Anda di halaman 1dari 29

JURNAL

ILMU PEMERINTAHAN
Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah
Volume 3– Nomor2, Oktober2018, (Hlm89-119)
Available online at: http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/jip
Submission: 25-08-2018; Revision: 3-09-2018; Publish Date: 30-10-2018
DOI : 10.24905/jip.v3i2.987

Implementasi Kebijakan Pembangunan Desa Pesisir Kabupaten Bintan


Provinsi Kepulauan Riau

Rendra Setyadiharja1, Suherry2, Raja Dachroni3
123Program Studi Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji

Tanjungpinang
* Korespondensi Penulis. E-mail: rendra_tanjungpinang@yahoo.co.id, Telp: +6281268660986

Abstrak
Kebijakan pembangunan desa merupakan amanat dari Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Desa dan diatur secara teknis di dalam Permendagri No. 114 Tahun 2014, maka dapat diketahui bahwa
perhatian Pemerintah Republik Indonesia terhadap pembangunan desa sangat tinggi. Maka ini
merupakan sebuah tantangan baru bagi pemerintah di desa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
implementasi kebijakan pembangunan desa pada desa wilayah pesisir serta mengetahui faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan pembangunan desa tersebut. Adapun lokasi penelitian adalah
pada Desa Berakit Kecamatan Teluk Sebong, Desa Mantang Lama Kecamatan Mantang dan Desa Kelong
Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Konsep implementasi kebijakan
yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah menggunakan konsep Van Meter dan Van
Horn, serta Konsep Agustino untuk menjawab faktor yang mempengaruhi kebijakan. Penelitian ini
merupakan penelitian berjenis kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menghasilkan
sebuah kesimpulan bahwa implementasi kebijakan pada desa pesisir di Kabupaten Bintan berjalan
dengan baik dengan didukung dengan tujuan kebijakan yang baik, kapasitas sumber daya yang baik,
baik sumber daya manusia, dan finansial, karakteristik dan sikap pelaksana yang lebih mengarah kepada
mencapai tujuan kebijakan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran bersama dengan
kolaborasi di dalam tata kelola pemerintahan desa yang baik dan optimal.
Kata kunci: Implementasi, Kebijakan Pembangunan

Implementation of Coastal Village Development Policy, Bintan Regency, Riau
Islands Province
Abstract
Village development policy is the mandate of Law No. 6 of 2014 concerning Education and
Machinery in Permendagri No. 114 of 2014 so that it can be seen that the attention of the Government of
the Republic of Indonesia to rural development is very high. So this is a new challenge for the government
in the village. The purpose of this study is to find out the implementation of village development in villages
and also the factors that influence the implementation of village development. The research locations
were in Berakit Village, Sebong Bay District, Mantang Lama Village, Mantang District, and Kelong Village,
Bintan Pesisir District, Bintan Regency, Riau Islands Province. The concept of policy implementation that
is used to use this research is to use the concepts of Van Meter and Van Horn, as well as the Concept to
identify the factors that influence policy. This research is a qualitative type of research with a descriptive
approach. This research yields a conclusion that the implementation of tourism village policy in Bintan
Regency is going well with the support of good goals, good resource capacity, both human resources and
financial, better implementing characteristics and attitudes to achieve policy goals for the sake of the
creation of prosperity and prosperity along with collaboration in good and optimal village governance.
Keywords: Implementation, Policy Development.

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 90
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

1. PENDAHULUAN bahwa kondisi Desa Berakit memang


memiliki potensi yang cukup baik untuk
Kebijakan pembangunan desa telah
dikembangkan. Desa yang wilayah
ditetapkan baik di dalam Undang-Undang
lautnya berbatasan langsung dengan
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (Dewan
Singapura dan Malaysia ini akan menjadi
Perwakilan Rakyat Indonesia, 2014), dan
satu pintu gerbang akses kedepannya
lebih teknis pada Peraturan Menteri
karena desa ini merupakan kawasan
Dalam Negeri (Permendagri) No.114
pesisir yang memiliki potensi dibukanya
Tahun 2014 (Menteri dalam Negeri,
akses pelabuhan, sehingga dengan
2014). Dimana secara umum, tujuan
kondisi yang potensial ini, maka perlu
pembangunan desa diarahkan untuk
sebuah pengaturan yang jelas dan kuat
menciptakan suatu kondisi desa yang
terhadap pembangunan desa. Aparatur
mandiri, makmur dan sejahtera. Salah
Pemerintah Desa Berakit telah diisi oleh
satu wilayah di Indonesia yaitu Provinsi
sumber daya manusia yang merupakan
Kepulauan Riau dan lebih khusus lagi
lulusan perguruan tinggi, kemudian
kepada wilayah pesisir yaitu Kabupaten
didukung dengan unsur kelembagaan
Bintan juga merupakan sebuah
yang sudah lengkap baik Perangkat Desa,
kabupaten yang terdiri dari banyak desa.
Badan Pemusyawaratan Desa (BPD),
Menurut Data Kepulauan Riau dalam
LPM, PPK, Posyandu Kelompok Tani dan
Angka Tahun 2015 jumlah desa di
Desa Siaga (RPJM Desa Berakit Tahun
Kabupaten Bintan adalah sebanyak 51
2016-2021). Dukungan terhadap pem-
Desa. Sebagian besar desa di Kabupaten
bangunan, Desa Berakit juga telah
Bintan ini merupakan wilayah pesisir.
memiliki sarana prasarana yang baik
Beberapa desa di wilayah pesisir di
seperti akses jalan beraspal, Kantor Desa
Kabupaten Bintan perlu perhatian khusus
Defenitif, menara telekomunikasi dan
seperti di Desa Mantang Lama, Desa
bahkan telah dibangun Pelabuhan
Kelong, dan Desa Berakit. Ketiga desa di
Internasional pada Pelabuhan Desa
Kabupaten Bintan ini selain desa di
Berakit (RPJM Desa Berakit Tahun 2016-
wilayah pesisir, juga memiliki letak yang
2021). Dalam konteks dokumen pe-
cukup terpencil, selain itu di desa ini
rencanaan pembangunan Desa Berakit
masih terdapat suku pedalaman yaitu
juga telah memiliki Rencana Pembangun-
suku laut yang merupakan suku yang
an Jangka Menengah (RPJM) Desa untuk
menghabiskan waktu hidupnya lebih
periode tahun 2016-2021. Namun dalam
lama di laut yaitu dengan menggunakan
hal sumber daya finansial, terdapat gejala
perahu kajang sebagai tempat tinggal
bahwa pada Desa Berakit masih
mereka.
terpengaruh dari anggaran Kabupaten
Gejala masalah yang tampak sebagai
yang defisit sehingga beberapa dana yang
dasar penelitian, dapat dilihat dari
berasal dari kabupaten tidak tersalurkan
kondisi desa-desa tersebut. Pertama,
kepada Desa Berakit sehingga
Desa Berakit berdasarkan berita yang
menghambat proses pembangunan di
dirilis oleh www.kepri.travel.com (edisi
Desa Berakit (RPJM Desa Berakit Tahun
tanggal 9 Mei 2012) dengan judul berita
2016-2021).
“Berakit jadi Desa Wisata”, menyatakan

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 91
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

Kedua, Desa Mantang Lama, desa Ketiga, Desa Kelong, merupakan


yang merupakan ibukota Kecamatan desa yang berada di wilayah timur Pulau
Mantang, memiliki empat pulau yang Bintan yang hanya memiliki 3 % wilayah
berpenghuni dengan jumlah penduduk daerah jika diukur berdasarkan luas
berjumlah 828 jiwa (Badan Pusat Statistik wilayah Kecamatan Bintan Pesisir,
Kabupaten Bintan, 2014), merupakan sementara selebihnya dikelilingi lautan
salah satu desa pesisir yang (Statistik Daerah Kecamatan Bintan
masyarakatnya banyak bermata Pesisir, 2014). Dalam hal perencanaan
pencaharian sebagai nelayan. Persoalan pembangunan desa, Desa Kelong telah
yang terjadi saat ini adalah ketersediaan memiliki RPJM Desa Kelong Tahun 2017-
listrik dan air bersih serta pasar. Kondisi 2022 yang kemudian dilegalkan dengan
ketersedian listrik yang ada di Desa Peraturan Desa Kelong No.1 Tahun 2017
Mantang lama hanya beroperasi pada tentang Rencana Pembangunan Jangka
pukul 18.00 hingga 06.00 pagi, sementara Menengah Desa Tahun 2017-2021.
di luar waktu itu ketersediaan listrik tidak Sebagai salah satu Desa Pesisir, Desa
ada listrik. Kemudian, persoalan air Kelong didukungan masyarakat dan
bersih yang sangat sulit diperoleh, aparatur desa yang tingkat pendidikan
terlebih karena Desa Mantang Lama ini telah memadai, serta telah juga memiliki
desa yang berada di sebuah pulau kelembagaan desa yang lengkap. Desa
tersendiri terpisah dengan Pulau Bintan. yang mayoritas penduduknya bermata
Sumber daya aparatur Desa Mantang pencaharian sebagai nelayan ini juga
Lama telah memiliki kapasitas yang memiliki potensi ternak ayam yang baik,
dinilai baik karena juga telah didominasi lebih kurang 100 ekor yang dimiliki
oleh aparatur yang memiliki pendidikan, sebanyak 55 Kepala Keluarga (RPJM Desa
dan kelembagaan desa yang telah Kelong 2017-2021).
tersusun lengkap. Dalam konteks Dari ketiga kondisi desa pesisir di
perencanaan desa, Desa Mantang Lama Kabupaten Bintan tersebut, dengan
telah memiliki RPJM Desa Mantang Lama segala potensi dan masalah yang dimiliki
untuk periode tahun 2016-2021 yang dan jika dikaitkan dengan amanat
telah dilegalkan dengan Peraturan Desa Pemerintah Republik Indonesia yang
Mantang Lama No.6 Tahun 2016 tentang sangat konsen dengan pembangunan
Revisi Rencana Pembangunan Jangka berbasis maritim dengan Poros Maritim,
Menengah Desa Tahun 2016-2021. dimana pembangunan dibangun dari
Namun selain persoalan listrik Desa wilayah pesisir menuju ke perkotaan,
Mantang Lama juga dihadapi dengan selain itu amanat kebijakan yang telah
masalah bidang pemerintahan dan ditetapkan terkait pembangunan desa,
kelembagaan desa dimana masih maka perlu kiranya sebuah kajian yang
terdapat fasilitas penunjang kantor desa sangat mendalam terkait dengan
yang kurang memadai dan hampir 100% aksestabilitas dan kapasitas sebuah
RT dan RW serta BPD minim fasilitas kebijakan yang tujuannya adalah untuk
ruangan dan administrasi (RPJM Desa mengatur khususnya dalam hal pem-
Mantang Lama Tahun 2016-2021). bangunan desa. Adapun tujuan dilakukan
penelitian untuk mengetahui

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 92
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

implementasi kebijakan pembangunan konsep kebijakan, maka Eulau dan


desa pada desa pesisir di Kabupaten Prewitt (Wahab, 2012) juga mendefinisi-
Bintan Provinsi Kepulauan Riau dan kan hal yang hampir sama didefinisikan
luaran yang ingin dicapai adalah untuk oleh Anderson bahwa kebijakan adalah
menghasilkan sebuah deskripsi berdirinya keputusan ditandai dengan
eksploratif yang konstruktif terkait konsistensi perilaku dan berulang yang
dengan implementation gap yang membuatnya dan orang-orang baik
kemudian akan menjadi masukan bagi dipihak mereka yang mematuhi.
kebijakan itu sendiri dan juga pemerintah Mustopadidjaja (Tahir, 2014)
pusat dalam membuat sebuah kebijakan menyatakan bahwa istilah kebijakan
dan kemudian diimplementasi kepada lazim digunakan dalam kaitannya dengan
kelompok sasaran. Selain itu juga kepada kegiatan pemerintah. Sehingga Easton
pemerintah desa dalam melaksanakan (Tahir, 2014) menjelaskan bahwa
amanat regulasi sehingga kebijakan sebagai alokasi otorotatif bagi
penyelenggaran pemerintah desa sesuai seluruh masyarakat sehingga semuanya
dengan aturan yang telah ditetapkan oleh dipilih pemerintah untuk dikerjakan atau
pemerintah pusat. Selain itu adalah untuk tidak dikerjakan. Selain itu Eyestone
mengetahui faktor-faktor yang (Winarno, 2014) mengatakan bahwa
mempengaruhi implementasi kebijakan “secara luas” kebijakan publik dapat
pembangunan desa pada desa pesisir di didefinisikan sebagai hubungan suatu
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan unit pemerintah dengan lingkungannya.
Riau dan luaran yang ingin dicapai adalah Sementara Dye (Winarno, 2014)
sebuah deskripsi eksploratif yang mendefinisikan kebijakan adalah apapun
konstruktif bagi pemerintah sebagai yang dipilih oleh pemerintah untuk
aktor decision maker mampu dilakukan dan tidak dilakukan. Menurut
memperhitungan faktor-faktor (Winarno, 2014) menyatakan bahwa
pendukung dan penolakan kebijakan batasan yang diberikan Dye ini dianggap
sehingga kedepan kebijakan akan lebih agak tepat, namun batasan ini tidak cukup
optimal. memberikan pembedaan yang jelas
Kata kebijakan itu sendiri dibentuk antara apa yang diputuskan oleh
dari perilaku beberapa aktor atau pemerintah untuk dilakukan dan apa
gabungan para aktor yaitu para pejabat, yang sebenarnya dilakukan oleh
organisasi pemerintah, atau legislatif pemerintah.
dalam sebuah aktivitas melindungi Sehingga Rose (Winarno, 2014)
masyarakat (Anderson, 2014). Sehingga menyatakan bahwa kebijakan hendaknya
(Anderson, 2014) memberikan defenisi dipahami sebagai serangkaian kegiatan
tentang kebijakan yaitu langkah tindakan yang sedikit banyak berhubungan beserta
yang secara sengaja dilakukan oleh konsekuensi-konsekuensinya bagi
seorang aktor atau sejumlah aktor mereka yang bersangkutan daripada
berkenaan dengan adanya masalah atau sebagai suatu keputusan tersendiri.
persoalan tertentu yang dihadapi. Menurut (Winarno, 2014) sendiri
Senada dengan pengertian yang menyatakan bahwa definisi ini sebenar-
diungkapkan oleh Anderson terhadap nya ambigu, namun definisi ini berguna

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 93
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

karena kebijakan dipahami sebagai arah dapat juga diartikan to provide with the
atau pola kegiatan dan bukan sekedar means for carrying out into effect or
suatu keputusan untuk melakukan se- fulfilling, to give practical effect to, dapat
suatu. juga diartikan to provide or equip with
Kemudian (Ali & Alam, 2012) implements.
merumuskan kebijakan atau lazimnya Pengertian implementasi yang
disebut dengan kebijakan publik adalah paling sering dipakai adalah pengertian
serangkaian kegiatan yang yang dirumuskan oleh Mazmanian dan
dikembangkan oleh badan dan lembaga Sabatier (Agustino, 2014) yaitu pe-
pemerintahan dalam artian yang luas laksanaan keputusan kebijaksanaan
yang berarti lembaga non-pemerintah dasar, biasanya dalam bentuk undang-
juga secara implisit termasuk di undang, namun dapat pula berbentuk
dalamnya dengan alasan karena mereka perintah-perintah atau keputusan-
pun adalah juga sebagai pelaku dan faktor keputusan eksekutif yang penting atau
yang mempengaruhi. keputusan badan peradilan, lazimnya,
Kebijakan sesungguhnya di- keputusan tersebut mengidentifikasi
kembangkan dalam sebuah siklus yang masalah yang ingin diatasi, menyebutkan
berkesinambungan. Menurut Dye secara tegas tujuan atau sasaran yang
(Nugroho, 2012) mengembangkan proses ingin dicapai dan berbagai cara untuk
kebijakan dalam enam tahap, yaitu, menstrukturkan atau mengatur proses
problem identification, agenda setting, implementasinya. Sementara Van Meter
policy formulation, policy legitimation, dan Van Horn (Agustino, 2014)
policy implementation, dan policy menjelaskan definisi implementasi
evaluation. adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
Saat ini kebijakan tentang baik oleh individu-individu atau pejabat-
pembangunan desa telah ditetapkan oleh pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah Republik Indonesia. Di- pemerintah atau swasta yang diarahkan
antaranya Undang-Undang No.6 Tahun pada tercapainya tujuan-tujuan yang
2014 tentang desa dan Permendagri telah digariskan dalam keputusan ke-
No.114 Tahun 2014 tentang Pedoman bijaksanaan. Dari beberapa definisi ter-
Pembangunan Desa. Maka tahapan sebut maka (Agustino, 2014) menyimpul-
formulasi dianggap sudah terjadi, lalu kan bahwa implementasi menyangkut
bagaimana dengan proses implementasi tiga hal yaitu pertama, adanya tujuan atau
dari kebijakan pembangunan desa sasaran kebijakan, kedua, adanya
tersebut. Dari penelitian (Ompi, 2013) aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan,
dapat diketahui bahwa kata implementasi ketiga, adanya hasil kegiatan.
merupakan terjemahan dari kata Dalam implementasi kebijakan hal
implementation berasal dari kata kerja to yang paling penting adalah kesesuaian
implement. Penelitian (Ompi, 2013) ini pendekatan implementasi dengan ke-
juga kemudian menjelaskan definisi dari bijakan itu sendiri, baik kebijakan itu
kamus Webstern bahwa kata to yang bersifat top-downer atau kebijakan
implement dimaksudkan sebagai to carry yang bersifat bottom-upper (Nugroho,
into effect, to fulfill, accomplish, selain itu 2012). Dalam memilih pendekatan

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 94
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

implementasi kebijakan yang efektif hukum, hal ini dilihat dari tingkat
maka (Nugroho, 2012) menganjurkan kesadaran masyarakat terhadap hukum,
memetakan kebijakan tersebut dengan ada masyarakat yang memang terpaksa
model Matland. Matland (Nugroho, 2012) taat akan hukum, dan ada juga
menjelaskan bahwa implementasi secara masyarakat yang tidak suka dikatakan
administratif adalah implementasi yang sebagai orang yang melanggar hukum,
dilakukan dalam keseharian operasi sehingga akan selalu taat akan kebijakan;
birokrasi pemerintahan. Kebijakan ini adanya kepentingan publik, hal ini dilihat
mempunyai ambiguitas atau kemenduan dari keyakinan masyarakat bahwa
yang rendah dan konflik yang rendah. kebijakan public dibuat secara sah,
Implementasi secara politik adalah konstitusional, dan dibuat oleh pejabat
implementasi yang perlu dipaksakan publik yang berwenang dan sesuai
secara politik, karena walapun ambi- dengan aturan maka masyarakat akan
guitasnya rendah, tingkat konfliknya mau melaksanakan kebijakan, terlebih
tinggi. Implementasi secara eksperimen lagi ketika kebijakan publik memang
dilakukan pada kebijakan yang mendua, berhubungan erat dengan hajat hidup
namun tingkat konfliknya rendah. mereka; adanya kepentingan pribadi, hal
Implementasi secara simbolik dilakukan ini dilihat dari kepahaman masyarakat
pada kebijakan yang mempunyai yang terkadang sering mendapatkan
ambiguitas dan konflik yang tinggi. keuntungan dari implementasi kebijakan,
Van Meter dan Van Horn (Agustino, maka dengan senang mereka akan
2014; Anggara, 2014) menjelaskan menerima dan mendukung serta me-
bahwa ada enam variabel yang mem- laksanakan kebijakan yang ditetapkan
pengaruhi keberhasilan implementasi dan masalah waktu, hal ini dilihat dari
antara lain yaitu tujuan kebijakan dan berjalannya kebijakan itu dengan waktu
strandar yang jelas, Sumber daya, kualitas yang ada, pada awalnya kebijakan
hubungan interorganisasional. mungkin ditolak dan kontroversi namun
karakteristik lembaga/organisasi semakin lama waktu berjalan maka
pelaksana, Lingkungan politik, sosial, dan kebijakan tersebut akan diterima
ekonomi, Disposisi/tanggapan atau sikap (Agustino, 2014).
para pelaksana. Sementara faktor Penentu
Di dalam implementasi sebuah Penolakan atau Penundaan Kebijakan,
kebijakan terdapat faktor penentu faktor ini yaitu adanya kebijakan yang
kebijakan, faktor ini adalah respeknya bertentangan dengan sistem nilai yang
anggota masyarakat pada otoritas dan ada, hal ini dianggap oleh masyarakat
keputusan pemerintah, hal ini dilihat dari menilai bahwa kebijakan yang ditetapkan
bagaimana masyarakat mematuhi hukum secara tajam melanggar nilai-nilai yang
dan mempercayai pemerintah; Adanya dianut dalam suatu masyarakat; tidak
kesadaran untuk menerima kebijakan, hal adanya kepastian hukum, hal ini dapat
ini dilihat dari penerimaan dan mampu diketahui dari ketidakjelasan aturan-
melaksanakan kebijakan publik sebagai aturan atau kebijakan yang saling
sesuatu yang logis, rasional, serta bertentangan satu sama lain yang
memang dirasa perlu; adanya sanksi kemudian menjadi sumber ketidak-

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 95
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

patuhan warga pada kebijakan yang telah desa pada desa pesisir di Kabupaten
ditetapkan; tingkat kepatuhan sesorang Bintan Provinsi Kepulauan Riau dan
dalam suatu organisasi, hal ini dapat luaran yang ingin dicapai adalah sebuah
diketahui dari tingkat kepatuhan deskripsi eksploratif yang konstruktif
seseorang akan nilai-nilai organisasi yang bagi pemerintah sebagai aktor decision
ada, terkadang ada ide, gagasan dan maker mampu memperhitungan faktor-
aturan organisasi yang bertolak belakang faktor pendukung dan penolakan
dengan ide dan gagasan seseorang kebijakan sehingga kedepan kebijakan
sehingga ia akan sulit melaksanakan akan lebih optimal.
kebijakan yang telah ditetapkan; adanya 2. METODE
konsep kepatuhan yang selektif terhadap
Jenis Penelitian yang digunakan
hukum, hal ini dilihat dari kepatuhan
adalah penelitan deskriptif kualitatif,
masyarakat akan kebijakan tertentu, ada
yakni penelitian bersifat deskriptif di
sebagian kebijakan yang terkadang
mana data yang dikumpulkan dapat
ditaati masyarakat dan ada juga kebijakan
berupa kata-kata yang tertuang dalam
yang memang sengaja tidak ditaati
transkrip wawancara yang didukung oleh
(Agustino, 2014).
catatan lapangan, gambar yang dihasilkan
Dengan beberapa konsep di atas,
dari fotografi, video handycam, dokumen
maka implementasi kebijakan pem-
pribadi bersifat elektronik, memo
bangunan desa pada desa pesisir di
pendukung dan rekaman resmi lainnya,
Kabupaten Bintan diteliti dan dianalisis.
inti dari penelitian ini bukanlah angka-
Tujuan penelitian ini adalah untuk
angka atau hasil reduksi data ke dalam
mengetahui bagaimana implementasi
simbol numerik (Simangunsong, 2016).
kebijakan pembangunan desa pada desa
Penelitian ini dilaksanakan di tiga desa
pesisir di Kabupaten Bintan Provinsi
pesisir di Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau dan luaran yang ingin
Kepulauan Riau yaitu Desa Berakit, Desa
dicapai adalah untuk menghasilkan
Mantang Lama, dan Desa Kelong, alasan
sebuah deskripsi eksploratif yang
pemilihan lokasi penelitian ini adalah
konstruktif terkait dengan implementasi
karena desa ini merupakan desa pesisir
gap yang kemudian akan menjadi
yang pulaunya terpisah paling timur pada
masukan bagi kebijakan itu sendiri dan
Kabupaten Bintan, sehingga dengan
juga pemerintah pusat dalam membuat
kondisi desa yang berbentuk pulau-pulau
sebuah kebijakan dan kemudian
dan pesisir ini perlu pengaturan lebih
diimplementasi kepada kelompok
lanjut terhadap pembangunan desanya.
sasaran. Selain itu juga kepada
Pengambilan data dilakukan dengan
pemerintah desa dalam melaksanakan
melakukan wawancara baik secara
amanat regulasi sehingga penyeleng-
terstruktur dan tidak terstruktur kepada
garan pemerintah desa sesuai dengan
informan penelitian yaitu Kepala Desa,
aturan yang telah ditetapkan oleh
Anggota Badan Pemusyawaratan Desa
pemerintah pusat. Selain itu penelitian ini
(BPD) Aparat Desa lainnya, masyarakat
dilakukan adalah untuk mengetahui
dan tokoh masyarakat. Selain itu juga
faktor-faktor yang mempengaruhi
dilakukan observasi di lokasi penelitian
implementasi kebijakan pembangunan

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 96
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

dan juga telaah dokumen seperti Rencana tanggapan publik tentang kebijakan
Pembangunan Jangka Menengah Desa tersebut, apakah elite mendukung
(RPJMdes), Rencana Kerja Pemerintah implementasi,
Desa (RKPDes), dan juga Profil Desa. 6. Disposisi/tanggapan atau sikap
Adapun konsep yang digunakan di para pelaksana (termasuk pe-
dalam penelitian ini adalah dengan ngetahuan dan pemahaman isi dan
menggunakan konsep Van Meter dan Van tujuan kebijakan, sikap atas
Horn (Agustino, 2014) yang terdiri dari kebijakan serta intensitas sikap).
variabel, dimensi dan indikator sebagai Untuk melakukan analisis faktor
berikut. yang mempengaruhi kebijakan meng-
1. Tujuan kebijakan dan strandar yang gunakan konsep sebagaimana dijelaskan
jelas, yaitu perincian mengenai oleh (Agustino, 2014) yaitu:
sasaran yang dicapai melalui 1. Faktor penentu kebijakan, faktor ini
kebijakan beserta standar untuk adalah sebagai berikut:
mengukur pencapaiannya, a. Respeknya anggota masyarakat pada
2. Sumber daya (dana atau berbagai otoritas dan keputusan pemerintah,
insentif yang dapat memfasilitasi hal ini dilihat dari bagaimana
kefektifan imlementasi, masyarakat mematuhi hukum dan
3. Kualitas hubungan inter- mempercayai pemerintah.
organisasional. Keberhasilan b. Adanya kesadaran untuk menerima
implementasi sering menuntut kebijakan, hal ini dilihat dari
prosedur dan mekanisme ke- penerimaan dan mampu melaksana-
lembagaan yang memungkinkan kan kebijakan publik sebagai sesuatu
struktur yang lebih tinggi yang logis, rasional, serta memang
mengontrol agar implementasi dirasa perlu,
berjalan sesuai dengan tujuan dan c. Adanya sanksi hukum, hal ini dilihat
standar yang telah ditetapkan, dari tingkat kesadaran masyarakat
4. Karakteristik lembaga/organisasi terhadap hukum, ada masyarakat
pelaksana (termasuk komptensi yang memang terpaksa taat akan
dan ukuran agen pelaksana, tingkat hukum, dan ada juga masyarakat
kontrol hierarkis pada unit yang tidak suka dikatakan sebagai
pelaksana terbawah pada saat orang yang melanggar hukum,
implementasi, dukungan politik dari sehingga akan selalu taat akan
eksekutif dan legislative, serta kebijakan,
keberkaitan formal dan informal d. Adanya kepentingan publik, hal ini
dengan lembaga pembuat dilihat dari keyakinan masyarakat
kebijakan, bahwa kebijakan public dibuat secara
5. Lingkungan politik, sosial, dan sah, konstitusional, dan dibuat oleh
ekonomi (apakah sumber daya pejabat publik yang berwenang dan
ekonomi mencukupi, seberapa sesuai dengan aturan maka
besar dan bagaimana kebijakan masyarakat akan mau melaksanakan
dapat memengaruhi kondisi sosial kebijakan, terlebih lagi ketika
ekonomi yang ada, bagaimana kebijakan publik memang

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 97
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

berhubungan erat dengan hajat hidup d. Adanya konsep kepatuhan yang


mereka, selektif terhadap hukum, hal ini
e. Adanya kepentingan pribadi, hal ini dilihat dari kepatuhan masyarakat
dilihat dari kepahaman masyarakat akan kebijakan tertentu, ada sebagian
yang terkadang sering mendapatkan kebijakan yang terkadang ditaati
keuntungan dari implementasi masyarakat dan ada juga kebijakan
kebijakan, maka dengan senang yang memang sengaja tidak ditaati.
mereka akan menerima dan men-
dukung serta melaksanakan kebijak-
an yang ditetapkan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
f. Masalah waktu, hal ini dilihat dari A. Implementasi Kebijakan Pem-
berjalannya kebijakan itu dengan bangunan Desa
waktu yang ada, pada awalnya Tujuan Kebijakan
kebijakan mungkin ditolak dan Tujuan pembangunan desa tertuang
kontroversi namun semakin lama dalam beberapa kebijakan. Tentunya
waktu berjalan maka kebijakan sebagai dasar, diatur di dalam Undang-
tersebut akan diterima. Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa.
2. Faktor Penentu Penolakan atau Tujuan pembangunan desa sebagaimana
Penundaan Kebijakan, faktor ini dijelaskan di dalam Undang-Undang No.6
adalah sebagai berikut: Tahun 2014 Bab IX Bagian Kesatu Pasal
a. Adanya kebijakan yang bertentangan 78 Ayat (1) dijelaskan bahwa
dengan sistem nilai yang ada, hal ini pembangunan desa bertujuan
dianggap oleh masyarakat menilai meningkatkan kesejahteraan masyarakat
bahwa kebijakan yang ditetapkan desa dan kualitas hidup manusia serta
secara tajam melanggar nilai-nilai penanggulangan kemiskinan melalui
yang dianut dalam suatu masyarakat, pemenuhan kebutuhan dasar,
b. Tidak adanya kepastian hukum, hal pembangunan sarana prasarana desa,
ini dapat diketahui dari tidak jelasan pengembangan potensi ekonomi lokal,
aturan-aturan atau kebijakan yang serta pemanfaataan sumber daya alam
saling bertentangan satu sama lain dan lingkungan secara berkelanjutan.
yang kemudian menjadi sumber Pada masing-masing desa pesisir di
ketidakpatuhan warga pada kebijak- Kabupaten Bintan, sudah terdapat tujuan
an yang telah ditetapkan, yang kemudian mendukung tercapainya
c. Tingkat kepatuhan sesorang dalam tujuan kebijakan pembangunan desa
suatu organisasi, hal ini dapat sebagaimana diatur di dalam Undang-
diketahui dari tingkat kepatuhan Undang No.6 Tahun 2014. Berikut tujuan
seseorang akan nilai-nilai organisasi pembangunan masing-masing desa
yang ada, terkadang ada ide, gagasan pesisir di Kabupaten Bintan.
dan aturan organisasi yang bertolak
belakang dengan ide dan gagasan
seseorang sehingga ia akan sulit
melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan,

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 100
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

Tabel 1. Perbandingan Tujuan Pembangunan di Desa Pesisir di Kabupaten Bintan


Tujuan Tujuan Khusus Kebijakan Tujuan Khusus Kebijakan Tujuan Khusus Kebijakan
Kebijakan Pembangunan di Desa Berakit Pembangunan di Desa Pembangunan di Desa
Pembangunan (Peraturan Desa No.7 Tahun Mantang Lama Kelong
Desa Menurut 2016 tentang RKP Desa Berakit (RPJM Desa Berakit Tahun (RPJM Desa Kelong 2017-
Undang-Undang Tahun 2017) 2016-2021) 2022)
No.6 Tahun 2014
Meningkatkan 1. Mendorong masyarakat untuk 1. Pemberdayaan 1. Agar desa memiliki
kesejahteraan meningkatkan kompetensi dan masyarakat diarahkan dokumen perencanaan
masyarakat desa sumber daya manusia dibidang untuk meningkatkan pembangunan desa
dan kualitas hidup pendidikan, mendorong kemampuan masyarakat dalam lingkup skala desa
manusia serta masyarakat untuk meningkatkan untuk berperan aktif yang berkesinambungan
penanggulangan pemberdayaan sumber daya alam dalam kegiatan-kegiatan dalam jangka waktu 6
kemiskinan melalui pembangunan pembangunan sosial, tahun dengan
melalui infrastruktur berwawasan budaya dan ekonomi dan menyelaraskan
pemenuhan lingkungan, insfrastruktur, kebijakan pembangunan
kebutuhan dasar, 2. Mendorong masyarakat agar 2. Percepatan pembangunan kecamatan maupun
pembangunan dapat menumbuhkan desa dari segi kabupaten,
sarana prasarana perekonomian lokal untuk infrastruktur dan SDM 2. Sebagai dasar atau
desa, meningkatkan taraf hidup dan yang berkualitas, pedoman kegiatan
pengembangan mencegah pengangguran, 3. Pembangunan desa yang pembangunan desa,
potensi ekonomi 3. Mendorong masyarakat untuk berkesinambungan dan 3. Sebagai masukan
lokal, serta membangun lingkungan yang berkelanjutan, penyusunan RAB Desa
pemanfaataan sehat baik fisik maupun non fisik 4. Terwujudnya masyarakat
sumber daya alam melalui pembangunan sarana desa yang mandiri,
dan lingkungan kesehatan, dan peningkatan makmur dan sejahtera,
secara layanan kesehatan, 5. Terciptanya kualitas
berkelanjutan 4. Mendorong masyarakat agar hidup yang sehat dan
terciptanya lingkungan lingkungan yang bersih.
masyarakat yang religius melalui
kegiatan keagamaan, dan
peningkatanan sarana
peribadatan, mendorong
masyarakat untuk menciptakan
kondisi sosial yang harmonis, adil,
merata, dan sejahtera, melalui
kegiatan sosial, olahraga dan
penatanaan organisasi
kemasyarakatan.
Sumber: data peneliti, 2018

Sumber Daya

Dalam hal sumber daya manusia,
masing-masing desa pesisir di Kabupaten
Bintan memiliki kondisi yang berbeda-
beda. Hal ini disebabkan karena budaya
masyarakat dan akses dari desa tersebut
menjangkau sarana prasarana untuk

peningkatan sumber daya tersebut. Tabel

berikut merupakan perbandingan
sumber daya baik sumber daya manusia,
sumber daya finansial dan sumber daya
lainnya yang tersedia di desa. Selain itu
juga terdapat persoalan sumber daya
yang dihadapi oleh masing-masing desa
pesisir di Kabupaten Bintan.

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 101
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

Gambar 1. Perbandingan Sumber Daya pada Masing-Masing Desa Pesisir di Kabupaten


Bintan Berikut Persoalan Sumber Dayanya

K O N D IS I S U M B E R D A YA D E S A B E R A K IT
T IN G K AT P E N D ID IK A N M A S Y A R A K A T D E S A B E R A K IT TA H U N 2 0 1 7
40 0
35 0
30 0
H
A
L
25 0
20 0

M
U
J 15 0
10 0

50
0

S tr a t a 1 D IV/S t r a ta 1
D III/ Sa r ja n a
M u da D I / D II S LTA S e d e r a ja t S LT P S e d e r a ja t

S e r ie s 1 1 25 11 8 3 6 2 29 1

T IN G K AT P E N D A PA TA N D A N B E L A N J A D E S A BE R A K IT T A H U N S ta t us K e u a n g a n D e sa B e r a k i t :
A
ESD 3
2 0 1 6 - 2 0 1 7 ( D A L A M M ILY A R R U P IA H )
D e fi si t
M a sa l a h: P r o g r a m y a ng t e r t u n da
JA
JN
2 ,5 di ta hu n 2 0 1 6 : K e g i a t a n
LA
EB
N
2
Pe m b a ng un a n K U B E B u di M ul y a
da n Ke g i a t a n Pe m bi n a a n A n a k
A
D
N
A
T
1 ,5
U si a D i n i
1
PA
A
D
N 0 ,5

PE Su m b e r Da ta:
H
LA
0 R PJ M D D E S A B E R A K IT 2 0 1 6 - 2 0 2 1
P E N D A P ATA N B E L AN JA P E N D A PA TA N B E L AN JA
2 0 1 7
M R K P DE S A B ER A K IT 2 01 6 D A N
JU 20 16 2 01 6 20 17
20 1 7
Se r ie s 1 1 ,9 2 ,5 2 ,2

2 ,4

K O N D IS I S U M B E R D A YA D E S A M A N TA N G L A M A

T I N G K A T P E N D ID IK A N M A S Y A RA K A T D E S A M A N TA N G LA M A TA H U N 2 0 1 7
14 0

12 0

10 0

H
LA 80
M
JU

60

40

20
0
B e lu m / Tid a k T am a t S D Ta m a t S D/ M I S LT P / M TS S LT A/ M A/ SM K P e rg u r u a n T in g g i
Se r ie s1 50 116 31 15 10

T IN G K AT P E N D A P AT A N D A N B E L A N J A D E S A M A N TA N G L A M A
T A H U N 2 0 1 7 - 2 0 1 8 ( D A L A M M I LY A R RU P I A H ) S t a t us K e u a n g a n D e sa B e r a k i t :
SA
E D e fi si t
D
A
J
3
M a sa l a h: T e r d a p a t b e be b e r a p a
N
A
2, 5
pr o g r a m p e m b a n g u n a n y a n g
LE
B
N
2
te r t un d a
A
D
N
TA
1, 5

PA
Su m b e r Da ta:

1
A R PJ M D D E S A M A N TA N G L A M A
D
N 0, 5
PE 2 0 1 6 -2 0 2 1
H
A
L 0
R K P DE S A M A N TA N G L A M A 2 0 18
M P E N D A P ATA N P E N D A P ATA N
U
J 2 017 BE L A N J A 2 0 1 7 20 18 BE L A N J A 2 0 1 8

S e r ie s 1 1 ,8 2 ,5 2 ,1 7 2 ,6

K O N D IS I S U M B E R D A YA D E S A K E L O N G
T IN G K AT P E N D I D IK A N M A S Y A R A K AT D E S A K E L O N G T A H U N 2 0 1 7
600

500

400
H
LA
M 300
JU
200


100

Se r ie s 1
T id a k T a m a t S e k o la h
5 71
SD
455
SLT P
223
S LTA
13 9
S A RJ A N A
18


S t a t u s K e u a n g a n D e sa B e r a k it :
T IN G K AT P E N D A PA TA A N D A N B E LA N JA D E S A K E L O N G
T A H U N 2 0 1 8 ( D A L A M M I LYA R R U P IA H ) D ie st i m a si k a n B e r i m ba n g
A
J
N
LA
3
M a sa la h : Ke n d a l a a k i b a t c u a c a y a ng t i da k
EB 2 ,5 m e n d uk un g s e h i n g g a be be r a p a
N
A
D 2 p e k e r j a a n / p r og ra m y a ng h a r u sn y a b i sa
N se le sa i t e p a t w a k t u m e nj a d i t id a k s e s ua i
A
TA A
PA D
ES 1 ,5
d e n g a n t a r g e t y a n g t e l a h d it e n t u ka n
D
N
PEH 0 ,5
1

S u m be r D a t a :
A
L
M 0
R PJ M D D E S A K E L O N G 2 0 1 7 -2 0 2 2
JU P E N D A PA TA N 2 0 1 8 B E LA N JA 2 0 1 8
S e r ie s 1 2 ,4 2 ,4 R K P D E S A KE LO N G 2 0 1 8

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 102
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni
Sumber: Sumber Data Peneliti, 2018
Lembaga Masyarakat sebagai sekretaris,
Hubungan Inter Organisasional dan anggota yang berasal dari perangkat
Sejak diterbitkannya Undang-Undang desa, lembaga pemberdayaan
No.6 Tahun 2014 tentang Desa, maka masyarakat, kader pemberdayaan
kedudukan Pemerintah Desa dalam masyarakat, dan unsur masyarakat
koordinasi pemerintah desa lebih lainnya. Sementara di dalam Pasal 15
otonom. Kedudukan desa sebagaimana Permendagri No.114 Tahun 2014
amanat Undang-Undang No.6 tahun 2014 dinyatakan bahwa di dalam penyusunan
merupakan perpaduan antara self- RPJMDes, Pemerintah Desa harus me-
governing community, local self- lakukan pengkajian desa yang melibatkan
government dan local state government. unsur tokoh adat, tokoh agama, tokoh
Itu artinya adalah pengakuan eksistensi masyarakat, tokoh pendidikan, kelompok
desa dan terdapat penguatan kewenang- tani, kelompok nelayan, kelompok
an dari kapasitas desa (Suharto, 2016). pengrajin, kelompok perempuan,
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa desa kelompok permerhati dan perlindungan
dalam menjalankan kebijakan pem- anak, kelompok masyarakat miskin, dan
bangunan desa memiliki kewenangan kelompok lainnya yang sesuai dengan
yang otonomi dan mandiri. Namun di kondisi desa. Kelompok-kelompok ini
dalam proses perencanaan pembangunan juga harus terlibat di dalam pelaksanaan
sebagaimana dijelaskan di dalam Musyawarah Pembangunan
Permendagri No.114 Tahun 2014 tentang (Musrenbang) Desa dan juga dalam
Pedoman Pembangunan Desa khususnya penyusunan RKPDes sebagaimana
pada Pasal 7 Ayat (1) dimana desa harus amanat Pasal 25 dan Pasal 46
melibatkan dan mengikut sertakan Permendagri No.114 Tahun 2014.
masyarakat desa dalam proses Gambar dan Tabel berikut ini adalah
pembangunan. Di dalam Permendagri gambaran koordinasi yang dilakukan
No.114 Tahun 2014 tentang Pedoman dilakukan oleh Pemerintah Desa dalam
Pembangunan Desa dijelaskan bahwa hal perencanaan pembangunan sesuai
koordinasi terjadi dalam beberapa hal dengan Permendagri No. 144 Tahun 2014
yaitu dalam hal penyusunan RPJMDes, tentang Pedoman Pembangunan Desa
Musyawarah Rencana Pembangunan dan bentuk nyata implementasi
Desa baik dalam hal penyusunan koordinasi perencanaan pembangunan di
RPJMDes termasuk RKPDes, kemudian tiga desa pesisir di Kabupaten Bintan
dalam penyusunan RPKDes itu sendiri. dalam implementasi kebijakan
Di dalam Pasal 8 Permendagri No.114 pembangunan.
Tahun 2014 dinyatakan bahwa dalam
penyusunan RPJMDes, Kepala Desa harus
berkoordinasi dengan pihak lain dengan
membentuk Tim Penyusun RPJMDes. Di
mana tim tersebut harus beranggotakan
Kepala Desa, Sekretaris Desa, Ketua

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 103
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

Gambar 2. Proses Koordinasi Dalam Kebijakan Pembangunan Desa Sesuai Amanat


Permendagri No.114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa

PENYUSUNAN TIM PENYUSUN RPJMDES


KEPALA DESA (BERJUMLAH 7-11 ORANG)
RPJMDES

Penyelarasan Data Desa


TIM PENYUSUN
KAJIAN KEADAAN Penggalian Gagasan Masyarakat
(BERJUMLAH 7-11
DESA
ORANG) Penyusunan Laporan Kajian Desa

BPD, Perangkat Desa, LPM dan


MUSRENBANG KEPALA DESA Semua Pemangku Kepentingan di
RPJMDES Masyarakat

PENYUSUNAN TIM PENYUSUN RKPDES


RKPDES KEPALA DESA (BERJUMLAH 7-11 ORANG)

BPD, Perangkat Desa, LPM dan


MUSRENBANGDES KEPALA DESA Semua Pemangku Kepentingan di
Masyarakat

Tabel 2. Bentuk Koordinasi di Desa Berakit, Desa Mantang Lama, dan Desa Kelong dalam
Implementasi Kebijakan Pembangunan Desa
Aspek Perbandingan Desa Berakit Desa Mantang Lama Desa Kelong
Penyusunan RPJMDes
Tim Penyusunan
Ada Ada Ada
RPJMDes
Unsur/Pihak Terlibat Kepala Desa, Sekretaris Desa, Aparat Kepala Desa, Sekretaris Desa, BPD, Kepala Desa, Sekretaris Desa,
dalam Tim Penyusun Desa, BPD, LPM, Tokoh Masyarakat Kepala Dusun, RT/RW, KPMD, Aparat Perwakilan Kecamatan Bintan Pesisir,
RPJMDes (Tidak Spesifik) Desa, PKK, LPM, Perwakilan Pemuda dan BPD, Kepala Dusun, dan Perwakilan
Perwakilan Masyarakat Masyarakat (SK Kepala Desa
No.Kpts.41/DKL/2016)
Musrenbang Desa
Terkiat Penyusunan Ada Ada Ada
RPJMDes
Unsur yang terlibat di Kepala Desa, Sekretaris Desa, Aparat Kepala Desa, Sekretaris Desa, BPD, Kepala Desa, Sekretaris Desa, BPD,
dalam Musrenbang Desa, BPD, LPM, Tokoh Masyarakat Kepala Dusun, RT/RW, KPMD, Aparat Aparat Desa, Perwakilan Kecamatan
Desa Terkiat (Tidak Spesifik) Desa, PKK, LPM, Perwakilan Pemuda dan Bintan Pesisir, Kepala Dusun, dan
Penyusunan RPJMDes Perwakilan Masyarakat Perwakilan Masyarakat, Perwakilan
Dusun, RT/RW
Kajian Keadaan Desa
Tim Pengkajian Ada (Tergabung di dalam Tim Ada (Tergabung di dalam Tim Ada (Tergabung di dalam Tim 11
Keadaan Desa Penyusunan RPJMDes) Penyusunan RPJMDes) Penyusun RPJMDes)
Unsur/Pihak yang Kepala Desa, Sekretaris Desa, Aparat Kepala Desa, Sekretaris Desa, BPD, Kepala Desa, Sekretaris Desa,
terlibat di dalam Tim Desa, BPD, LPM, Tokoh Masyarakat Kepala Dusun, RT/RW, Perwakilan PMD Perwakilan Kecamatan Bintan Pesisir,
Pengkajian Keadaan (Tidak Spesifik) Kabupaten Bintan, Aparat Desa, PKK, BPD, Kepala Dusun, dan Perwakilan
Desa LPM, Perwakilan Pemuda dan Masyarakat (SK Kepala Desa
Perwakilan Masyarakat No.Kpts.41/DKL/2016)
Penyusunan RKPDEs
Tim Penyusun RPKDes Ada Ada Ada
Unsur /Pihak terlibat Kepala Desa, Aparat Desa, BPD Sekretaris Kecamatan, Kepala Desa, Tim 11 Penyusun RPKDEs yang terdiri
dalam Tim Penyusun Aparat Desa, BPD, Perwakilan PMD dari Kepala Desa, Sekretaris Desa,
RPKDes Kabupaten Bintan, Pendamping Desa, Perwakilan Kecamatan Bintan Pesisir,
RT/RW, LPM, PKK, Perwakilan BPD, Kepala Dusun, dan Perwakilan
Masyarakat Masyarakat (SK Kepala Desa No.Kpts.
11/DKL/2017)

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 104
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni
Aspek Perbandingan Desa Berakit Desa Mantang Lama Desa Kelong
Unsur yang terlibat di Kepala Desa, Aparat Desa, BPD, UPT Sekretaris Kecamatan, Kepala Desa, Kepada Desa, Sekretaris Desa
dalam Musrenbang Puskesmas, Perwakilan Sekolah seperti Aparat Desa, BPD, Perwakilan PMD merangkap Ketua Tim Penyusun
Desa Terkiat SDN 009 Teluk Sebong, SMP 10, MIN Kabupaten Bintan, Pendamping Desa, RKPDEs, Camat Bintan Pesisir
Penyusunan RPJMDes Berakit dan MTs Berakit, Karang Taruna, RT/RW, LPM, PKK, Perwakilan (Narasumber), Perwakilan PMD
PKK, Ketua Nelayan, Dinas Kesehatan, Masyarakat Kabupaten Bintan (Narasumber),
RT/RW, beberapa Tokoh Masyarakat, Tenaga Ahli Pendamping Desa
Nelayan. (Narasumber), dan Pendamping Desa
(Narasumber), Kepala Dusun, RT/RW,
LPM, BPD, Aparat Desa, dan
Perwakilan Masyarakat.

Sumber: Sumber Data Peneliti, 2018 nyata sebenarnya tidak jauh berbeda
antara satu desa dengan desa lainnya,
Karakteristik Lembaga/Organisasi karena masih sama-sama
Implementor kebijakan pembangu- berkarakteristik desa pesisir di wilayah
nan desa sebagaimana dijelaskan di kepulauan. Namun yang membuat
dalam Pasal 1 Permendagri No.114 Tahun kondisi dan karakteristik masing-masing
2014, disebutkan terdiri dari Pemerintah berbeda karena dipengaruhi oleh sumber
Desa dan Badan Pemusyawaratan Desa daya khususnya sumber daya manusia
(BPD) termasuk Pelaksana Teknis dan dan budaya masyarakat setempat.
Pelaksana Wilayah di dalamnya. Berikut adalah deskripsi karakteristik
Berdasarkan peraturan perundangan ini masing-masing desa pesisir di Kabupaten
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Bintan. Tabel berikut menunjukkan
atau lembaga kemasyarakatan desa karateristik lembaga/organisasi pe-
lainnya, serta lembaga adat yang ada desa laksana, sikap pelaksana serta kondisi
termasuk sebagai pelaksana sekaligus lingkungan sosial, ekonomi dan politik
sebagai kelompok sasaran kebijakan pada masing-masing desa pesisir di
pembangunan desa. Kondisi karakteristik Kabupaten Bintan.
di desa pesisir di Kabupaten Bintan secara
Tabel 3. Karakteristik Desa Berakit, Desa Mantang Lama, dan Desa Kelong Kabupaten
Bintan serta Kecenderungan Penerimaan Terhadap Kebijakan Pembangunan Desa
Aspek Perbandingan Desa Berakit Desa Mantang Lama Desa Kelong
• Adanya sarjana lulusan • Adanya sarjana lulusan • Didukung oleh sumber
perguruan tinggi dari berbagai perguruan tinggi dari berbagai daya manusia yang
lulusan, lulusan, berpendidikan dalam
• Didukung oleh sumber daya usia • Didukung oleh sumber daya Pemerintah Desa (2 orang
produktif, usia produktif, berpendidikan SD, orang
• Adanya kader kesehatan • Adanya kader kesehatan berpendidikan SLTA, 1
posyandu di setiap RT/RW yang posyandu di setiap RT/RW orang berpendidikan D3,
mampu menunjang kesehatan yang mampu menunjang dan 2 orang
Karakteristik Lembaga warga dan mengurangi resiko kesehatan warga dan berpendidikan S1,
Pelaksana Kebijakan kematian, mengurangi resiko kematian, • Unsur Kelembagaan Desa
• Unsur Kelembagaan Desa • Unsur Kelembagaan Desa lengkap dengan adanya
lengkap dengan adanya lengkap dengan adanya Perangkat Desa, BPD,
Perangkat Desa, BPD, LPM, PKK, Perangkat Desa, BPD, LPM, LPM, PKK, Posyandu,
Posyandu, Kelompok Tani dan PKK, Posyandu, Kelompok Tani Kelompok Tani dan Desa
Desa Siaga dan Desa Siaga Siaga,
• Sikap Pemerintah Desa lebih • Sikap Pemerintah Desa lebih • Sikap Pemerintah Desa
persuasif dan Kolaboratif persuasif dan Kolaboratif lebih persuasif dan
Kolaboratif
Karakteristik • Masyarakat Berbasis Maritim / • Masyarakat Berbasis Maritim / • Masyarakat Berbasis
Lingkungan Sosial Kelautan Kelautan Maritim / Kelautan

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 105
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni
Aspek Perbandingan Desa Berakit Desa Mantang Lama Desa Kelong
Mata Pencaharian
Mayoritas Masyarakat Nelayan Nelayan Nelayan
Desa
Kecenderungan Sikap Menerima/Taat dengan Catatan Menerima/Taat dengan Catatan Menerima/Taat dengan
Terhadap Kebijakan Mempertimbangkan Kondisi Mempertimbangkan Kondisi Catatan Mempertimbangkan
Pembangunan Desa Wilayah Wilayah Kondisi Wilayah
Sumber: Data Peneliti, 2018
menengah dan atau tertuang di dalam
B. Faktor Pengaruh Implementasi RKP Desa yang merupakan dokumen
Kebijakan Pembangunan Desa perencanaan dalam skala tahunan. Selain
Faktor yang paling besar dalam itu menetapkan tim penyusun RPJM Desa
pemenuhan implementasi kebijakan di dan RKP Desa dalam rangka
desa pesisir Kabupaten Bintan adalah melaksanakan ketentuan kebijakan
faktor adanya kesadaran untuk menerima pembangunan. Untuk mewujudkan
kebijakan dalam rangka mencapai tujuan tujuan pembangunan yang telah
bersama di dalam pembangunan. ditetapkan berdasarkan dokumen
Kebijakan tersebut diterima karena perencanaan pembangunan, maka
memang masyarakat menyadari arti pemerintah desa sadar bahwa dalam
penting pembangunan bagi desa. melaksanakan kebijakan diperlukan
Sebagaimana amanat Undang-Undang kolaborasi dengan masyarakat. Dengan
No.6 tahun 2014 Bab IX Bagian Kesatu berkolaborasi di dalam penyelenggaraan
Pasal 78 Ayat (1) dijelaskan bahwa pembangunan yang sekaligus menjalan-
pembangunan desa bertujuan meningkat- kan kebijakan pembangunan desa, maka
kan kesejahteraan masyarakat desa dan rasa percaya antara masyarakat dan
kualitas hidup manusia serta pemerintah desa terjalin. Pemerintah
penanggulangan kemiskinan melalui Desa sadar bahwa kolaborasi di dalam
pemenuhan kebutuhan dasar, pem- pemerintahan bukan hanya semata-mata
bangunan sarana prasarana desa, pe- negosiasi dan kesepakatan akan tetapi
ngembangan potensi ekonomi lokal, serta tentang pembangunan kepercayaan antar
pemanfaataan sumber daya alam dan pemangku kepentingan (Alexander,
lingkungan secara berkelanjutan. Maka Comfort, & Weiner, 1998 Ansell & Gash,
atas dasar itu, masyarakat sadar akan 2008; Beierle & Konisky, 2001;
tujuan tersebut, hal tersebut dibuktikan Brinkerhoff, 1999; Glasbergen &
dengan tujuan yang ditetapkan di dalam Driessen, 2005; Imperial, 2005; Murdock,
dokumen perencanaan pembangunan Wiessner, & Sexton, 2005; Short & Winter,
masing-masing desa sebagaimana 1999; Tett, Crowther, & O’Hara, 2003;
dijelaskan pada Tabel 1 di atas. Vangen & Huxham, 2003; Purnomo,
Pemerintah Desa menyambut baik tujuan Ramdani, Setyadiharja, & Muzwardi,
kebijakan pembangunan dari Pemerintah 2018). Ini bukan untuk mengatakan
Pusat ini dengan melaksanakan beberapa bahwa membangun kepercayaan adalah
standar kebijakan seperti menyusun fase terpisah dari dialog dan negosiasi
tujuan kebijakan pembangunan yang mengenai hal-hal substantif. Namun, para
kemudian tertuang di dalam RPJM Desa pemimpin kolaboratif yang baik
dalam skala perencanaan jangka mengetahui bahwa mereka harus

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 106
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

membangun kepercayaan di antara lawan pembangunan desa yang telah disusun di


sebelum para pemangku kepentingan dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2014
akan mengambil risiko manipulasi dan Permendagri No. 114 Tahun 2014
(Ansell & Gash, 2008; (Purnomo et al., terdapat hal-hal yang dianggap
2018). Kepercayaan (trust) adalah suatu masyarakat dan pemerintah desa me-
keadaan psikologis berupa keinginan langgar nilai dan lingkungan sosial
untuk menerima kerentanan berdasarkan masyarakat. Sebagaimana sudah dijelas-
pengharapan yang positif terhadap kan di atas, bahwa kebijakan pembangu-
keinginan atau tujuan dari perilaku orang nan desa dianggap lebih mengarah
lain (Aube, Rousseau, & Morin, 2007; kepada kebijakan yang bersifat
Purnomo et al., 2018). Maka atas dasar continental atau berbasis daratan.
kepercayaan antara masyarakat dan Sementara ketiga desa pesisir di dalam
pemerintah desa maka kebijakan pem- penelitian ini adalah desa di wilayah
bangunan desa dalam dijalankan baik di kelautan. Terdapat hal-hal yang sebenar-
masing-masing desa. Meskipun dalam nya bermaksud ditujukan untuk ke-
konteks ini, Desa Kelong tingkat makmuran dan kesejahteraan rakyat
kolaborasinya dan kesadarannya dalam justru menjadi penghalang. Meski secara
menjalankan aturan hukum dinilai lebih hukum sebenarnya dapat diselesaikan,
baik dibanding kedua desa lainnya. namun pembangunan menjadi terhambat
Namun secara umum konsep dikarenakan beberapa subtansi aturan
collaborative governance telah berlaku hukum yang lebih mengarah kepada desa
dalam implementasi kebijakan pem- yang sifatnya agraris bukan maritim.
bangunan di desa pesisir Kabupaten Jikalau memang tujuan kebijakan
Bintan. Meski di beberapa hal, masih pembangunan desa lebih mengarah
terdapat masyarakat yang belum siap kepada kemakmuran dan kesejahteraan
untuk menerima hal-hal yang diatur di masyarakat, maka seharusnya kebijakan
dalam kebijakan pembangunan, namun berbasis maritim menjadi orientasi dalam
pemerintah desa mampu melakukan kebijakan pembangunan. Kebijakan
persuasi dan kolaborasi sehingga konflik pembangunan harus mampu menjawab
lebih diperkecil. masalah yang sifatnya kemaritiman
Namun dibalik adanya kesadaran, seperti isu lingkungan laut, pengelolaan
proses kolaborasi di dalam sumber daya hayati, pelayaran, dan
pemerintahan, rasa percaya masyarakat aktivitas kepelabuhanan (Limbong,
yang cukup kuat terhadap pemerintah 2015). Adanya kesenjangan beberapa hal
desa dalam mengimplementasikan inilah yang menyebabkan adanya
kebijakan pembangunan desa, masih hambatan di dalam implementasi
terdapat hal yang mampu menjadi faktor kebijakan, di mana hambatan ini akan
penghambat atau dapat menjadi faktor mempengaruhi sikap pelaksana, sumber
penolakan dalam implementasi kebijak- daya dan tujuan kebijakan itu sendiri.
an. Hal itu jika kita berpijak dari teori Kebijakan yang sifatnya top down
(Agustino, 2014) yaitu adanya kebijakan memang lebih bersifat elitis, di mana
yang bertentangan dengan sistem nilai pembuat kebijakan berkuasa atas tujuan
yang ada. Dalam konteks ini, kebijakan kebijakan (Puizl dan Trieb dalam Fischer,

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 107
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

Miller, & Sidney, 2015). Namun konsep ini (Adisasmita, 2006; Amanda, 2015)
harus lebih disesuaikan dengan konsep mengungkapkan bahwa dalam
kolaborasi khususnya dalam mencapai pembangunan ekonomi terdapat strategi
tujuan good governance. Konsep good terpadu dan menyeluruh yang terdapat 7
governance lebih mengarahkan keter- pendekatan dalam menggambarkan
libatan dan penyesuaian dengan be- pembangunan desa, yaitu : pertama,
berapa aktor yaitu pemerintah, tujuan utamanya adalah pertumbuhan,
masyarakat dan swasta (Setyadiharja, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi
Kurniasih, Nursnaeny, & Nengsih, 2017) aktif masyarakat desa. Kedua, sasarannya
Sehingga dalam konteks implementasi adalah membangun dan memperkuat
kebijakan, maka perlu dilakukan kemampuan untuk melaksanakan
penyesuaian dengan nilai-nilai pembangunan bersama pemerintah.
masyarakat. Agar tujuan pembangunan, Ketiga, lingkupnya adalah masyarakat
partisipasi, dan tercapainya kesepakatan yang beraneka ragam dan kompleks.
atau konsensus dapat terjadi. Keempat, koordinasinya adalah
koordinasi yang beraneka ragam baik
3.2 Pembahasan permanen maupun sementara di semua
Pada dimensi tujuan, dapat tingkatan, fungsi kebutuhan dan
disimpulkan bahwa ketiga desa pesisir di mekanismenya. Kelima, arus komunikasi
Kabupaten Bintan memiliki tujuan yang dua arah yang dilakukan secara formal,
tertera pada dokumen perencanaan informal, vertikal, horisontal, diagonal
pembangunan sebagaimana amanat dari dan berkesinambugan melalui berbagai
Permendagri No.114 Tahun 2014. saluran dan bentuk sarana komunikasi
Dengan adanya tujuan khusus pada setiap yang persuasif dan edukatif. Keenam,
desa pesisir di Kabupaten Bintan, maka tempat prakarsa adalah kelompok-
kebijakan terhadap pembangunan desa kelompok masyarakat pemerintah lokal
baru dapat dilaksanakan. Karena proses dan desa melalui pengumpulan informasi,
implementasi baru akan dimulai apabila penentuan dan pengambilan keputusan,
tujuan dan sasaran telah ditetapkan implementasi kebijakan dan monitoring
(Akib, 2012). Dalam konteks kegiatan secara terpadu, saling terkait
implementasi kebijakan pembangunan dan terus menerus. Ketujuh, indikator
desa, maka implementasi kebijakan prestasi yang dicapai mendasarkan pada
menghubungkan antara tujuan kebijakan pemecahan masalah perdesaan yang
dan realisasinya dengan hasil kegiatan strategis yaitu aspek kependudukan dan
pemerintah. Ini sesuai dengan pandangan berbagai kegiatan yang dilakukan yang
Van Meter dan van Horn (Grindle, 1980; diarahkan kepada perbaikan persamaan,
H. Akib, 2012) bahwa tugas implementasi pemerataan, keadilan, kesejahteraan dan
adalah membangun jaringan yang partisipasi masyarakat yang
memungkinkan tujuan kebijakan publik dihubungkan dengan tujuannya. Tujuan
direalisasikan melalui aktivitas instansi sebuah kebijakan menjadi pedoman
pemerintah yang melibatkan berbagai dalam implementasi kebijakan. Kebijakan
pihak yang berkepentingan. tersebut harus diimplementasikan dan
hasilnya sedapat mungkin sesuai dengan

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 108
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

apa yang diharapkan oleh pembuat pemerintah desa menyadari benar


kebijakan (Nakamura & Smallwood, masalah pentingnya pentingnya
1980; Akib, 2012). Jika divisualisasikan pendidikan, sehingga pemerintah desa
akan terlihat bahwa suatu kebijakan harus berkolaborasi dengan pihak lain
memiliki tujuan yang jelas sebagai wujud untuk membuka cakrawala masyarakat
orientasi nilai kebijakan (Akib, 2012). desa. Persoalan skill bagi penduduk desa
Tujuan pembangunan dijelaskan secara juga masih menjadi catatan. Maka
lebih spesifik agar arah kebijakan Pemerintah Desa juga harus meng-
pembangunan semakin jelas. Karena hadirkan pihak ketiga untuk membuka
salah satu keberhasilan implementasi pengetahuan softskill bagi masyarakat
kebijakan adalah ketaatan pada tujuan desa. Masalah lainnya pada ketiga desa
kebijakan itu sendiri (Matland, 1995; Hill tersebut adalah masalah sumber daya
& Hupe, 2014). Keseluruhan finansial. Dua dari tiga desa yaitu Desa
implementasi kebijakan dievaluasi Berakit dan Desa Mantang Lama masih
dengan cara mengukur luaran program memiliki catatan anggaran defisit pada
berdasarkan tujuan kebijakan (Akib, APBDes-nya. Hal ini berakibat banyaknya
2012). Dalam rangka mencapai tujuan amanat pembangunan yang tidak mampu
kebijakan pembangunan di Indonesia, dijalankan oleh Pemerintah Desa. Se-
maka program pembangunan yang bagaimana hasil wawancara dengan
diciptakan adalah program yang mampu Kepala Desa Berakit menyatakan bahwa
menjadikan masyarakatnya berdaya masalah tertundanya penyaluran ke-
untuk menghasilkan sumber-sumber uangan dari Kabupaten Bintan dan
ekonomi baik bagi desa dan juga bagi defisitnya APBD Kabupaten Bintan
kehidupan mereka sendiri. Hal ini senada berimbas kepada keuangan desa, yang
dengan apa yang dijelaskan oleh kemudian beberapa item pembangunan
(Adisasmita, 2006; Amanda, 2015) yaitu harus ditunda. Pemahaman kepada
peningkatan partisipati aktif masyarakat masyarakat desa yang tuntutannya ingin
sehingga pembangunan di desa, bukan pembangunan dilakukan dengan cepat
hanya sekedar rutinitas, akan tetapi pun harus dilakukan. Karena kondisi
mampu menjadi instrumen peningkatan keuangan desa yang tidak stabil. Desa
kesejahteraan masyarakat. Kelong yang kondisi keuangannya cukup
Dari sisi dimensi sumber daya pula, berimbang masih dinilai memiliki
berdasarkan temuan di lokasi penelitian hambatan dalam hal penundaan salur
terhadap ketiga desa tersebut, tampak sumber keuangan desa yang berasal dari
bahwa tidak semua desa memiliki sumber Kabupaten dan Pusat. Sehingga pem-
daya yang optimal dalam menjalankan bangunan harus dijalankan dengan
kebijakan pembangunan. Masalah perlahan.
sumber daya manusia masih menjadi Sumber daya adalah hal penting
tantangan kedepan bagi desa. Masih dalam implementasi sebuah kebijakan.
adanya masyarakat yang menganggap (Meter & Horn, 1974; Hejrn & Hull, 1982;
kurang pentingnya pendidikan masih Irawan, 2017) menunjukkan pentingnya
menjadi salah satu hambatan yang sumber daya pendukung kebijakan.
sifatnya paradigmatik. Namun Kegunaan sumber daya ialah

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 109
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

memberikan justifikasi implementasi dan berbagai pemangku kepentingan dalam


mendukung administrasi seperti dana penyusunan RPJMDes dan juga RKPDes
dan insentif lainnya. Sementara (Bartwal termasuk penyelenggaraan Musrenbang
& Sah 2008; Irawan, 2017) menjelaskan Desa. Sementara Desa Berakit dan Desa
pentingnya ketersediaan sumber daya Mantang Lama tidak seheterogen Desa
keuangan dan insfrastruktur sesuai Kelong dalam pelibatan unsur
prioritas kegiatan. Variabel sumber daya masyarakat dalam hal perencanaan
dalam implementasi kebijakan dapat pembangunan. Namun ketiga desa sudah
mempengaruhi lingkungan sosial, berusaha menjalankan amanat Per-
ekonomi dan politik dan juga komunikasi mendagri No.114 Tahun 2014, hanya
antar lembaga (Indiahono, 2009). Maka persoalan sumber daya dan tingkat
oleh karena itu, pada desa-desa yang keterjangkauan Pemerintah Desa yang
kurang optimal sumber dayanya, maka kemudian menyebabkan tidak semua
juga akan mempengaruhi tingkat unsur masyarakat dilibatkan dalam
keoptimalan komunikasi antar lembaga perencanaan pembangunan. Hal ini
yang menjadi implementor dan juga bukan berarti Desa Berakit dan Desa
kelompok sasaran. Mantang Lama tidak patuh akan
Berdasarkan penjelasan pada kebijakan pembangunan di atasnya.
dimensi hubungan inter organisasional, Namun keterbatasan sumber daya se-
tampak bahwa ada perbedaan dalam hal bagaimana penjelasan yang sudah
pola koordinasi atau hubungan inter dijelaskan pada variabel ini di atas,
organisasional masing-masing desa menunjukkan bahwa sumber daya
pesisir di Kabupaten Bintan. Hubungan merupakan salah satu faktor yang
yang lebih variatif dan heterogen terjadi menyebabkan tidak dilibatkannya unsur
pada Desa Kelong. Terlebih Desa Kelong masyarakat secara luas. Jika melihat
serius dalam melegalkan Tim Penyusun hambatan sumber daya pembangunan di
Dokumen Perencanaan Pembangunan Desa Kelong, hambatannya hanya bersifat
dengan Surat Keputusan yang ditetapkan alamiah karena faktor cuaca tidak berasal
oleh Kepala Desa. Apabila berpijak dari dari faktor pengelolaan sumber daya
apa yang disampaikan oleh (Indiahono, finansial dan juga sumber daya manusia.
2009) bahwa variabel sumber daya dalam Dengan modal sumber daya keuangan
implementasi kebijakan dapat yang berhasil dikelola dengan baik oleh
mempengaruhi lingkungan sosial, Desa Kelong maka Pemerintah Desa
ekonomi dan politik dan juga komunikasi Kelong berhasil menjalin interaksi
antar lembaga, maka komunikasi antara dengan berbagai unsur masyarakat
lembaga di Desa Kelong terlihat lebih baik lainnya dalam perencanaan
dari kedua desa lainnya. Hal ini pembangunan. Dukungan yang
disebabkan karena sumber daya manusia terorganisir dari kelompok dan tokoh
dan sumber daya finansial Desa Kelong kunci dalam implementasi kebijakan
yang dinilai lebih baik juga dibanding merupakan hal penting dalam
kedua desa lainnya. Kecukupan sumber tercapainya tujuan kebijakan (Sabatier &
daya pada sebuah Desa, menyebabkan Mazmanian, 1980, 1983). Kerjasama
Desa Kelong optimal dalam melibatkan implementor dan kelompok sasaran

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 110
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

sudah diatur di dalam Permendagri publik (Ansell & Gash, 2008; (Purnomo et
No.114 Tahun 2014, maka hal ini penting al., 2018). Selain itu kolaborasi di dalam
untuk dilakukan oleh Pemerintah Desa pemerintahan akan menjadikan
sehingga pengelolaan pembangunan desa pemerintahan lebih efektif jika proses
dapat berjalan lebih optimal. organisasi yang memiliki suatu
Berdasarkan penjelasan dalam kepentingan terhadap suatu masalah
dimensi karakteristik organisasi pe- tertentu berusaha mencari solusi yang
laksana, sikap pelaksana, dan kondisi ditentukan secara bersama-sama dalam
lingkungan sosial, ekonomi dan politik, rangka mencapai tujuan bersama (Sink
tampak bahwa masing-masing desa dalam Dwiyanto, 2011; Purnomo et al.,
pesisir di Kabupaten Bintan memiliki 2018). Kolaborasi di dalam pemerintahan
karakteristik yang lebih kurang sama. juga akan membawa organisasi yang
Baik dalam hal karakteristik dari sisi tergabung di dalam kerjasama dalam
pendidikan, kelengkapan lembaga implementasi kebijakan akan menawar-
masyarakat desa dan sikap pemerintah kan solusi alternatif dari permasalahan
desa dalam mengimplementasikan namun tetap menjunjung tinggi
kebijakan pembangunan desa. Mata kesepakatan bersama (Purwanti dalam
pencaharian mayoritas ketiga desa Subarsono, 2016; (Purnomo et al., 2018).
menunjukkan bahwa dari sisi karak- Maka oleh karena itu sikap pelaksana
teristik wilayah, ketiga desa ini merupa- kebijakan pembangunan di desa yaitu
kan wilayah yang berbasis maritim bukan Pemerintah Desa dalam artian luas,
agraris. Sehingga sumber daya menyadari arti penting kolaborasi dalam
pencaharian masyarakat adalah di laut mengimplementasikan kebijakan pem-
sebagai nelayan. Sikap pemerintah desa, bangunan. Meski tingkat kolaborasi aktor
mengimplementasikan kebijakan pem- jika dilihat dari variatifnya aktor yang
bangunan desa secara persuasif dan terlibat di dalamnya tampak berbeda
kolaboratif karena sebagaimana pem- sebagaimana pembahasan di dalam
bahasan pada dimensi tujuan, pemerintah dimensi hubungan inter organisasional.
desa sadar bahwa tujuan kebijakan Tampak kolaborasi yang lebih baik itu
pembangunan desa adalah bukan semata- terjadi di Desa Kelong karena aktor yang
mata melakukan pembangunan secara berkolaborasi dalam mengimplementasi-
rutinitas namun lebih berorientasi kan kebijakan pembangunan desa lebih
kepada menciptakan kemandirian heterogen, terorganisir dan variatif.
masyarakat, kelestarian lingkungan dan Kecenderungan sikap terhadap
kesejahteraan masyarakat. Maka kebijakan pembangunan desa pada ketiga
Pemerintah Desa sadar bahwa desa pesisir juga tampak sama, yaitu
mengedepankan konsep berkolaborasi menerima dan akan taat pada aturan yang
dalam menjalankan pembangunan desa telah ditetapkan baik kebijakan yang
lebih dikedepankan dibanding paksaan diatur di dalam Undang-Undang No.6
atau ancaman. Secara konsep, kolaborasi Tahun 2014 atau Permendari No.114
di dalam pemerintahan haruslah terjadi tahun 2014. Namun berdasarkan
kesepakatan baik dalam hal menjalankan wawancara dengan seluruh aparat desa,
kebijakan publik dan juga manajemen BPD, dan perwakilan masyarakat, hampir

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 111
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

di ketiga desa memiliki jawaban yang pembangunan wilayah maritim dengan


hampir sama yaitu mengingatkan konsep poros maritim, pembangunan
pemerintah pusat agar lebih mengetahui keluatan menjadi paradigma. Paradigma
kondisi di wilayah tempat kebijakan yang dimaksud adalah laut untuk nelayan
dilaksanakan atau diimplementasikan. dan masyarakat pesisir. Pembangunan
Karena kondisi lingkungan sosial di ketiga keluatan tidak hanya mengoptimalkan
desa adalah desa berbasis maritim. Maka sumber daya kelautan untuk meningkat-
masyarakat dan pemerintah desa kan perekonomian bangsa tetapi juga
berharap pemerintah pusat dapat melihat disertai dengan pemberdayaan
kondisi lingkungan sosial tersebut. masyarakat pesisir. Memberdayakan
kondisi lingkungan sosial berbasis masyarakat pesisir tidaklah seperti
maritim mengandung isyarat bahwa memberdayakan kelompok masyarakat
sebagaian besar masyarakat lainnya. Masyarakat pesisir adalah
berparadigma kelauatan yang dibuktikan kelompok masyarakat yang tinggal di
dengan mata pencaharian mayoritas daerah pesisir dan sumber per-
adalah sebagai nelayan. ekonomiannya bergantung secara
Semua informan berkesimpulan langsung pada pemanfaatan sumber daya
bahwa aturan dari pemerintah pusat laut dan pesisir. Salah satu caranya adalah
selalu melihat desa yang berorientasi terciptanya hubungan akses transportasi
pada wilayah daratan (continental) tidak dan komunikasi sebagai basis atau dasar
melihat wilayah maritim atau kepulauan. hubungan ekonomi antar kawasan pesisir
Efek dari hal ini adalah perlunya serta antara pesisir dan pedalaman dan
beberapa penyesuaian kondisi di desa terwujudnya struktur ekonomi Indonesia
yang harus disesuaikan dengan aturan yang berbasis pada kegiatan ekonomi dan
pemerintah pusat seperti pembangunan pembangunan di wilayah pesisir dan laut
jalan desa ke wilayah pertanian sebagai wujud pemanfaatan dan
(Permendagri No.114 Tahun 2014 Pasal 6 pendayagunaan sumber daya alam laut.
Ayat (3) poin 3. Sementara di daerah (Limbong, 2015). Atas dasar itu maka
pesisir di wilayah kepulauan jalan desa pemerintah desa harus mengoptimalkan
lebih berupa dermaga yang mengarah pembangunan desa untuk kepentingan
kepada lautan. Hal ini harus di- masyarakat dengan karakteristik ber-
konsultasikan terlebih dahulu meskipun basis maritim atau pesisir. Maka
di poin lainnya disediakan pembangunan masyarakat dan pemerintah desa
insfrastruktur sesuai kondisi desa. berharap bahwa kebijakan pembangunan
Masyarakat dan Pemerintah Desa me- pemerintah pusat di masa mendatang
nyarankan kepada Pemerintah Pusat agar dapat mengakomodir hal-hal yang
pembangunan di desa pada wilayah menjadi catatan dan aspirasi masyarakat
kepulauan harus disesuaikan dengan desa di desa pesisir ini. Jika kebijakan
kondisinya. Hal ini senada dengan konsep pembangunan desa lebih sesuai dengan
pembangunan maritim atau poros kondisi desa, tentu sikap pelaksana dan
maritim yang dicetuskan di dalam visi kepatuhan kelompok sasaran akan lebih
misi Presiden Joko Widodo dan Wakil meningkat. Karena kondisi lingkungan
Presiden Yusuf Kalla. Harusnya dalam sosial, ekonomi dan politik dapat

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 112
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

mempengaruhi sikap pelaksana. Ketika pembangunan ditujukan untuk me-


kebijakan diciptakan sesuai dengan ningkatkan standar kehidupan dan
kondisi lingkungan sosial, ekonomi atau kesejahteraan sosial melalui kebijakan,
politik pada sebuah kelompok sasaran program, dan kegiatan sesuai dengan
maka sikap pelaksana juga akan semakin esensi masalah dan prioritas kebutuhan
baik dalam hal implementasi kebijakan publik (Simangunsong & Wicaksono,
(Indiahono, 2009). Kebijakan pem- 2017). Artinya bahwa responsivitas
bangunan desa berbasis maritim diharap- pemerintah khususnya dalam pem-
kan menjawab beberapa persoalan bangunan desa ketiga kebijakan yang
terkait kepentingan ekonomi sektoral di ditetapkan telah ditujukan untuk me-
bidang maritim, keutuhan dan kedaulatan ningkatkan standar kehidupan
negara, kelestarian sumber daya dan masyarakat desa yang sesuai dengan
lingkungan, serta penyelesaian konflik esensi masalah di desa dan kebutuhan
sosial yang tidak sama paradigmanya di publik di desa tersebut. Pada konteks
dalam pembangunan (Limbong, 2015). desa pesisir di Kabupaten Bintan maka
Memberlakukan kebijakan baru, sudah selayaknya kebijakan pembangun-
"satu desa satu miliar" di mana setiap an desa yang telah ditetapkan lebih
desa akan diberi satu miliar rupiah untuk memperhatikan esensi masalah, nilai-
mendorong pembangunan desa oleh nilai dan kebutuhan pembangunan yang
penduduk desa itu sendiri dengan cara sesuai dengan kondisi desa tersebut.
desa itu sendiri dan untuk kepentingan 4. SIMPULAN DAN SARAN
desa itu sendiri dengan harapan bahwa
4.1 Simpulan
akan ada lebih sedikit dan tidak ada lagi
urbanisasi (migrasi desa-kota) dan untuk Implementasi kebijakan pem-
memicu perputaran uang yang meng- bangunan di desa pesisir Kabupaten
untungkan desa lebih dari hanya di kota- Bintan berjalan dengan baik. Meski belum
kota (Simangunsong & Hutasoit, 2017). dirasakan optimal. Dari tiga desa pesisir
Kebijakan ini diharapkan menjadi pemicu tersebut, Desa Kelong dinilai lebih baik
untuk terjadinya pembangunan desa yang dibanding kedua desa lainnya. Desa
memang sesuai dengan kondisi Kelong mampu mengimplementasikan
lingkungan desa. Jangan sampai kelalaian kebijakan pembangunan desa ini karena
terhadap penyesesuaian dengan kondisi dukungan sumber daya yang lebih
desa menyebabkan kembali masyarakat optimal dan hubungan inter-
bermigrasi wilayah perkotaan. Harapan organisasional yang beragam dan lebih
pemerintah pusat membangun wilayah kolaboratif. Dari sisi faktor yang
desa adalah harapan bahwa desa mampu mempengaruhi dalam imlementasi
berkembang sesuai dengan kondisi desa kebijakan yang kemudian menjadi faktor
itu sendiri. Pemerintah sebagai regulator penentu pemenuhan kebijakan adalah
yang menetapkan kebijakan harus adanya kesadaran masyarakat untuk
memiliki daya tanggap terhadap kondisi menerima kebijakan dalam rangka untuk
desa. Karena di dalam daya tanggap atau mendukung tujuan kebijakan pem-
responsivitas, pengaruh pemecahan bangunan desa yang menjadi desa lebih
masalah dalam pemerintahan desa dan mandiri, makmur dan sejahtera. Faktor

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 113
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

yang dinilai menjadi faktor penolakan masyarakat maritim di Kabupaten Bintan


atau penundaan kebijakan adalah adanya khususnya, agar dapat dilakukan segera.
isi kebijakan yang bertentangan dengan Harapan masyarakat agar nilai kebijakan
sistem nilai masyarakat. hal ini terjadi lebih mengakomodir nilai-nilai
dalam konteks kebijakan pembangunan masyarakat maritim harusnya menjadi
itu masih berparadigma continental. feedback bagi kebijakan itu sendiri. Agar
tujuan kebijakan dapat tercapai secara
4.2 Saran optimal.
Penelitian ini menghasilkan saran 5. Ucapan Terima Kasih
kepada Pemerintah mulai dari
Ucapan terima yang sebesar-
pemerintah pusat, pemerintah kabupaten
besarnya kepada Kementerian Riset
dan juga pemerintah desa dalam konteks
Teknologi dan Pendidikan Tinggi
implementasi kebijakan pertama,
Republik Indonesia yang telah mendanai
melakukan penguatan dan konsistensi
penelitian ini dalam skema penelitian
terhadap tujuan yang tercantum dan
peningkatan kapasitas dengan jenis
menjadi dasar dalam menjalankan
Penelitian Dosen Pemula tahun peng-
kebijakan pembangunan desa, karena
usulan 2017 dan tahun pelaksanaan
dengan tujuan tersebut, maka arah
2018, sehingga penelitian ini dapat
pembangunan dalam diarahkan dan
dilaksanakan dan memperoleh hasil yang
dicapai, kemudian penguatan sumber
maksimal. Terima kasih juga diucapkan
daya yang masih dinilai lemah perlu
kepada Pusat Penelitian dan Pengabdian
diperkuat dalam rangka mendukung
(P3M) dan seluruh civitas akademika
pemerintah desa dalam menjalankan
Stisipol Raja Haji Tanjungpinang yang
kebijakan pembangunan desa. Kedua,
telah memberikan jalan dan fasilitas
Dalam konteks proses collaborative
selama penelitian ini berlangsung.
governance harus menjadi orientasi
dalam menjalankan kebijakan dan
pembangunan itu sendiri, keterlibatan 6. DAFTAR PUSTAKA
semua pihak akan lebih memudahkan
pemerintah desa mencapai tujuan, Adisasmita, R. (2006). Pembangunan
Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
keempat, pemerintah pusat harus lebih Graha Ilmu. Retrieved from
melihat kondisi wilayah dalam menyusun https://books.google.co.id/books?id
kebijakan. Landasan sosiologis harusnya =08jZAAAAMAAJ&q=Adisasmita,+R
memperkuat kebijakan sehingga tujuan ahardjo.+(2006).+Pembangunan+Pe
kebijakan dapat terlaksana dengan desaan+dan+Perkotaan.+Yogyakarta
optimal. Ketiga, faktor yang dinilai +:+Graha+Ilmu&dq=Adisasmita,+Ra
hardjo.+(2006).+Pembangunan+Ped
menjadi faktor penolakan dan penundaan
esaan+dan+Perkotaan.+Yogyakarta+
kebijakan yang kemudian mempengaruhi :+Graha+Ilmu&hl=en&sa=X&ved=0a
sikap pelaksana dan karakteristik hUKE
organisasi pelaksana sebaiknya
diakomodir secepatnya. Penyesuaian Agustino, L. (2014). Dasar-Dasar
nilai-nilai kebijakan yang top down Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Retrieved from
dengan nilai-nilai yang ada pada

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 114
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

https://scholar.google.co.id/scholar Anderson. (2014). Public Policymaking -


?hl=en&as_sdt=0,5&cluster=604456 James E. Anderson - Google Books.
3935722131602
Ansell, C., & Gash, A. (2008). Collaborative
Akib, H. (2012). Implementasi Kebijakan: Governance in Theory and Practice
Apa, Mengapa dan Bagaimana. Jurnal Chris. Journal of Public
Ilmu Administrasi Publik, Vol. 1 No., Administration Research and Theory,
1–11. Retrieved from Vo. 18 No., 543–571. Retrieved from
http://ojs.unm.ac.id/index.php/iap/ http://marphli.pbworks.com/w/file
article/viewFile/289/6 /fetch/55667103/Collaborative_gov
ernance_theory.pdf
Alexander, J. A., Comfort, M. E., & Weiner,
B. J. (1998). Governance in public- Aube, C., Rousseau, V., & Morin, M. .
private community health (2007). Perceived organizational
partnerships: A survey of the support and organizational
Community Care Network: SM commitment: The moderating effect
demonstration sites. Nonprofit of locus of control and work
Management & Leadership, Vol. 8, autonomy. Journal of Managerial
231–332. Retrieved from Psychology, Vol. 22 No. Retrieved
https://onlinelibrary.wiley.com/doi from 479-495
/abs/10.1002/nml.8402
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan.
Ali, Faried & Alam, A. S. (2012). Studi (2014). Mantang dalam Angka 2014.
Kebijakan Pemerintah. Bandung: Bintan. Retrieved from
Refika Aditama. Retrieved from https://caridokumen.com/downloa
https://scholar.google.co.id/scholar d/mantang-dalam-angka-
?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Ali%2C+ _5a46d2d0b7d7bc7b7a216917_pdf
Faried.+Alam%2C+Andi+Syamsu.+
%282012%29.+Studi+Kebijakan+Pe Beierle, T. C., & Konisky, D. (2001). What
merintah.+Refika+Aditama.+Bandun are we gaining from stakeholder
g+&btnG involvement? Observations from
environmental planning in the Great
Amanda, H. W. (2015). Strategi Lakes. Environment and Planning C:
Pembangunan Desa Dalam Government and Policy. Retrieved
Meningkatkan Pendapatan Asli Desa from
Melalui Badan Usaha Milik Desa http://journals.sagepub.com/doi/ab
(BUMDES). (Studi Pada Badan s/10.1068/c5s
Pengelola Air Minum (BPAM) Di Desa
Ketapanrame Kecamatan Trawas Brinkerhoff, D. W. (1999). Exploring
Kabupaten Mojokerto). Retrieved state-civil society collaboration:
from Policy partnerships in developing
https://scholar.google.co.id/scholar countries. Nonprofit and Voluntary
?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Amanda Sector Quarterly, Vol. 28, 59–86.
%2C+H.+W.+%282015%29.+Strateg Retrieved from
i+Pembangunan+Desa+Dalam+Meni http://journals.sagepub.com/doi/ab
ngkatkan+Pendapatan+Asli+Desa+ s/10.1177/089976409902801S01?j
Melalui+Badan+Usaha+Milik+Desa+ ournalCode=nvsb
%28BUMDES%29.+%28Studi+Pada
+Badan+Pengelola+Air+Minum+%2 Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia.
8BPAM%29+Di+Desa Undang-Undang tentang Desa, Pub.

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 115
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

L. No. No. 6 Tahun 2014 (2014). d&pg=PP1&dq=Grindle,+Merilee+S.


Indonesia. Retrieved from +(1980).+Politics+and+Policy+Impl
http://www.dpr.go.id/dokjdih/docu ementation+in+The+Third+World.+
ment/uu/UU_2014_6.pdf Princenton+University+Press,+New
+Jersey+&ots=cVY-
Dwiyanto, A. (2011). Manajemen LQRBpN&sig=dtC7hcDeLlhd5aA02q
Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan KxSLC_Xcs&redir_es
Kolaboratif (kedua). Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. Hill, M., & Hupe, P. (2014). Implementing
Retrieved from public policy: An introduction to the
https://books.google.co.id/books?id study of operational governance
=rrtjDwAAQBAJ&pg=PA314&dq=D (Kedua). London: SAGE. Retrieved
wiyanto,+Agus.+(2011).+Manajeme from
n+Pelayanan+Publik:+Peduli,+Inklu https://books.google.co.id/books?id
sif,+dan+Kolaboratif.+Gajah+Mada+ =X6MRHGhGvEkC&printsec=frontco
University+Press.+Yogyakarta&hl=e ver&dq=Hill,+M.,+%26+Hupe,+P.+(2
n&sa=X&ved=0ahUKEwjOn6rz- 014).+Implementing+public+policy:
LzdAhUlTo8KHaugBbEQ6AEIKTAA +An+introduction+to+the+study+of
#v=onepage& +operational+governance.+Sage&hl
=en&sa=X&ved=0ahUKEwj0ganK-
Fischer, F., Miller, G. J., & Sidney, M. S. bzdAhVDNI8KHSVxDPUQ6AEIKTAA
(2015). Handbook Analisis Kebijakan #v=onep
Publik: Teori, Politik dan Metode.
Bandung: Nusamedia. Retrieved Imperial, M. (2005). Using collaboration
from as a governance strategy: Lessons
https://scholar.google.co.id/scholar from six watershed management
?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Fischer% programs. Administration & Society,
2C+F.%2C+Miller%2C+G.+J.%2C+% 37, 281–320. Retrieved from
26+Sidney%2C+M.+S.+%282015%2 http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdo
9.+Handbook+Analisis+Kebijakan+P c/download?doi=10.1.1.1006.4584&
ublik%3A+Teori%2C+Politik+dan+ rep=rep1&type=pdf
Metode.+Bandung%3A+Nusamedia.
+&btnG= Indiahono, D. (2009). Kebijakan Publik
Berbasis Dynamic Policy Analisys.
Glasbergen, P., & Driessen, P. P. J. (2005). Yogyakarta: Gava Media. Retrieved
Interactive planning of from
infrastructure: The changing role of https://scholar.google.co.id/scholar
Dutch project management. ?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Indiahon
Environment and Planning C: o%2C+D.+%282009%29.+Kebijaka
Government and Policy, Vol. 23, 263– n+Publik+Berbasis+Dynamic+Policy
277. Retrieved from +Analisys.&btnG=
http://journals.sagepub.com/doi/ab
s/10.1068/c0441 Irawan, N. (2017). Tata Kelola
Pemerintahan Desa Era UU Desa.
Grindle, M. S. (1980). Politics and Policy Yayasan. Jakarta: Pustaka Obor
Implementation in The Third World. Indonesia. Retrieved from
New Jersey: Princenton University https://books.google.co.id/books?id
Press. Retrieved from =4_Y8DwAAQBAJ&printsec=frontco
https://books.google.co.id/books?hl ver&dq=Irawan,+N.+(2017).+Tata+
=en&lr=&id=X4UrDgAAQBAJ&oi=fn Kelola+Pemerintahan+Desa+Era+U

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 116
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

U+Desa.+Yayasan+Pustaka+Obor+In A conceptual framework.


donesia.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKE Administration & Society, Vol. 6 No.,
wi414qg- 445–488. Retrieved from
rzdAhWBuI8KHfQABoUQ6AEIKTAA http://journals.sagepub.com/doi/ab
#v=onepage&q=Irawan%2C N. s/10.1177/009539977500600404
(2017).
Murdock, B., Wiessner, C., & Sexton, K.
Limbong, B. (2015). Poros maritim. (2005). Stakeholder participation in
Bandung: Margaretha Pustaka. voluntary environmental
Retrieved from agreements: Analysis of 10 Project
https://scholar.google.co.id/scholar XL case studies. Science, Technology
?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Limbong & Human Values, 30, 223–250.
%2C+B.+%282015%29.+Poros+mar Retrieved from
itim.+Penerbit+Margaretha+Pustaka https://www.researchgate.net/profi
.&btnG= le/Barbara_Murdock2/publication/
249623516_Stakeholder_Participati
Matland, R. E. (1995). Synthesizing the on_in_Voluntary_Environmental_Agr
implementation literature: The eements_Analysis_of_10_Project_XL_
ambiguity-conflict model of policy Case_Studies/links/55a5359a08aef
implementation. Journal of Public 604aa042c0b/Stakeholder-
Administration Research and Theory, Participation-in-Voluntary-Enviro
Vol. 5 No., 145–174. Retrieved from
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdo Nakamura, R. T., & Smallwood, F. (1980).
c/download?doi=10.1.1.607.9799&r The Politics of Policy Implementation.
ep=rep1&type=pdf New York: St. Martin Press. Retrieved
from
Mazmanian, D. A., & Sabatier, P. A. (1983). https://books.google.co.id/books?id
Implementation and public policy. =ki5vQgAACAAJ&dq=Nakamura,+Ro
Amerika: University Press of bert+T+and+FrankSmallwood.+(198
America. Retrieved from 0).+The+Politics+of+Policy+Implem
https://books.google.co.id/books?id entation.+St.+Martin+Press,+New+Y
=7waKQgAACAAJ&dq=Mazmanian,+ ork.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiY
D.+A.,+%26+Sabatier,+P.+A.+(1983) vavT_bzdAhUW3Y8KHXsxDhMQ6AE
.+Implementation+and+public+polic IKzAA
y.+Scott+Foresman&hl=en&sa=X&v
ed=0ahUKEwilh8G2_bzdAhUS448K Nugroho, R. (2012). Public Policy. Jakarta:
Hc0WAbEQ6AEIKTAA Elex Media Computindo. Retrieved
from
Menteri dalam Negeri. Peraturan Menteri https://scholar.google.co.id/scholar
Dalam Negeri Nomor 114 Tahun ?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Nugroho
2014 Pedoman Pembanguan Desa., %2C+Riant.+%282012%29.+Public
Pub. L. No. 114 (2014). Indonesia. +Policy.+Elex+Media+Computindo.+
Retrieved from Jakarta&btnG=
http://desamembangun.id/wp-
content/uploads/2016/12/Permen Ompi, A. W. (2013). Implementasi
dagri-No-114-Tahun-2014-Tentang- Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD)
Pedoman-Pembangunan-Desa.pdf Dalam Meningkatkan Pembangunan
Desa (Studi di Desa Pangu
Meter, D. S. Van, & Horn, C. E. Van. (1974). Kecamatan Ratahan Kabupaten
The policy implementation process: Minahasa Tenggara. Jurnal

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 117
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

Universitas Samratulangi, Vol. 5 No., le/Chris_Short2/publication/22761


1–9. Retrieved from 9148_The_Problem_of_Common_Lan
https://ejournal.unsrat.ac.id/index. d_Towards_Stakeholder_Governance
php/governance/article/view/1519 /links/54a6ca1d0cf256bf8bb69c8f/
The-Problem-of-Common-Land-
Purnomo, E. P., Ramdani, R., Setyadiharja, Towards-Stakeholder-
R., & Muzwardi, A. (2018). Governance.pdf
Collaborative Governance Dalam
Tata Kelola Hutan Berbasis Simangunsong, F. (2016). Metodologi
Masyarakat. Yogyakarta: LP3M Penelitian Pemerintahan. Bandung:
Universitas Muhammdiyah Alfabeta. Retrieved from
Yogyakarta. Retrieved from https://scholar.google.co.id/scholar
http://repository.umy.ac.id/bitstrea ?hl=id&as_sdt=0,5&cluster=113134
m/handle/123456789/20030/Colla 61493990457825
borative
Governance_revisi.compressed.pdf?s Simangunsong, F., & Wicaksono, S.
equence=1&isAllowed=y (2017). Evaluation of Village Fund
Management in Yapen Islands
Sabatier, P., & Mazmanian, D. (1980). The Regency Papua Province (Case Study
implementation of public policy: A at PasirPutih Village, South Yapen
framework of analysis. Policy Studies District). Open Journal of Social
Journal, Vol. 8 No., 538–560. Sciences, 5, 250–268.
Retrieved from https://doi.org/https://doi.org/10.
https://s3.amazonaws.com/academ 4236/jss.2017.59018
ia.edu.documents/33366842/Imple
mentation.pdf?AWSAccessKeyId=AK Simangunsong, & Hutasoit, F. I. (2017).
IAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1 Empirical Study on Implementation
537095741&Signature=9deLn%2Bu of Village Fund for Issue of
ydC8%2B%2F8%2F6jvT5DaStX%2 Urbanization from West Java.
B4%3D&response-content- Province to State Capital of Jakarta.
disposition=inline%3B International Business Management,
filename%3DCONCEPTUAL_FRAME 11, 1058–1072.
WORK_TH https://doi.org/10.3923/ibm.2017.
1058.1072
Setyadiharja, R., Kurniasih, D., Nursnaeny,
P. S., & Nengsih, N. S. (2017). Good Statistik Daerah Kecamatan Bintan
Governance vs Sound Governance: A Pesisir. (2014). Statistik Daerah
Comparative Theoretical Analysis. In Kecamatan Bintan Pesisir Tahun
International Conference on 2014. Bintan. Retrieved from
Democracy, Accountability and https://bintankab.bps.go.id/publica
Governance. Atlantis Press. tion/2014/10/31/c5cb7aa7105a75
https://doi.org/10.2991 4849d2d7de/statistik-daerah-
kecamatan-bintan-pesisir-2014.html
Short, C., & Winter, M. (1999). The
problem of common land: Towards Subarsono, A. (2016). Kebijakan Publik
stakeholder governance. Journal of dan Pemerintahan Kolaboratif Isu-Isu
Environmental Planning and Kontemporer. Yogyakarta: Gava
Management, 42, 613–630. Retrieved Media. Retrieved from
from https://scholar.google.co.id/scholar
https://www.researchgate.net/profi ?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Subarson

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3(2), Oktober 2018- 118
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

o%2C+Agustinus.+%282016%29.+K dari Formulasi ke Penyusunan Model-


ebijakan+Publik+dan+Pemerintahan Model Impelementasi Kebijakan
+Kolaboratif+Isu- Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Isu+Kontemporer.+Gava+Media.+Yo Retrieved from
gyakarta+&btnG= https://scholar.google.co.id/scholar
?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Wahab%
Suharto, D. G. (2016). Membangun 2C+Solichin+Abdul+Wahab.+%2820
kemandirian desa. Yogyakarta: 12%29.+Analisis+Kebijakan+dari+F
Pustaka Pelajar. Retrieved from ormulasi+ke+Penyusunan+Model-
https://scholar.google.co.id/scholar Model+Impelementasi+Kebijakan+P
?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Suharto ublik.+Bumi+Aksara.+Jakarta&btnG
%2C+D.+G.+%282016%29.+Memba =
ngun+kemandirian+desa.+Yogyakar
ta%3A+Pustaka+Pelajar.&btnG= Winarno, B. (2014). Kebijakan Publik
Teori, Proses dan Studi Kasus.
Tahir, A. (2014). Kebijakan Publik dan Yogyakarta: Buku Seru. Retrieved
Transparansi Penyelenggaran from
Pemerintah Daerah. Bandung: https://scholar.google.co.id/scholar
Alfabeta. Retrieved from ?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Winarno
https://www.google.com/search?sa %2C+Budi.+%282014%29.+Kebijak
fe=strict&tbm=bks&ei=DC2eW6zMG an+Publik+Teori%2C+Proses+dan+
5WuvwSQz7lI&q=Tahir%2C+Arifin. Studi+Kasus.+Buku+Seru.+Yogyakar
+%282014%29.+Kebijakan+Publik+ ta+&btnG=
dan+Transparansi+Penyelenggaran
+Pemerintah+Daerah.+Alfabeta.+Ba
ndung+&oq=Tahir%2C+Arifin.+%28
2014%29.+Kebijakan+Publik+dan+ PROFIL SINGKAT
Transparan
RENDRA SETYADIHARJA, S.Sos., M.I.P.
Tett, L., Crowther, J., & O’Hara, P. (2003). Lahir di Tanjungpinang tanggal 20 Maret
Collaborative partnerships in 1986, merupakan seorang penyair dan
community education. Journal of juga dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu
Education Policy, 18, 37–51. Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji
Retrieved from Tanjungpinang Kepulauan Riau.
https://www.tandfonline.com/doi/ Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN
abs/10.1080/02680930320000421 003 Tiban Batam (lulus tahun 1999),
91 kemudian melanjutkan ke Madrasah
Tsanawiyah Negeri Tanjungpinang (lulus
Vangen, S., & Huxham, C. (2003). Enacting tahun 2002), selanjutnya melanjutkan
leadership for collaborative pendidikan menengah atas di SMA Negeri
advantage: Dilemmas of ideology and 1 Tanjungpinang (lulus tahun 2005).
pragmatism in the activities of Penulis menyelesaikan pendidikan Strata
partnership managers. British 1 di STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang
Journal of Management, 14(61–76). pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Retrieved from (lulus tahun 2010), kemudian
http://iff.ac.at/oe/media/document menyelesaikan magisternya di Magister
s/OP_Enacting_Leadership_(BJM).pd Ilmu Pemerintahan Universitas
f Muhammadiyah Yogyarakarta (lulus
tahun 2014) denganpredikatCumlaude
Wahab, S. A. W. (2012). Analisis Kebijakan dan Terbaik.

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah,
Vol.3 (2), Oktober 2018 - 119
Rendra Setyadiharja, Suherry, Raja Dachroni

SUHERRY, S.Sos, M. Si. Lahir di Pangkal RAJA DACHRONI, S.Sos., M.Si. Lahir di
Pinang - Bangka tanggal 18 Agustus 1985, Kijang 16 Mei 1987. Anak keempat dari
merupakan seorang dosen pada Prodi empat bersaudara ini memulai
Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Ilmu pendidikan formalnya di SD Negeri 019
Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji Bintan Timur tahun 1993 dan tamat
Tanjungpinang Kepulauan Riau. Sekolah tahun 1999, masuk SMP Negeri 1 Bintan
pendidikan dasar di SDN 021 Manggar - Timur tamat 2002 lalu meneruskan ke
Belitung; SDN 016 Pangkal Pinang - SMA Negeri 1 Tanjungpinang dan tamat
Bangka; SDN 027 Tanjung Pandan - pada tahun 2005. Dengan pertimbangan
Belitung ; dan kembai di SDN 021 ingin menerukan serta melanjutkan
Manggar - Beliting (lulus tahun 1997), jenjang pendidikan formalnya pada tahun
kemudian melanjutkan ke SMPNegeri 1 2005 mendaftar sebagai mahasiswa
Manggar - Belitung (lulus tahun 2000), Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu
selanjutnya melanjutkan pendidikan Politik Raja Haji (STISIPOL) dan di wisuda
menengah atas di SMA Negeri 1 Bintan pada akhir tahun 2009. Tahun 2012 dia
Timur (lulus tahun 2003). Penulis melanjutkan studi S2 di Program Studi
menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Ilmu Politik dengan konsentrasi
STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang pada Managemen Pemerintahan Daerah dan
Program Studi Ilmu Pemerintahan (lulus berhasil menjadi lulusan terbaik di
tahun 2009), kemudian menyelesaikan program studi S1 dan S2.
magisternya di Magister Ilmu Politik
Konsentrasi Manajemen Pemerintah
Daerah di Universitas Riau (lulus tahun
2014) .

Copyright © 2018, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)

Anda mungkin juga menyukai