Anda di halaman 1dari 133

SWR METER DAN POWER METER DIGITAL

BERBASIS
MIKROKONTROLER ATtiny2313

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh :

Fransiskus Xaverius Ari Bandioko


NIM : 025114019

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

i
DIGITAL SWR METER AND POWER METER
BASED ON MICROCONTROLLER ATtiny2313

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements


to Obtain Sarjana Teknik Degree
in Electrical Engineering

by:

Fransiskus Xaverius Ari Bandioko

Student number : 025114019

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM


DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2007

ii
LEMBAR PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING TUGAS AKHIR

SWR METER DAN POWER METER DIGITAL


BERBASIS
MIKROKONTROLER ATTINY2313

disusun oleh
Fransiskus Xaverius Ari Bandioko
NIM : 025114019

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng. Tanggal : 29 Januari 2008

Pembimbing II

Alexius Rukmono, S.T. Tanggal : 28 Januari 2008

iii
TUGAS AKHIR

SWR METER DAN POWER METER DIGITAL


BERBASIS MIKROKONTROLER ATTINY2313

Dipersiapkan dan ditulis oleh:


Fransiskus Xaverius Ari Bandioko
NIM : 025114019

Telah dipertahankan dihadapan penguji


Pada tanggal : 5 Nopember 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan panitia penguji :

Ketua : Martanto, S.T., M.T. …………………….

Sekretaris : A. Bayu Primawan, S.T.,M.Eng. …………………….

Anggota : Ir. Th. Prima Ari Setyani, M.T. …………………….

Anggota : Alexius Rukmono, S.T. ………………….....

Yogyakarta, 27 November 2007


Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Dekan

Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S.,BST., M.A., M.Sc.

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 27 Nopember 2007

Penulis

Fransiskus Xaverius Ari Bandioko

v
vi
“ A pessimist sees a difficult in every
opportunity, but an optimist sees an
opportunity in every difficult”
(Sir Winston Churchill)

Dengan segala puji dan syukur ke hadirat Allah Bapa, Allah Putra, dan
Allah Roh Kudus, penulis persembahkan karya ini kepada:

• Iesu Christe,sebagai pedoman hidup,ampuni hamba-Mu ini

• Ayah dan ibuku tercinta, kasih dan cinta kalian tak akan pernah
tergantikan oleh apapun

• Mbak Novin, Mas Iwan dan Nadine serta adikku Hendrikus Deka
Pranajaya, terima kasih telah menjadi sumber semangat hidupku.

• Seseorang yang pernah singgah di hati, terima kasih atas kasih


sayang dan dukungan dalam mengerjakan tugas akhir ini

• My Big Family in TEKSAPALA,......”Per Aspera Ad Astra”

• Almamater Universitas Sanata Dharma

vii
Intisari

SWR meter dan Power meter digital berbasis mikrokontroler ATTiny2313


merupakan sebuah alat yang dirancang untuk mengukur besamya gelombang
tegak antara daya pancar dan daya balik pada sebuah pemancar FM dengan daya
pancar maksimal 10 Watt. Alat ukur ini dirancang menggunakan dioda IN60
germanium sebagai pendeteksi dan penyearah tegangan pada blok SWR,
rangkaian pengkonversi tegangan ke frekuensi, mikrokontroler ATTiny2313, dan
LCD.
Pengambilan data SWR dan Power awal diakukan dengan mengkalibrasi
alat ukur yang dirancang dengan alat ukur acuan yaitu SWR dan Power Meter SX-
2000 Diamond Antena. Dari hasil pengujian dan analisa, analog interface dapat
menghasilkan pengukuran SWR dengan tingkat kesalahan pengukuran .1,1 % dan
rata-rata deviasi .0,01 pada level tegangan 0,1 volt - 0,375 volt untuk titik maju
(forward) dan 0,002 volt - 0,016 volt untuk titik balik (reverse). Sedangkan
pengukuran SWR secara digital menghasilkan pengukuran dengan tingkat
kesalahan .0,647 % dan rata-rata deviasi .0,007 serta rata-rata tingkat ketelitian
.99,15 %.
Rangkaian pengkonversi tegangan ke frekuensi tidak dapat menghasilkan
frekuensi keluaran yang linier, sehingga untuk input frekuensi ke mikrokontroler
digunakan AFG (sebagai pembangkit frekuensi). Program penghitungan SWR
pada mikrokontroler dapat bekerja dengan baik. Mikrokontroler dapat mendeteksi
frekuensi masukan, mengolah, dan menampilkan hasilnya pada penampil LCD.

Kata kunci: forward, reverse, gelombang tegak, power.

viii
Abstract

Digital SWR and Power Meter based on microcontroller ATTiny2313 is a


measuring instrument that is designed to measure standing wave between forward
power and reverse power at FM transmitter with maximum power 10 Watt. This
measuring instrument is designed using diode IN60 germanium as a detector and
voltage rectifier at SWR block, voltage to frequency converter circuit,
microcontroller ATTiny2313 and LCD.
First early intake of SWR and Power meter data is doing by calibrating
between the measuring instrument that is designed with SWR and Power Meter
SX-200 Diamond Antenna – as the reference measuring instrument. From the
result of testing and analyse, analog interface produces SWR measurement with
error level . 1,1 % and deviation average value . 0,01 at voltage level 0,1 volt to
0,375 volt for forward point and 0,002 volt to 0,016 volt for reverse point.
Meanwhile, SWR measurement digitally produces value with error level . 0,647%
and deviation average value . 0,007 and also accuracy average level . 99,15 %.
Voltage to frequency converter circuit cannot produces linear frequency.
So, AFG – as frequency generator – needed to input frequency onto
microcontroller. SWR computation program at microcontroller can working
properly. Microcontroller can detect frequency input, processing that frequency
input, and then display the result at displayer (LCD)

Keywords : forward, reverse, standing wave, power.

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

berjudul “SWR Meter dan Power Meter Digital berbasis Mikrokontroler

ATTiny2313.”

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik Elektro di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata

Dharma sekaligus sebagai upaya untuk memperdalam dan memperkaya wawasan

berpikir serta menambah wacana di bidang elektronika khususnya dan sains

teknologi pada umumnya.

Pembuatan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan

berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., BST., M.A., M.Sc selaku Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma atas segala

dukungan berupa kritik dan saran demi pengerjaan skripsi ini.

2. A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng selaku Kepala Jurusan Teknik Elektro

dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, waktu,

dan perhatiannya selama penyusunan tugas akhir ini.

3. Alexius Rukmono, S.T selaku dosen pembimbing II yang juga telah

memberikan bimbingan, masukan, waktu, dan perhatiannya selama

penyusunan tugas akhir ini.

4. Martanto, S.T., M.T selaku Ketua Tim Penguji yang telah memberikan

banyak bantuan sehingga tugas akhir ini dapat semakin baik.

x
5. Ir. Th. Prima Ari Setyani, M.T selaku penguji yang juga telah memberikan

banyak bantuan sehingga tugas akhir ini dapat semakin baik.

6. Segenap dosen dan laboran Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.

7. Segenap karyawan sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi.

8. Ayah dan ibu tercinta: Bapak Ignatius Parmuji dan Ibu Lucia Sri

Damayanti.

9. Mbak Novin, mas Iwan dan Nadine, adikku Hendrikus Deka Pranajaya

atas kasih sayang, doa, dukungan dan perhatian.

10. Seseorang yang pernah mengisi dihatiku, neng Lava, mau menemani

dalam suka dan duka, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, cinta,

perhatian, dan kesabaran yang pernah engkau berikan selama ini.

11. Saudara-saudaraku di TEKSAPALA atas semangatnya “keep forward

whatever it takes” dan semoga kita dapat lebih berkembang bersama.

12. Teman-teman TE angkatan 2002 terimakasih atas dukungan dan

kekompakannya.

13. Keluarga besar DKD’s Crew, terima kasih atas tumpangannya.

14. Mas Gede, Mas Bowo, Mas Ucup, Robby, Andre Bhule, Andre PK, dan

Andre Krupuk, terima kasih atas bantuan dan semangat yang kalian

tularkan.

15. Keluarga besar Sidomulyo (Tutik, mas Bowo, de’ Eta, mbak Nia).

16. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per

satu sehingga skripsi ini dapat diselesaiknan.

xi
Penulis dengan penuh kesadaran memahami dalam penelitian ini masih

banyak terdapat kekurangannya. Oleh karenanya sumbang saran yang bersifat

membangun dari pembaca sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga

tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia elektronika

umumnya.

Yogyakarta, 27 Nopember2007

Penulis

Fransiskus Xaverius Ari Bandioko

xii
DAFTAR ISI

Halaman ......................................................................................................................... i

Halaman Judul dalam Bahasa Inggris ........................................................................... ii

Lembar Pengesahan oleh Pembimbing ........................................................................ iii

Lembar Pengesahan oleh Penguji ................................................................................ iv

Lembar Pernyataan keaslian karya................................................................................ v

Lembar Pernyataan publikasi....................................................................................... vi

Halaman persembahan dan motto hidup ..................................................................... vii

Intisari ........................................................................................................................ viii

Abstract ........................................................................................................................ ix

Kata Pengantar .............................................................................................................. x

Daftar Isi .................................................................................................................... xiii

Daftar Gambar.......................................................................................................... xviii

Daftar Tabel ................................................................................................................ xx

Daftar Lampiran ......................................................................................................... xxi

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 74

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Judul ........................................................................................................................ 1

1.2 Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1

1.3 Konsep Pembuatan Alat .................................................................................... .....2

1.4 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................... 3

xiii
1.5 Perumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.6 Batasan Masalah ..................................................................................................... 4

1.7 Metode Penelitian .................................................................................................. 4

1.8 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 5

BAB II DASAR TEORI ............................................................................................. 7

2.1 Pengukuran.............................................................................................................. 7

2.1.1 Metode Pengukuran ....................................................................................... 8

2.2 Standing Wave (Gelombang Berdiri) .................................................................... 11

2.2.1 Rangkaian SWR Meter dan Power Meter Analog ....................................... 13

2.3 Saluran Transmisi ................................................................................................. 14

2.4 Mikrokontroler AVR Attiny2313 ......................................................................... 16

2.4.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR Attiny2313 ............................................... 16

2.4.2 Organisasi Memori....................................................................................... 18

2.4.3 Hardware AVR Attiny2313......................................................................... 19

2.4.4 Port I/O ........................................................................................................ 20

2.4.5 Instruksi Mikrokontroler AVR Attiny2313 ................................................. 22

2.4.6 Mode Pengalamatan Memori dan Program Atiny2313 ............................... 23

2.4.7 Periferal Mikrokontroler AVR Attiny2313.................................................. 24

2.4.7.1 Timer/Counter ................................................................................. 24

2.4.7.2 On-Chip Osilator.............................................................................. 25

2.5 LCD (Liquid Crystal Display) .............................................................................. 26

2.5.1 LCD M1632 ................................................................................................. 27

xiv
2.5.1.1 DDRAM .......................................................................................... 28

2.5.1.2 CGRAM ........................................................................................... 28

2.5.1.3 CGROM ........................................................................................... 29

2.5.1.4 Register ............................................................................................ 29

2.5.1.4.1 Register Perintah ............................................................... 29

2.5.1.4.2 Penulisan Data ke Register Perintah ................................. 29

2.5.1.4.3 Pembacaan Data dari Register Perintah ............................ 30

2.5.1.5 Register Data................................................................................... 30

2.5.1.5.1 Penulisan Data ke Register Data ....................................... 30

2.5.1.5.2 Pembacaan Data ke Register Data .................................... 31

2.6 LM 331.................................................................................................................. 31

2.6.1 Prinsip kerja dari LM 331 ............................................................................ 32

2.6.2 Rangkaian Aplikasi Voltage to Frequency Converter ................................. 34

BAB III PERANCANGAN ...................................................................................... 36

3.1 Diagram Blok ........................................................................................................ 36

3.2 Perancangan Perangkat Keras ............................................................................... 37

3.2.1 Minimun Sistem Mikrokontroler AR Attiny2313 ....................................... 37

3.2.1.1 Reset Eksternal ................................................................................. 37

3.2.1.2 Osilator............................................................................................. 39

3.2.1.3 Mikrokontroler AVR Attiny2313 .................................................... 40

3.2.2 Analog Interface........................................................................................... 40

3.2.3 Rangkaian Voltage to Frequency Converter (LM 331) ............................... 42

xv
3.2.4 Hubungan V to F Converter dan Mikrokontroler Attiny2313 .................... 45

3.2.5 Antarmuka LCD dan Mikrokontroler Attiny2313 ...................................... 46

3.2.6 Sistematis Rangkaian Keseluruhan ............................................................. 47

3.3 Perancangan Perangkat Lunak .............................................................................. 48

3.3.1 Diagram Alir Program Utama...................................................................... 48

3.3.2 Diagram Alir Pengambilan Data.................................................................. 49

3.3.3 Diagram Alir Penghitungan SWR................................................................ 50

3.3.4 Diagram Alir Aktifkan LCD ........................................................................ 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 52

4.1 Proses Kalibrasi Alat Ukur ................................................................................... 52

4.2 Data Kalibrasi Alat Ukur ...................................................................................... 53

4.3 Data Pengujian Alat Ukur ..................................................................................... 54

4.3.1 Pengukuran tegangan maju (Vfwd), tegangan balik (Vrev) dan data

perhitungan SWR ......................................................................................... 55

4.3.2 Pengukuran Frekuensi Keluaran LM331 ..................................................... 57

4.3.3 Pengukuran Frekuensi Maju (Pf), Frekuensi Balik (Pr), Nilai SWR........... 59

4.4 Pembahasan........................................................................................................... 62

4.4.1 Analisa Data Pengukuran Frekuensi Maju, Frekuensi Balik dan SWR....... 62

4.4.2 Analisa Data Pengukuran............................................................................. 63

4.4.3 Pengoperasian Alat Ukur ............................................................................. 68

4.4.3.1 SWR Meter dan Power Meter Analog ............................................. 68

4.4.3.2 Penampil Frekuensi Maju (Pf), Frekuensi Balik (Pr), dan SWR ..... 68

xvi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 71

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 71

5.2 Saran .................................................................................................................... 72

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dasar proses pengukuran .......................................................................... 7

Gambar 2.2 Blok Diagram SWR Meter dan Power Meter Digital ............................. 10

Gambar 2.3 Gelombang datang dan gelombang pantulan .......................................... 11

Gambar 2.4 Pola Gelombang Berdiri Tegangan ......................................................... 13

Gambar 2.5 Rangkaian SWR Meter dan Power Meter Analog .................................. 13

Gambar 2.6 Penampang kabel coaxial........................................................................ 15

Gambar 2.7.a Peta Memory Program .......................................................................... 18

Gambar 2.7.b Peta Data Memory ................................................................................ 18

Gambar 2.8 Konfigurasi pin Attiny2313 .................................................................... 19

Gambar 2.9 Reset Input............................................................................................... 22

Gambar 2.10 Koneksi Osilator.................................................................................... 25

Gambar 2.11 Konstruksi dan cara kerja LCD............................................................. 26

Gambar 2.12 Bentuk dan bagian LCD 16x2............................................................... 27

Gambar 2.13 Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM................................... 28

Gambar 2.14 Blok Diagram LM331 ........................................................................... 32

Gambar 2.15 Konfigurasi pin LM331......................................................................... 33

Gambar 2.16 Rangkaian aplikasi V to F Converter .................................................... 34

Gambar 3.1 Diagram Blok SWR Meter dan Power Meter Digital ............................. 36

Gambar 3.2 Rangkaian reset eksternal........................................................................ 37

Gambar 3.3 Osilator kristal yanng dihubung ke mikrokontroler ................................ 39

Gambar 3.4 Rangkaian minimum sistem mikrokontroler........................................... 40

xviii
Gambar 3.5 Rangkaian Analog Interface.................................................................... 41

Gambar 3.6 Dummy Load ........................................................................................... 41

Gambar 3.7 Rangkaian Voltage to Frequency Converter........................................... 42

Gambar 3.8 Antarmuka V to F Converter dan mikrokontroler................................... 46

Gambar 3.9 Antarmuka LCD dan mikrokontroler...................................................... 47

Gambar 3.10 Sistematis Rangkaian Keseluruhan ....................................................... 47

Gambar 3.11 Diagram Alir Program Utama ............................................................... 48

Gambar 3.12 Diagram Alir Pengambilan Data ........................................................... 49

Gambar 3.13 Diagram Alir Penghitungan SWR......................................................... 50

Gambar 3.14 Diagram Alir Akifkan LCD .................................................................. 51

Gambar 4.1 Hubungan Proses Kalibrasi alat ukur ...................................................... 52

Gambar 4.2 Hubungan Kalibrasi alat ukur ................................................................. 53

Gambar 4.3 Grafik perubahan frekuensi keluaran terhadap masukan tegangan

maju (Vin FWD) .................................................................................... 59

Gambar 4.4 Grafik perubahan frekuensi keluaran terhadap masukan tegangan

keluaran (Vin REV) ............................................................................... 60

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbandingan fout.denganVin ...................................................................... 45

Tabel 4.1 Data kalibrasi ............................................................................................. 54

Tabel 4.2 Data pengukuran tegangan maju,tegangan balik, dan perhitungan SWR.. 55

Tabel 4.3 Perbandingan data frekuensi keluaran LM331 penngukuran dengan

data perhitungan secara teoritis untuk tegangan maju (Vfwd)................... 58

Tabel 4.4 Perbandingan data frekuensi keluaran LM331 penngukuran dengan

data perhitungan secara teoritis untuk tegangan balik (Vrev).................... 58

Tabel 4.5 Konversi Penyesuaian fout LM331 teoritis dengan fout AFG..................... 60

Tabel 4.6 Data pengukuran Frekuensi Maju (Pf) dan Frekuensi Balik (Pr) .............. 61

Tabel 4.7 Data pengukuran Frekuensi Maju (Pf) dan Frekuensi Balik (Pr) dengan

input AFG1 FWD bervariasi dan AFG2 REV konstan............................. 61

Tabel 4.8 Data pengukuran Frekuensi Maju (Pf) dan Frekuensi Balik (Pr) dengan

input AFG1 FWD bervariasi dan AFG2 REV bervariasi ......................... 61

Tabel 4.9 Tingkat kesalahan dan deviasi SWR meter dan Power meter terkalibrasi

(analog interface)....................................................................................... 64

Tabel 4.10 Tingkat ketelitian SWR dan Power meter terkalibrasi

(analog interface)...................................................................................... 65

Tabel 4.11 Tingkat kesalahan dan deviasi SWR meter digital ................................... 66

Tabel 4.12 Tingkat ketelitian SWR meter digital ....................................................... 66

Tabel 4.13 Amplitudo dan Periode Frekuensi Keluaran AFG.................................... 69

xx
DAFTAR LAMPIRAN

L.1. Sistematis Rangkaian Keseluruhan.

L.2. IN60P, IN60S Point Contact Germanium Diode Datasheet.

L.3. 8-Bit Microcontroller with 2K Bytes In-System Programmablle Flash

ATTiny2313 Datasheet.

L.4. LM131A/LM131, LM231A/LM231, LM331A/LM331 Precision Voltage-

to-Frequency Converters Datasheet.

L.5. Listing Program SWR Meter dan Power Meter Digital.

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Judul

SWR Meter dan Power Meter Digital berbasis mikrokontroler

AVR Attiny2313

I.2 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi saat ini mencakup di segala bidang,

seperti bidang komunikasi, kesehatan, keamanan, transportasi, bahkan juga

di bidang elektronik. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup

banyak digunakan manusia dewasa ini dalam kehidupannya adalah

peralatan dengan menggunakan sistem mikrokontroler. Maka di sini akan

dibahas aplikasi teknologi mikrokontroler dalam bidang elektronika,

khususnya dalam hal pengukuran.

Keberadaan SWR Meter dan Power Meter di masyarakat, terlebih

bagi mereka yang berkecimpung dalam sistem transmisi komunikasi radio,

dalam hal ini adalah radio yang menggunakan modulasi FM, sangatlah

penting. Hal ini dipengaruhi oleh seberapa besar daya pancar dan daya

pantul, yang keduanya hanya dapat diukur oleh Power Meter. Selain itu,

interferensi yang terjadi antara daya pancar dan daya pantul yang

menghasilkan gelombang tegak dapat diukur melalui SWR Meter. Faktor-

faktor inilah yang mempengaruhi seberapa baiknya sebuah pemancar FM

1
2

Selain masalah-masalah di atas, juga terdapat masalah mengenai

kualitas instrumen yang digunakan, apakah baik atau buruk. Jenis SWR

Meter dan Power Meter yang sekarang ini masih terbatas pada jenis

analog. Tentunya cukup banyak kekurangan yang terdapat pada jenis ini,

terlebih dalam hal pembacaan hasil pengukuran, tingkat akurasi,

sensitivitas, tingkat resolusi, dan beberapa factor lainnya. Tentunya

menjadi hal yang sangat tidak praktis dan efektif.

Mengacu pada beberapa permasalahan yang telah dipaparkan

diatas, maka penelitian ini berupaya membuat suatu instrumen yang dapat

digunakan untuk memininalisasi kekurangan dari alat yang telah ada

sebelumnya dengan menggunakan mikrokontroler AVR ATtiny2313.

1.3 Konsep Pembuatan Alat

Dalam merancang perangkat yang akan dibuat, penulis

memanfaatkan mikrokontroler sebagai sarana pengembangan yang penting

dari rangkaian konvensional (analog) yang telah ada. . Proses digitalisasi

yang ingin dirancang tidak semata menghilangkan rangkaian analog

sebagai rangkaian awal. Namun, perancangan dititik-beratkan pada proses

konversi dari analog ke digital yang menggunakan mikrokontroler.

Beberapa peripheral dari mikrokontroler yang dapat mendukung dan

meningkatkan kinerja sistem antara lain adalah PIO (Peripheral Input

Output) sebagai piranti masukan dan keluaran, Timer sebagai penghitung

waktu dan Timer/Counter sebagai pembangkit frekuensi rendah.


3

I.4 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan pembuatan alat ini adalah:

1) Memperluas penggunaan mikrokontroler dalam dunia

elektronika, khususnya mikrokontroler ATtiny2313.

2) Mengukur besarnya gelombang pancar (forward) dan

gelombang pantul (reverse), membandingkannya dan

menampilkannya dalam LCD ( Liquid Crystal Digital )

Adapun manfaat pembuatan alat ini adalah :

1) Sebagai alat pengukuran perbandingan daya pancar dan daya

pantul yang digunakan di instansi komunikasi radio FM dengan

lebih akurat.

2) Sebagai alat yang mampu mendeteksi kekurangan-kekurangan

pemasangan antena.

I.5 Perumusan Masalah

Dengan melihat tujuan dan latar belakang yang ada, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan pada pembuatan alat ini adalah

sebagai berikut:

1) Apakah digitalisasi SWR Meter dan Power Meter dengan

menggunakan mikrokontroler Attiny2313 akan memiliki

tingkat ketelitian yang tinggi?

2) Apakah sistem yang dirancang dapat bekerja dengan baik?


4

3) Apakah pemilihan komponen yang tepat akan mempengaruhi

hasil pengukuran yang baik?

I.6 Batasan Masalah

Agar permasalahan yang ada tidak berkembang menjadi luas, maka

perlu adanya batasan terhadap permasalahan yang akan dibuat yaitu:

a. Modulasi frekuensi pemancar yang digunakan adalah modulasi FM

b. Pemancar FM tidak menjadi bagian alat yang dirancang.

c. Daya yang terukur maksimal 10 Watt.

d. Tingkat resolusi alat sebesar 10mWatt.

e. Unit keluaran dinyatakan dengan tampilan di LCD

1.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mengumpulkan sejumlah referensi atau literatur dari perpustakaan,

internet, dan sebagainya, kemudian menyusunnya dan dengan melakukan

serangkaian percobaan.

.
5

1.8 Sistematika Penulisan

Penulisan terdiri dari 5 buah Bab yaitu :

1. BAB I – Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan beberapa hal penting yang akan

dibahas dalam keseluruhan tugas akhir ini beserta batasan-

batasan masalahnya.

2. BAB II – Dasar Teori

Mengemukakan tentang teori-teori dasar yang

melandasi keseluruhan penulisan tugas akhir dan pembuatan

perangkat. Berisi tentang teori dasar dan mikrokontroler yang

digunakan dalam perancangan alat.

3. Bab III – Perancangan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

Membahas secara terperinci perancangan perangkat

keras beserta perhitungan matematis dan pendekatan pemilihan

komponen yang digunakan.

Membahas sistematika program perangkat lunak dari

mikrokontroler AVR ATtiny2313 untuk mengoperasikan

perangkat keras beserta diagram alirnya secara lengkap, yang

membuat rangkaian tersebut bisa beroperasi.

4. Bab IV – Pembahasan

Membahas cara pengoperasian perangkat sesuai dengan

kinerja yang direncanakan, juga menjelaskan mengenai


6

perangkat-perangkat komunikasi yang dapat dipadukan dengan

perangkat yang dirancang.

5. Bab V – Kesimpulan dan Saran

Memberi kesimpulan akhir terhadap perancangan dan

penelitian perangkat serta memberikan masukan-masukan

mengenai pengoperasian dan pengembangan perangkat secara

maksimal.

.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengukuran

Secara definitif, fungsi pengukuran adalah untuk mendapatkan

besaran kuantitatif yang merupakan hasil perbandingan antara sesuatu

yang ingin dikehendaki terhadap standarnya. Umumnya, didalam

pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk

menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel.

Proses atau kegiatan pengukuran merupakan pembandingan

kuantitatif antara standar yang telah ditentukan sebelumnya dengan yang

diukur, seperti yang diperlihatkan gambar 2.1

Standar

Yang diukur Proses perbandingan Hasil


(masukan) pengukuran (Pembacaan)

Gambar 2.1 Dasar proses pengukuran

Beberapa istilah yang berkaitan dengan pengukuran sebagai

berikut:

1. Presisi ( ketelitian )

Presisi merupakan suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan

hasil pengukuran yang serupa dari sejumlah pengukuran yang

dilakukan secara berulang dengan kondisi yang sama.

7
8

2. Akurasi ( ketepatan )

Akurasi merupakan sifat kedekatan pembacaan alat ukur dengan

nilai sebenarnya dari variabel yang diukur. Akurasi ditentukan

dengan cara mengalibrasi dengan keadaan atau kondisi operasi

tertentu.

3. Sensivitas ( kepekaan )

Sensivitas merupakan perubahan terkecil dari masukan yang

mempengaruhi keluaran.

4. Resolusi ( kemampuan pembacaan skala )

Resolusi diartikan sebagai satuan terkecil dari keluaran.

5. Treshold

Treshold merupakan nilai minimum perubahan masukan yang tidak

dapat diamati atau dideteksi, bila masukan berangsur-angsur

bertambah dari nol.

6. Linearitas.

Linearitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan ukuran alat

ukur yang menghasilkan keluaran secara linear.

2.1.1 Metode Pengukuran

Terdapat dua macam dasar metode pengukuran:

1. Pembandingan langsung dengan standar primer atau sekunder.

Dengan pembandingan langsung dapat dibandingkan secara

langsung suatu besaran dengan besaran standar yang berlaku,


9

misalnya pengukuran panjang suatu batang dengan penggaris atau

meteran.

2. Pembandingan tak langsung dengan menggunakan sistem yang

telah dikalibrasi. Rangkaian alat-alat ini mengubah bentuk dasar

masukan menjadi bentuk analogi yang kemudian diproses dan

disajikan di bagian keluran sebagai fungsi masukan yang diketahui.

Konversi seperti itu sering dilakukan agar informasi yang

diinginkan dapat dimengerti. Bantuan suatu sistem diperlukan

untuk mengindera, mengubah dan akhirnya menampilkan keluaran

analog dalam bentuk perpindahan skala, grafik atau bentuk digital.

Sistem instrumentasi dapat dikelompokkan dalam dua kelas utama,

yaitu sistem analog dan sistem digital. Sistem analog menyangkut

informasi pengukuran dalam bentuk analog, dan dapat didefinisikan

sebagai suatu fungsi kontinu. Sistem digital menangani informasi dalam

bentuk digital. Besaran digital dapat terdiri dari sejumlah pulsa diskrit dan

tidak kontinu yang hubungannya terhadap waktu berisi informasi

mengenai kebesaran atau sifat dasar dari besaran tersebut.


10

Blok diagram SWR Meter dan Power Meter Digital dapat

diperlihatkan pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Blok Diagram SWR Meter dan Power Meter digital

Diasumsikan impedansi sumber (pemancar FM) dan impedansi

beban (antena) adalah macthed. Pemancar FM yang melalui saluran

transmisi mempunyai parameter daya (P) yang terdiri dari tegangan (V)

dan arus (I) . Analog Interface adalah rangkaian SWR analog yang mampu

mendeteksi adanya daya pancar dan daya pantul. Setelah terjadi proses

pendeteksian tegangan pada daya pancar dan daya pantul, maka dapat

dilanjutkan ke proses berikutnya yaitu pengubahan data.

Selanjutnya adalah proses konversi tegangan menjadi frekuensi

yang dilakukan oleh LM 331. Tegangan yang telah dikonversikan menjadi

frekuensi akan diteruskan ke mikrokontroler. Proses pengolahan data

dilakukan oleh mikrokontroler. Setelah proses pengolahan, maka data

akan ditampilkan pada sebuah LCD sesuai dengan karakter yang

diinginkan.
11

2.2 Standing Wave ( Gelombang Berdiri )

Bila impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran,

sebagian dari energi pada gelombang datang akan dipantulkan pada beban.

Kondisi ini menimbulkan suatu gelombang pantulan yang berjalan

kembali di sepanjang saluran ke arah sumbernya. Dan apabila impedansi

sumber tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka akan kembali timbul

pantulan-pantulan lainnya. Pantulan-pantulan majemuk dapat ditimbulkan

baik pada beban maupun pada sumber. Efek keseluruhannya dapat

ditunjukkan sebagai resultan dari suatu gelombang datang dan gelombang

pantulan tunggal seperti yang terlihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Gelombang datang dan Gelombang pantulan

Gambar 2.4 menunjukkan sketsa tegangan sebagai fungsi dari jarak

x, dan juga menunjukkan bahwa tegangan itu melewati beberapa

maksimum dan minimum. Dilihat dari posisinya, pola tegangan yang

ditimbulkan adalah diam (stationary) sehingga pola tegangan tersebut

dinamakan gelombang berdiri tegangan ( voltage standing wave = VSW ).


12

Gambar 2.4 Pola Gelombang berdiri tegangan

Perbandingan gelombang-berdiri tegangan ( voltage standing-wave ratio)

didefinisikan sebagai :

VMAKS
VSWR = (2-1)
VMIN

Dengan VMAKS = amplitudo maksimum gelombang berdiri

VMIN = amplitudo minimum gelombang berdiri

Atau dengan persamaan

Pf + Pr
SWR = (2-2)
Pf − Pr

Dengan Pf = daya pancar (forward power)

Pr = daya pantul (reverse power)

Contoh perhitungan besar SWR :

Diketahui Pf = 9 watt ,

Pr = 3 watt ,

Maka besar SWR adalah :

Pf + Pr 9 + 3 12
SWR = = = =2
Pf − Pr 9 -3 6
13

VSWR mempunyai nilai dari satu sampai tak terhingga

(1 VSWR ). Nilai VSWR yang ideal seharusnya sama dengan satu,

karena ini merepresentasikan suatu keadaan yang disesuaikan ( matched ),

dan pengaturan-pengaturan praktis pada saluran transmisi sering ditujukan

untuk membuat VSWR yang minimum.

2.2.1 Rangkaian SWR Meter dan Power Meter Analog

Gambar 2.5 Rangkaian SWR meter dan Power Meter Analog

Seperti yang diketahui bahwa nilai SWR ideal bernilai 1, yang

mempresentasikan keadaan yang disesuaikan ( matched ) antara impedansi

karakteristik saluran transmisi ( Z O ) dan impedansi beban atau antena

( Z L ). Fungsi dioda (D1 dan D2) adalah sebagai detektor tegangan yang

terjadi pada saluran transmisi yaitu di sekitar sumber ( Tx ) dan di sekitar


14

beban ( antena ).

Pada gambar 2.5, keluaran dari daya pancar dan daya pantul

masing-masing diindikasikan oleh VO Meter. Untuk menghitung besarnya

nilai SWR dilakukan secara manual menggunakan persamaan (2-1).

2.3 Saluran Transmisi

Saluran transmisi adalah bagian yang menghantarkan daya yang

dihasilkan pemancar ke antena. Sebagai bagian yang menghantarkan daya,

saluran transmisi yang ideal tidak akan mengurangi daya yang

dihantarkannya dan juga tidak meradiasikan daya.

Namun pada kenyataannya, saluran transmisi juga mengurangi

daya yang disalurkannya. Daya yang berkurang berubah menjadi panas

dan sebagian kecil diradiasikan. Agar transfer daya terjadi secara

maksimal maka saluran transmisi juga harus mempunyai impedansi

karakteristik ( Z O ) yang sama dengan sumber dan beban ( Z L ). Saluran

transmisi yang sering digunakan adalah kabel coaxial, karena kabel jenis

ini dirancang untuk mampu menghantarkan frekuensi yang tinggi.

Impedansi karakteristik ( Z O ) . Kabel coaxial juga bermacam-macam

tergantung kegunaan dan kebutuhan yang diinginkan. Kabel coaxial

adalah kabel elektrik yang terdiri dari jaringan konduksi yang diselimuti

oleh sebuah insulator , sarung pelindung berkonduksi yang berbentuk

lingkaran, dan pada bagian terluar ditutupi oleh lapisan insulator (jacket).
15

Gambar 2.6 Penampang kabel coaxial

Keterangan gambar

A : plastic jacket

B : metallic shield

C : dielectric insulator

D : centre core

Impedansi dari antena sangat tergantung pada frekuensi.

Sedangkan impendasi dari saluran transmisi sama dengan impedansi

karakteristik saluran jika panjang saluran transmisi tersebut adalah tak

terhingga ( ) . Sehingga antena dan saluran transmisi tidak dapat dipakai

sebagai acuan untuk menala matching network. Sebagai gantinya

diperlukan sebuah beban yang diketahui impedansinya dengan pasti

sebagai acuan (Dummy Load), yang harus bebas dari pengaruh frekuensi

dan dapat menangani pembuangan daya yang besar (mengubah semua

daya datang menjadi panas). Impedansi Dummy Load biasanya 50 atau 75

. Induktor dan kapasitor adalah komponen yang memiliki impedansi

yang tergantung frekuensi. Resistor murni tidak terpengaruh frekuensi,

meskipun pada kenyataannya resistor tidak hanya bersifat resistif tetapi

mempunyai sifat induktif dan kapasitif parasit meskipun kecil.


16

Dummy Load dapat dibuat sendiri dengan memasang paralel

beberapa resistor sehingga didapatkan resistansi yang diinginkan. Resistor

karbon dan resistor film mempunyai induktor parasit yang minimal

sehingga banyak dipakai untuk membuat dummy load.

2.4 Mikrokontroler AVR ATtiny2313

Bagian ini akan mendeskripsikan Mikrokontroler AVR

ATtiny2313 yang merupakan inti rangkaian yang dibangun. Beberapa

bagian yang akan dibahas diantaranya yaitu mengenai arsitektur

mikrokontroler, gambaran mengenai instruksi, mode pengalamatan

memori dan program, serta periferal-periferal pendukung.

2.4.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR ATtiny2313

AVR adalah mikrokontroler 8-Bit yang dibangun pada arsitektur

komputer RISC (Reduce Instruction Set Computer). CPU (Central

Processing Unit) mampu melakukan sebuah instruksi dalam satu putaran

clock, sehingga ATtiny2313 dapat mencapai 1 MIPS (Millions of

Instructions Per Second) per MHz, dan memungkinkan perancangan yang

optimal untuk konsumsi daya dan kecepatan proses.

Inti kombinasi AVR adalah kombinasi instruksi yang beraneka

ragam dengan 32 register (32 General Purpose Working Registers). Ke-32

register tersebut langsung dihubungkan ke Arithmetic Logic Unit (ALU).

Dengan dua register independen, proses pengaksesan dapat dilakukan

dalam satu instruksi yaitu satu siklus clock. Hasil dari arsitektur ini lebih
17

efisien sepuluh kali dari mikrokontroler jenis CISC seperti AT89Cxxx atau

AT89Sxxx.

Enam dari 32 register dapat digunakan sebagai tiga buah pasangan

register untuk pengalamatan tak langsung ( Indirect Addressing ). Ketiga

pasangan register ini kemudian disebut sebagai 16-bit register

X ( R27:R26 ), register Y ( R29:R28 ), register Z ( R31:R30 ), yang

digunakan juga sebagai penunjuk alamat ( address pointer ) untuk

mengakses tabel konstanta yang tersimpan dalam program memory .

ATtiny2313 memiliki 2K byte In-System Programmable Flash,

128 byte EEPROM, 128 byte SRAM, 18 saluran general purpose I/O line,

32 general purpose working register, interface Single-wire untuk On-chip

debugging, 2 flexible Timer/Counter dengan mode pembanding, interupsi

internal dan eksternal, sebuah programmable serial USART, USI

(Universal Serial Interface) dengan detektor kondisi awal, programmable

WatchDog Timer dengan osilator internal, dan tiga software selectable

mode power-saving yaitu mode Idle, mode Power-down, dan mode

Standby.

AVR memiliki arsitektur Harvad dengan memory terpisah antara

program dan data. Program memory diakses dalam 2 tahap berurutan (2

stage pipeline). Saat sebuah instruksi sedang dijalankan instruksi

berikutnya diambil dari program memory. Konsep ini memungkinkan

sebuah instruksi dapat dijalankan dalam satu putaran clock.

ATtiny2313 menggunakan (SRAM) untuk stack pointer. Saat

terjadi interupsi atau sebuah instruksi call dijalankan, alamat asal program
18

yang ditinggalkan disimpan dalam stack pointer, kemudian CPU

menjalankan program yang dipanggil atau program yang melayani

interupsi seperti yang ditunjukkan dalam vector interupsi. Program akan

kembali ke alamat yang ditinggalkan setelah instruksi RET (Return) untuk

subroutine atau RETI (Return From Interrupt) dijalankan.

2.4.2 Organisasi Memori

Secara garis besar ATtiny2313 mempunyai dua memori utama,yaitu :

1. Data Memory, dengan pembagian :

1) 32 register keperluan umum (GPR) digunakan untuk

seluruh operasi instruksi.

2) Register I/O digunakan untuk mengontrol mikrokontroler.

3) 128 x 8 SRAM untuk keperluan penyimpan data sementara.

2. Program Memory ; memiliki kapasitas 1Kx16 dengan lebar data 10

bit.

Selain dua memori utama diatas, ATtiny2313 juga memiliki

memori EEPROM yang digunakan untuk memori data program

nonvolatile.

(a) (b)

Gambar 2.7 (a) Peta Memory Progam ; (b) Peta Data Memory
19

2.4.3 Hardware AVR ATtiny2313

AVR ATtiny2313 tersedia dalam dua jenis kemasan yaitu 20 DIP

dan 20 SOIC. Kemasan ini tidak memerlukan instalasi kabel yang

melibatkan banyak jalur sebagaimana pada mikrokontroler dengan jumlah

pin diatas 40 buah. Konfigurasi pin pada mikrokontroler AVR ATtiny2313

ditunjukan gambar 2.8.

Gambar 2.8 Konfigurasi Pin ATtiny2313

Fungsi dari masing-masing pin :

1. VCC sebagai power supply (pin 20).

2. GND sebagai ground (pin 10).

3. Port A (PA2..PA0) merupakan port I/O 3-bit bi-directional.

Memiliki fungsi khusus lain seperti XTAL1, XTAL2, dan Reset.

4. Port B (PB7..PB0) merupakan port I/O 8-bit bi-directional. Buffer

output port ini mempunyai karakteristik penggerak dengan

kemampuan mencatu (source) dan menyerap (sink).

5. Port D (PD6..PD0) merupakan port I/O 7-bit bi-directional.

6. RESET merupakan reset input, yang akan aktif apabila pin ini

berada pada kondisi logika rendah “0” (pin 1).


20

7. XTAL1 merupakan input bagi inverting oscillator amplifier dan

input untuk rangkaian clock internal.

8. XTAL2 merupakan output inverting oscillator amplifier.

2.4.4 Port I/O

ATtiny2313 memiliki 3 buah port I/O yaitu :

1. Port B

Port B merupakan port I/O 8 bit bidirectional yang masing-

masing pinnya dapat dikonfigurasi secara individual. Masing-

masing pin dalam port ini juga memiliki fasilitas berupa resistor

pull-up internal yang berguna untuk memberikan kondisi yang

tentu pada saat dikonfigurasi sebagai input tanpa harus memberi

pull-up eksternal.

Port B mempunyai 3 perangkat register dengan fungsi tertentu,

yaitu :

i. Data register port B (PORTB), berlokasi $18 ($38).

Register ini dapat ditulis dan dibaca.

ii. Data direction register port B (DDRB), berlokasi $17

($37). Register ini dapat ditulis dan dibaca.

iii. Port B Input Pin (PINB), berlokasi $16 ($36). Merupakan

pin fisik pada hardware dan hanya dapat dibaca.

Beberapa pin dari Port B memiliki fungsi khusus yang bisa

digunakan sesuai kebutuhan, yaitu PB7, PB6, PB5, PB4, PB3,

PB2, PB1, dan PB0.


21

2. Port D

Port D memiliki tiga buah lokasi memori yang berkaitan

dengan penggunaanya sebagai port I/O. Memori-memori tersebut

adalah:

i. PORTD (Data Direction) berlokasi pada $12.

ii. DDRD (Data Direction Register port D) berlokasi pada

$11.

iii. PIND (Port D Input Pins) berlokasi pada $10. PIND

bukanlah register. PIND hanya dapat dibaca.

Format Port D hampir sama dengan Port B dalam hal

konfigurasi I/O dan dalam penggunaan resistor pull-up. Hal yang

membedakan dengan Port B adalah jumlah pin yang bisa

digunakan hanya 7 buah, karena sesuai dengan jumlah pin yang

ada pada Port D. Pin-pin pada Port D juga memiliki fungsi

alternatif lain.

3. Port A

Port A mempunyai 3 bit bi-directional, berbeda dengan Port B

maupun Port D. Namun, seperti halnya Port B, port ini dapat

dikonfigurasi secara individual (per bit sebagai input ataupun

output). Port A juga memiliki 3 perangkat register, yaitu :

i. Data register port A (PORTA), berlokasi di $1B($3B).

ii. Data Direction Register port A (DDRA), berlokasi di

$1A($3A).

iii. Port A Input Pin (PINA), berlokasi $19 ($39).


22

Fungsi alternatif port A dapat digunakan jika dalam pengaturan

system clock yang dipakai menggunakan oscillator eksternal.

Gambar 2.9 Reset input

Penentuan reset (PA2) dapat dilakukan dengan mengatur nilai

resistor dan kapasitornya. Untuk membuat keadaan reset, tegangan

maksimal yang harus diberikan pada pin ini Vc = 0,85 Vcc

(datasheet AVR ATtiny2313). Persamaan yang terjadi adalah

sebagai berikut :

t
RC
Vc = Vcc(1 e ) (2-3)

Dengan VC = tegangan maksimal ; 0.85 VCC (volt)

R = resistansi ( )

C = kapasitansi (Farad)

t = reset time (mS)

2.4.5 Instruksi pada Mikrokontroler AVR ATtiny2313

ATtiny2313 memiliki 120 instruksi yang dapat dikelompokkan

dalam 4 bagian yaitu: 22 instruksi aritmatik dan logika, 35 instruksi

percabangan, 35 instruksi transfer data, dan 28 buah instruksi operasi bit


23

dan tes bit. Terdapat beberapa operasi “skip” yang dapat melewati (skip)

sebuah instruksi setelah satu instruksi tes dilakukan.

Seluruh register dalam ATtiny2313 dapat digunakan sebagai

akumulator, setengah bagian bawah register file digunakan untuk nilai

segera (immediate value). Hampir seluruh op code ATtiny2313

mempunyai panjang 16-bit, hanya 2 instruksi mempunyai panjang 32-bit

yaitu, LDS (Load Direct From Data Spac ) dan STS Store Direct to Data

Space).

2.4.6 Mode Pengalamatan Memori dan Program ATtiny2313

Terdapat lima buah pengalamatan data memory yang dapat

dilakukan yaitu:

1. Pengalamatan Langsung (Direct Addressing).

2. Pengalamatan Tak Langsung (Indirect Addressing ).

3. Pengalamatan Tak Langsung dengan Displacement (Indirect

Addressing With Displacement ).

4. Pengalamatan Tak Langsung dengan Post-increment (Indirect

Addressing With Post-increment).

5. Pengalamatan Tak Langsung dengan Pre-decrement

(IndirectAddressing With Pre-decremen ) .

Sedang untuk pengaksesan konstanta pada program memory

digunakan sebuah instruksi khusus yaitu LPM ( Load Program Memory )

yang mengambil data pada alamat program memory yang ditunjuk register

Z dan hasilnya disimpan pada register R0.


24

Untuk pengalamatan relatif dari program yang dijalankan

(Relative Program Addressing) digunakan RJMP (Relative Jump) dan

RCALL (Relative Call). Sedang pengalamatan tak langsung program

(Indirect Program Addressing) digunakan perintah IJMP (Indirect Jump)

dan ICALL (Indirect Call).

2.4.7 Periferal Mikrokontroler AVR ATtiny2313

Mikrokontroler AVR ATtiny2313 dilengkapi dengan beberapa

periferal. Untuk dapat mengkonfigurasi fungsi dari periferal-periferal

tersebut maka yang harus dilakukan adalah mengatur setting bit pada

register kontrol yang bersangkutan.

2.4.7.1 Timer/Counter

ATtiny2313 memiliki 2 buah timer/counter yang masing-

masing mempunyai seleksi prescale terpisah dari sebuah prescale

yang sama.

Yang pertama adalah Timer/Counter0 yang merupakan 8-

bit timer/counter dengan dua unit output compare match

independen, dan mendukung untuk operasi PWM. Timer/Counter0

dapat di-clock melalui sumber clock internal maupun eksternal.

Sumber clock dipilih melalui clock select logic yang dikontrol oleh

bit clock select (CS02..0) yang berada dalam register TCCR0B.

Yang kedua adalah Timer/Counter1 merupakan 16-bit

timer/counter dengan akurasi waktu eksekusi program,


25

pembangkitan gelombang, dan pengukuran waktu (timing) sinyal.

Timer/Counter1 dapat di-clock secara internal maupun eksternal

(pin T1). Sumber clock dipilih melalui clock select logic yang

dikontrol oleh bit clock select (CS12..10) yang berada dalam

register TCCR1B.

2.4.7.2 On-chip Osilator

ATtiny2313 dilengkapi dengan on-chip osilator yang dapat

berosilasi dengan hanya menghubungkan 3 buah komponen luar

tambahan. Pin XTAL1 dan XTAL2 adalah input dan output

inverting amplifier. Untuk membangkitkan frekuensi osilasi yang

diinginkan dapat menggunakan kristal atau keramik resonator

30pF
XTAL1

30pF
XTAL2

GND

Gambar 2.10 Koneksi Osilator

ATtiny-10PC dapat dihubungkan dengan kristal yang

mampu menghasilkan frekuensi osilasi sampai 10 MHz. Selain

dihubungkan dengan kristal kedua pin tersebut harus dihubungkan

dengan kapasitor keramik 30 pF ke ground.


26

2.5 LCD ( Liquid Crystal Display)

LCD adalah suatu piranti keluaran yang dapat menampilkan

karakter huruf atau gambar. LCD tersusun dari 2 buah kaca dengan

penghantar ( electrode ) transparan yang diantaranya disisipkan kristal cair

( liquid crystal ).

Kaca bagian belakang mempolarisasi cahaya secara vertikal,

sedangkan kaca bagian depan mempolarisasi cahaya secara horisontal.

Ketika tidak terdapat medan listrik di antara kedua elektroda, kristal cair

membentuk pola-pola yang acak, sehingga cahaya yang sudah terpolarisasi

vertikal dapat berputar dan menembus kaca bagian depan yang

terpolarisasi horisontal. Namun ketika suatu medan listrik diberikan di

antara kedua elektroda, kristal cair akan membentuk pola yang seragam

dan tidak ada cahaya yang diputar, sehingga tidak ada cahaya yang

menembus kaca bagian depan. Dengan susunan dan bentuk pola elektroda

tertentu dapat dihasilkan huruf atau gambar yang akan ditampilkan.

Gambar 2.11 Konstruksi dan cara kerja LCD


27

2.5.1 LCD M1632

LCD M1632 adalah LCD dot matrik yang membutuhkan daya

yang kecil. LCD M1632 mempunyai 16 karakter, dua baris matrik 5 x 7 .

Setiap karakter dibentuk oleh 8x5 atau 10x5 pixel. Kapasitas RAM sebesar

80 byte atau maksimum 80 karakter.

Gambar 2.12 Bentuk LCD 16x2 dan bagian LCD16x2

Penomoran pin dan fungsinya sebagai berikut :

1. Pin 1 (GND) : tegangan 0 Volt modul LCD.

2. Pin 2 (VCC) : tegangan +5 Volt untuk catu LCD.

3. Pin 3 (VEE) : tegangan pengatur kontras LCD

4. Pin 4 (RS) : Register Select, pin pemilih register yang akan

diakses.

1 = akses ke register data ;

0 = akses ke register perintah

5. Pin 5 (R/W) : mode baca atau tulis LCD.

1 = mode pembacaan ;

0 = mode penulisan.

6. Pin 6 (Enable) : pin untuk mengaktifkan clock LCD.

7. Pin 7-14 (D0-D7): jalur bus data.


28

8. Pin 15 (Anoda) : tegangan positif backlight modul LCD sekitar

4,5Volt.

9. Pin 16 (Katoda) : tegangan negatif backlight modul LCD sebesar

0Volt.

2.5.1.1 DDRAM ( Display Data Random Access Memory )

DDRAM adalah merupakan memori tempat karakter yang

ditampilkan berada. Contoh, untuk karakter ‘A’ atau 41H yang ditulis pada

alamat 00h, maka karakter tersebut akan tampil pada baris pertama dan

kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis di alamat 40h,

maka karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari

LCD. Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM ditunjukkan gambar

2.13.

Gambar 2.13 Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM.

2.5.1.2 CGRAM( Character Generator Random Access Memory )

CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah

karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Isi

memori ini akan hilang saat power supply tidak aktif, sehingga pola

karakter akan hilang.


29

2.5.1.3 CGROM ( Character Generator Read Only Memory )

CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah

karakter dan pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari

HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi. Memori ini

bersifat permanen, sehingga pola karakter tidak akan hilang meski power

supply tidak aktif.

2.5.1.4 Register

HD44780 memiliki dua buah register yang aksesnya di atur

menggunakan kaki RS. Pada saat RS berlogika 0, register yang di akses

adalah register perintah dan pada saat RS berlogika 1, register yang

diakses adalah register data.

2.5.1.4.1 Register Perintah

Register perintah adalah register dimana perintah-perintah dari

mikrokontroller ke HD44780 pada saat proses penulisan data atau

tempat status dari HD44780 dapat dibaca pada saat pembacaan data.

2.5.1.4.2 Penulisan Data ke Register Perintah

Penulisan data ke register perintah dilakukan dengan tujuan

mengatur tampilan LCD, inisisalisasi, dan mengatur Address Counter

maupun Address Data. Kondisi RS berlogika 0 menunjukkan akses data

ke register perintah. RW berlogika 0 menunjukkan proses penulisan data

akan dilakukan. Nibble tinggi ( bit 7 sampai bit 4 ) terlebih dahulu


30

dikirimkan diawali pulsa logika 1 pada E Clock. Selanjutnya, nibble

rendah (bit 3 sampai bit 0) dikirimkan diawali pulsa logika 1 pada

Enable clock lagi. Untuk mode 8 bit interface, proses penulisan dapat

langsung dilakukan 8 bit (bit 7 ... bit 0) dan diawali sebuah pulsa logika

1 pada E Clock.

2.5.1.4.3 Pembacaan Data dari Register Perintah

Proses pembacaan data pada register perintah biasa digunakan

untuk melihat status busy dari LCD atau membaca Address Counter. RS

diatur pada logika 0 untuk akses ke register perintah, R/W diatur pada

logika 1 yang menunjukkan proses pembacaan data. Pembacaan 4 bit

nibble rendah dibaca diawali pulsa logika 1 pada Enable Clock. Untuk

Mode 8 bit Interface, pembacaan 8 bit ( nibble tinggi dan rendah )

dilakukan sekaligus diawali sebuah pulsa logika 1 pada Enable Clock.

2.5.1.5 Register Data

Register data adalah register dimana mikrokontroller dapat

menuliskan atau membaca data ke atau dari DDRAM. Penulisan data pada

register akan menempatkan data tersebut dari DDRAM sesuai dengan

alamat yang telah diatur sebelumnya.

2.5.1.5.1 Penulisan Data ke Register Data

Penulisan data pada register data dilakukan untuk mengirimkan

data yang akan ditampilkan pada LCD. Proses diawali dengan logika 1
31

pada RS yang menunjukkan akses ke register data, kondisi R/W diatur

pada logika 0 yang menunjukkan proses penulisan data. Data 4 bit nibble

tinggi (bit 7 hingga bit 4) dikirimkan diawali pulsa logika 1 pada sinyal

Enable Clock dan kemudian diikuti 4 bit nibble rendah (bit 3 hingga bit

0) yang juga diawali pulsa logika 1 pada sinyal Enable Clock.

2.5.1.5.2 Pembacaan Data dari Register Data

Pembacaan data dari register data dilakukan untuk membaca

kembali data yang tampil pada LCD. Proses dilakukan dengan mengatur

RS pada logika 1 menunjukkan adanya akses ke register data. Kondisi

R/W diatur pada logika tinggi menunjukkan adanya proses pembacaan

data. Data 4 bit nibble tinggi (bit 7 hingga bit 4) dibaca dengan diawali

adanya pulsa logika 1 pada E Clock dan dilanjutkan dengan data 4 bit

nibble rendah (bit 3 hingga bit 0) yang juga diawali dengan pulsa logika

1 pada E Clock.

2.6 LM 331

LM 331 adalah rangkaian monolitis yang didesain untuk ketepatan

dan bermacam operasi apabila diaplikasikan sebagai konverter tegangan

ke frekuensi ( voltage to frequency converter ) atau sebaliknya. Secara

sederhana blok diagram LM 331 ditunjukkan pada gambar 2.14


32

Gambar 2.14 Blok Diagram LM 331

2.6.1 Prinsip kerja dari LM 331

Komparator tegangan membandingkan tegangan input positif ( V1 )

pada pin 7 dengan tegangan V X pada pin 6. Apabila tegangan V1 lebih

besar dari tegangan V X , maka komparator akan memicu timer. Keluaran

dari timer akan aktif (on) bersamaan dengan frekuensi keluaran dan

sumber arus untuk periode (T) tertentu. Besar nilai periode (T) dapat

dihitung dengan rumusan :

T = 1.1 x Rt x C t (2-4)

Selama periode ini, arus mengalir menuju ke sumber arus

(swicthed current source) dan menghasilkan muatan ( Q ) pada kapasitor,

C L . Kondisi ini akan memaksa tegangan V X menjadi lebih tinggi

dibanding tegangan V1 . Pada akhir periode pewaktuan, arus akan tidak

mengalir dan timer akan me-reset dengan sendirinya.


33

Dengan tidak adanya arus yang mengalir dari pin 1, kapasitor C L

secara berangsur-angsur akan di non aktifkan oleh RL sampai tegangan

V X menurun menuju ke level tegangan V1 . Lalu komparator akan memicu

timer dan memulai siklus yang baru.

Arus yang mengalir menuju kapasitor C L adalah arus rata-rata

( I AVERAGE ) yang diperoleh dengan persamaan :

I AVERAGE = i x ( 1.1 x Rt x C t ) x f (2-5)

Sedangkan arus yang mengalir dari kapasitor C L disebut I O , yang

diperoleh dengan perbandingan antara tegangan V X dan besar resistansi

R L atau sebanding dengan perbandingan antara tegangan V IN dan besar

resistansi R L .

VX VIN
IO = (2-6)
RL RL

Bila tegangan V IN lebih besar dua kali lipat, frekuensi juga akan lebih

besar dua kali lipat untuk mempertahankan keseimbangan.

Gambar 2.15 Konfigurasi pin LM 331

Adapun nama pin dan fungsinya sebagai berikut :

1. Current output ( arus keluaran ).

2. Reference output ( arus referensi ).


34

3. Frequency output ( frekuensi keluaran ).

4. Ground.

5. R/C ( dihubungkan dengan resistor atau kapasitor ).

6. Threshold ( tegangan ambang ).

7. Comparator input ( masukan komparator ).

8. Voltage supply ( tegangan sumber ).

2.6.2 Rangkaian Aplikasi Voltage to Frequency Converter

Gambar 2.16 Rangkaian Aplikasi Voltage to Frequency Converter

Rangkaian aplikasi diatas adalah rangkaian sederhana yang

digunakan untuk konversi tegangan menjadi frekuensi. Penambahan

komponen-komponen seperti resistor, kapasitor, resistor variabel

dimaksudkan supaya hasil yang dikeluarkan lebih baik dibandingkan tanpa

ada penambahan komponen-komponen.

Untuk mencegah efek arus bias pada pin 6 dan juga untuk

membantu memberikan frekuensi offset yang minimum., maka pada pin 7

dipasang sebuah resistor ( R5 ) yang diparalel dengan kapasitor ( C IN ) yang


35

dihubungkan ke ground. Kapasitor C IN pada pin 7 yang dihubung ground

difungsikan sebagai filter untuk tegangan VIN .

Selanjutnya untuk memberikan efek hysterisis yang membantu

komparator input menghasilkan keluaran yang lebih linear 0.03%

(datasheet LM331) ditambah resistor R3 . Penambahan resistor R1 dan

resistor variabel R7 yang dihubung secara seri dimaksudkan untuk

menjaga besar gain yang dihasilkan sesuai dengan toleransi gain LM 131.

Frekuensi keluaran ( f OUT ) LM 331 mempunyai kisaran dari 1 Hz

sampai 100 kHz (datasheet LM 331). Perhitungan untuk mengatur

seberapa besar frekuensi keluaran ( f OUT ) yang diinginkan adalah sebagai

berikut :

V IN RS 1
f OUT = x x (2-7)
2.09v RL Rt .C t

Dengan : f OUT = frekuensi keluaran (Hz),

V IN = masukan komparator (v),

R S = resistansi arus referensi ( ),

R L = resistansi beban ( ),

Rt = resistansi pewaktuan ( ),

Ct = kapasitansi pewaktuan (F).


BAB III

PERANCANGAN ALAT

Pada bab ini berisi tentang perancangan SWR Meter dan Power Meter

digital berbasis mikrokontroler AVR Attiny2313, dengan bagian-bagian

mikrokontroler Attiny2313, Analog Interface, LM 331 dan penampil yaitu LCD

M1632 ukuran 16 x 2.

3.1 Diagram Blok

SWR Meter dan Power Meter digital berbasis Mikrokontroler AVR

Attiny2313 adalah suatu alat pengembangan dari alat yang telah ada

sebelumnya, yaitu SWR Meter dan Power Meter analog. Pengkonversian

data keluaran analog menjadi data keluaran digital dilakukan dengan

menggunakan mikrokontroler Attiny2313. Data keluaran digital

ditampilkan pada tampilan LCD 16x2. Diagram blok dari sistem kerja alat

ini ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram blok SWR dan Power Meter Digital berbasis
mikrokontroler Attiny2313

36
37

3.2 Perancangan Perangkat Keras

3.2.1 Minimum Sistem Mikrokontroler AVR Attiny2313

3.2.1.1 Reset Eksternal

Reset terjadi apabila pin reset mendapat logika 0 selama lebih dari

50ns. Pin reset dihubungkan dengan resistor (R1) yang terhubung ke VCC

dan kapasitor (C1) yang terhubung ke ground. Rangkaian reset eksternal

ditunjukan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian reset eksternal.

Pada perancangan ini digunakan waktu 1ms untuk mereset

mikrokontroler. Penentuan reset eksternal dapat dilakukan dengan

mengatur nilai resistor dan kapasitornya. Untuk membuat keadaan reset

tegangan maksimal yang harus diberikan pada pin ini Vc = 0,85 Vcc

(datasheet AVR Attiny2313). Untuk mencari besar nilai C1 digunakan

persamaan (2-3)

t
RC
Vc = Vcc(1 - e )

t
RC
Vcc (1 - e ) = 0 ,85 Vcc ; t = 1ms
38

1 ms
RC
(1 - e ) = 0 , 85

1 ms
RC
-e = 0 ,85 - 1

1 ms
RC
-e = - 0 ,15

1 ms
= ln 0 ,15
RC

1ms = ln 0,15 × RC

1ms
RC =
ln 0,15

3
RC = 0,5271 × 10

Ditentukan resistor yang digunakan 10k , maka kapasitornya

dapat dicari dengan:

3
RC = 0,5271 × 10

3
10k × C = 0,5271 × 10

3
0,5271× 10
C=
10k
9
C = 52,7114 × 10
39

Jadi kapasitor minimum yang dapat digunakan adalah 52,7114 × 10 9 .

Pada perancangan ini digunakan kapasitor 56 nF.

3.2.1.2 Osilator

Salah satu kelebihan mikrokontroler AVR Atttiny2313 adalah

kecepatannya dalam melakukan eksekusi program. AVR Attiny2313

membutuhkan waktu satu siklus clock untuk melakukan eksekusi terhadap

suatu instruksi.

Pada perancangan ini digunakan kristal osilator 4 MHz sebagai

clock input dengan dua kapasitor C2 dan C3 sebesar 22pF (datasheet AVR

Hardware Design Consideration). Rangkaian osilator yang digunakan

pada perancangan ini ditunjukkan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Osilator kristal yang dihubung ke mikrokontroler

AVR ATtiny2313.
40

3.2.1.3 Mikrokontroler ATtiny2313

Mikrokontroler berfungsi sebagai rangkaian pengkonversi data

analog ke data digital, proses pengolahan data sebagai fungsi untuk

menghitung besar SWR dilakukan disini.

Gambar 3.4 Rangkaian Minimum Sistem Mikrokontroler Attiny2313

3.2.2 Analog Interface

Analog interface merupakan rangkaian analog SWR Meter dan

Power Meter , yang mempunyai dua buah point pengukuran yaitu forward

dan reverse. Masing-masing point pengukuran akan mendeteksi seberapa

besar daya pancar dan daya pantul yang berada di saluran transmisi.

Sesuai dengan fungsi detektor tegangan, maka dioda (D1 dan D2)

yang digunakan adalah jenis bahan germanium yaitu 1N60. Keluaran

yang dihasilkan juga lebih linear.

Selanjutnya tegangan keluaran yang dideteksi dioda (D1 dan D2)

akan menjadi tegangan input untuk rangkaian Voltage to Frequency

converter.
41

Gambar 3.5 Rangkaian Analog Interface

Untuk impedansi beban ( Z L ) digunakan dummy load, yaitu beban

yang impedansinya diketahui secara pasti sebagai acuan dan beban yang

bebas dari pengaruh frekuensi dan dapat menangani pembuangan daya

yang besar (merubah semua daya datang menjadi panas). Impedansi

dummy load biasanya 50 atau 75 . Dalam perancangan ini , dummy load

yang digunakan adalah yang berimpedansi 50 . Untuk mendapatkan

besar resistansi 50 dapat dicari dengan mem-paralel-kan 20 buah

resistor 1k , 1 2 Watt seperti ditunjukkan gambar 3.6 dibawah.

DUMMY LOAD 50 OHM

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20

1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K 1K

Gambar 3.6 Dummy Load

Dummy Load sebesar 50 didapat dari perumusan

1 1 1
= + ........ +
R total R1 R 20
42

1 1 1
= + ........ +
R total 1k 1k

1 20
=
R total 1k

1k
R total =
20

R total = 50

3.2.3 Rangkaian Voltage to Frequency Converter ( LM 331)

Gambar 3.7 Rangkaian Voltage to Frequency Converter

Rangkaian aplikasi diatas adalah rangkaian sederhana yang

digunakan untuk konversi tegangan menjadi frekuensi. Penambahan

komponen-komponen lain seperti resistor, kapasitor, resistor variabel

dimaksudkan untuk memberi hasil yang lebih baik. Penentuan besar nilai-
43

nilai komponen yang dimaksudkan untuk memberi hasil lebih baik

disesuaikan dengan karakteristik LM 331.

Pada pin 7 dipasang sebuah resistor ( R 5 ) yang diparalel dengan

kapasitor ( C IN ) yang dihubungkan ke ground. Resistor ( R 5 ) diberi nilai

100k , sehingga arus bias pada pin 7 sebesar -80 nA (datasheet LM331)

akan mencegah efek arus bias pada pin 6, dan juga membantu memberikan

frekuensi offset yang minimum. Kapasitor C IN pada pin 7 yang dihubung

ground difungsikan sebagai filter untuk tegangan VIN . Untuk memberikan

fungsi filter yang baik, kapasitor yang digunakan sebesar 1uF. Dengan

nilai kapasitor itu, maka apabila waktu konstan pada RC bersesuaian, step

tegangan VIN akan menyebabkan perubahan step pada f OUT .

Selanjutnya untuk memberikan efek hysterisis yang membantu

komparator input menhasilkan keluaran yang lebih linear 0.03%

(datasheet LM331) ditambah resistor R 3 dengan nilai 47 yang dirangkai

seri dengan kapasitor C L sebesar 1uF.

Hubungan serial antara resistor R 1 dengan resistor variabel R 7

menyatakan total nilai resistansi R S yang bisa divariasikan sesuai nilai

yang diinginkan. Pengaturan besar nilai R 1 dan R 7 dimaksudkan untuk

menjaga besar gain yang dihasilkan sesuai dengan toleransi gain LM 331.

Dengan demikian, resistor R 1 diberikan nilai resistansi sebesar 12k dan

resistor variabel R 7 diberikan nilai resistansi 5k .


44

Besar frekuensi keluaran ( f OUT ) dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan (2-7) :

VIN RS 1
f OUT = x x
2.09 v R L R t .C t

Dengan nilai-nilai diketahui :

V IN = 10 V (full scale),

1.9V
RS = ; i = 135 uA (typical datasheet LM331),
i

1.9V
RS = = 14074.074 14k .
135uA

RL = 100k (datasheet LM331),

Rt = R4 = 6.8k (datasheet LM331),

Ct = 0.01uF (datasheet LM331).

Maka :

VIN RS 1
f OUT = x x
2.09 v R L R t .C t

10V 14k 1
f OUT = x x
2.09V 100k (6.8k )(0.01uF )

f OUT = 9850.83 Hz.

Besar frekuensi keluaran ( f OUT ) berubah-ubah tergantung dari

tegangan VIN . Dengan menggunakan persamaan (2-7), besar frekuensi

keluaran ( f OUT ) yang tergantung variasi tegangan VIN dapat dicari.


45

Berikut adalah tabel frekuensi keluaran ( f OUT ) berbanding dengan variasi

tegangan VIN :

Tabel 3.1 Perbandingan f OUT dengan VIN

VIN (V) f OUT (Hz) T(ms)


10 9850,83 0.1015
9 8865,747 0.1128
8 7880,664 0.1269
7 6895,581 0.1450
6 5910,498 0.1692
5 4925,415 0.2030
4 3940,332 0.2538
3 2955,249 0.3384
2 1970,166 0.5076
1 985,083 1.0172
0 0

3.2.4 Hubungan V-to-F Converter dan Mikrokontroler AVR Attiny2313

Gambar 3.8 adalah hubungan rangkaian Voltage-to-Frequency

Converter (LM 331) dengan mikrokontroler. Port mikrokontroler yang

digunakan adalah Port D, yaitu PD4/TO (Timer/Counter0 8-bit) dan

PD5/T1 (Timer/Counter1 16-bit) sebagai masukan. Perancangan

menggunakan dua buah LM 331 yang masing-masing digunakan untuk

menghasilkan frekuensi maju ( forward ) dan frekuensi balik ( reverse )

dan sebuah Attiny2313 yang digunakan untuk membaca frekuensi yang

dihasilkan dari tiap-tiap LM 331.


46

U2
U1A U1B 2 12
1 2 3 4 3 PD0/RXD PB0/AIN0 13
6 PD1/TXD PB1/AIN1 14
74LS14 74LS14 RS PD2/INTO PB2
7 15
E PD3/INT1 PB3/OC1
8 16
9 PD4/TO PB4 17
VCC 11 PD5/T1 PB5/MOSI 18
C2 = 22PF1 PD6/ICP PB6/MISO 19
R1 CRY STAL 5 PB7/SC K
U3
1 8 4 XTAL1
R2 I Out VCC 6K8 J1 Y1 1 XTAL2

3
2 7 C3 = 22PF1 RESET
R3 I Ref COMP Out 1 20
12K 3 6 2 VCC
2 5K f Out THRES
4 5 C1 Vin FWD VCC ATTiny 2313
GN D R/C 0,1 VCC
LM131 R4
10K
1
VCC C2
R5 0,01
3

C3
R6 1u 100K SW1 C4
1M R7 10u
SW PUSHBUTTON DB0
2
U1C U1D DB1
DB2
22K R8 5 6 9 8
DB3
47
74LS14 74LS14 DB4
1

DB5
DB6
DB7

VCC
J3
R9 Vin REV
U4
1 8
R10 I Out VC C

1
2
3

2 7 6K8
R11 I Ref COMP Out
12K 3 6
2 5K f Out THRES
4 5 C5
GND R/C 0,1
LM131
1

VCC R12
3

C7 C6
R13 R14 1u 10K 0,01
1M
2
22K R15
47
1

Gambar 3.8 Antarmuka V-to-F Converter dan Mikrokontroler

3.2.5 Antarmuka LCD dan Mikrokontroler AVR Attiny2313

Gambar 3.9 adalah antarmuka mikrokontroler dengan LCD. Port

mikrokontroler yang digunakan adalah Port B. Port B pada mikrokontroler

digunakan sebagai kaki I/O. Kaki PB.0 – PB.7 mikrokontroler terhubung

dengan D0 – D7 LCD. Kaki PB.5 terhubung dengan Enable clock LCD ,

kaki PB.5 terhubung dengan R/S. LCD hanya difungsikan dalam kondisi

tulis, jadi pada LCD kaki R/W selalu dalam kondisi low (dihubungkan

dengan ground).

Proses pengiriman data antara mikrokontroler dan LCD diatur oleh

mikrokontroler. Yang harus dilakukan kali pertama untuk dapat

mengakses LCD adalah dengan inisialisasi, yang meliputi pengaturan

mode pengiriman data bus, pengaturan jumlah baris dan jumlah dot-matrix

setiap karakternya.
47

VCC

U5
LCD

3
2
1
VCC

VEE
vcc
GND
4
RS RS
U2 5
6 R/W
E E
2 12 7
PD0/RXD PB0/AIN0 DB0 DB0 DB0

LCD 16 X 2
3 13 8
PD1/TXD PB1/AIN1 DB1 DB1 DB1
6 14 9
RS PD2/INTO PB2 DB2 DB2 DB2
7 15 10
E PD3/INT1 PB3/OC1 DB3 DB3 DB3
8 16 11
FWD PD4/TO PB4 DB4 DB4 DB4
9 17 12
REV PD5/T1 PB5/MOSI DB5 DB5 DB5
11 18 13
PD6/ICP PB6/MISO DB6 DB6 DB6
C2 = 22PF1 19 14
PB7/SCK DB7 DB7 DB7
5
4 XTAL1
Y1 1 XTAL2
C3 = 22PF1 4Mhz RESET
20
VCC

VCC ATTiny 2313

R4
10K

SW1 C4
10u
RESET

Gambar 3.9 Antarmuka LCD dan Mikrokontroler

3.2.6 Sistematis Rangkaian Keseluruhan


U2
U1A U1B 2 12
PD0/RXD PB0/AIN0 DB0
1 2 3 4 3 13
PD1/TXD PB1/AIN1 DB1
6 14
74LS14 74LS14 RS PD2/INTO PB2 DB2
7 15
E PD3/INT1 PB3/OC1 DB3
8 16
PD4/TO PB4 DB4
9 17
PD5/T1 PB5/MOSI DB5
VCC 11 18
PD6/ICP PB6/MISO DB6
C2 = 22PF1 19
R1 PB7/SCK DB7
U3 CRYSTAL 5
1 8 4 XTAL1
R2 I Out VCC 6K8 J1 Y1 1 XTAL2
RESET
3

2 7 C3 = 22PF1
R3 I Ref COMP Out 1 20
12K 3 6 2 VCC
2 5K f Out THRES VCC
4 5 C1 Vin FWD VCC ATTiny2313
GND R/C 0,1 VCC
LM131 R4
10K
1

U5
VCC C2 LCD
3
2
R5 0,01 1
3

C3
VE E
vcc
GND
R6 1u 100K SW1 C4 4
R7 10u RS RS
1M 5
2 SW PUSHBUTTON 6 R/W
U1C U1D E E
7
DB0 DB0
LC D 16 X 2

22K R8 5 6 9 8 8
DB1 DB1
47 9
74LS14 74LS14 DB2 DB2
10
1

DB3 DB3
VCC 11
DB4 DB4
12
DB5 DB5
13
J2 DB6 DB6
14
DB7 DB7
VCC
1
J3 2
R9 Vin REV
U4
1 8 VCC 5V
R10 I Out VCC
1
2
3

2 7 6K8
R11 I Ref COMP Out
12K 3 6
2 5K f Out THRES
4 5 C5
GND R/C 0,1
LM131
1

VCC C6
R12 0,01
3

C7
R13 1u 10K
1M R14
2

22K R15
47
1

Gambar 3.10 Sistematis Rangkaian Keseluruhan


48

3.3 Perancangan Perangkat Lunak

3.3.1 Diagram Alir Program Utama

Program Utama dari rangkaian mikrokontroler adalah bagaimana

proses awal inisialisasi, pengambilan data analog sabagai keluaran dari

LM 331, proses pengolahan data dan penghitungan nilai SWR, dan proses

menampilkan ke LCD. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.11

Gambar 3.11 Diagram alir program utama


49

3.3.2 Diagram Alir Pengambilan Data

Keluaran dari LM331 adalah frekuensi. Frekuensi adalah jumlah

pulsa yang tejadi dalam satu detik. Mikrokontroler mampu mengenali

frekuensi dalam bentuk pulsa periodik.

Proses pengambilan data dilakukan dengan mengatur Timer1

sebagai pewaktu 1 detik. Selanjutnya setelah 1 detik interupsi Timer1

overflow akan aktif. Pada saat interupsi ini dilakukan pembacaan jumlah

counter pulsa dari INT0 (untuk forward) dan INT1 (untuk reverse).

Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.12

Gambar 3.12 Diagram alir pengambilan data


50

3.3.3 Diagram Alir Penghitungan SWR

Gambar 3.13 Diagram alir penghitungan SWR

3.3.4 Diagram Alir Aktifkan LCD

LCD merupakan proses terakhir dari perancangan alat ini. Untuk

mengaktifkan LCD pertama harus ada inisisalisasi. Yang berfungsi untuk

mengetahui bit apa yang akan dipakai, dimana ada terdapat dua pilihan 8

bit atau 4 bit. Kemudian cursor dinyalakan atau tidak, serta bentuk tulisan

yang akan digunakan, dimana terdapat dua pilihan juga 8x10 dot atau 8x7

dot. Gambar 3.14 merupakan diagram alir program untuk mengaktifkan

LCD.
51

Gambar 3.14 Diagram alir aktifkan LCD


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil perancangan SWR Meter dan Power Meter

digital berbasis mikrokontroler AVR Attiny2313 dan pembahasan data hasil

pengamatan dan pengukuran.

4.1 Proses Kalibrasi Alat Ukur

Untuk mendapatkan pengukuran yang baik, alat ukur harus dikalibrasi terlebih

dahulu. Metode untuk kalibrasi alat ukur dilakukan dengan membandingkan dengan

alat ukur acuan yaitu SWR dan Power Meter Analog SX-200 Diamond Antena.

Hubungan proses kalibrasi dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Hubungan proses kalibrasi alat ukur

Proses kalibrasi adalah sebagai berikut :

1. Hubungkan SWR dan Power meter yang akan dikalibrasi diantara TX

(Pemancar), SWR dan Power Meter analog SX-200 Diamond Antena dan

antena (dummy load) pada konektor yang sesuai (TX ke pesawat, ANT ke

antena).

52
53

2. Letakkan VU Meter pada masing-masing titik maju (FWD) dan titik balik

(REV), lalu nyalakan pesawat TX (pemancar) sehingga jarum pada masing-

masing VU meter akan menunjuk ke suatu angka. Lalu aturlah VR

(potensiometer) sehingga jarum pada titik maju (FWD) mencapai skala

maksimum, dan jarum pada titik balik (REV) menunjuk ke suatu angka.

3. Balik posisi SWR meter. TX (pemancar) ke antena (dummy load) dan pesawat

ke ANT, lalu ulangi langkah 2 sampai jarum harus menunjuk angka yang

sama.

Gambar 4.2 Hubungan Kalibrasi alat ukur

4.2 Data Kalibrasi Alat Ukur

Dengan melakukan kalibrasi alat ukur maka akan didapatkan data

kalibrasi yang menjadi data acuan proses pengujian dan pengukuran alat ukur.
54

Sebelum mencari data kalibrasi, pemancar harus diatur terlebih dulu

supaya daya keluaran maksimal adalah sebesar 10 Watt sesuai dengan

perancangan awal. Setelah didapatkan daya pancar keluaran maksimal sebesar

10 Watt, maka besar nilai SWR untuk perubahan kenaikan daya pancar

keluaran dari 1 Watt sampai 10 Watt pada SWR dan Power Meter analog SX-

200 Diamond Antena dapat langsung dilihat dengan mengatur posisi saklar

pada fungsi pengukuran SWR. Data untuk kalibrasi seperti pada tabel 4.1

dibawah :

Tabel 4.1 Data Kalibrasi

Daya Pemancar
SWR
(Watt)
10 1,10
9 1,10
8 1,10
7 1,10
6 1,09
5 1,09
4 1,08
3 1,06
2 1,05
1 1,05

4.3 Data Pengujian Alat Ukur

Data pengukuran alat ukur mencakup data pengukuran tegangan maju

(forward voltage) dan tegangan balik (reverse voltage), data pengamatan

frekuensi keluaran LM331, data frekuensi maju (Pf) dan frekuensi balik (Pr)

serta nilai SWR terukur yang ditampilkan pada LCD.


55

4.3.1 Pengukuran tegangan maju (Vfwd), tegangan balik (Vrev) dan data

perhitungan SWR

Data pengukuran tegangan maju (Vfwd), tegangan balik (Vrev) dan

data perhitungan SWR seperti pada tabel 4.2 dibawah :

Tabel 4.2 Data pengukuran tegangan maju (Vfwd), tegangan balik (Vrev)
dan data perhitungan SWR
Daya Vfwd Vrev SWR
Pemancar (v) (v)
(Watt)
10 0,375 0,016 1,09
9 0,35 0,015 1,09
8 0,325 0,014 1,09
7 0,3 0,012 1,08
6 0,275 0,011 1,08
5 0,25 0,01 1,08
4 0,225 0,009 1,08
3 0,2 0,007 1,07
2 0,15 0,005 1,07
1 0,1 0,002 1,04

Data hasil SWR pada tabel 4.2 didapat dengan melakukan perhitungan

secara teoritis sesuai persamaan (2-2).

Vf wd + Vrev
SWR =
Vfwd - Vrev

Perhitungan data SWR sesuai dengan data pengukuran Vfwd dan Vrev yang

disesuaikan dengan setiap kenaikan daya 1 Watt pada pemancar adalah

sebagai berikut :

1. Saat P=10 Watt; Vfwd=0,375 V; Vrev=0,016 V

0,375 + 0,016
SWR = = 1,09
0,375 - 0,016
56

2. Saat P=9 Watt; Vfwd=0,35 V; Vrev=0,015 V

0,35 + 0,015
SWR = = 1,09
0,35 - 0,015

3. Saat P=8 Watt; Vfwd=0,325 V; Vrev=0,014 V

0,325 + 0,014
SWR = = 1,09
0,325 - 0,014

4. Saat P=7 Watt; Vfwd=0,3 V; Vrev=0,012 V

0,3 + 0,012
SWR = = 1,08
0,3 - 0,012

5. Saat P=6 Watt; Vfwd=0,275 V; Vrev=0,011 V

0,275 + 0,011
SWR = = 1,08
0,275 - 0,011

6. Saat P=5 Watt; Vfwd=0,25 V; Vrev=0,01 V

0,25 + 0,01
SWR = = 1,08
0,25 - 0,01

7. Saat P=4 Watt; Vfwd=0,225 V; Vrev=0,009 V

0,225 + 0,009
SWR = = 1,08
0,225 - 0,009

8. Saat P=3 Watt; Vfwd=0,2 V; Vrev=0,007 V

0,2 + 0,007
SWR = = 1,07
0,2 - 0,007
57

9. Saat P=2 Watt; Vfwd=0,15 V; Vrev=0,005 V

0,15 + 0,005
SWR = = 1,07
0,15 - 0,005

10. Saat P=1 Watt; Vfwd=0,1 V; Vrev=0,002 V

0,1 + 0,002
SWR = = 1,04
0,1 - 0,002

4.3.2 Pengukuran Frekuensi Keluaran LM331

Untuk mendapatkan data frekuensi keluaran LM331 dilakukan dengan

2 cara, yaitu pengujian secara langsung mengamati besar frekuensi keluaran

LM331 dengan input tegangan sesuai data tabel 4.2 melalui frequency counter

dan perhitungan secara teoritis berdasarkan data pengukuran tegangan maju

(Vfwd) dan tegangan balik (Vrev) tabel 4.2.

Perhitungan besar frekuensi keluaran LM331 secara teoritis

menggunakan persamaan (2-7)

V IN R 1
f OUT = x S x
2 . 09 v R L R t .C t

Dengan diketahui konstanta :

RS = 14 k ; RL = 100 k ; Rt = 6,8 k ; C t = 0,01 uF.


58

Tabel 4.3 Perbandingan data frekuensi keluaran LM331 pengukuran dengan


data perhitungan secara teoritis untuk tegangan maju (Vfwd)
f OUT (Hz)
Vfwd (v)
Pengukuran (a) Teoritis (b)
0,375 56,1452 369,4061
0,35 55,8751 344,7791
0,325 55,5412 320,152
0,3 55,5248 295,5249
0,275 55,5248 270,8978
0,25 55,5248 246,2708
0,225 55,5248 221,6437
0,2 55,5248 197,0166
0,15 55,5248 147,7625
0,1 55,5248 98,5803

Pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa frekuensi keluaran hasil

pengukuran (a) tidak berpengaruh terhadap perubahan tegangan, seperti yang

diperlihatkan pada data frekuensi keluaran secara teoritis (b). Data

pengukuran frekuensi yang diharapkan adalah data yang linier sesuai

perubahan kenaikan masukan tegangan maju (Vfwd).

Tabel 4.4 Perbandingan data frekuensi keluaran LM331 pengukuran dengan


data perhitungan secara teoritis untuk tegangan balik (Vrev)
Vrev (v) f OUT (Hz)
Pengukuran (a) Teoritis (b)
0,016 55,5248 15,7613
0,015 55,5248 14,7762
0,014 55,5248 13,7911
0,012 55,5248 11,8210
0,011 55,5248 10,8359
0,01 55,5248 9,8508
0,009 55,5248 8,8657
0,007 55,5248 6,8955
0,005 55,5248 4,9524
0,002 55,5248 1,9702
59

Pada tabel 4.4 diatas terlihat bahwa frekuensi keluaran hasil

pengukuran (a) tidak berpengaruh terhadap perubahan tegangan, seperti yang

diperlihatkan pada data frekuensi keluaran secara teoritis (b). Data

pengukuran frekuensi yang diharapkan adalah data yang linier sesuai

perubahan kenaikan masukan tegangan balik (Vrev).

4.3.3 Pengukuran Frekuensi Maju (Pf), Frekuensi Balik (Pr), Nilai SWR

Pengukuran untuk mendapatkan besar frekuensi maju (Pf) dan

frekuensi balik (Pr) dilakukan dengan menghubungkan 2 AFG untuk

membangkitkan gelombang pulsa sebagai input ke kaki mikrokontroler (pin 6

dan pin 7). Hal ini dilakukan karena frekuensi keluaran dari LM331 yang

diharapkan tidak dapat menghasilkan frekuensi yang diharapkan yang akan

digunakan sebagai input untuk mikrokontroler. Sehingga diasumsikan

frekuensi keluaran AFG adalah frekuensi keluaran dari LM331.

Sesuai dengan datasheet LM331 bahwa besar conversion accuracy

scale factor adalah sebesar 1 kHz V yang artinya setiap perubahan kenaikan 1

kHz berbanding dengan setiap perubahan kenaikan 1 volt tegangan.

Penyesuaian nilai frekuensi keluaran dari AFG agar dapat diasumsikan

sebagai frekuensi keluaran LM 331 teoritis untuk input mikrokontroler terlihat

pada tabel 4.5


60

Tabel 4.5 Konversi penyesuaian f OUT LM331 teoritis dengan f OUT AFG

VIN (V) f OUT LM331(Hz) f OUT AFG (Hz)


0,375 369,4061 370
0,35 344,7791 340
0,325 320,152 320

TeganganMaju
0,3 295,5249 290 AFG1
0,275 270,8978 270
0,25 246,2708 240 FWD
0,225 221,6437 220
0,2 197,0166 190
0,15 147,7625 140
0,1 98,5803 95
VIN (V) f OUT LM331(Hz) f OUT AFG (Hz
0,016 15,7613 15
0,015 14,7762 14
0,014 13,7911 13
Tegangan Balik

0,012 11,8210 11 AFG2


0,011 10,8359 10
0,01 9,8508 9 REV
0,009 8,8657 8
0,007 6,8955 7
0,005 4,9524 5
0,002 1,9702 2

Pada tabel 4.6 data pengukuran frekuensi maju (Pf) dan frekuensi

balik (Pr) dengan input AFG1 FWD adalah frekuensi konversi penyesuaian

dari frekuensi keluaran LM331 teoritis menjadi frekuensi keluaran AFG

sesuai input tegangan maju (Vfwd) dan AFG2 REV adalah frekuensi konversi

penyesuaian dari frekuensi keluaran LM331 teoritis menjadi frekuensi

keluaran AFG sesuai input tegangan balik (Vrev). Pada tabel 4.7 dan 4.8

terlihat data pengukuran frekuensi maju (Pf) dan frekuensi balik (Pr) dengan

input AFG1 FWD dan AFG2 REV bervariasi.


61

Tabel 4.6 Data pengukuran Frekuensi Maju (Pf) dan Frekuensi Balik (Pr)
AFG 1 FWD AFG 2 REV Pf Pr SWR
(Hz) (Hz) (LCD) (LCD) (LCD)
370 15 38,6 01,6 1,08
340 14 35,4 01,4 1,08
320 13 33,2 01,3 1,08
290 11 30,1 01,2 1,08
270 10 27,9 01,1 1,08
240 9 24,8 00,9 1,07
220 8 22,6 00,8 1,07
190 7 19,5 00,7 1,07
140 5 14,3 00,4 1,05
95 2 09,6 00,2 1,04
Tabel 4.7 Data pengukuran Frekuensi Maju (Pf) dan Frekuensi Balik (Pr)
dengan input AFG1 FWD bervariasi dan AFG2 REV konstan
AFG 1 FWD AFG 2 REV Pf Pr SWR
(Hz) (Hz) (LCD) (LCD) (LCD)
370 95 38,6 09,6 1,66
340 95 35,4 09,6 1,74
320 95 33,2 09,6 1,82
290 95 30,1 09,6 1,94
270 95 27,9 09,6 2,05
240 95 24,8 09,6 2,26
220 95 22,6 09,6 2,48
190 95 19,5 09,6 2,94
140 95 14,3 09,6 5,08
95 95 09,6 09,6
Tabel 4.8 Data pengukuran Frekuensi Maju (Pf) dan Frekuensi Balik (Pr)
dengan input AFG1 FWD dan Input AFG2 REV bervariasi
AFG 1 FWD AFG 2 REV Pf Pr SWR
(Hz) (Hz) (LCD) (LCD) (LCD)
370 2 38,6 00,2 1,01
340 5 35,4 00,4 1,02
320 7 33,2 00,7 1,04
290 8 30,1 00,8 1,05
270 9 27,9 00,9 1,06
240 10 24,8 01,1 1,09
220 11 22,6 01,2 1,11
190 13 19,5 01,3 1,14
140 14 14,3 01,4 1,22
95 15 09,6 01,6 1,40
62

4.4 Pembahasan

4.4.1 Analisa Data Pengukuran Frekuensi Maju, Frekuensi Balik, dan SWR

Analisa data pengukuran untuk pengukuran frekuensi maju, frekuensi

balik, dan nilai SWR dilakukan untuk memperlihatkan bahwa program untuk

mendapatkan data yang ditampilkan pada penampil (LCD) adalah sesuai

dengan rumusan teoritis (2-2) untuk mencari nilai SWR

Pf + Pr
SWR =
Pf − Pr

Sebagai contoh analisa data pengukuran untuk memperlihatkan

program penghitungan nilai SWR sesuai dengan rumusan teoritis adalah

sebagai berikut :

1. Saat Pf = 38,6 ; Pr = 01,6

38,6 + 1,6
Nilai SWR teoritis = = 1,08
38,6 − 1,6

Nilai SWR yang terukur pada penampil (LCD) = 1,08

2. Saat Pf = 09,6 ; Pr = 00,2

9,6 + 0,2
Nilai SWR teoritis = = 1,04
9,6 − 0,2

Nilai SWR yang terukur pada penampil (LCD) = 1,04

3. Saat Pf = 38,6 ; Pr = 09,6

38,6 + 9,6
Nilai SWR teoritis = = 1,66
38,6 − 9,6

Nilai SWR yang terukur pada penampil (LCD) = 1,66


63

4. Saat Pf = 27,9 ; Pr = 09,6

27,9 + 9,6
Nilai SWR teoritis = = 2,05
27,9 − 9,6

Nilai SWR yang terukur pada penampil (LCD) = 2,05

5. Saat Pf = 09,6 ; Pr = 09,6

9,6 + 9,6
Nilai SWR teoritis = =∞
9,6 − 9,6

Nilai SWR yang terukur pada penampil (LCD) = ∞

Dari hasil contoh analisa diatas, nilai SWR yang ditampilkan oleh

penampil (LCD) adalah sesuai dengan perhitungan nilai SWR secara teoritis.

Apabila frekuensi maju sangat besar dibandingkan frekuensi balik, maka nilai

SWR yang terukur pada penampil adalah nilai SWR yang kecil. Sedangkan,

apabila frekuensi balik lebih besar bahkan sangat besar dibandingkan

frekuensi maju, maka nilai SWR yang terukur pada penampil adalah nilai

SWR yang besar dan bahkan tak terhingga.

4.4.2 Analisa Data Pengukuran

Pengujian alat ukur dilakukan dengan membandingkan data besar nilai

SWR dan besar daya pancar (FWD Power) pada alat ukur acuan dengan data

pengukuran menggunakan alat ukur yang dibuat (analog interface). Dalam

pengujian ini ditentukan besar perubahan kenaikan daya pancar pemancar dari

1 Watt (minimum) sampai 10 Watt (maksimal) dengan interval kenaikan 1

Watt. Pada masing-masing perubahan daya pancar dilakukan pengukuran


64

sebanyak 1 kali. Kemudian dari data tersebut dihitung nilai rata-ratanya,

deviasi, tingkat akurasinya, dan besarnya tingkat kesalahan pengukuran

Sebagai data acuan digunakan data kalibrasi SWR dan Power meter

analog SX-200 Diamond Antena, sehingga tingkat kesalahan pengukuran alat

ukur yang terjadi dapat diketahui.

Error (E) adalah selisih antara nilai hasil pengukuran dengan alat ukur

dibandingkan dengan data acuan. Analisa statistik yang lain untuk melihat

tingkat kesalahan adalah mencari besarnya penyimpangan (deviasi) antara

data pengukuran alat ukur terkalibrasi (analog interface) dengan data acuan.

Tabel 4.9 menunjukkan tingkat kesalahan dan deviasi di setiap perubahan

kenaikan daya pancar untuk pengukuran nilai SWR alat ukur terkalibrasi

(analog interface).

Tabel 4.9 Tingkat kesalahan dan deviasi SWR Meter dan Power Meter
terkalibrasi (analog interface)
Data SWR
Daya
Data SWR analog x-y
Pancar E = × 100 Deviasi
Acuan interface x
Pemancar pengukuran
(x) (y)
(Watt)
10 1,10 1,09 1% 0,01
9 1,10 1,09 1% 0,01
8 1,10 1,09 1% 0,01
7 1,10 1,08 2% 0,02
6 1,09 1,08 1% 0,01
5 1,09 1,08 1% 0,01
4 1,08 1,08 0% 0
3 1,06 1,07 1% 0,01
2 1,05 1,07 2% 0,02
1 1,05 1,04 1% 0,01
65

Besarnya persentase kesalahan pengukuran dan deviasi pada

pengukuran SWR Meter sebesar :

Rata-rata error = ± 1,1 %

Rata-rata deviasi = ± 0,01

Tingkat kesalahan pengukuran suatu alat ukur berbanding terbalik

dengan tingkat ketelitiannya. Untuk tingkat ketelitian alat ukur yang dibuat

dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Tingkat ketelitian SWR dan Power Meter terkalibrasi


(analog interface)
Daya Data SWR
Data SWR y -x
Pancar analog A = 1- × 100
Acuan x
Pemancar interface
(x)
(Watt) (y)

10 1,10 1,09 99,09%


9 1,10 1,09 99,09%
8 1,10 1,09 99,09%
7 1,10 1,08 98,18%
6 1,09 1,08 99,09%
5 1,09 1,08 99,09%
4 1,08 1,08 100%
3 1,06 1,07 99,09%
2 1,05 1,07 99,18%
1 1,05 1,04 99,09%

Tingkat kesalahan, deviasi dan tingkat ketelitian untuk data

pengukuran SWR secara digital didapat dengan membandingkan data

pengukuran pada tabel 4.6 dengan data pengukuran pada tabel 4.2 seperti

terlihat pada tabel 4.11 dan tabel 4.12


66

Tabel 4.11 Tingkat kesalahan dan deviasi data SWR Meter digital
x y
Data SWR Data SWR E = × 100 % Deviasi
x
tabel 4.2 (x) tabel 4.8 (y) pengukuran
1,09 1,08 0,92% 0,01
1,09 1,08 0,92% 0,01
1,09 1,08 0,92% 0,01
1,08 1,08 0% 0
1,08 1,08 0% 0
1,08 1,07 0,92% 0,01
1,08 1,07 0,92% 0,01
1,07 1,07 0% 0
1,07 1,05 1,87% 0,02
1,04 1,04 0% 0

Besarnya persentase kesalahan pengukuran dan deviasi pada

pengukuran SWR Meter digital sebesar :

Rata-rata error = ± 0,647 %

Rata-rata deviasi = ± 0,007

Tabel 4.12 Tingkat ketelitian data SWR Meter digital

Data SWR Data SWR y-x


A = 1- × 100
tabel 4.2 (x) tabel 4.8 (y) x

1,09 1,08 99,08%


1,09 1,08 99,08%
1,09 1,08 99,08%
1,08 1,08 100%
1,08 1,08 100%
1,08 1,07 98,07%
1,08 1,07 98,07%
1,07 1,07 100%
1,07 1,05 98,13%
1,04 1,04 100%
67

Besarnya persentase ketelitian data pengukuran SWR Meter digital

sebesar :

Rata-rata ketelitian = ± 99,15 %

Spesifikasi alat :

SWR dan Power Meter yang dirancang ini memiliki jangkauan

pengukuran besar SWR dan Power antara daya keluaran pemancar 1 Watt –

10 Watt dengan perubahan kenaikan sebesar 1 Watt. Level tegangan titik

maju (forward) berkisar antara 0,1 volt – 0,375 volt dan level tegangan balik

(reverse) berkisar antara 0,002 volt – 0,016 volt.

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa terdapat selisih antara

pengukuran dengan data kalibrasi SWR dan Power Meter SX-200 Diamond

Antena dan kekurangan-kekurangan alat ukur secara keseluruhan. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Kurang tepatnya nilai kalibrasi untuk alat ukur yang dibuat.

2. Faktor penyerapan daya pada saluran transmisi sehingga daya yang

seharusnya dapat terpancar secara maksimal (10 Watt) tidak tercapai.

3. Rangkaian pengkonversi tegangan ke frekuensi (LM 331) tidak dapat

menghasilkan frekuensi keluaran yang linier untuk tiap kenaikan tegangan

maju dan tegangan balik sehingga proses pengukuran untuk pengambilan

data SWR dan Power meter digital harus dilakukan dengan menggunakan

alat bantu yaitu AFG sebagai pembangkit frekuensi yang linier sesuai data

pengukuran tegangan maju dan tegangan balik.


68

4.4.3 Pengoperasian Alat Ukur

4.4.3.1 SWR dan Power Meter Analog

Sebelum melakukan pengukuran-pengukuran ada beberapa hal yang

harus diperhatikan antara lain :

1. Memastikan penempatan alat ukur sesuai dengan hubungan kalibrasi

beserta langkah-langkah proses kalibrasinya.

2. Mengatur besar daya pancar keluaran pemancar (dalam pembahasan ini

diatur besar daya pancar keluaran pemancar maksimal 10 Watt).

3. Melakukan pengambilan data-data pengukuran yang terdiri dari data

pengukuran tegangan pada titik maju (forward) dan titik balik (reverse),

data pengukuran besar SWR dengan alat bantu hitung atau menempatkan

switch untuk pengukuran SWR (pada SWR dan Power Meter Analog SX-

200 Diamond Antena).

4. Mengulang langkah 2 dan 3 untuk setiap perubahan daya pancar keluaran

pemancar.

4.2.2.2 Penampil Frekuensi Maju (Pf), Frekuensi Balik (Pr), dan SWR

Sebelum melakukan pengukuran, atur agar frekuensi keluaran dari

AFG adalah gelombang pulsa. Penyesuaian nilai frekuensi keluaran dari AFG

agar dapat diasumsikan sebagai frekuensi keluaran LM 331 untuk input

mikrokontroler adalah dengan melihat conversion accuracy scale factor yang


69

memiliki nilai 1 kHz V . Konversi penyesuaian frekuensi keluaran LM331

menjadi frekuensi keluaran dari AFG dapat dilihat pada tabel 4.5.

Frekuensi keluaran yang didapatkan pada AFG diatur dengan memutar

panel range frekuensi. Sesuai dengan definisi bahwa frekuensi adalah jumlah

gelombang (pulsa) yang timbul dalam 1 detik ( f = 1 T ),maka besar frekuensi

didapat dengan melihat periodanya. Amplitudo frekuensi juga diatur agar

tidak melebihi +5V untuk bisa berkomunikasi dengan mikrokontroler. Tabel

4.13 menunjukkan nilai periode frekuensi keluaran AFG dan amplitudonya..

Tabel 4.13 Amplitudo dan Periode Frekuensi keluaran AFG


A ( VPP ) T f OUT AFG (Hz)
4,8 2702us 370
4,8 2941us 340
4,8 3125us 320
4,8 3448us 290
4,8 3703us 270
4,8 4167us 240
4,8 4545us 220
4,8 5263us 190
4,8 7142us 140
4,8 102,56ms 95
4,8 66,67ms 15
4,8 71,42ms 14
4,8 76,92ms 13
4,8 90,91ms 11
4,8 100ms 10
4,8 111,1ms 9
4,8 125ms 8
4,8 142,8ms 7
4,8 200ms 5
4,8 500ms 2
70

Unit operasi penampil frekuensi maju (Pf) dan frekuensi balik (Pr)

terdiri dari mikrokontroler, LCD , dan tombol reset. Tombol reset digunakan

untuk me-reset nilai frekuensi maju (Pf), frekuensi balik (Pr), dan nilai SWR.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka

pada bab ini akan diambil beberapa kesimpulan dan saran yang berguna untuk

penyempurnaan dan pengembangan alat.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Rangkaian Analog Interface SWR dan Power meter analog dikalibrasi

telah bekerja dengan baik karena mampu mendeteksi terjadinya

gelombang tegak dengan membandingkan daya pancar dan daya balik.

Level tegangan maju adalah 0,1 volt – 0,375 volt dan level tegangan balik

adalah 0,002 volt – 0,016 volt.

2. Rangkaian pengkonversi tegangan ke frekuensi (V to F Converter) tidak

dapat menghasilkan frekuensi keluaran yang linier utnuk input rangkaian

mikrokontroler, sehingga input untuk rangkaian mikrokontroler diganti

dengan menggunakan 2 buah AFG.

3. Rangkaian antarmuka LCD dan mikrokontroler sebagai unit penampil dan

pengolahan data yang meliputi program pembacaan nilai frekuensi maju

dan balik dapat bekerja dengan baik, begitu pula dengan program

71
72

penghitungan nilai SWR sesuai dengan rumusan teoritis mencari nilai

SWR persamaan (2-2)

4. Terdapat tingkat kesalahan dan deviasi pada data pengukuran SWR yang

dibandingkan dengan data kalibrasi alat ukur acuan (SWR dan Power

Meter SX-2000 Diamond Antena) serta rata-rata tingkat ketelitian SWR

dan Power meter terkalibrasi (analog interface) dan SWR dan Power

meter digital sebagai berikut :

1) Analog Interface

Rata-rata error = ± 1,1 %

Rata-rata deviasi = ± 0,01

2) SWR dan Power meter digital

Rata-rata error = ± 0,647 %

Rata-rata deviasi = ± 0,007

Rata-rata ketelitian = ± 99,15 %

5.2 Saran

Untuk pengembangan alat selanjutnya dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut.

1. Pengukuran besar nilai SWR dan Power dapat dikembangkan pada frekuensi

yang lebih tinggi yaitu VHF (Very High Frequency) misal pada range

frekuensi telepon seluler (handphone).

2. Melakukan pengamatan rutin dalam mengecek besarnya daya pancar pada

pemancar dan daya balik bagi instansi radio pemancar FM agar selalu dalam
73

kondisi matched antara impedansi pemancar dengan impedansi beban

(antena).
DAFTAR PUSTAKA

[1] Winoto Ardi,2006, Belajar Mikrokontroler Atmel AVR ATtiny2313,Gava


media, Yogyakarta.

[2] _______________.,2007, AVR Microcontroller ATtiny2313 Datasheet.


http://www.atmel.com,

[3] _______________.,1999, Standing Wave Ratio Meter.


http://www.Elektron.com/ElektroIndonesia.pdf

[4] Hartanto,Dwi,2001,Pemancar FM 12 Watt bagian I-II-III.


http://www.ElektroIndonesia.com

[5] _______________.,2007, 1N60P and IN60S Germanium Diode Datasheet.


http://www.datasheet4u.com

[6] _______________.,1994, LM131A/LM131, LM231A/LM231,


LM331A/LM331Precision Voltage-to-Frequency Converters Datasheet.
http://www.datasheet4u.com

[7] _______________.,2007,Coaxial,Wikipedia, the free encyclopedia , Media


Wiki.
http://en.wikipedia.org/wiki/Coaxial

[8] _______________.,2007,Coaxial cable,Wikipedia, the free encyclopedia ,


Media Wiki.
http://en.wikipedia.org/wiki/Coaxial_cable

[9] _______________.,2006, Digitale Swr Watt meter,

74
75

[10] _____________., 2000,Dot Matrix Liquid Crystal Display Controller/Driver

HD44780U datasheet, Hitachi, inc.,

http://pdf.alldatasheet.net
LAMPIRAN
Lampiran

U2
U1A U1B 2 12
PD0/RXD PB0/AIN0 DB0
1 2 3 4 3 13
PD1/TXD PB1/AIN1 DB1
6 14
74LS14 74LS14 RS PD2/INTO PB2 DB2
7 15
E PD3/INT1 PB3/OC1 DB3
8 16
PD4/TO PB4 DB4
9 17
PD5/T1 PB5/MOSI DB5
VCC 11 18
PD6/ICP PB6/MISO DB6
C2 = 22PF1 19
R1 PB7/SCK DB7
U3 CRYSTAL 5
1 8 4 XTAL1
R2 I Out VCC 6K8 J1 Y1 1 XTAL2
RESET

3
2 7 C3 = 22PF1
R3 I Ref COMP Out 1 20
12K 3 6 2 VCC
2 5K f Out THRES VCC
4 5 C1 Vin FWD VCC ATTiny 2313
GND R/C 0,1 VCC
LM131 R4
10K

1
U5
VCC C2 LCD

3
2
1
R5 0,01

3
C3

VEE
vcc
GND
R6 1u 100K SW1 C4 4
R7 10u RS RS
1M 5
2 SW PUSHBUTTON 6 R/W
U1C U1D E E
7
DB0 DB0

LCD 16 X 2
22K R8 5 6 9 8 8
DB1 DB1
47 9
74LS14 74LS14 DB2 DB2
10
1 DB3 DB3
VCC 11
DB4 DB4
12
DB5 DB5
13
J2 DB6 DB6
14
DB7 DB7
VCC
1
J3 2
R9 Vin REV
U4
1 8 VCC 5V
R10 I Out VCC

1
2
3

2 7 6K8
R11 I Ref COMP Out
12K 3 6
2 5K f Out THRES
4 5 C5
GND R/C 0,1
LM131
1

VCC C6
R12 0,01
3

C7
R13 1u 10K
1M R14
2

22K R15
47
1
Features
• Utilizes the AVR® RISC Architecture
• AVR – High-performance and Low-power RISC Architecture
– 120 Powerful Instructions – Most Single Clock Cycle Execution
– 32 x 8 General Purpose Working Registers
– Fully Static Operation
– Up to 20 MIPS Throughput at 20 MHz
• Data and Non-volatile Program and Data Memories
– 2K Bytes of In-System Self Programmable Flash
Endurance 10,000 Write/Erase Cycles
– 128 Bytes In-System Programmable EEPROM
Endurance: 100,000 Write/Erase Cycles
8-bit
– 128 Bytes Internal SRAM
– Programming Lock for Flash Program and EEPROM Data Security
Microcontroller
• Peripheral Features
– One 8-bit Timer/Counter with Separate Prescaler and Compare Mode with 2K Bytes
– One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare and Capture Modes
– Four PWM Channels In-System
– On-chip Analog Comparator
– Programmable Watchdog Timer with On-chip Oscillator Programmable
– USI – Universal Serial Interface


– Full Duplex USART
Special Microcontroller Features
Flash
– debugWIRE On-chip Debugging
– In-System Programmable via SPI Port
– External and Internal Interrupt Sources
– Low-power Idle, Power-down, and Standby Modes
ATtiny2313/V
– Enhanced Power-on Reset Circuit
– Programmable Brown-out Detection Circuit
– Internal Calibrated Oscillator
• I/O and Packages Preliminary
– 18 Programmable I/O Lines
– 20-pin PDIP, 20-pin SOIC, 20-pad QFN/MLF Summary
• Operating Voltages
– 1.8 - 5.5V (ATtiny2313V)
– 2.7 - 5.5V (ATtiny2313)
• Speed Grades
– ATtiny2313V: 0 - 4 MHz @ 1.8 - 5.5V, 0 - 10 MHz @ 2.7 - 5.5V
– ATtiny2313: 0 - 10 MHz @ 2.7 - 5.5V, 0 - 20 MHz @ 4.5 - 5.5V
• Typical Power Consumption
– Active Mode
1 MHz, 1.8V: 230 µA
32 kHz, 1.8V: 20 µA (including oscillator)
– Power-down Mode
< 0.1 µA at 1.8V

Rev. 2543IS–AVR–04/06
Pin Configurations Figure 1. Pinout ATtiny2313

PDIP/SOIC

(RESET/dW) PA2 1 20 VCC


(RXD) PD0 2 19 PB7 (UCSK/SCL/PCINT7)
(TXD) PD1 3 18 PB6 (MISO/DO/PCINT6)
(XTAL2) PA1 4 17 PB5 (MOSI/DI/SDA/PCINT5)
(XTAL1) PA0 5 16 PB4 (OC1B/PCINT4)
(CKOUT/XCK/INT0) PD2 6 15 PB3 (OC1A/PCINT3)
(INT1) PD3 7 14 PB2 (OC0A/PCINT2)
(T0) PD4 8 13 PB1 (AIN1/PCINT1)
(OC0B/T1) PD5 9 12 PB0 (AIN0/PCINT0)
GND 10 11 PD6 (ICP)

MLF

PB7 (UCSK/SCK/PCINT7)
PB6 (MISO/DO/PCINT6)
PA2 (RESET/dW)
PD0 (RXD)

VCC
20
19
18
17
16
(TXD) PD1 1 15 PB5 (MOSI/DI/SDA/PCINT5)
XTAL2) PA1 2 14 PB4 (OC1B/PCINT4)
(XTAL1) PA0 3 13 PB3 (OC1A/PCINT3)
(CKOUT/XCK/INT0) PD2 4 12 PB2 (OC0A/PCINT2)
(INT1) PD3 5 11 PB1 (AIN1/PCINT1)

10
6
7
8
9
(T0) PD4
(OC0B/T1) PD5
GND
(ICP) PD6
(AIN0/PCINT0) PB0

NOTE: Bottom pad should be soldered to ground.

Overview The ATtiny2313 is a low-power CMOS 8-bit microcontroller based on the AVR
enhanced RISC architecture. By executing powerful instructions in a single clock cycle,
the ATtiny2313 achieves throughputs approaching 1 MIPS per MHz allowing the system
designer to optimize power consumption versus processing speed.

2 ATtiny2313/V
2543IS–AVR–04/06
ATtiny2313/V

Block Diagram

Figure 2. Block Diagram

XTAL1 XTAL2

PA0 - PA2

PORTA DRIVERS

DATA REGISTER DATA DIR.


VCC PORTA REG. PORTA INTERNAL
CALIBRATED
OSCILLATOR

8-BIT DATA BUS


INTERNAL OSCILLATOR
OSCILLATOR
GND

PROGRAM STACK WATCHDOG TIMING AND


POINTER RESET
COUNTER TIMER CONTROL

MCU CONTROL
PROGRAM REGISTER
SRAM
FLASH
MCU STATUS ON-CHIP
REGISTER DEBUGGER
INSTRUCTION GENERAL
REGISTER PURPOSE TIMER/
REGISTER COUNTERS

INSTRUCTION INTERRUPT
DECODER UNIT

EEPROM
CONTROL ALU
LINES
USI

STATUS
REGISTER

PROGRAMMING
SPI USART
LOGIC
COMPARATOR

DATA DIR. DATA DIR.


ANALOG

DATA REGISTER DATA REGISTER


PORTB REG. PORTB PORTD REG. PORTD

PORTB DRIVERS PORTD DRIVERS

PB0 - PB7 PD0 - PD6

3
2543IS–AVR–04/06
The AVR core combines a rich instruction set with 32 general purpose working registers.
All the 32 registers are directly connected to the Arithmetic Logic Unit (ALU), allowing
two independent registers to be accessed in one single instruction executed in one clock
cycle. The resulting architecture is more code efficient while achieving throughputs up to
ten times faster than conventional CISC microcontrollers.
The ATtiny2313 provides the following features: 2K bytes of In-System Programmable
Flash, 128 bytes EEPROM, 128 bytes SRAM, 18 general purpose I/O lines, 32 general
purpose working registers, a single-wire Interface for On-chip Debugging, two flexible
Timer/Counters with compare modes, internal and external interrupts, a serial program-
mable USART, Universal Serial Interface with Start Condition Detector, a programmable
Watchdog Timer with internal Oscillator, and three software selectable power saving
modes. The Idle mode stops the CPU while allowing the SRAM, Timer/Counters, and
interrupt system to continue functioning. The Power-down mode saves the register con-
tents but freezes the Oscillator, disabling all other chip functions until the next interrupt
or hardware reset. In Standby mode, the crystal/resonator Oscillator is running while the
rest of the device is sleeping. This allows very fast start-up combined with low-power
consumption.
The device is manufactured using Atmel’s high density non-volatile memory technology.
The On-chip ISP Flash allows the program memory to be reprogrammed In-System
through an SPI serial interface, or by a conventional non-volatile memory programmer.
By combining an 8-bit RISC CPU with In-System Self-Programmable Flash on a mono-
lithic chip, the Atmel ATtiny2313 is a powerful microcontroller that provides a highly
flexible and cost effective solution to many embedded control applications.
The ATtiny2313 AVR is supported with a full suite of program and system development
tools including: C Compilers, Macro Assemblers, Program Debugger/Simulators, In-Cir-
cuit Emulators, and Evaluation kits.

4 ATtiny2313/V
2543IS–AVR–04/06
ATtiny2313/V

Pin Descriptions

VCC Digital supply voltage.

GND Ground.

Port A (PA2..PA0) Port A is a 3-bit bi-directional I/O port with internal pull-up resistors (selected for each
bit). The Port A output buffers have symmetrical drive characteristics with both high sink
and source capability. As inputs, Port A pins that are externally pulled low will source
current if the pull-up resistors are activated. The Port A pins are tri-stated when a reset
condition becomes active, even if the clock is not running.
Port A also serves the functions of various special features of the ATtiny2313 as listed
on page 53.

Port B (PB7..PB0) Port B is an 8-bit bi-directional I/O port with internal pull-up resistors (selected for each
bit). The Port B output buffers have symmetrical drive characteristics with both high sink
and source capability. As inputs, Port B pins that are externally pulled low will source
current if the pull-up resistors are activated. The Port B pins are tri-stated when a reset
condition becomes active, even if the clock is not running.
Port B also serves the functions of various special features of the ATtiny2313 as listed
on page 53.

Port D (PD6..PD0) Port D is a 7-bit bi-directional I/O port with internal pull-up resistors (selected for each
bit). The Port D output buffers have symmetrical drive characteristics with both high sink
and source capability. As inputs, Port D pins that are externally pulled low will source
current if the pull-up resistors are activated. The Port D pins are tri-stated when a reset
condition becomes active, even if the clock is not running.
Port D also serves the functions of various special features of the ATtiny2313 as listed
on page 56.

RESET Reset input. A low level on this pin for longer than the minimum pulse length will gener-
ate a reset, even if the clock is not running. The minimum pulse length is given in Table
15 on page 34. Shorter pulses are not guaranteed to generate a reset. The Reset Input
is an alternate function for PA2 and dW.

XTAL1 Input to the inverting Oscillator amplifier and input to the internal clock operating circuit.
XTAL1 is an alternate function for PA0.

XTAL2 Output from the inverting Oscillator amplifier. XTAL2 is an alternate function for PA1.

Resources A comprehensive set of development tools, application notes and datasheets are avail-
able for downloadon http://www.atmel.com/avr.

5
2543IS–AVR–04/06
Register Summary
Address Name Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 Page
0x3F (0x5F) SREG I T H S V N Z C 7
0x3E (0x5E) Reserved – – – – – – – –
0x3D (0x5D) SPL SP7 SP6 SP5 SP4 SP3 SP2 SP1 SP0 10
0x3C (0x5C) OCR0B Timer/Counter0 – Compare Register B 78
0x3B (0x5B) GIMSK INT1 INT0 PCIE – – – – – 60
0x3A (0x5A) EIFR INTF1 INTF0 PCIF – – – – – 62
0x39 (0x59) TIMSK TOIE1 OCIE1A OCIE1B – ICIE1 OCIE0B TOIE0 OCIE0A 79, 110
0x38 (0x58) TIFR TOV1 OCF1A OCF1B – ICF1 OCF0B TOV0 OCF0A 79
0x37 (0x57) SPMCSR – – – CTPB RFLB PGWRT PGERS SELFPRGEN 156
0x36 (0x56) OCR0A Timer/Counter0 – Compare Register A 78
0x35 (0x55) MCUCR PUD SM1 SE SM0 ISC11 ISC10 ISC01 ISC00 53
0x34 (0x54) MCUSR – – – – WDRF BORF EXTRF PORF 37
0x33 (0x53) TCCR0B FOC0A FOC0B – – WGM02 CS02 CS01 CS00 77
0x32 (0x52) TCNT0 Timer/Counter0 (8-bit) 78
0x31 (0x51) OSCCAL – CAL6 CAL5 CAL4 CAL3 CAL2 CAL1 CAL0 25
0x30 (0x50) TCCR0A COM0A1 COM0A0 COM0B1 COM0B0 – – WGM01 WGM00 74
0x2F (0x4F) TCCR1A COM1A1 COM1A0 COM1B1 COM1BO – – WGM11 WGM10 105
0x2E (0x4E) TCCR1B ICNC1 ICES1 – WGM13 WGM12 CS12 CS11 CS10 108
0x2D (0x4D) TCNT1H Timer/Counter1 – Counter Register High Byte 109
0x2C (0x4C) TCNT1L Timer/Counter1 – Counter Register Low Byte 109
0x2B (0x4B) OCR1AH Timer/Counter1 – Compare Register A High Byte 109
0x2A (0x4A) OCR1AL Timer/Counter1 – Compare Register A Low Byte 109
0x29 (0x49) OCR1BH Timer/Counter1 – Compare Register B High Byte 110
0x28 (0x48) OCR1BL Timer/Counter1 – Compare Register B Low Byte 110
0x27 (0x47) Reserved – – – – – – – –
0x26 (0x46) CLKPR CLKPCE – – – CLKPS3 CLKPS2 CLKPS1 CLKPS0 27
0x25 (0x45) ICR1H Timer/Counter1 - Input Capture Register High Byte 110
0x24 (0x44) ICR1L Timer/Counter1 - Input Capture Register Low Byte 110
0x23 (0x43) GTCCR – – – – – – – PSR10 82
0x22 (ox42) TCCR1C FOC1A FOC1B – – – – – – 109
0x21 (0x41) WDTCSR WDIF WDIE WDP3 WDCE WDE WDP2 WDP1 WDP0 42
0x20 (0x40) PCMSK PCINT7 PCINT6 PCINT5 PCINT4 PCINT3 PCINT2 PCINT1 PCINT0 62
0x1F (0x3F) Reserved – – – – – – – –
0x1E (0x3E) EEAR – EEPROM Address Register 15
0x1D (0x3D) EEDR EEPROM Data Register 16
0x1C (0x3C) EECR – – EEPM1 EEPM0 EERIE EEMPE EEPE EERE 16
0x1B (0x3B) PORTA – – – – – PORTA2 PORTA1 PORTA0 58
0x1A (0x3A) DDRA – – – – – DDA2 DDA1 DDA0 58
0x19 (0x39) PINA – – – – – PINA2 PINA1 PINA0 58
0x18 (0x38) PORTB PORTB7 PORTB6 PORTB5 PORTB4 PORTB3 PORTB2 PORTB1 PORTB0 58
0x17 (0x37) DDRB DDB7 DDB6 DDB5 DDB4 DDB3 DDB2 DDB1 DDB0 58
0x16 (0x36) PINB PINB7 PINB6 PINB5 PINB4 PINB3 PINB2 PINB1 PINB0 58
0x15 (0x35) GPIOR2 General Purpose I/O Register 2 20
0x14 (0x34) GPIOR1 General Purpose I/O Register 1 20
0x13 (0x33) GPIOR0 General Purpose I/O Register 0 20
0x12 (0x32) PORTD – PORTD6 PORTD5 PORTD4 PORTD3 PORTD2 PORTD1 PORTD0 58
0x11 (0x31) DDRD – DDD6 DDD5 DDD4 DDD3 DDD2 DDD1 DDD0 58
0x10 (0x30) PIND – PIND6 PIND5 PIND4 PIND3 PIND2 PIND1 PIND0 58
0x0F (0x2F) USIDR USI Data Register 145
0x0E (0x2E) USISR USISIF USIOIF USIPF USIDC USICNT3 USICNT2 USICNT1 USICNT0 146
0x0D (0x2D) USICR USISIE USIOIE USIWM1 USIWM0 USICS1 USICS0 USICLK USITC 147
0x0C (0x2C) UDR UART Data Register (8-bit) 130
0x0B (0x2B) UCSRA RXC TXC UDRE FE DOR UPE U2X MPCM 130
0x0A (0x2A) UCSRB RXCIE TXCIE UDRIE RXEN TXEN UCSZ2 RXB8 TXB8 132
0x09 (0x29) UBRRL UBRRH[7:0] 134
0x08 (0x28) ACSR ACD ACBG ACO ACI ACIE ACIC ACIS1 ACIS0 150
0x07 (0x27) Reserved – – – – – – – –
0x06 (0x26) Reserved – – – – – – – –
0x05 (0x25) Reserved – – – – – – – –
0x04 (0x24) Reserved – – – – – – – –
0x03 (0x23) UCSRC – UMSEL UPM1 UPM0 USBS UCSZ1 UCSZ0 UCPOL 133
0x02 (0x22) UBRRH – – – – UBRRH[11:8] 134
0x01 (0x21) DIDR – – – – – – AIN1D AIN0D 151
0x00 (0x20) Reserved – – – – – – – –

6 ATtiny2313/V
2543IS–AVR–04/06
ATtiny2313/V

Note: 1. For compatibility with future devices, reserved bits should be written to zero if accessed. Reserved I/O memory addresses
should never be written.
2. I/O Registers within the address range 0x00 - 0x1F are directly bit-accessible using the SBI and CBI instructions. In these
registers, the value of single bits can be checked by using the SBIS and SBIC instructions.
3. Some of the status flags are cleared by writing a logical one to them. Note that, unlike most other AVRs, the CBI and SBI
instructions will only operate on the specified bit, and can therefore be used on registers containing such status flags. The
CBI and SBI instructions work with registers 0x00 to 0x1F only.
4. When using the I/O specific commands IN and OUT, the I/O addresses 0x00 - 0x3F must be used. When addressing I/O
Registers as data space using LD and ST instructions, 0x20 must be added to these addresses.

7
2543IS–AVR–04/06
Instruction Set Summary
Mnemonics Operands Description Operation Flags #Clocks
ARITHMETIC AND LOGIC INSTRUCTIONS
ADD Rd, Rr Add two Registers Rd ← Rd + Rr Z,C,N,V,H 1
ADC Rd, Rr Add with Carry two Registers Rd ← Rd + Rr + C Z,C,N,V,H 1
ADIW Rdl,K Add Immediate to Word Rdh:Rdl ← Rdh:Rdl + K Z,C,N,V,S 2
SUB Rd, Rr Subtract two Registers Rd ← Rd - Rr Z,C,N,V,H 1
SUBI Rd, K Subtract Constant from Register Rd ← Rd - K Z,C,N,V,H 1
SBC Rd, Rr Subtract with Carry two Registers Rd ← Rd - Rr - C Z,C,N,V,H 1
SBCI Rd, K Subtract with Carry Constant from Reg. Rd ← Rd - K - C Z,C,N,V,H 1
SBIW Rdl,K Subtract Immediate from Word Rdh:Rdl ← Rdh:Rdl - K Z,C,N,V,S 2
AND Rd, Rr Logical AND Registers Rd ← Rd • Rr Z,N,V 1
ANDI Rd, K Logical AND Register and Constant Rd ← Rd • K Z,N,V 1
OR Rd, Rr Logical OR Registers Rd ← Rd v Rr Z,N,V 1
ORI Rd, K Logical OR Register and Constant Rd ← Rd v K Z,N,V 1
EOR Rd, Rr Exclusive OR Registers Rd ← Rd ⊕ Rr Z,N,V 1
COM Rd One’s Complement Rd ← 0xFF − Rd Z,C,N,V 1
NEG Rd Two’s Complement Rd ← 0x00 − Rd Z,C,N,V,H 1
SBR Rd,K Set Bit(s) in Register Rd ← Rd v K Z,N,V 1
CBR Rd,K Clear Bit(s) in Register Rd ← Rd • (0xFF - K) Z,N,V 1
INC Rd Increment Rd ← Rd + 1 Z,N,V 1
DEC Rd Decrement Rd ← Rd − 1 Z,N,V 1
TST Rd Test for Zero or Minus Rd ← Rd • Rd Z,N,V 1
CLR Rd Clear Register Rd ← Rd ⊕ Rd Z,N,V 1
SER Rd Set Register Rd ← 0xFF None 1
BRANCH INSTRUCTIONS
RJMP k Relative Jump PC ← PC + k + 1 None 2
IJMP Indirect Jump to (Z) PC ← Z None 2
RCALL k Relative Subroutine Call PC ← PC + k + 1 None 3
ICALL Indirect Call to (Z) PC ← Z None 3
RET Subroutine Return PC ← STACK None 4
RETI Interrupt Return PC ← STACK I 4
CPSE Rd,Rr Compare, Skip if Equal if (Rd = Rr) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
CP Rd,Rr Compare Rd − Rr Z, N,V,C,H 1
CPC Rd,Rr Compare with Carry Rd − Rr − C Z, N,V,C,H 1
CPI Rd,K Compare Register with Immediate Rd − K Z, N,V,C,H 1
SBRC Rr, b Skip if Bit in Register Cleared if (Rr(b)=0) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
SBRS Rr, b Skip if Bit in Register is Set if (Rr(b)=1) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
SBIC P, b Skip if Bit in I/O Register Cleared if (P(b)=0) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
SBIS P, b Skip if Bit in I/O Register is Set if (P(b)=1) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
BRBS s, k Branch if Status Flag Set if (SREG(s) = 1) then PC←PC+k + 1 None 1/2
BRBC s, k Branch if Status Flag Cleared if (SREG(s) = 0) then PC←PC+k + 1 None 1/2
BREQ k Branch if Equal if (Z = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRNE k Branch if Not Equal if (Z = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRCS k Branch if Carry Set if (C = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRCC k Branch if Carry Cleared if (C = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRSH k Branch if Same or Higher if (C = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRLO k Branch if Lower if (C = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRMI k Branch if Minus if (N = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRPL k Branch if Plus if (N = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRGE k Branch if Greater or Equal, Signed if (N ⊕ V= 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRLT k Branch if Less Than Zero, Signed if (N ⊕ V= 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRHS k Branch if Half Carry Flag Set if (H = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRHC k Branch if Half Carry Flag Cleared if (H = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRTS k Branch if T Flag Set if (T = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRTC k Branch if T Flag Cleared if (T = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRVS k Branch if Overflow Flag is Set if (V = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRVC k Branch if Overflow Flag is Cleared if (V = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRIE k Branch if Interrupt Enabled if ( I = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRID k Branch if Interrupt Disabled if ( I = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BIT AND BIT-TEST INSTRUCTIONS
SBI P,b Set Bit in I/O Register I/O(P,b) ← 1 None 2
CBI P,b Clear Bit in I/O Register I/O(P,b) ← 0 None 2
LSL Rd Logical Shift Left Rd(n+1) ← Rd(n), Rd(0) ← 0 Z,C,N,V 1
LSR Rd Logical Shift Right Rd(n) ← Rd(n+1), Rd(7) ← 0 Z,C,N,V 1
ROL Rd Rotate Left Through Carry Rd(0)←C,Rd(n+1)← Rd(n),C←Rd(7) Z,C,N,V 1

8 ATtiny2313/V
2543IS–AVR–04/06
LM131A/LM131, LM231A/LM231, LM331A/LM331 Precision Voltage-to-Frequency Converters
December 1994

LM131A/LM131, LM231A/LM231, LM331A/LM331


Precision Voltage-to-Frequency Converters
General Description
The LM131/LM231/LM331 family of voltage-to-frequency has low bias currents without degrading the quick response
converters are ideally suited for use in simple low-cost cir- necessary for 100 kHz voltage-to-frequency conversion.
cuits for analog-to-digital conversion, precision frequency- And the output is capable of driving 3 TTL loads, or a high
to-voltage conversion, long-term integration, linear frequen- voltage output up to 40V, yet is short-circuit-proof against
cy modulation or demodulation, and many other functions. VCC.
The output when used as a voltage-to-frequency converter
is a pulse train at a frequency precisely proportional to the Features
applied input voltage. Thus, it provides all the inherent ad- Y Guaranteed linearity 0.01% max
vantages of the voltage-to-frequency conversion tech- Y Improved performance in existing voltage-to-frequency
niques, and is easy to apply in all standard voltage-to-fre-
conversion applications
quency converter applications. Further, the LM131A/ Y Split or single supply operation
LM231A/LM331A attains a new high level of accuracy ver-
sus temperature which could only be attained with expen-
Y Operates on single 5V supply
sive voltage-to-frequency modules. Additionally the LM131 Y Pulse output compatible with all logic forms
is ideally suited for use in digital systems at low power sup- Y Excellent temperature stability, g 50 ppm/§ C max
ply voltages and can provide low-cost analog-to-digital con- Y Low power dissipation, 15 mW typical at 5V
version in microprocessor-controlled systems. And, the fre- Y Wide dynamic range, 100 dB min at 10 kHz full scale
quency from a battery powered voltage-to-frequency con- frequency
verter can be easily channeled through a simple photoisola- Y Wide range of full scale frequency, 1 Hz to 100 kHz
tor to provide isolation against high common mode levels. Y Low cost
The LM131/LM231/LM331 utilizes a new temperature-
compensated band-gap reference circuit, to provide excel-
lent accuracy over the full operating temperature range, at
power supplies as low as 4.0V. The precision timer circuit

Typical Applications

VIN R 1 TL/H/5680 – 1
fOUT e # S#
2.09 V RL RtCt

*Use stable components with low temperature coefficients. See Typical Applications section.
**0.1mF or 1mF, See ‘‘Principles of Operation.’’

FIGURE 1. Simple Stand-Alone Voltage-to-Frequency Converter


with g 0.03% Typical Linearity (f e 10 Hz to 11 kHz)

C1995 National Semiconductor Corporation TL/H/5680 RRD-B30M115/Printed in U. S. A.


Absolute Maximum Ratings (Note 1)
If Military/Aerospace specified devices are required, please contact the National Semiconductor Sales Office/
Distributors for availability and specifications.
LM131A/LM131 LM231A/LM231 LM331A/LM331
Supply Voltage 40V 40V 40V
Output Short Circuit to Ground Continuous Continuous Continuous
Output Short Circuit to VCC Continuous Continuous Continuous
Input Voltage b 0.2V to a VS b 0.2V to a VS b 0.2V to a VS
TMIN TMAX TMIN TMAX TMIN TMAX
Operating Ambient Temperature Range b 55§ C to a 125§ C b 25§ C to a 85§ C 0§ C to a 70§ C
Power Dissipation (PD at 25§ C)
and Thermal Resistance (ijA)
(H Package) PD 670 mW
ijA 150§ C/W
(N Package) PD 1.25W 1.25W
ijA 100§ C/W 100§ C/W
(M Package) PD 1.25W
iJA 85§ C/W
Lead Temperature (Soldering, 10 sec.)
Dual-In-Line Package (Plastic) 260§ C 260§ C 260§ C
Metal Can Package (TO-5) 260§ C
ESD Susceptibility (Note 4)
Metal Can Package (TO-5) 2000V
Other Packages 500V 500V

Electrical Characteristics TA e 25§ C unless otherwise specified (Note 2)


Parameter Conditions Min Typ Max Units
VFC Non-Linearity (Note 3) 4.5V s VS s 20V g 0.003 g 0.01 % Full-
Scale
TMIN s TA s TMAX g 0.006 g 0.02 % Full-
Scale
VFC Non-Linearity VS e 15V, f e 10 Hz to 11 kHz g 0.024 g 0.14 %Full-
In Circuit of Figure 1 Scale
Conversion Accuracy Scale Factor (Gain) VIN e b10V, RS e 14 kX
LM131, LM131A, LM231, LM231A 0.95 1.00 1.05 kHz/V
LM331, LM331A 0.90 1.00 1.10 kHz/V
Temperature Stability of Gain TMIN s TA s TMAX, 4.5V s VS s 20V
LM131/LM231/LM331 g 30 g 150 ppm/§ C
LM131A/LM231A/LM331A g 20 g 50 ppm/§ C
Change of Gain with VS 4.5VsVS s 10V 0.01 0.1 %/V
10V s VS s 40V 0.006 0.06 %/V
Rated Full-Scale Frequency VIN e b10V 10.0 kHz
Gain Stability vs Time TMIN s TA s TMAX g 0.02 % Full-
(1000 Hrs) Scale
Overrange (Beyond Full-Scale) Frequency VIN e b11V 10 %
INPUT COMPARATOR
Offset Voltage g3 g 10 mV
LM131/LM231/LM331 TMIN s TA s TMAX g4 g 14 mV
LM131A/LM231A/LM331A TMIN s TA s TMAX g3 g 10 mV
Bias Current b 80 b 300 nA
Offset Current g8 g 100 nA
Common-Mode Range TMIN s TA s TMAX b 0.2 VCCb2.0 V

2
Electrical Characteristics TA e 25§ C unless otherwise specified (Note 2) (Continued)
Parameter Conditions Min Typ Max Units
TIMER
Timer Threshold Voltage, Pin 5 0.63 0.667 0.70 c VS

Input Bias Current, Pin 5 VS e 15V


All Devices 0VsVPIN 5 s 9.9V g 10 g 100 nA
LM131/LM231/LM331 VPIN 5 e 10V 200 1000 nA
LM131A/LM231A/LM331A VPIN 5 e 10V 200 500 nA
VSAT PIN 5 (Reset) I e 5 mA 0.22 0.5 V
CURRENT SOURCE (Pin 1)
Output Current RS e 14 kX, VPIN 1 e 0
LM131, LM131A, LM231, LM231A 126 135 144 mA
LM331, LM331A 116 136 156 mA
Change with Voltage 0VsVPIN 1s10V 0.2 1.0 mA
Current Source OFF Leakage
LM131, LM131A 0.01 1.0 nA
LM231, LM231A, LM331, LM331A 0.02 10.0 nA
All Devices TA e TMAX 2.0 50.0 nA
Operating Range of Current (Typical) (10 to 500) mA
REFERENCE VOLTAGE (Pin 2)
LM131, LM131A, LM231, LM231A 1.76 1.89 2.02 VDC
LM331, LM331A 1.70 1.89 2.08 VDC
Stability vs Temperature g 60 ppm/§ C
Stability vs Time, 1000 Hours g 0.1 %
LOGIC OUTPUT (Pin 3)
VSAT I e 5 mA 0.15 0.50 V
I e 3.2 mA (2 TTL Loads), TMINsTAsTMAX 0.10 0.40 V
OFF Leakage g 0.05 1.0 mA
SUPPLY CURRENT
LM131, LM131A, LM231, VS e 5V 2.0 3.0 4.0 mA
LM231A VS e 40V 2.5 4.0 6.0 mA
LM331, LM331A VS e 5V 1.5 3.0 6.0 mA
VS e 40V 2.0 4.0 8.0 mA
Note 1: Absolute Maximum Ratings indicate limits beyond which damage to the device may occur. DC and AC electrical specifications do not apply when operating
the device beyond its specified operating conditions.
Note 2: All specifications apply in the circuit of Figure 3 , with 4.0V s VS s 40V, unless otherwise noted.
Note 3: Nonlinearity is defined as the deviation of fOUT from VIN c (10 kHz/ b 10 VDC) when the circuit has been trimmed for zero error at 10 Hz and at 10 kHz,
over the frequency range 1 Hz to 11 kHz. For the timing capacitor, CT, use NPO ceramic, TeflonÉ, or polystyrene.
Note 4: Human body model, 100 pF discharged through a 1.5 kX resistor.

3
Functional Block Diagram

TL/H/5680 – 2
Pin numbers apply to 8-pin packages only. See connection diagram for LM231WM pin numbers.
FIGURE 1a
TeflonÉ registered trademark of DuPont

4
Typical Performance Characteristics
(All electrical characteristics apply for the circuit of Figure 3 , unless otherwise noted.)
Nonlinearity Error, LM131
Family, as Precision V-to-F Nonlinearity Error, LM131 Nonlinearity vs Power Supply
Converter (Figure 3 ) Family Voltage

Frequency vs Temperature, VREF vs Temperature, Output Frequency vs


LM131A LM131A VSUPPLY

100 kHz Nonlinearity Error, Nonlinearity Error, LM131 Input Current (Pins 6, 7) vs
LM131 Family (Figure 4 ) (Figure 1 ) Temperature

Output Saturation Voltage vs Nonlinearity Error, Precision


Power Drain vs VSUPPLY IOUT (Pin 3) F-to-V Converter (Figure 6 )

TL/H/5680 – 3

5
Typical Applications (Continued)
PRINCIPLES OF OPERATION OF A SIMPLIFIED DETAIL OF OPERATION, FUNCTIONAL BLOCK
VOLTAGE-TO-FREQUENCY CONVERTER DIAGRAM (FIGURE 1a )
The LM131 is a monolithic circuit designed for accuracy and The block diagram shows a band gap reference which pro-
versatile operation when applied as a voltage-to-frequency vides a stable 1.9 VDC output. This 1.9 VDC is well regulated
(V-to-F) converter or as a frequency-to-voltage (F-to-V) con- over a VS range of 3.9V to 40V. It also has a flat, low tem-
verter. A simplified block diagram of the LM131 is shown in perature coefficient, and typically changes less than (/2%
Figure 2 and consists of a switched current source, input over a 100§ C temperature change.
comparator, and 1-shot timer. The current pump circuit forces the voltage at pin 2 to be at
The operation of these blocks is best understood by going 1.9V, and causes a current i e 1.90V/RS to flow. For
through the operating cycle of the basic V-to-F converter, Rs e 14k, i e 135 mA. The precision current reflector pro-
Figure 2 , which consists of the simplified block diagram of vides a current equal to i to the current switch. The current
the LM131 and the various resistors and capacitors con- switch switches the current to pin 1 or to ground depending
nected to it. on the state of the RS flip-flop.
The voltage comparator compares a positive input voltage, The timing function consists of an RS flip-flop, and a timer
V1, at pin 7 to the voltage, Vx, at pin 6. If V1 is greater, the comparator connected to the external RtCt network. When
comparator will trigger the 1-shot timer. The output of the the input comparator detects a voltage at pin 7 higher than
timer will turn ON both the frequency output transistor and pin 6, it sets the RS flip-flop which turns ON the current
the switched current source for a period t e 1.1 RtCt. During switch and the output driver transistor. When the voltage at
this period, the current i will flow out of the switched current pin 5 rises to )/3 VCC, the timer comparator causes the RS
source and provide a fixed amount of charge, Q e i c t, into flip-flop to reset. The reset transistor is then turned ON and
the capacitor, CL. This will normally charge Vx up to a higher the current switch is turned OFF.
level than V1. At the end of the timing period, the current i However, if the input comparator still detects pin 7 higher
will turn OFF, and the timer will reset itself. than pin 6 when pin 5 crosses )/3 VCC, the flip-flop will not
Now there is no current flowing from pin 1, and the capaci- be reset, and the current at pin 1 will continue to flow, in its
tor CL will be gradually discharged by RL until Vx falls to the attempt to make the voltage at pin 6 higher than pin 7. This
level of V1. Then the comparator will trigger the timer and condition will usually apply under start-up conditions or in
start another cycle. the case of an overload voltage at signal input. It should be
The current flowing into CL is exactly IAVE e i c (1.1 c RtCt) noted that during this sort of overload, the output frequency
c f, and the current flowing out of CL is exactly Vx/RL j will be 0; as soon as the signal is restored to the working
VIN/RL. If VIN is doubled, the frequency will double to main- range, the output frequency will be resumed.
tain this balance. Even a simple V-to-F converter can pro- The output driver transistor acts to saturate pin 3 with an
vide a frequency precisely proportional to its input voltage ON resistance of about 50X. In case of overvoltage, the
over a wide range of frequencies. output current is actively limited to less than 50 mA.
The voltage at pin 2 is regulated at 1.90 VDC for all values of
i between 10 mA to 500 mA. It can be used as a voltage
reference for other components, but care must be taken to
ensure that current is not taken from it which could reduce
the accuracy of the converter.
PRINCIPLES OF OPERATION OF BASIC VOLTAGE-
TO-FREQUENCY CONVERTER (FIGURE 1 )
The simple stand-alone V-to-F converter shown in Figure 1
includes all the basic circuitry of Figure 2 plus a few compo-
nents for improved performance.
A resistor, RIN e 100 kX g 10%, has been added in the path
to pin 7, so that the bias current at pin 7 ( b80 nA typical)
will cancel the effect of the bias current at pin 6 and help
provide minimum frequency offset.
The resistance RS at pin 2 is made up of a 12 kX fixed
resistor plus a 5 kX (cermet, preferably) gain adjust rheo-
TL/H/5680–4 stat. The function of this adjustment is to trim out the gain
FIGURE 2. Simplified Block Diagram of Stand-Alone tolerance of the LM131, and the tolerance of Rt, RL and Ct.
Voltage-to-Frequency Converter Showing LM131 and
External Components

6
Typical Applications (Continued)
For best results, all the components should be stable low- The average current fed into the op amp’s summing point
temperature-coefficient components, such as metal-film re- (pin 2) is i c (1.1 RtCt) c f which is perfectly balanced with
sistors. The capacitor should have low dielectric absorption; b VIN/RIN. In this circuit, the voltage offset of the LM131
depending on the temperature characteristics desired, NPO input comparator does not affect the offset or accuracy of
ceramic, polystyrene, Teflon or polypropylene are best the V-to-F converter as it does in the stand-alone V-to-F
suited. converter; nor does the LM131 bias current or offset cur-
A capacitor CIN is added from pin 7 to ground to act as a rent. Instead, the offset voltage and offset current of the
filter for VIN. A value of 0.01 mF to 0.1 mF will be adequate in operational amplifier are the only limits on how small the
most cases; however, in cases where better filtering is re- signal can be accurately converted. Since op amps with
quired, a 1 mF capacitor can be used. When the RC time voltage offset well below 1 mV and offset currents well be-
constants are matched at pin 6 and pin 7, a voltage step at low 2 nA are available at low cost, this circuit is recommend-
VIN will cause a step change in fOUT. If CIN is much less ed for best accuracy for small signals. This circuit also re-
than CL, a step at VIN may cause fOUT to stop momentarily. sponds immediately to any change of input signal (which a
stand-alone circuit does not) so that the output frequency
A 47X resistor, in series with the 1 mF CL, is added to give
will be an accurate representation of VIN, as quickly as 2
hysteresis effect which helps the input comparator provide
output pulses’ spacing can be measured.
the excellent linearity (0.03% typical).
In the precision mode, excellent linearity is obtained be-
DETAIL OF OPERATION OF PRECISION V-TO-F cause the current source (pin 1) is always at ground poten-
CONVERTER (FIGURE 3 ) tial and that voltage does not vary with VIN or fOUT. (In the
In this circuit, integration is performed by using a conven- stand-alone V-to-F converter, a major cause of non-linearity
tional operational amplifier and feedback capacitor, CF. is the output impedance at pin 1 which causes i to change
When the integrator’s output crosses the nominal threshold as a function of VIN).
level at pin 6 of the LM131, the timing cycle is initiated. The circuit of Figure 4 operates in the same way as Figure 3 ,
but with the necessary changes for high speed operation.

b VIN RS 1
fOUT e # #
2.09 V RIN RtCt

TL/H/5680 – 5
*Use stable components with low temperature coefficients. See Typical Applications section.
**This resistor can be 5 kX or 10 kX for VS e 8V to 22V, but must be 10 kX for VS e 4.5V to 8V.
***Use low offset voltage and low offset current op amps for A1: recommended types LM108, LM308A, LF411A

FIGURE 3. Standard Test Circuit and Applications Circuit, Precision Voltage-to-Frequency Converter

7
Typical Applications (Continued)
DETAILS OF OPERATION, FREQUENCY-TO- 0.1 second time constant, and settling of 0.7 second to
VOLTAGE CONVERTERS (FIGURES 5 AND 6 ) 0.1% accuracy.
In these applications, a pulse input at fIN is differentiated by In the precision circuit, an operational amplifier provides a
a C-R network and the negative-going edge at pin 6 causes buffered output and also acts as a 2-pole filter. The ripple
the input comparator to trigger the timer circuit. Just as with will be less than 5 mV peak for all frequencies above 1 kHz,
a V-to-F converter, the average current flowing out of pin 1 and the response time will be much quicker than in Figure 5 .
is IAVERAGE e i c (1.1 RtCt) c f. However, for input frequencies below 200 Hz, this circuit will
In the simple circuit of FIGURE 5 , this current is filtered in have worse ripple than Figure 5 . The engineering of the filter
the network RL e 100 kX and 1 mF. The ripple will be less time-constants to get adequate response and small enough
than 10 mV peak, but the response will be slow, with a ripple simply requires a study of the compromises to be
made. Inherently, V-to-F converter response can be fast,
but F-to-V response can not.

*Use stable components with low temperature coefficients.


See Typical Applications section.
**This resistor can be 5 kX or 10 kX for VS e 8V to 22V,
but must be 10 kX for VS e 4.5V to 8V.
***Use low offset voltage and low offset current op amps for A1:
recommended types LF411A or LF356.

TL/H/5680 – 6
FIGURE 4. Precision Voltage-to-Frequency Converter,
100 kHz Full-Scale, g 0.03% Non-Linearity

TL/H/5680–7
RL RF
VOUT e fIN c 2.09V c c (RtCt) VOUT e b fIN c 2.09V c c (RtCt)
RS RS TL/H/5680 – 8

*Use stable components with low temperature coefficients. (VS b 2V)


SELECT Rx e
0.2 mA
FIGURE 5. Simple Frequency-to-Voltage Converter, *Use stable components with low temperature coefficients.
10 kHz Full-Scale, g 0.06% Non-Linearity
FIGURE 6. Precision Frequency-to-Voltage Converter,
10 kHz Full-Scale with 2-Pole Filter, g 0.01%
Non-Linearity Maximum

8
Typical Applications (Continued)
Light Intensity to Frequency Converter

TL/H/5680 – 9
*L14F-1, L14G-1 or L14H-1, photo transistor (General Electric Co.) or similar

Temperature to Frequency Converter

TL/H/5680 – 10

Basic Analog-to-Digital Converter Using


Long-Term Digital Integrator Using VFC Voltage-to-Frequency Converter

TL/H/5680 – 11
TL/H/5680 – 12

9
Typical Applications (Continued)
Analog-to-Digital Converter with Microprocessor

TL/H/5680 – 13
Remote Voltage-to-Frequency Converter with 2-Wire Transmitter and Receiver

TL/H/5680 – 14
Voltage-to-Frequency Converter with Square-Wave Output Using d 2 Flip-Flop

TL/H/5680 – 15
Voltage-to-Frequency Converter with Isolators

TL/H/5680 – 16

10
Typical Applications (Continued)

Voltage-to-Frequency Converter with Isolators

TL/H/5680 – 17

Voltage-to-Frequency Converter with Isolators

TL/H/5680 – 18

Voltage-to-Frequency Converter with Isolators

TL/H/5680 – 19

11
Connection Diagrams

Metal Can Package Dual-In-Line Package

TL/H/5680–20
Note: Metal case is connected to pin 4 (GND.)
TL/H/5680 – 21
Order Number LM131H/883 or LM131AH/883 Order Number LM231AN, LM231N, LM331AN,
See NS Package Number H08C or LM331N
See NS Package Number N08E

Small-Outline Package

TL/H/5680 – 24
Top View
Order Number LM231WM
See NS Package Number M14B

12
Schematic Diagram

TL/H/5680 – 22

13
14
Physical Dimensions inches (millimeters)

Metal Can Package (H)


Order Number LM131H/883 or LM131AH/883
NS Package H08C

14-Pin Small Outline Package (M)


Order Number LM231WM
NS Package M14B

15
LM131A/LM131, LM231A/LM231, LM331A/LM331 Precision Voltage-to-Frequency Converters
Physical Dimensions inches (millimeters) (Continued)

Dual-In-Line Package (N)


Order Number LM231AN, LM231N, LM331AN, or LM331N
NS package N08E

LIFE SUPPORT POLICY

NATIONAL’S PRODUCTS ARE NOT AUTHORIZED FOR USE AS CRITICAL COMPONENTS IN LIFE SUPPORT
DEVICES OR SYSTEMS WITHOUT THE EXPRESS WRITTEN APPROVAL OF THE PRESIDENT OF NATIONAL
SEMICONDUCTOR CORPORATION. As used herein:

1. Life support devices or systems are devices or 2. A critical component is any component of a life
systems which, (a) are intended for surgical implant support device or system whose failure to perform can
into the body, or (b) support or sustain life, and whose be reasonably expected to cause the failure of the life
failure to perform, when properly used in accordance support device or system, or to affect its safety or
with instructions for use provided in the labeling, can effectiveness.
be reasonably expected to result in a significant injury
to the user.

National Semiconductor National Semiconductor National Semiconductor National Semiconductor


Corporation Europe Hong Kong Ltd. Japan Ltd.
1111 West Bardin Road Fax: (a49) 0-180-530 85 86 13th Floor, Straight Block, Tel: 81-043-299-2309
Arlington, TX 76017 Email: cnjwge @ tevm2.nsc.com Ocean Centre, 5 Canton Rd. Fax: 81-043-299-2408
Tel: 1(800) 272-9959 Deutsch Tel: (a49) 0-180-530 85 85 Tsimshatsui, Kowloon
Fax: 1(800) 737-7018 English Tel: (a49) 0-180-532 78 32 Hong Kong
Fran3ais Tel: (a49) 0-180-532 93 58 Tel: (852) 2737-1600
Italiano Tel: (a49) 0-180-534 16 80 Fax: (852) 2736-9960

National does not assume any responsibility for use of any circuitry described, no circuit patent licenses are implied and National reserves the right at any time without notice to change said circuitry and specifications.
Listing Program

.nolist ;Suppress listing of include file


.include "tn2313def.inc" ;Define chip particulars
.list
;
.def ratusan =R4
.def puluhan =R5
.def satuan =R6
.def ratusan1 =R7
.def puluhan1 =R8
.def satuan1 =R9
.def ratusan2 =R10
.def puluhan2 =R11
.def satuan2 =R12
.def delay1 =R13
.def delay2 =R14
.def delay3 =R15
.def temp =R16
.def temp1 =R17
.def timeout =R24
.def ForwardL =R26
.def ForwardH =R27
.def ReverstL =R28
.def ReverstH =R29
.def titipL =R30
.def titipH =R31

.cseg
.org 0x000
rjmp RESET
.org 0x001
rjmp INT_FWD
.org 0x002
rjmp INT_RWD
.org 0x005
rjmp TIM1_OVF
;
RESET:
ldi temp,RAMEND
out SPL,temp
ldi temp,0xFF
out DDRB,temp
ldi temp,0b11110011
out DDRD,temp
rcall initlcd
ldi temp,0x30
mov ratusan,temp
mov puluhan,temp
mov satuan,temp
mov ratusan1,temp
mov puluhan1,temp
mov satuan1,temp
mov ratusan2,temp
mov puluhan2,temp
mov satuan2,temp
clr ForwardL
clr ForwardH
clr ReverstL
clr ReverstH
ldi temp,0b00000001
rcall write_inst
; Inisialisasi Interupsi Eksternal
ldi temp,0b00101011
out MCUCR,temp
ldi temp,0b11000000
out GIMSK,temp
; Inisialisasi Timer 1 sebagai Pewaktu 1 detik
ldi temp,0b10000000 ; Interupsi Timer1 Overflow enable
out TIMSK,temp
ldi temp,high(0xC2F7) ; Waktu 1 detik
out TCNT1H,temp
ldi temp,low(0xC2F7)
out TCNT1L,temp
ldi temp,0b00000100 ; Prescaler 256
out TCCR1B,temp
rcall Tampilkan
sei
tunggu:
sleep
rjmp tunggu
;
TIM1_OVF:
ldi temp,high(0xC2F7)
out TCNT1H,temp
ldi temp,low(0xC2F7)
out TCNT1L,temp
ldi temp,0b10000000
out TIFR,temp
cli
mov dd16uH,ForwardH
mov dd16uL,ForwardL
rcall Hitung_SWR1
mov dd16uH,ReverstH
mov dd16uL,ReverstL
rcall Hitung_SWR2
rcall Hitung_SWR3
rcall Tampilkan
clr ForwardL
clr ForwardH
clr ReverstL
clr ReverstH
sei
reti
;
INT_FWD:
adiw ForwardL,1
reti
;
INT_RWD:
adiw ReverstL,1
reti
;
Hitung_SWR1:
ldi temp1,0x30
ldi titipH,high(16500)
ldi titipL,low(16500)
sub ForwardL,titipL
sbc ForwardH,titipH
mov dv16uL,ForwardL
mov dv16uH,ForwardH
ldi dv16uL,low(10000)
ldi dv16uH,high(10000)
rcall div16u
mov ratusan,dres16uL
add ratusan,temp1
mov dd16uL,drem16uL
mov dd16uH,drem16uH
ldi dv16uL,low(1000)
ldi dv16uH,high(1000)
rcall div16u
mov puluhan,dres16uL
add puluhan,temp1
mov dd16uL,drem16uL
mov dd16uH,drem16uH
ldi dv16uL,low(100)
ldi dv16uH,high(100)
rcall div16u
mov satuan,dres16uL
add satuan,temp1
ret
;
Hitung_SWR2:
ldi temp1,0x30
mov dv16uL,ReverstL
mov dv16uH,ReverstH
ldi dv16uL,low(10000)
ldi dv16uH,high(10000)
rcall div16u
mov ratusan1,dres16uL
add ratusan1,temp1
mov dd16uL,drem16uL
mov dd16uH,drem16uH
ldi dv16uL,low(1000)
ldi dv16uH,high(1000)
rcall div16u
mov puluhan1,dres16uL
add puluhan1,temp1
mov dd16uL,drem16uL
mov dd16uH,drem16uH
ldi dv16uL,low(100)
ldi dv16uH,high(100)
rcall div16u
mov satuan1,dres16uL
add satuan1,temp1
ret
;
Hitung_SWR3:
push ReverstL
push ReverstH
add ReverstL,ForwardL
adc ReverstH,ForwardH
mov titipL,ReverstL
mov titipH,ReverstH
pop ReverstH
pop ReverstL
sub ForwardL,ReverstL
sbc ForwardH,ReverstH
mov dd16uH,titipH
mov dd16uL,titipL
mov dv16uL,ForwardL
mov dv16uH,ForwardH
rcall div16u
mov titipL,drem16uL
mov titipH,drem16uH
ldi dv16uL,low(10)
ldi dv16uH,high(10)
rcall div16u
ldi temp1,0x30
mov ratusan2,dres16uL
add ratusan2,temp1
mov puluhan2,drem16uL
add puluhan2,temp1
mov dd16uL,titipL
mov dd16uH,titipH
ldi dv16uL,low(1000)
ldi dv16uH,high(1000)
rcall div16u
mov satuan2,dres16uL
add satuan2,temp1
ret
;
Tampilkan:
ldi temp,0b00000010
rcall write_inst
ldi temp,'P'
rcall write_data
ldi temp,'f'
rcall write_data
ldi temp,'='
rcall write_data
mov temp,ratusan
rcall write_data
mov temp,puluhan
rcall write_data
ldi temp,','
rcall write_data
mov temp,satuan
rcall write_data
ldi temp,' '
rcall write_data
ldi temp,'P'
rcall write_data
ldi temp,'r'
rcall write_data
ldi temp,'='
rcall write_data
mov temp,ratusan1
rcall write_data
mov temp,puluhan1
rcall write_data
ldi temp,','
rcall write_data
mov temp,satuan1
rcall write_data
ldi temp,0b11000000
rcall write_inst
ldi temp,'S'
rcall write_data
ldi temp,'W'
rcall write_data
ldi temp,'R'
rcall write_data
ldi temp,' '
rcall write_data
ldi temp,'='
rcall write_data
ldi temp,' '
rcall write_data
mov temp,ratusan2
rcall write_data
mov temp,puluhan2
rcall write_data
ldi temp,','
rcall write_data
mov temp,satuan2
rcall write_data
ret
;
.def drem16uL =r18
.def drem16uH =r19
.def dres16uL =r20
.def dres16uH =r21
.def dd16uL =r20
.def dd16uH =r21
.def dv16uL =r22
.def dv16uH =r23
.def dcnt16u =r24

;***** Code

div16u:
clr drem16uL ;clear remainder Low byte
sub drem16uH,drem16uH;clear remainder High byte and carry
ldi dcnt16u,17 ;init loop counter
d16u_1:
rol dd16uL ;shift left dividend
rol dd16uH
dec dcnt16u ;decrement counter
brne d16u_2 ;if done
ret ; return

d16u_2:
rol drem16uL ;shift dividend into remainder
rol drem16uH
sub drem16uL,dv16uL ;remainder = remainder - divisor
sbc drem16uH,dv16uH ;
brcc d16u_3 ;if result negative
add drem16uL,dv16uL ; restore remainder
adc drem16uH,dv16uH
clc ; clear carry to be shifted into result
rjmp d16u_1 ;else
d16u_3:
sec ; set carry to be shifted into result
rjmp d16u_1
;
initlcd:
ldi timeout,256
rcall delay
ldi temp,0x30
rcall write_inst
ldi timeout,65
rcall delay
ldi temp,0x30
rcall write_inst
ldi timeout,2
rcall delay
ldi temp,0b00000001
rcall write_inst
ldi temp,0b00000010
rcall write_inst
ldi temp,0b00000110 ;set mode untuk menaikan alamat
rcall write_inst
ldi temp,0b00001100 ;mengaktifkan kursor
rcall write_inst
ldi temp,0b00111000 ;inisialisasi LCD untuk 8 bit
rcall write_inst ;operasi dan dua line
ret
;
tulis:
lpm
tst r0
brne terus
ret
terus:
mov temp,r0
rcall write_data
adiw zl,1
rjmp tulis

write_inst:
cbi portD,0
out portB,temp
sbi portD,1
cbi portD,1
rcall delay
ret
;
write_data:
sbi portD,0
out portB,temp
sbi portD,1
cbi portD,1
rcall delay
ret
;
delay:
ldi temp,64
mov delay1,temp
wait:
dec delay1
brne wait
dec timeout
brne delay
ret
;
Ldelay:
ldi temp,40
mov delay3,temp
waitmore2:
rcall tunda
dec delay3
brne waitmore2
ret

tunda:
ldi temp,0xff
mov delay2,temp
waitsome:
ldi temp,0xff
mov delay1,temp
waitmore:
dec delay1
brne waitmore
dec delay2
brne waitsome
ret

Anda mungkin juga menyukai