Anda di halaman 1dari 5

Judul Buku : Filsafat Ilmu Mencari Makna Tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan

Dalam Nalar
Pengarang : Prof. Dr. Cecep Sumarna
Penerbit : Pt Remaja Rosdakarya
Tahun Terbit : Maret 2020

Dalam buku ini, saya mereview beberapa materi antara lain tentang makan filsafat dan cara
berpikir filsafat.

A. Makna Filsafat
Filsafat berasal dari kata philosophia atau philosophos. Keduanya terstruktur dari dua
suku kata, yakni philos yeng berarti cinta dan Sophia atau shofos yang berarti wisdom
atau bijaksana. Harun Hadiwijono dalam Cecep Sumarna 1 menyebut kata filsafat dengan
filosofien, yang berarti mencintai kebijaksanaan. Mencintai kebijaksanaan, menjadi kata
kunci dalam kajian ini, sebab dalam anggap tersebut, manusia tidak mungkin – pada taraf
tertentu – layak atau pantas disebut bijaksana.
Menurut Ali Mudhafir dalam Cecep Sumarna2 berpendapat bahwa filsafat dalam Bahasa
Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab), philosopia (Inggris), philosopie
(Jerman, Belanda dan Prancis). Kata-kata tadi berasal dari sumber yang sama, yakni dari
Bahasa Yunani, philosopia (philein dan philos), yang berarti mencintai dan berteman.
Kata shopos berarti bijaksana atau shopia yang berarti kebijaksana. Dengan demikian,
secara Bahasa, kata filsafat dapat diterjemahkan sebagai cinta kebijaksna, atau berteman
dengan kebijaksanaan.
Kata bijaksana (wisdom) atau mencintai kebijaksanaan, dalam pengertian tadi menjadi
ciri utama filsafat. Kata ini, diketahui secara umum sering dinisbatkan atas pemikiran
Socrates, yang dalam banyak waktu ketika hidupnya dihabiskan untuk menelusuri makna
sesungguhnya dari kebijaksanaan.
Menurut pyhtagoras dalam Cecep Sumarna3, kebijaksanaan itu milik Sang Abdi yang
hadirnya juga abadi. Yang abadi it uterus-menerus mengurus soal-soal yamg konkret
dinamika dan fisik serta sebagai gejala dan perubahan yang terjadi pada fisik.

1
Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu Mencari Makna Tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan Dalam Nalar ( Bandung:
2020 ), hal 3
2
Ibid
3
Ibid, hal 5
Selanjutnya, menurut Descartes dalam Cecep Sumarna 4 dianggap telah mendefenisikan
filsafat sebagai hokum ilmu pengetahuan, yakni tentang Tuhan, alam, dan manusia.
Filsafat dalam makna tersebut, bergesr lagi kearah kea rah yang lebih substantif, yang
pengertiannya menjadi berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya yang bersifat
teknis tadi. Dalam pengertian ini, filsafat berubah maknanya menjadi semacam jalan
hidup atau pandangan hidup.
B. Ciri Berpikir Filsafat
Bahwa seorang filsuf atau mereka yang disebut filsuf tidak mungkin dapat diketahui,
kecuali oleh mereka yang memahami ciri berfilsafat. Suatu kerangka berpikir, baru dapat
disebut telah berfilsafat apabiala, setidaknya, memahami empat ciri. Keempat ciri yang
dimaksud adalah:
1. Radikal
Radik (radix/Yunani) yang berarti akar atau dapat pula dengan mengakar dan berakar.
Kata radix yang berarti akar tadi di relasikan bahkan dijadikan ciri pertama mereka
yang layak disebut filsuf. Melalui kata ini, seorang filsuf patut diduga memiliki
kemampuan “memakasa” orang untuk berpikir, yang pada taraf tertentu samapai
keakar persoalan.
2. Sistematis
Sistematis, secara Bahasa berarti berkaitan satu sama lain, atau bahkan terkait satu
sama lain. Tidak dapat disebut sitematis, jika suatu kejadian tidak memiliki pertalian
atau tidak berdampak dengan aspek lain. Karena itu, tidak ada suatu kejadian yang
benar-benar berdiri sendiri, berada diruang hampa, tanpa pernah ada peran serta yang
lain di dalamnya.
3. Universal
Universal artinya menyeluruh. Dalam terjemahan lain, kata universal dapat pula
diartikan dengan makna bersifat umum. Kata universal memiliki perbedaan kata yang
relatif sama, yakni universalis (orang yang selalu berpikir menyeluruh) dan
universalisme, yaitu seseorang yang memandang bahwa suatu kebenaran baru
dianggap benar, jika kebenaran itu menganut paham universalitas.
4. Spekulatif
Sifat lain dari ciri berpikir filsafat yang keempat adalah spekulatif atau memiliki
kesanggupan untuk melakukan dugaan awal atas terjadinya suatu fenomena. Kata ini
mengandung arti adanya dugaan atas apa yang dilakukan, apa yang telah dilakukan,
4
Ibid, hal 7
atau apa yang mungkin terjadi. Spekulatif adalah Bahasa filsuf yang tidak boleh
diterjemahkan untung-untungan. Mengapa? Sebab kata “untung-untungan “akan
mengandung makna tidak memakai logika dantidak menggunakan sumber yang benar
dalam menentukan sebuah pilihan atas apa yang disebut dengan kebenaran.

Judul Buku : Pengantar Filsafat Ilmu


Pengarang : Suaedi
Penerbit : PT Penerbit IPB Press
Tahun Terbit : Januari 2016

Dalam buku ini, saya mereview beberapa materi antara lain tentang sejarah filsafat.

A. Filsafat
Pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan peradaban masa Yunani kuno, pada
tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah sungai Nil dan sungai Efrat sudah
mengenal alat pengukur berat, table bilangan berpangkat dan table perkilian menggunakan
sepuluh jari. Selain itu, merekapun sudah dapat mengadakan kegiatan benda-benda langit
seperti bulan, bintang, dan matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai ialah ilmu
astronomi. Pada saat itu India dan Cina juga telah menemukan cara pembuatan kertas dan
kompas.
B. Massa Yunani
Pada periode Yunani merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah karena saat
itu sudah terjadi perubahan pada pola pikir manusia yang dari mitosentris menjadi logo
sentris. Pola pikir mitosentris merupakan pola piker manusia yang percaya akan mitos,
namun pada saat filsafat di perkenalkan, fenomena alam yang mereka anggap dengan
suatu aktivitas dewa, tetapi para filsafat menjelaskan bahwa itu adalah aktivitas alam
yang terjadi secara alami.
C. Masa Abad Pertengahan

pada massa ini di awali dengan lahirnya filsafat Eropa. Pada abad ke-6 M mulai didirikan
sekolah-sekolah yang memberkan pelajaran tentang grametika, dialektika, geometri,
aritmatika, astronomi dan music.

D. Masa Abad Modren


Filsafat pada abad 20 M yang disebut filsafat kontenporer yang merupakan ciri khas
pemikiran filsafat, pada masa ini memberikan perhatian terhadap pada bidang Bahasa dan
etika sosial.
Masalah ini muncul karena banyak bermunculannya berbagai istilah, yang mana cara
pengucapannya sering tidak dipikirkan secara mendalam sehingga menimbulkan arti yang
berbeda-beda. Sehingga membuat para filsafat analitik yang didalamnya membahas
tentang
cara berpikir untuk mengatur pemakaian kata-kata atau istilah.
DAFTAR PUSTAKA

Sumarna, Cecep. 2020. Filsafat Ilmu Mencari Makna Tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan
Dalam Nalar.Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Suaedi.2016. Pengantar Filsafat Ilmu.Bogor: PT Penerbit IPB Press

Anda mungkin juga menyukai