar kembali untuk diperbaiki atas biaya Kontraktor
Pelaksana.

- Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (20 mm) dan diratakan
dengan roskam kayu, kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari.

- Pelaksanakan plesteran dilakukan minimal setelah pasangan bata ringan berumur


2 (dua) minggu.

- Pada sambungan antara beton dengan pasangan bata ringan sebelum diplester
harus diberi wiremesh selebar 10cm kearah pasangan bata dan 10 cm ke arah
beton sepanjang sambungan tersebut agar plesteran dinding tidak retak.

c. Plesteran Permukaan Beton

- Pasangkan acian setebal 2–3 mm, kasarkan permukaannya, kemudian pasangkan


plesteran sebelum acian mengering.

- Ulangi bagian pertama, lalu plester dalam ketebalan/kerataan yang


disyaratkan dalam gambar.

- Bilamana acian diperlukan, laksanakan sesuai BAB yang berkaitan dengan


pekerjaan acian.
d. Plesteran Interior

- Pemasangan
Pasang lapisan dasar pertama dan kedua dengan ketebalan +/- 7 mm. Ketebalan
lapisan finishing harus ditambahkan di atasnya.

- Ukur/periksa ketebalan plesteran dari bagian dasar belakang yang rata.

- Aplikasikan lapisan dasar pertama dengan bahan-bahan secukupnya dan tekan


untuk menjamin adanya kesatuan dengan dasar. Setelah lapisan pertama
diletakkan, sikat dengan hanya satu arah/cara untuk membentuk ikatan mekanik
bagi lapisan kedua. Pada permukaan-permukaan vertikal, sikat secara horizontal.

- Aplikasikan lapisan dasar kedua dengan bahan-bahan secukupnya dan tekan


untuk menjamin melekat eratnya lapisan ini dengan lapisan dasar pertama.

− Aplikasikan lapisan finishing diatas lapisan dasar setebal 2 mm.

e. Plesteran Exterior

- Pemasangan
Pemasangan lapisan dasar dengan ketebalan + / - 10 mm. Ketebalan lapisan
finishing harus ditambahkan diatasnya.

- Periksa/ukur ketebalan plesteran dari dasar bagian belakang yang rata.

- Aplikasikan lapisan dasar pertama dengan bahan-bahan secukupnya dan tekan


untuk menjamin adanya ikatan dengan dasar. Setelah lapisan pertama diletakkan,
sikat dengan satu arah untuk membentuk ikatan mekanik bagi lapisan finishing.

f. Basahi lapisan plesteran lebih dahulu yang telah kering untuk menerima aplikasi lapisan
selanjutnya. Basahi dengan air sesuai dengan yang diperlukan untuk mendapatkan
penyerapan yang merata.

2
g. Untuk permukaan yang datar/flat, diberi toleransi tidak lebih dari 5 mm dalam area 2 m ,
untuk membengkokkan atau penyimpanan untuk pipa- pipa.

h. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas penentuan prosedur/cara perbaikan dan


hal-hal lain yang terjadi selama pelaksanaan, selama bukan karena kesalahan Pemilik,
seperti plesteran yang pecah atau rusak selama pelaksanaan dan perbaikan yang
tidak dapat diterima atau disetujui oleh Konsultan Pengawas.

i. Pemotongan, tambal, perbaiki dan point-up plesteran seperti yang diperlukan dengan
plesteran baru, tambal dan padatkan dengan permukaan yang harus ditutup/
disambung. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas segala perbaikan yang
diadakan setelah berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas sampai perbaikan
tersebut dapat diterima, atas beban Kontraktor Pelaksana.

j. Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang


berhubungan dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya,
maka Kontraktor Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan
BAB – 08 PEKERJAAN SALURAN KELILING BANGUNAN

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. PENGENDALIAN PEKERJAAN

03. BAHAN-BAHAN

04. PELAKSANAAN
01. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan saluran keliling termasuk di dalamnya pembuatan
dinding selokan, pemasangan saluran buis beton, dan lain-lain seperti yang dijelaskan
dalam gambar pelaksanaan.

02. Pengendalian Pekerjaan


Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam gambar kerja

03. Bahan - bahan

a. Batu Merah
- Batu merah harus berkualitas baik, ukuran normal di pasaran : tebal (4-5) cm;
lebar (11-12) cm; panjang (23-25) cm.
- Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan sudut siku, bidang sisinya datar, padat
dan tidak menunjukkan retak-retak.
- Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada rusuk yang
panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 (satu) meter, maka
panjangnya berkurang akibat aus maksimal 1 (satu) centimeter.

b. Buis beton U Ø 30 cm
- Buis beton harus berkualitas baik, ukuran normal di pasaran: diameter 30 cm,
Panjang 100 cm.
- Padat dan tidak menunjukkan retak-retak.

c. Semen Portland (PC)


- Semen Portland harus menggunakan Semen Tipe I

d. Pasir Pasang
- Pasir pasang berbutir 2-5 mm, tajam, warna hitam.
- Bersih dari tanah, lumpur, sampah, bahan organik, dan bahan kimia.

04. Pelaksanaan

a. Sebelum dipasang, batu merah harus dibasahi dengan air secukupnya sehingga
dapat melekat dengan sempurna
b. Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi 10% dari jumlah
batu merah yang utuh.
c. Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan hubungan (verband) yang
baik, tegak lurus, siku dan rata
d. Semua siar pada akhir pemasangan harus dikerik, dibersihkan dan dirapikan
e. Buis beton U Ø 30 cm dipasang setelah terlebih dahulu dialasi urugan pasir.
Setiap celah sambungan buis beton diisi dan ditutup dengan campuran semen
dan pasir dalam komposisi 1 PC : 4 psr
f. Pasangan bata selanjutnya diplester dan diaci
g. Saluran keliling bangunan yang sudah selesai dikerjakan rapi, ditutup dengan grill
besi ulir dan rangka besi siku sesuai detail dan ukuran pada gambar kerja
BAB – 09 PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN HARDWARE

DAFTAR ISI

01 PEKERJAAN JENDELA KACA RANGKA ALUMINIUM

02 PEKERJAAN DAUN PINTU LAPIS HPL

03 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

04 PEKERJAAN KACA DAN CERMIN


01. PEKERJAAN JENDELA KACA RANGKA ALUMINIUM

a. Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu


lainnya, untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.

2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan Bahan

1. Bahan Rangka

- Bahan aluminium framing system produk dalam negeri ex. Alexindo,


Indal atau setara

- Bentuk dan ukuran profil disesuaikan terhadap shop drawing yang telah
disetujui Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas.

- Pewarnaan powder coating sesuai dengan standard pabrik dan telah


disetujui Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas,.

- Nilai batas deformasi yang diijinkan 2mm.

- Bahan yang diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu dengan


seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan,
kesikuan, kelengkungan, pewarnaan yang diisyaratkan oleh
Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas.

- Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-


syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan- ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.

2. Penjepit kaca
Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik dan
memenuhi persyaratan yang ditentukan dari pabrik, pemasangan
diisyaratkan hanya 1 (satu) sambungan serta harus kedap air dan bersifat
structural seal.

3. Bahan Panil Kaca Daun Pintu dan Jendela


Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas
sulfida maupun bercak-bercak lainnya, dari produk Asahimas atau yang
setara, kecuali untuk kaca bagian luar seperti dijelaskan diatas dengan
ketebalan menurut perhitungan.

c. Shop Drawing dan Contoh

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat shop drawing (gambar detail


pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan
dengan keadaan di lapangan.
2. Kontraktor Pelaksana wajib membuat shop drawing untuk detail-detail
khusus yang belum tercakup lengkap dalam gambar kerja/dokumen
kontrak.

3. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang


diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau
pernyataan khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam
gambar kerja/dokumen kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik.

4. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapat persetujuan


terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.

5. Kontraktor Pelaksana wajib mengajukan contoh dari semua bahan.

6. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan


Pengawas lengkap dengan data teknis dan ketentuan lain dari pabriknya.

7. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji baik pada
pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di lapangan oleh Konsultan
Pengawas atas tanggungan Kontraktor Pelaksana tanpa biaya tambahan.

d. Pelaksanaan

1. Persyaratan Pekerjaan

- Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar,


uraian dan syarat pekerjaan atau petunjuk Konsultan Pengawas.

- Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Konsultan


Pengawas.

- Semua bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, dan diberi tanda untuk mudah diketahui.

- Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, menggunakan alat-alat


pemotongan kaca khusus

2. Pekerjaan Pemasangan

- Pemasangan kaca ini dilaksanakan pada semua pekerjaan


pemasangan kaca yang disebutkan dalam gambar seperti partisi, pintu.

- Ukuran, tebal dan jenis kaca yang dipasang sesuai dengan petunjuk
gambar uraian dan syarat pekerjaan tertulis serta petunjuk Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana.

- Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka aluminium sesuai


dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik.

- Perhatikan ukuran dan bentuk list profil yang dipakai untuk


pemasangan ini apakah telah sesuai dengan petunjuk gambar dan
spesifikasi bahan kusen/kerangka yang terpasang.
- Dipakai bahan untuk lapisan kedap air pada kaca dengan rangka
aluminium yang berhubungan dengan udara luar, untuk bagian dalam
dipakai sealant sesuai dengan persyaratan dari pabrik. Disyaratkan
tebal sealant maksimal 5 mm yang tampak dari kaca dalam kerangka.

- Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak
diperkenankan retak dan pecah pada sealant/tepinya, bebas dari
segala noda dan bekas goresan.

3. Pekerjaan Perrapian
Adalah merapikan kembali akibat-akibat dari pekerjaan pembobokan,
pemasangan, dan lain-lain terhadap bagian-bagian dinding, lantai dan
langit-langit yang berdekatan dengan tempat pekerjaan tersebut.
Kontraktor Pelaksana wajib memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka Kontraktor Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa
biaya tambahan.

e. Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Mutu bahan memenuhi persyaratan yang tertulis dalam buku ini.

2. Semua kaca yang terpasang tidak boleh terjadi retak tepi.

3. Kaca yang telah terpasang harus terkunci dengan sempurna dan tidak bergeser
dari sponing.

4. Pada saat terpasang, semua kaca tidak boleh bergelombang, apabila masih
terlihat adanya gelombang, maka kaca tersebut harus dibongkar atas biaya
Kontraktor Pelaksana.

02. PEKERJAAN DAUN PINTU LAPIS HPL

a. Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu


lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.

2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu kayu dilapis HPL/seperti yang
dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan Bahan

1. Bahan Kayu

- Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan dalam SNI
7973-2019 dan persyaratan lain yang tertulis dalam bab material kayu.

- Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan permukaan
rata, bebas dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat lainnya.
- Kelembaban kayu rangka daun pintu disyaratkan 12%-14%.

- Untuk rangka kayu di bagian dalam pintu menggunakan kayu kamper


Samarinda dengan mutu baik, keawetan kelas I dan kelas kuat I–II.
Ukuran daun pintu yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi.

2. Bahan Panil Daun Pintu

- Rangka daun pintu dari kayu kamper Samarinda dengan ketebalan 30 mm

- Penutup permukaan daun pintu terdiri atas multipleks 6 mm dan HPL


tebal 0.8 mm dengan motif dan warna yang akan ditentukan kemudian
sehingga ketebalan total pintu adalah 42 mm.

- Pada bagian tepi daun pintu (sekeliling daun pintu) ditutup dengan HPL
atau menggunakan PVC edging

3. Bahan Perekat
- Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik.
- Diaplikasikan ke seluruh permukaan rangka yang akan ditutup multipleks

4. Bahan Finishing
Bahan finishing yang dipakai adalah HPL produksi Violam, Taco atau
setara yang disetujui Konsultan Perencana/ Konsultan Pengawas.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk


meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan
lubang- lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.

2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan ditempat pekerjaan harus


ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak
terkena cuaca langsung dan terlindungi dari kerusakan dan kelembaban.

3. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan


penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang
tampak tidak boleh ada lubang-lubang/cacat bekas penyetelan.

4. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu
sama lain sisi-sisinya dan di lapangan sudah dalam keadaan siap untuk
penyetelan/pemasangan.

5. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.


Pemotongan dan pembuatan profile kayu dilakukan dengan mesin diluar
tempat pekerjaan/pemasangan.

6. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai standar/


pedoman bagi Konsultan Pengawas untuk menerima/memeriksa bahan-
bahan yang dikirim oleh Kontraktor Pelaksana ke lapangan.
7. Perlengkapan pintu dan jendela:
- Untuk type kunci tersebut harus disediakan “Master Key”; type-type yang
dipakai harus disetujui oleh Konsultan Pengawas
- Kunci tanam harus terpasang kuat pada rangka daun pintu.

d. Pelaksanaan

1. Umum
Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lainnya, jika terjadi kerusakan,maka
Kontraktor Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.

2. Teknis

- Mekanisme kerja harus sesuai dengan gambar kerja.

- Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (dari) sisi atas pintu ke
bawah. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari
permukaan lantai ke atas.
Engsel tengah dipasang pada 1/3 jarak antara engsel atas dan engsel
bawah diukur dari engsel atas (as) ke bawah, atau 2/3 jarak antara
engsel atas dan engsel bawah diukur dari engsel bawah (as) ke atas.

- Untuk pintu toilet, jarak tersebut diambil dari sisi atas dan sisi bawah
daun pintu.

- Handle dan penarik pintu (door pull) dipasang 105 cm (as) dari
permukaan lantai setempat atau lihat gambar.

- Posisi “lock” dan “latch” harus ditentukan dan diajukan Kontraktor


Pelaksana untuk disetujui Konsultan Pengawas.

- Daun pintu
Daun pintu yang menggunakan rangka kayu samarinda dilapis
mutipleks dengan menggunakan metode pemakuan. Jika diperlukan
harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan Konsultan
Perencana/Pengawas dengan posisi rata karena akan ditutup dengan
finishing HPL yang direkatkan dengan lem pada permukaan bidang
multipleks 6 mm yang telah dipasang pada kerangka daun pintu.
Perekatan material HPL harus dilakukan dengan mesin pres di
workshop. Pada bagian daun pintu lapis multipleks tersebut harus
dipasang rata, tidak bergelombang dan merekat dengan sempurna.
Permukaan HPL bebas dari cacat dan tidak boleh didempul.

- Pintu-pintu di toilet diproduksi dan disediakan 1(satu) set dengan partisi


kubikal, lengkap dengan asesories sesuai standart kubikal.

03. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

a. Lingkup Pekerjaan

1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan


alat-alat bantu lainnya, termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam
gambar, memenuhi uraian dan syarat-syarat di bawah ini, memenuhi
spesifikasi dan persyaratan dari pabrik pembuatnya.

2. Melaksanakan semua pekerjaan alat penggantung dan pengunci hingga


diperoleh hasil yang baik dan memuaskan.

3. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh


pemasangan pada daun pintu dan jendela, seperti yang ditunjukkan/
disyaratkan dalam gambar perencanaan.

b. Bahan-Bahan

1. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang


tercantum dalam Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian hardware akibat dari pemilihan merek, Kontraktor Pelaksana
wajib melaporkan hal tersebut kepada Pemberi Tugas/Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat
aluminium tebal 1 mm atau plexyglass tebal 2 mm berukuran 3 x 6 cm.
Tanda pengenal ini dihubungkan dengan cincin nikel pada setiap anak
kunci.

3. Harus disediakan lemari penyimpanan anak kunci terbuat dari kayu kamper
Samarinda dengan finishing politer yang dilengkapi dengan kait-kaitan untuk
anak kunci lengkap dengan nomor pengenalnya. Lemari berukuran lebar 60
cm x tinggi 90 cm dengan tebal 15 cm, berdaun pintu kaca 6 mm memakai
engsel piano dan handle aluminium, serta dapat dikunci.

4. Standar kualitas produksi dari Dekson, Solid atau setara

5. Engsel pintu dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk setiap daun pintu


dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna yang sama dengan
warna engselnya.
Jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat
daun pintu.
Tiap engsel dapat memikul minimal 20 kg beban.

6. Tipe dan ukuran engsel jendela harus disesuaikan dengan ukuran dan berat
jendela

7. Seluruh rangkaian kunci-kunci harus tercakup dalam satu sistem


Masterkey. Biaya untuk Masterkey harus sudah termasuk dalam penawaran.

8. Kontraktor Pelaksana harus membuat daftar perlengkapan pintu dan jendela


untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas.

9. Penggunaan perlengkapan pintu (engsel, kunci, door closer, door stop, dll)
disesuaikan dengan jenis/tipe pintunya serta lokasi ruangnya.

10. Sebagai pedoman penggunaan perlengkapan pintu dapat dilihat pada Daftar
Simak Material berdasarkan tipe pintu dan jendela pada gambar arsitektur.
Kontraktor Pelaksana harus mengajukan daftar perlengkapan pintu dan
jendela dan harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/ Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas.
c. Syarat Pelaksanaan

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan


contoh material untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/
Konsultan Perencana. Contoh yang diajukan harus dilengkapi dengan
perhitungan berat tipe pintu dan jendela untuk dapat menentukan tipe
engsel dan jendela yang akan dipakai.

2. Kontraktor Pelaksana harus membuat skema Masterkey untuk


mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas sebelum pekerjaan dimulai.

3. Kontraktor Pelaksana harus membuat metode pelaksanaan, shop drawing


dan mock up untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan dimulai. Biaya pembuatan mock up menjadi tanggungan
Kontraktor Pelaksana.

4. Posisi pemasangan engsel pintu mengikuti petunjuk berikut :


Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah pintu dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Engsel tengah dipasang 1/3 jarak antara kedua engsel tersebut (di bagian
atas) atau 2/3 jarak antara kedua engsel tersebut (di bagian bawah).

5. Handle dan penarik pintu (door pull) dipasang 105 cm (as) dari
permukaan lantai atau sesuai dengan gambar.

6. Pemasangan lockcase, handle dan backplate serta door closer harus rapi,
lurus dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.
Pemasangan backplate dan lockcase harus rata (tenggelam) di dalam pintu.

7. Pemasangan floor hinges pada pintu harus disesuaikan dengan


ketentuan dari pabrik pembuatnya.

8. Engsel jendela dipasang pada tempatnya sesuai dengan pintunya.

9. Handle pengunci jendela dipasang di bagian tengah kusen dan jendela.

10. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.

11. Tanda pengenal anak kunci pintu harus dipasang sesuai dengan
pintunya.

12. Semua perlengkapan pintu dan jendela yang telah ditentukan harus
terpasang dengan baik, rapih, lurus dan kuat, serta dapat berfungsi dengan
sempurna. Apabila hal tersebut tidak tercapai, Kontraktor Pelaksana wajib
memperbaiki tanpa tambahan biaya.

04. PEKERJAAN KACA DAN CERMIN

a. Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu


lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang telah disebutkan/
ditunjukkan dalam detail gambar.

b. Persyaratan Bahan

1. Kaca terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai
ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh
dari proses-proses tarik, gilas dan pengambangan (Float Glass)/Kaca
sesuai yang ditunjukkan pada gambar.

2. Toleransi lebar dan panjang.


Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang
ditentukan oleh pabrik.

3. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta
tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi ketepatan siku pada tepi kaca
yang diperkenankan maximum adalah1,5 mm permeter.

4. Cacat-cacat

- Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai


ketentuan dari pabrik.
- Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang
berisi gas yang terdapat pada kaca).
- Kaca harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu
pandangan.
- Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik
sebagian atau seluruh tebal kaca).
− Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan
lebar ke arah luar/masuk).
- Kaca harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave)
Benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan.
Gelombang adalah permukaan kaca yang berubah dan mengganggu
pandangan.
- Kaca harus bebas dari bintik-bintik (spots) dan awan (cloud) yang
mengakibatkan kaca tidak terlihat bersih serta goresan (stretch) yang
terjadi akibat proses pengerjaan maupun pengangkutan/pengiriman
- Kaca harus bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok)
- Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA.
- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui
toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-
kira 0,3 mm.

5. Jenis-jenis kaca yang dipergunakan produksi dari ASAHIMAS atau setara.


Ketebalan kaca untuk masing masing pekerjaan :

a. Jendela : 5 mm dan 8 mm
Spesifikasi : kaca biasa
b Pintu utama : 12 mm
Spesifikasi : kaca tempered
BAB – 10 PEKERJAAN PARTISI CUBICAL TOILET

DAFTAR ISI

01 LINGKUP PEKERJAAN

02 PERSYARATAN BAHAN

03 PELAKSANAAN

04 PENGUJIAN MUTU PELAKSANAAN


01. Lingkup Pekerjaan

Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan partisi yang terbuat dari panel seperti yang dinyatakan
dalam gambar dengan hasil yang baik dan rapi.
Untuk menjaga mutu dan kualitas bahan yang terpasang, pemasangan harus oleh agen
yang resmi dan petunjuk oleh pabrik.
Partisi toilet lengkap dengan penjepit dan pendukungnya (stainless steel).

02. Persyaratan Bahan

Partisi toilet kualitas terbaik dengan ketebalan 12 mm merk Matrix, Formica, Tase,
termasuk accessories, serta ukuran dan cara pemasangan sebagaimana tertera dalam
gambar, dengan warna akan ditentukan kemudian.

03. Pelaksanaan

1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana wajib meneliti gambar-


gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola lay out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan
detail-detail sesuai dengan gambar.

2 Bilamana perlu, Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk membuat "shop drawing"


sesuai dengan ukuran/bentuk/mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh
Konsultan Perencana.

3 Bilamana diinginkan, Kontraktor Pelaksana wajib membuat "mock-up" sebelum


pekerjaan dimulai dan dipasang.

4 Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan kelos-kelos, baut,


angker-angker dan penguat lain yang diperlukan sehingga terjamin kekuatannya
dengan memperhatikan/menjaga kerapihan, terutama untuk bidang-bidang tampak,
tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.

5 Desain dan produksi dari system partisi harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas sesuai dengan gambar.

6 Pemasangan partisi tidak boleh menyimpang dari ketentuan pemasangan yang


dikeluarkan oleh pabrik/produsen.

7 Urutan dan cara kerja harus mengikuti persyaratan dari pabrik pembuatnya.

8 Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai dengan peil dalam gambar
dan lurus (tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diijinkan dari masing-
masing bahan yang digunakan).

9 Perhatikan semua sambungan dengan bidang lain. Bilamana ada ketidakjelasan


dalam gambar, Kontraktor Pelaksana wajib menanyakan hal ini kepada Konsultan
Pengawas.
10 Semua ukuran modul yang dianut berkaitan dengan modul lantai dan plafond.

11 Semua partisi yang terpasang sesuai dengan gambar dalam type dan layout.
Setelah pemasangan, Kontraktor Pelaksana wajib memberikan perlindungan
terhadap benturan-benturan benda-benda lain dan kerusakan yang timbul adalah
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sampai pekerjaan selesai.

12 Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang


berhubungan dengan pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan akibat kelalaiannya,
maka Kontraktor Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.

04. Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Mutu bahan harus sesuai dan memenuhi persyaratan yang tertulis dalam buku ini
dan yang telah disetujui Konsultan Pengawas.

2. Setiap rangka terutama pada sambungan-sambungan dan setiap hubungan sudut


harus sudah terpasang dengan kuat dan kokoh.

3. Rangka partisi yang terhubung pada lantai dan dinding menjadi satu kesatuan yang
kaku.

4. Seal pemegang/pengunci partisi dan lain-lain harus sudah terpasang dengan


sempurna.

5. Apabila semua hal tersebut di atas masih belum terpenuhi, maka wajib diadakan
pembongkaran dan perbaikan kembali atas biaya Kontraktor Pelaksana.
BAB - 11 PEKERJAAN ALUMINIUM

DAFTAR ISI

01 LINGKUP PEKERJAAN

02 PENGENDALIAN PEKERJAAN

03 PERSYARATAN BAHAN

04 PELAKSANAAN

05 PENGUJIAN MUTU PELAKSANAAN

06 PENGAMANAN PEKERJAAN
01 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan tenaga kerja, pengadaan, penyimpanan, pengamanan


bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu untuk melaksanakan semua pekerjaan
kusen untuk rangka pintu kaca, dan lain-lain seperti yang dinyatakan dalam gambar
serta petunjuk Konsultan Pengawas.

02 Pengendalian Pekerjaan

Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan dalam:

- The Aluminium Association (AA)


- Architectural Aluminium Manufactures Associtaion (AMA)
- SNI 7393 - 2008

03 Persyaratan bahan

1. Kusen Aluminium
- Kusen yang digunakan produksi Alexindo, Indal atau setara

- Kadar campuran:
Architectural Billet 45 (AB45) atau yang setara
Ultimate Strength 28.000 psiYield.

- Powder Coating :
Sesuai standart produsen kusen alumunium
Ketebalan lapisan powder coating diseluruh permukaan aluminium adalah
60-80 mikron dengan warna yang akan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana.

- Hardware :
Akan ditentukan kemudian dan sesuai petunjuk dalam gambar.

- Accessories:
Akan ditentukan kemudian.

- Jaminan :
Harus diberikan jaminan tertulis dari tipe campuran ("alloy") dan ketebalan
"Powder Coating". Kontraktor Pelaksana harus dapat memperlihatkan
bukti-bukti keaslian barang.

2. Sealant
Sealant untuk kaca pada rangka aluminium harus menggunakan bahan sejenis
silicon sealant yaitu “Silicon Glazing Sealant” produksi Dow Corning atau setara.
Warna akan ditentukan kemudian.
3. Contoh-contoh
- Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas
contoh potongan kusen aluminium dari ukuran 40 cm, beserta brosur lengkap dari
pabrik/produsen.
- Kontraktor Pelaksana harus membuat shop drawing untuk dikonsultasikan
kepada Konsultan Pengawas.

4. Penyimpanan dan Pengiriman


Penyimpanan harus di ruang beratap, bersih, kering, dan dijaga agar tidak terjadi
abrasi atau kerusakan lain serta tidak dekat dengan tempat pembakaran.

5. Accessories
Sekrup dari stainless steel kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat alat
penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking dan
sealant. Angkur-angkur untuk rangka kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal
2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron sehingga tidak dapat
bergeser.

6. Bahan Finishing
Finishing untuk permukaan kusen pintu yang bersentuhan dengan bahan alkali seperti
beton,adukan atau plesteran dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer
yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating varnish, seperti asphaltic
varnish atau bahan insulation lainnya yang disetujui Konsultan Pengawas.

04 Pelaksanaan

- Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan


kondisi di lapangan (ukuran dan peil lubang harus diketahui) serta membuat contoh
jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan
system konstruksi bahan lain.

- Semua frame baik untuk kusen dinding kaca luar dan pintu dikerjakan secara fabrikasi
dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan.

- Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari bahan besi untuk


menghindarkan penempelan debu besi pada permukaan. Disarankan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya.

- Angkur-angkur untuk kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2,3 mm dengan
lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron dan ditempatkan pada interval 300 mm.

- Pensekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup antikarat/stainless
steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan
memenuhi syarat kebutuhan terhadap tekanan air sebesar 1000 kg/cm2
- Celah antara kaca dan system kusen aluminium harus ditutup oleh sealant yang
sudah disetujui Konsultan Pengawas.

- Untuk fitting hardware dan reinforcing material yang mana kusen aluminium akan
kontak dengan besi, tembaga atau lainnya, maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.

- Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10–25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan/grout.

- Toleransi Puntiran
Pemasangan semua pintu terhadap kusen yang diijinkan adalah 1 mm, sedangkan
terhadap lenturan adalah 3 mm.

- Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara, terutama pada ruang yang
dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan
synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini pada swing door
dan double door.

- Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant
supaya kedap air dan suara.

- Kaca-kaca dinding luar bangunan dan daun pintu hendaknya dibuat fixed dengan
beads, beads dimaksud harus dari aluminium extruded shape dan dilengkapi
dengan neoprene. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk
penahan air hujan.

- Dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan spesifikasi dari produsen atau
yang disetujui Konsultan Pengawas.

- Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang


berhubungan dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaian, maka
Kontraktor Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.

05. Pengujian Mutu Pekerjaan

- Semua bahan terpasang sesuai dengan yang dipersyaratkan dan yang telah
disetujui Konsultan Pengawas.

- Kusen aluminium terpasang dengan kuat dan setiap hubungan sudut harus 90
derajat, apabila tidak terpenuhi maka harus dibongkar atas biaya Kontraktor
Pelaksana.

- Semua system dan mekanismenya harus berfungsi dengan sempurna.

- Setiap engsel daun pintu harus terpasang lengkap, sempurna dan harus sesuai
dengan produk pabrik yang mengeluarkan.

- Kaca harus diteliti dengan seksama, setelah terpasang tidak boleh bergetar, apabila
masih terjadi getaran, maka profil rubber seal pemegang kaca harus diganti atas
biaya Kontraktor Pelaksana.
06. Pengamanan Pekerjaan.

- Setelah pemasangan, kotor akibat noda-noda pada permukaan kusen dapat


dibersihkan dengan “Volatile Oil”.

- Semua pintu dan dinding kaca luar bangunan harus dilindungi dengan
“Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar terlindungi dari benturan alat-alat
pada masa pelaksanaan.

- Bila kusen ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung harus
segera digunakan. Bahan aluminium yang terkena bercak noda tersebut dapat
dicuci dengan air bersih, sebelum kering sapukan dengan kain yang halus
kemudian baru diberikan bahan pelindung.

- Setelah pemasangan instalasi pada pintu dan dinding kaca luar bangunan, maka
sekeliling kaca yang berhubungan langsung dengan permukaan dinding perlu diberi
lapisan vinyl tape untuk mencegah korosi selama masa pembangunan.
BAB – 12 PEKERJAAN LANTAI

DAFTAR ISI

01. PEKERJAAN SUB-LANTAI/SCREED

02. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

03. PEKERJAAN LANTAI HOMOGENEOUS TILE


01. PEKERJAAN SUB LANTAI/SCREED

a. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat
bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan sub lantai beton,
sesuai dengan detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar agar siap untuk
pemasangan keramik.

b. Pengendalian Pekerjaan

Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan mengacu pada SNI 03-2847-2019
yang meletakkan tanggung jawab perencanaan, pengetesan dan pengendalian
mutu beton

c. Bahan-bahan

1. Sub lantai beton yaitu beton dengan campuran 1 PC : 3 Pasir

2. Material semen, pasir dan air harus memenuhi syarat seperti pada BAB
mengenai pekerjaan beton.

3. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang harus diserahkan contoh-


contohnya dahulu untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

5. Seluruh peralatan yang diperlukan harus disediakan Kontraktor Pelaksana


di lapangan.

d. Pelaksanaan

1. Untuk pasangan di atas pelat beton lantai, pelat beton diberi lapisan
plesteran (screed) campuran1 PC : 3 Pasir setebal minimal 2 cm atau lebih
dengan memperhatikan kemiringan lantai.

2. Pelaksanaan sub lantai dari beton ini dilakukan sampai permukaan benar-
benar rata dengan memperhatikan kemiringan lantai

3. Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan


yang berhubungan dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka Kontraktor Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa
biaya tambahan

e. Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat kubus beton ukuran15x15x15 cm


untuk beton K100 yang jumlahnya ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
2. Kubus beton ditest di laboratorium yang akan ditunjuk oleh Konsultan
Pengawas.

3. Hasil test diserahkan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 9


(sembilan) hari kerja dihitung dari tanggal pelaksanaan pekerjaan.

4. Untuk volume pekerjaan yang besar, maka atas persetujuan Konsultan


Pengawas pengetesan dapat dilakukan secara bertahap.

5. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut menjadi


tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

02. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat


bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.

2. Pemasangan lantai keramik tiles ini dipasang pada seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar, berikut plint/skirting dan stepnosing
tangga.

3. Lingkup pekerjaan termasuk penyediaan spare keramik masing-masing


warna sebanyak 5 m2.

b. Persyaratan Bahan

- Jenis : CeramicTile
: Ukuran 40 x 40 cm dan 30X30 cm,
Produksi : Roman, Platinum
Bentuk sudut, jenis dan ukuran disesuaikan dengan jenis keramik pada
bidang lantai.
- Ketebalan : Minimum 6 mm atau sesuai gambar
- DayaSerap : 1%
- Kekerasan : Minimum 6 skala Mohs
- KekuatanTekan : Minimum 900 kb/cm2
- DayaTahan Lengkung : Minimum 350 kg/cm2
- Mutu : Tingkat 1 (satu)
Extruded Single Firing tahan asam dan basa
- Bahan Pengisi : Grout semen/berwarna, ex. AM 53 atau setara
- Bahan Perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 pasir
- Warna, tekstur : Akan ditentukan kemudian

Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus


diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat shop


drawing mengenai pola keramik.

2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan
bernoda.

3. Adukan pasangan/pengikat dengan adukan campuran 1 PC : 3 pasir


pasang dan ditambah bahan perekat seperti yang diisyaratkan atau dapat
pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan perekat.

4. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.

5. Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang


benar-benar rata, tidak bergelombang dengan memperhatikan kemiringan di
daerah basah dan teras.

6. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus
sama lebarnya, maksimum 3 mm yang membentuk garis-garis sejajar dan
lurus yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang
berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak
lurus sesamanya.

7. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotongan


keramik khusus sesuai persyaratan dari pabrik.

8. Setiap luas pemasangan keramik 5 m2 harus dipasang expansion joint


selebar 15 mm dengan menggunakan sealant atau bahan yang khusus
untuk itu.

9. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama


3x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.

10. Keramik plint/skirting terpasang siku terhadap lantai, dengan


memperhatikan siar-siarnya bertemu siku dengan siar lantai dan dengan
ketebalan siar yang sama pula.

11. Lantai yang akan dipasangi keramik terlebih dahulu harus dipadatkan, agar
pasangan tidak turun/retak sewaktu menerima beban di atasnya.

12. Permukaan lantai yang akan dipasangi keramik harus dibersihkan dari debu,
cat dan kotoran lainnya.
Kemudian dikasarkan agar pelekat adukan spesi lebih sempurna.

13. Sewaktu keramik dipasang permukaan keramik bagian belakang harus terisi
padat dengan semen.

14. Pola pemasangan keramik disesuaikan dengan gambar, demikian juga


pengambilan as pemasangan.

15. Nat keramik diisi dengan bahan semen yang tahan asam, basa serta kedap
air. Warna perekat nat ini disesuaikan dengan warna keramik.
16. Pengisian/pengecoran nat dilakukan paling cepat 24 jam setelah keramik
dipasang.

17. Sewaktu pengisian nat ini, keramik harus benar-benar melekat dengan kuat
pada lantai. Sebelum diisi, celah-celah nat ini harus dibersihkan terlebih
dahulu dari debu dan kotoran lain.

18. Usahakan agar permukaan keramik yang sudah terpasang tidak terkena
adukan/air semen.

19. Kotoran semen dan lain-lain yang menempel di permukaan keramik pada
waktu pengecoran nat, harus segera dibersihkan sebelum mengering/
mengeras.

20. Bila pemasangan telah selesai seluruhnya, maka lantai harus dilap/disapu
hingga bersih.

21. Permukaan lantai yang sudah terpasang, hasilnya harus rapi, baik, tidak
miring, tidak bergelombang, terpasang dengan kuat.

22. Bila masih diperlukan, keramik harus dibersihkan dengan lap basah atau
bahan-bahan pembersih lunak yang ada di pasaran.

23. Untuk menghilangkan kotoran yang sukar terlepas, dapat digunakan sikat
baja atau bahan pembersih khusus, disesuaikan dengan jenis kotorannya.

24. Untuk mencegah terjadinya keretakan akibat pengembangan, maka pada


beberapa bagian harus disediakan alur-alur expansion. Alur-alur expansion
ini harus diisi dengan bahan yang elastis/sealant sesuai dengan gambar dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

03. PEKERJAAN LANTAI HOMOGENEOUS TILE

a. Lingkup Pekerjaan

1 Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,


peralatan dan alat-alat bantu lainnya, termasuk pengangkutan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang
dinyatakan dalam gambar, memenuhi uraian dan syarat-syarat di bawah ini
serta memenuhi spesifikasi dan persyaratan dari pabrik pembuatnya.

2 Melaksanakan pekerjaan lantai homogeneous tile dengan mengikuti


ketentuan dari pabrik pembuatnya, hingga diperoleh hasil pekerjaan yang baik
dan memuaskan.

b. Persyaratan Bahan

1. Homogeneous tile dibuat dari bahan yang khusus digunakan untuk bahan
homogeneous tile, diproses secara mekanis dan dibakar dengan proses
single firing (pembakaran tunggal) dalam oven dengan suhu yang sesuai.

2. Tebal minimal 6-8mm, dengan permukaan diglasur hingga menghasilkan


warna dan kilap permukaan yang rata dan seragam (lapisan permukaan dari
kelas heavy duty).

3. Ukuran nominal untuk lantai 60x60 cm, dimana sudut-sudutnya membentuk


sudut siku-siku 90º, secara keseluruhan bentuk dan ukurannya harus seragam.

4. Khusus untuk tangga dilengkapi anti slip stepnosing yang sejenis dengan
lantainya.

5. Bahan grouting harus berkualitas baik dengan warna yang sesuai dengan
lantainya.

6. Kualitas produksi buatan dalam negeri


Homogeneous tile : Niro Granite, Granito, Roman
Grouting : AM atau setara

8. Warna dari homogeneous tile, plint serta grouting akan ditentukan oleh
Pemberi Tugas/Konsultan Perencana.

c. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Lantai HomogeneousTile

1. Persiapan Pelaksanaan

a) Sebelum memulai pemasangan penutup lantai, Kontraktor Pelaksana


terlebih dahulu harus menyerahkan contoh-contoh penutup lantai yang
akan dipasang lengkap dengan penjelasan spesifikasinya untuk
mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana. Contoh-contoh tersebut
apabila oleh Konsultan Pengawas dianggap perlu, harus ditest di
laboratorium yang sudah disetujui Konsultan Pengawas. Biaya pengujian
di laboratorium ini menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana

b) Kontraktor Pelaksana harus membuat metode pelaksanaan dan shop


drawing untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Shop drawing harus menunjukkan pola pemasangan homogeneous tile
yang baik dan pola yang menerus ke dinding (bila dinding memakai
finishing yang sejenis).

c) Kontraktor Pelaksana harus membuat mock-up pemasangan lantai


homogeneous tile (dan menerus ke dinding) untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

d) Sebelum memulai pemasangan penutup lantai, Kontraktor Pelaksana


terlebih dahulu harus memeriksa semua pekerjaan yang nantinya akan
ditutup oleh bahan penutup lantai.

e) Pekerjaan yang harus diperiksa diantaranya adalah :

- Pekerjaan pemasangan instalasi-instalasi di bawah lantai misalnya pipa-


pipa, conduit dan sebagainya.
- Pekerjaan waterproofing
- Dan pekerjaan lain-lain yang dianggap perlu

f) Sesudah pekerjaan-pekerjaan tersebut selesai diperiksa, Kontraktor


Pelaksana harus meminta persetujuan Konsultan Pengawas untuk
melanjutkan pekerjaannya.
g) Sebelum pemasangan lantai homogeneous tile, alas permukaan lantai
harus dibuat rata terlebih dahulu.

h) Kecuali ditentukan lain pada lantai dasar yang akan dipasang penutup
lantai terlebih dahulu tanahnya harus dipadatkan agar pasangannya tidak
turun/retak sewaktu menerima beban di atasnya.

2. Pelaksanaan Pekerjaan

a) Pemasangan homogeneous tile harus dilaksanakan oleh tenaga kerja


yang berpengalaman dalam jenis pekerjaan ini.

b) Sebelum homogeneous tile dipasang harus disortir terlebih dahulu.


Homogeneous tile yang ukurannya tidak sama, tidak siku, mempunyai
perbedaan warna, melengkung, tidak boleh dipasang dan harus
dikeluarkan dari lapangan.

c) Sedapat mungkin pemotongan homogenous tile harus dihindari kecuali jika


tercantum dalam gambar. Pemotongan harus dilakukan dengan hati- hati
tanpa pinggirnya bergerigi. Potongan homogeneous tile tidak boleh lebih
kecil dari ½ ukuran tile, kecuali jika tercantum dalam gambar.

d) Adukan alas homogeneous tile harus penuh pada permukaan bawah


homogeneous tile tidak boleh ada bagian yang kosong.

e) Setiap sambungan atau nat homogeneous tile harus dibuat selebar 1- 2 mm


dan masing-masing membentuk garis lurus yang lebarnya sama. Bila
lantai homogeneous tile berhubungan dengan homogeneous tile dinding,
maka nat harus dibuat lurus dan menerus antara nat lantai dengan nat
dinding.

f) Setelah homogeneous tile dipasang, permukaannya harus dibersihkan


dengan lap yang dibasahi air hingga diperoleh permukaan lantai yang
benar-benar bersih, bebas dari noda-noda semen dan sebagainya.

g) Hasil pemasangan homogeneous tile harus merupakan suatu permukaan


yang rata, datar, tidak bergelombang dengan alas adukan yang penuh dan
merata (bila lantai diketuk tidak berbunyi).

h) Selama 3x24 jam sesudah homogeneous tile selesai terpasang,


permukaannya tidak boleh diinjak sama sekali.

i) Sesudah homogeneous tile terpasang, permukaannya harus dijaga


terhadap kemungkinan-kemungkinan terkena cairan-cairan dan benda-
benda lain yang mungkin bias menimbulkan cacat, noda-noda dan
sebagainya. Apabila hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus
memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali seperti semula.
BAB – 13 PEKERJAAN DINDING

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. PERSYARATAN BAHAN

03. SYARAT SYARAT PELAKSANAAN..............................................


1. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan


alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.

2. Pekerjaan dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/


ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas.

2. Persyaratan bahan

1. Bahan Keramik Dinding:

* Jenis : Keramik
* Finishing Permukaan : Berglazuur
* Produksi : Roman, Platinum
* Ketebalan : Minimum 0,6cm
* Bahan PengisiSiar : AM 50 tile grout
* Bahan Perekat : Adukan 1 PC : 3 pasir
* Warna/Texture : Ditentukan kemudian
* Ukuran : 40 x 20 cm atau yang
tereteraseperti
dalam gambar.tertera

2. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus


diserahkan contoh-contohnya untuk, mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas.

4. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi


dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini,
harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Dinding-dinding bata, beton dan kolom-kolom beton dibersihkan dari


kotoran-kotoran sisa-sisa semen yang menempel, kemudian permukaannya
diplester halus dengan 1 pc : 2 psr setebal 2 cm, menurut arah permukaan
yang tertera dalam gambar hingga rata dan tidak bergelombang.

2. Kemudian permukaan plesteran tersebut dikasarkan (dengan menggaruk


menyilang) agar lapisan yang akan dipasang terikat kuat.

3. Keramik tile dipasang dengan menggunakan semen biasa setebal minimal


1 cm. Dengan lebar nat sesuai dengan rekomendasi dari pabrik kurang dari 2
mm. Nat ini akan diisi dengan semen putih hingga mencapai permukaan
yang rata dan saling tegak lurus.

4. Pada bagian-bagian sudut-sudut/pojok-pojok/tekukan-tekukan pendek, harus


dipasang bahan-bahan yang khusus dibuat untuk itu (tile accessories).
5. Pada permukaan dinding beton/bata ringan yang ada, keramik dapat
langsung diletakkan dengan menggunakan perekat spesi 1 pc : 3 pasir,
diaduk baik memakai larutan super cement, jumlah pemakaian adalah 10%
dari berat semen yang dipakai dengan tebal adukan tidak lebih dari1,5 cm
atau bahan perekat khusus, dengan memperhatikan sehingga mendapatkan
ketebalan dinding seperti tertera pada gambar.

6. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna, motif
tiap keramik harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.

7. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu,


sesuai petunjuk pabrik.

8. Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air


sampai jenuh.

9. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang


terpasang di dinding : exhaust fan, panel, stop kontak, lemari gantung dan
lain-lain yang tertera di dalam gambar.

10. Ketinggian peil tepi atas pola keramik sesuai gambar.

11. Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus
ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.

12. Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-
benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian
peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.

13. Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5 mm
setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar- siar
keramik diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah
lingkaran seperti yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya
akan ditentukan kemudian.

14. Nat-nat pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan AM 50


BAB – 14 PEKERJAAN PLAFOND

DAFTAR ISI

01. UMUM

02. PEKERJAAN PLAFOND GYPSUMBOARD DAN KALSIBOARD


01. UMUM

a. Persyaratan

- Pemasangan plafond baru boleh dilaksanakan setelah semua


peralatan yang terdapat di dalam plafond (kabel-kabel, pipa-pipa,
ducting-ducting, alat penggantung dan penguat plafond) siap dan selesai
dikerjakan.

- Dalam kaitannya dengan jenis elemen lain yang terdapat dalam rencana
plafond haruslah mengacu pada gambar mekanikal elektrikal, sedangkan
gambar arsitektur hanya memuat tata letaknya saja.

b. Pelaksanaan

- Sebelum pemasangan, Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh-


contoh bahan penutup plafond dan harus mendapat persetujuan
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas.

- Penggantung plafond harus dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh


bidang plafond yang rata, datar dan tidak melengkung

- Pemasangan plafond harus rata. Nat-nat yang pecah pada waktu


pemasangan harus diperbaiki

- Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas segala akibat yang mungkin


terjadi terhadap kemungkinan pemasangan partisi, dimana ada bagian-
bagian partisi yang harus disangga oleh rangka plafond.

- Harus disiapkan lubang-lubang untuk pemeriksaan (manhole)

- Meminimalkan kemungkinan tidak sempurnanya alat-alat penggantung,


sehingga plafond menjadi bergelombang karenanya.

- Memastikan pemasangan yang kuat untuk mengantisipasi pemasangan


alat-alat maintenance pada plafond.

02. PEKERJAAN PENUTUP PLAFOND GYPSUMBOARD & KALSIBOARD

a. Lingkup pekerjaan

- Bagian ini meliputi pengadaaan tenaga kerja, bahan peralatan serta


pemasangan langit-langit gypsum board dan kalsiboard dengan rangka
sesuai pada gambar.

- Melaksanakan pekerjaan plafond gypsum board dan kalsiboard hingga


diperoleh hasil yang baik dan memuaskan
b. Pengendalian Pekerjaan

Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan:


- ASTM C216 – Aplication and Finishing of Gypsum Board
- SNI 7973-2019

c. Persyaratan Bahan

- Gypsum Board & Kalsi Board


Panil-panil gypsum board yang dipakai adalah ukuran 9 mm merk Jaya
Board, Knauff atau setara. Sedang untuk kalsiboard dipakai ukuran 6 mm
menggunakan merk Kalsiboard, Nusaboard, atau setara. Finishing panil
dicat sesuai dengan petunjuk pekerjaan cat, juga harus memiliki daya
tahan terhadap bahaya kebakaran minimal 60menit.

- Kalsiboard dipakai plafon eksternal, serta daerah basah lainnya dan ruang
yang berhubungan dengan ruang mekanikal dan elektrikal.

- Rangka plafond
Terbuat dari profil-profil logam galvanized (ceiling hunger system) produksi
Jaya board, Knauff atau setara.

- Baja Penggantung
Dipakai baja atau gesper metal penggantung yang dapat distel diseluruh
system plafond lainnya ikut terpasang (mekanikal, elektrikal) dan
sebagainya.

- Contoh-contoh
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan
contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

d. Pelaksanaan

a. Pekerjaan rangka plafond Gypsum Board dan KalsiBoard.


- Batang-batang profil untuk rangka plafond yang dipasang adalah main
runner wal spring suspension/kawat seng BWG 14 dan sebagainya
yang telah diseleksi dengan baik, lurus, rata, tidak ada bagian yang
bengkok atau melengkung, atau cacat-cacat lainnya, dan telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
- Seluruh rangka plafond digantungkan pada pelat beton dan konstruksi
atap dengan menggunakan penggantung dari logam
galvanized suspension/kawat seng BWG14 yang dapat diatur
ketinggiannya dan dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh rangka dapat
melekat dengan baik dan kuat pada pelat beton dan tidak dapat berubah-
ubah bentuk lagi.
- Setelah seluruh rangka plafond terpasang seluruh permukaan rangka
harus rata, lurus dan waterpass, tidak ada bagian yang bergelombang, dan
batang-batang rangka harus saling tegak lurus.
b. Pekerjaan plafond Gypsum Board dan Kalsi Board
- Penutup yang dipasang adalah gypsum board dan kalsiboard yang
telah dipilih dengan baik, bentuk dan ukuran yang sama, tidak ada
bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat lain dan telah mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
- Gypsum board dan kalsiboard dipasang dengan cara pemasangan
sesuai dengan gambar kerja dan setelah gypsum board terpasang,
bidang permukaan plafond harus rata, lurus, waterpass dan tidak
bergelombang, dan sambungan antara unit-unit gypsum board harus
tidak kelihatan
- Pada tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel pada plafond
yang dapat dibuka, tanpa merusak gypsum board dan kalsiboard di
sekeliling manhole, untuk keperluan pemeriksaan/pemeliharaan
instalasi mekanikal dan elektrikal.

c. Pemeriksaan Akhir dan Pembersihan


Perbaiki semua pekerjaan yang belum sempurna sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas. Bilamana “Touching Up” tidak dapat memperbaiki
plafond yang kurang sempurna, maka Kontraktor Pelaksana harus
mengganti bagian-bagian tersebut dengan bahan baru sampai sempurna
tanpa biaya tambah.

d. Steiger
Kontraktor Pelaksana harus menyediakan steiger-steiger agar pada waktu
pemasangan plafond gypsum board tidak merusak lantai maupun
pekerjaan-pekerjaan lain yang telahselesai.
BAB – 15 PEKERJAAN DINDING PARTISI

DAFTAR ISI

01. UMUM

02. QUALITY

03. MATERIAL

04. PEMASANGAN
01. UMUM

a. Lingkup Pekerjaan

- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

- Meliputi pelaksanaan semua pekerjaan partisi dinding dan lain-lain seperti


yang dinyatakan dalam gambar serta petunjuk Konsultan Pengawas.

b. Standar

Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan dalam:


- Australian Standard AS1397 untuk rangka metal
- ASTMC 36/C,36-1 untuk plasterboard
- ASTMC840-02 untuk aplikasi dan finishing gypsum.

02. QUALITY

a. Sampel & Pengajuan

- Kontraktor Pelaksana diminta mengajukan sampel material dari


masing-masing bahan yang digunakan untuk mendapat persetujuan.

- Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas


contoh potongan material, beserta brosur lengkap dari pabrik/produsen.

- Material di atas yang sudah mendapat persetujuan harus tetap ada di


lokasi selama masa pelaksaan sebagai standar material yang akan
digunakan.

- Kontraktor Pelaksana harus membuat shop drawing untuk dikonsultasikan


kepada Konsultan Pengawas.

b. Pengendalian Mutu

- Penyediaan rangka, gypsumboard, dan asesoris harus berasal dari satu


pabrik dan aplikator harus direkomendasikan oleh pabrik.

- Semua asesories yang direkomendasikan oleh pabrik harus dipergunakan


untuk menghasilkan hasil yang terbaik pada pekerjaan yang dimaksud.

- Hasil pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum


dilakukan tahap pekerjaan selanjutnya pada pekerjaan tersebut.

03. MATERIAL

a. Wallstuds dan Walltracks

Bahan dasar dari Zincalume, G300-hot-dipped zinc/aluminium alloy- coated


structural steel dgn spangled surface.
• Steel Grade : ZincalumeG300
• Yield Strenght : Mpa-300 min (guaranteed)
340-400 (typical)
• Tensile Strenght : Mpa-340 min (guaranteed)
360-480 (typical)
• Coating Class : AZ50
• Base Metal Thickness (BMT) : 0.4;0.5;0.7
• Total Coated Thickness (TCT) : 0.45;0.55,0.75
• Ukuran wallstuds : 33.5 mm & 36.7 mm
(tinggi profil)
D (lebar) disesuaikan dengan tebal
Dinding yang diinginkan
• Ukuran walltracks : 32 mm (tinggi profil)
D (lebar) disesuaikan dengan tebal
Dinding yang diinginkan

Standart penggunaan bahan Jayaboard, Knauff

b. Panil partisi
Menggunakan kombinasi panil multipleks dibagian bawah dan gypsumboard
dibagian atas dengan ketebalan 9 mm
Panil gypsumboard menggunakan Jaya Board, Knauff, dengan
finishing cat
Panil multipleks 9 mm, dengan finishing HPL Violam, Taco

04. PEMASANGAN

- Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan adalah membuat marking atau layout
sesuai dengan gambar kerja yang telah disetujui oleh pemberi tugas di lokasi yang
akan dilaksanakan.

- Cek ulang marking yang telah dibuat sebelum pemasangan walltrack dengan cara
builder square methode.

- Setelah itu lakukan pemasangan walltrack , dengan jarak paku atau sekrup yang
pertama 50 mm yang selanjutnya berjarak maksimum 600 mm.

- Setelah terpasang walltrack, maka lakukan pemasangan wallstud dengan


lubang penetrasi yang sejajar dari permukaan lantai 150 mm.

- Pasang rangka stud pada rangka walltrack dengan jarak maksimum 600 mm dari
rangka yang lainnya. Rangka wallstud yang pertama dipasang berlawanan dengan
dinding permanen.

- Ketinggian wallstud yang dipasang dikurangi 10–16 mm untuk menghindari


keretakan gypsum akibat pergerakan struktural.

- Persiapkan keperluan untuk opening jendela dan opening pintu serta M/E seperti yang
tertera pada gambar kerja. Perkuatan untuk ini harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik.

- Panel multipleks dan gypsumboard dapat dipasang sesuai dengan petunjuk pada
gambar.
- Lakukan pemasangan multipleks dan gypsumboard yang benar sesuai dengan
detail gambar kerja. Multipleks dan gypsumboard yang dipakai harus bebas dari
cacat.

- Setelah panel multipleks dan gypsumboard dipasang, lakukan finishing dengan


menempelkan HPL pada multipleks dan pengecatan pada gypsumboard
BAB – 16 PEKERJAAN PENGECATAN

DAFTAR ISI

01. PENGECATAN SECARA UMUM

02. PENGECATAN PLAFOND GYPSUM

03. PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING BETON EXPOSE

04. PENGECATAN DINDING

05. PENGECATAN BESI


01. PENGECATAN SECARA UMUM

a. Lingkup Pekerjaan

- Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat (kecuali ditentukan lain),
peralatan, untuk melaksanakan pekerjaan ini termasuk alat-alat bantunya dan
alat angkutnya (bila diperlukan), ketempat pekerjaan seperti yang tercantum
dalam gambar, uraian, dan syarat teknis ini dan perjanjian kerja.

- Melaksanakan pekerjaan pengecatan sesuai dengan yang ditentukan dalam


gambar dan RKS hingga diperoleh hasil yang memuaskan.

b. Persyaratan Bahan

- Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi dari pabrik cat
yang bersangkutan.

- Kontraktor Pelaksana wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut


mengenai hal-hal yang menunjukkan kemurnian cat yang digunakan, antara
lain:
- segel kaleng
- test laboratorium
- hasil akhir pengecatan

Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari
produsen untuk diketahui Konsultan Pengawas. Biaya test tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor Pelaksana.

- Sebelum memulai pengecatan, Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan


contoh bahan yang masih dalam kaleng, contoh bahan yang telah dicatkan
pada permukaan plywood ukuran 40x40 cm, brosur lengkap dan jaminan dari
pabrik.

- Untuk pengecatan dinding yang bersentuhan dengan udara luar, sinar


matahari dan air hujan menggunakan cat weathershield, anti lembab, anti
jamur.

c. Pelaksanaan

1) Umum
- Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Konsultan
Pengawas beserta ketentuan/persyaratan jaminan pabrik untuk
mendapatkan persetujuannya. Bahan yang tidak disetujui harus diganti
tanpa biaya tambahan.

- Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian, bahan


pengganti harus disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan contoh
yang diajukan Kontraktor Pelaksana.
- Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah
dipersiapkan untuk pengecatan, sesuai persyaratan pabrik cat dan bahan
yang bersangkutan. Permukaan yang akan dicat harus benar-benar
kering, bersih dari debu, lemak/minyak dan noda-noda yang melekat.

- Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Sebelum memulai pengecatan,
Kontraktor Pelaksana wajib melakukan percobaan untuk disetujui
Konsultan Pengawas.

2) Teknis

- Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali


spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan
dasar dan tebal lapisan penutup minimal sama dengan persyaratan
pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau
ada bekas-bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, semprotan dan
roller.

- Sapukan semua dasar dengan cat dasar memakai kuas atau roller.

- Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang
kurang menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan
sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas, serta harus
mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang
bersangkutan.

- Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan, pekerjaan


termasuk pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain
kering.

- Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan


mengganggu pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang menjadi
tanggungan Kontraktor Pelaksana.

d. Pengujian Mutu Pekerjaan

- Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana wajib melakukan


percobaan atas semua pekerjaan yang akan dilaksanakan atas biaya
sendiri. Pengecatan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus
diulangi/diganti, atas biaya Kontraktor Pelaksana.

- Pada waktu penyerahan, pabrik dengan Kontraktor Pelaksana harus


memberi jaminan selama minimal 2 tahun atas semua pekerjaan
pengecatan, terhadap kemungkinan rusaknya warna karena cuaca dan
kerusakan cat lainnya.

- Konsultan Pengawas wajib menguji semua hasil berdasarkan syarat-syarat


yang telah diberikan baik oleh pabrik maupun atas petunjuk Konsultan
Pengawas. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.

- Pengawas berhak minta pengulangan pengujian bila dianggap perlu.


- Dalam hal pengujian yang telah dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian/pengulangan pengujian adalah
termasuk tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

e. Pengamanan pekerjaan

- Daerah-daerah yang sedang dicat agar ditutup dari pekerjaan-pekerjaan


lain, maupun kegiatan lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan
kotoran lainnya sampai cat tersebut kering.

- Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau bahan lain yang dekat
dengan pekerjaan ini seperti fiting-fiting, kosen-kosen dan sebagainya
dengan cara menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan
pengecatan berlangsung. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab
memperbaiki atau mengganti bahan yang rusak akibat pekerjaan pengecatan
tersebut.

02. PENGECATAN PLAFOND GYPSUM

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengecatan seluruh permukaan plafond gypsum board


dan kalsiboard dengan finishing cat, sesuai dengan gambar dan petunjuk
Konsultan Pengawas.

b. Persyaratan Bahan

Cat serta pelapis lain yang digunakan adalah produksi Jotun, Nippon Paint,
Dulux. Dengan warna-warna yang akan ditentukan kemudian.

c. Pelaksanaan

1. Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan plafond harus diperhatikan


mengenai :
- Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan
peil-peil yang ditentukan.
- Permukaan plafond harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang
telahditentukan.
- Pada permukaan plafond tidak ada lubang-lubang atau cacat lain.
- Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda atau
kotoran/debu.

2. Pada pemukaan plafond yang sudah siap untuk dicat, dilakukan pengecatan
dengan lapisan-lapisan yang sudah ditentukan atau petunjuk Konsultan
Pengawas.
03. PENGECATAN PLAFOND DAN DINDING BETON EXPOSE

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengecatan seluruh permukaan plafond dan dinding beton
eksposed sesuai dengan gambar atau petunjuk Konsultan Pengawas.

b. Persyaratan Bahan

- Jotun, Nippon Paint, Dulux untuk cat dalam ruangan dan luar bangunan yang
sesuai dengan ketentuan pabrik yang sudah disetujui Konsultan Pengawas.
- Bahan-bahan lain sesuai dengan yang disyaratkan oleh pabrik.

c. Pelaksanaan

- Pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara “full system” sesuai dengan


ketentuan pabrik.

- Permukaan plafond yang sudah siap dicat, terlebih dahulu harus diplamur
dengan bahan plamur yang sudah disetujui Konsultan Pengawas.

- Plamuran dilakukan bila mana permukaan sudah sempurna, tidak terdapat


retak-retak dan dilakukan setelah ada persetujuan Konsultan Pengawas.

- Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat kuas atau roller, dimana


penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan keadaan lokasinya.

- Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus menghindarkan


terjadinya sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1,5 jam.

- Pengecatan akhir harus dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua)
jam kemudian.

04. PENGECATAN DINDING

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengecatan dinding seperti yang dinyatakan dalam


gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas, antara lain:

- Pengecatan seluruh dinding bangunan bagian luar seperti dalam gambar dan
petunjuk Konsultan Pengawas.

- Pengecatan dinding bangunan bagian dalam seperti dinding ruang tangga,


service dan lain-lain sesuai gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas.

b. Persyaratan Bahan

1. Untuk dinding bangunan bagian luar:


- Menggunakan Jotun, Nippon Paint, Dulux untuk luar bangunan yang
sesuai dengan ketentuan pabrik yang sudah disetujui Konsultan Pengawas
- Bahan-bahan lain sesuai dengan yang disyaratkan oleh pabrik.
2. Untuk dinding bangunan bagian dalam:
- Menggunakan Jotun, Nippon Paint, Dulux untuk dalam bangunan yang
sesuai dengan ketentuan pabrik yang sudah disetujui Konsultan Pengawas.
- Bahan-bahan lain sesuai dengan yang disyaratkan oleh pabrik.

3. Warna-warna akan ditentukan kemudian.

c. Pelaksanaan

1 Pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara “full system” sesuai dengan


ketentuan pabrik.

2 Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan dinding tersebut, maka


harus diperhatikan permukaan plesterannya antara lain :

- Permukaan plesteran harus datar dan sempurna sesuai dengan yang


telah ditentukan.

- Permukaan plesteran telah diberi apisan aci dengan hasil yang rata dan
halus.

- Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda-noda atau


kotoran/debu.

3. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka


Kontraktor Pelaksana harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah
bersih dari noda, seperti yang disyaratkan.

4. Setelah permukaan dinding siap untuk dicat,dilakukan pengecatan dengan


lapisan-lapisan sesuai petunjuk dari pabrik

5. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat kuas atau roller, dimana


penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan keadaan lokasinya
dengan mutu yang baik.

6. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1,5 sampai 1 jam. Pengecatan akhir harus
dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua) jam kemudian.

05. PENGECATAN BESI

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengecatan besi atau baja dan detail lain yang disebutkan
dalam gambar serta sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

b. Persyaratan Bahan

Cat yang dipakai adalah produk Jotun, Nippon Paint, Dulux yang sudah disetujui
Konsultan Pengawas.

c. Pelaksanaan

1. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara “full system” sesuai dengan


ketentuan pabrik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan surat jaminan mutu dari pabrik
pembuat cat tersebut serta cara pelaksanaan sesuai dengan ketentuan dari
pabriknya.

3. Besi yang dicat harus dibersihkan dari karat, minyak dan kerak dengan cara
menggosok, menyikat dengan alat sikat baja, kemudian harus segera ditutup
cat, dengan lapisan-lapisan yang sudah ditentukan oleh pabrik.

4. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan, harus dihindarkan terjadinya
sentuhan selama 1–1,5 jam.
BAB – 17 PEKERJAAN DINDING FASAD ALUMUNIUM

DAFTAR ISI

01. UMUM

02. QUALITY

03. MATERIAL

04. PELAKSANAAN

05. PENERIMAAN
01. UMUM

a. Lingkup Pekerjaan

- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan


alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

- Pelapisan dinding luar bangunan atau pada tempat-tempat seperti yang


ditunjukan dalam gambar dengan material alumunium composite panel beserta
seluruh assesories pendukungnya.

b. Standar

- AS1734
- AS1866
- TTS-001543A
- AAMA : Architectural Aluminium Manufactures Association
- ASTM :American Standard for Testing Materials
- EN : European Standard
Panel Performance:
WEIGHT 5.5kg/m2
IMPACT RESISTANCE ≥50kg·cm
BENDING STRENGTH ≥100MPa
HEAT DISTORTION TEMPERATURE ≥95°c
PEEL STRENGTH AVG.≥130N/mm, MIN.≥120N/mm
THERMAL EXPANSION COEFFICIENT ≤4.00x10-5°c-1

02. QUALITY

a. Kontraktor Spesialis

• Pekerjaan harus dilaksanakan oleh sub kontraktor spesialis yang


berpengalaman dalam pekerjaan yang dimaksud.

• Sub kontraktor dimaksud harus mendapat persetujuan dari vendor penyedia


bahan/pabrik.

b. Sampel & Pengujian

- Kontraktor Pelaksana diminta untuk mengajukan brosur lengkap atas produk


yang digunakan.

• Kontraktor Pelaksana diminta mengajukan sampel material dari masing-


masing bahan yang digunakan untuk mendapat persetujuan.

• Kontraktor Pelaksana harus memeriksa kembali material yang yang


akan digunakan bahwa produk tersebut sesuai dengan keperluan dan
fungsi yang diminta dalam disain. Hal tersebut dilengkapi dengan surat
dari vendor penyedia bahan yang menyatakan kompatibelitas atas bahan
tersebut terhadap aplikasinya pada disain.
- Material yang diajukan harus mempunyai jaminan material untuk warna minimal
10 (sepuluh) tahun dengan dilengkapi dengan surat tertulis dari pabrik.

- Material di atas yang sudah mendapat persetujuan harus tetap ada di lokasi
selama masa pelaksaan sebagai standar material yang akan digunakan.

- Gambar shop drawing untuk setiap bagian pekerjaan harus disubmit dan
mendapat persetujuan sebelum dilaksanakan di lapangan.

- Apabila diperlukan, Kontraktor Pelaksana wajib membuat “mockup” sebelum


pekerjaan dimulai

c. Inspeksi

- Untuk setiap tahapan pekerjaan dan jenisnya, pelaksana harus mengajukan


permintaan peninjauan hasil pekerjaan kepada Konsultan Pengawas untuk
memperoleh persetujuan pelaksanaan lebih lanjut.

- Tempat dan lokasi pelaksanaan sampel dan inspeksinya di site ditentukan oleh
Konsultan Pengawas kemudian.

− Hasil inspeksi tersebut menjadi acuan hasil pelaksanaan lebih lanjut.

d. Pengujian

- Kontraktor Pelaksana harus memeriksa semua pekerjaan bahwa pekerjaan


tersebut memenuhi persyaratan teknis pemasangan dan kerapihan atau
menurut uraian diatas.

- Dalam kondisi normal, dinding eksternal cladding harus mampu mendahan


beban dari luar dan tetap stabi lsecara struktur tanpa menunjukkan gejala
perubahan bentuk dan rattling.

- Konsultan Pengawas berhak meminta perbaikan atau penggantian bila hal ini
dianggap perlu.Pekerjaan perbaikan dan penggantian karena kelalaian menjadi
beban dan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

03. MATERIAL

a. Alumunium Composite Panel

- Bahan dasar adalah low density poly ethylene core dengan lapisan aluminium
pada kedua sisi luarnya. Flouro carbon factory finished / PVDF KYNAR 500
Coating : PPG untuk exterior

- Tebal material 4 mm dengan tebal aluminium 0,3 sampai dengan 0,5 mm, dan 3,0
sampai dengan 3,4 mm polietilen atau disesuaikan dengan ukuran bidang material
pada rencana.

- Material yang dipakai adalah Alumunium Composite Panel Goodsense, Seven,


Alustar, Alcottuf. Termasuk system struktur pendukungnya.

- Warna : ditentukan kemudian

- Panel secara umum direncanakan dengan sistem water tight cladding.


Semua joint dan sambungan harus memenuhi kebutuhan tersebut.

b. Frame

- Frame penyangga menggunakan spesifikasi yang sesuai persyaratan dari pabrik.

- Pengikatan material harus menggunakan screw, rivet, bolts, nuts, fixing anchors
dan adjustable alumunium (atau non magnetic stainless steel brackets)

04. PELAKSANAAN

- Spesialis kontraktor harus memeriksa kembali kesiapan site untuk memulai


pelaksanaan pekerjaan. Hal-hal yang mengganggu pelaksanaan harus segera
dikoordinasikan dengan Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Pengawas untuk
menjaga rencana skedul pelaksanaannya tetap terjaga

- Semua bahan yang rusak, cacat, tergores dan sebagainya, baik yang terjadi pada
proses pengiriman, penyimpanan, instalasi atau masa pemeliharaan harus diganti
dengan biaya Kontraktor Pelaksana.

- Semua fastening anchors harus diinstall sesuai dengan spesifikasi dan metoda
yang disyaratkan oleh pabrik.

- Semua ukuran yang dilaksanakan di lapangan harus sesuai dan berada dalam
toleransi yang diberikan oleh bahan utama.

- Semua brackets harus memenuhi syarat untuk adjustable ke tiga arah yang
memungkinkan panel terpasang sempurna pada tempatnya.

- Semua bolts harus terpasang dengan benar dan kuat dan mendapat perhatian
khusus pada pelaksanaannya.

- Celah antar panel harus ditutup dengan silicone sealant yang disarankan oleh
vendor alumunium composite panel tersebut

05. PENERIMAAN

- Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, panel alumunium


composite panel harus selalu tertutup oleh protector film.

- Semua panel harus dalam keadaan bersih hingga serah terima.

- Semua panel harus dalam keadaan baik tanpa cacat. Panel yang cacat harus
diganti.
- Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan buku manual pemeliharaan material
untuk diserahkan kepada Konsultan Pengawas. Apabila dibutuhkan dan diminta,
Kontraktor Pelaksana harus mengadakan training pemeliharaan dan pembersihan
BAB – 18 PEKERJAAN SANITAIR

DAFTAR ISI

01. LINGKUP PEKERJAAN

02. PERSYARATAN BAHAN

03. PELAKSANAAN
01. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya, termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, memenuhi uraian dan
syarat-syarat dibawah ini serta memenuhi spesifikasi dan persyaratan dari pabrik
pembuatnya.

b. Melaksanakan pekerjaan sanitair hingga diperoleh hasil yang baik dan


memuaskan dalam pemakaian/operasinya.

c. Pekerjaan pemasangan sanitair ini sesuai dengan yang dinyatakan/ditunjukkan


dalam detail gambar

02. Persyaratan bahan

a. Semua material harus memenuhi ukuran dan standar yang tertera pada gambar

b. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala asesoris/


perlengkapannya, sesuai dengan yang telah ditentukan dan disediakan oleh pabrik
untuk masing-masing tipe yang dipilih.

c. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disediakan oleh pabrik untuk
masing-masing tipe yang dipilih

d. Standar kualitas produksi dari Toto. Type yang digunakan sesuai dengan spesifikasi
yang ditunjukkan dalam gambar dan daftar simak spesifikasi.

03. Pelaksanaan

a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh


material lengkap dengan penjelasan spesifikasinya untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Kontraktor Pelaksana harus membuat metode pelaksanaan dan shop drawing yang
telah disesuaikan dengan kondisi lapangan untuk mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.

c. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, penggantian harus


disetujui Pemberi Tugas/Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas berdasarkan
contoh yang harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana terlebih dahulu.

d. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus meneliti gambar-


gambar yang ada dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola,
penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-
detail sesuai gambar.
e. Bila ada kelainan apapun, dalam hal ini antara gambar dengan gambar, gambar dengan
spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor Pelaksana harus segera melaporkannya kepada
KonsultanPengawas.

f. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada kelainan
perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

g. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga yang berpengalaman/ahli

h. Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuatnya.

i. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil


pekerjaan dan fungsinya.

j. Hasil pekerjaan ini harus baik dimana semua sanitair harus terpasang dengan lurus, tegak, rapat
tidak bocor, dan dapat berfungsi dengan sempurna. Pekerjaan ini juga tidak boleh merusak
bagian pekerjaan lain misalnya lantai, dinding dan lain-lain.

k. Kontraktor Pelaksana wajib memperbaiki/ mengulangi mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor Pelaksana selama
kerusakan tersebut bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

l. Peralatan sanitair yang sudah terpasang dan dapat berfungsi dengan baik harus dilindungi dari
kerusakan dan tidak boleh digunakan hingga diserahkannya bangunan kepada Pemberi Tugas.
BAB – 19 PEKERJAAN RAILING

DAFTAR ISI

01 LINGKUP PEKERJAAN

02 PERSYARATAN BAHAN

03 PELAKSANAAN
1. Lingkup Pekerjaan

1.1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan yang
diperlukan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan pengangkutan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan yang bermutu baik.

1.2. Pekerjaan railling tangga dan ramp pada area tangga darurat menggunakan kombinasi plat besi
dan pipa hollow

2. Persyaratan Bahan

2.1. Bahan:
a. Pipa kotak 60x40, 40x40 dan 20x40 setara Spindo, Bakrie

2.2 Jenis Bahan:


- Pipa-pipa dengan ketebalan 1,8 - 2 mm dengan permukaan halus.

.3. Pelaksanaan

3.1. Bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas.

3.2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan 2 copy ketentuan di atas teknis operatif
sebagai informasi bagi Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas .

3.3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan supaya disesuaikan supaya
disediakan Kontraktor Pelaksana di site.

3.4. Bila dianggap perlu, Kontraktor Pelaksana wajib mengadakan test terhadap bahan-
bahan tersebut pada laboratorium yang ditunjuk Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas baik mengenai komposisi, konsentrasi dan aspek-aspek lain yang
menimbulkan biaya atas beban Kontraktor Pelaksana.

3.5. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji,baik pada pembuatan,
pengerjaan maupun pelaksanaan dilapangan oleh Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas atas tanggungan Kontraktor Pelaksana tanpa biaya tambahan .

3.6. Bila Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas memandang perlu pengujian dengan


fasilitas yang dibutuhkan, untuk terlaksananya pekerjaan tersebut adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3.7. Pekerjaan pipa hollow.

• Penyambungan dengan luas harus dilaksanakan dengan kelipatan dan keahlian yang tinggi,
pengelasan harus dengan las listrik. Permukaan yang dilas harus sama rata dan alur lasnya
kelihatan teratur, bekas las-lasan harus dikikir dan dihaluskan tanpa mengurangi kekuatan
lasnya. Las-lasan yang cacat harus dipotong dan dilas kembali atas biaya Kontraktor
Pelaksana .
• Pembengkokan profil-profil/pipa-pipa harus dilaksanakan dengan alas bender
(pembengkok) sehingga hasilnya baik, halus dan tidak cacat-cacat bekas pukulan. Setelah
pekerjaan las-lasan selesai, kemudian digosok dan didempul halus. Kemudian difinish
menggunakan cat besi
3.8. Pekerjaan plat besi

•Untuk pekerjan profil penyangga dari plat besi


• Plat besi yang dipergunakan sebagai kaki penyangga pagar dibentuk sesuai ketentuan pada
gambar. Penyambungan dan pengelasan harus dengan las listrik. permukaan yang dilas
harus sama rata dan alur lasnya kelihatan teratur, bekas las-lasan harus dikikir dan
dihaluskan tanpa mengurangi kekuatan lasnya.
• Setelah pekerjaan las-lasan selesai, kemudian digosok dan didempul halus. Kemudian di finish
menggunakan cat besi Jotun, Nippon Paint, Dulux yang sudah disetujui Konsultan Pengawas.
BAB – 20 PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA RUANG GENSET DAN RUANG POMPA

DAFTAR ISI

01 LINGKUP PEKERJAAN

02 BAHAN-BAHAN

03 PELAKSANAAN
1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi Baja seperti tercantum dalam gambar,
termasuk penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan baja dan alat-alat bantu lainnya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

2. BAHAN - BAHAN

Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan "Hot
rolled structural steel" dan memenuhi mutu baja ST 37 SNI 1729-2015

Bahan:
a. Rangka kuda-kuda atap pipa hollow 150.100.5 dan CNP 100.50.20.3,2
b. Dudukan dan sambungan plat besi T = 8 mm
Semua pekerjaan baja harus disimpan rapih dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh pekerjaan baja
setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan mechanical wire brush, kemudian
dicat dengan cat primer 1 (satu) kali dengan cat Jotun, Nippon, Dulux dengan ketebalan minimum 35
micron.

3. PELAKSANAAN

3.1. Gambar kerja.

Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar-gambar kerja yang
diperlukan dan mengirim 3 (tiga) copy gambar kerja untuk disetujui Pemberi Tugas. Bilamana disetujui,
1 (satu) set gambar akan dikembalikan kepada Kontraktor Pelaksana untuk dapat dimulai pekerjaan
fabrikasinya.
Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh Pemberi Tugas, tidaklah berarti mengurangi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana bilamana terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam gambar
kerja tersebut. Dan tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran selama erection tetap ada pada
Kontraktor Pelaksana.
Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan.

3.2. Tanda-tanda pada konstruksi baja.

Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode dengan jelas
sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.

3.3. Pengelasan.

Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat dilaksanakan
dengan seijin Pemberi Tugas, dan menggunakan mesin las listrik.
Kawat las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setara. Kontraktor Pelaksana
harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman yang baik dalam
melaksanakan konstruksi baja-baja bertingkat .
Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat dan bekas- bekas
potongan api yang kasar. Bekas potongan api harus digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan
harus dibersihkan dan disikat.
Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi pada elemen
konstruksi baja yang dilas.
Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali), maka
sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak-
kerak las/slag dan percikan-percikan logam yang ada. Tebal las pada sekali pengelasan maximum 8
mm. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji dengan cara-cara seperti
dibawah dan harus sesuai dengan standard AWS D 1.0. :
Pengujian secara Radiographic harus sesuai dengan lampiran B dari AWS D 1.0. Dan bila ada
kerusakan maka segala macam biaya yang menyangkut perbaikan harus ditanggung oleh Kontraktor
Pelaksana.
Pemeriksaan dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta standard yang dipakai harus sesuai dengan
lampiran C dari AWS D 1.0. atau harus sesuai dengan persyaratan ASTM E114 -75; Ultrasonic Contact
Examination or Weldmends : E273-68: Ultrasonic Inspection of Longitudinal and Spiral Welds of Welded
Pipe and Tubing 1974.
Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic" harus sesuai dengan ASTM E109. Cara pemeriksaan
dengan "liquid Penetrant" harus sesuai dengan ASTM E109. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh
Pemberi Tugas. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan las dan sebagainya, menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3.4. Baut pengikat.

Pengikat menggunakan besi angkur dan mur dengan diameter 16 mm yang ditanam di dalam
kolom beton
Lubang-lubang untuk angkur harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya.
Kontraktor Pelaksana tidak boleh merubah atau membuat lubang baru dilapangan tanpa seijin Pemberi
Tugas.
Pembuatan lubang baut harus memakai bor.
Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak diperkenankan.

Diameter dan panjang angkur harus sesuai dengan yang diperlukan. Mur yang digunakan adalah mur
hitam, kecuali ditentukan lain dalam gambar.
Lubang angkur dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
Pemasangan dan pengencangan mur harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada angkur yang akan mengurangi kekuatan mur itu
sendiri.
Panjang ulir angkur harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat paling
sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir baut
tersebut.
Mur harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya.
Untuk menjamin pengencangan angkur yang dikehendaki, maka angkur yang sudah dikencangkan
harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya mur yang tidak dapat dikencangkan.

3.5. Pemotongan besi.

Semua bekas pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanya boleh dilaksanakan
dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali tidak diperkenankan.

3.6. Penyimpanan Material.

Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-balok kayu untuk
menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak material.
Penumpukan harus dijaga agar material tidak rusak atau bengkok.
Kontraktor Pelaksana harus memberitahukan terlebih dahulu setiap akan ada pengiriman dari pabrik
ke lapangan, guna pengecekan Pemberi Tugas.
Penempatan elemen konstruksi baja di lapangan harus ditempat yang kering/cukup terlindung, sehingga
tidak merusak elemen-elemen tersebut.
Pemberi Tugas berhak untuk menolak elemen-elemen konstruksi baja yang rusak karena salah
penempatan atau rusak.
3.7. Erection

Sebelum erection dimulai, Kontraktor Pelaksana harus memeriksa kembali kedudukan angkur-
angkur baja dan memberitahukan kepada Pemberi Tugas metode dan urutan pelaksanaan erection.
Perhatian khusus dalam pemasangan angkur-angkur untuk kolom dimana jarak-
jarak/kedudukan angkur-angkur harus tetap dan akurat untuk mencegah ketidakcocokan dalam
erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran angkur-angkur tersebut tidak bergeser,
misalnya dengan mengelas pada tulangan beton existing
Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya di lapangan. Untuk
itu Kontraktor Pelaksana harus menyediakan ikat pinggang pengaman, safety helmet, sarung
tangan dan pemadam kebakaran.
Pelaksanaan erection ini harus dikepalai oleh seorang yang benar-benar ahli dan berpengalaman
dalam erection konstruksi baja bertingkat guna mencegah hal-hal yang tidak menguntungkan bagi
struktur.
Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sepenuhnya, oleh
sebab itu Kontraktor Pelaksana diminta untuk memberi perhatian khusus pada masalah erection ini.
Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak akan diperbolehkan dipakai untuk
erection.
Untuk pekerjaan erection di lapangan, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tenaga ahli
dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan
erection. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan erection tersebut harus mendapat
persetujuan Pemberi Tugas.
Penempatan konstruksi baja di lapangan harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
pekerjaan erection. Kontraktor Pelaksana harus memberitahukan Pemberi Tugas sebelum
pengiriman konstruksi baja dan menjamin bahwa setelah di lapangan, konstruksi baja tersebut tetap
tidak rusak dan kotor.
Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor Pelaksana harus mengganti yang baru.
Setelah Erection selesai maka konstruksi baja dicat primer dengan cat Nippon, Dulux, Jotun
setebal 35 micron.

3.8. Pengecatan akhir

Pengecatan akhir dilakukan 2 (dua) kali dengan m e n g g u n a ka n cat Nippon, Dulux, Jotun ,
masing-masing setebal 30 micron. Pengecatan akhir ini dilakukan setelah cat primer kedua betul- betul
kering.

3.9. Proteksi kebakaran

Untuk proteksi kebakaran bagian kolom baja dan balok baja, maka semua elemen konstruksi yang
dari baja di spray dengan bahan yang tahan api/Vermaculite dengan spesifikasi harus tahan
api/kebakaran minimal 2 jam.

3. 10. Penutup Atap

Pemasangan penutup atap ini lengkap dengan segala acesoriesnya, skrup, atau pengait lainnya dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan, sesuai petunjuk yang tercantum tercantum dalam
gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan baja dan alat-alat bantu lainnya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Bahan - bahan

Material penutup atap yang dipasang di atas konstruksi kuda kuda baja
a. Spandek galvalum t = 0.35 warna natural SNI bergaransi pabrik
b. Insulation alumunium foil
b. Drilling screw untuk mengkaitkan seng ke rangka atap baja
Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan. Material yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas, yang didasarkan contoh yang diajukan Kontraktor Pelaksana. Kecuali
peralatan/bahan yang tampak pada gambar, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan untuk memasang
bahan lain tanpa persetujuan Konsulltan Pengawas. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar,
spesifikasi dan lainnya, maka Kontraktor Pelaksana harus segera melaporkan kepada Direksi .
Semua bahan penutup atap harus disimpan dengan aman, serta b a h a n harus bersih dari karat ,
atau tanah/lumpur. Semua material harus disusun rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-balok
kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak material.
Penumpukan harus dijaga agar material tidak rusak atau bengkok.
Kontraktor Pelaksana harus memberitahukan terlebih dahulu setiap ada pengiriman dari pabrik ke
lapangan, guna pengecekan Pemberi Tugas. Penempatan elemen penutup atap di lapangan harus
ditempat yang kering/terlindung, sehingga tidak merusak elemen-elemen tersebut. Konsultan Pengawas
berhak untuk menolak elemen-elemen konstruksi y a n g r u s a k

Pelaksanaan

Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan melakukan pemasangan penutup atap galvalum


sebelum konstruksi utama atap siap, dan sudah dilakukan pengecekan bersama Konsultan
Pengawas.

Pemasangan Atap Galvalum

Tahap pemasangan atap,


Insulation alumunium foil dipasang terlebih dahulu diatas gording, setelah itu ditutup dengan atap
galvalum. Yang harus diperhatikan adalah urut-urutan maupun jarak over lapping dan toleransi-toleransi
yang diperkenankan, harus sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan pabrik. Susunan pemasangan
atap harus rapi sehingga jika ditarik garis horizontal maupun diagonal, garis tersebut nampak
lurus.Overlapping penutup atap Zincalum harus tepat, sehingga tidak terjadi kebocoran di area
sambungan

Pemasangan Talang

Sebelum memasang seng talang, dudukan harus terpasang keseluruhan dan telah/diperiksa
oleh Konsultan Pengawas. Talang harus terpasang dengan kuat dan lebar talang harus sama
dari ujung ke ujung
Sambungan seng hanya diperkenankan untuk kondisi penampang memanjang,
pada potongan melintang talang, tidak diperkenankan adanya sambungan seng.
Tekukan seng untuk tumpang tindih dengan atap minimal 20 cm, untuk menghindarkan
rembesan air kebawah atap.
D. SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN PLUMBING

A. PENJELASAN UMUM

A.1. Syarat Umum


1. Uraian Singkat Proyek Pekerjaan ini adalah merupakan pekerjaan instalasi baru yaitu “ JASA
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG LAYANAN BERSAMA FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHAP I “
2. Syarat – syarat Umum
Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pekerjaan Pengadaan, Pemasangan (Instalasi) dan
Pengujian System secara keseluruhan sesuai dengan gambar dan Rencana Kerja dan Syarat –
syarat sehingga dapat bekerja dan berfungsi dengan baik.

3. Syarat-syarat Umum merupakan bagian dari Persyaratan Teknis. Apabila ada beberapa klausul dari
Syarat-syarat Umum yang dituliskan dalam Persyaratan Teknis, berarti menuntut perhatian khusus
pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari Syarat-
syarat Umum. Klausul-klausul dari Syarat- syarat Umum hanya dianggap tidak berlaku bila
dinyatakan secara tegas dalam Persyaratan Teknis.
4. Persyaratan Teknis dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan segala pekerjaan, bahan-
bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemasangan, pengujian dan penyetelan
(adjusting) dari seluruh sistem, agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik.
5. Persyaratan Teknis merupakan satu kesatuan dengan Gambar-Gambar Teknis yang menyertainya.
Bila ada suatu bagian pekerjaan yang hanya disebutkan di dalam salah satu dari kedua dokumen
tersebut, maka Kontraktor Pelaksana wajib melaksanakannya dengan baik dan lengkap.
6. Yang menjadi dasar utama sehingga suatu pekerjaan berhasil dalam mencapai target, mutu, waktu
dan biaya, maka seorang pelaksana lapangan harus menguasai
- Sistem pekerjaan secara menyeluruh.
- Gambar kerja yang akan dilaksanakan.
- Spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
- Standard dan peraturan yang berlaku.
- Petunjuk dan ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, baik untuk
peralatan maupun material.
- Koordinasi dengan pekerjaan terkait lainnya seperti struktur, arsitektur mekanikal dan elektrikal
sendiri.
7. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya, agar dapat
memberikan jaminan hasil kerja yang baik dan rapi, yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Mengerti dan menguasai lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan.
- Mempunyai alat kerja yang memadai.
- Mudah diberi pengarahan.
- Dapat melakukan koordinasi dengan tenaga kerja lain.
- Terampil.
- Mempunyai sertifikat untuk tenaga kerja spesialis penyambungan kabel tegangan menengah.
8. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab dalam pengawasan yang ketat terhadap jadwal atau
urutan pekerjaan, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek secara keseluruhan pada waktu
yang telah ditetapkan.
9. Kontraktor Pelaksana harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan-bahan dan peralatan-
peralatan yang diserahkan oleh Kontraktor Pelaksana harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan, dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan cara yang wajar dan terbaik. Dan bahwa
instalasi yang dilakukan adalah lengkap dan dapat bekerja dengan baik dalam kondisi yang terjelek
sekalipun, tanpa mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan/peralatan-peralatan yang
seharusnya disediakan, walaupun tidak disebutkan secara nyata dalam Persyaratan Teknis ataupun
tidak dinyatakan secara tegas dalam Gambar-Gambar Teknis.
10. Kontraktor Pelaksana harus dapat menunjukkan surat pernyataan dari pihak pemasok barang/
komponen yang akan terpasang kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, bahwa barang
tersebut merupakan barang “original” dan bukan barang produksi tiruan dengan menggunakan
merek yang sama.
11. Semua peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan diserahkan untuk penyelesaian pekerjaan
harus dalam keadaan baru dan dari kualitas terbaik.
12. Kontraktor Pelaksana harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat
mengetahui hal-hal yang akan mengganggu/mempengaruhi pekerjaan. Apabila timbul
persoalan, Kontraktor Pelaksana wajib mengajukan saran penyelesaian kepada Konsultan
Pengawas, paling lambat satu minggu sebelum bagian pekerjaan ini seharusnya dilaksanakan.

13. Kontraktor Pelaksana harus memeriksa dengan teliti ruangan-ruangan dan syarat-syarat yang
diperlukan dengan Kontraktor lainnya, sehingga peralatan-peralatan Mekanikal & Elektrikal dapat
dipasang pada tempat dan ruang yang telah disediakan.
14. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus memeriksa dan memahami pekerjaan
pelaksanaan dari pihak lain yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila pekerjaan pelaksanaan dari
pihak lain tersebut dapat mempengaruhi kualitas pengerjaan Kontraktor Pelaksana itu sendiri.
15. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Kerja dengan jadwal
yang disesuaikan dengan Kontraktor Pelaksana yang lain. Apabila terjadi sesuatu perubahan,
Kontraktor Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan
mengajukan saran-saran perubahan/perbaikan.
16. Pada waktu akan memulai pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan Gambar-Gambar
Kerja (Shop Drawing) terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan dari Pemberi Tugas. Gambar-
gambar tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas minimal dalam waktu 2 (dua) minggu
sebelum instalasi dilaksanakan.
17. Pemasangan peralatan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan
tersebut. Untuk itu, Kontraktor Pelaksana harus membuat dan menyerahkan gambar-gambar
rencana instalasi secara rinci sebelum melaksanakan pekerjaan.
18. Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Kontraktor Pelaksana tidak mungkin menghasilkan kualitas
pengerjaan yang terbaik, maka Kontraktor Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan/perbaikan. Apabila hal ini tidak
dilakukan, Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin
ditimbulkannya.
19. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, Kontraktor Pelaksana harus memberi tanda-tanda
(misalnya dengan pensil atau tinta merah) pada dua set gambar pelaksanaan, atas segala
perubahan pada rancangan instalasi semula.
20. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang menggunakan
fasilitas UB harus dalam tanggungan penyedia.
21. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan identitas
dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman laporan harian dan
minggu dan setelah itu didokumentasikan.
22. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto ataupun video
dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
23. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua yang
terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada pergantian harus
setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan jelas.
24. Diadakan rapat mingguan yang berisi tentang laporan mingguan dan progress pengerjaan yang
berupa hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) mulai dari awal (0%) sampai dengan progress
mingguan sehingga didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.
25. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil yang
sesuai proses pengerjaan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) mulai dari awal
(0%) sampai dengan progress mingguan sehingga didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.
Serta Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua yang
terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada pergantian harus
setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan jelas.

A.2. Standardisasi dan Aturan Yang Harus Diikuti


Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang harus mengikuti segala aturan
dan standard yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan operasi,
kemudahan pengaturan dan perawatan, keamanan operasi sistem sesuai dengan salah satu atau lebih
dari peraturan – peraturan yang tertulis dibawah ini.

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2020(PUIL)


2. Standard Nasional Indonesia (SNI)
3. Standard Konstruksi / Normalisasi PLN
4. Peraturan-peraturan PLN/Jawatan Keselamatan Kerja Setempat.
5. NFPA, National Fire Protection Association
6. NFPA 2001, Clean Agent Fire Suppression System
7. NFPA 70, Electric Code
8. NFPA 72, National Fire Alarm Code
9. NPC, National Plumbing Codes
10. PPI, Pedoman Plambing Indonesia
11. SII, Standard Industri Indonesia
12. SKBI, Standard Kontruksi Bangunan Indonesia
13. SMACNA, Sheet Metal and Air Conditioning Contractor National Association
14. PPI Pedoman Plambing Indonesia
15. Peraturan PDAM tentang Instalasi Air Minum
16. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan tenaga kerja
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
18. Peraturan dari Pemerintah Daerah
19. Semua Peralatan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah disesuaikan untuk tegangan kerja 220 / 380
Volt, 50 Hz
20. Semua peralatan jaringan Distribusi Tegangan Menengah disesuaikan untuk Tegangan kerja 20 KV,
50 Hz.
21. Data teknis dari produk dibidang Peralatan Tata Suara dan Fire Alarm yang dibuat oleh pabrik–
pabrik di berbagai Negara.
22. Seluruh pekerjaan instalasi teknologi informasi harus dilaksanakan mengikuti standar dan peraturan
dari ITU-T atau PT. TELKOM.

Kontraktor Pelaksana diwajibkan mentaati dan mengikuti tata cara pelaksanaan sesuai dengan yang
tertulis pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan
yang dipasangnya.

Bila terjadi kesimpang-siuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor Pelaksana harus
melapor pada Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.

Bila konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka pengambil keputusan akan
diserahkan kepada Instansi/Badan yang berwenang (local Authority Having Jurisdiction).

Penentuan standard yang setara :

1. Dalam penentuan dan persetujuan untuk standard yang diikuti atau standard yang disebut oleh
material, peralatan, unit mesin dan lainya, Kontraktor Pelaksana harus dapat menunjukkan dan
menyerahkan copy dari standard yang dianut/disebut oleh material, peralatan, unit mesin dan
lainnya untuk diperiksa dan diteliti oleh konsultan pengawas sebelum dikeluarkan persetujuan.
2. Apabila standard yang diikuti ternyata memberikan persyaratan yang lebih ringan atau lebih rendah
maka standard tersebut dinyatakan sebagai standard yang tidak setaraf dengan standard yang
ditentukan oleh persyaratan teknis ini.
3. Segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuktian dan pemeriksaan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana yang bersangkutan.
4. Apabila perlu pengujian oleh lembaga lain diluar proyek, Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan
segala sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil dari lembaga penguji tersebut dalam
waktu secepatnya sehingga tidak menghambat jadwal pelaksanaan proyek.

A.3. Gambar - Gambar


1. Gambar–gambar desain dan persyaratan – persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang
melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar–gambar system ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatannya, sedangkan
instalasinya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada dan
mempertimbangkan juga kemudahan dalam perawatan dan maintenance jika peralatan tersebut
sudah dioperasikan.
3. Gambar instalasi menunjukan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus dilaksanakan dimana
dicantumkan ukuran dan bahan serta keterangan lain yang diperlukan.
4. Gambar–gambar Arsitektur dan Struktur Sipil, harus dipakai Referensi untuk pelaksanaan maupun
detail finishing dari instalasi.
5. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tetapi tidak ditunjukan dalam gambar atau
sebaliknya harus dipasang atas beban Kontraktor Pelaksana , seperti halnya pekerjaan lain yang
disebut oleh spesifikasi dan ditunjukan dalam gambar.
6. Kontraktor Pelaksana diwajibkan memeriksa gambar terhadap kemungkinan adanya kesalahan atau
ketidakcocokan dalam hal yang berhubungan dengan fabrikasi maupun pelaksanaan pemasangan.
Hal tersebut harus dibuat List Daftar Kesalahan/Ketidak cocokan dan diajukan sebelum pemasukan
penawaran. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan, maka Kontraktor Pelaksana dianggap sudah
memahami system secara keseluruhan. Bila dikemudian hari diadakan penyesuaian oleh Pemberi
Tugas yang mengakibatkan perubahan dalam pelaksanaan, maka menjadi kewajiban untuk
melaksanakannya tanpa adanya biaya tambahan.
7. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar kerja dan detail
kepada Pemilik/Konsultan Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu.
8. Gambar kerja harus termasuk catalog/literature data dari pabrikan, data ukuran dimensi, data
pembuatan dan nama serta alamat dari perusahaan yang memberi pelayanan pemeliharaan dan
mempunyai suku cadang yang ready stock.
9. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang dengan disertai dengan
buku cara pengoperasian dan instruksi perawatan, serta harus diserahkan kepada Pemilik/
Konsultan Pengawas.
10. Untuk pekerjaan Sistem Distribusi Listrik dan pekerjaan lainnya yang sifatnya memerlukan
persetujuan dari instansi terkait, Kontraktor Pelaksana wajib menyiapkan gambar system dan
instalasi yang diperlukan untuk diperiksa dan disahkan oleh Instansi terkait sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
11. Data dari setiap system harus menunjukan pemasangan yang lengkap dari seluruh koordinasi
komponen untuk peninjauan keseluruhan system yang sebenarnya,
penyerahan yang sebagian-sebagian tidak akan diperhatikan. Gambar Shop Drawing harus dibuat
sebanyak 3 (tiga) set.

12. Hal-hal yang menyangkut perubahan gambar pelaksanaan di lapangan baik ukuran/konstruksi
Kontraktor Pelaksana wajib mengajukan pertanyaan dan alternative penyelesaian atau Shop
Drawing yang dikehendaki untuk mendapat persetujuan dari Pemilik/Konsultan Pengawas dan
dilakukan setidaknya 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan sehingga tidak berakibat pada
kesalahan dalam pelaksanaan.
13. Kontraktor Pelaksana wajib membuat gambar instalasi terpasang ( As Built Drawing ) setidaknya 2
(dua) lembar dan kelengkapan yang harus disertai kepada Pemberi Tugas pada saat penyerahan
pertama dalam bentuk Soft Copy ( CD/CAD Drawing ) dan Hard Copy masing-masing rangkap 3
(tiga) dijilid dan dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.
A.4. Bahan dan Contoh
1. Bahan/material /peralatan yang digunakan dan dipasang pada pekerjaan harus dalam keadaan baru
dan tanpa cacat.
2. Semua bahan yang dipergunakan diusahakan produksi dalam negeri, sejauh mana masih
memenuhi persyaratan teknis dan standard yang ditentukan.
3. Keterlambatan pekerjaan dan segala akibatnya, yang terjadi akibat keterlambatan pengajuan
maupun pengajuan ulang menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor Pelaksana .
4. Kesalahan pemilihan ukuran dan kapasitas equipment menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja
(SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Pelaksana Pekerjaan
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat
rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana antara lain :

- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup detail
sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi informasi
yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada kaitannya dengan unit
tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit berupa
produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa lokasi dan telah
beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau sesuai dengan ketentuan diatas.

6. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan daftar
komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar detail/
photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya. Daftar komponen
tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.

7. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik,
ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Konsultan Pengawas.

• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical
dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy telah
diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

A.5. Jaminan dan Garansi


1. Jaminan atas material/bahan peralatan dan unit mesin.
Material yang diserahkan oleh Kontraktor Pelaksana harus bebas dari kerusakan baik atas
kesalahan pabrik, kerusakan akibat kesalahan bahan, kerusakan akibat kesalahan dalam
pengiriman mapun kerusakan selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun kalender terhitung sejak material
tersebut dibeli.

2. Jaminan atas hasil pekerjaan dan masa pemeliharaan.


Kontraktor Pelaksana harus menjamin atas hasil pekerjaan dengan membuat surat jaminan secara
tertulis dengan uraian sebagai berikut :

a. Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan sesuai prosedur dan manual dari QMS (Quality
Management System)
b. Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa mengurai atau menghilangkan
bahan – bahan atau peralatan – peralatan yang seharusnya disediakan walaupun tidak
disesuaikan secara nyata dalam buku ini atau tidak dinyatakan secara tegas dalam gambar–
gambar yang menyertai buku ini.
c. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.
d. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan instalasi ditetapkan selama 6 (enam) bulan
setelah barang diserahkan kepada Pemilik/Konsultan Pengawas, yang meliputi :
- Performance system secara keseluruhan.
- Pelatihan secara cuma-cuma terhadap Pemilik Gedung (Tenaga Teknik) terkait Cara
Pengoperasian Peralatan dan Maintenance Praktis sehingga menjadi operator yang
terampil.
e. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rusak atau berfungsi kurang baik
maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti peralatan tersebut
sampai dapat berfungsi dengan baik.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengatasi segala kerusakan
yang akan terjadi tanpa adanya biaya tambahan biaya.
g. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah dilaksanakan masih merupakan
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sepenuhnya.
h. Apabila selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana tidak melaksanakan teguran dari
Pemilik/Konsultan Pengawas atas perbaikan/penggantian/penyetelan yang diperlukan, maka
pihak Pemilik/Konsultan Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut kepada pihak lain
atas biaya Kontraktor Pelaksana.
3. Klaim atau tuntutan.
a. Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, Pemberi Tugas harus
bebas dari segala tuntutan/klaim atas hak–hak khusus seperti hak patent, lisensi dan
sebagainya.
b. Bila ada hal – hal seperti tersebut diatas, Kontraktor Pelaksana wajib mengurus dalam arti
menyelesaikan segala sesuatu perijinan/biaya/lisensi yang berhubungan dengan hal tersebut
diatas beban biaya ditanggung Kontraktor Pelaksana.
4. Untuk pekerjaan/pengadaan barang Kontraktor Pelaksana harus dapat menunjukkan :
a. Sertifikat Keaslian Barang ( Original )
b. Sertifikat Mutu dan Kualitas Barang ( Quality )
c. Sertifikat Keamanan ( Safety Inspector )
d. Sertifikat Welding Inspector
e. Garansi material, Service dan Sparepart serta Surat Dukungan dari Agen Tunggal di Indonesia
( Bermeterai cukup )
5. Hal – hal yang berkaitan tersebut diatas harus disertakan bukti data ( 1 kopi dilampiri Data Asli )

A.6. Kelengkapan Yang Harus Diserahkan


Harus diserahkan sebelum dimulai pekerjaan, sebagai berikut :

1. Selambat – lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti pemesanan barang
atau pembuatan barang/instalasi atau pemasangan, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan
barang-barang yang diuraikan, antara lain :
a. Katalog, Data teknis dan test Report untuk persetujuan material.
b. Instalasi Instruction (Buku Petunjuk manual Pengoperasian) untuk persetujuan terhadap cara -
cara pemasangan.
c. Shop drawing untuk persetujuan terhadap rencana instalasi dan cara - cara peasangan yang
akan dilakukan/dikerjakan/dilaksanakan.
d. Contoh – contoh bahan dan barang - barang untuk persetujuan terhadap bahan dan barang-
barang yang diperoleh/didapat secara lokal seperti misalnya armature lampu, tabung lampu,
starter, saklar, kabel, pipa, pompa dan lain sebagainya sesuai dengan ketentuan dari Konsultan
Pengawas.
e. Yang selanjutnya kepada Pemilik/Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka Kontraktor Pelaksana harus
segera mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada Pemilik/Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan.

A.7. Sistem Koordinasi


1. Kontraktor Pelaksana harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan pekerjaan kontraktor lain
(Struktur & Arsitektur) untuk menghindari pekerjaan pembongkaran/pekerjaan ulang dan gangguan
yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan.
2. Kontraktor Pelaksana harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Kontraktor
Pelaksana harus segera menghubungi Direksi/Konsultan Pengawas atau membuat penyampaian
tertulis kepada Konsultan Pengawas yang bersangkutan. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan
kapasitas peralatan yang salah menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana .
3. Untuk memudahkan komunikasi teknis, Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang atau
lebih pemimpin lapangan perpengalaman, dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, serta mewakili kontraktor, menerima perintah dan petunjuk Pemberi Tugas/
Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat laporan berkala ( harian/mingguan ) yang memberikan
gambaran tentang kegiatan proyek. Misalnya :
a. Jadwal waktu pelaksanaan
b. Kegiatan pelaksanaan
c. Prestasi kegiatan fisik
d. Catatan perintah/petunjuk Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas lapangan yang disampaikan
secara lisan maupun tertulis.
e. Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa foto-foto
pelaksanaan pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran postcard dan disusun dalam album. Foto-
foto yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan hendaknya dibuat berdasarkan
petunjuk dari Pemberi Tugas dan minimal dilakukan sebanyak 4 (empat) kali setiap peristiwa selama
berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang Penanggung jawab Pelaksanaan (Mekanikal &
Elektrikal) yang ahli dan berpengalaman dan yang bertanggung jawab penuh dalam menerima
segala instruksi yang akan diberikan serta harus selalu berada di Site Proyek.
7. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini menghalangi pekerjaan lain, maka sesuai akibatnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

A.8. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka pemasangan
Instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaaan semula adalah termasuk tanggung jawab
pekerjaan Kontraktor Instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis dari Pemberi Tugas/ Konsultan
Pengawas.
3. Pengelasan, Pengeboran dan sebagainya pada Konstruksi Bangunan hanya dapat dilaksanakan
setelah memperoleh ijin/persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.

A.9. Pencapaian Peralatan Untuk Service


1. Semua peralatan utama ataupun bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa
diamati, termasuk juga accessories pipa dan duct seperti valve, clean out, damper, filter, venting dll.
2. Untuk itu Kontraktor Pelaksana dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi yang terbaik
dari peralatan dan accessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta
ukuran dan lokasi yang tepat.
3. Disamping itu Kontraktor Pelaksana harus mengusulkan kepada Pihak Owner (bila ditunjukkan
pada gambar) pintu-pintu service (access panel) untuk setiap peralatan dan asessories yang berada
dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat.
4. Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada access panel yang diperlukan, maka
penggeseran untuk posisi yang tepat dari access panel tersebut sehubungan dengan letak
peralatan/accessories dan kaitannya dengan arsitek interior, perlu dibicarakan dengan pihak Owner
untuk disetujui.
A.10. Proteksi
1. Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilakukan proteksi yang baik
terhadap cuaca dan harus diusahakan agar selalu dalam keadaan bersih.
2. Semua ujung-ujung pipa konduit dan bagian-bagian peralatan yang tidak dihubungkan harus diberi
pelindung, disumbat, atau ditutup dengan baik untuk mencegah masuknya kotoran.
3. Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi Kontraktor Pelaksana untuk melindungi peralatan-
peralatan, bahan-bahan baik yang sudah, maupun belum terpasang bila diperkirakan bisa rusak
atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang
tidak bisa diterima (serah terima belum 100%)
4. Sebelum penyerahan, instalasi dibersihkan atau ditest dan di adjust kembali untuk membuktikan
bahwa peralatan dan bahan beroperasi dengan baik. Peralatan dan bahan yang rusak atau cacat
karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang tidak bisa
diterima (serah terima belum 100%).

A.11. Pengecatan
1. Semua peralatan dan bahan yang dicat, yang menjadi lecet karena pengangkutan/pengapalan atau
pemasangan harus segera diperbaiki dan dicat dengan warna aslinya sehingga nampak seperti baru
kembali.
2. Semua bagian-bagian pekerjaan yang menyangkut carbon steel atau seng yang di galvanis harus
dicat dasar dan cat finish.
3. Sebelum pengecatan dilakukan, bagian-bagian harus bebas dari grease, minyak dan segala kotoran
yang melekat.
4. Urut-urutan pengecatan adalah cat dasar anti karat (zincromate) dan cat finish terdiri atas 2 lapis cat
copolymer.
5. Untuk peralatan-peralatan yang cat pabriknya rusak/cacat dalam pengangkutan, penyimpanan dan
lain sebagainya harus dicat kembali sesuai aslinya atau sesuai dengan warna yang ditentukan Pihak
Owner.
6. Untuk jalur-jalur pipa, code warna disesuaikan dengan standart.

A.12. Sleeve, Peralatan Yang Tertanam di Dinding


1. Peralatan Bantu, Sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam atau menembus concrete atau
tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai petunjuk dagang. Untuk itu ukuran, posisi yang
disiapkan untuk keperluan tersebut harus dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas dan disertai
gambar detail.
2. Semua ducting atau pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan clearance 20 mm
(3/4”) jika duct atau pipa berisolasi, clearance tetap dibutuhkan 20 nn (3/4”) antara isolasi dan
sleeve. Sleeve yang menembus atap lantai.
3. Setelah pemasangan pipa atau duct clearance harus diisi dengan sealant tahan api.
A.13. Penomoran, Nama Peralatan/Assesories
Semua peralatan terpasang dan asesoriesnya harus diberi kode nama peralatan dan nomor, sesuai
seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau sebagai tercantum pada gambar
rencana. Bila ada peralatan atau asesories yang belum mempunyai kode nama dan nomer, Kontraktor
Pelaksana wajib mengusulkan kepada Konsultan Pengawas dan ini semua sudah harus tercantum
dalam as-built drawing.

A.14. Penjagaan
1. Kontraktor Pelaksana wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama
berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat
kerja (gudang lapangan).
2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut diatas, menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana

A.15. Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan


1. Kontraktor Pelaksana harus selalu menjaga keadaan ruang kerja mereka dalam keadaan bersih dan
baik selama tahap konstruksi.
2. Semua sampah dan bahan yang tidak berguna lagi harus diangkut ke luar site.
3. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus memeriksa seluruh pekerjaan,
meninggalkannya dalam keadaan rapih, bersih dan siap pakai.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat pekerjaan sekitar
bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
5. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar
(halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
6. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Pemberi Tugas pada waktu
pelaksanaan.
7. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan/material di proyek, Kontraktor Pelaksana
harus menempatkan petugas keamanan secukupnya disekitar proyek.
8. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang mungkin
terjadi.
9. Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek, antara lain tidak
akan menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak akan mengganggu ketenangan penduduk/
masyarakat disekitarnya dan tidak akan mengganggu pekerjaan dari rekanan lain.
10. Selama peralatan dan material disimpan di lapangan, Kontraktor Pelaksana harus:
a. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua peralatan dan material yang ada di site.
b. Memisahkan material yang mudah terbakar dengan material yang tidak mudah terbakar.
c. Menyediakan alat pemadam api ringan minimal 2 x 10 kg pada Pemberi Tugas Kit dan Gudang
Penyimpanan.
A.16. Perbaikan dan Pembersihan
Kontraktor Pelaksana harus melakukan dan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan perbaikan
dan pembersihan, antara lain :

1. Perbaikan kembali akibat adanya pembobokan.


2. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
3. Melaksanakan pembersihan lapangan dan lain-lainya serta tempat pembuangannya akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

A.17. Asuransi
Kontraktor Pelaksana harus mengasuransikan secara total semua peralatan dan material mulai dari
pabrik pembuatnya, pengiriman ke lapangan, selama di gudang penyimpanan, sampai peralatan tersebut
terpasang. Kontraktor Pelaksana juga harus mengasuransikan seluruh tenaga yang melaksanakan
pekerjaan di lapangan.

A.18. Penyimpangan di Lapangan


1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi lapangan,
harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan gambar setiap perubahan yang ada kepada pihak
Konsultan Pengawas.
3. Perubahan material dan lainnya harus diajukan Kontraktor Pelaksana kepada Pemberi Tugas/
Konsultan Pengawas secara tertulis dan akibat tersebut (pekerjaan tambah/kurang) harus disetujui
oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas secara tertulis.

A.19. Pengujian di Pabrik


Semua peralatan harus melalui pengujian di pabrik sebelum dikirim serta Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan sertifikat pengujiannya dan hasil dari quality control yang sesaui standart kepada Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap.

A.20. Pengujian di Lapangan


Setelah memastikan data dan keterangan dari pengujian dari pabrik Kontraktor Pelaksana harus
melakukan semua pengetesan seperti yang dipersyaratkan di lapangan dan mendemonstrasikan cara
kerja dari segenap sistem dengan pelaksana pekerjaan instalasi, yang disaksikan oleh Owner.
Pengukuran tersebut meliputi :

a. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran-
pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang
dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan- persyaratan yang
berlaku.
b. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Hal ini termasuk pula peralatan khusus
yang diperlukan untuk testing dari sistem ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus
disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.
c. Kontraktor Pelaksana instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik
dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan
commissioning dari pabrik pembuat dan instansi yang berwenang
d. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana termasuk konsumsi daya listrik untuk testing.
e. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto ataupun
video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.

A.21. Kecelakaan dan Peti PPPK


1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor
Pelaksana diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para
korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada Instansi dan Departemen yang bersangkutan/
berwenang (dalam hal ini Polisi dan Departemen Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama harus selalu
ada di tempat pekerjaan.

A.22. Testing & Comissioning


1. Petunjuk Umum
a. Prosedur Pengujian
- Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
- Metode pengetesan dan pengujian harus mengikuti standar teknis yang berlaku
- Sebelum Testing & Comissioning dilaksanakan, Kontraktor Pelaksana wajib mengajukan
terlebih dahulu Program ( Jadwal ) Testing & Comissioning.
- Kontraktor Pelaksana harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2
(dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Kontraktor Pelaksana menyerahkan jadwal
dan cara pengujian tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
- Kontraktor Pelaksana dan semua yang terlibat dalam instalasi wajib melakukan test
keberlangsungan (continuity test) dan test lainnya yang sesuai dengan standar teknis yang
berlaku.
- Untuk pengetesan harus dilakukan minimal 2 x 24 jam untuk durasi pengetesan baik
keberlangsungan ataupun test lainnya. Berlaku sesuai dengan peraturan test yang
diisyaratkan.
- Unutk pengetesan harus dan mematuhi aturan yang berlaku dan juga harus ada form hasil
pengetesan dan juga dokumentasi dari hasil pengetesan baik dalam hal ini spesifikasi teknis
dan volume apakah sudah sesuai ataupun tidak pada standar teknis yang berlaku.
b. Pencatatan
- Kontraktor Pelaksana harus melakukan pencatatan yang baik terhadap pengetesan dan
pengujian. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan hasil pengetesan dan pengujian
kepada Konsultan Pengawas.
- Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap
perlu dan/atau yang dimintai oleh pihak Pemilik/Konsultan Pengawas untuk mengetahui
apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua
persyaratan yang diminta.
- Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto ataupun
video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
c. Saksi dan Tenaga Ahli
- Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
disaksikan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
- Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh
Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga ahli yang pernah mendapat pendidikan dan
sertifikat khusus untuk maksud tersebut maka pihak Pemilik/Konsultan Pengawas berhak
menyerahkan perihal tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
d. Peralatan, material dan Alat pengujian
- Kontraktor Pelaksana harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan untuk
pengetesan dan pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah dikalibrasi oleh institusi yang
berwenang.
- Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan/cacat/salah
harus diganti/diperbaiki dan testing comissioning diulangi untuk operasi sesungguhnya
secara tepat dari seluruh sistem dari peralatannya yang mengalami kerusakan/cacat/salah
harus diganti/diperbaiki dan testing
- Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk mengadakan Testing
dan Commissioning tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
- Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui
pada saat Pemeriksaan/Pengujian harus segera diganti dengan yang baru/disempurnakan
sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
e. Biaya
Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas yang
diperlukan untuk pengetesan dan pengujian. Akan tetapi untuk pemakaian air dan listrik yang
menggunakan fasilitas pemilik menjadi tanggungan penyedia.

f. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian-
bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada, kemudian melakukan pengujian
berhasil dengan baik.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan laporan pengujian/sertifikat test untuk peralatan sistem
kepada Konsultan Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil dengan baik dan dapat diterima
oleh Direksi/Konsultan Pengawas
4. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan telah
sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan menguji
seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan/
Spesifikasi Peralatan.
5. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi/Konsultan Pengawas yang ditunjuk Jadwal
Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama.

A.23. Masa Pemeliharaan


1. Semua pekerjaan elektrikal termasuk bahan dan peralatan harus dipelihara Kontraktor Pelaksana
selama masa pemeliharaan, sejak penyerahan pertama dari pekerjaan.
2. Selama masa pemeliharaan tersebut semua peralatan dan pekerjaan yang tidak baik harus
secepatnya diganti atau diperbaiki oleh Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri.
3. Selama masa pemeliharaan, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi diwajibkan untuk mengatasi
segala kerusakan-kerusakan dari pada instalasi yang dipasangnya tanpa ada tambahan biaya.
4. Selama masa pemeliharaan tersebut Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini masih harus
menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan. Dalam masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana
masih bertanggung jawab penuh terhadap seluruh instalasi yang dilaksanakan.
5. Pekerjaan baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan baik (goed
keuring) yang ditanda tangani bersama oleh instalatir yang melaksanakan pekerjaan tersebut juga
Konsultan Pengawas serta perlu disyaratkan juga oleh jawatan keselamatan kerja.
6. Jika dalam masa pemeliharaan tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini tidak
melaksanakan teguran–teguran atau perbaikan–perbaikan terhadap kekurangan selama masa
pemeliharaan, maka Konsultan Pengawas berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan
tersebut kepada pihak lain atas biaya Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi tersebut.
7. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus mendidik/melatih karyawan/
petugas dari pemilik sehingga mengenai sistem instalasi dan dapat menjalankan serta
melaksanakan pemeliharaannya.
8. Pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan ini, dilaksanakan tidak kurang dari 2 (Dua) minggu
sekali.

A.24. Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan & As Build Drawing


1. Sebelum melakukan serah terima pekerjaan instalasi, Kontraktor Pelaksana harus membuat dan
menyerahkan dokumen secara detail dan lengkap. Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan
(Operation & Manual/‘OM’) dalam format bahasa Indonesia dan gambar terlaksana (As Build
Drawing), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3 (tiga) set copy dokumen tersebut harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas sebelum tanggal serah terima pekerjaan instalasi.
2. Operation & Manual setidaknya harus berisi sebagai berikut :
a. Tulisan pada cover :
- Judul dokumen
- Nama Proyek
- Nama Paket Pekerjaan
- Nama dan alamat Kontraktor Pelaksana.
b. Pada lembar pertama halaman dalam harus tertulis sama dengan tulisan pada cover tetapi
ditambahkan Nama ‘contact person’ dan nomor telepon yang mudah dihubungi pada saat
emergency.
c. Daftar Isi
d. Penjelasan ringkas instalasi
e. Daftar peralatan lengkap peralatan instalasi yang dipasang
f. Petunjuk pemakaian secara detail
g. Petunjuk perawatan dan pelacakan kerusakan secara detail untuk seluruh instalasi, termasuk
rekomendasi skedul periode perawatan
h. Hasil Test and Commissioning
i. Daftar peralatan lengkap dengan alamat, nomor telepon dan contact person supliernya.
j. Data data teknis peralatan dalam ukuran maksimum A-3 misalnya, gambar dan wiring diagram,
kurva karakteristik/performance dari peralatan dll.
k. Daftar gambar ‘as build drawing’.
3. Operation & Manual harus dibuat pada format kertas A-4 kecuali jika berupa gambar bisa ukuran
lain, mudah dibaca, susunan halaman dukumen harus konsisten terhadap urutan daftar isi.
Operation & Manual yang telah disetujui harus dijilid dengan ‘hard cover’ dengan kualitas warna,
tulisan dan tinta copy yang baik untuk disimpan dalam jangka panjang.
4. Untuk gambar terlaksana harus termasuk gambar-gambar diagram. Gambar yang berukuran diatas
A-3 harus diserahkan dalam bentuk 3 (tiga) copy ukuran A-3 dan 1 (satu) set asli sesuai ukuran.
Untuk ukuran besar harus digulung didalam tabung gambar dan dilengkapi dengan label gambar.
5. Digital file sebanyak 2 copy pada Compact Disk, dokumen yang berupa foto lengkap dengan
negative film/digital file nya harus termasuk yang harus disertakan pada Operation & Manual.

A.25. Penyerahan, Pemeliharaan, Pelatihan dan Jaminan


Penyerahan, Pemeliharaan, Jaminan dan Pelatihan harus dilakukan sebagaian dari rangkaian
penyelesaian pekerjaan.

1. Penyerahan dan membuat Dokumen SLF oleh Konsultan Pengawas yang dibantu Kontraktor
Pelaksana
2. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.
a. Pada saat penyerahan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus:
Menyerahkan gambar-gambar jadi (as build drawing), dalam bentuk gambar cetak sebanyak 3
(tiga) set dan dalam bentuk soft copy (dalam media Compack Disk/CAD Drawing) sebanyak 1
(satu) set kepada Pemberi Tugas dan kepada Konsultan Pengawas 2 (dua) set gambar jadi,
bila gambar dan data-data tersebut belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor
Pelaksana belum bisa diprestasikan 100 %.

b. Training
- Kontraktor Pelaksana harus memberikan training (teori dan praktek) mengenai cara
pengoperasian dan perawatan peralatan kepada minimal 3 orang petugas teknik yang
ditunjuk oleh pemilik sampai cakap menjalankan tugasnya.
- Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana training tersebut terlebih dahulu kepada
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas dan mengajukan rencana pendidikan / training ini
kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) minggu
sebelum waktu pelaksanaan.
- Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas segala biaya yang diperlukan untuk
training tersebut.
c. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku Cadang
1) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
2) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasional dan
perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.
3) Kontraktor Pelaksana harus pula memberikan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang terpasang yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemilik,
dan sebuah singkatan dari buku petunjuk harus dipasang dalam suatu kaca berbingkai
dan ditempatkan pada dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
d. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku Cadang
1) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
2) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.
3) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan 2 (dua) set buku catalog suku cadang dari
peralatan yang dipasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
e. Pemeliharaan dan Garansi:
- Kontraktor Pelaksana harus menggaransi semua peralatan dan instalasi yang dipasang
selama 1 (satu) tahun setelah serah terima pertama.
- Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama
masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang. Segala biaya penggantian perawatan
selama masa garansi merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
- Memberikan garansi terhadap seluruh peralatan yang disupply dan juga terhadap sistem,
minimal selama 1 (satu) tahun sejak serah terima kedua.
- Pemilik dibebaskan dari segala bentuk pembayaran atas segala kerusakan untuk selama 1
(satu) tahun sesudah serah terima.
- Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab untuk tetap dapat melakukan garansi
dengan memperhitungkan kedalam harga satuan sebagai resiko keterlambatan dalam
menyelesaikan pembangunan.
- Kontraktor Pelaksana wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-barang
atau sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau
pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari setelah
proyek ini diserahkan terimakan.
- Kontraktor Pelaksana wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja selama
masa perawatan untuk mengoperasikan/merawat peralatan dan mendatangkan 1 (satu)
orang supervisor sekali seminggu untuk melakukan pemeriksaaan selama masa
pemeliharaan.
- Apabila terjadi gangguan dan atau kerusakan selama masa garansi, maka selambat-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam Kontraktor Pelaksana harus dapat mendatangkan
tenaga ahlinya untuk mengatasi gangguan tersebut setelah mendapatkan laporan/
konfirmasi dari pemilik proyek.
-
3. Perijinan.
a. Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk melaksanakan
instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana atas tanggungan dan biaya Kontraktor
Pelaksana.
b. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatenkan
serta kemungkinan tututan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini. Untuk hal ini
Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut diatas.
c. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan semua perijinan atau keterangan resmi yang
diperoleh mengenai instalasi proyek ini kepada Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas atau
pihak ditunjuk, sebelum penyerahan dilakukan.
d. Kontraktor Pelaksana harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan
melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (kerja lembur).
e. Kontraktor Pelaksana harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak,
pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan. Dalam hal
ini, semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan ijin tersebut.

B. INSTALASI TATA UDARA


B.1 Umum
Persyaratan Teknis Pekerjaan Pengkondisian Udara dan Ventilasi ini menguraikan syarat-syarat dan
ketentuan lainnya yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan
ini.
1. Peralatan Air Conditioning System
a. Air conditioning split system yang terpasang harus memenuhi kapasitas pendinginan dan
volume udara suplai yang sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
b. Performance air conditioning system berdasarkan standar AMCA 210-1967 untuk standard test
code for air moving devices dan ARI standard 410-1972 untuk standard for force circulation air
cooling, sedangkan untuk design dan testing mengikuti American National Standard Institute
(ANSI B9-1).
2. Sistem Ventilasi Udara
Fan yang terpasang harus memenuhi kapasitas udara yang sesuai dengan Perencanaan dan
Persyaratan teknis.

B.2. Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk didalam lingkup pekerjaan ini:

1. Pengadaan dan pemasangan Instalasi Tata Udara (Air Conditioning) secara lengkap termasuk alat
Bantu yang menunjang pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
2. Sistem Ventilasi Mekanis secara lengkap termasuk alat Bantu yang menunjang pekerjaan tersebut
sesuai dengan gambar perencanaan.
3. Pekerjaan Ducting lengkap dengan isolasi/tanpa isolasi berikut alat bantu yang menunjang
pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
4. Pemasangan instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di gambar
perencanaan yang bersifat menunjang sehingga sistem berfungsi dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan.
5. Pengaturan dan pengujian sehingga sistem instalasi tata udara dapat berfungsi dengan baik dan
sempurna sesuai dengan yang direncanakan.
6. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja
(SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Pelaksana Pekerjaan
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat
rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana antara lain :

- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup detail
sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi informasi
yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada kaitannya dengan unit
tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit berupa
produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa lokasi dan telah
beroperasi dalam jangka
waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan
diberikan atas dasar atau sesuai dengan ketentuan diatas.

7. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang menggunakan
fasilitas UB harus dalam tanggungan penyedia.
8. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan identitas
dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman laporan harian dan
minggu dan setelah itu didokumentasikan.
9. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto ataupun video
dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
10. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua yang
terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada pergantian harus
setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan jelas.
11. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan daftar
komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar detail /
photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya. Daftar komponen
tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :

• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik,
ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Konsultan Pengawas.

• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical
dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy telah
diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

B.3. Kondisi Perencanaan


1. Kondisi Udara Luar
a. Temperatur : 35° C ( 95° F )
b. Relative Humidity : 80 %
2. Kondisi dalam ruangan ( semua ruangan yang dikondisikan )
a. Temperatur : 24° C ± 1° C
b. Relative Humidity : 60 % ± 5 % RH
c. Koridor : 25° C ± 1° C
3. Noise Kriteria : 30 – 35 NC ( 35-40 dB )
a. Design Noise Criteria Min. 20 - 30 kali.
i. Toilet : NC 50
4. Initial Duct Velocity : 1.800 fpm
5. Ruang Peralatan ME : Disesuaikan dengan panas sensible yang dihasilkan oleh
peralatan dan dipertahankan selalu kurang dari 400C
atau minimum 10 L/S/m2.
6. Toilet dan Ruang Lain : 10.0 L/S/m2 minimum
7. Kitchen : S T P 25-40 kali (tergantung luasnya permukaan
Exhaust , Hood /diinformasikan dari Kitchen
Konsultan).

8. Pressurisasi Tangga Kebakaran


Pressurisasi sistem dilengkapi pada setiap tangga kebakaran agar dapat melokalisasi daerah
tertentu dari pengaruh asap sehingga daerah tersebut aman dan merupakan daerah penyelamatan
dan pelarian bila terjadi kebakaran.

Sistem pressurisasi masing-masing terdiri dari axial fan lokasi di lantai atap, cerobong udara dari
bata tahan api, grille instalasi di setiap dua lantai, dan perlengkapan kontrol lainnya.

Design sistem pressurisasi meliputi:

a. Dengan pintu di lantai dasar dan pintu dimana kebakaran terjadi serta pintu satu lantai di atas
dalam keadaan terbuka, kecepatan udara di pintu tangga kebakaran diambil tidak kurang dari
80 m/menit = 1.3 m/s.

b. Dengan seluruh pintu dalam keadaan tertutup, tekanan untuk membuka pintu tidak lebih dari
110 Newton pada pegangan pintu.

Agar tekanan di dalam tangga kebakaran tidak melampaui batas tertentu yang akan
menyulitkan orang pada saat membuka pintu, maka dipasang pressure difference sensor
antara tangga kebakaran dan ruang dalam gedung dan sinyal ini secara otomatis akan
merubah frekuensi inverter dari fan.

9. Ventilasi Ruang Panel


Ventilasi udara di ruang panel diperlukan pertukaran udara dengan udara luar untuk menurunkan
akumulasi panas dari peralatan dapur dan diatur dalam kondisi ideal serta didesain tidak lebih dari
400C.

Peralatan dalam sistem ventilasi udara meliputi axial fan,metal ducting dan grille, dimana konfigurasi
disesuaikan dengan aplikasi pada masing-masing kondisi ruangan.

Fire damper harus dipasang pada ducting supply dan relief grille untuk ruang panel/LVMDP untuk
mempertahankan integritas ruangan.

10. Ventilasi Toilet


Udara exhaust dari toilet dikendalikan oleh central exhaust fan yang terletak di lantai atas dan
dibuang langsung ke udara luar. Sistem pengambilan udara dengan menggunakan central exhaust
duct yang berada dalam riser shaft dihubungkan dengan ducting cabang pada toilet pria dan wanita,
dan dipasang grille.

Fire damper harus dipasang pada setiap lantai agar api tidak menyebar ke setiap lantai.

11. Sistem Air Conditioning


a. Kriteria Umum
Sistem air conditioning yang akan digunakan adalah 2 type yaitu Cassette dan Split Distribusi
Udara

b. Udara supply dari FCU/AHU didistribusikan ke ruang yang dikondisikan sampai mencapai
temperatur setting yang dikehendaki. Udara Luar (Fresh Air)
Kebutuhan udara segar didapat dengan menghisap udara luar untuk dialirkan ke dalam Pre-
Cooling System. Di Pre- Cooling System ini temperatur dan kelembaban udara liuar diturunkan
dan dijaga pada suatu kondisi tertentu untuk selanjutnya didistribusikan ke dalam ruang
tertutup.

c. Kontrol Temperatur Masing-masing thermostat akan dilengkapi dengan temperatur sensor


lengkap dengan on-off switch.

12. Sistem Ventilasi Pada Saat Kebakaran


Sistem ventilasi di ruang panel didesain untuk mengalirkan asap keluar dari panel selama terjadi
kebakaran.

Sistem ventilasi di ruang pompa dan ruang genset didesain bekerja pada saat kebakaran. Smoke
detector dilengkapi untuk mendeteksi apabila ada asap masuk ke dalam sistem dan diinterlock
dengan fan yang bekerja secara otomatis mematikan fan. Smoke detector dipakai tipe non-latching
type yang bekerja otomatis mematikan fan apabila mendeteksi asap dan secara otomatis pula
menghidupkan fan apabila tidak ada asap. Sistem toilet exhaust didesain bekerja pada saat
kebakaran terjadi untuk mengalirkan asap keluar dari area gedung.

B.4. Instalasi
1. Semua peralatan dan alat–alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara pemasangan yang
secara teknis praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan serta sesuai dengan petunjuk dan
instruksi pada brosur atau publikasi yang dikeluarkan pabrik dari perlatan ataupun alat bantu
tersebut.
2. Semua pondasi untuk perlatan dan motor, berukuran sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian–
bagian perlatan maupun motor yang berada diluar pondasi (berat peralatan diartikan berat pada saat
dalam operasi).
3. Untuk semua peralatan seperti fan dan sejenisnya yang menggantung dan duduk pada suatu
platform, maka harus diperkuat dengan suatu frame besi kanal (siku) yang dilas atau dibautkan, atau
dikeling ke frame sehingga cukup kuat, kaku dan tidak bergetar dalam saat beroperasi.
4. Semua peralatan dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa diamati, termasuk juga
assesories pipa dan duct seperti valve, clean out, damper, filter, venting dll.

B.5. Pengadaan dan Pemasangan


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan untuk
bekerjanya sistem pengkondisian udara dan ventilasi antara lain :
a. Pengadaan dan pemasangan air conditioning Single Split Sistem dan Split Ducted Sistem
secara lengkap dengan perlengkapannya (filter dryer, sight glass, thermostart, panel control,
pipa refrigerant + thermal insulation, pipa air kondensat, gantungan, pengkabelan dan lain-lain)
sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis.
b. Pengujian sistem pengkondisian udara sehingga sistem tersebut dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan perencanaan.
2. Instalasi Ventilasi Udara
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi ventilasi udara dan exhaust lengkap dengan
perlengkapannya (fan, shuttler, gantungan dan lain-lain) sesuai dengan perencanaan dan
spesifikasi teknis. Standard konstruksi cerobong udara harus dibuat dengan konstruksi
mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh SMACNA (Sheet Metal and Air Conditioning
National Association) dan ASHRAE (American Society of Heating Refrigerating and Air
Conditioning Engineer).
b. Pembersihan seluruh instalasi ventilasi udara.
c. Pengujian instalasi udara, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
perencanaan.
3. Instalasi Roof Thermal Insullation
Pengadaan dan pemasangan instalasi Roof Thermal Insullation dengan perlengkapannya (thermal
insullation, wiremesh, alluminium foil double sided, spindle pin, dll) sesuai dengan gambar
perencanaan dan spesifikasi teknis.

4. Intake dan Exhaust Louvre


Pengadaan dan pemasangan louver dengan perlengkapannya sesuai dengan gambar perencanaan
dan spesifikasi teknis.

B .6 . Spesifikasi Teknis Material dan Peralatan


1. Persyaratan Umum
Peralatan pengkondisian udara split system harus factory built, terdiri atas evaporator blower / indoor
unit, condensing unit/ outdoor unit, pemipaan refrigerant, pemipaan kondensat dan pemasangan
ducting serta perlatan–peralatan penunjang lainnya.

2. Spesifikasi Unit AC
Ketentuan umum standard produk dan pelaksanaan yang dipakai dalam spesifikasi ini adalah yang
telah memenuhi standard & merk internasional.

a. Air cooled unit


Produk/Jenis yang digunakan untuk Single Split Sistem adalah produksi pabrik ex Daikin,
Mitsubishi atau setara sedangkan untuk jenis Split Ducted Sistem adalah produksi ex Daikin,
Mitsubishi. Dalam unit air cooled tersebut harus memenuhi syarat serta memiliki minimum
komponen/peralatan standard pendukung sebagi berikut :

- Assembling pabrik (bukan barang bekas)


- Compressor rotari/scroll full hermetic.
- Valve pada bagian discharged dan suction
- Condensing unit yang tahan cuaca tropis
- Condenser fan jenis propeller dgn proteksi over load
- Condensor fan motor adalah jenis totally enclosed air cooled, tahan cuaca
- Cooling coil terpasang pada indoor unit adalah jenis direct expansion
- Sistem kontrol dan proteksi
b. Evaporator Blower (Indoor Unit)
1) Koil Pendingin
Koil harus terbuat dari pipa tembaga tanpa sambungan yang dilengkapi dengan sirip
aluminium di bagian permukaan luar dari pipa. Untuk mencegah air yang mengembun
mengalir diantara aliran udara maka koil harus dilengkapi dengan pipa drain. Kotak dari
kerangka koil harus dari baja galvanis. Jumlah row coil pendingin yang dipakai harus
ditentukan berdasarkan data dalam skedul peralatan ditambah 10%. Kecepatan tertinggi
yang diperkenankan pada permukaan penampang koil pendingin adalah 550 fpm. Sirip-
sirip aluminium yang dipasang pada koil pendingin harus berbentuk tegak lurus.

2) Filter Udara
- Filter udara harus berdasarkan standart National Bureau Of Standart Atmospheric Dust
Spot dan ASHRAE 52-76 Test Method.
- Filter harus dipasang dengan tipe yang mudah dibersihkan dan dicuci.
- Filter harus memiliki efisiensi penahan debu (Average Synthetic Duct Weight Air
Resistance) minimum 65 %, tahanan mula-mula maximum 2,5 mm pada kecepatan
udara 550 fpm.
c. Condensing Unit (Out Door Unit)
- Setiap casing condensing unit harus terbuat dari welded mild steel minimum ketebalan 1~1,2
mm dengan finishing epoxy – polyester power coating.
- Koil harus terbuat dari bahan material seamless copper tube dan sirip aluminium di bagian
permukaan luar pipa.
- Kompresor harus tipe scroll dan dilengkapi dengan overload protection.
- Fan harus tipe propeller.
- Refrigerant yang digunakan adalah R-410.
- Dudukan condensing harus dilengkapi dengan peredam getaran dari jenis rubber isolator.
d. Pipa Refrigerant
- Pipa refrigerant harus terbuat dari pipa tembaga yang dilengkapi dengan iisolasi panas dari
bahan closed cell polyethylene CFC-Free. Pada bagian luar isolasi harus dilapisi dengan
aluminium foil dan adhesive tape.
- Semua belokan pipa harus menggunakan elbow fitting dengan material yang sama dengan
pipa refrigerant.
- Material pipa refrigerant dan fitting harus pipa tembaga kelas L.menggunakan produk ex
Denji, Muler
e. Pipa Buangan Kondensat
- Pipa buangan kondensat harus terbuat dari bahan PVC kelas AW yang dilengkapi dengan u-
trap dan isolasi panas dari bahan closed sell polyethylene CFC-Free.
- Pipa PVC Class AW (Standard JISK 6742) dengan diameter sesuai gambar rencana, ex.
Rucika serta Vinilon atau setara dengan persetujuan Direksi Lapangan.
f. Pengabelan
Pengabelan jenis kabel NYY dari evaporator blower ke condensing unit harus termasuk lingkup
pekerjaan ini, produksi Supreme, Kabelindo atau setara dengan persetujuan Direksi Lapangan.
3. FAN
a. Persyaratan Umum
- Fan yang dipasang harus telah di test dipabrik factory built dan telah di test di pabrik
pembuatnya sekurang-kurangnya mengikuti standar ANSI/AMCA 210-85 dan
ANSI/ASHRAE Standart 51-1985.
- Fan harus telah di balance secara dynamically mengikuti standar AMCA 204/3.
- Dasarnya semua fan harus mempunyai noise level yang rendah dalam operasinya, dan
dalam batas–batas yang normal. Bilamana ternyata noisenya tinggi harus diberi Noise
Silencer tanpa adanya pekerjaan biaya tambah.
- Bagian fan yang berhubungan dengan udara luar harus diberi kawat nyamuk (outlet) yang
bias dibersihkan dan dibuka.
b. Material
Fan yang dipasang lengkap dengan casing terbuat dari material mild steel atau galvanize steel.
Blade terbuat dari glass-reinforced polypropylene (ppg), glass-reinforce polyamid (pag) atau
aluminium.

c. Motor Fan
Motor fan harus dengan insulasi klas F IP 54. Motor dilengkapi dengan starter type DOL untuk
motor sampai dengan 3 kW atau star delta untuk motor yang lebih dari 3 kW.

d. Peredam Getaran
Fan harus dilengkapi dengan peredam getaran sesuai dengan skedul peralatan terlampir.

4. Cerobong Udara (ducting)


a. Bahan Cerobong Udara (ducting)
Baja Lapis Seng (BJLS) yang digalvanized atau Zincalume yang merupakan baja lembaran
dengan proses Continous Hot Dip, campuran lapisan Zincalume ini terdiri dari 55% Al, 43,4%
Zn dan 1,6% Si.

b. Penggunaan
Penggunaan bahan untuk saluran udara didasrkan pada kondisi kecepatan udara maximum
2500 fpm dan tekanan statik maximum 3 inch wg ( 750 Pa ), menggunakan bahan yang sesuai
dengan tabel dibawah ini :

Sisi terpanjang Ukuran


Saluran BJLS/ZINCALUME
Tebal Plat Seng Galvanis
(inch) (mm) (SII Standar) (g/sq.m)

s/d 12" 0.5 BJLS. 50-K 305

13" - 18" 0.6 BJLS. 60-K 305

19" - 30" 0.7 BJLS. 70-K 305

31" - 40" 0.8 BJLS. 80-K 305

40" Ke atas 1.0 BJLS. 100-K 305


c. Penyambungan Cerobong Udara (ducting)
1) Semua sambungan ducting denga jarak maksimal 2.000 mm ( sambungan flange, slip joint
dll ) harus betul – betul rapat udara dengan menggunakan sealant yang mencegah
terjadinya kebocoran udara.
2) Sambungan slip joint harus dibuat sesuai dengan arah aliran udara sehingga tidak
menyebabkan turbulensi.
3) Sambungan cerobong udara harus mengikuti ketentuan teknis dalam SMACNA dan
ASHRAE Standard.
4) Pembuatan cerobong udara harus menggunakan sambungan jenis grooved seams/ acme
lock, pittsburgh lock seams dan slip joints.
5) Sambungan fleksibel :
- Sambungan fleksibel dari bahan double sheet glass cloth ( canvas ) tebal 0,65 mm atau
lebih.
- Panjang tidak lebih dari 20 cm, dan tidak menimbulkan kebocoran pada sambungan.
d. Penguatan Cerobong Udara
- Semua duct yang berukuran lebih besar dari 500 mm permukaannya harus dibuat Cross
Broken ( Patah Silang ).
- Spesifikasi penguatan cerobong udara harus sesuai dengan ketentuan berikut:
Panjang Jarak flens Spesifikasi Penguatan

Duct /penguatan

dan gantungan

Sampai 19" 180 cm Dipatah silangkan

(cross broken).

20" - 40" 180 cm Di tengah (di antara flens) harus


dipasang sabuk penguat.

41" - ke atas 90 cm Tengah-tengah flens dipasang


sabuk penguat

e. Penggantung dan Penyangga


Konstruksi gantungan dan penyangga harus terbuat dari besi siku yang dilengkapi dengan besi
beton berulir, mur, baut dan insert. Penggantung dan penyangga harus dapat di-stel sehigga
ketinggian cerobong udara bisa dibuat rata sesuai dengan kondisi lapangan.

f. Belokan
- Belokan harus merupakan bagian terpisah dan dihubungkan dengan duct (cerobong udara)
dengan menggunakan sambungan flens. Elbow (belokan) harus merupakan long radius
yang dilengkapi dengan guide vanes (sudu pengarah) didalamnya.
- Belokan harus dibuat dengan rasio (r/d) = 1,5. Jika kondisi lapangan tidak memungkinkan,
belokan boleh dibuat dengan konstruksi belokan patah dan harus dilengkapi dengan sudu
pengarah dengan persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

g. Percabangan
Percabangan harus dibuat sesuai dengan gambar perencanaan dan dilengkapi dengan splitter
damper yang dapat diatur dan dikunci. Konstruksi bagian splitter damper harus sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kebocoran ditempat penembusan engsel.

h. Sambungan Lentur
- Sambungan lentur harus dibuat sesuai dengan BS.476, tahan terhadap tarikan fan, getaran
fan dan harus kedap udara.
- Jarak antara 2 (dua) ujung yang disambung dengan sambungan flexible adalah 15 cm, dan
tidak menimbulkan kebocoran pada sambungan.
- Bahan sambungan lentur yang digunakan adalah jenis Double sheet cloth (canvas / terpal)
atau Deklit tebal minimum 0,65 mm
i. Perekat Cerobong Udara
Cerobong udara harus diberi perekat dari jenis fire resistance duct sealer untuk mendapatkan
saluran udara yang kedap terhadap kebocoran.

j. Sudut Pengarah
Sudu Pengarah harus dari jenis double wall vanes dengan bahan dari galvanized steel atau
alluminium dan dibuat secara shop fabricated.

k. Splitter Dampers
Splitter damper harus BJLS 100 dengan self locking operating assy (threaded swivel assy on
threaded steel road). Sambungan batang dengan pelatnya harus dengan universal joint.

5. Louvers
a. Louvers harus terbuat dari bahan aluminium dan besi galvanis yang di cat anti karat dan
dilengkapi dengan rangka dan birds screen.
b. Efektif luas permukaan minimum harus 80 % dari total luas cerobong udara.
c. Sisi-sisi ujung dari louvers yang dipasang pada dinding luar harus dilengkapi dengan penahan
air hujan sehingga tidak akan terjadi percikan air hujan yang masuk / mengalir kedalam saluran
udara.
6. Exhaust Air Grille
a. Bentuk dan ukuran exhaust air grille harus sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi
teknis.
b. Exhaust air grille harus terbuat dari bahan aluminium yang dicat powder coating dan dilengkapi
dengan kotak, rangka, sponge rubber gasket untuk mencegah kebocoran, jenis adjustable
double deflection yang dilengkapi dengan volume damper dari jenis group operated, opposed
blade adjustable type yang diatur dengan kunci melalui sisi muka.
7. Roof Thermal Insulation
a. Roof thermal insulation harus dipasang di bawah plat lantai atap yang kearah dalam bangunan.
Roof thermal insulation harus terdiri atas : thermal insulation, spindle pin, wire mesh stainless
steel, aluminium foil, dan peralatan pendukung lainnya.
b. Bahan Thermal Insullation
Bahan isolasi ialah glass wool dengan koefisien perpindahan panas maksimum 0,23 Btu/hr
pada 75 oF sesuai dengan spesifikasi ASTM 166 dan harus tahan api.

c. Aluminium Foil
Aluminium foil yang dipasang pada instalasi cerobong udara adalah sbb:

- Material Alluminium foil adhesive Kraft paper Fire retardant adhesive Fibreglass
reinforcement.
- Type : Double sided fire retardant
- Specific Weight : 410 g/m2
- Reflectifity : 0.95
- Vapour Trans : 0.013 ng/NS ASTM E-96 uncreased.

B.7. Cara Pemasangan


1. Peralatan Air Conditioning dan Fan
a. Umum
Kontraktor Pelaksana harus memasang unit pengkondisian udara sesuai dengan spesifikasi
teknis ini.

b. Evaporator Blower (Indoor Unit)


Unit lengkap evaporator blower termasuk braketnya harus dipasang dengan baik sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya. Braket harus dipasang pada konstruksi bangunan dengan baik
menggunakan insert.

c. Condensing Unit (Out Door Unit)


Unit lengkap condensing unit termasuk braket-nya harus dipasang dengan baik sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya. Braket harus dipasang pada konstruksi bangunan dengan baik
menggunakan insert. Peredam getaran jenis rubber isolator harus dipasang pada dudukan
condensing unit.

d. Pipa refrigerant
- Kontraktor Pelaksana harus memasang pipa refrigerant pada masing-masing unit sesuai
dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
- Pipa refrigerant harus dilengkapi dengan isolasi. Permukaan pipa harus dibersihkan terlebih
dahulu sebelum pemasangan isolasi. Pemasangan isolasi harus rapih sedemikian rupa
sehingga tidak terlihat isolasi pipa yang bergelombang, sehingga dihasilkan bentuk
permukaan isolasi dengan ketebalan yang seragam.
- Pada bagian luar isolasi harus dilapisi dengan aluminium foil dan adhesive tape.
Pemasangan pipa refrigerant harus dilengkapi dengan gantungan pipa dan klem-u.
- Untuk pipa refrigerant yang dipasang di atas permukaan atap harus dilengkapi dengan
perforated pipe tray lengkap dengan tutup pelindung.
- Semua pipa yang menembus lantai, dinding, atap dan lain-lain diberi selubung dan lapisan
karet dan galvanized steel gauge 2”. Rongga antar pipa dan selubungnya harus ditutup
rapat.
- Sambungan pipa sampai dengan dia. Sampai 50 mm adalah sambungan ulir.
- Sambungan pipa diatas dia. Sampai 65 mm adalah sambungan flens / las.
- Pipa sebelum dipasang harus dibersihkan dahulu bagian dalam dari kotoran yang melekat.
- Pemotongan pipa harus menggunakan cutter.
- Setiap sambungan ( flens/las ) harus dibersihkan dari kerak – kerak dan setelah itu langsung
dimeni/zinc chromat.
- Untuk sambungan ulir harus menggunakan seal tape utnutk menghindari kebocoran.

e. Pipa Buangan Kondensat


- Kontraktor Pelaksana harus memasang pipa buangan kondensat pada masing-masing unit
sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
- Pipa buangan kondensat harus dipasang pada setiap peralatan serta dilengkapi dengan u-
trap dan isolasi.
- Pipa sebelum dipasang harus dibersihkan dahulu bagian dalam dari kotoran yang melekat.
- Pipa harus dipasang dengan kemiringan 1%-2% dan dilengkapi dengan gantungan dan atau
klem pipa.
- Apabila ada pipa tersebut yang menembus dinding, langit-langit, lantai dan lain-lainnya, pipa
ini harus dilindungi dengan pipa yang lebih besar ukurannya.
f. Pengkabelan
Kontraktor Pelaksana harus memasang instalasi pengkabelan dari evaporator blower ke
condensing unit sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

2. Fan
a. Umum
Kontraktor Pelaksana harus memasang semua fan sesuai dengan gambar perencanaan dan
spesifikasi teknis ini. Fan yang dipasang harus factory built lengkap dengan motor penggerak
dan starternya.

b. Gantungan dan Support


Fan harus dipasang dengan gantungan dan support lengkap dengan peralatan penunjang
lainnya.

c. Peredam Getaran
Fan harus dipasang lengkap dengan peredam getaran sesuai dengan spesifikasi teknis.

3. Pemasangan Instalasi Cerobong Udara (ducting)


a. Sambungan Cerobong Udara (ducting)
b. Pada pembuatan duct harus dipakai lock yang mana diflincoat luar dalam sehingga tidak terjadi
kebocoran pada lock tersebut. Begitu juga hubungan antara flexible joint round duct dengan
diffusser ujungnya diikat/diperkuat memakai klem seng BJLS 80, dan ujung klem dibuat. Antara
ujung-ujung duct flexible di flincoat agar tidak terjadi bocor serta semua sambungan (seam)
duct harus diflincoat luar dalam.
c. Seluruh sambungan harus dibuat rata pada sebelah dalamnya dan rapi dibagian luarnya.
Sambungan-sambungan tersebut harus dibuat serapat mungkin (air tight).
d. Connection Antara Saluran Udara
Sambungan connection antara saluran harus dengan sambungan flange dari bahan besi siku
yang diikat dengan paku keling atau mur-baut terhadap saluran udara dan diberi sealing
packing untuk menjamin kedap udara. Baja siku yang digunakan harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut :

Saluran FLANGE PAKU KELING SAMBUNGAN

(inch) Ukuran Terpanjang

Baja Siku Jarak Diameter Pitch Diameter Pitch

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

s/d 12 25x25x3 1,800 4.5 6.5 8 100

13 - 18 30x30x3 1,800 4.5 6.5 8 100

19 - 30 40x40x3 1,800 4.5 6.5 8 100

31 - 42 40x40x3 1,800 4.5 6.5 8 100

> 42 40x40x3 1,800 4.5 6.5 8 100

Baja siku yang digunakan untuk penguatan saluran udara harus mengikuti ketentuan seperti
pada tabel berikut :

Ukuran Terpanjang STANDARD SEAM REINFORCED AIR DUCT

Saluran (inch) (mm)

Tinggi Seam Jarak Maksimum

(mm) (mm)

s/d 12 25 1,200

13 – 18 25 900

19 – 30 30x30x3 900

31 – 42 40x40x5 900

> 42 40x40x5 900


Penumpu penggantung saluran udara digunakan baja siku dengan ketentuan sebagai berikut :

Ukuran FITTING FITTING JARAK


Terpanjang PENGGANTUNG PENUMPU
MAXSIMUM
Saluran
Baja Siku Baja Rod Baja Siku (mm)
(inch)
(mm) (mm) (mm)

s/d 12 25x25x3 9 25x25x3 2,700

25x25x3 9 25x25x3 2,700

13 - 18 30x30x3 9 25x25x3 2,700

30x30x3 9 25x25x3 2,700

19 - 30 40x40x3 9 30x30x3 2,700

40x40x3 9 40x40x3 2,700

31 - 42 40x40x3 9 40x40x3 2,700

40x40x3 12 50x50x6 2,700

> 42 40x40x5 12 50x50x6 2,700

40x40x5 12 60x60x6 2,700

Perkuatan arah memanjang (longitudinal Rainforcement) :

Ukuran Terpanjang Dimensi Siku Standing Seam (mm)

Saluran (inch)

70 - 88 40x40x5 1 buah perkuatan di tengah

> 88 40x40x5 2 buah perkuatan di tengah

e. Penguatan duct dan sambungan flens


Untuk pengelingan flens besi, siku pada duct harus memakai paku keling besi, tidak boleh
menggunakan paku keling aluminium, sesudah dikeling sambungan dan kelingan diflincoat luar
dalam agar tidak terjadi kebocoran.

Semua besi penguat dan gantungan yang terpasang harus dicat dengan cat dasar (prime
coating) dan setelah itu dicat sesuai dengan spesifikasi pengecetan.
f. Tikungan (Elbow)
Tikungan harus merupakan bagian terpisah dan dihubungkan dengan duct lainnya dengan
menggukan flens. Elbow harus merupakan long radius yang di lengkapi dengan guide vanes
(pengarah) didalamnya.

g. Perubahan Arah
Jika terjadi perubahan arah (run) dan ukuran harus mendapat persetujuan Direksi / Konsultan
Pengawas.

h. Pencabangan
Pencabangan harus dilengkapi dengan splitter damper dan harus dibuat sesuai dengan gambar
perencanaan. Konstruksi bagian splitter damper harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kebocoran ditempat penembusan engsel, Diffuser harus dilengkapi dengan damper yang dapat
disetel. Konstruksi damper harus sedemikian rupa sehingga dapat bekerja dengan baik.

i. Hanger/support
Jarak maximum antara gantungan adalah 180 cm, untuk ukuran duct sampai 40", 40" ke atas
jarak gantungan 90 cm. Konsultan Pengawas dapat menentukan jarak-jarak yang lebih pendek
bilamana pada tempat tertentu dipandang penting sehubungan dengan kekuatan, defleksi duct
yang memungkinkan terjadinya kebocoran pada sambungan-sambungan dan lain-lainnya.
Konstruksi dari gantungan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan, terdiri dari besi beton
3/8" besi siku dengan ramset. Support harus dapat di stel sehingga ketinggian duct bisa dibuat
rata atau dirubah menurut keadaan lapangan. Semua support harus dicat dasar untuk
mencegah karat.

j. Tapers, Offset dan stream linier


Jika cerobong udara (ducting) melalui rintangan dan tidak dapat dihindari, Kontraktor wajib
membuat taper, offset atau stream linier, tergantung keadaan setempat yang dibuat sesuai
spesifikasi

k. Lubang pengetesan
Kontraktor Pelaksana harus membuat lubang pengetesan (test connection) pada setiap duct
utama serta tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

l. Cerobong Udara (ducting) Yang Tidak Tertutup Dinding/ Plafond


Cerobong udara (ducting) yang tidak tertutup oleh dinding, langit-langit (diluar bangunan, di
dalam koridor, di ruangan yang tanpa plafond) harus dibuat dari aluminium sheet dan diberi
penguat (bracing) yang baik, dan ditumpu/ digantung pada konstruksi bangunan secara kokoh.

m. Turning Vanes
Turning Vanes harus dipasang pada setiap belokan, pencabangan dan lainnya sesuai dengan
gambar dokumen.

n. Pembersihan Saluran Udara


Pembersihan saluran udara harus dilakukan sebelum outlet terminal dipasang dan sebelum
ceiling serta karpet pada pekerjaan finishing dipasang, dan sebelum fan dijalankan, saluran
udara harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat, debu, lemak, bekas-bekas
pengerjaan dan segala jenis kotoran lainnya.

o. Penutupan Saluran Udara Saat Pengerjaan


Selama pekerjaan berlangsung, saluran yang telah selesai dikerjakan harus ditutup rapat
dengan pelat baja untuk menghindari kotoran masuk kedalam saluran, dan bila ditemukan
kotoran yang mengganggu maka saluran udara harus dibongkar untuk dibersihkan dan bila
memungkinkan dapat dipasang kembali.

p. Grilles dan Louvre


- Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan memasang grilles sesuai dengan ukuran,
spesifikasi dan gambar dokumen.
- Komponen yang dipasang harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknik. Sedang
penempatannya yang tepat harus sesuai dengan gambar rencana.
- Grilles terbuat dari Alluminium dan harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi. Sedang
penempatannya harus tepat dan sesuai dengan gambar perencanaan.
- Semua unit yang dipakai harus ditest terlebih dahulu di Pabrik Pembuatnya sesuai dengan
ADC standard 1062 R Air Diffusing Equipment Test Code. Noise criteria level maksimum
(NC) 40 dB.
- Semua grilles harus dicat dasar (Prime Coating) serta dicat sesuai dengan spesifikasi
pengecatan bahan tersebut. Warna cat finish ditentukan kemudian. Sebelum dilakukan
pemasangan, contoh-contoh peralatan yang akan dipasang harus diperlihatkan kepada
Konsultan Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan. Hanya
grilles yang sesuai dengan contoh yang akan disetujui dan diperkenankan untuk dipasang.
- Semua grilles harus mempunyai rangka plesteran (plester frame) agar dapat dipasang rata
dan. Untuk memperlancar pelaksanaan Kontraktor Pelaksana harus menyertakan brosur
secara lengkap mengenai peralatan tersebut.
- Semua grilles dan register harus terpasang rapat dan diberi penyekat atau gasket agar tidak
terjadi kebocoran.
- Semua Adjustable Volume Damper yang terpasang pada diffuser, grilles dan register harus
dapat diatur.
- Semua supply dan return/exhaust grilles yang terpasang pada plesteran harus mempunyai
rangka plesteran (plester frames) agar dapat dipasang rata dengan plesteran. Rangka
tersebut harus dibuat oleh Kontraktor Pelaksana, pengerjaannya harus bersamaan dengan
pengerjaan plesteran.
q. Damper
1) Pemasangan Volume Damper
- Kontraktor Pelaksana harus memasang volume damper pada cabang-cabang utama
dari sistem duct untuk membalans sistem distribusi udara.
- Pemasangan Louvers Volume Dampers
- Louvers volume damper dipasang pada pencabangan saluran udara utama,
pencabangan pada plenum atau lainnya sesuai dengan indikasi pada gambar.
Louvers damper harus Factory Fabricated.
2) Spliters Dampers
Splitters damper dipasang pada setiap pencabangan untuk saluran udara
supply/return/exhaust Splitter damper harus dari BJLS 100-k dengan self locking operating
assy (threaded swivel assy on threaded steel road) dengan universsal joint untuk
sambungan batang dengan plat.
3) Fire Damper
Fire dampers dipasang sesuai dengan indikasi pada gambar dan sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang berlaku. Fire damper dipakai pada pipa-pipa/ ducting yang
keluar dari ruang server, jika terjadi kebakaran, maka fire damper akan menutup. Instalasi
harus sesuai dengan standard National Board of Fire Underwriters describes (NBFU) 90 A.
Brosur lengkap dari damper-damper tersebut harus disertakan dalam penawaran.
Kontraktor harus memasang fire damper yang terbuat dari steel plate tebal minimum 20 US
gauge dan harus dapat bergerak bebas pada porosnya yang dipasang pada rangka
khusus (besi siku), fire damper harus dilengkapi dengan fusible link yang dalam keadaan
normal akan menjaga damper tersebut tetap terbuka tetapi akan menyebabkan tertutup
apabila ada aliran udara panas (dari kebakaran).

Pemasangan Isolasi

a. Semua pemasangan isolasi harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar dokumen.
b. Bagian Roof harus dibersihkan dahulu dari segala jenis kotoran sebelum dilakukan
pemasangan roof thermal insulation.
c. Spindle pin dipasang dengan menggunakan perekat sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya. Setelah itu baru dipasang roof thermal insulation. Kemudian dipasang aluminium
foil dan/atau glass cloth serta diakhiri dengan pemasangan wire mesh.
4. Pembersihan
Instalasi dan peralatan lainnya harus dibersihkan dari segala kotoran, debu, lemak dan lain-lain
sebelum system dijalankan.

5. Identifikasi Peralatan
a. Kontraktor Pelaksana harus memberi identifikasi pada semua peralatan dengan menggunakan
cat.
b. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengidentifikasian peralatan kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas untuk disetujui.

B.8. Testing & Commissioning


1. Kontraktor Pelaksana harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Kontraktor Pelaksana menyerahkan jadwal dan cara
pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian ditanggung oleh
Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan laporan pengujian/sertifikat test untuk peralatan sistem
kepada Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas dan Pemilik.
4. Lingkup pengujian sistem tata udara adalah testing, adjusting dan balancing untuk seluruh sistem,
dan ventilasi mekanis sehingga didapat besaran pengukuran yang sesuai seperti dalam gambar
perencanaan sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan rencana.
5. Kontraktor Pelaksana yang melakukan pekerjaan instalasi tata udara harus melakukan semua
testing dan pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui apakah
seluruh instalasi telah dapat berfungsi/bekerja dengan baik dan memenuhi persyaratan. Adapun
pengujian sistem baru dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan baik selama 2 x 24 jam, yaitu
antara lain :
a. Pengujian dan pengukuran laju lairan udara
b. Pengujian dan pengukuran temperature udara/air
c. Pengujian dan pengukuran putaran (rpm)
d. Pengujian dan pengukuran listrik yaitu antara lain
• Pengujian dan pengukuran arus nominal (Ampere) dan arus kerja (Ampere) yang
sesuai dengan tegangan kerja (Volt).
• Pengujian Tegangan tembus (kV).
• Pengujian proteksi pembumian (Ohm).
• Pengujian kinerja dan total pembebanan (VA).
e. Pengujian dan pengukuran tekanan barometer / preasure gauge
f. Pengujian dan pengukuran laju aliran ( portable field flow meter )
g. Pengujian dan pengukuran sistem perpipaan
h. Pengujian dan pengukuran balancing udara/ducting.
i. Pengujian dan pengukuran balancing aliran air
6. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan untuk
melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus disediakan Kontraktor
Pelaksana.
7. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan perpipaan.
b. Hasil pengetesan saluran udara.
c. Hasil pengetesan balancing aliran udara.
d. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
e. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain
8. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

B.9. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.
2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah barang
diserahkan kepada pemilik.
3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau berfungsi kurang
baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti peralatan tersebut
sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor Pelaksana .
B.10. Lain - Lain

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan


dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga system/instalasi dapat
bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
2. Kontraktor Pelaksana harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk
menjalankan sysstem/Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri
(pemborong) kepada Instansi berwenang yang terkait dengan pekerjaan ini ( SLO, PLN,
DEPNAKER ). Jika diperlukan

C. INSTALASI PLUMBING

C.1. Instalasi Air Bersih

1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai uraian pekerjaan instalasi air bersih.

2. Lingkup pekerjaan
Pemasangan pipa distribusi dari PDAM ke Tandon Existing Kap 70m3, dan di salurkan ke roof
dengan mengunakan pompa transfer dan di distribusikan ke alat-alat penerimaan (kran–kran) dalam
bangunan lengkap dengan sambungan-sambungan dan perlengkapan yang diperlukan sesuai
dengan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.

3. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana, meliputi pengadaan, pemasangan dan
pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem supply air bersih yang
berfungsi dengan baik.
b. Pengadaan Pompa Tranfers 1 unit dengan cap.21.m3/h dan head 23,6 meter lengkap dengan
assesorisnya .(sesuai dengan pompa exsisting) . Serta Memodifikasi hydeer pompa sesuai
gambar .
c. Pengadaan dan pemasangan tandon atas dengan cap.10 m3.lengkap dengan assesorisnya
sesuai dengan gambar .
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan air bersih beserta perlengkapannya
harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
e. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi air bersih harus seijin/disaksikan oleh Direksi/
Konsultan Pengawas.
f. Persyaratan pemipaan air bersih, meliputi :
- Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah pipa Polypropylene Random (PPR)
Class PN 10, disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat dari bahan yang sama dengan
pipa air bersih.
- Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa sesuai
dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangannya harus menyesuaikan kondisi
lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing dengan persetujuan Direksi
Lapangan.
- Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu pula
dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan, pembengkokan
pipa tidak diperkenankan.
- Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan ulir (screwed), penyambungan
dengan ulir ini terlebih dahulu harus dilapisi red lead cement, memakai pintalan atau pita
merupakan sambungan yang kedap udara maupun kedap air. Ulir harus dibersihkan dari
jerami-jerami bekas pembuatan ulir.
- Pemasangan instalasi pipa tidak diijinkan menembus kolom, balok atau struktur utama tanpa
ada persetujuan dari Konsultan Pengawas.
- Untuk pipa-pipa yang menembus atap, Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyediakan
Flashing yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran dan ketebalan yang memadai.
- Selama pemasangan instalasi pipa berjalan Kontraktor Pelaksana harus menutup ujung pipa
yang terbuka guna mencegah masuknya kotoran.
- Semua pipa PPR yang terkena sinar matahari harus diperi pelindung .
4. Sistem Instalasi Air Bersih
a. Instalasi pemipaan lengkap dengan perlengkapannya harus mampu menyalurkan air bersih
dengan laju aliran yang cukup dengan kecepatan aliran tidak lebih dari 2 m/s.
b. Tekanan pelayanan minimum pada masing-masing titik adalah minimum 0,8 bar dan maksimum
3,5 bar.
c. System pompa tranfer sebagai berikut : 1 pompa untuk melayani tower 1 (satu) sedangkan
pompa 2 dipakai untuk melayani tower 2 (dua) ,sedangkan pompa yang satu lagi dipakai
sebagai cadangan .
5. Penyangga Pipa
Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus. Penyangga pipa
dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat beban yang harus dipikul dan jumlah
deret pipa yang ada serta digalvanis. Ukuran – ukuran bolt yang dipakai disesuaikan dengan ukuran
pipa dan digalvanis.

6. Sambungan pipa
Semua sambungan menggunakan ulir dan fleus dari jenis resipace kecuali untuk pipa dengan
ukuran 2“, menggunakan sambungan ulir dari socket. Untuk sambungan flues harus diberi gaskeet
dari jenis coprosed asbetos yang berpenguat kawat sedangkan untuk sambungan ulir harus diberi
bahan anti bocor (seal tape). Untuk air bersih harus menggunakan seal tape dari bahan yang tidak
membahayakan kesehatan. Flens dan fitting yang digunakan dari class 10 kg.

7. Material/Bahan Yang Dipakai


a. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan contoh bahan/barang yang disebut dalam
lingkup pekerjaan kepada Direksi/Konsultan Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan
sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis
harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas lapangan.
b. Kontraktor Pelaksana harus membuat tempat penyimpanan bahan/material serta peralatan
kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
c. Jika bahan/material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum, Kontraktor
Pelaksana harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas.
d. Konsultan Pengawas/Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak
peralatan yang tidak memenuhi syarat.
e. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka Kontraktor Pelaksana harus segera
mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan
kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor Pelaksana.
f. Pipa (PPR) Polypropylene Class PN 10 beserta perlengkapannya produksi pabrikan . dengan
diameter sesuai gambar.
g. Valve-valve produksi pabrikan
h. Material yang dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
i. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja
(SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor
Pelaksana diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar
ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat
manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana antara lain :

- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup detail
sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada kaitannya
dengan unit tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit berupa
produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa lokasi dan
telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh Konsultan
Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau sesuai dengan ketentuan
diatas.

j. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan
daftar komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan
gambar detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya.
Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas
masing-masing 1 (satu) set.
Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :

• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan
baik, ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Konsultan Pengawas.
• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical
dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy
telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
k. Valve/katub harus mempunyai spesifikasi :
1) Gate Valve
- Body : Bronze
- Steam : Brass
- Disc : Bronze
- Class : 125
- Service Condition : 1.37 MPa (200 psi) WOG non-shock, 0.86 MPa
(125 psi) Saturated Steam

2) Strainer
- Body : Lead – Free Bronze
- Stem : SUS304
- Class : 10 K
3) Swing Check Valve
- Body : Bronze
- Pin : Brass
- Disc : Bronze
- Class : 125
- Service Condition : 1.37 MPa (200 psi) WOG non-shock, 0.86 MPa (125 psi)
Saturated Steam
l. Fleksibel Joint
- Operating Pressure : 16 kg/cm²
- Burst Pressure : 60 kg/cm²
- Vacuum Rating : 650 mm/Hg
8. Spesifikasi Pompa Air Bersih
a. Pompa Transfer (dari Tandon bawah ke Tandon Atas)
- Horizontal centrifugal multi-stage pump.
- Multi-stage centrifugal pump with axial suction port and radial discharge port close-coupled
with a three-phase motor.
- Pump and motor are mounted on a common baseplate.
- The pump has a mechanical shaft seal.
- Impellers, intermediate chambers and shaft are made of stainless steel. Suction and
discharge chambers are made of Cast iron.
b. Pompa Booster (dari Tandon Atas ke distribusi lantai)
- Vertical, non-self-priming, multistage, in-line, Booster pump papket inverter for installation in
pipe systems and mounting on a foundation.
- Impellers and intermediate chambers are made of stainless steel
- Pump head and base are made of Cast iron.
- The shaft seal has assembly length according to DIN 24960.
- Power transmission is via cast iron split coupling.
- The motor is a 3-phase AC motor.

C.2. Instalasi Air Buangan (Bekas, Kotoran & Penghawaan)

1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifiksasi teknis mengenai pekerjaan instalasi air bekas, kotoran dan
penghawaan.
2. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang menggunakan
fasilitas UB harus dalam tanggungan penyedia.
3. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan identitas
dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman laporan harian dan
minggu dan setelah itu didokumentasikan.
4. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto ataupun video
dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
5. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua yang
terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada pergantian harus
setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan jelas.
6. Lingkup Pekerjaan
a. Saluran pembuangan dari bak cuci kamar mandi dan dapur ke sumur resapan/kesaluran keliling
bangunan.
b. Saluran pembuangan dari wastafel ke sumur resapan/kesaluran keliling
c. Saluran pembuangan dari sink pantri/dapur harus dilengkapi dengan grease trap portable
sebelum dibuang ke resapan .
d. Saluran pembuangan dari kloset ke septic tank (IPAL) Saluran penghawaan instalasi
pembuangan seperti dalam gambar perencanaan.
7. Uraian Pekerjaan
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana, meliputi pengadaan, pemasangan dan
pengujian secara sempurna dan terpadu, sehingga merupakan sistim saluran air bekas, kotoran
dan penghawaan berfungsi dengan baik.
b. Penyambungan dari bak kontrol (baru) ke ipal baru yang berkapasitas 35 m3/h disertai
penyambungan Pipa riser di shaft (pipa Air bekas ,kotor dan Vant.) ke IPAL.
c. Pengadaan dan pemasangan bio filter (IPAL) Kapasitas 15 m3 beserta instalasi dan
assesorisnya .
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem saluran air bekas, kotoran dan penghawaan
beserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana.
e. Prosedur pekerjaan pemasangan saluran air bekas dan kotor harus seijin/disaksikan Konsultan
Pengawas
8. Material/Bahan Yang Dipakai
a. Pipa PVC Class AW (Standard SNI) dengan diameter sesuai gambar rencana, produksi
pabrikan dengan persetujuan Direksi Lapangan.
b. Fitting-fitting untuk penyambungan terbuat dari bahan dan produksi yang sama.
c. Floor drain bak cuci meja laboratorium dari bahan stainless steel, produksi ex. Toto dengan
persetujuan Direksi Lapangan.

9. Cara Pemasangan
a. Umum
1) Kontraktor Pelaksana harus memasang semua peralatan dan instalasi plambing sesuai
dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini.
2) Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara umum. Semua
detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam bentuk gambar kerja oleh
Kontraktor Pelaksana dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
3) Pemasangan Pipa :
- Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok, kusen jendela, rangka
langit-langit dan lainnya sehingga terdapat ruang atas yang cukup untuk pemeliharaan
pipa, fitting serta peralatan lainnya.
- Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut, Kontraktor Pelaksana
harus segera melaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, untuk mendapat
penyelesaian.
- Ketinggian langit-langit, dimensi balok, dimensi kolom, dimensi shaft dan lain-lain
dicantumkan secara jelas pada gambar arsitektur, finishing dan gambar struktur.
- Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi untuk mengatasi
gerakan-gerakan thermal dan/ atau gerakan-gerakan akibat aliran fluida pada tempat-
tempat tertentu dengan sistem sambungan swing, flexible expansion loop dan lainnya.
- Pemipaan untuk peralatan/mesin harus ditopang secara terpisah sehingga tidak
membebani unit mesin/peralatan tersebut, dan jika diperlukan harus disertai peredam
getaran.
b. Pemasangan dan Penyambungan Pipa Dalam Bangunan
1) Pipa Tegak
- Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang
dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antara penyangga maksimum 3
meter.
- Pipa tegak dalam tembok yang menuju alat plambing harus dipasang baik. Kontraktor
Pelaksana harus membuat jalur pipa dan lubang-lubang yang diperlukan pada tembok
sesuai dengan kebutuhannya. Setelah pipa dipasang dan diuji terhadap kebocoran,
maka alur dan lubang harus ditutup kembali dengan rapi.
- Untuk menghindari kebocoran, disetiap lubang dimana menembus lantai beton atau
dinding harus diberi bahan Waterprofing untuk semua ujung pipa harus diberi “Cap”
yang tidak memungkinkan adanya kebocoran.
- Untuk memudahkan pemeliharaan dikemudian hari, semua fitting TY yang dilengkapi
dengan Clean Out (seperti pada gambar rencana), pada dasarnya harus ditarik ke atas,
sampai permukaan lantai (finishing floor level), diakhiri dengan mempergunakan Clean
Out. Jika terdapat kesulitan dalam pelaksanaannya, karena kondisi lapangan,
Kontraktor Pelaksana bisa mengajukan alternatif lain dengan persetujuan Direksi
Lapangan.

2) Pipa Mendatar
- Untuk yang berada di atas langit-langit dan di bawah lantai, pipa harus dipasang
dengan menggunkan penggantung. Sedangkan yang berada di atas lantai pipa diberi
penyangga yang dilengkapi dengan klem-U.
- Persyaratan penyangga dan penggantung pipa harus sesuai dengan table di atas.
- Jarak antara penggantung pipa terhadap dinding bias disesuaikan dengan keadaan
lapangan.
- Pipa mendatar harus digantung menggunakan gantungan pipa yang dilengkapi dengan
pelindung (sadel) untuk pelindung terhadap tekanan dasar penggantung. Persyaratan
penggantung harus sesuai dengan table di BAB selanjutnya. Pipa mendatar harus
dipasang dengan kemiringan/slope sekitar 1% - 2%.
- Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudut-sudut 45 derajat.
3) Penyambungan Pipa
- Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas harus disambung dengan rubbering joint.
- Pipa PVC kurang dari dia. 2 ½” disambung dengan solvent cement.
- Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudut-sudut 45 derajat.
- Setiap sambungan pipa PVC harus dibersihkan dulu pipa PVC nya, sebelum
dilaksanakan penyambungan.
- Khusus untuk perpipaan air kotor, sambungan pipa ke soil stack dan septic tank diberi
kemiringan ¼ inchi/feet. Sambungan selain ke WC dilengkapi dengan siphon yang
mempunyai ketinggian seal trap antara 2 – 4 inchi .
4) Pipa Dalam Tanah
- Pipa distribusi yang dipasang di bawah tanah, jalan atau pelataran parkir, harus
ditanam dengan kedalaman kurang lebih 80 cm yang diukur dari bagian atas pipa
sampai permukaan tanah atau lantai pada peil yang terendah.
- Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus dipadatkan dan diratakan terlebih dahulu
kemudian diurug dengan pasir padat setebal 10 cm, setelah pipa diletakkan di sekeliling
dan di atas pipa diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm, kemudian diurug dengan
tanah urug sampai padat.
- Apabila dalam galian tidak memenuhi syarat (80 cm) karena sesuatu hal, maka pipa
pada bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton bertulang minimal
setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat beton tidak sampai
bertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai padat.
- Disekitar fitting pipa harus dipasang blok penguat dari beton agar fitting-fitting tersebut
tidak bergerak jika terjadi penekanan oleh beban di atasnya.
- Konstruksi permukaan tanah atau jalan bekas galian harus dikembalikan seperti
semula.
5) Penyangga dan penggantung pipa.
- Gantungan pipa harus dipasang sesuai dengan ketentuan di atas.
- Setiap penyangga lurus dibuat untuk menjamin bahwa panjang pipa disangga dengan
baik dan jarak antara pipa yang lain tidak kurang dari 100 mm. Selama pemasangan
ujung pipa yang terbuka harus ditutup.
6) Lain – lain.
Tata letak yang ditunjukkan pada gambar merupakan perkiraan, tetapi cukup memberi
petunjuk jalur pipa yang dimaksud. Semua pekerjaan perpipaan harus dibuat sedemikian
rupa sehingga bebas dari penyusutan dan pemuaian yang akan mengakibatkan kerusakan
pada pekerjaan/bagian lain. Harus diprbaiki bahwa perpipaan disusun sedemikian rupa
sehingga kelihatan rapi dan lurus.

c. Sambungan Ulir
1) Pipa harus dipotong secara tegak lurus terhadap sumbu pipa dengan menggunakan alat
potong pipa seperti hack saw atau alat lainnya, sehingga tidak menyebabkan perubahan
diameter pipa.
2) Ulir pipa harus mengikuti segala ketentuan pada standard Taper Pipe Treads BS. 21. atau
ANSI B2.I dan dibuat dengan alat khusus pembuat ulir dengan menggunakan pelumas red
load dan linceed oil atau minyak jenis lain yang tidak beracun.
3) Panjang ujung ulir untuk setiap pipa harus mengikuti ketentuan berikut :
Nominal Diameter Panjang Efektif Ujung
(mm) (inch) Berulir
(mm)
15 ½ 15
20 ¾ 17
25 1 19
32 1½ 22
50 2 26
65 2½ 30
80 3 34
100 4 40
125 5 44
150 6 48

4) Sambungan ulir harus menggunakan Teflon Sealing Tape atau yang sejenis.
5) Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran
atau sejenisnya.
d. Sambungan Flens (Flange)
1) Sambungan flens harus menggunakan flens lengkap dengan packing flange dan tebal
minimum 3 mm dan di ikat dengan mur-baut.
2) Pembersihan terhadap welding slag atau kotoran di dalam dan di bagian luar ujung pipa
harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.
3) Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran
atau sejenisnya.
e. Pemasangan Alat Ukur
1) Kontraktor Pelaksana harus memasang alat ukur pada instalasi pipa dengan
menggunakan fitting alat ukur.
2) Pada instalasi pemipaan harus disediakan dan dipasang fitting untuk penempatan alat ukur
yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
3) Semua alat ukur yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan harus dipasang
dengan benar dan simetris.
f. Sambungan Pipa dengan Bahan Yang Berbeda
Diameter ukuran 3” atau lebih besar harus menggunakan sambungan flens, sedangkan
diameter 2 ½” atau lebih kecil menggunakan sambungan ulir.
g. Sambungan dengan peralatan
Sambungan dengan peralatan harus menggunakan sambungan union atau flens. Sambungan
tersebut harus dipasang pada kedua sisi peralatan.

h. Sambungan Lentur dan Sambungan Ekspansi


Pada tempat tertentu harus dilengkapi dengan sambungan lentur atau sambungan ekspansi
dimana dapat terjadi gerakan antara dua bagian pemipaan atau dimana dapat terjadi expansi
atau kontraksi yang melebihi batas toleransi untuk pemipaan.

i. Pipa yang tertanam Dalam Bangunan


Semua pemipaan yang dipasang diantara dua dinding atau ditanam dalam tanah atau daerah-
daerah yang tidak dapat dijangkau harus diuji secara hidraulis lebih dahulu sebelum ditutup.

j. Katup Pelepasan Udara


Katup pelepas udara terjebak harus dipasang pada sistem pipa air sirkulasi.

k. Penyangga dan Penggantung Pipa


1) Semua pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Tidak diperbolehkan menggantungkan
pipa ke pipa lainnya.
2) Penyangga dan penggantung pipa harus terbuat dari besi siku atau besi kanal.
3) Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang dilengkapi
dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antar penyangga maksimum 3 meter.
4) Penggantung dan penyangga pipa harus diikat ke konstruksi bangunan dengan memakai
insert.
5) Penyangga/penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut :
HANGER ROD SPACING
Ukuran pipa
< 1 1½ 2 2½ 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20
nominal (inchi)
Jarak antar
7 9 10 11 12 14 16 17 19 22 23 25 27 28 30
maksimum (ft)
HANGER ROD SCHEDULE

Pipe size Rod Size Pipe Size Rod size


Up to dia. 2” 3/8” dia. 4” thru 5” 5/8” dia.

2 ½ thru 3” ½” dia. 6” thru 12” 7/8” dia.

6) Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam getaran (Vibration
Eliminator).
l. Penembusan Pipa
1) Pipa yang menembus dinding beton atau tembok, harus diberi pipa selubung (sleeve) yang
diameternya lebih besar daripada diameter pipa yang akan menembus dinding.
2) Bahan dari pipa selubung (sleeve) dari jenis High Pressure PVC, atau Polyethlene atau
Polybutane atau Tembaga.
3) Cara pemasangan harus sesuai seperti yang tercantum pada gambar dokumen.
m. Pembersihan
Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk :

1) Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran.
2) Semua bagian peralatan yang terlapisi Chromium atau nikel harus digosok hingga
mengkilat.
3) Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari segala
macam kotoran.
4) Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yang kotor akibat pemasangan pekerjaan
plumbing.
5) Semua bagian luar dari peralatan.
n. Penandaan Pipa
1) Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengecatan terhadap pipa untuk penandaan
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis.
2) Kontraktor Pelaksana harus mengecat dasar dengan bahan dasar syntetis terlebih dahulu
pada masing-masing pipa, sebelum cat akhir.
3) Pewarnaan Pipa
4) Semua pipa harus di cat dengan cat akhir (sesuai dengan spesifikasi arsitektur). Pada
setiap jarak 12 meter dan pada saat keluar dari shaft, harus diberi indikasi penamaan pipa
(simbol pipa) dan penunjuk arah aliran.

SKEDUL PEWARNAAN PIPA

No Fungsi Warna

1 Pipa Air Bersih / RO Biru

2 Pipa Air Kotoran Kuning

3 Pipa Air Panas Merah

4 Pipa Air Bekas Hijau

5 Pipa Penghawaan Putih

6 Gantungan & Support Hitam

7 Panah Pengarah Putih/Hitam


C.3. Testing & Comissioning

1. Pengujian Terhadap Kebocoran


a. Setelah semua instalasi air bersih terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolik
sebesar 10 kg/cm² selama 1 x 24 jam tanpa terjadi perubahan/penurunan tekanan.
b. Instalasi air buangan (air kotor dan air bekas) yang telah terpasang harus diuji
terhadap kebocoran dengan cara mengisi seluruh jaringan pipa dengan air dan di-
dop pada ujungnya. Selama 1x24 jam harus tidak terjadi perubahan/ penurunan
permukaan air.
2. Pengujian Desinfeksi
a. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pembilasan desinfeksi dari seluruh instalasi
air, sebelum diserahkan kepada pemberi tugas.
b. Proses desinfeksi dilakukan dengan cara memasukkan larutan Chlrorida kedalam
sistem pemipaan dengan cara/metode yang disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Dosis Chlrorine tidak kurang 50 ppm ( part per million ) selama 16 jam,
setelah itu seluruh sistem harus dibilas air bersih ( flushing ) sehingga kadar
chlrorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
3. Pengujian Sistem Pompa
Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian terhadap kapasitas aliran dan sistem
operasi pompa. Pengujian laju aliran pompa dapat menggunakan alat ukur berupa flow
meter yang dipasang pada jaringan perpipaan dan alat pencatat waktu (stop watch).

4. Kontraktor Pelaksana harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan
2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Kontraktor Pelaksana menyerahkan
jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui. Seluruh
biaya pengujian ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan laporan pengujian/sertifikat test untuk
peralatan sistem kepada Konsultan Pengawas.
6. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
7. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik
dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor Pelaksana
diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah
ditetapkan dalam peraturan/Spesifikasi Peralatan.
8. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi/Konsultan Pengawas yang
ditunjuk. Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas
persetujuan bersama.
9. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui
pada saat Pemeriksaan/Pengujian harus segera diganti dengan yang baru/
disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
10. Pengetesan harus dilakukan selama minimal 2 x 24 jam.
11. Contoh Format Form Hasil Pengetesan Plumbing (SNI 03-7065-2005):
No. Uraian Lokasi Tekanan Kerja Tekanan Kerja Hasil
Minimal Pengukuran

1. Pompa Utama Lantai 1 1,4 kg/cm2

2. Pompa Lantai 1 1,4 kg/cm2


Cadangan

Kran
3. Lantai 1 0,7 kg/cm2
Kran
4. Lantai 2 0,7 kg/cm2
Kran
5. Lantai 3 0,7 kg/cm2
Kran
6. Lantai 4 0,7 kg/cm2
Kran
7. Lantai 5 0,7 kg/cm2
Pompa
8. Lantai 5 0,7 kg/cm2
Booster

12. Pengujian untuk instalasi air bersih dan kotor juga diharuskan ada pengetesan glontor
dan tekan serta rendam dengan tekanan test pengujian minimal 5 bar. Test harus
dilakukan minimal 2x 24 jam dalam pengerjaannya.

13. Contoh Format Form Hasil Pengetesan glontor dan tekan (SNI 03-7065-2005):
14. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3
(tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan terhadap kebocoran (tekanan hydrostatis)
b. Hasil pengetesan terhadap peralatan (kinerja pompa).
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain-lain.

C.4. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.

2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah
barang diserahkan kepada pemilik.

3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau


berfungsi kurang baik maka Kontraktor Pelaksana. harus segera memperbaiki atau
mengganti peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor
Pelaksana.

C.5. Lain - Lain

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau


disebutkan dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga
system/ Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
tambahan biaya.
2. Kontraktor Pelaksana harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin diperlukan
untuk menjalankan system/Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas
tanggungan sendiri (Kontraktor Pelaksana) kepada Instansi berwenang yang terkait
dengan pekerjaan ini ( DEPNAKER ,Dinas Lingkungan hidup ). Jika diperlukan .

D. INSTALASI PENERANGAN & TENAGA


D.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan dan pengadaan termasuk testing dan
comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-
lainnya seperti yang diterangkan dalam Bab terdahulu, sehingga diperoleh instalasi listrik
yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap untuk digunakan, baik instalasi
tenaga maupun instalasi penerangan pengadaan dan pemasangan yang terdiri dari :

1. Penambahan Daya PLN tersambung dari gedung F sebesar 230 kVA.


2. Panel
a. Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR) (existing) tersambung ke Main
Powerhouse UB.
b. Sub. Distribusi Panel (SDP) (Existing) .
c. Panel Pembagi (PP-Panel Pembagi).
3. Kabel
a. Kabel daya Tegangan 400V ke Panel MDP gedung ..Kabel 400 V memakai kabel
NYFGby 3 X 4x 120 mm2.
b. Pemasangan kabel daya utama dari Main Powerhouse UB ke Panel Utama
Tegangan Rendah ( PUTR ) Gedung.
c. Kabel daya dari Panel Utama Gedung (MDP) ke seluruh Sub Panel Distribusi
(SDP).
d. Kabel daya dari Sub. Distribusi Panel (SDP) ke seluruh Panel Pembagi.
e. Kabel pembagi dari Panel Pembagi Lantai ke masing - masing jaringan instalasi.
f. Pemasangan kabel instalasi penerangan dan tenaga.
g. Pemasangan Grounding beserta asesorisnya dengan tahanan max 2 ohm.
4. Pemasangan Kabel Rak (Kabel Tray).
5. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang dilayaninya atau dari
panel penerangan titik lampu atau dan outlet-outlet penerangan (saklar) dan tenaga (stop
kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
6. Pemasangan titik lampu atau armature lampu (Lighting Fixtures) termasuk yang
dilengkapi emergency baterai dan outlet-outlet penerangan (saklar) serta tenaga (stop
kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
7. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian .
8. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik.
9. Pemasangan instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di
gambar perencanaan.

D.2. Ijin Kerja Instalatir/Sub Kontraktor


Instalatir /Sub Kontraktor yang akan mengerjakan Pekerjaan ini diharuskan :

1. Mempunyai surat ijin kerja Instalatir Listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku dengan Pass.
Instalatir Kelas C. dari Instansi terkait.
2. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk tahun kerja yang
masih berlaku, sesuai dengan KEPPRES nya.
3. Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan Surat Kemampuan Pengalaman Kerja
dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis.

D.3. Gambar–Gambar Instalasi


1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan
sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.
2. Gambar- gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus
dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran bahan-bahan instalasi serta keterangan lain
yang diperlukan.
3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan dengan kondisi
lapangan atas petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas lapangan secara tertulis/lisan.
4. Bila Kontraktor Pelaksana menganggap perlu adanya perubahan ukuran/konstruksi
dalam pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengajukan alternatif atau Shop
drawing yang dikehendaki dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Pemilik
Proyek.
5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan Kontraktor Pelaksana tanpa ijin Direksi/
Konsultan Pengawas adalah resiko Kontraktor Pelaksana.
6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas maka terpaksa harus
dibongkar. Kontraktor Pelaksana dalam hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi.
7. Seluruh pola pemasangan armatur/fixture dan soket & outlet disesuaikan dengan gambar
desain arsitektur atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas
D.4. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah
berpengalaman.
2. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli/perpengalaman oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas.
3. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli,
berpengalaman dan profesional untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab
untuk menjadi supervisi, management proyek.
4. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak berpengalaman &
ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengambil tindakan untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
5. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi sesuai
permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
6. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang
menggunakan fasilitas UB harus dalam tanggungan penyedia.
7. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan
identitas dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman
laporan harian dan minggu dan setelah itu didokumentasikan.
8. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto
ataupun video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
9. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia, kontraktor, sub kontraktor dan semua
yang terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada
pergantian harus setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan
jelas.
10. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil
yang bersangkutan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) sehingga
didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.

D.5. Persyaratan Bahan


1. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan contoh bahan/barang yang disebut dalam
lingkup pekerjaan kepada Direksi/Konsultan Pengawas lapangan untuk mendapat
persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal
brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
2. Kontraktor Pelaksana harus membuat tempat penyimpanan bahan/material serta
peralatan kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
3. Jika bahan/material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum,
Kontraktor Pelaksana harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu
lintas.
4. Konsultan Pengawas/Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau
menolak peralatan yang tidak memenuhi syarat.
5. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka Kontraktor Pelaksana harus segera
mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan
peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor
Pelaksana.
6. Semua material yang terbuat dari besi (Armatur) dan pipa yang dipergunakan untuk
konstruksi, penyangga, penggantung dan lain-lain harus diproses sebagai berikut :
a. Disikat dengan sikat kawat/dibersihkan hingga mengkilat dan bebas dari karat.
b. Dicat dasar/meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali.
c. Dicat akhir dengan cat berkualitas baik 2 kali dengan warna yang akan ditentukan
kemudian/sesuai dengan penggunaan.
d. Kecuali material yang terbuat dari plastik, Stainless stell dan alumunium tidak perlu
dicat, cukup dibersihkan saja.
7. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan
sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor Pelaksana
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini
harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat
manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana antara lain :
- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup


detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan-peralatan lain yang ada kaitannya
dengan unit tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit
berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa
lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau sesuai
dengan ketentuan diatas.

8. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan daftar komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan
dilengkapi dengan gambar detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap
dengan manualnya. Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
9. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam
keadaan baik, ditandatangani bersama oleh Kontraktor Pelaksana dan Konsultan
Pengawas.

• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction,
Technical dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4
(empat) copy telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

D.6. Konstruksi Panel Listrik


1. Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari besi siku atau besi
plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat serta difinish dengan
cat bakar powder coating warna abu-abu.
2. Ketebalan plat baja harus mengikuti ketentuan dibawah ini :
Panel Dinding Pintu

Sub. Distribusi Panel 2.0 mm 3.0 mm

Panel Pembagi & Sub. 1.8 mm 3.0 mm


Panel

3. Karakteristik panel :
a. Tegangan kerja : 220-415 Volt (maksimal 500 volt)
b. Tegangan Uji : 3.000 Volt
c. Tegangan Uji impuls : 20 Kv
d. Frekuensi : 50 Hz.
4. Panel harus dilengkapi dengan master key.
5. Setiap panel harus dilengkapi dengan label, yang memberi nama pada setiap panel,
misalnya SDP (Panel Utama Tegangan Rendah) dan sebagainya.
6. Untuk Panel Distribusi harus dilengkapi dengan peralatan ukur dan meter ukur Type
“Moving Iron Type” dengan ukuran yang proporsional dan peralatan lain misalnya lampu
Indikator dan Minifuse.
7. Pada dinding panel bagian sisi kiri dan kanan, harus disediakan lubang ventilasi dengan
dibagian dalamnya diberi plat / lapisan pelindung, sehingga dapat dicegah kemungkinan
terjadinya tusukan secara langsung terhadap bagian-bagian dalam panel yang
bertegangan.
8. Konstruksi dalam panel-panel serta tata letak komponen harus diatur sedemikian
sehingga, apabila perlu dilaksanakan perbaikan perbaikan, penyambungan kabel ke
terminal CB dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu komponen yang lain.
9. Pengaturan komponen panel, posisi dan ukuran ventilasi harus tidak menyebabkan
temperatur didalam panel 5 derajat lebih tinggi dari urara diluar panel.
10. Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus disediakan terminal penyambung
yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang tepat dalam arti kata pada bagian
panel dimana kabel incoming itu datang dan kabel outgoing itu meninggalkan panel.
11. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada gambar
perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi baja dan
harus diperkuat dengan mur baut atau dinabolt sehingga tidak akan berubah posisi oleh
gangguan mekanis.
12. Panel jenis wall mounting dipasang flush mounting pada dinding tembok dengan lokasi
sesuai Gambar perencanaan. Pemasangan panel pada dinding harus diperkuat dengan
baut tanah (anchor bolt) sehingga tidak tidak akan rusak oleh gangguan mekanis.
13. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada disekitar panel harus
dihubungkan ke sistem pengaman pentanahan gambar skema rangkaian listrik panel
harus dilengkapi dengan gambar-gambar skema rangkai listrik, lengkap dengan
keterangan mengenai bagian - bagian intalasi yang diatur oleh panel tersebut. Gambar
skema rangkai listrik dibuat dengan baik dan dilaminasi plastik. Ditempatkan pada panel
bagian dalam.
14. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi dengan kunci dan
handle pintu. Handle itu dipasang baik untuk tutup bagian dalamnya panel maupun tutup
bagian luar (pintu) panel.
15. Pada bagian diatas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm dibawah ambang
atas panel) harus disediakan tempat untuk pemasangan lampu, indikator, fuse dan alat-
alat ukur. Bagian tersebut merupakan bagan terpisah dari pintu panel dan kedudukannya
menetap (fixed). Ukuran panel tidak mengikat dan dapat disesuaikan dengan ukuran
komponen yang dipilih dan standard pabrik pembuat.
16. Pada bagian dalam pintu panel harus digambarkan diagram sistim instalasi panel
tersebut secara lengkap dan baik serta harus dilaminasi.
17. Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan dengan lapangan.
18. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah dilepas dan dipasang
pada saat penggantian komponen. Setiap kabel harus dipasang tanda warna phasa
(marking colour end cup).
19. Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan arus hubung
singkat berdasarkan level arus hubung singkat yang mungkin terjadi (short circuit
prospective).
20. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar/diagram panel.
Gambar diagram panel harus dibundel rapi dalam sampul plastik atau dilaminating.
21. Persyaratan Pemasangan :
a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat terpasang, aman dan
mudah diperbaiki.
b. Tiap–tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC/NYA dengan ukuran sesuai
dengan gambar perencanaan.
c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door/outdoor type, terbuat dari plat baja.
d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga air hujan tidak dapat masuk.
e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8 mm, konstruksi ini
disesuaikan dengan perlatan/komponen yang terpasang.
f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak yang cukup
dengan bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus diberi tambahan Isolator
untuk menghindari adanya hubung singkat.
g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir dari jenis cat bakar
2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel termasuk rangkanya harus
dibersihkan dari karat, bila perlu digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST
REMOVER).
h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut terminal harus
dilas penuh pada rangka panel. Ukuran mur-baut 3/8”.
i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel menggunakan kawat tembaga
Flexible (NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel.
j. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan wartel mur
sesuai ukuran kabel.

D.7. Bus-Bar/Rel Tembaga


1. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding) dan busbar pengetanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel
pertanahan.
2. Busbar dan terminal penyambung panel harus sesuai untuk sistim 3 phase, 4 kawat dan
mempunyai 5 busbar dimana busbar pentanahan terpisah yang terdiri dari 3 busbar
untuk phase R-S-T, 1 busbar untuk Neutral, dan 1 busbar untuk grounding. Kapasitas
busbar harus mampu mengalirkan arus minimal sebesar 2 kali dari rating pengaman
utama. Setiap busbar harus diselubungi bahan isolatif dengan warna standar untuk
identifiksi phasa.
3. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan perak. Galvanisasi ini, termasuk
pula bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu kabel dan lain-lain.
4. Pemasangan kabel pada busbar dan terminal penyambung harus disusun dan dipegang
oleh isolator dengan baik, sehingga mampu menahan elektron mekanikal force akibat
arus hubungan singkat terbesar yang mungkin terjadi.
5. Penyusunan busbar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam perawatan,
penambahan breaker dan kegiatan lainnya dimasa yang akan datang.
6. Busbar harus memiliki kemurnian tembaga diatas 95%, dan harus tidak menyebabkan
keretakan permukaan jika ditekuk 90°.
7. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan kemampuan arus
minimum 1,5 kali kapasitas/kemampuan pengaman utamanya, kecuali Bus-bar PE yang
ukurannya lebih kecil dan disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan kemampuan rel
dapat dilihat pada gambar.
8. Semua Bus-bar harus ditopang kokoh pada rangka Konstruksi dengan menggunakan
penyangga atau dijepit partinax pada beberapa tempat sehingga Konstruksi Bus-bar
cukup kuat dan tidak lentur/bergetar. Tahanan isolasi terhadap Body/rangka minimum 50
M Ohm.
9. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian/di klem dengan baik ke rangka panel,
cat pada bagian rangka yang menempel Bus-bar pentanahan harus dihilangkan.

D.8. Circuit Breaker


1. Peralatan pengaman ACB/Circuit Breaker (MCCB/MCB) yang dipasang pada Base Plate
atau plat dasar yang terpasang kuat pada rangka panel.
2. Untuk memudahkan pengenalan distribusi beban pada setiap MCCB/MCB dan peralatan
penting yang lain harus diberi nama/nomor saluran yang dapat dibaca dengan jelas/
mudah.
3. Circuit breaker yang digunakan dari type MCCB dan MCB yang dilengkapi dengan
thermal overcurrent release dan electromaghnetic overcurrent release yang rating
ampere trip dapat disetel ( adjustable ) untuk jenis MCCB.
4. Circuit breaker harus mampu mengamankan beban apabila terjadi arus lebih, hubung
singkat, tegangan sangat rendah, tegangan sangat tinggi, hilang salah satu fasa. Circuit
breaker harus dilengkapi dengan kendali motor (motorized) seperti pada gambar
peleksanaan.
5. Setiap circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih dan proteksi arus
hubung singkat.
6. Pada circuit breaker dan terminal penyambung harus diberi indikasi/label/sign plates
mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatat daya listriknya. Label itu harus
harus dibuat dari plat aluminium atau standar DIN 4070.
7. Magnetik Kontaktor harus memiliki kemampuan sesuai dengan daya beban dan tidak
kurang dari yang tercantum pada gambar perencanaan.
8. Magnetik kontaktor harus mampu menahan arus gangguan sebelum peralatan
pengaman gangguan bekerja.
9. Outgoing circuit breaker dari Main Distribution Switch Board harus dilengkapi dengan
proteksi kehilangan arus satu phase.
10. Cirkuit Breaker untuk proteksi motor-motor listrik harus menggunakan Cirkuit Breaker
yang dirancang khusus untuk pengamanan.
11. Breaking Capacity dan rating Cicuit Breaker yang digunakan harus sebesar yang
tercantum dalam gambar Perencanaan.
12. Semua Circuit Breker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini meliputi Breaking
Capacity-nya, Voltage Rating dan Ampera Trip-nya sesuai dengan dinyatakan dalam
gambar perencanaan.
13. Pemasangan MCB harus menggunakan omega rail sedangkan MCCB dan komponen-
komponen lain seperti relay contractor, time switch lain harus menggunakan dudukan
plat.
14. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak akan
lepas oleh gangguan mekanis dan thermis.
15. Jika dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare tersebut harus terpasang secara
lengkap. Semua CB harus diberi label/sign plate yang terbuat dari bahan yang sudah
disetujui oleh Pengawas/Direksi.

D.9. Alat Ukur/Indikator


1. Panel SDP dilengkapi dengan alat – alat ukur seperti :
a. Volt meter
b. Ampere meter pada masing – masing phase
c. Frekuensi Meter
d. KW meter
e. Cos Phi Meter
f. RPR Meter
g. Selector switch
h. Trafo arus
i. Indicator lamp. & Fuse
2. Tidak semua panel dilengkapi peralatan diatas melainkan harus disesuaikan dengan
gambar perencanaan. Voltmeter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai
mode 7 posisi.
a. 3 Kali phase terhadap netral
b. 3 Kali phase terhadap phase
c. Posisi Off
3. Alat ukur/metering yang digunakan adalah jenis ‘semi flush mounting’ didalam kotak
tahan getaran ukuran 96x96mm dengan ketelitian skala 1% dan bebas dari pengaruh
induksi serta memiliki sertifikat tera dari LMK/PLN (minimum satu buah untuk setiap jenis
alat ukur).
4. Ukuran peralatan ukur adalah 9 cm, surface mounted dilengkapi dengan pengaman arus
lebih dan arus hubung singkat.
5. Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukur sesuai dengan ranting
incoming CB-nya.
6. Lampu indikator yang digunakan adalah :
a. Warna merah untuk phase R
b. Warna Kuning untuk phase S
c. Warna hijau untuk phase T
d. Lampu–lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan fuse jenis diazed.

D.10. Sistem Pentanahan


1. Penghantar Pengaman yang biasa digunakan adalah : kawat tembaga telanjang atau BC
(Bare Conductor).
2. Pembumian biasanya dilakukan pada :
- Titik netral sistem listrik pada generator atau transformator.
- Bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan isolasi listrik.
3. Sistem pentanahan panel listrik yang digunakan pada Instalasi ini adalah sistem PNP
(Pentanahan Netral Pengaman), sesuai aturan yang digunakan pada PUIL 2020.
4. Elektroda pentanahan menggunakan “Elektroda Pipa” dengan ground rod 5/8” dan kawat
BC yang ditanam sedalam minimal 6 (enam) meter hingga dicapai tahanan pentanahan
minimal 1 Ohm. Apabila tidak tercapai keadaan 1 Ohm, maka harus diusahakan dengan
memparalelkan beberapa ground rod hingga tercapai keadaan yang diinginkan.
5. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel harus dipisahkan
penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan yang lain.
6. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus dilindungi dengan
pipa PVC High Impact (HI) 20 mm.
7. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada terminal yang
disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut dan sepatu kabel yang sesuai.
8. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat pada gambar
masing-masing panel.
9. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan system pentanahan penangkal petir
dan peralatan lain (peralatan kontrol, MCFA, dll) minimal sejauh 10 meter.
10. Penyambungan dipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut yang telah di las ke
badan panel.
D.11. Kabel Instalasi
1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk :
a. Kabel daya
1) Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara
panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu
dibutuhkannya.
2) Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cap marking colour, untuk
mengidentifikasi warna phasa. Warna tanda harus tidak boleh berubah atau
pudar karena temperatur kabel.
3) Setiap tarikan kabel/sirkit harus tidak diperbolehkan adanya sambungan
kecuali untuk kabel instalasi penerangan.
4) Kabel Tegangan Rendah
a) Untuk kabel jenis NYFGBY, metal armournya harus digunakan sebagai
grounding body.
b) Kabel Tegangan Rendah (500 Volt) digunakan pada instalasi penerangan.
c) Kabel tahan api digunakan khusus untuk melayani beban - beban seperti :
Lift, Pemadam Kebakaran, Motor Pressurize Fan.
b. Instalasi penerangan
Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel menghubungkan
antara panel–panel penerangan dengan fixture penerangan. Dalam instalasi
penerangan ini harus termasuk juga peralatan–peralatan bantu instalasi seperti
conduit, sparing, doos penyambung, doos pemasangan dan lain–lain yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi penerangan.

c. Instalasi tenaga
1) Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang menghubungkan
panel–panel daya dengan beban–beban stop kontak, peralatan tata udara
(exhaust fan, air conditioning) pompa–pompa listrik (pompa air bersih, pompa
kebakaran, pompa hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift, dan lain–
lainnya sesuai dengan gambar perencanaan. Dalam instalasi daya ini harus
sudah termasuk outlet daya, condut, sparing, doos penyambung, doos
pemasang, dan peralatan–peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan instalasi daya.
2) Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) :
a) Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari pabrik kabel dan
persyaratan umum yang berlaku.
b) Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll untuk
memudahkan pekerjaan dan kabel tidak rusak karena tekukan dan
puntiran.
c) Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus menunjukkan kepada
konsultan Pengawas alat roll tersebut serta alat – alat lainnya.
2. Kabel–kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard yang berlaku yang
diakui di negara Republik Indonesia. Ukuran kabel untuk instalasi listrik yang digunakan
minimal harus sesuai dengan gambar Perencanaan dan sudah direkomendasi oleh LMK
a. Inti Tembaga
b. Ukuran minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel control
c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat
keterangan dari distributor/pabrik.
d. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan cable mark yang jelas
dan tidak mudah hilang untuk mengidentifikasi arah beban.
e. Ketentuan pemberian tanda harus mengacu pada SNI 04-0225-2000 BAB 7.2.
f. Penyambungan :
1) Penyambungan kabel ke terminal panel/peralatan di semua bangunan adalah
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
2) Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat/erat sesuai dengan
model terminal peralatan yang terpasang.
3) Penyambungan kabel kotak kontak atau kabel penerangan harus dilakukan
didalam kotak sambung. Kotak sambung harus terbuat dari bahan yang sama
dengan conduit dipasang tutup dengan skrup. Tutup kotak dengan cara clip
tidak diijinkan. Setiap sambungan harus memakai alat penyambung berupa las
dop.
4) Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah ditengah
perjalanan kecuali apabila panjang kabel/saluran melebihi standard panjang
yang telah ditentukan oleh pabrik, kecuali memang ada pekerjaan
penyambungan kabel.
5) Apabila terpaksa dilakukan pernyambungan karena saluran lebih panjang dari
standar panjang pabrik maka sistem/cara penyambungan harus dibicarakan
dengan pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
6) Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan sambungan
puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan isolasi.
g. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang jalur
penanaman kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan ‘TR/TM’.
h. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa
galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel.
3. Pemipaan ( Konduit )
a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum
digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus
digunakan untuk instalasi penerangan saja.
b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. Clipsal serta Legrand yang sudah
direkomendasi oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat menunjukkan bukti
rekomendasi tersebut.
c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1 (satu)
konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2020) berlaku faktor
pengisian maksimum = 50 %.
Luas penampang luar kabel

Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100%

Luas penampang dalam konduit

d. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi
klem.
e. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada
tembok harus menggunakan fischer dan sekrup, pemasangan dengan
menggunakan paku tidak dibenarkan. Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau
lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
f. Pemasangan sepatu kabel untuk kabel berukuran 70 mm2 atau lebih harus
menggunakan hydraulic press kemudian di solder dengan timah pateri.
g. Sepatu kabel yang dipergunakan harus sesuai dengan besarnya kabel dan harus
yang berkualitas baik, standart .
4. Tahanan Isolasi
a. Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai BAB 213 sub BAB 213.B.2 PUIL
2020 adalah minimum 1000 Ohm ( Ω) per satu volt tegangan nominal.
b. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor
yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel. Kecuali untuk
instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat.
1. Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi
pemasangannya seperti table dibawah ini/sesuai dengan gambar Perencanaan :

Pemakaian Jenis Kabel

Instalasi penerangan didalam bangunan NYM

Instalasi penerangan diluar bangunan NYM, NYY, NYFGbY

Instalasi kabel tenaga didalam bangunan NYM, NYY

Instalasi kabel daya didalam bangunan NYY

Instalasi kabel daya diluar bangunan NYFGbY


2. Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna, lambang atau huruf seperti
yang terdapat dalam tabel Tabel : 701 - 1, PUIL 2020.
Pengenal

Pengganti Inti Dengan Dengan Dengan warna


huruf lambang
Atau Rel

1 2 3 4

Instalasi arus bolak-balik :

Fase Satu L 1/R Merah

Fase Dua L 2/S Kuning

Fase Tiga L 3/T Hitam

Netral N Biru

Instalasi perlengkapan listrik :

Fase satu U/X Merah

Fase dua V/Y Kuning

Fase tiga W/Z Hitam

Instalasi arus searah :

Positif L+ + Tidak ditetapkan

Negatif L- - Tidak ditetapkan

Kawat tengah M Biru

D. Penghantar Pembumian HB Loreng hijau -


kuning

Tabel Pengenal inti kabel atau rel

Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan kuning / hijau
(untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada maka pada ujung-ujung kabel harus diberi
isolasi dengan warna yang bersesuaian seperti butir di atas.
3. Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana penanaman kabel tidak
dapat dilaksanakan dengan kedalaman  1,20 meter, maka pelaksanaannya sebagai
berikut :
a. Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang dilewati
kendaraan .
b. Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang tidak
dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi pelindung pipa galvanized dengan
penampang minimum 2,5 kali penampang kabel.
c. Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan menengah/tinggi dan kabel
telekomunikasi maka kabel tanah harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan
jarak minimum 50 cm.
d. Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus diambil salah satu
tindakan pengamanan, kecuali jika salah satu kabel tanah yang bersilangan itu
terletak di dalam saluran pasangan batu, beton atau semacam itu yang mempunyai
tebal dinding sekurang-kurangnya 6 cm.
- Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus dipasang tutup pelindung dari
lempengan beton (concrete tile) atau pipa beton atau sekurang-kurangnya dari
bahan tahan lama atau yang sederajat.
- Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung beton, pipa beton belah
atau dari bahan lain yang cukup kuat tanah lama dan tahan api. Pipa belah ini
harus dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0,5 meter dari kabel yang
terletak di bawah diukur kabel sisi luar.
e. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah harus
dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan
bangunan yang tidak dapat terbakar.
- Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak
lebih kecil dari 0,3 meter maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah
telekomunikasi dipasang alat/pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat
terbakar. Perlindungan ini harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari
kedua sisi persilangan.
- Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah tersebut maupun pada
kabel tanah telekomunikasi harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari
kedua ujung tempat persilangan dan pendekatan itu.
- Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap telah
terlindung.
f. Kontraktor Pelaksana wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula
dengan seluruh biaya menjadi kewajiban Kontraktor Pelaksana.
4. Rak Kabel
a. Rak kabel digunakan untuk menunjang kabel-kabel utama (feeder cable), atau kabel
lainnya yang berada dalam jumlah yang cukup banyak.
b. Rak kabel umumnya buatan pabrik yang telah digalvanized dan dalam
pemasangannya harus dibumikan.
c. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang akan dilayaninya.
Seluruh kabel yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan pengikat kabel (cable
ties).
d. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak saling menyilang.
5. Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus ditanahkan secara
sempurna, pada sambungan rak kabel dimana sambungan tersebut tidak menggunakan
las maka kedua bagian rak harus ‘jumper’ dengan konduktor tembaga minimal
berpenampang 2,5mm2.
6. Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus dikerjakan dengan extra
hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel existing karena terkena peralatan gali (pacul,
ganco, dsb), Kontraktor Pelaksana harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya
tambahan biaya, termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan
hingga sembuh benar.
7. Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang (PLN) merupakan
Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor Pelaksana.
8. Motor
a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang distart secara langsung
atau Direct On Line (DOL) starters.
b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star delta (Y-) starters.

D.12. Armatur Lampu


1. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan
dalam gambar-gambar detail Elektrikal.
a. Semua rumah lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general harus
produksi di pabrik yang berada di dalam negeri serta mempunyai jaringan distribusi
penjualan atau kantor cabang resmi yang berada disetiap wilayah kota di Indonesia.
b. Pabrikan rumah lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya barang dalam
jangka waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada beberapa produk
membutuhkan sparepart pengganti maka barang tersebut masih tersedia dan
terjamin kontinuitasnya.
c. Pabrikan rumah lampu yang digunakan adalah pabrikan yang dapat memberikan
garansi atas produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun sejak barang terpasang di
proyek.
d. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
e. Semua lampu flourescent dan lampu discharge lainnya harus dikompensasi dengan
kapasitor yang cukup untuk mencapai faktor daya 90% - 95%. Serta type yang
hemat energi (LED ) .
f. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang cukup kuat terhadap
kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.
g. Reflektor harus mempunyai lapisan pemantul kualitas baik.
h. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup besar
dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu
kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu. Ventilasi dalam box harus
cukup.
i. Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri sehingga
tidak menempel pada kapasitor.
2. Jenis dan type yang diperkenankan adalah sebagai berikut :
a. Armatur Lampu merupakan memilki tingkat kandungan material dalam negeri
(setidaknya minimal 40% kandungannya dalam negeri) .
b. Armatur Lampu produksi pabrikan .
c. Ballast produksi pabrikan .
Ballast harus leak proof, mempunyai temperatur kerja rendah, noiseless, rumahan
dari bahan polyester. Ballast harus dilengkapi dengan connection terminal.

d. Starter produksi Pabrikan .


Starter switch, terminal dan tube fitting, dengan sistem rotary lock. Stater untuk
lampu fluorescent mempunyai reability tinggi, terbuat dari high quality white
polycarbonate. Rating stater disesuaikan dengan rating lampu TL.

e. Kapasitor produksi pabrikan Yang digunakan harus Kapasitor yang dapat


menghasilkan p.f. 0.95 (kapasitas + 3.25 s/d 4.5 micro farad).
f. Fitting/Lamp Holder dan starter holder ( sockets ) produksi pabrikan Material dari
white plastic polycarbonate dengan proteksi Uncorosive dan Touchproof. Lamp
holder dan starter holder anti vibrator contact.
3. Pemasangan Out-Bouw/Surface/Permukaan menempel plafond.
a. Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan minimal 0,6 mm atau
ketebalan total setelah finis sekitar ± 0,7 mm, pembuatan harus dengan mesin
peralatan lampu Built-in dan dengan proses melalui system Pre Treatment dengan
penyempurnaan finishing cat powder coating.
b. Konstruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian rupa agar dapat
dibuka/dilepas untuk perbaikan/penggantian komponen yang berada di dalamnya.
Armature dan reflektor harus dilengkapi dengan sekrup, agar dapat dilepas pada
waktu memerlukan perbaikan. Seluruh armature harus lengkap dengan rangka
dudukan/gantungan.
4. Persyaratan pemasangan titik lampu dan Peralatannya :
a. Seluruh instalasi pekerjaan lampu dan peralatan pada dasarnya dilaksanakan
dengan menggunakan kabel jenis NYM, dengan luas penampang penghantar
sekurang-kurangnya 2.5 mm2 dan pipa conduit PVC HI dengan diameter sekurang-
kurangnya 20 mm².
b. Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya dengan
disiplin lainnya, sehingga kemungkinan timbulnya persilangan lintasan antar
instalasi yang berlebihan dapat dihindarkan.
c. Pemasangan instalasi lampu dan peralatan tidak dibenarkan membebani kerangka
ceilling yang ada, melainkan harus dipasang pada cable trays yang tersedia atau
dilekatkan langsung pada bagian bawah dari plat dan, dengan menggunakan klem
dan concrete fastener yang sesuai. Sekali-kali penggunaan paku sangat dilarang
dalam pengerjaan ini.
d. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak diperkenankan melebihi
100 cm.
e. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus dilaksanakan dalam
junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang terbuat dari bahan yang sejenis dengan
pipa conduit yang dipakai, dengan menggunakan sambungan puntir dengan
lasdop, yang ukuran-ukuranya sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang ada.
Penggunaan insulation tape sama sekali tidak diperbolehkan.
f. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan instalasi yang ada,
harus dilindungi dengan menggunakan flexibel conduit yang terbuat dari bahan (dan
memiliki ukuran) yang sama dengan pipa conduit yang dipakai.
g. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi yang lain, pipa
conduit yang terpasang harus diberi tanda (label) berwarna pada setiap jarak 2
meter. (dapat dengan menggunakan insulation tape). Warna tanda/label yang
dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas.
h. Untuk pemasangan armature lampu jenis (surface mounted), tidak dibenarkan
dipasang pada plafond secara langsung, harus dipasang pada rangka plafond yang
diperkuat dengan konstruksi tambahan (bisa terbuat dari kayu yang di cat meni 2
kali yang sesuai atau dengan menggunakan hanger/penggantung.
i. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh Kontraktor
Bangunan yang beban biayanya menjadi tanggung jawab dari Kontraktor Listrik.

D.13. Spesifikasi Teknis Lampu


1. Spesifikasi peralatan yang dipilih harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Untuk
Lampu harus sesuai SNI dan harus produksi di pabrik yang berada di dalam negeri serta
mempunyai jaringan distribusi penjualan atau kantor cabang resmi yang berada disetiap
wilayah kota di Indonesia.
2. Pabrikan lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya barang dalam jangka waktu
minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada beberapa produk membutuhkan
sparepart pengganti maka barang tersebut masih tersedia dan terjamin kontinuitasnya.
3. Pabrikan lampu yang digunakan adalah pabrikan yang dapat memberikan garansi atas
produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun sejak barang terpasang di proyek.
a. Spesifikasi teknis lampu dan armature setidaknya mempunyai tingkat kandungan
dalam negeri minimal 40%.
Lampu ANAK TANGGA DARURAT 3 watt

350 Lumen

220 V

Lampu Downlight LED 12 w 12 watt – Rumahan = 125


mm/5’

6500 K 950Lm Cool


DaylighT

220 V

Lampu Downlight LED 9 w 9 watt – Rumahan = 125


mm/5’

6500 K 650Lm Cool Dayligh

220 V

Lampu RMI LED 2 X 18 watt

1600 Lumen

220 V

Lampu GMS 18 watt

800 Lumen

220 V

Lampu SOROT LED 40 watt

4300 K 430Lm Cool White

220 V
Lampu TAMAN TIANG 12 watt

4300 K 1360Lm Cool White

220 V

4. Pemipaan (Konduit)
a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum
digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus
digunakan untuk instalasi penerangan saja.
b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. Clipsal serta Legrand yang sudah
direkomendasi oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat menunjukkan bukti
rekomendasi tersebut.
c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1 (satu)
konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2020) berlaku faktor
pengisian maksimum = 50 %.
Luas penampang luar kabel

Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100%

Luas penampang dalam konduit

d. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi
klem.
e. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada
tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan
paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau lebih harus
dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.

D.14. Emergency Battery


1. Komponen lampu Emergency yang dilengkapi Battery charger harus dipasang pada
rumah lampu jenis TL dan PLC yang diletakan pada daerah yang membutukan
penerangan atau area evakuasi bila terjadi lampu mati atau kebakaran dan berfungsi
sebagai penerangan darurat serta berfungsi sebagai penunjuk jalan pada saat terjadi
pemadaman listrik.
2. Lampu Emergency harus berfungsi menyala minimal 2 jam saat terjadi pemadaman
listrik.
3. Tegangan input pada komponen Emergency adalah 220 V, n 10 % 50 Hz, phase,
dilengkapi dengan indicator LED dan peralatan push to Check battery.
D.15. Soket & Outlet
1. Saklar dan kotak-kotak.
a. Socket Outlet
Outlet daya dan plug yang digunakan Produksi Pabrikan ex. Schneider serta
Panasonic dan harus memenuhi standard SII dan PLN atau standart lain yang
berlaku dan diakui di Indonesia.

b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal sebagai berikut :
Rated Voltage : 250 volt

Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A

c. Switches / Saklar
Saklar yang digunakan Produksi pabrikan dan sesuai dengan standard PLN atau
SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia. Saklar harus
mempunyai spesifikasi :

Rated Voltage : 250 volt

Rated Current : minimal 10 / 16 A

2. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak :


a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan terpendam (In-Bow)
rata dengan permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi
tersendiri/khusus.
b. Kotak kontak yang dipergunakan adalah jenis in-bow/rata dengan permukaan
plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri/khusus dengan
menggunakan In-Bow doos yang terbuat dari bahan yang sama dengan kotak
kontaknya. Pemasangan kotak kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
c. Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai/sesuai permintaan user
(disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bow) rata dengan
permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai
petunjuk dari Pengawas.
d. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk Televisi Posisi Atas dipasang setinggi 210 cm
dari lantai/sesuai permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan
terpendam (In-Bow) rata degnan permukaan plester dinding atau didalam partisi
dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari Pengawas.
e. Kotak kontak 3 phase dipasang setinggi 40 cm dari lantai atai disesuaikan dengan
kondisi ruang dan perlatan terpasang dengan pasangan menempel dinding (out-
bouw) dan harus terpasang kuat, tidak boleh goyang/miring sesuai petunjuk
pengawas.
f. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3 P+N+ PE)
tegangan 250 V.
g. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada dinding harus
menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan pada kayu/meja harus
menggunakan sekrup. Penggunaan paku pada pekerjaan ini sangat dilarang.
h. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus memakai type tertutup
(Water Proof Type).
i. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P+ N + PE) tegangan
250 V.

D.16. Testing & Comissioning


1. Macam pemeriksaan dan pengujian :
a. Pemeriksaan Visual.
- Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah.
- Jalur kabel diatas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak kabel diatas
instalasi pipa atau duct VAC untuk menghindari adanya tetesan air.
- Kelengkapan komponen panel.
- Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki
oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah atau biaya tambah.
b. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis.
- Sambungan dan terminasi kabel pada panel atau beban harus rapi dan
tersambung dengan kuat. Kabel serabut atau berurat banyak (multicore) harus
dilengkapi dengan sepatu kabel (cable shoe).
- Kabel didalam panel ditata dengan rapi dan disediakan cadangan panjang kabel
(spare) untuk mengantisipasi bila terjadi kesalahan terminasi, kabel masih cukup
panjang untuk disambung pada terminal yang lain.
- Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan
baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan
Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang.
c. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan.
- Sistem listrik yang sudah dipasang harus diuji dengan seksama sebelum siap
untuk dipergunakan. Pesawat uji yang dipakai untuk pengujian sebelum
digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Pengujian dilakukan bersama
dengan pihak yang berwenang (Pemberi Tugas atau Direksi Pengawas). Hasil
pengujian direkam pada format daftar simak dan didokumentasikan.
- Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan menggunakan alat
MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan Menengah dan MEGGER 1.000
volt untuk kabel Tegangan Rendah. Pengujian dengan Meger Test harus tetap
dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum seperti pada tabel dibawah.
Tegangan Nominal Tegangan Uji Arus Resistans
Searah Isolasi
V
V MOhm

Tegangan ekstra rendah 250  0,25

(SELV,PELV dan FELV) yang memenuhi


persyaratan 3.3.1 dan 3.3.2

Sampai dengan 500 V, dengan 500  0,25


pengecualian hal tersebut diatas

Diatas 500 V 1.000  1,00

Table 3.20-1 PUIL 2020 : Nilai Resistans Isolasi Minimum

- Pengetesan juga dilakukan pada Grounding Existing untuk mengetahui apakah


tahanan pentanahan grounding tersebut masih baik/memenuhi syarat atau tidak.
d. Pengukuran tegangan listrik dengan multitester yaitu :
- Tegangan phase ke phase (V L-L)
- Tegangan phase ke neutral (V L-N)
- Tegangan phase ke tanah (V L-G)
e. Pengukuran arus beban dengan tang ampere untuk phase R, S, T.
f. Pengujian Dalam Keadaan Berbeban 3 x 24 jam.
- Tes penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru dipasang difungsikan untuk
mengecek nyala lampu. Pada pengetesan nyala ini sekaligus akan diperiksa
mutu instalasi yaitu mengecek berfungsinya komponen-komponen, susut
tegangan yang terjadi (maksimal 5%), kemungkinan hubung singkat pada tiang
atau panel dll.
- Pengujian nyala lampu dan battery Ni-cad pada lampu emergency
- Bila dalam Pengujian berbeban ternyatan tidak disediakan Sumber Daya
Listrik,maka Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Sumber Daya Listrik
sendiri berupa Genset 3 phase dengan Kapasitas yang memadai.
2. Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan, maka
jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang apakah telah sesuai
dengan gambar.
3. Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan balancing beban
terhadap masing – masing fase.
4. Fungsi komponen-komponen panel antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekwensi meter
d. Lampu indikator
e. Saklar pilih (selector switch)
f. Circuit breaker, contactor, relay, dll.
5. Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
6. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap
3 (tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas dan Pemilik.
8. Test meliputi :
• Test Beban Kosong (No Load Test)
Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan di test satu per satu seperti misal
pengujian Instalasi 0,6/1 KV (Kabel Tegangan Rendah):

o Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt


Dengan nilai maksimal tidak terbatas dan minimal 1kilo ohm kali tegangan
pengujian (PUIL 2020)

o Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt


Dengan nilai maksimal tidak terbatas dan minimal 1kilo ohm kali tegangan
pengujian (PUIL 2020)

o Pengukuran tahanan pentanahan


Tahanan tanah harus kurang dari 2 Ohm (PUIL 2020).

Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan / hasil pengujian
pemeriksaan. Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya harus

dilaksanakan secara keseluruhan (Full Load Test).

• Test Beban Penuh (Full Load Test)


Test beban penuh ini harus dilaksanakan Kontraktor Pelaksana sebelum penyerahan
pertama pekerjaan. Test ini meliputi :

o Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya. Dengan nilai sesuai dari katalog
lampu tersebut misalnya untuk lampu gantung maksimal bisa bdiberi arus 1,2 kali
lipat dari arus nominal dan tegangan rendahnya adalah 200 volt.
o Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub
pekerjaan pompa pompa. Dengan nilai sesuai dengan kapasitas motor listrik yang
bekerja disesuaikan dengan katalog dan atau buku manual.
o Test peralatan (beban) lainnya. Dengan nilai sesuai dengan kapasitas motor listrik
yang bekerja disesuaikan dengan katalog dan atau buku manual.
Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan semua
biaya dan tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban Kontraktor Pelaksana,
dengan schedule/pengaturan waktu oleh Konsultan Pengawas. Hasil test harus
mendapat pengesahan dari Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Selesai test
3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test jam untuk lampiran penyerahan pertama
pekerjaan.

9. Contoh Form Pengujian Instalasi Penerangan dan Tenaga.


a. Contoh Form Pengetesan Tahanan Isolasi :

No. Uraian Tegangan Tegangan Tahanan Tahanan Hasil


Kerja Insulation Isolasi Minimal Pengukuran
Tester

1. Kabel MDP 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

2. Panel MDP 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

3. Kabel SDP1 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

4. Panel SDP1 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

5. Kabel SDP2 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

6. Panel SDP3 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

7. Kabel SDP3 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

8. Panel SDP3 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

9. Kabel SDP4 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

10. Panel SDP4 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

11. Kabel SDP5 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

12. Panel SDP5 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

17 Kabel PP 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ


Elektronik

Panel PP
18 Elektronik 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

Kabel PP Fire
System
19 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ
Panel PP Fire
System
20 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ
Kabel PP
Pump

21 Panel PP 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ


Pump
22 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ
Kabel PP Lift
23 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ
Panel PP Lift
24 400 Volt AC 500 Volt DC 0,4 MΩ

b. Contoh Form Pengetesan Tahanan Pembumian :

No. Uraian Elektroda Tahanan Pengukuran Tahanan Hasil


Maksimal Pengukuran

1. Grounding MDP 1 1,9 Ω

2. Grounding PP- Elektronik 1 1,9 Ω

c. Contoh Form Pengetesan Pembebanan Listrik :

No. Uraian Tegangan Tegangan Tegangan Kerja


Kerja Minimal Kerja Hasil Pengukuran
Maksimal

1. Kabel MDP 380 Volt AC 420 Volt AC

2. Panel MDP 380 Volt AC 420 Volt AC

3. Kabel SDP1 380 Volt AC 420 Volt AC

4. Panel SDP1 380 Volt AC 420 Volt AC

5. Kabel SDP2 380 Volt AC 420 Volt AC

6. Panel SDP3 380 Volt AC 420 Volt AC

7. Kabel SDP3 380 Volt AC 420 Volt AC

8. Panel SDP3 380 Volt AC 420 Volt AC

9. Kabel SDP4 380 Volt AC 420 Volt AC

10. Panel SDP4 380 Volt AC 420 Volt AC


11. Kabel SDP5 380 Volt AC 420 Volt AC

12. Panel SDP5 380 Volt AC 420 Volt AC

17 Kabel PP 380 Volt AC 420 Volt AC


Elektronik

Panel PP
18 Elektronik 380 Volt AC 420 Volt AC

Kabel PP Fire
System
19 380 Volt AC 420 Volt AC
Panel PP Fire
System
20 380 Volt AC 420 Volt AC
Kabel PP
Pump

21 Panel PP 380 Volt AC 420 Volt AC


Pump
22 380 Volt AC 420 Volt AC
Kabel PP Lift
23 380 Volt AC 420 Volt AC
Panel PP Lift
24 380 Volt AC 420 Volt AC

D.18. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah
barang diserahkan kepada pemilik.
3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti
peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor Pelaksana
.

D.19. Lain - Lain

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau


disebutkan dalam spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga
system/ Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
tambahan biaya.
2. Kontraktor Pelaksana harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin diperlukan
untuk menjalankan system/Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas
tanggungan sendiri (pemborong) kepada Instansi berwenang yang terkait dengan
pekerjaan ini (SLO untuk inst.dalam gedung dan penyambungan daya, PLN,
DEPNAKER, Dinas ).

E. PROTEKSI PETIR

E.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan dari
system penangkal petir yang lengkap sesuai spesifikasi ini, serta pengurusan izin dari badan
yang berwenang jawatan keselamatan kerja.

E.2. Referensi Sertifikasi


Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standart dan peraturan yang berlaku dari Jawatan
Keselamatan Kerja atau standart yang dikeluarkan dari pabrik. Untuk dilakukan pengerjaan
instalasi penangkal petir maka dibutuhkan sertifiaksi dari Depnaker berupa Perijinan
Penangkal Petir Dan Sertifikasi Disnaker Penangkal Petir. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja
RI No. PER.02/MEN/1989 tentang PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR)

E.3. Contoh, Bahan dan Material


Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh dari bahan – bahan yang akan
dipergunakan/ dipasang, yaitu minimal pengahantar dan elektroda pentanahan yang
dimintakan dalam persyaratan.

1. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja
(SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor
Pelaksana diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar
ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat
manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana antara lain :

- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup detail
sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada kaitannya
dengan unit tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit
berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa
lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau sesuai
dengan ketentuan diatas.
2. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan
daftar komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan
gambar detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya.
Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas
masing-masing 1 (satu) set.

3. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :

• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan
baik, ditandatangani bersama oleh Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Pengawas.

• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction,
Technical dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4
(empat) copy telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

E.4. Pemeriksaan
1. Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas untuk memastikan
dipenuhinya spesifikasi ini.
2. Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas terlebih dahulu
sebelum tertutup atau tersembunyi.
3. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat – syarat spesifikasi dan gambar – gambar
harus segera diganti, tanpa membedakan tambahan pada pemilik proyek.

E.5. Surat Ijin


1. Kontraktor Pelaksana harus mempunyai ijin dari pasang PLN golongan C untuk
pemasangan petir ini.
2. Kontraktor Pelaksana harus sudah berpengalaman didalam pemasangan penangkal petir
ini, dibuktikan dengan memberikan daftar proyek – proyek yang sudah pernah dikerjakan

E.6. Bahan dan Material


1. Material yang digunakan dalam sistem Proteksi petir dalam keadaan baik dan sesuai
dengan yang dimasudkan serta disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas sebelum dilakukan pasangan. Material atau alat – alat yang tidak sesuai
dengan spesifikasi ini akan ditolak. Sistim penangkal petir yang dipakai adalah Sistem
non radio aktif.
3. Komponen-komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Runcingan Tembaga (Spitzen)
Runcingan tembaga khusus untuk sistim konvensional adalah sistim Sangkar
Faradai. Ujung Tongkat penerima petir setinggi 2 meter dari puncak bangunan .
Dengan system efisiensi proteksi dengan Metode Bola Bergulir 20 meter .
b. Penghantar
- Terdiri dari dua macam yaitu penghantar horizontal yang listrik antara kepala
penangkal dan menghubungkan secara listrik antara kepala penangkal dan
electroda pentanahan.
- Penangkal ini harus menjamin dapat mentrafer dengan aman energi kilat dari
“Head Electroda (splitzen)/Runcingan Tembaga” ke tanah. Untuk sistim
konvensional dipergunakan penghantar jenis kabel down conductor NYA 1 x 70
mm2 yang dilindungi dengan pipa PVC .
c. Sistem Pentanahan
Terdiri dari :
- Teminal pentanahan, terletak didalam bak kontrol ukuran seperti tercantum pada
gambar detail. Bak kontrol diperlukan untuk pengujian pentanahan tanah secara
berkala.
- Electroda pentanahan, terbuat dari Copper Rod digalvanisir dengan diameter
tidak kurang dari 1” dan pnjang 6 m dan harus dimasukkan kedalam tanah
secara vertikal (sesuai dengan gambar). Tahanan pentanahan maksimum 2 ohm.
Bila harga tahanan pentanahan tersebut tidak dapat dicapai dengan satu ground
rod maka harus diparalel sampai dicapai harga tahanan pentanahan 2 ohm.
- Saluran Down Conductor untuk seluruh sistem pentanahan ini tidak
diperbolehkan ada sambungan pada tempat yang tidak semestinya.
- Sekeliling Ground rod dibuatkan bak kontrol seperti dalam gambar,
sambungan antara Down Conductor dan BC 70 mm² dari Ground rod
dilaksanakan di sini dengan nol klem dari plat BC ukuran 30 x 5 mm². Kedua
ujung konduktor harus menggunakan sepatu kabel yang sesuai
d. Daftar Material
- Untuk semua material yang ditawarkan, Kontraktor Pelaksana wajib mengisi
dafatar material yang menyebutkan merk, Type, kelas lengkap dengan brosur/
kotalog yang terlampir.
- Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen – komponen yang berupa
barang – barang produksi.
- Apabila ada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau komponen
tertentu terutama untuk material – material listrik utama, maka Kontraktor
Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya meterial yang dalam taraf
mutu/ pabrik yang disebutkan itu.
- Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa meterial yang isebutkan
pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor Pelaksana, yang
diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Direksi
lapangan dan perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk / type dengan
suatu sangki tertentu kepada Kontraktor Pelaksana :

NO Item Merk

1 Spitzen ( Air Terminal ) Thomas, Blue CRN,Helta Pulsar, Viking

Penghantar NYA Cable 70


2 Supreme, Kabelindo, Kabel Metal,
mm

3 Conduit Maspion, Rucika

E.7. Pemasangan/Pelaksanaan
Cara-cara pemasangan proteksi petir sistim ini harus sesuai dengan petunjuk –petunjuk dan
spsifikasi pabrik :

1. Batang proteksi dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker atau klem.
Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya mekanis pada saat timbulnya
sambaran petir.Sesuai dengan gambar .
2. Pemegang konduktor/klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor untuk
mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air.
3. Sambungan – sambungan :
a. Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kotak yang baik dan tidak mudah
terlepas.
b. Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian – kerugian tipis akibat adanya
sambungan.
4. Pelindung mekanis :
Down conduktor harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan pipa PVC type
AW seperti pada gambar.

E.8. Testing & Commissioning


1. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan laporan pengujian/sertifikat test untuk
peralatan sistem kepada Pengawas.
2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
3. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
a. Grounding resistant test ukuran tanahan dari pentanahan yang mempergunakan
metode standar.
b. Continuity test.
c. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL
terbitan terakhir (PUIL 2020).
4. Kontraktor Pelaksana yang melakukan pekerjaan instalasi harus melakukan semua
testing dan pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/
mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi/bekerja dengan baik dan
memenuhi persyaratan.
5. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Termasuk peralatan khusus yang
dibutuhkan untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh
pabrik, harus disediakan Kontraktor Pelaksana.
6. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3
(tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain
7. Peraturan dan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerjaan Inspeksi
Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak hanya ditujukan kepada orang
yang melakukan pekerjaan saja, akan tetapi juga ditujukan untuk keamanan
peralatan kerja serta lingkungan kerja. Tujuan K3 adalah untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
c. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
8. Prosedur Inspeksi Instalasi Penangkal/Penangkap Petir dan Kelengkapannya
Pemerikasaan instalasi akan memastikan kelayakan dari sebuah instalasi
penangkal petir yang terpasang. Setiap instalasi Penangkal Petir sebaiknya
diperiksa setiap setahun sekali yang dilakukan menjelang musim penghujan
(Internal Cek), diharapkan selama musim penghujan instalasi yang telah terpasang
dapat berfungsi dengan baik sehingga bangunan akan aman dan terlindungi serta
terhindar dari bahaya sambaran petir.
9. Pemeriksaan yang mendapatkan sertifikasi disnaker tiap dua tahun sekali.
Sebagaimana peraturan pemerintah RI NO. : PER. 02/MEN/1989 TENTANG
PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR maka pemeriksaan berkala oleh
instansi terkait dalam hal ini adalah Disnaker, dilakukan setiap 2 tahun, hal ini dapat
terwujud apabila pihak Swasta/Instansi sadar perlunya keselamatan baik itu pada gedung
dan isinya maupun keselamatan bagi karyawan yang ada disekitar tempat kerja.
10. Cara Memastikan Pengukuran Penangkal/Penangkap Petir yang Dilakukan oleh
Pemasangan yang telah sesuai persyaratan adalah sebagai berikut:
• Setiap pengukuran penangkal/penangkap petir oleh pemasang perlu dipastikan
apakah hasil pengukuran sudah sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Cara
memastikannya adalah dengan membandingkan data dengan peraturan dan
persyaratan yang berlaku sehingga didapatkan kepastian mengenai kelayakan dari
sistem penangkal petir tersebut.
• Dalam setiap kegiatan inspeksi yang dalam hal ini instalasi sistem penangkal petir,
perlu mempertimbangkan segala ketentuan yang ada baik yang mengacu kepada
PUIL 2020 juga peraturan dari instansi terkait yakni :
o Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir.
o Kepmen ESDM nomor 1109K/30/MEM/2005 tentang penunjukan KONSUIL
o UU No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan
11. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
12. Contoh Form Pengetesan Penangkal Petir (PUIL 2020) :

No Mata Uji Prosedur Uji Kriteria Pengujian Hasil Keterangan


Pengujian

1. Penghantar Sistem Tahanan Isolasi Minimal 60 MΩ


Penangkal Petir.
Tegangan Kerja Minimal 20 kV

Sistem dari Sistem


2 Penangkal Petir. Tahanan Isolasi Minimal 60 MΩ

Tegangan Kerja Minimal 20 kV

Terminal Penghantar.
3 Pengukuran Tahanan Isolasi Minimal 60 MΩ

Tahanan

4 Pembumian. Tahanan Minimal 1,9 Ω


Pembumian
E.9. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.
2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah
barang diserahkan kepada pemilik.
3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti
peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor Pelaksana
.

E.10. Lain - Lain

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau


disebutkan dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga
system/Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
tambahan biaya.
2. Kontraktor Pelaksana harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin diperlukan
untuk menjalankan system/Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas
tanggungan sendiri (Kontraktor Pelaksana) kepada Instansi berwenang yang terkait
dengan pekerjaan ini (SLO, PLN, DEPNAKER dan PMK).

F. INSTALASI FIRE ALARM

F .1 . Umum
Pekerjaan ini mencakup penyediaan, pemasangan sistem system fire alarm, pengujian dan
pemeliharaan peralatan sistem deteksi dan alarm kebakaran yaitu seluruh detector, Junction
Box Fire Alarm, Bell, Break Glass/Manual Call Point, Indicator Lamp dll.

F .2 . Ketentuan Umum
1. Yang diinginkan dalam instalasi alarm kebakaran adalah sistim/rangkaian alarm
kebakaran yang menggunakan detector panas (Rate of Rise and Fixed Temperature
Heat Detector), detector asap (Smoke Detector) dan titik panggil secara manual (Break
Glass) dan Alarm Bell serta perlengkapan lainnya yang dipasang secara baik dan aman
dan bekerja secara otomatis mendeteksi pada saat awal kebakaraan dan lokasi
kebakaran dapat langsung diketahui dari Control Panel Fire Alarm.
2. Sistem yang dapat digunakan harus dapat diperluas misalnya secara otomatis dapat
memonitor pompa kebakaran , mematikan AC termasuk instalasi dry contact di panel
listrik/AC (Tripping System AC), mematikan supply fan.
3. Sistim yang ditawarkan harus modular dapat mengarah ke Zone expantion
(pengembangan) dan dengan Sistem Semi Addressable dan Full Addressable.

F .3 . Lingkup Pekerjaan
1. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang
menggunakan fasilitas UB harus dalam tanggungan penyedia.
2. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan
identitas dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman
laporan harian dan minggu dan setelah itu didokumentasikan.
3. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto
ataupun video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
4. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua
yang terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada
pergantian harus setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan
jelas.
5. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil
yang bersangkutan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) sehingga
didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.
6. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan dan lain-lain,
pengiriman ke site pemasangan, pengujian (comissioning) dan pemeliharaan seluruh
Pekerjaan Fire Alarm seperti disyaratkan sampai berfungsi dengan baik. Serta
mengintegrasikan/mensinkronkan dengan peralatan MCFA Existing .
7. Menyediakan dan melaksanakan pemasangan unit pengontrol (Master Control Fire
Alarm/MCFA) 1 loop semiaddresible dilengkapi dengan system telepon darurat (fire
fighting telepon) serta battery nicad.
8. Pengadaan serta pemasangan unit pemberitahuan (annunciator unit).
9. Pengadaan dan pemasangan unit deteksi (detection unit), termasuk manual station yang
dipasang di hydrant box tiap lantai dan dekat pintu darurat.
10. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box.
11. Pengkabelan system Fire Alarm dari sentral Fire Alarm sampai unit deteksi.
12. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga system tersebut dapat berfungsi dengan
baik dan benar.

F .4 . Kondisi Perencanaan/Konsep Hitungan


1. Sistem Sprinkler Otomatis
a. Sistem : Wet riser
b. Jenis bahaya kebakaran :
- Komunal Space : Bahaya kebakaran ringan
- Ruang Komunitas : Bahaya kebakaran sedang group 1 (ordinary
hazard group 1)
c. Batas daerah:
- 12 m2 per kepala sprinkler untuk bahaya kebakaran sedang group 1.
- 21,6 m2 per kepala sprinkler untuk bahaya kebakaran ringan.
d. Temperatur operasi:
- Ruangan umum 57oC
- Pantry 68oC

6.3.2 Sistem Hidran

a. Sistem : Wet riser klas III NFPA

b. Tekanan : 6,9 bar di titik tertinggi

c. Kotak hidran : Slang 1½" lengkap dan katup hydrant 2½"

d. Jumlah kotak hidran : 1 buah setiap 800 m2 luas lantai

e. Panjang selang : 30 meter

f. Jumlah riser dalam gedung : 2 riser (1 riser gabungan dan 1 hidran)

6.3.3 Pemadam Api Ringan (APAR)

a. Kriteria:

Jarak maksimum untuk mencapai PAR sejauh 20 meter. Jumlah PAR sebanyak 1 (satu) buah per
lantai dan 1

b. Jenis PAR dan kapasitasnya:

- Multi Purpose dry Powder 3 kg untuk ruang umum

- CO2 5 kg untuk daerah panel, kitchen

- CO2 6,8 kg untuk daerah ruang mesin pompa

- CO2 25 kg untuk ruang genset

6.4 URAIAN CARA KERJA SISTEM

6.4.1 Sistem Sprinkler Otomatis

a. Sistem sprinkler untuk hunian termasuk bahaya kebakaran ringan (light hazard).

b. Perletakan kepala khusus untuk unit ruang tertutup, sprinkler sidewall yang digunakan adalah
jenis khusus yaitu jenis extended.

c. Satu unit Main Control Valve (MCV) untuk tingkat kebakaran ringan (light hazard) dipasang
untuk setiap lantai.
d. Untuk setiap lantai cabang sprinkler, dipasang Branch Control Valve (BCV) dan test drain
sprinkler.

e. Bila jarak plafon dengan lantai di atasnya melebihi 400 mm, disiapkan pula sistem sprinkler
khusus yang terjangkau dengan tangan (penambahan 300 mm)

6.4.2 Sistem Hidrant

a. Pipa tegak (riser) hidran terletak dekat dengan tangga kebakaran dan jalan keluar pada setiap
lantai.
b. Setiap Indoor Hydrant Box (IHB) ditempatkan sebanyak 1 (satu) buah untuk setiap luas 800 m2.

c. Pada perencanaan untuk penempatan hidran luar, jarak antara 2 hidran berkisar antara 90 m
sampai 150 m.

d. Sambungan Kembar dari Pillar Hydrant (siamesse connection) dipasang di daerah yang mudah
terjangkau oleh barisan pemadam

6.4.3 Sistem Pemadam Api Ringan

Pemadam api ringan disediakan sebagai sarana pemadam awal yang dapat dilakukan oleh setiap
penghuni dalam mengatasi kebakaran ringan.

6.4.4 Tangki Pemadam Kebakaran

a. Tangki untuk pemadam kebakaran didasarkan pada luas lantai bangunan, riser pipa hidran, dan
durasi kebakaran (60 menit – NFPA 20).

b. Tangki kebakaran direncanakan berdasarkan pada kapasitas pompa sebesar 750 gpm untuk 60
menit.

c. Dengan diketahui luas per lantai bangunan maka dapat diketahui jumlah pipa tegak yang
dipasang.

d. Tangki pemadam kebakaran harus terpisah dengan tangki air bersih.

F .5 . Kemampuan Operasi
1. Jenis fire alarm yang digunakan adalah presignal alarm yang diberikan hanya pada lantai
tersebut. Dengan system 4 (empat) kawat yang berguna untuk menambah keandalan
kerja dari alarm ini seandainya ada bagian yang terputus (Class A)
2. Kemampuan dari fire detector mempunyai daerah deteksi kurang lebih 36 m² sehingga
untuk bagian-bagian ruangan yang luas hanya dibutuhkan beberapa fire ditector.
3. Master control dilengkapi dengan charger dan stand-by battery yang mampu digunakan
minimal 20 jam pada keadaan listrik PLN terputus.
4. Semua system instalasi, detector, annunciator, master control, dan lain-lain pada
pekerjaan fire alarm ini, harus ter-supervisi dengan system instalasi Class A.
5. Kerja sistem
a. Keadaan Normal
Kalau tidak terjadi gangguan atau trouble atau alarm, maka system dalam keadaan
normal dan ditandai dengan lampau hijau (AC pilot lamp) yang hidup. System
mendapat supply dari PLN, Diesel serta battery.

b. Keadaan Darurat.
Apabila PLN mati maka digunakan generator, dan seandainya generator juga mati
maka dipergunakan battery, keadaan ini akan disupply oleh battery dengan
kemampuan minimal 20 jam. Hal-hal yang terjadi pada control panel, lampu kuning
akan menyala (trobel lamp) disertai tanda-tanda yang dapat didengar.

c. Keadaan Alarm.
Keadaan alarm akan terjadi apabila ditector mendeteksi asap/panas/api atau manual
station diaktifkan. Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja otomatis
pada control panel lampu merah (lampu alarm) dan lampu kuning akan menyala
menunjukkan zone mana yang yang ada alarm, dengan demikian daerah/ruangan
yang dalam keadaan bahaya yang akan segera dapat diketahui.

d. Keadaan Gangguan (Trouble)


Bila terjadi gangguan pada system (pada detector Circuit atau pada panel control
dan annunciator) maka :

- Lampu tanda yang terdapat pada control panel harus dapat menyala dengan
diiringi suara yang biasa dengan jelas.
- Lampu tanda yang terdapat pada annunciator harus dapat menyala yang berarti
zone mana yang ada gangguan.

F .6 . Mutu Peralatan dan Bahan


1. Peralatan dan bahan yang diajukan harus bermutu tinggi produksi ex pabrikan .
2. Peralatan dan bahan yang diajukan harus dalam keadaan baru 100%.
3. Barang – barang yang diajukan harus disertai dengan data teknis.

F .7 . Daftar Bahan & Contoh


1. Sebelum pekerjaan ini dimulai Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada
Konsultan Pengawas daftar bahan–bahan yang dipakai dalam rangkap 4 (empat).
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, contoh bahan–
bahan yang akan dipakai dan semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan
pengembalian contoh-contoh ini adalah tanggungan Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali (recheck) atas
segala ukuran–ukuran / kapaistas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Dalam hal
terjadi keraguan–keraguan harus menghubungi Konsultan Pengawas.
4. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment yang keliru akan menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Untuk itu pemilihan equipment dan material harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
5. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja
(SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor
Pelaksana diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan.
Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan
alamat manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana antara lain :

- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup


detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan-peralatan lain yang ada kaitannya
dengan unit tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit
berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa
lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau sesuai
dengan ketentuan diatas.

6. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan daftar komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan
dilengkapi dengan gambar detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap
dengan manualnya. Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :

• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam
keadaan baik, ditandatangani bersama oleh Kontraktor Pelaksana dan Konsultan
Pengawas.

• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction,
Technical dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4
(empat) copy telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

F .8 . Penjelasan & Persyaratan Sistem


1. Umum
a. Fire Alarm Sistem ini berfungsi untuk mengetahui adanya kebakaran pada tahap
awal serta menerima isyarat kebakaran yang diberikan, baik secara otomatis yaitu
melalui detector maupun secara manual yaitu push button (break glass).
b. Jaringan sistem fire alarm ini direncanakan dengan menampung seluruh jaringan
detector dan manual push button, melalui TBFA kemudian diteruskan ke Control
Panel. Control Panel tersebut menerima isyarat otomatis maupun manual dan
memberikan isyarat yang dapat dilihat (visible) dan juga isyarat yang dapat didengar
(audible).
c. Pekerjaan instalasi Fire Alarm Sistem ini pada dasarnya harus memenuhi
peraturan–peraturan. Pekerjaan Instalasi Fire Alarm sistem ini harus dipasang oleh
perusahaan yang biasa mengerjakan pemasangan system ini. Suatu daftar referensi
pemasangan harus diajukan kepada Kosultan Pengawas.
d. Untuk gedung ini diperlukan satu system dengan zone dan line. Detector yang
dipergunakan adalah type heat detector kombinasi rate of rise dan fixed temperatur
dan smoke detector. Pada tiap zone dipasang sebuah atau lebih alarm bell dan
manual pull station. Jika salah satu zone memberikan sinyal kebakaran, maka alarm
bell pada zone tersebut harus berbunyi, demikian pula alarm bell pada tempat
control station. Sistim ini dilengkapi dengan fasilitas tambahan untuk mengerjakan
beberapa fungsi seperti memberikan indikasi kebakaran main control panel fire
alarm serta bekerja secara interkoneksi dan otomatis dengan Fire Suppression
Sistem Gedung jika ada .
e. Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku. Diantaranya
jenis heat detector 135O Fahrenheit, smoke detector tipe foto electric.
f. Menggunakan Vibrating Bell kekuatan 90 db pada tiap zone.
g. Manual station dipasang pada setiap hydrant box yang dilengkapi dengan sebuah
lampu yang menyala terus.
2. Komponen-komponen
Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku sesuai dengan
gambar perencanaan.

Komponen-komponen yang termasuk dalam deteksi unit adalah manual station serta fire
deteksi.

a. Jenis fire deteksinya adalah


- Fixed Heat Detector
- Smoke Detector
- ROR (Rate Of Rise) Heat Detector
Ketiga jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan.
Dipilih detector yang sesuai untuk masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk
bagian perkantoran digunakan heat detector dan untuk ruangan computer
digunakan detector yang lebih peka, misalnya smoke detector tipe photo electric.

b. Fixed Heat Detector


Harus dapat bekerja apabila ada temperatur ruangan naik sampai 135 Fahrenheit.
Combination rate of rise dan fixed temperature atau rate of rise temperature saja.
Dimana untuk fixed temperature akan memberikan sinyal-sinyal apabila temperature
disekitarnya mencapai 136 Fahrenheit.

c. Smoke Ditector
Ditektor ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas diruangan yang
didetecsi. Harus dapat bekerja apabila ada temperatur naik sampai 135O
Fahrenheit. Atau apabila timbul asap sebanyak 1-2% perfeet.

d. ROR (Rate Of Rise) Heat Detector


Rate of Rise Detector akan bekerja apabila ada temperatur ruangan naik dengan 5
F per 20 detik Combination rate of rise dn fixed temperature yaitu dengan sifat-sifat
yang merupakan kombinasi dari keduanya. Yang digunakan dalam bangunan ini
adalah combination tipe untuk heat detector.

e. Manual Station
- Memberikan sinyal secara otomatis jika tuas ditekan dan ditarik kebawah.
- Untuk mereset harus digunakam kunci.
- Bahan digunakan terbuat dari metal yang tahan api dan tahan karat.
- Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan
dengan abort switch setinggi 150 cm dari lantai agar mudah terlihat dan dicapai.
- Manual Station dari type break glass dengan semi flush mounting, system kerja
pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum diriset kembali.
- General alarm switch hanya dapat dioperasikan oleh orang yang berhak dengan
menggunakan kunci khusus.
- Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan glass.
- Semua panel station harus dilengkapi dengan glass rod cadangan. Untuk
menjamin operasi yang lama, alarm contact harus terbuat dari “gold plated”
f. Alarm Bell
- Multitone strobe dipasang didalam ruangan yang diproteksi, untuk memperingati
orang yang didalam ruangan.
- Alarm Bell harus type Vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 V DC
polarized dengan 6 gong. Kecuali disebut lain dalam gambar. Pada saat 1 smoke
detector bekerja maka bunyi multi tone terputus pendek tapi bila 2 detector yang
bekerja maka multitone berubah menjadi terputus panjang.
- Pemasangan pada ketinggian 75 cm dibawah langit-langit dengan cara “semi
flush”.
- Bekerja dengan 24VDC
- Diameter gong 6”
- Intensitas suara 90 dB pada jarak 1 meter / 10 ft per zone.
g. Multi Alert & Signal Strobe (Horn Strobe)
Sebagai indikasi alarm tahap kedua berfungsi sebagai indikasi evakuasi karena gas
FIRE SUPPRESSION segera discharge
h. Alarm Horn
Alarm horn harus cocok untuk dipakai di dalam gedung maupun diluar gedung.
Semua alarm horn bekerja pada 24 V DC polarized, level suara minimum adalah 95
db pada jarak 10 ft type pemasangan adalah semi flush mounted.

i. Warning Light
- Saat gas discharge, pressure switch pada system pipa distribusi akan bekerja
dan mengaktifkan DNE Light yang merupakan tanda larangan memasuki
ruangan, karena gas FIRE SUPPRESSION memenuhi ruangan/sedang bekerja.
- Harus berwarna merah dan bertuliskan “ Evacuate Area Immediately” untuk yang
dipasang didalam ruangan yang diproteksi FIRE SUPPRESSION dan “ Do Not
Enter, Gas Discharge” untuk yang dipasang diluar ruangan yang diproteksi.
- Bekerja dengan 24VDC
j. Abort Switch
- Abort switch terpisah dari Manual Pull Station.
- Pada saat abort switch ditekan maka akan menahan delay time pada saat gas
FIRE SUPPRESSION akan disemburkan.
- Tombol harus berwarna kuning untuk memudahkan penglihatan dan dilengkapi
tulisan yang cukup jelas.
- Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan
dengan abort switch setinggi 150 cm dari lantai agar mudah terlihat dan dicapai.
k. Unit Control
1) Unit ini terdiri dari panel control serta power supply dimana pad apanel control
mudah dilihat pada masing-masing daerah proteksi bagian mana yang
mengalami gangguan atau yang mendeteksi adanya kebakaran.
2) Terdapat 3 macam warna lampu dengan kode.
- Hijau adalah AC pilot lamp (lampu power supply) yang menandakan power
supply ada, baik itu dari battery atau generator.
- Kuning adalah lampu gangguan, misalnya ada bagian dari system fire alarm
ini yang mengalami gangguan kabel putus dan sebagainya.
- Merah adalah lampou alarm (lampu kebakaran) yang menandakan
terjadinya kebakaran disuatu daerah perlindungannya (zone protection)
3) Komponen-komponen harus dari semi konduktor (solid state) :
- Zone untuk detektor dan pressure switch
- Signal circuit untuk alarm bell
- Indikasi untuk kebakaran pada panel control alarm
- Tanda tiap zone detector ditampilkan di LCD display
- Tanda alarm bell setiap lantai ditampilkan di LCD display
- Indikasi untuk pada panel control alarm :
- Tanda untuk tiap zone dan tiap jenis gangguan ditampilkan di LCD display
serta tanda trouble bel/buzzer ditampilkan di LCD display
l. Panel Kontrol
1) Terdapat 3 buah tombol yang masing-masing adalah :
- Tombol riset.
- Switch norma trouble atau silence.
- Tombol set.
2) Pada panel Kontrol ini harus terdapat fasilitas :
- Penyambungan ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
- Kontak starter pompa kebakaran, smoke fan pressurized fan, dll
- Terminal untuk pengambilan datastatus setiap zone untuk remote monitor
(untuk building automation/sound system)
m. Unit Annunciator
Annunciator panel. Lampu indicator harus dapat bekerja agar petugas dapat
mengetahui dari mana dan dimana ada alarm atau adanya gangguna pada fire
alarm. Jadi disini ada pasangan-pasangan lampu merah dan lampu kuning, sesuai
dengan keterangan diatas maka system annunciator juga mengikuti system instalasi
Class A.

n. Power Supply
Sistem fire alarm menggunakan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan dengan alat-
alat dengan arus AC misalnya AC bell, dan harus mempunyai double power supply
yaitu.

- Primer supply 220 volt AC


- Sekunder supply 24 volt AC
Untuk keadaan darurat harus stand-by minimum 20 jam dan terletak disuatu tempat
dengan control panel dan rechargeable

o. Panel Cabang
Panel cabang ini harus dibuat dari plat besi setebal min. 1,2 mm dan max 2 mm
warna merah panel cabang ini harus di lengkapi dengan kabel gland sebanyak
jumlah kabel keluar/masuk.

p. Master Control Fire Alarm (MCFA)


1) Sistem yang digunakan pada Master Control Fire Alarm adalah Tipe Semi
Addressable dengan kapasitas minimal 2 loop/500 module.
2) MCFA harus memiliki fasalitas dan harus dilengkapi dengan visual LCD Display
apabila komunukasi data antara MCFA dan line detector terputus, secara
serentak visual display akan memberikan signal berupa tone alert.
3) Adapun Spesifikasi Teknis :
- Permissible ambient temperature 10 –50°C
- Permissible relative humidity 10 – 90 %
- Sistem bersifat modular
- Sistem dapat dikembangkan melalui jaringan
- Sistem harus memiliki fasilitas back up (Power & CPU)
- Sistem harus dapat mendeteksi devices
- Sistem harus dapat diprogram langsung pada panel dengan memasukkan
password terlebih dahulu
- Sistem harus dapat diremote/di control dengan LCD-80
- Sistem harus memiliki fasilitas program terhadap time delay & general alarm
- Sistem harus dapat mendeteksi sinyal false alarm
q. Sistem Tata Suara
Memberikan signal contact ke sistem tata suara. Dimana sistem tata suara tersebut
berisi petunjuk evakuasi (message) berupa rekaman suara manusia dalam bahasa
Indonesia dan Inggris diaktifkan saat general alarm terjadi.

r. Sistem Tata Udara


Memberikan indikasi bila terjadi alarm, untuk digunakan mematikan unit AC dilantai
yang bersangkutan atau semua unit AC, menghidupkan Pressurized Fan dan
mematikan Supply Fan.

s. Kabel Instalasi
1) Kabel instalasi Fire Alarm yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Untuk wiring dari MCFA ke terminal box (TBFA) tiap lantai digunakan kabel
NYM ukuran 1.5 mm2 untuk sistem conventional dan kabel dengan jenis
Twisted Shielded cable untuk Addressable.
- Kabel yang dipergunakn untuk dari TB-FA (masing-masing lantai) menuju
MCFA (Riser) menggunakan kabel dengan jenis Twisted Shielded cable.
- Kabel yang dipergunakan untuk instalasi dari TB-FA (masing-masing lantai)
menuju ke detector menggunakan kabel dengan jenis NYM 2x1,5mm² di
dalam pipa PVC conduit untuk sistem conventional dan kabel dengan jenis
Twisted Shielded cable untuk Addressable.
- Instalasi menggunakan standard NFPA 72 class A atau B
- Kabel power (riser) yang dipergunakan untuk menghubungkan catu daya
pada module adalah jenis NYM 3x2,5 mm². dan ditarik terpisah antara
module untuk detector dan module untuk bell & indicator lamp.
- Kabel yang dipergunakan untuk interkoneksi dengan system lain adalah
NYM 2 x 1,5 mm².
2) Konduit yang dipakai adalah conduit PVC High Impact dengan diameter dalam
minimum 1 1/2 kali ( 20 mm) diameter kabel.
t. Instalasi
- Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman
dibidang pekjerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur.
- Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada tahanan, sambungan
hanya terdapat pada box terminalnya, pengawatan harus menggunakan conduit
PVC hight impact heavy gauge, ukurn disesuaikan dengan jumlah kawatnya.
- Dari hasil pengerjaannya harus diserahkan diagram pengawatan lengkap dengan
petunjuk-petunjuk lainnya.
- Untuk masing-masing iring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebur,
supaya memudahkan dalam perbaikannya apabila ada kerusakan.
- Didalam pengejaan Kontraktor Pelaksana juga harus memperhatikan
kemungkinan pemasangan fire alarm dibagian lain.
- Kontraktor Pelaksana harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan
dengan pekerjaan lain sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang
koordinasi maka menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
- Gambar-gambar secara umum menunjukkan tata letak peralatan dan
instalasinya. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena keadaan
sebenarnya dari lokasi, jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan.
- Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan instalasi sistem deteksi dan
alarm kebakaran dengan seksama, sehingga penyambungan / integrasi dengan
sistem eksisiting harus dilakukan dengan tidak menyebabkan tergangunya
operasional sistem eksisting.
- Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
pelaksanaan dan penyesuaian di lapangan.
- Catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set gambar lengkap (pada kertas
kalkir) sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built drawings).
- Untuk instalasi dipakai kabel produksi dalam negeri yang sudah mendapatkan
sertikat LMK / SPLN Produksi ex. Supreme, Kabelmetal, serta Kabelindo.
- Pemasangan instalasi dalam pipa pelindung 20 mm ex Clipsal, serta Legrand.
- Sambungan kabel diatas langit–langit hanya boleh dilakukan pada unit-unit
detector.

F .9 . Spesifikasi Teknis
1. Fire Alarm Control Panel
Semi Addressable fire alarm panel (1 loop ) dengan fasilitas / kemampuan :

a. Releasing Features :
- Four independen hazards
- Sophisticated cross-zone (three options)
- Delay timer and discharge timer (adjustable)
- Abort (four options)
b. Total Internal 24 VDC Power - 5.0 A (total shared power).
1) High-ripple regulated power 1.5A (suitable for EIA-485 devices, except ACM-
8R); 1.0 A maximum standby.
2) Non-resettable power: 500 mA.
3) Four-wire smoke detector power: 500 mA.
4) Four built-in notification circuits:
- NAC Circuit 1: 2.25 A.
- NAC Circuits 2-4: 2.25 A (shared total).
c. Sistem Capacity :
- Total programmable input/output points: 301
- Intelligent detectors: 99
- Addressable monitor/control modules: 99
- Programmable NAC circuits in panel: 4
- Programmable software zones: 99
- Programmable remote relay/annunciator points: 99
- LCD-80 annunciators per system: 4
- ACS annunciators per system: 10
d. Positive Alarm Sequence (PAS) Persignal per NFPA 72
e. Field programmable on panel or on PC, with user defined passwords, plus
autoprogram feature
f. Remote Silence/Reset/Evacuate via monitor modules
g. UL Listed for Fire Signaling per Standard 864 & NFPA 72
h. UL Listed for Releasing Service. Complies with NFPA 12, 12A, 12B, 13, 15, 16 ,
2001 Standards when installed in accordance with appropriate NFPA standard.
i. Power :
- Input : 220 VAC, 50/60HZ, 3.0 Amps
- Internal power : 24 VDC, 5.0 Amps
- Battery charger : 7 AH – 18 AH
- Battery backup : 2 x 12 VDC/7 AH NiCad

2. Conventional Smoke Detector


a. Prinsip : Conventional Detector dengan optical sensing
chamber
b. Sensitivitas : 3% /ft dan dapat diset secara otomatis untuk
sensitivitas pada siang & malam hari
c. Unique dual unipolar sensor:
- Provides exceptional stability.
- Factory preset at 1.9% nominal sensitivity.
- Stable operation up to 1,200 feet per minute (6 meters per second) air velocities)
d. Ambient Temperature : 0 – 49° C
e. Ambient Humidity : 10% - 93% RH max
f. Sensitivity : 1.9 % Nominal
g. Operating Voltage : 8,5 - 35 Vdc max
h. Operating Current : 120 µA max
i. Device Check : Automatic device check
3. Conventional ROR & Fixed Heat Detector
a. Maks. Instalation Temperature : 100°F (38°C).
b. Alarm Temperature : 135°F (57°C)
c. Rate-of-rise threshold : 15°F (8.3°C) / minute
d. Operating humidity range : 5% to 95% RH noncondensing
e. Temperature rating : 135°F (57°C)
f. UL Protected Spacing, 10' (3.048 m) Ceiling50 (NFPA 72 ) for ROR 50 ft. x 50 ft.
(15.24 m x 15.24 m)
g. UL Protected Spacing, 10' (3.048 m) Ceiling50 (NFPA 72 ) for Fixed 25 ft. x 25 ft.
(7.62 mx7.62 m)
h. Electrical specification :
Operating Voltage Contact Ratings (Resistive)
6-125 VAC 3.0 A
6-28VDC 1.0A
125 VDC 0.3 A
250 VDC 0.1 A

4. Alarm Bell untuk yang didalam gedung dipasang pada box hydrant atau di dinding
Weather proof, Semi flush mounted, Vibrating type dan Diameter Ø 6 “
a. Nominal voltage : 24 VDC.
b. Operating voltage range : 19.2 to 26.4 VDC.
c. Average current draw : 0.03 A.
d. Sound output : 85 dB.
e. Operating temp. range : -31 °F (-35°C) to +140°F (+60°C).
f. Protection rating : IP65
g. Housing colur : Red

5. Indicator Lamp
a. Bulb type : Luminus Bulb 30 V/2W or LED
b. Material : Lamp cover glass or fire proof plastic
c. Color : Red
6. Adressable Control Module
a. Normal operating voltage : 15 to 32 VDC
b. Maximum current draw : 5.1 mA (LED on)
c. Average operating current : 390 uA (LED flashing)
d. External supply voltage (between Terminals T3 and T4)
: maximum 80 volts (RMS or DC).

e. Drain on external supply : 2 mA maximum (using internal EOL relay).


f. EOL resistance : 47K ohms.
g. Temperature range : 32°F to 120°F (0°C to 49°C).
h. Humidity range : 10% to 93% non-condensing.
7. Horn Strobe
a. Operating temp. indoor : 32°F to 120°F (0°C to 49°C)
b. ULC Canadian models : -40°C to +66° C.
c. Maximum humidity : 95% as tested per UL 464
d. Voltages : 12 or 24 VDC
8. Break Glass
a. The microswitch has silver contacts
b. Maximum contact resistance 50 milliohms
c. Minimum recommended voltage 12 volts AC or DC
d. Maks. voltages and currents for resistive loads 5.0 amp, 30 VDC resistive. 3.0 amp,
30 VDC inductive.
9. Multi Alert & Signal Strobe (Horn Strobe)
a. Tegangan kerja : 12 or 24 VDC
b. Flashing Frequency : setiap 2 detik
c. Sound level : 85 dB
10. Do Not Enter Light (DNE Light)
a. Tegangan kerja : 24 VDC
b. Warna indikasi : merah
c. Warna huruf : merah
11. Kabel dan Pipa lnstalasi :
a. Kabel harus cocok dan sama dengan instalasi deteksi dan alarm kebakaran lainnya
(eksisting) di proyek ini. Jenis dan tipe kabel seperti tertera pada gambar elektrikal.
b. Pipa instalasi pelindung kabel harus Flame Retardant PVC conduits.
c. Pipa, elbow, socket, junction box dan accessories lainnya harus sesuai yang satu
dengan yang lainnya, yaitu tidak kurang dari 3/4" diameter.
d. Flame retardant flexible conduits harus dipasang untuk melindungi kabel antara
junction box dan detektor.
F .9 . Testing & comissioning
1. Kontraktor Pelaksana harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang ak.n dilakukan
2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Kontraktor Pelaksana menyerahkan
jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya
pengujian ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan laporan pengujian/sertifikat test untuk
peralatan sistem kepada Konsultan Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
4. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Struktural.
Pada testing ini kondisi yang menyangkut bahan, konstruksi, finishing, dan kontrak
harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi, (semua data harus sesuai
dengan spesifikasi).

b. Test Ketahanan Isolasi


Tahan isolasi antar kutub dan bagian yang hidup dan yang mati, harus dites dengan
tegangan tester bertegangan 500 volt DC, hasilnya harus menunjukkan 500 mega
ohm atau lebih.

c. Test Ketahanan Tegangan


Pada testing tahanan isolasi diatas harus dimasukkan sampai dengan 3000 volt.

d. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran asap untuk Photoelectric smoke
detector
e. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran panas untuk Rate of rise heat
detector
f. Pengujian simulasi Manual Call Point
g. Pengujian integrasi dengan sistem deteksi dan alarm kebakaran eksisting
h. Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut (menunjukkan Surat Penunjukan dari Principal) dan
harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang.
i. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL
terbitan terakhir.
5. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan peralatan-peralatan dan control yang tergabung
dalam system ini serta penyediaan semua instrument dan tenaga kerja harus
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
6. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang ahli yang berkompeten dan
berpengalaman untuk melaksanakan pengetesan sesuai dengan keahliannya.
7. Harga-harga pengetesan harus dicatat dan harus dibuatkan berita acara pengetesan
yang hasilnya harus sesuai dengan standart-standard yang telah diuraikan diatas.
8. Kontraktor Pelaksana yang melakukan pekerjaan instalasi Fire alarm harus melakukan
semua testing dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/
mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi/bekerja dengan baik dan
memenuhi persyaratan.
9. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Termasuk peralatan khusus yang
dibutuhkan untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh
pabrik, harus disediakan Kontraktor Pelaksana.
10. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3
(tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel-kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan-peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain
11. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

F.10. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.

2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah barang
diserahkan kepada pemilik.

3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti
peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor Pelaksana .

F.11. Lain - Lain

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau


disebutkan dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga
system/Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
tambahan biaya.

2. Kontraktor Pelaksana harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin diperlukan


untuk menjalankan system/Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas
tanggungan sendiri (Kontraktor Pelaksana) kepada Instansi berwenang yang terkait
dengan pekerjaan ini ( SLO, PLN, DEPNAKER , dan PMK). Jika diperlukan .
G. INSTALASI KOMUNIKASI DATA / LAN

G.1. Spesifikasi Umum


1. Kontraktor Pelaksana menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang sudah dijelaskan
dalam spesifikasi dan Gambar Rencana, dengan bahan-bahan, peralatan dan
pengerjaan yang sesuai dengan yang tertera dalam spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat
perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi
yang disyaratkan dalam BAB ini, maka Kontraktor Pelaksana wajib untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sesuai ketentuan dengan tanpa adanya tambahan biaya.
2. Secara umum pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan infrastruktur jaringan
untuk kabel data (komputer), voice dan CCTV serta penyediaan dan pemasangan
perangkat active sesuai spesifikasi. Sistem infrastruktur merupakan konsep structure
cabling, dimana jaringan dapat digunakan untuk data, voice, MATV dan CCTV dengan
memindahkan patch cord pada koneksi patch panel pada masing-masing lantai.
3. Perencanaan dan pemasangan untuk structured cabling ini harus dilakukan oleh
kontraktor spesialis yang mempunyai tenaga ahli bersertifikasi Network Design and
Installer dari pemegang merk (principle), copy sertifikat harus dilampirkan pada saat
penawaran tender dengan membawa aslinya untuk ditunjukkan

G.2. Lingkup Pekerjaan


1. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang
menggunakan fasilitas UB harus dalam tanggungan Kontraktor Pelaksana.
2. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan
identitas dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman
laporan harian dan minggu dan setelah itu didokumentasikan.
3. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto
ataupun video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
4. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua
yang terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada
pergantian harus setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan
jelas.
5. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil
yang bersangkutan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) sehingga
didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.
6. Kontraktor Pelaksana wajib memberikan alternatif sistem yang simple dalam hal
maintenance dan mempunyai :
a. Performance minimal 1000 Mbps untuk jalur data horizontal.
b. Performance mencapai 1000 Mbps untuk jalur data riser backbone.
7. Sebagaimana yang tertera pada Gambar Rencana, Kontraktor Pelaksana pekerjaan
Jaringan Komputer harus melakukan pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem
secara keseluruhan. Garis besar lingkup pekerjaan Jaringan Komputer yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian perangkat Jaringan Komputer (network
devices) yang meliputi: Gigabit Ethernet Switch, Fast Ethernet Switch, Media
transmisi, konektor dan aksesoris tambahan lainnya.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian jaringan kabel distribusi antar perangkat
jaringan atau perangkat jaringan ke konektor komputer di ruang-ruang yang
ditentukan dengan menggunakan Alat uji untuk UTP Cable Channel Link Category 6
(Microtest Omniscanner dengan firmware minimal versi 6.10).
c. Pengesetan atau pemrograman perangkat Jaringan Komputer inti (Gigabit Ethernet
Switch, Fast Ethernet Switch) sesuai dengan feature-feature yang ditentukan.
d. Pemberian paket training kepada sekelompok Engineer/Teknisi pemilik dengan
materi: pengesetan, pemrograman serta trouble shooting sederhana dari Jaringan
Komputer yang dipasang.

G.3 . Sistem Jaringan Komputer


Sistem Jaringan Komputer yang akan dipasang dapat dilihat pada Gambar. Beberapa poin
penting yang perlu diperhatikan adalah:

1. Sistem jaringan minimal harus mampu mensupport aplikasi-aplikasi berbasis Novell


Netware (IPX), Windows Network (NETBEUI), dan TCP/IP (INTERNET).
2. Menggunakan sistem jaringan backbone berkecepatan 2 x 1GBPS dengan media
trnasmisi UTP cable Category-6, untuk menghubungkan simpul interkoneksi antar lantai
3. Pusat Jaringan Komputer terletak di lantai semi basemen . Melalui media Gigabit
Ethernet Switch, dihubungkan ke beberapa Fast Ethernet Switch untuk distribusi
horizontal cablenya.
4. Distribusi pada jaringan local per lantai menggunakan UTP kabel Category-5e, sehingga
memungkinkan berjalan pada kecepatan minimal 1 GBPS.
5. Seluruh perangkat jaringan (Gigabit Switch, Fast Ethernet Switch) menggunakan
Network Management System sehingga dapat dimonitor dan diconfigure secara remote
melalui sebuah Network Management Console yang terletak pada jaringan.
6. Instalasi network termination (konektor jaringan) menggunakan sistem inbow.

G.4. Bahan dan Peralatan


Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi atau mendekati persyaratan teknis
sebagai berikut:

1. Semua peralatan dan instalasi yang dipasang haruslah baru sama sekali dan tidak
terdapat cacat sedikitpun. Terhadap ketidak-sempurnaan/kekurangan-baikan barang/
peralatan yang dikirim, Konsultan Pengawas/Direksi berhak untuk menolak dan
Kontraktor Pelaksana harus mengganti dengan yang baru sesuai persyaratan.
2. Untuk alasan kompatibilitas dan keseragaman dalam pengesetan, seluruh perangkat
jaringan inti (Gigabit Ethernet Core Switch dan Fast Ethernet Edge Switch) harus
memiliki standarisasi yang sama.
3. Perangkat jaringan inti beserta dengan pengkabelan, konektor dan asesoris lainnya yang
dibutuhkan haruslah kompatibel satu sama lainnya, sehingga dapat menghasilkan unjuk
kerja yang maksimum.
4. Kabel-kabel distribusi horizontal Jaringan Komputer di dalam gedung menggunakan jenis
UTP Category-6e yang dijamin bekerja pada kecepatan sampai 1 GBPS. Kabel
ditempatkan dalam conduit dan diterminasi pada konektor Modular Jack yang dipasang
secara inbow dan patch-panel dalam rack 19”. Konektor Modular Jack yang digunakan
harus memenuhi spesifikasi Category -5e.
5. Konduit: Jenis konduit yang dipakai adalah PVC conduit dengan diameter dalam
minimum 20mm high impact. Pipa, elbow, socket, junction box dan accessories lainnya
haruslah sesuai satu dengan lainnya.
6. Peralatan Active yaitu Active Switch dengan 12/24/48 port 10/100Base-TX dan 2 port
10/100/1000 Base-T.
7. Perlengkapan lain yang belum disebutkan disini, namun merupakan kebutuhan pokok
agar sistem tersebut bisa beroperasi secara sempurna, harus dilengkapi oleh Kontraktor
Pelaksana dan diinformasikan kepada Konsultan Pengawas/Direksi.
8. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja
(SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor
Pelaksana diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan.
Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan
alamat manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana antara lain :

- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup


detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada
kaitannya dengan unit tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit
berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa
lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau sesuai
dengan ketentuan diatas.

9. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan daftar komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan
dilengkapi dengan gambar detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap
dengan manualnya. Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.

10. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam
keadaan baik, ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Konsultan
Pengawas.

• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction,
Technical dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4
(empat) copy telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

G.5 . Spesifikasi Teknis


1. Spesifikasi peralatan yang dipilih harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Untuk
peralatan jaringan inti (Gigabit Core Switch dan Fast Ethernet Edge Switch) ex. Ruckus,
HP serta Mikrotik.
2. Vendor Structure Cabling System :
a. AMP Netconnect
b. Belden IBDN
c. Systemax
3. Router Board :
a. Architecture : Tile
b. CPU : Tilera Tile-Gx36 1.2GHz 36 Cores
c. Have Current Monitor
d. Main Storage/NAND : 1 GB
e. RAM : 4GB onboard
f. 4 SFP Ports
g. 12 LAN Ports
h. Have Gigabit
i. MiniPCI 0
j. Did not have Integrated Wireless
k. Did not have SIM Card Slots
l. 1 USB
m. Power on USB
n. Power Jack 110/220V Dual
o. Serial Port RJ45
p. Voltage Monitor
q. Temperature Sensor
r. Operating System : RouterOSv6
s. Temperature Range : -20C .. +45C
t. RouterOS License : Level6
4. Network Transceiver :
a. Transceiver 1.25G SFP 1310nm 10km Singlemode. Industrial Grade (wide range
Temperature) and DDM/DOM Supported.
5. UTP Category 6:
a. AMP cat-6
b. Belden IBDN Cat-6
c. "ANSI/TIA Category 6 Cable Component Type Horizontal Cable Type U/UTP
(unshielded) Conductor Type, singles Solid Conductors, quantity 8 Jacket Color Blue
Pairs, quantity 4 Separator Type Bisector Transmission Standards ANSI/TIA-568.2-
D | CENELEC EN 50288-6-1 | ISO/IEC 11801 Class E Dimensions Cable Length
304.8 m | 1000 ft Diameter Over Conductor 1.016 mm | 0.04 in Diameter Over
Jacket, nominal 5.74 mm | 0.226 in Jacket Thickness 0.559 mm | 0.022 in Conductor
Gauge, singles 23 AWG
d. Electrical Specifications :
• dc Resistance Unbalance, maximum 5 %
• dc Resistance, maximum 7.61 ohms/100 m | 2.32 ohms/100 ft
e. Dielectric Strength, minimum 1500 Vac | 2500 Vdc
f. Mutual Capacitance at Frequency 5.6 nF/100 m @ 1 kHz
g. Nominal Velocity of Propagation (NVP) 74 %
h. Operating Frequency, maximum 300 MHz
i. Operating Voltage, maximum 80 V
j. Remote Powering Fully complies with the recommendations set forth by IEEE
802.3bt (Type 4) for the safe delivery of power over LAN cable when installed
according to ISO/IEC 14763-2, CENELEC EN 50174-1, CENELEC EN 50174-2 or
TIA TSB-184-A.
k. Material Specifications :
• Conductor Material Bare copper
• Insulation Material FEP | Polyolefin
• Jacket Material PVC
• Separator Material Flame retardant polyolefin
l. Mechanical Specifications :
• Pulling Tension, maximum 11.34 kg | 25 lb
m. Environmental Specifications :
• Installation temperature 0 °C to +60 °C (+32 °F to +140 °F)
• Operating Temperature -20 °C to +60 °C (-4 °F to +140 °F)
• Environmental Space Plenum
n. Temperature Rating, UL 75 °C | 167 °F
o. Flame Test Method CMP/FT6
p. Smoke Test Method CMP/FT6
q. Packaging and Weights :
• Cable weight 43.157 kg/km | 29 lb/kft
• Packaging Type WE TOTE® box
r. Regulatory Compliance/Certifications
• Agency Classification
• ISO 9001:2015 Designed, manufactured and/or distributed under this quality
management system
• REACH-SVHC Compliant as per SVHC revision on
www.commscope.com/ProductCompliance
• ROHS Compliant
6. Patch panel, patch cord, modular outlet:
a. AMP Cat-6
b. Belden IBDN cat-6
7. Rack:
a. Single Door Wallmount Rack
b. Complete Set With :
- Perforated Front Door, 2 Side Door With Lock

- 1 Horizontal Power Distribution Unit 6 Outlet Germany Socket, 16 Ampere with Surge
Protection, Cable 3m, SNI.

- 1 Pcs Single Fan 220VAC

- 1 Pcs Brush Panel

- 4 Pcs Dynabolt

- 20 Set Cagenuts & Screws

8. Core Switch :
a. Technical Specifications
- Differentiator
- Advanced smart managed 24-port Gigabit switch
- 24x 10/100/1000 ports as well as 2 SFP ports.
b. Ports :
- (24) RJ-45 auto-negotiating 10/100/1000 ports
- (2) SFP 100/1000 Mbps ports
c. Latency :
- 100 Mb Latency: < 7 µs
- 1000 Mb Latency: < 2.0 µs
d. Throughput up to 38.6 Mpps
e. Routing/switching capacity : 52 Gbps
f. Management features :
- Web browser
- SNMP
- IEEE 802.3 Ethernet mib
g. Input voltage : 15.7W (maximum), 11.6W (idle)
h. Power consumption : 15.7W (maximum), 11.6W (idle)
i. Weight : 6 lb
9. Access Point
a. Compatible with Virtual Smart Zone Universitas Brawijaya Include installation,
config & integration.
b. Wi-Fi Standards · IEEE 802.11a/b/g/n/ac wave 2
c. Supported Rates :
· 802.11ac: 6.5 to 867Mbps (MCS0 to MCS9, NSS = 1 to 2 for VHT20/40/80)

· 802.11n: 6.5 Mbps to 300Mbps (MCS0 to MCS15)

· 802.11a/g: 54, 48, 36, 24, 18, 12, 9, 6Mbps

· 802.11b: 11, 5.5, 2 and 1 Mbps

d. Supported Channels
· 2.4GHz: 1-13

· 5GHz: 36-64, 100-144, 149-165

e. MIMO
· 2x2 SU-MIMO

· 2x2 MU-MIMO

f. Spatial Streams
· 2 SU-MIMO

· 2 MU-MIMO

g. Radio Chains and Streams · 2x2:2


h. Channelization · 20, 40, 80MHz
i. Security :
· WPA-PSK, WPA-TKIP, WPA2 AES, WPA3, 802.11i,

j. Dynamic PSK :
· WIPS/WIDS

k. Other Wi-Fi Features :


· WMM, Power Save, Tx Beamforming, LDPC, STBC, 802.11r/k/v

· Hotspot

· Hotspot 2.0

· Captive Portal

· WISPr

l. Antenna Type :
· BeamFlex adaptive antennas

· Adaptive antenna that provides up to 64 unique antenna patterns per band

m. Antenna Gain (max) · Up to 3dBi


n. Peak Transmit Power (aggregate across MIMO chains) :
· 2.4GHz: 23dBm

· 5GHz: 23dBm

o. Minimum Receive Sensitivity :


· -101dBm

p. Frequency Bands :
· ISM (2.4-2.484GHz)

· U-NII-1 (5.15-5.25GHz)

· U-NII-2A (5.25-5.35GHz)

· U-NII-2C (5.47-5.725GHz)

· U-NII-3 (5.725-5.85GHz)

10. Pemipaan (Konduit)


a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum
digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus
digunakan untuk instalasi penerangan saja.
b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. Clipsal serta Legrand yang sudah
direkomendasi oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat menunjukkan bukti
rekomendasi tersebut.
c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1 (satu)
konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2020) berlaku faktor
pengisian maksimum = 50 %.
Luas penampang luar kabel

Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100%

Luas penampang dalam konduit


d. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi
klem.
e. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada
tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan
paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau lebih harus
dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.

G.6 . Pemasangan dan Pengetesan


1. Semua kabel yang dipergunakan harus ditempatkan dalam konduit PVC high impact dan
dipasang tertanam. Konduit harus diklem pada struktur bangunan dengan sadle klem.
Bila diperlukan (mis. pada lintasan melingkar) konduit PVC bisa dikombinasikan dengan
pipa fleksibel. Untuk setiap 3 titik menggunakan 1 pipa conduit ¾” Clipsal, dilengkapi
dengan klem untuk pipa lurus setiap 1 meter. Untuk sambungan sudut diberi pipa flexibel
Clipsal atau yang setara.
2. Semua peralatan Jaringan Komputer harus dipasang pada tempat-tempat yang sesuai
seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana koordinat yang tepat dapat dilihat
lebih jelas dalam Gambar rencana titik komputer. Bagi penempatan perangkat jaringan
yang belum jelas atau pada penempatannya mengakibatkan masalah dengan armature
penerangan atau peralatan yang terdapat di plafon lainnya, agar dibicarakan dengan
Konsultan Pengawas/Direksi.
3. Pemasangan Fast Ethernet Edge Switch yang tersebar harus berdekatan dengan supply
listrik (koordinasi dengan pemasang jaringan listrik).

G.7 . Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi teknologi informasi telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan
yang berlaku. Hasil pemeriksaan direkam pada format daftar simak (check list). Beberapa
hal yang harus dilakukan pemeriksaan meliputi :

a. Pemasangan unit Server dan terminasi kabelnya.


b. Pemasangan Patch Panel.
c. Instalasi kabel data/LAN dan konduit.
d. Instalasi rak kabel.
e. Pemasangan outlet-outlet data/LAN pada dinding atau lantai.
2. Pengujian
a. Setelah semua telah selesai terpasang, dengan persetujuan dan disaksikan oleh
Konsultan Pengawas dilakukan pengujian dengan cara mencoba sistem yang telah
diprogram pada Server sampai ke setiap unit komputer yang dipakai.
b. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas yang
bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara
yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini
dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini
dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari Kontraktor Pelaksana
ke Pemberi Tugas.
c. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
- Pengujian simulasi komunikasi data system.
- Integrasi jaringan komputer dengan sistem yang ada (existing network).
- Uji pengesetan feature-feature perangkat jaringan sesuai spesifikasi yang
ditentukan, misalkan: VLAN, dll.
- Uji koneksi pada tiap-tiap titik komputer : untuk cable UTP menggunakan
Microtest Omniscanner dengan Module Channel Link Category 6 dan minimum
firmware versi 6.10.
- Uji aplikasi berbasis Netware, Windows Network, dan Internet
- Uji Network Management system untuk seluruh perangkat jaringan: (configuring,
monitoring dan traffic analysis).
- Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang
baik dari instansi yang berwenang.
3. Tahap-tahap pengetesan kabel:
Setelah instalasi seluruh kabel telah diselesaikan dan siap untuk dioperasikan, harus
diadakan pengetesan yang dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana disaksikan bersama-
sama Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas Testing dan Commissioning jaringan
kabel dilakukan tahap demi tahap dari tiap outlet ke masing-masing ruangan yang
dilaksanakan sebagai berikut;

i. Alat-alat yang digunakan dalam pengetesan kabel UTP

LAN cable tester, alat ukur yang mempunyai kemampuan untuk mengukur empat pair
kabel, pengukuran meliputi panjang kabel dan koneksi kabel. Juga mampu mengukur
NEC (Near End Crosstalk), atenuasi, dan kategori kabel.

ii. Metode Pengetesan kabel UTP.

* Hubungkan ujung kabel yang satu yang sudah di crimping dengan RJ 45 ke dalam
LAN Cable tester, kemudian hubungkan juga ujung kabel yang satunya yang sudah di
crimping dengan RJ 45 ke dalam LAN Cable tester pasangannya. Lihat apakah koneksi
kabel telah berjalan dengan benar.

* Pengukuran Next dan atenuasi dilakukan pada satu sistem koneksi dari panel
terminasi kabel sampai ke outlet.
* Pengukuran panjang kabel dilakukan untuk mengecek apakah ada kabel yang
terputus atau tidak

* Pengukuran koneksi harus dilakukan untuk mengecek apakah ada kabel yang salah
koneksinya atau markingnya.

* Semua hasil pengukuran dicatat dan hasilnya tidak boleh melebihi nilai yang
tercantum pada spesifikasi teknis.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3


(tiga) mengenai hal–hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel–kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan–peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran–pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

G.8. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.
2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah
barang diserahkan kepada pemilik.
3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti
peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor Pelaksana

G.9. Lain - Lain

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau


disebutkan dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga
system/Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
tambahan biaya.
2. Kontraktor harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk
menjalankan sysstem/Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan
sendiri (kontraktor) kepada Instansi berwenang yang terkait dengan pekerjaan ini ( SLO,
PLN, DEPNAKER ).
H. 0INSTALASI CCTV

H.1. Umum
1. Kontraktor Pelaksana harus mendapatkan surat dukungan dari Principal dan dealer
wilayah setempat untuk menjamin peralatan dapat disuplai tepat waktu serta digunakan
secara optimal.
2. Surat Jaminan Garansi dari Dealer wilayah setempat harus diserahkan pada waktu
serah-terima pekerjaan untuk menjamin kelangsungan layanan purna-jual.
3. Pengalaman minimum 10 [sepuluh] tahun dalam manufacture dan design Video
Surveillance Devices.
4. Minimum lima [5] tahun pengalaman instalasi Video Surveillance System.
5. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang
menggunakan fasilitas UB harus dalam tanggungan penyedia.
6. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan
identitas dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman
laporan harian dan minggu dan setelah itu didokumentasikan.
7. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto
ataupun video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
8. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua
yang terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada
pergantian harus setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan
jelas.
9. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil
yang bersangkutan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) sehingga
didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.

H.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan perlengkapan System CCTV ini meliputi pekerjaan pengadaan peralatan
berikut pemasangan dan instalasi kabel.

H.3. Penjelasan Sistem


1. System CCTV yang dimaksudkan adalah untuk membentuk sekaligus meningkatkan
system keamanan seluruh gedung selama 24 jam secara terus menerus.
2. System CCTV yang terpasang harus sudah sesuai dengan system CCTV IP. yang
terbaru yaitu apabila diinginkan dapat diatur dengan system komputerisasi ( IT ) sehingga
dapat diinterkoneksi dengan system LAN (Local Area Network) yang ada, sehingga
apabila diinginkan beberapa computer dapat akses ke system CCTV tersebut.
3. System CCTV yang terpasang apabila diinginkan harus dapat dioperasionalkan secara
remote sehingga apabila diinginkan management dapat mengoperasikan system CCTV
tersebut dari luar gedung yang posisinya dari mana saja baik dari dalam kota maupun
luar kota dapat akses ke System CCTV yang terpasang melalui jaringan telekomunikasi.
4. Seluruh peralatan yang membangun system CCTV ini harus memenuhi standard industri
Indonesia, dari satu merk atau lebih dan disaat serah terima harus dilampirkan surat
garansi 1 (satu) tahun dari Authorized Dealer (agen tunggal) di Indonesia (bermaterai).
Standard manufaktur memenuhi I.S. /ISO 9001/EN 29001, QUALITY SYSTEM.
5. Garansi pabrikan 3 tahun tahun untuk replacement dan repair defective equipment,
terkecuali battery yang bergaransi 1 tahun.
6. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja
(SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Pelaksana
Pekerjaan diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan.
Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan
alamat manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana antara lain :

- Manufacturer Data

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup


detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.

- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada
kaitannya dengan unit tersebut.

- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit
berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa
lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik. Persetujuan oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau sesuai
dengan ketentuan diatas.

7. Pada waktu unit-unit material tiba di lokasi, maka Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan daftar komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan
dilengkapi dengan gambar detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap
dengan manualnya. Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
8. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam
keadaan baik, ditandatangani bersama oleh Kontraktor Pelaksana dan Konsultan
Pengawas.

• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction,
Technical dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4
(empat) copy telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
H.4. Instalasi
Sistem cabling tiap-tiap kamera CCTV menggunakan system topologi star, artinya seluruh
kabel UTP kamera CCTV dari tiap-tiap titik ditarik menuju masing-masing sentral CCTV.
Demikian juga untuk penarikan kabel power tiap-tiap kamera CCTV menuju ke UPS yang
berada di Sentral. Masing-masing kabel power dan kabel utp.cat.6 yang ditarik dimasukkan
dalam pipa conduit PVC High Impact, yang harus diperhatikan disini adalah antara kabel
power dan kabel Cat.6 tidak diperbolehkan ditarik dalam satu pipa conduit dan bersilangan
dengan kabel power listrik lainnya. Atau mengunakan CCTV yang sudang didukung dngan
system kabel POP Hal ini untuk menghindari induksi power listrik terhadap signal video.

Adapun material kabel yang dipergunakan system ini adalah :

1. Kabel Video UTP.Cat 6 produksi ex. Supreme, Kabelmetal serta Kabelindo .


2. Kabel Power NYM 3 x 2,5 mm produksi ex. Supreme, Kabelmetal, serta Kabelindo.

H.5. Spesifikasi teknis


1. Video Management System
a. Sistem yang dikehendaki adalah Video Management System (VMS) enterprise-class
dengan basis client/server yang menyediakan pengaturan secara digital untuk video,
audio dan data pada jaringan IP.
Video management system terdiri atas module-module : central server, recording
services, configuration client, dan operator clients. Beberapa workstation dapat
melalukan live-viewing Video dari site yang berbeda secara simultan. Cameras,
recorders dan viewing stations dapat diletakkan secara bebas sepanjang tersedia
jaringan IP.

b. VMS haruslah mendukung layanan sebagai berikut :


- VMS Network Video Recorder
- Local Recording (Recording at the edge)
- Virtual Recording Manager
- Videos NVRs
c. Komponen software VMS dapat dijalankan baik pada PC tunggal untuk aplikasi
sederhana ataupun pada PC/server yang berbeda untuk aplikasi yang lebih
kompleks.
d. Central server, the BVMS NVR serta BVRM di-operasikan dengan platform Windows
2003 Server dan Windows XP.
e. Configuration Client software di-operasikan dengan platform Windows 2003 Server
dan Windows XP.
f. Operator Client software di-operasikan dengan platform Windows XP.
g. VMS harus dibangun dengan arsitektur client/server yang mudah untuk
dikembangkan, di-manage secara terpusat, serta memungkinkan full virtual matrix
switching dan control systems.
h. VMS di-desain untuk dapat dijalankan pada existing infrastruktur IT infrastructure.
i. VMS mempunyai built-in command script editor yang memungkinkan customized
command scripts untuk mengontrol keseluruhan fungsi system secara virtual.
Command scripts dapat diaktifkan oleh system operator atau bilamana terjadi
kondisi alarm.
j. VMS harus kompatibel dengan MPEG-4 encoders, decoders, IP cameras, IP
AutoDomes, Vidos NVRs, Allegiant, DiBos, POS/ATM bridge, dab DiBos ATM
bridge.
k. VMS mempunyai sedikitnya dua type client yaitu “NVR Operator Client” dan “VRM
Operator Client”. Perekaman pada DiBos atau NVRs hanya dapat di-akses oleh
“NVR Operator Client”. Sedangkan Local recording devices, serta perekaman pada
Vidos NVRs hanya dapat diakses oleh “VRM Operator client”.
l. VMS mempunyai pilihan bahasa sebagai berikut : English, German, Dutch, Italian,
Portuguese, French, Spanish, Simplified Chinese, Traditional Chinese, Russian,
Hungarian, Czech, Danish, Finnish, Greek, Norwegian, Polish, Swedish, Thai,
Turkish dan Korean. VMS memungkinkan pemilihan bahasa per user group.
m. VMS menyediakan sedikitnya 10 (sepuluh) programmable recording schedules.
Schedules dapat di-program untuk melakukan pengaturan record frames rates pada
kondisi day, night, weekend periods serta holidays dan exception days.
n. VMS memungkinkan pengaturan hak akses user groups terhadap specific cameras,
pan/tilt/zoom control, exporting video, akses ke event log files.
o. VMS menyediakan interface ke Intelligent Video Analytics (IVA) untuk keperluan
advanced motion detection yang mampu melakukan analisa ukuran, arah dan
kecepatan obyek serta keluar/masuk obyek pada suatu area.
p. Konfigurasi parameter IVA dapat dilakukan melalui Configuration Client.
q. Events yang di-triger oleh IVA atau IP cameras, dapat dikirimkan ke VMS.
r. Workstations VMS dapat dihubungkan sampai dengan 4(empat) monitors, dimana
tiap-tiap monitor dapat di-konfigurasi untuk display live streaming video, playback
video, site maps, atau alarms.
s. VMS support Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) untuk keperluan
integrasi dengan Microsoft Active Directory.
t. Export video and audio data dalam ASF format ke media CD/DVD drive, network
drive, atau USB drive. Playback dapat dilakukan dengan standard software seperti
Windows Media Player.
u. The VMS shall auto-discover encoder, decoder, NVR, and VRM devices. Device
detection shall support devices in different subnets.
v. Kemampuan Auto-discover IP devices dan auto-assignment of unique IP
addresses.
2. Komponen Video Management System
a. Central Server software melakukan management, monitoring, data stream
management, alarm management, priority management, central logbook dan user
management.
b. Update Operator Client dan Configuration Client dapat dilakukan melalui Central
Server.
c. Configuration Client software menyediakan interface untuk system configuration dan
management.
d. Operator Client software menyediakan user interface untuk system monitoring dan
operation.
3. VMS NVR (Network Video Recorder) Failover
a. VMS mempunyai kemampuan failover dimana satu NVR dapat difungsikan sebagai
backup untuk NVR lainnya.
b. “hot switch” function, pada waktu terjadi failure pada NVR, cameras secara otomatis
melakukan pemindahan media perekaman ke back up NVR.
4. VMS NVR (Network Video Recorder) Redundancy
a. Redundant VMS NVR melakukan perekeman dengan video streaming yang sama
pada primary NVR.
b. Operator Client dapat melakukan akses ke data pada Redundant NVR.
5. Analog Monitor Support
a. VMS shall support analog monitors yang dikoneksikan melalui IP decoders.
b. Analog monitors dapat dikonfigurasi mode full screen mode atau quad mode.
6. Digital Video Recorder (DVR) Connection
Video management system dapat di-interface dengan DiBos family DVRs revision 8.

7. CCTV Keyboard Control


Kontrol kamera dapat dilakukan via IntuiKey family keyboards, termasuk KBD-DIGITAL
dan KBD-UNIVERSAL.

8. DIGITAL VIDEO STORAGE


a. Digital Video Storage Array haruslah berkapasitas besar, berkecepatan tinggi dan
memiliki performance tinggi untuk aplikasi playback. Storage array mempunyai fitur
RAID-5 dengan 12 (dua belas) bays, mampu menyediakan kapasitas sampai
dengan 5.5 terabytes, dan kemampuan koneksi sampai dengan 31 (tiga puluh satu)
video servers via iSCSI protocol. for extended storage. Desain modular untuk
memudahkan pemeliharaan serta memperkecil waktu down-time.
b. Semua komponen kritikal digital video storage array, termasuk disk drives, power
supply module, cooling module, dan battery backup unit (BBU) haruslah hot-
swappable.
c. Digital video storage array memiliki konektor sebagai berikut :
- 2 (dua) RJ45 connector untuk koneksi RAID controller ke external network
devices atau Ethernet ports.
- 1 (satu) COM port untuk akses controller-embedded configuration utility melalui
serial cable.
d. Specifications :
- Peak Current : 6A @ 115VAC or 3A @ 230VAC.
- Operating Power : 350 watts (maximum operating conditions)
- Voltage Range : 120/240VAC, 50/60 Hz
- Power : IEC male
- Host Ports : Two (2) RJ-45 Gigabit Ethernet
Host Channels, 10/100 BaseT compatible

- RS-232 Serial Port : 3.5 mm jack (includes a cable with 3.5 mm


to DB-9 connectors and an adapter)
- Operating Temperature : 0 to 40C (32 to 104 F)
- Humidity : 5% to 95% non-condensing
9. AUTODOME IP IR CAMERA (Behavior Analysis)
a. Modular camera system terdiri atas 5(lima) tipe interchangeable modules: CPU,
camera, housing, communications dan power supply.
1) CPU Module menentukan fixed atau kemampuan PTZ (pan/tilt/zoom) dan
advance intelligence functions seperti : privacy masking, behavior analyses,
face detection dan tracking.
2) Camera Module meliputi fixed atau PTZ, color atau Day/Night , behavior
analyses, face detection dan zoom range options.
3) Housing Module tersedia indoor dan outdoor applications.
4) Communications Module merupakan pilihan transmisi video dan data ke matrix
switch, NVR atau IP video system.
5) Power supply module option tergantung kebutuhan instalasi (indoor atau
outdoor) serta proteksi terhadap tegangan surja.
b. Hotswap capability (penggantian modules tanpa harus power down system).
10. OUTDOOR IP Color Camera (Behavior Analysis)
a. Modular camera system terdiri atas 5(lima) tipe interchangeable modules: CPU,
camera, housing, communications dan power supply.
1) CPU Module menentukan fixed atau kemampuan PTZ (pan/tilt/zoom) dan
advance intelligence functions seperti : privacy masking, behavior analyses,
face detection dan tracking.
2) Camera Module meliputi fixed atau PTZ, color atau Day/Night , behavior
analyses, face detection dan zoom range options.
3) Housing Module tersedia outdoor applications.
4) Communications Module merupakan pilihan transmisi video dan data ke matrix
switch, NVR atau IP video system.
5) Power supply module option tergantung kebutuhan instalasi (outdoor) serta
proteksi terhadap tegangan surja.
b. Hotswap capability (penggantian modules tanpa harus power down system).

H.6. Testing & Commissioning


2. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang
berlaku.

3. Pengujian
a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas yang
bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara
yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini
dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta
melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini dilaksanakan
maka dapat diadakan serah terima pertama dari Kontraktor Pelaksana ke Pemberi
Tugas.
b. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
- Pengujian simulasi CCTV terhadap system.
- Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
- Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor Pelaksana wajib memberitahu
Konsultan Pengawas terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa
disaksikan oleh Konsultan Pengawas akan dinyatakan tidak sah dan harus
diulang kembali.
- Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap dilakukan
pengujian sekaligus secara keseluruhan.
- Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik untuk
daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
- Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian, maka
Kontraktor Pelaksana wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya
menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
- Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada bagian
paket pekerjaan Kontraktor Pelaksana lain, maka biaya perbaikannya tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sistem tata suara.
- Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang
baik dari instansi yang berwenang.
4. Pemeriksaan Perangkat Keras Komisioning
Pada saat penyelesaian instalasi dan sebelum dimulainya uji komisioning, Kontraktor
Pelaksana harus memeriksa semua perangkat keras dan memverifikasi bahwa tugas
berikut telah diselesaikan sesuai dengan spesifikasi desain :

a. Semua kamera IP CCTV telah dipasang di lokasi yang ditentukan dalam dokumentasi
desain.

b. Kamera dari jenis yang ditentukan (misalnya warna, hitam dan putih, tetap, zoom
miring) telah dipasang.

c. Kabel listrik dan komunikasi telah disesuaikan ukurannya dan dipilih untuk memastikan
bahwa kabel tersebut akan mendukung peralatan yang terpasang saat ini dan yang akan
datang.

d. Kabel telah disembunyikan jika memungkinkan di ruang langit-langit, rongga dinding


atau anak tangga.

e. Perlindungan mekanis telah disediakan untuk meminimalkan kemungkinan kerusakan


fisik pada kabel.

f. Saluran dan kabel telah diamankan secara efektif untuk memastikan bahwa mereka
dapat mendukung pemasangan kabel saat ini dan masa depan.

g. Kamera telah diamankan dengan benar untuk melindungi dari kerusakan operasional
dan memastikan stabilitas untuk penggunaan terus menerus.

h. Sambungan telah diakhiri dan diisolasi dengan benar untuk memastikan konektivitas
dan perlindungan yang memuaskan terhadap kesalahan dan gangguan.

i. Kamera eksternal telah dilengkapi dengan perlindungan yang memadai terhadap


kelembaban dan kondisi lingkungan lainnya.

j. CPU stasiun kerja operator, layar LCD, dan perangkat periferal telah dipasang di lokasi
yang ditentukan. Kabel penghubung telah dilindungi dari kerusakan mekanis dan telah
dihubungkan secara permanen.

k. Kamera dan tempat kerja operator telah diidentifikasi dengan label peralatan yang
sesuai dengan konvensi daftar aset UOW.

l. Peralatan terkait seperti catu daya dan sakelar telah terhubung dengan benar dan
diamankan dengan benar.

Semua peralatan harus dipasang dan harus lulus inspeksi.

5. Pemeriksaan Perangkat Lunak Komisioning


Sebelum dimulainya uji komisioning, kontraktor harus memverifikasi bahwa perangkat
lunak aplikasi yang benar telah dipasang dan dikonfigurasi pada peralatan kendali IP
CCTV. Kontraktor minimal harus mengkonfirmasi hal-hal berikut:

a. Semua modul perangkat lunak yang ditentukan dalam dokumentasi desain atau modul
yang diperlukan untuk melakukan semua fungsi operasi yang ditentukan telah diinstal
dan dikonfigurasi untuk memenuhi persyaratan sistem UOW;

b. Versi rilis terbaru dari semua modul perangkat lunak termasuk tambalan dan
peningkatan telah disediakan;

c. Perangkat keras peralatan kontrol memiliki kapasitas yang cukup untuk mendukung
rutinitas dan fungsi perangkat lunak dalam kondisi permintaan kasus terburuk;

d. Semua kamera, laporan sistem, layar dan menu telah dikonfigurasi dengan benar;

e. Perangkat lunak telah terdaftar di UOW.

Jika salah satu hal di atas belum diselesaikan, uji komisioning harus ditinggalkan dan
dijadwalkan ulang.

6. Uji komisioning harus dilakukan untuk menilai fungsionalitas keseluruhan dari sistem IP
CCTV sesuai standar dan spesifikasi desain. Setiap kamera harus diuji secara individual
untuk memastikan bahwa itu mengirimkan sinyal atau data yang benar ke stasiun kerja
operator. Tes komisioning membutuhkan setidaknya dua penguji yang memenuhi syarat
dan disetujui. Satu penguji harus ditempatkan di stasiun kerja operator dan yang lainnya
di lokasi kamera. Perangkat komunikasi portabel, seperti radio genggam, harus
digunakan untuk komunikasi antara dua penguji.
7. Saat setiap uji komisioning dilakukan, hasilnya harus dicatat pada jadwal uji komisioning
yang sesuai. Setiap pengujian yang dilakukan harus ditandai lulus atau gagal. Setiap
komentar mengenai operasi abnormal khususnya untuk pengujian yang gagal harus
dicatat di bagian komentar dari jadwal komisioning.
8. Pengujian berikut harus dilakukan untuk setiap kamera CCTV:
• Pastikan kamera menghasilkan gambar yang jelas dengan resolusi tidak kurang dari
yang ditentukan;

• Pastikan kamera mempertahankan gambar yang jelas dan secara otomatis


mengkompensasi kondisi cahaya yang berubah termasuk perubahan siang / malam;

• Pastikan kamera memiliki jangkauan dinamis lebar yang dipasang jika ditentukan dan
dioperasikan untuk mencegah kamera membutakan;

• Pastikan kamera memberikan cakupan yang lengkap dan benar dari area yang
ditentukan;

• Pastikan bahwa kamera pan, tilt and zoom (PTZ) sepenuhnya dapat dikontrol dan
berfungsi dengan benar termasuk preset kamera;

• Pastikan kamera pan, tilt and zoom (PTZ) dapat melakukan posisi preset panggilan
kamera dengan mensimulasikan alarm peristiwa;
• Pastikan area tampilan kamera mungkin ditutup untuk mencegah aktivasi alarm yang
tidak diinginkan;

• Verifikasi bahwa kamera telah dilengkapi dengan perangkat anti-perusakan;

• Simulasikan alarm gangguan dan verifikasi bahwa sinyal yang benar dikirim ke stasiun
kerja operator;

• Mensimulasikan kesalahan pengumpanan video dan memverifikasi bahwa sinyal yang


benar dikirim ke stasiun kerja operator;

9. Jika kamera diaktifkan alarm dan telah dihubungkan dengan stasiun kerja operator
keamanan, verifikasi fungsi berikut:
• Aktivasi Alarm;

• Kontrol kamera secara manual;

• Pengurutan dan kontrol kamera otomatis;

• Pelaporan;

• Memverifikasi bahwa laporan data historis dapat dibuat dalam waktu kurang dari lima
(5) detik;

• Denah lokasi yang menunjukkan semua fitur yang relevan.

10. Pengujian berikut harus dilakukan untuk unit kendali:


• Verifikasi bahwa strategi kontrol telah dikonfigurasi dengan benar;

• Verifikasi bahwa data dikirim dengan benar ke semua peralatan;

• Pastikan unit kontrol mengaktifkan alarm ketika terjadi kondisi lingkungan yang tidak
normal (jika diprogram);

• Pastikan bahwa fungsi analisis data video waktu nyata (seperti deteksi gerakan)
dilakukan secara waktu nyata dan tampilan terkait ditampilkan di monitor;

• Verifikasi antarmuka sistem IP CCTV dengan pemantauan elektronik dan sistem kontrol
akses dan/atau sistem interkom untuk menampilkan tampilan kamera yang benar pada
monitor ketika sinyal yang sesuai diterima.

11. Pengujian berikut harus dilakukan untuk perangkat lunak sistem CCTV IP digital:
• Pastikan bahwa kapasitas penyimpanan data yang memadai telah dipasang di
workstation seperti yang ditentukan;

• Pastikan perangkat keras sistem yang disediakan memenuhi spesifikasi minimum;

• Verifikasi fungsi berikut untuk perangkat lunak sistem CCTV IP digital:

o Rekam;
o Berhenti;
o Bermain;
o Jeda;
o Mundur;
o Maju cepat;
o Frame demi Frame.
• Aktifkan area alarm kemudian verifikasi bahwa data video yang benar direkam oleh
sistem.

12. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga)
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

H.7. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.

2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah barang
diserahkan kepada pemilik.

3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti
peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor Pelaksana .

H.8. Lain - Lain

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau


disebutkan dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga
Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan
biaya.

1. Kontraktor Pelaksana harus memintakan Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk


menjalankan Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri
(Kontraktor Pelaksana) kepada Instansi berwenang yang terkait dengan pekerjaan ( SLO,
PLN, DEPNAKER , Dinas Lingkungan hidup dan PMK).

I. INSTALASI HYDRANT & SPRINKLER

I.1 Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan instalasi hydrant dan
sprinkler berikut peralatan bantunya serta ketentuan lainnya yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan ini.
I.2 . Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan dan pemasangan pompa Hydrant Electrical dengan Cap.500 GPM ,Head 25
mtr , pumpa Diesel dengan Cap.500 GPM ,Head 25 mtr dan pompa jocky dengan
Cap.15 GPM ,Head 25 mtr di dalam ruang pompa , lengkap dengan sambungan-
sambungan dan perlengkapan asesesoris yang diperlukan.
2. Pengadaan dan pemasangan pipa hydrant dan sprinkler dari tandon bawah ke alat-alat
penerimaan (Fire House Cabinet dan unit Sprinkler) dalam bangunan lengkap dengan
sambungan-sambungan dan perlengkapan yang diperlukan.
3. Menyelenggarakan percobaan-percobaan dan acceptance test.
4. Menyelenggarakan program pelatihan bagi petugas keamanan dan karyawan tentang
pengetahuan sistem dan operasinya.
5. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang
menggunakan fasilitas UB harus dalam tanggungan penyedia.
6. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan
identitas dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman
laporan harian dan minggu dan setelah itu didokumentasikan.
7. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto
ataupun video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
8. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua
yang terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada
pergantian harus setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan
jelas.
9. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil
yang bersangkutan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) sehingga
didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.

I.3 . Uraian Pekerjaan


1. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana, meliputi pengadaan,
pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem
yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan instalasi pemadam kebakaran ini harus dikerjakan oleh instalator yang telah
mempunyai Surat Pengakuan (PAS) dari Instansi terkait (Dinas PMK) maupun dari
Pemerintah Daerah setempat yang berlaku.
3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan beserta perlengkapannya
harus sesuai dengan gambar rencana.
4. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi hydrant dan sprinkler harus seijin/
disaksikan Konsultan Pengawas.
5. Persyaratan pemipaan instalasi Hydrant dan sprinkler, meliputi :
a. Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi Hydrant dan Sprinkler adalah pipa Black
Steel Pipes (BS) Class Sch. 40, disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat dari
bahan yang sama dengan pipa tersebut.
b. Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa
sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangannya harus
menyesuaikan kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
c. Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu
pula dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan,
pembengkokan pipa tidak diperkenankan.
d. Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan dengan cara las.
e. Untuk pipa-pipa yang menembus atap, kontraktor diwajibkan menyediakan Flashing
yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran dan ketebalan yang memadai.

I.4 . Pengadaan dan Pemasangan


Kontraktor Pelaksana harus mengadakan dan memasang seluruh peralatan untuk bekerjanya
sistem pemadam kebakaran yang meliputi :

1. Pengadaan dan pemasangan instalasi pipa hidrant lengkap dengan asesorisnya (fitting,
katub dan lain-lain) sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
2. Pengadaan dan pemasangan kotak hidrant (termasuk selang, nozzle, hose rack, landing
valve, dll), pilar hidrant dan sambungan dinas lengkap dengan asesorisnya sesuai
dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
3. Pembersihan pipa mengunakan aliran air yang bertekanan dari pompa yang disediakan
oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Pengujian kebocoran instalasi pemipaan hidran dengan pengujian tekanan hidrolik yang
dilakukan secara bertahap (bagian perbagian), kemudian dilanjutkan secara keseluruhan
setelah jaringan pemipaan terpasang semuanya, hingga sistem tersebut dapat bekerja
dengan baik sesuai dengan perencanaan.
5. Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus .
Penyangga pipa dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat beban
yang harus dipikul dan jumlah deret pipa yang ada serta digalvanis. Ukuran – ukuran bolt
yang dipakai disesuaikan dengan ukuran pipa.
6. Pemasangan pompa-pompa kebakaran harus sesuai dengan sistem yang diinginkan dan
persyaratan teknis dari pabrik.
7. Pompa harus dipasang sedemikian sehingga getaran yang ditimbulkan dapat diisolir.
Peredam getaran yang dipilih untuk defleksi statis yang sesuai beratnya.
I.5 . Material / Bahan Yang Dipakai
1. Pipa Black Steel Pipe BS-40-1387/1967 Sch. 40 beserta perlengkapannya produksi ex.
Bakrie serta Spindo dengan diameter sesuai gambar.
2. Semua fitting (Gate valve, Check Valve, Floating, Foot Valve, Preasure Reducing Valve
dll) dari bahan Black Steel Pipe BS-40-1387/1967 Sch. 40 produksi ex. Kitz, Tyco, Jis
serta Viking.
3. Seluruh katub yang dipasang di pemipaan pemadam kebakaran harus dari jenis fire
fighting valves yang mempunyai tekanan kerja 300 psi dan tekanan test 700 psi (kelas
300). Khusus gate valve yang dipasang harus tipe OS&Y (Outside Screw & Yoke). Katup
harus UL Listed dan FM Aprroved.
Spesifikasi material gate valve harus seperti berikut ini :

a. Body : cast iron


b. Bonnet : cast iron
c. Disc : cast iron
d. Hand Wheel : cast iron
e. Stem : brass
f. Bolt and nut : steel
g. Yoke : cast iron
h. Finishing : red epoxy coating
4. Sprinkler yang digunakan adalah :
a. Type Pendant
Model : H Standard Response

Nominal Orifice : ½” ( 15 mm ), 68 °C

NPT : ½” ( 15 mm )

K-Factor : 5,6 ( 8,1 )

b. Type Sidewall
Model : H Standard Response

Nominal Orifice : ½” ( 15 mm ), 68 °C

NPT : ½” ( 15 mm )

K-Factor : 5,6 ( 8,1 )

5. Kotak Hidrant, Pilar Hidrant dan Siamesse Connection


a. Pilar Hidrant dan Siamese Connection
Pilar hidrant dan siamese connection yang digunakan adalah dengan 2 buah outlet
dia. 2½” vander heyde lengkap dengan tutup dan rantainya. Selain ball valve pada
outlet pilar hidrant juga harus dilengkapi dengan main valve dan fasilitas drainnya.

Model : Two Ways


Produksi : Pabrikan

Preasure : Standard JIS 10 K

Kelengkapan : Main valve & Ball Valve

Siamesse Connection yang digunakan type Wall model S.7 dengan VDH produksi
pabrikan

b. Kotak Hidrant – In Door


Kotak hidrant In door lengkap dengan hose/selang yang panjangnya 40 meter
diameter 2½” dan nozzle juga diameter connection 2 ½”. Box ini harus dilengkapi
dengan kunci, dimana anak kuncinya diletakkan pada sebuah kotak kaca pada pintu
box tersebut. Dan juga dielngkapi dengan Water Gauge Pressure maksimal 15 bar.

Model : Indoor Type B

Produksi : Pabrikan

Preasure : Standard JIS 10 K

Kelengkapan : roll fire house, hydrant valve, seamless nozzle, hose rack
& hydrant valve

c. Warna Kotak Hidrant


Kotak hidrant, pilar hidrant dan siamese connection harus berwarna merah gelap
dengan tulisan warna putih yang jelas.

6. Safety dan Automatic Air Release Valve yang digunakan produksi pabrikan
7. Preasure Relief Valve yang digunakan produksi pabrikan
8. Material yang dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

I.6 . Cara pemasangan


1. Umum
a. Kontraktor Pelaksana harus memasang semua peralatan dan pemadam kebakaran
sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini.
b. Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara umum.
Semua detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam bentuk gambar
kerja oleh Kontraktor Pelaksana dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
disetujui.
c. Pemasangan Pipa :
- Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok, kusen jendela,
rangka langit-langit dan lainnya sehingga terdapat ruang atas yang cukup untuk
pemeliharaan pipa, fitting serta peralatan lainnya.
- Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut, Kontraktor
Pelaksana harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas, untuk
mendapat penyelesaian.
- Ketinggian langit-langit, dimensi balok, dimensi kolom, dimensi shaft dan lain-lain
dicantumkan secara jelas pada gambar arsitektur, finishing dan gambar struktur.
- Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi untuk
mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/atau gerakan-gerakan akibat aliran
fluida pada tempat-tempat tertentu dengan sistem sambungan swing, flexible
expansion loop dan lainnya.
- Pemipaan untuk peralatan/mesin harus ditopang secara terpisah sehingga tidak
membebani unit mesin/peralatan tersebut, dan jika diperlukan harus disertai
peredam getaran.
2. Pemasangan dan Penyambungan Pipa Dalam Bangunan
a. Pipa Tegak
Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang
dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antara penyangga maksimum
3 meter.

b. Pipa Mendatar
- Untuk yang berada di atas langit-langit dan di bawah lantai, pipa harus dipasang
dengan menggunakan penggantung. Sedangkan yang berada di atas lantai pipa
diberi penyangga yang dilengkapi dengan klem-U.
- Persyaratan penyangga dan penggantung pipa harus sesuai dengan table di
atas.
- Jarak antara penggantung pipa terhadap dinding bias disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
- Pipa mendatar harus digantung menggunakan gantungan pipa yang dilengkapi
dengan pelindung (sadel) untuk pelindung terhadap tekanan dasar penggantung.
Persyaratan penggantung harus sesuai dengan table di atas. Pipa mendatar
harus dipasang dengan kemiringan/slope sekitar 1% - 2%.
c. Pipa Dalam Tanah
- Pipa yang dipasang di bawah tanah, jalan atau pelataran parkir, harus ditanam
dengan kedalaman kurang lebih 80 cm yang diukur dari bagian atas pipa sampai
permukaan tanah atau lantai pada peil yang terendah.
- Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus dipadatkan dan diratakan terlebih
dahulu kemudian diurug dengan pasir padat setebal 10 cm, setelah pipa
diletakkan di sekeliling dan di atas pipa diurug kembali dengan pasir setebal 15
cm, kemudian diurug dengan tanah urug sampai padat.
- Apabila dalam galian tidak memenuhi syarat (80 cm) karena sesuatu hal, maka
pipa pada bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton
bertulang minimal setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat
beton tidak sampai bertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai padat.
- Konstruksi permukaan tanah atau jalan bekas galian harus dikembalikan seperti
semula.
- Pipa yang akan ditanam diberi lapisan raping/plinkut terlebih dahulu, kemudian
dilapisi dengan lembaran karung goni dan kemudian dilapisi dengan plinkut
kembali. Pipa yang ditanam harus diberi tanda blok beton setiap 2 (dua) meter.
- Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir padat
setebal 10 cm, selanjutnya setelah pipa diletakkan, diberi bata di atasnya di
sekeliling dan di atasnya diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm, untuk
selanjutnya diurug tanah sampai padat.
- Penyambungan pipa di ruang mesin harus menggunakan Flexible Coupling,
sedangkan di luar ruang mesin menggunakan flens dan baut.
- Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada ruangan pipa bagian atas harus
dilindungi dengan plat beton bertulang tebal + 10 cm dan pemasangannya tidak
mengganggu jalan kemudian ditimbun dengan baik sampai rata dengan
d. Penyangga dan penggantung pipa.
- Gantungan pipa harus dipasang sesuai dengan ketentuan di atas.
- Setiap penyangga lurus dibuat untuk menjamin bahwa panjang pipa disangga
dengan baik dan jarak antara pipa yang lain tidak kurang dari 100 mm . Selama
pemasangan ujung pipa yang terbuka harus ditutup.
e. Lain – lain.
- Tata letak yang ditunjukkan pada gambar merupakan perkiraan, tetapi cukup
memberi petunjuk jalur pipa yang dimaksud. Semua pekerjaan perpipaan harus
dibuat sedemikian rupa sehingga bebas dari penyusutan dan pemuaian yang akan
mengakibatkan kerusakan pada pekerjaan/bagian lain. Harus diprbaiki bahwa
perpipaan disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi dan lurus.
3. Sambungan Ulir
a. Pipa harus dipotong secara tegak lurus terhadap sumbu pipa dengan
menggunakan alat potong pipa seperti hack saw atau alat lainnya, sehingga tidak
menyebabkan perubahan diameter pipa.
b. Ulir pipa harus mengikuti segala ketentuan pada standard Taper Pipe Treads BS.
21. atau ANSI B2.I dan dibuat dengan alat khusus pembuat ulir dengan
menggunakan pelumas red load dan linceed oil atau minyak jenis lain yang tidak
beracun.
c. Panjang ujung ulir untuk setiap pipa harus mengikuti ketentuan berikut :
Nominal Diameter Panjang Efektif
(mm) (inch) Ujung Berulir
(mm)
15 ½ 15
20 ¾ 17
25 1 19
32 1½ 22
50 2 26
65 2½ 30
80 3 34
100 4 40
125 5 44
150 6 48

d. Sambungan ulir harus menggunakan Teflon Sealing Tape atau yang sejenis.
e. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan
kotoran atau sejenisnya.
4. Sambungan Flens (Flange)
a. Sambungan flens harus menggunakan flens lengkap dengan packing flange dan
tebal minimum 3 mm dan di ikat dengan mur-baut.
b. Pembersihan terhadap welding slag atau kotoran di dalam dan di bagian luar ujung
pipa harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.
c. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan
kotoran atau sejenisnya.
5. Penyambungan Las
Sambungan las harus menggunakan alat las listrik dengan kampuh las yang sesuai.
Prosedur pengelasan harus mengikuti standar yang berlaku. Operator pengelas harus
memiliki sertifikat 4G-SGAW dari instansi yang berwenang.

6. Pemasangan Alat Ukur


a. Kontraktor Pelaksana harus memasang alat ukur pada instalasi pipa dengan
menggunakan fitting alat ukur.
b. Pada instalasi pemipaan harus disediakan dan dipasang fitting untuk penempatan
alat ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan harus
dipasang dengan benar dan simetris.
7. Sambungan dengan peralatan
Sambungan dengan peralatan harus menggunakan sambungan union atau flens.
Sambungan tersebut harus dipasang pada kedua sisi peralatan.

8. Pipa yang tertanam Dalam Bangunan


Semua pemipaan yang dipasang diantara dua dinding atau ditanam dalam tanah atau
daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau harus diuji secara hidraulis lebih dahulu
sebelum ditutup.
9. Penyangga dan Penggantung Pipa
a. Semua pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Tidak diperbolehkan
menggantungkan pipa ke pipa lainnya.
b. Penyangga dan penggantung pipa harus terbuat dari besi siku atau besi kanal.
c. Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang
dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antar penyangga maksimum
3 meter.
d. Penggantung dan penyangga pipa harus diikat ke konstruksi bangunan dengan
memakai insert.
e. Penyangga/penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut :

HANGER ROD SPACING


Ukuran pipa < 1 1½ 2 2½ 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20
nominal (inchi)
Jarak antar 7 9 10 11 12 14 16 17 19 22 23 25 27 28 30
maksimum (ft)
HANGER ROD SCHEDULE

Pipe size Rod Size Pipe Size Rod size

Up to dia. 2” 3/8” dia. 4” thru 5” 5/8” dia.

2 ½ thru 3” ½” dia. 6” thru 12” 7/8” dia.

f. Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam getaran
(Vibration Eliminator).
10. Penembusan Pipa
a. Pipa yang menembus dinding beton atau tembok, harus diberi pipa selubung
(sleeve) yang diameternya lebih besar daripada diameter pipa yang akan
menembus dinding.
b. Bahan dari pipa selubung (sleeve) dari jenis High Pressure PVC, atau Polyethlene
atau Polybutane atau Tembaga.
c. Cara pemasangan harus sesuai seperti yang tercantum pada gambar dokumen.
11. Pembersihan
Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk :

a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran.
b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga
mengkilat.
c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yang kotor akibat pemasangan
pekerjaan plumbing.
e. Semua bagian luar dari peralatan.
12. Penandaan Pipa
a. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengecatan terhadap pipa untuk penandaan
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis.
b. Kontraktor Pelaksana harus mengecat dasar dengan bahan dasar syntetis terlebih
dahulu pada masing-masing pipa, sebelum cat akhir.
c. Semua pipa harus di cat dengan cat akhir (sesuai dengan spesifikasi arsitektur).
Pada setiap jarak 12 meter dan pada saat keluar dari shaft, harus diberi indikasi
penamaan pipa (simbol pipa) dan penunjuk arah aliran.

SKEDUL PEWARNAAN
NO SUBJECT WARNA
1 Instalasi Pemipaan Merah
2 Arah aliran putih
3 Bahan Gantungan & Support Hitam

13. Pemasangan Hose Rack Box, Fire Hose dan Fire Estinguisher
Hose Rack dipasang di dalam box dan tertanam di dinding hingga permukaan (pintu) rata
dengan dinding tersebut. Jarak antara dasar hydrant box dengan lantai 40 cm. Di dalam
Hydrant box harus dilengkapi dengan Fire hose, Nozzle, dan Fire Departmen
Connection.

14. Pemasangan Pilar Hydrant dan Siamese Connection


Pilar hidran dan siamese connection ditempatkan di luar bangunan, di atas permukaan
tanah sesuai dengan gambar document. Peletakan pilar hydrant dan siamese connection
di atas pondasi beton dengan ketentuan berat pondasi minimal 2 x berat pilar hydrant.

15. Pembersihan
Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk :

a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran.
b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga
mengkilat.
c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat pemasangan
pekerjaan plumbing.
e. Semua bagian luar dari peralatan.

I.7 . Testing & Comissioning


1. Pengujian Terhadap Kebocoran
Setelah semua instalasi air bersih terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolik
sebesar 15 kg/cm² selama 1 x 24 jam tanpa terjadi perubahan/penurunan tekanan.
2. Pengujian Sistem Pompa
Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian terhadap kapasitas aliran dan sistem
operasi pompa. Pengujian laju aliran pompa dapat menggunakan alat ukur berupa flow
meter yang dipasang pada jaringan perpipaan dan alat pencatat waktu (stop watch).
Panel kontrol merupakan kelengkapan unit tiap-tiap fire Fighting pump yang dapat
mengatur kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembantu,
pompa utama penggerak electric maupun pompa penggerak engine masing-masingn
mempunyai Fire Pump Controller tersendiri. Khusus pompa penggerak engine akan
bekerja secara automatic bila saluran daya listrik terputus pada saat terjadi kebakaran.

3. Pengujian Aliran pada saat Kebakaran


Pengujian saat disimulasikan ada kebakaran disebut juga dengan Pengujian Aliran
Kebakaran. Pengujian Aliran Kebakaran adalah metode yang banyak digunakan untuk
memperkirakan aliran api yang tersedia dari hidran kebakaran tertentu dalam sistem
distribusi air. Penting bagi masyarakat dan industri untuk secara teratur menguji sistem
hidran/sprinkler kebakaran untuk mengetahui kemampuannya dalam situasi darurat.
Sistem air secara konstan dipengaruhi oleh perbaikan, kerusakan, dan perubahan
penggunaan. Pengujian Aliran Kebakaran sering digunakan dalam proses kalibrasi untuk
model sistem distribusi air hidrolik untuk menentukan koefisien kekasaran dan untuk
menemukan katup tertutup. New York Leak Detection, Inc. (NYLD) menghubungkan
pengukur aliran ke hidran uji untuk mengukur tekanan statis dan sisa sebagai berikut:

• Tekanan Statis ada pada titik tertentu dalam kondisi sistem distribusi normal yang
diukur pada hidran (pengukur) sisa tanpa hidran yang mengalir.
• Tekanan Sisa ada dalam sistem distribusi, diukur pada hidran sisa (pengukur) pada
saat pembacaan aliran dilakukan di hidran aliran.
Tes aliran NYLD sangat akurat, dengan akurasi +/- 4 gpm di seluruh rentang. Penguji
aliran elektromagnetik membaca tekanan statis, tekanan dinamis, aliran sesaat, dan
aliran total. Peralatan NYLD mengukur aliran dari 8 hingga 792 gpm dan tekanan
maksimum hingga 362 psi pada pembacaan digital. Data uji aliran api memberikan
informasi yang diperlukan untuk perencana layanan air, biro proteksi kebakaran, dan
perancang bangunan. Para profesional desain menggunakan galon per menit dan
tekanan yang tersedia dari sistem air saat menggambar rencana sistem sprinkler.
Pengujian aliran api dapat mengungkap sejumlah masalah mekanis sehingga dapat
diperbaiki sebelum sistem hidran/sprinkler dibutuhkan dalam keadaan darurat.

4. Kontraktor Pelaksana harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan
2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Kontraktor Pelaksana menyerahkan
jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui. Seluruh
biaya pengujian ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan laporan pengujian/sertifikat test untuk
peralatan sistem kepada Konsultan Pengawas.
6. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
7. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik
dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor Pelaksana
diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah
ditetapkan dalam peraturan/Spesifikasi Peralatan.
8. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Konsultan Pengawas yang ditunjuk
Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan
bersama.
9. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui
pada saat Pemeriksaan/Pengujian harus segera diganti dengan yang baru/
disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
10. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3
(tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan terhadap kebocoran (tekanan hydrostatis)
b. Hasil pengetesan terhadap peralatan (kinerja pompa).
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain

I.8. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

- Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor


Pelaksana.
- Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan
setelah barang diserahkan kepada pemilik.
- Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau
berfungsi kurang baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki
atau mengganti peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas
biaya Kontraktor Pelaksana.

I.9. Lain - Lain

3. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau


disebutkan dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, sehingga
system/Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
tambahan biaya.
4. Kontraktor Pelaksana harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin diperlukan
untuk menjalankan sysstem/Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas
tanggungan sendiri (Kontraktor Pelaksana) kepada Instansi berwenang yang terkait
dengan pekerjaan ini (SLO, PLN, DEPNAKER ,Dinas Lingkungan hidup dan PMK). Jika
diperlukan .
J. INSTALASI TATA SUARA (SOUND SYSTEM)

J .1 . Umum
1. Keseluruhan peralatan utama yang membangun sound system ini harus dari merk yang
sama. Adapun merk yang boleh direferensikan adalah Ex. T0A - Z, Bosch
2. Kontraktor Pelaksana harus merupakan dealer produk atau perusahaan yang
mendapatkan Surat Dukungan dari Dealer. Yang dimaksud Dealer adalah Perusahaan
yang mendapatkan Surat Penunjukan dari Distributor serta mendapatkan Surat
Dukungan dari Principal (Agen Tunggal Pemegang Merk) di Indonesia.
3. Sistem tata suara harus memenuhi standard keselamatan evakuasi sebagaimana
dipersyaratkan pada IEC 60849 standard.

J .2 . Lingkup Pekerjaan
1. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, pemakaian listrik dan air kerja yang
menggunakan fasilitas UB harus dalam tanggungan Kontraktor Pelaksana.
2. Seluruh personil yang terlibat dalam instalasi dan pengerjaan diharuskan mencantumkan
identitas dan juga menerapkan protokol kesehatan COVID 19 dan disertai pencantuman
laporan harian dan minggu dan setelah itu didokumentasikan.
3. Pada saat pengecekan hasil pekerjaan harus didokumentasikan dalam bentuk foto
ataupun video dengan isi berupa spesifikasi teknis dan harus semua terdokumentasi.
4. Dalam pencantuman personil baik dari penyedia , kontraktor , sub kontraktor dan semua
yang terlibat dalam pengerjaan dan instalasi harus ada identitas personil dan bila ada
pergantian harus setara dan harus dicantumkan dalam berita acara secara baik dan
jelas.
5. Dalam Laporan mingguan harus disertai identitas dan data yang berkaitan pada personil
yang bersangkutan disertakan hasil dari dokumentasi (foto dan atau video) sehingga
didapatkan data dan dokumentasi yang lengkap.
6. Sebagaimana yang tertera dalam gambar rencana, Kontraktor Pelaksana pekerjaan
Sistem Tata Suara ini harus mengadakan dan memasang, serta nantinya menyerahkan
seluruh hasil pekerjaan dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan instalasi system tata suara yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

a. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian peralatan sentral sistem tata suara


meliputi unit penguat sinyal suara (booster amplifier) lengkap dengan unit kontrol
dan monitor serta pemasangan sistem dalam rak untuk peralatan sentral tata suara.
Serta menyambung padukan dengan peralatan Existing sehingga berfungsi dengan
baik peralatan baru dan existing .
b. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian MDF dan kotak hubung bagi (TB) di setiap
lantai.
c. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel distribusi sistem tata suara
antara peralatan sentral dan sistem rak dengan kotak hubung bagi di setiap lantai.
d. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian alat pengeras suara (loud speaker) sesuai
dengan gambar rencana.
e. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel pemakaian antara kotak
hubung bagi dengan alat-alat pengeras suara dan volume control di tempat yang
ditunjuk.
f. Melaksanakan matching dan balancing atas semua speaker dan sistem secara
keseluruhan, sedemikian rupa hingga menghasilkan kualitas suara yang prima dan
tingkat tekanan bunyi yang merata di seluruh bagian lantai bangunan.
7. Ruang lingkup pekerjaan sound system meliputi pengadaan peralatan berikut
pemasangannya. Pengadaan dan pemasangan peralatan sound system ini secara
keseluruhan terbagi menjadi 2 (dua) bagian utama yaitu :
a. Sound System untuk Back Ground Music, Paging dan Evacuation, meliputi area
selasar dan public area.
8. Sound system untuk keperluan Evacuation, meliputi semua area yang telah dicover oleh
item diatas tersebut di atas ditambah area-area yang memerlukan ketenangan
.Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperkuat dan meningkatkan Kualitas suara secara
merata ke seluruh area Kampus.
Kualitas suara tidak hanya diperkuat tetapi harus mempunyai derajat pengertian atau
kejelasan suara (intelegibility) yang tinggi, bebas dari gangguan listrik tegangan tinggi
dan sinyal pemancar pemancar baik yang ada didalam gedung itu sendiri maupun diluar
gedung seperti ORARI, KRAP dan sejenisnya.

9. Pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut :


Peralatan Utama :

a. Plena Voice Alarm Controller


b. Plena Voice Alarm Router
c. Plena Voice Alarm Call Station
d. Plena Voice Alarm Keypad
e. Booster Amplifier 240 Watt
f. Telephone PA Coupler
g. DVD MP3 Player & Integrated Tuner FM-AM
h. Ceiling Speaker 7.5 Watt, metal grill
i. Surface Speaker 15 Watt, metal grill
j. Horn speker 15 watt .
k. Volume Control 36 Watt
Peralatan Penunjang :

a. Rack 19” c/w Roof Fan, Blank Panel, accessories


b. Terminal Box Sound System
c. Change Over switch

J .3 . Kemampuan Peralatan
Sound system yang ditawarkan, haruslah memiliki kemampuan minimal sebagai berikut

1. Sound system berbasis microprocessor (microprocessor based).


Perubahan setting dan konfigurasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah tanpa perlu
merubah perkabelan.

Selain itu system mampu melakukan supervisi dan kontrol sebagai berikut :

- Full system supervision.


- Loudspeaker line supervision.
- Emergency microphone supervision.
- Message manager supervision.
2. Bilamana pada supervisi diketemukan adanya kerusakan pada system amplifier, secara
otomatis system dapat melakukan penggantian ke spare amplifier (amplifier cadangan).
3. Sistem dilengkapi dengan had-held emergency microphone yang terintegrasi pada front
panel.
4. Digital pre-recorded messages sampai dengan 255 messages dan system pengaturan
dengan Digital message management.
5. Tingkat Kekerasan dan Kualitas Suara harus dapat diatur secara group dan terpusat dari
sentral untuk menyesuaikan dengan keadaan ruang sehingga menghasilkan kualitas
suara sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
6. Sound system yang dipasang harus dapat berfungsi dengan baik untuk distribusi suara
secara merata pada area (zone) yang dipilih dan tidak mengganggu zone lainnya.
Misalnya dilakukan pilihan untuk zone 1 dan 2, maka zone 3 dan 4 tidak boleh ikut
berbunyi. Pemilihan zone dilakukan melalui selector yang terintegrasi pada microphone
call station.

7. Sistem tata suara yang akan dipasang memiliki sistem prioritas otomatis untuk layanan
dengan urutan prioritas terendah sampai tertinggi sebagai berikut :
a. Back Ground Music ke semua ruangan/lantai yang dilengkapi speaker.
b. Paging dengan Attention Chime untuk penyampaian berita, dengan sistem 18
zones.
c. Emergency Call dengan Pre-Recorded Announcement, yang dapat di-trigger dari
Emergency Push-button ataupun Master Control Fire Alarm. Emergency Call
merupakan prioritas tertinggi, merupakan All Call (ke semua speaker) dan dilakukan
by-pass terhadap volume control.
8. System priority yang dapat diprogram sampai dengan 16 level, dimana microphone
dengan priority lebih tinggi dapat melakukan over-ride ke microphone dengan priority
lebih rendah (namun tidak sebaliknya), dengan pengaturan urutan prioritas sebagai
berikut :
a. Emergency Microphone.
b. Microphone General PA.
c. Call Station untuk car call.
9. Selain untuk keperluan back ground music, announcement/paging dan
mengumandangkan adzan, peralatan harus dilengkapi dengan system evakuasi untuk
hal-hal yang bersifat darurat. Sinyal dari MCFA secara otomatis dapat mengaktifkan
digital programmable pre-recorded message module.

J .4 . Instalasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan Public Address (Sound System) yang perlu diperhatikan antara
lain:

1. Kabel Speaker
a. Instalasi perkabelan ke semua speaker yang tersebar di seluruh gedung
terdiri dari :

- Kabel jenis NYMHY 3 x 1,5 mm² digunakan dari sub-sentral sampai dengan
Volume Control
- Kabel jenis NYMHY 2 x 1.5 mm² digunakan dari Volume Control sampai dengan
ceiling speaker dan dari Mixing Amplifier ke ceiling speaker.
b. Penarikan kabel dari sentral ke seluruh volume control dan ceiling speaker harus
dibuat secara group tiap-tiap lantai (1 lantai dibuat 1 group), kecuali dari sentral ke
coloumn speaker, penarikan kabel dibuat secara langsung dari Mixing Amplifier ke
beberapa column speaker secara parallel (dalam 1 group tersendiri) dan
menggunakan kebal NYMHY 2 x 2.5 mm².
2. Kabel Microphone
Instalasi kabel microphone terdiri dari:

- Kabel Microphone Stereo (3 core kabel ) dengan kualitas terbaik dan kabel telephone
ITC 2x10x0.6 mm² (10 pairs) ditarik dari front office sampai dengan sentral.
3. Kabel Microphone Stereo (3 core kabel) dengan kualitas terbaik dan kabel telephone ITC
2x2x0.6mm² (4 pairs) ditarik dari front office tiap-tiap lantai sampai dengan sub sentral.
J .5 . Spesifikasi Teknis
1. System Pre-Amplifier
a. Electrical
- Mains voltage 230 Vac/115 Vac, ±15%, 50/60 Hz
- Max mains power consumption 50 VA
- Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10%
- Max battery current 1 A
- Max mains inrush current 1.5 A @ 230 Vac / 3 A @ 115 Vac
b. Performance
- Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB)
- Distortion < 0.5%
- Call channel Bass control: -6/+6 dB @ 160 Hz
- Treble control: 0/+12 dB @ 5 kHz
- BGM channel Bass control: 0/+20 dB @ 100 Hz
- Treble control: 0/+18 dB @ 15 kHz
- Channel separation >65 dB @ 1 kHz
- Priority mute >50 dB
c. Inputs
1) Call station inputs(8-pin DIN, balanced, for LBB 1941/00 and/or LBB 1946/00)
- Sensitivity 1 V
- Data RS485, 1200, N, 8, 1, 0
2) Mic/Line input (3-pin XLR/5-pin DIN, balanced)
- Sensitivity 1 mV (microphone), 200 mV (line)
- Impedance >1 kOhm (microphone),>5 kOhm (line)
- S/N (flat at max volume) >63 dB (microphone), >70 dB (line)
- S/N (flat at min volume/muted) >75 dB
- CMRR >40 dB (50 Hz – 20 kHz)
- Headroom >25 dB
- Speech filter -3 dB @ 315 Hz, high-pass, 6 dB/oct
- Phantom power supply 16 V via 1.2 kOhm, in microphone mode only
3) BGM input (Cinch, unbalanced, stereo converted to mono)
- Sensitivity 500 mV (CD), 200 mV (aux, tape)
- Impedance 22 kOhm
- S/N (flat at max volume) >70 dB
- S/N (flat at min volume/muted) >80 dB
- Headroom >25 Db
4) PC input (Cinch, unbalanced, stereo converted to mono)
- Sensitivity 1 V
- Impedance 22 kOhm
- S/N >70 dB
5) Emergency/telephone (Screw, balanced)
- Sensitivity 100 mV – 1 V adjustable
- Impedance >10 kOhm
- VOX threshold 50 mV
- S/N >65 dB
d. Outputs
1) Master output (3-pin XLR, balanced)
- Nominal level 1 V
- Impedance <100 Ohm
2) Tape output (Cinch, 2 x mono)
- Nominal level 350 mV
- Impedance 3.3 kOhm
3) Headphone output (6.3mm jack stereo, signal mono)
- Nominal level 3 V
- Impedance <100 Ohm
e. Control
1) RS232 (9-pin D-sub)
2) Baudrate 19k2, N, 8, 1, 0
3) Trigger inputs (Screw)
4) Activation contact closure
f. Relays
1) Zone output relay contacts 100 V, 2 A
2) Zone override relay contacts 100 V audio for 3-wire override, 24 Vdc for 4-wire
override
3) Call Active relay contacts 100 V, 2 A
4) DC supply output voltage 24 V, 250 mA max
g. Enviromental Conditions
1) Operating temperature range -10 to +550C
2) Storage temperature range -40 to +700C
3) Relative humidity <95%

2. Call Station w/ 6 Zones Selector ( LBB 1946 )


a. Electrical
1) Power supply
- Voltage range 18 – 24 V
- Current consumption <30 mA
b. Performance
1) Nominal sensitivity 85 dB SPL (gain preset 0 dB)
2) Nominal output level 700 mV
3) Maximum input sound level 110 dB SPL
4) Gain preset +6/0/-15 dB
5) Limiter treshold 2 V
6) Compression ratio limiter 1:20
7) Distortion <0.6% (maximum input)
8) Equivalent input noise level 25 dB SPLA
9) Frequency response 100 Hz – 16 kHz
10) Speech filter -3 dB @ 315 Hz, high-pass, 6 dB/oct
11) Output impedance 200 Ohm
12) Selections
- Chimes 18 different combinations
- Priorities 2 different priorities
c. Environmental Conditions
1) Operating temperature range -10 to +550C
2) Storage temperature range -40 to +700C
3) Relative humidity <95%

3. Booster Amplifier 240 Watt


a. Electrical
1) Mains voltage
- 230 Vac/240 Vac, ±10%, 50/60 Hz
- 110 Vac, ±10%, 50/60 Hz
2) Max mains power consumption 800 VA
3) Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10%
4) Max battery current 11 A
b. Performance
1) Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB, @ -10 dB ref. rated output)
2) Distortion <1% @ rated output power, 1 kHz
3) S/N (flat at max volume)>85 dB
c. Inputs
1) Line input (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced)
- Sensitivity 1 V
- Impedance 20 kOhm
- CMRR>25 dB (50 Hz-20 kHz)
2) 100V input (Screw, unbalanced)
- Sensitivity 100 V
- Impedance 330 kOhm
-
d. Outputs
1) Line loopthrough output (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced)
- Nominal level 1 V
- Impedance direct connection to line input
2) Loudspeaker outputs (Screw, floating)
- Max/rated output power
- 70/100V output 360 W/240 W
- 8Ohm output 44 V (240 W)
3) Output power @24 V
4) Battery operation -1 dB ref. rated power
e. Enviromental Conditions
1) Operating temperature range -10 to +550C
2) Storage temperature range -40 to +700C
3) Relative humidity <95%

4. Telephone – PA Coupler
a. Environmental conditions, category: T2
b. IP code: 42
c. Approval: CE
d. Supply voltage : 36 V d.c.
- At the station, idle <10 V d.c. 0 V d.c.
- At the station, in operation 18 - 36 V d.c. 15 V d.c.
e. Current consumption 24-36 V d.c./18-30 V a.c. 24-36 V d.c./18-30 V a.c.
- At the station, idle <0.3 mA 0 V 0 V
- At the station, in operation 27 mA 6-10 mA 6-10 mA
f. Output power (continuous/peak): 6 W in
g. Cabling:
- Extension line 2-wire
- Power line 2-wire

5. CD-MP3 Player & integrate Tuner FM-AM


a. Electrical
- Mains voltage 230/115 VAC, ±15%, 50/60 Hz.
- Max mains power consumption 25 VA.
- Max mains inrush current 1.5 A @ 230 Vac / 3 A @ 115 Vac.
b. Tuner
1) Tuning range
- FM : 87.5 - 108 MHz (EUROPE, 50 kHz)
87.5 - 108 MHz (ASIA/AMERICA, 100 kHz)
- AM : 531 - 1602 kHz (EUROPE, 9 kHz)
530 - 1610 kHz (ASIA/AMERICA, 10 kHz)

2) Sensivity
- FM : 2 µV (26 dB S/N)
- AM : 30 µV (20 dB S/N)
3) Performance
- Frequency response 30 Hz - 15 kHz (+1/-3 dB, FM).
- Distortion <1%
- S/N >63 dB (1 m V, FM)
c. CD/Player
1) Audio CD
- Frequency response 20 Hz - 20 kHz (+1/-3 dB)
- Distortion <0.1%
- S/N >80 dB
d. MP3 CD/CD-R
- Supported bit rates CBR 32 kbps - 320 kbps and VBR, mono and stereo
e. Outputs
- Tuner output (Cinch, 2x mono)
Nominal level 200 mV

- CD-player output (Cinch, 2x mono)


Nominal level 500 mV

- Mixed output (Cinch, 2x mono)


Nominal level 200 mV

f. Enviromental Conditions
- Operating temperature range +5 to +55°C
- Storage temperature range -25 to +55°C
- Relative humidity <95%

6. Box Speakers 6 Watt


- Rated Input Selection/impedance : 6w, 3w, 1.5w, 0.8w ( 100V Line )
- Frequency Response : 100- 12,000Hz
- Sound Pressure Level (1W/1m) : 90dB
- Speaker Components : 12 cm Dyanamic Speaker
- External Dimensions (WxHxD) : 190 x 214 x 150 mm
- Material : Enclosure : Wood, Grille : Cloth21 W
7. Ceiling Speaker 6 Watt
- Type : Flush Ceiling Mount
- Rated Output : 6W
- Rated Input Selection/Impedance : 6W, 3W, 1.5W, 0.8W (100V line)
- Frequency Response : 100 ~ 12.000 Hz
- Sound Pressure Level (1W/1m) : 90 dB
- Speaker Components : 12 cm dynamic speaker
- External Dimensions : 191 x 74mm
- Speaker Mounting Hole : 150mm
- Weight : 620g
- Finish Panel : ABS resin, Off white

8. Horn speaker 25 Watt


- Max Power 25 Watt
- Rated power (PHC)10W ( 10/15/25 Watt }
- Sound pressure level at rated power/ I W (at 1kHz, 1m):103dB (at 1 kHz, 1w, 1m).
- Effective Frequency range (-10dB): 500 Hz to 5kHz
- Opening angle (at 1kHz,-6dB) Hor/ Ver (130°/50°) / (130°/50°)
- Rated voltage: 100V
- Rated impedance: 667
- Ambient temperature range: -25° to +55°C
- Water.and dust protected: acc to IEC 602591P65
- Safety: acc to IEC 60065
- Connection: 4 wire cable, 50cm long

9. Volume Control 30 Watt


- Rated power 30 W
- Input voltage 100 V
- Level Control 4 steps (0 dB, -6 dB, -12 dB, OFF)
- Operating Temperature-10 ℃ to +50 ℃
- FinishABS Resin Color: Off-white

J .6 . Persyaratan Teknis Pelaksanaan


1. Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan memakai
flexible conduit.
2. Kotak hubung bagi ditempatkan di tempat yang sesuai dengan gambar rencana di setiap
lantai pada ketinggian 150 cm di atas muka lantai dan diklem ke dinding dengan dynabolt
1/2" x 2" sebanyak 4 buah. Semua kabel yang masuk/keluar kotak hubung ini harus
melalui kabel gland.
3. Semua kabel yang digunakan harus ditempatkan dalam Conduit high impact, sedangkan
semua kabel distribusi harus diklem pada tangga kabel yang dipasang di shaft dengan
memakai dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah pada setiap jarak 75 cm. Conduit harus
diklem pada struktur bangunan dengan saddle klem.
4. Semua alat pengeras suara (loudspeaker) harus dipasang pada tempat-tempat yang
sesuai seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, di mana koordinat yang tepat
akan dapat ditentukan lebih lanjut dalam shop drawing oleh Kontraktor Pelaksana
sesudah dipadukan dengan perlengkapan lain yang ada. Bagi penempatan speaker yang
belum jelas akan ditentukan kemudian di lapangan.
5. Untuk semua pekerjaan yang bersifat elektrikal, Kontraktor Pelaksana terikat pada
persyaratan dan ketentuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni PUIL 2020.

J .7 . Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang
berlaku.

2. Pengujian
b. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak
mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah
ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan
dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta
melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini dilaksanakan
maka dapat diadakan serah terima pertama dari Kontraktor Pelaksana ke Pemberi
Tugas.
c. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
- Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
- Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor Pelaksana wajib memberitahu
Konsultan Pengawas terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa
disaksikan oleh Konsultan Pengawas akan dinyatakan tidak sah dan harus
diulang kembali.
- Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap dilakukan
pengujian sekaligus secara keseluruhan.
- Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik untuk
daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
- Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian, maka
Kontraktor Pelaksana wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya
menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
- Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada bagian
paket pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor sistem tata suara.
- Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang
baik dari instansi yang berwenang.
3. Pengujian tata suara lebih detailnya sebagai berikut
▪ Pengadaan, pemasangan dan pengujian Peralatan Sentral Sistem Tata Suara, meliputi
unit sumber sinyal suara (program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifire).
• Pengadaan, pemasangan dan pengujian unit kontrol & monitor serta Sistem Rak
peralatan-peralatan Sentral Sistem Suara dilengkapi dengan Double Cassette Deck,
Tuner AM/FM, MP3 dan CD Player sebagai sarana yang dapat dipergunakan sesuai
kebutuhan.
• Pengadaan, pemasangan dan pengujian Main Distribution Frame (MDF) dan Juction
Box (JB).
• Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel distribusi Sistem Suara
antara peralatan sentral dan system rak dengan kotak hubung Bagi di setiap lantai.
• Pengadaan, pemasangan dan pengujian alat pengeras suara (Speaker)
• Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel pemakaian antara kotak hubung
bagi dengan alat pengeras suara (speaker) disetiap lantai.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam
rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
5. Contoh Form Pengetesan Speaker (KEPMEN LH 1996) :
No. Uraian Tempat Instalasi Hasil Maksimal(db) Hasil Pengujian (db)

1. Speaker Lantai 1 85

2. Speaker Lantai 2 85

3. Speaker Lantai 3 85

4. Speaker Lantai 4 85

5. Speaker Lantai 5 85

J.8. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

1. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana.

2. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan ini ditetapkan selama 6 bulan setelah
barang diserahkan kepada pemilik.

3. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi/barang yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Kontraktor Pelaksana harus segera memperbaiki atau mengganti
peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik atas biaya Kontraktor Pelaksana
.
J.9. Lain – Lain

- Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan


atau disebutkan dalam Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana, sehingga system/Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
- Kontraktor Pelaksana harus memintakan/melengkapi Ijin-ijin yang mungkin
diperlukan untuk menjalankan system/Instalasi yang dinyatakan dalam
Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri (pemborong) kepada Instansi berwenang
yang terkait dengan pekerjaan ini (SLO, PLN, DEPNAKER ,Dinas Lingkungan
hidup dan PMK).
LAMPIRAN
PERHITUNGAN PEKERJAAN MEP

1. PERHITUNGAN SISTEM PLUMBING (AIR BERSIH, AIR KOTOR, DRAINASE)

C.3. Kondisi Perencanaan/Konsep Hitungan

1. Sistem Air Bersih

a. Standard kualitas air minum mengikuti Standard Depkes RI


b. Tekanan statis air katup pengatur : (1.2 s/d 3.5) bar
c. Beban unit alat plambing dalam fixture unit (FU), sebagai berikut:
- WC dengan tangki gelontor : 5 FU
- WC dengan katup gelontor : 10 FU
- Urinal dengan katup gelontor : 5 FU
- Bak cuci tangan (lavatory) : 2 FU
- Bak cuci dapur kecil : 2 FU
- Bak cuci pel : 4 FU
d. Kebutuhan air bersih:
- Karyawan/Pegawai : 80 liter/orang/hari
- Mahasiswa : 250 liter/orang/hari
- Pengunjung (orang luar) : 3 liter/orang/hari.
- Bak penampungan air bersih bawah dihitung untuk kebutuhan 1
(satu) hari.
e. Sumber air utama diambil dari PDAM.
- Air dari PDAM ditampung pada raw water tank terlebih dahulu untuk
kemudian dipompa dan disaring
- Air dari tangki bawah akan dipompakan ke roof tank terlebih dahulu
kemudian didistribusikan ke unit-unit lainnya. Suplai air bersih pada lantai
teratas (Lantai 4) akan menggunakan pompa booster.
- Untuk mengurangi tekanan air yang berada di pipa tegak air bersih dengan
sistem gravitasi, maka pada Tekanan air yang dipersyaratkan yaitu 1,2 - 3,5
kg/cm2.
f. Contoh Rumus Perhitungan Instalasi Air Bersih :

Penjelasan Rumus diatas adalah :

P = Panjang Ruang

L = Panjang (Length) ruangan dalam satuan Meter


Tabel Perhitungan Air Bersih

Kebutuhan Air
Jumlah Populasi
Bersih
Luas
Luas
Jml Bersih
No Nama Lantai Lantai
Unit Lantai
(m2) Populasi
(m2) Kerapatan (ltr/hari)
/pop (ltr/hr/org)
m2/org
(Org)

1 LANTAI - 1

Teras 124,10
99 2 50 15 750

lobby 107,45
86 2 43 30 1.290

Resepsionis 15,00
12 3 4 50 200

Ruang Divisi 190,00


152 5 30 50 1.500

Ruang Pelayanan 221,00


177 4 44 50 2.200

Musholah + Wudhu 89,70


72 1 72 5 360

Kamar mandi/toilet 45,20


36 2 18 200 3.600

Taman 164,88
132 4 33 200 6.600

R servis + tangga 105,17


84 4 21 5 105

2 LANTAI - 2

Teras 241,00
193 2 96 15 1.440

lobby 276,00
221 2 110 30 3.300

R. Dosen 21,00
17 3 20 50 1.000

Ruang Kelas 256,00


205 3 68 50 3.400
Kamar mandi/toilet 45,00
36 2 18 200 3.600

R servis + tangga 61,80


49 5 10 5 50

3 LANTAI - 3

Teras 119,60
96 2 48 15 720

lobby 276,00
221 2 110 30 3.300

R. Dosen 780,10
624 3 20 50 1.000

Ruang Kelas 61,80


49 3 16 50 800

Kamar mandi/toilet 96,00


77 2 38 200 7.600

R servis + tangga 153,60


123 5 25 5 125

4 LANTAI - 4

Teras 119,60
96 2 48 15 720

lobby 276,00
221 2 110 30 3.300

R. Dosen 780,10
624 3 20 50 1.000

Ruang Kelas 61,80


49 3 16 50 800

Kamar mandi/toilet 96,00


77 2 38 200 7.600

R servis + tangga 153,60


123 5 25 5 125

5 LANTAI - 5

Aktivitas berkebun 308,40


247 4 62 200 12.400

Atap Dak/Semi Roof


186,10
Garden 149 4 37 10 370
Tangga 10,80
9 2 4 5 20

- 1.254
69.275

SNI 03-6481-2000

Penentuan Volume tangki GWT Kap. STP = Qdnl x 80%

55,42 m3/hari

Jam Operasional 8 jam

Pemakaian air rata-rata air perjam, maka untuk menggunakan

pemakaian air rata-rata sehari selama 8~10jam

Keb. Air bersih per jam(Qh) = Qd /8 liter detik

= 8,66 m3/jam 519.563 liter detik

Kapasitas. Tandon bawah

Dimana :

Jadi :

Kapasitas. Tandon bawah (Vr)

Vr = Kebutuhan Air Bersih

= 69 m3

Total Kapasitas tandon bawah = Kapasitas tandon bawah untuk air bersih (Vr) + Total kebutuhan
Fire

= 69,28 +

= 69,28 m3
Penentuan Volume tangki Atas

Kebutuhan air pada jam puncak

Qh maks = C1 x Qh

Dimana :

Qh maks = Kebutuhan air pada jam puncak


(m3/jam )

Qh = Pemakaian air rata-rata per jam (


m3/jam )

C1 = Konstanta (
1,5 – 2 )

Jadi :

Qh maks = 2 x Qh

= 17,32 m3/jam

Pembulatan
= 88,00 m3/jam 24,44

---Kapasitas
Pompa
= 1,47 m3/menit ###### liter/menit Transfer

Kebutuhan air pada menit puncak :

Qm maks = C2 x (
Qh/60 )

Dimana :

Qm maks = air pada menit puncak (


m3/menit )

C2= Konstanta ( 3-
4)

Jadi :

Qm maks = C2 x (
Qh/60 )

= 0,58 m3/menit

Volume
tangki atap
:

Ve = ( Qm maks – Qh maks ) Tp + Qh maks x


Tpu

Dimana :

Ve = volume tangki atap ( m3 )

Tp = waktu kebutuhan jam puncak ( menit )

Tpu = waktu pompa angkat (


menit )

Diasumsikan :

Tp = 30 menit

Tpu = 10 menit

Jadi :

Ve = ( Qm maks – Qh maks ) Tp + Qh maks x Tpu

= (4,68) m3 (4,68)

Efektif Tandon Atas 2x3


= m3 m3

II. PERHITUNGAN KEBUTUHAN POMPA BOOSTER AIR BERSIH

JUMLAH PENGHUNI KEBUTUHAN AIR

Keb. Rata-rata air bersih menurut SNI 03-7065-2005 untuk Kantor


& Berkebun adalah 150 lt/orang/ hari

Untuk 5 lantai = 84.000 liter/hari

Penentuan Volume tangki ROOF

Keb. Air bersih per hari (Qdnl) =

105336
liter/hari
= 000,00

105336, m3/
= 00 hari

Berdasarkan tabel 3.12 Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari, maka untuk FTP tsb,menggunakan

pemakaian air rata-rata sehari selama 8~10jam

Keb. Air bersih per jam(Qh) = Qd /8

= 13167,00 m3/jam

Kebutuhan air pada menit puncak :


Qm maks = C2 x (
Qh/60 )

Dimana :

Qm maks = air pada menit puncak (


m3/menit )

C2= Konstanta (
1,5-2)

Jadi :

Qm maks = C2 x ( Qh/60
)

= 438,90 m3/menit 7,315

438.900 liter/menit
1. PERHITUNGAN SISTEM ELEKTRIKAL

D . 3. Kondisi Perencanaan/Konsep Hitungan


Standar yang digunakan sebagai dasar perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Sumber Daya Listrik


a. Sumber daya listrik utama akan di ambil dari tegangan jala-jala 20kV PLN dengan
sistem 3 (tiga) Phasa, 3 kawat. 50 Hz
b. Tegangan sistem distribusi tenaga listrik ke titik beban adalah 220/400 Volt, 50 Hz,
4 Kawat
c. Sumber daya listrik cadangan akan di ambil dari Diesel Generator dengan output
tegangan dan frekwensi seperti point b di atas.
d. Sumber daya listrik Cadangan akan memback-up area publik & servis sebesar 70%
beban tersambung
2. Faktor Kebutuhan ( Demand Factor)
a. Penerangan : 0.9
b. Kotak Kontak : 0.4 - 0.6
c. VAC : 0.9 - 1.0
d. Pompa-Pompa : 0.9 - 1.0
3. Faktor Keserempakan : 1.15
4. Rugi/Jatuh Tegangan (Voltage Drop)
Maksimum jatuh tegangan antara Panel Distribusi utama sampai ke titik beban adalah 5%

5. Tingkat Penerangan (Illumination Level)

Panel Room : 150 lux

Lobby, Corridor : 150 lux

Toilet : 200 lux

Catatan :

*) Lampu emergency, lengkap dengan baterai yang dapat mengisi secara


otomatis, akan dipasang pada daerah Ruang panel, Tangga, Panel data
dan lain lain.

*) Lampu Exit dengan fosforus akan dipasang pada pintu-pintu keluar di


setiap lantai
6. Uraian Cara Kerja Sistem
a. Out going dari PLN melalui Gedung F/Gardu Trafo akan di back-up oleh 1
(satu) feeder dari Panel Kontrol Genset sebagai daya cadangan yang berkerja
secara interlock
b. Sebagai pembangkit daya cadangan, di sediakan 5 (lima) buah generator
dengan kapasitas 800 kVA Back-up Genset adalah sekitar 70% dari total
beban listrik efektif. Untuk area servis & publik area
c. Sistem distribusi akan mengunakan tipe Radial, dimana tiap pusat beban
seperti STP, Pompa Air Bersih dan Kebakaran, Penerangan, dll akan langsung
disuplai dari Panel SDP melalui kabel
d. Khusus untuk beban pemadam kebakaran, disupplai dari busbar tersendiri
dimana daya listriknya diperoleh dari PLN melalui Trafo dan di back-up genset
100%
e. Sistem Proteksi yang digunakan untuk mengurangi / menghilangkan bahaya
lanjut dari suatu gangguan pada peralatan dan sistem distribusi adalah :
- Proteksi Arus Hubungan singkat (short circuit)
- Proteksi beban lebih ( Over load )
- Proteksi gangguan tegangan ( Over/Under Voltage )
- Proteksi gangguan arus tanah ( Earth fault )
- Proteksi daya balik ( Power reverse )
- Proteksi sambaran petir ( Lightning Stroke )
f. Grounding sistem listrik akan di gunakan sistem sistem TN-C dan TN-S,
Grounding khusus harus disiapkan untuk peralatan-peralatan yang sensitif
seperti Komputer, PABX, MATV, dll
g. Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Single Pole non Radio-
aktive yang di pasang pada ketinggian minimum 5 meter dari titik tertinggi, dan
akan di pasang pada gedung yaitu : pada menara yang ada pada titik tertinggi
dari bangunan tersebut.

7. Cara Kerja Sistem Listrik Dalam Keadaan Normal, Emergensi Dan Kebakaran
a. Dalam kondisi normal, daya listrik disuplai dari PLN melalui trafo
b. Pada saat PLN mati, system Automatic Main Failure ( AMF) akan menstart
Genset secara otomatis beban disupply dari Genset untuk SDP Gedung
c. Pada saat kebakaran, beban-beban peralatan kebakaran di supply dari
Genset, sedangkan beban lain dimatikan.
Uraian Contoh Perhitungan

Perhitungan AC dengan cara SNI -3-6572-2001

Disini kami mencoba memberikan cara perhitungan sederhana dalam menentukan kapasitas AC
yang sesuai untuk ruangan anda. Kapasitas AC dihitung dalam satuan BTU (British Thermal Unit)
tetapi untuk Indonesia orang lebih mengenal kapasitas AC dalam satuan PK (paardenkracht) dari
bahasa Belanda.

Dibawah ini adalah rumus perhitungan sederhana dengan asumsi ketinggian ruangan (R. Kuliah
Lantai 2) sekitar 4 meter. Apabila lebih tinggi dari 4 meter maka setiap kelipatan 1 meter dikalikan
dengan 1.000 BTU.

Panjang ruangan Efektif (m) x Lebar ruang Efektif (m) x 390 BTU

Untuk setiap orang yang menggunakan ruangan tersebut dikalikan dengan 390 BTU. Jadi misalnya
untuk ruangan 5,6 x 7,6 meter yang ditempati oleh 26 orang maka perhitungannya sebagai berikut :

( 5,6 x 7,6 x 390 BTU/jam ) + ( 26 x 390 BTU ) = 16005 + 7500 = 23.505 BTU
Ternyata untuk ruangan tersebut memerlukan AC dengan kapasitas tersebut maka idealnya anda
membeli AC ukuran 2 x 1½ PK.

Kapasitas AC berdasarkan PK:

AC ½ PK = ± 5.000 BTU/h
AC ¾ PK = ± 7.000 BTU/h
AC 1 PK = ± 9.000 BTU/h
AC 1½ PK = ± 12.000 BTU/h
AC 2 PK = ± 18.000 BTU/h
AC 2½ PK = ± 24.000 BTU/h

Sekarang anda bisa menentukan kapasitas AC yang sesuai dengan kebutuhan ruangan anda.
SNI 6197:2011- Perhitungan Titik Lampu
a. Perhitungan Titik Lampu
Penjelasan Rumus diatas adalah :

N = Jumlah titik lampu

E = Kuat penerangan (Lux), rumah atau gedung standar 100lux - 250lux

L = Panjang (Length) ruangan dalam satuan Meter

W = Lebar (Width) ruangan dalam satuan Meter.

Ø = Total nilai pencahayaan lampu dalam satuan LUMEN

LLF = (Light Loss Factor) atau Faktor kehilangan atau kerugian cahaya, biasa

nilainya antara 0,3–0,8

Cu = (Coeffesien of Utillization)

n = Jumlah Lampu dalam 1 titik

b. Contoh hitungan Ruang Office Lantai 1 (SNI 6197:2011 dan SNI 04-022-2000)
dengan panjang 3 meter dan lebar 3 meter, akan dipasang dengan lampu RMI 2 × PL 18
watt.
Perhitungannya sebagai berikut :

E = Kuat penerangan (Lux), Ruang Kerja adalah 300 lux

L = Panjang (Length) ruangan efektif 3 Meter

W = Lebar (Width) ruangan efektif 3 Meter.

Ø = Total nilai pencahayaan lampu 1600 LUMEN

LLF = (Light Loss Factor) kerugian cahaya 0.45 (antara 0,3–0,8)

Cu = (Coeffesien of Utillization) factor pemanfaatan 110%

n = Jumlah Lampu dalam 1 titik adalah 2 buah / titik


Dibulatkan dengan jumlah 1 buah

Menurut standart SNI, untuk penerangan Lembaga Pendidikan tidak boleh melebihi
Daya Pencahayan Maksimum adalah15 W/m² (termasuk rugi ballast)

Dari perhitungan diatas, kita mengetahui bahwa dengan ruangan 3 x 3 meter yang akan dipasang
lampu RMI 2 x 18W E27 220-240V memerlukan paling tidak 1 titik lampu.

8. Perencanaan Titik Stop Kontak

Disarankan untuk setidaknya luasan 50 m² dalam satu sirkuit mempunyai satu titik
stop kontak atau untuk tiap ruangan tertutup. (SNI IEC 62196-3:2014 dan SNI 04-022-
2000). Pada Ruang Janitor di lantai 1 dengan luas 1.35 x 1.35 meter maka diberikan 1
stop kontak.

Anda mungkin juga menyukai