i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Tanda Tangan :
ii
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
MENYETUJUI
Ir. I Wayan Arta Wijaya, MErg., MT. Ir. I Nyoman Budiastra, MKes., MT.
NIP :196603131993031001 NIP : 196712311993031015
iii
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Elektro
TIM PENGUJI 1:
Tanda Tangan:
v
Lampiran 2
Lembar Pengesahan Usulan Skripsi
TIM PENGUJI 2:
Tanda Tangan:
vi
Lampiran 3
Lembar Pengesahan Usulan Skripsi
TIM PENGUJI 3:
Tanda Tangan:
vii
Lampiran 4
Lembar Pengesahan Usulan Skripsi
TIM PENGUJI 4:
Tanda Tangan:
viii
Lampiran 5
Lembar Pengesahan Usulan Skripsi
TIM PENGUJI 5:
Tanda Tangan:
ix
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Shang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan usulan skripsi dengan judul“Desain Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) Mengikuti Pola Atap Wantilan Desa Antosari Untuk
Memenuhi Daya 3600 Watt”tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana,M.T., Ph.D. selaku Dekan
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. Ida Bagus Gede Manuaba, S.T., M.T.selaku Koordinator
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana.
3. Bapak Gede Sukadarmika, ST., MSc. sebagai dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya.
4. Bapak I Wayan Arta Wijaya, MErg., MT. selaku dosen pembimbing I
dan Bapak Ir. I Nyoman Budiastra, MKes., MT. selaku dosen
pembimbing II.
5. Untuk keluarga penulis dan teman-teman mahasiswa teknik elektro unud
yang memberikan dukungan, motivasi, semangat, doa dan restu.
Usulan proposal skripsi ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan
sehingga masih perlu untuk disempurnakan lagi. Oleh karena itu penulis sangat
berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
2.3.4.1 Inverter Tiga Phasa ....................................................... 24
2.3.4.2 Konsep Hubungan Inverter........................................... 25
2.4 Potensi Energi Surya di Indonesia ............................................. 27
2.5 Perencanaan PLTS ..................................................................... 28
2.5.1 Menghitung Area Array ....................................................... 28
2.5.2 Menghitung Daya yang Dibangkitkan PLTS ....................... 29
2.5.3 Inklinasi dan Orientasi Modul Surya ................................... 29
2.5.4 Sudut Kemiringan Modul Surya .......................................... 30
2.5.5 Temperatur Modul Surya ..................................................... 31
2.5.6 Hubungan Modul Surya Secara Seri dan Paralel ................. 33
2.6 Program Nasional Tentang Energi Baru dan Terbarukan ......... 34
2.7 Potensi Energi Surya di Bali ...................................................... 36
2.8 Permen ESDM Nomor 49/2018 ................................................ 38
2.9 Investasi PLTS Atap .................................................................. 38
BAB III METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 40
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 40
3.2 Data ............................................................................................ 40
3.2.1 Sumber Data ......................................................................... 40
3.2.2 Jenis Data ............................................................................. 40
3.3 Tahapan Penelitian .................................................................... 40
3.4 Analisa Data .............................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Potensi Sumber Daya Surya di Beberapa Kota di Indonesia ...............27
Tabel 2.2 Harga PLTS Atap Berbagai Kapasitas..................................................39
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
AC = Alternating Current
CORE = Center of Excellence Community Based Renewable Energy
DC = Direct Current
EBT = Energi Baru dan Terbarukan
kW = Kilowatt
kWh = Kilowatt-hour
kWp = Kilowatt-peak
MW = Megawatt
PLN = Perusahaan Listrik Negara
PLTMH = Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
PLTS = Pembangkit Listrik Tenaga Surya
RUED = Rencana Umum Energi Daerah
RUEN = Rencana Umum Energi Daerah
RUKD = Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah
RUKN = Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional
RUPTL = Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
SKEA = Sistem Konversi Energi Angin
BEP = Break Event Point
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
5
6
solar tracker berpotensi menambah produksi energi sebesar 17% untuk single axis
dan 30% untuk two axis (Saskara, dkk., 2018).
Selanjutnya, pola atap rumah berbasis arsitektur Bali, mempunyai 4
bidang, yaitu sisi sebelah utara dan selatan berbentuk trapesium dan sisi sebelah
timur dan barat berbentuk segitiga dengan sudut kemiringan atap 35o. Bale Sari
yang menjadi study kasus mempunyai luas 32,64 m2 dengan panjang 6,40 m dan
lebar5,10 m, atap berpola limas. Setiap sisi Bale Sari mempunyai panjang dan
lebar yang sama. Zaman sekarang rumah dengan pola atap berarsitektur Bali
sudah jarang ditempati dan bahkan cenderung dilupakan. Masyarakat pada
umumnya lebih cenderung beralih menggunakan rumah berasitektur modern
untuk di tempati karena efisiensi dan kesederhanaan. Sumber energi yang tepat
untuk dikembangkan pada rumah berasitektur Bali adalah sumber energi surya,
karena energi surya merupakan energi alternatif yang murah dan mudah
didapatkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan potensi daya maksimal pada
rumah berasitektur Bali dan bertujuan memodernisasi arsitektur Bali agar tidak
tergerus oleh zaman, dan tanpa mengubah estetika dari pola atap rumah
berasitektur Bali. (Apriana Arta Putra, dkk., 2019).
Besarnya pasangan elektron dan lubang yang dihasilkan atau besarnya arus
yang dihasilkan tergantung pada intensitas cahaya maupun panjang gelombang
cahaya yang jatuh pada sel surya. Intensitas cahaya menentukan jumlah foton.
Semakin besar intensitas cahaya yang mengenai permukaan sel surya, maka
semakin besar foton yang dimiliki, sehingga semakin banyak pasangan elektron
dan lubang yang dihasilkan. Semakin pendek panjang gelombang cahaya maka
semakin besar fotonnya, sehingga semakin besar elektron yang dihasilkan akan
berpengaruh pada besarnnya arus yang mengalir.
Pada saat sinar atau energi matahari menimpa sel surya, tidak 100% energi
tersebut dapat dikonversikan seutuhnya menjadi energi listrik, karena dalam
penyampaiannya masih ada persentase kerugian yang terjadi dengan rincian
sebagai berikut (ABB QT10, 2010) :
Seratus persen dari peristiwa energi matahari yaitu :
a. 3% rugi pantulan dan bayangan pada kontak depan (lapisan depan).
b. 23% foton dengan panjang gelombang yang tinggi, dengan energi yang
kurang cukup untuk membebaskan elektron, sehingga menghasilkan
panas.
c. 32% foton dengan panjang gelombang yang pendek, dengan energi
yang berlebih (transmission).
d. 8,5% rekombinasi dari free charge carriers.
e. 20% peralihan elektrik pada sel, terutama pada daerah peralihan.
f. 0,5% resistansi, yang mewakili rugi-rugi konduksi (conduction losses).
g. 13% energi listrik yang dapat digunakan.
jenis bahan seperti cadmium telluride dan copper indium (gallium) di-selenide.
Setiap bahan memiliki karakteristik yang unik dan memiliki pengaruh kuat
terhadap performa sel surya, metode pabrikasi, dan dari segi biaya.
Sel surya salah satunya terbuat dari teknologi irisan silikon, pembuatannya
dengan cara memotong tipis silikon dari batangan silikon murni. Sel surya juga
bisa terbuat dari teknologi film tipis biasa disebut thin film technologies, dimana
lapisan tipis dari bahan semikonduktor diendapkan pada low-cost substrates. Sel
surya selanjutnya digolongkan sesuai dengan batasan struktur dari bahan
semikonduktornya seperti, mono-crystalline, multi-crystalline (poly-crystalline)
atau amorphous material.
1. Crystalline Silicon
Teknologi crystalline silicon, dibagi menjadi dua yaitu mono-
crystalline dan multi-crystalline (poly-crystalline). Mono-crystalline
lebih efisien dalam menghasilkan daya listrik per satuan luas dibanding
poly-crystalline. Hal ini disebabkan karena mono-crystalline dibuat dari
bahan kristal silikon homogen dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Namun dibandingkan dengan poly-crystalline, proses pembuatan mono-
crystalline lebih mahal (ABB QT10, 2010).
Sel mono-crystalline biasanya dibuat dari batang silikon tunggal
berbentuk silinder, yang kemudian diiris tipis menjadi bentuk wafers
dengan ketebalan sekitar 200-250 µm. Permukaan atasnya dibuat alur-
alur mikro (microgrooves). Alur-alur mikro ini bertujuan untuk
meminimalkan rugi-rugi pantulan. Keunggulan utama sel ini adalah
efisiensinya sebesar 14% - 17% serta lebih tahan lama dimana dapat
digunakan secara efektif hingga 20 tahun lebih. Sel surya ini biasanya
berwarna biru gelap. Hal ini disebabkan penggunaan bahan lapisan anti-
refleksi titan oxide, yang berfungsi meningkatkan penerimaan dari
radiasi matahari. Sedangkan sel surya jenis poly-crystalline dibuat
dengan tujuan untuk menurunkan harga produksi. Dengan demikian akan
diperoleh sel surya dengan harga yang lebih murah, namun dengan
16
2. Thin Film
Sel thin film disusun oleh material semikonduktor, biasanya
sebagai campuran gas, sebagai bahan pendukung seperti kaca, polimer,
aluminium, yang memberikan konsistensi fisik pada campuran. Lapisan
film semikonduktor memiliki ketebalan beberapa µm. Sebagai akibatnya,
hematnya penggunaan bahan dan meningkatnya fleksibilitas pada
pengaplikasian di lapangan (ABB QT10, 2010). Bahan-bahan yang
digunakan adalah :
a. Amorphous silicon
b. CdTeS (Cadmium Telluride-Cadmium Sulfide)
c. GaAs (Gallium Arsenide)
d. CIS, CIGS dan CIGSS (Copper Iridium Diselenide alloys).
Endapan amorphous silicon (a-Si) sebagai film menawarkan
kesempatan untuk memiliki teknologi sel surya yang rendah dari segi
biaya dibandingkan dengan crystalline silicon, tetapi efisiensi sel ini
cenderung lebih buruk. Amorphous silicon juga bisa dismprotkan pada
lembar tipis atau bahan fleksibel lainnya. Hal itu dilakukan untuk
mengurangi berat panel dan mengadaptasikannya pada permukaan yang
melengkung. Dari segi efisiensi, amorphous siliconi memiliki efisiensi
yang sangat rendah yaitu sebesar 5% hingga 6%. Hal ini disebabkan oleh
18
c. Kecepatan Angin
Kecepatan angin berpengaruh terhadap temperatur panel surya.
sehingga, dengan adanya angin, suhu panel surya dapat diturunkan.
d. Orientasi Panel
Orientasi dari rangkaian panel surya ke arah matahari secara optimal
adalah hal yang penting agar panel surya dapat menghasilkan energi
maksimum. Sudut orientasi (tilt angle) dari panel surya juga sangat
mempengaruhi hasil energi maksimum. Untuk lokasi yang terletak di
belahan utara, maka panel surya sebaiknya di orientasikan ke selatan,
karena meskipun orientasi ke timur-barat menghasilkan sejumlah
energi, tetapi tidak akan mendapatkan energi matahari yang optimal.
e. Keadaan Atmosfer Bumi
Keadaan atmosfer bumi seperti berawan, mendung, jenis partikel debu,
udara, asap, uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukan hasil
maksimum arus listrik dari deretan panel surya.
Keterangan :
𝐼𝑚𝑎𝑥 = Kapasitas Battery Charge Controller (A)
𝑃𝑚𝑎𝑥 = Beban Maksimum (W)
𝑉𝑠 = Tegangan Sistem (V)
23
2.3.4 Inverter
Inverter merupakan peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah
arus listrik searah (DC) dari panel surya atau baterai menjadi arus listrik bolak-
balik (AC) dengan frekuensi 50/60 Hz. Pada PLTS, inverter satu phase biasanya
digunakan untuk sistem dengan beban yang kecil sedangkan untuk inverter tiga
phase digunakan untuk sistem dengan beban yang besar maupun sistem yang
terhubung dengan jaringan PLN (grid-connected).
Agar gelombang yang dihasilkan berbentuk sinusoidal, teknik yang
digunakan adalah Pulse Width Modulation (PWM). Teknik PWM ini
memungkinkan suatu pengaturan untuk menghasilkan frekuensi yang baik sesuai
dengan nilai rms dari bentuk gelombang keluaran.
Keterangan :
𝐸𝐿 = Pemakaian energi (kWh/hari)
𝐺𝑎𝑣 = Insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2/hari)
𝜂𝑃𝑉 = Efisiensi panel surya
𝑇𝐶𝐹 = Temperature Correction Factor
𝜂𝑜𝑢𝑡 = Efisiensi inverter
29
Keterangan :
P (Watt Peak) = Daya yang dibangkitkan PLTS
𝑃𝑚𝑝𝑝 = Daya keluaran maksimum panel surya
Keterangan :
𝑙𝑎𝑡 adalah garis lintang (latitude) lokasi instalasi PV module terpasang (dalam
setahun derajat)
𝛿 adalah sudut dari deklinasi matahari [23,45º]
Apabila sudut dari ketinggian maksimum matahari (𝛼) diketahui, maka
sudut kemiringan PV module (𝛽) juga dapat diketahui. Namun tidak cukup hanya
mengetahui 𝛼 saja untuk menentukan orientasi yang optimal dari PV module.
Sedangkan sudut yang harus dibentuk oleh PV module terhadap permukaan bumi
(𝛽), dapat diperoleh dengan :
𝛽 = 90° − 𝛼...............................................(2.6)
Penempatan PV module untuk mendapatkan energi maksimum, sebaiknya
PV module ditempatkan menghadap arah selatan (untuk wilayah di utara
khatulistiwa) atau menghadap arah utara (untuk wilayah di selatan khatulistiwa).
Hal ini bertujuan agar permukaan modul mampu mendapatkan sinar matahari
lebih banyak. Orientasi panel surya dapat ditunjukkan dengan sudut azimuth (𝛾)
(ABB, 2010).
Kecepatan tiupan angin di sekitar lokasi sel surya akan sangat membantu
terhadap pendinginan temperatur permukaan sel surya sehingga temperatur dapat
terjaga pada kisaran 25℃. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur
normal pada PV module akan melemahkan tegangan (Voc) yang dihasilkan.
Setiap kenaikan temperatur PV module 1℃ (dari 25℃) akan mengakibatkan
berkurang sekitar 0,5% pada total tenaga (daya) yang dihasilkan. Untuk
menghitung besarnya daya yang berkurang pada saat temperatur di sekitar PV
module mengalami kenaikan ℃ dari temperatur standarnya, dipergunakan
persamaan sebagai berikut (Roberts, 1996) :
𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 ℃ = 0,5%⁄℃ × 𝑃𝑀𝑃𝑃 × 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 (℃)..........(2.7)
Keterangan :
𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 ℃ = Daya pada saat temperatur naik ℃ dari temperatur standarnya.
𝑃𝑀𝑃𝑃 = Daya keluaran maksimum PV module.
Daya keluaran PV module pada saat temperaturnya naik menjadi 𝑡℃ dari
temperatur standarnya diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut :
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡℃ = 𝑃𝑀𝑃𝑃 − 𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 ℃ .......................(2.8)
Keterangan :
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡℃ adalah daya keluaran PV module pada saat temperatur di
sekitar PV module naik menjadi 𝑡℃ dari temperatur standarnya.
Faktor koreksi temperatur (Temperature Correction Factor)
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut :
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡℃
𝑇𝐶𝐹 = ........................................(2.9)
𝑃𝑀𝑃𝑃
33
Untuk memperoleh besar tegangan, arus dan daya yang sesuai dengan
kebutuhan, maka PV module tersebut harus dikombinasikan secara seri dan paralel
dengan aturan sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih besar dari tegangan
keluaran PV module, maka dua buah (lebih) PV module harus
dihubungkan seri
2. Untuk memperoleh arus keluaran yang lebih besar dari arus keluaran
PV module, maka dua buah (lebih) PV module harus dihubungkan
secara paralel.
3. Untuk memperoleh daya keluaran yang lebih besar dari daya keluaran
PV module dengan tegangan yang konstan maka PV module harus
dihubungkan secara seri dan paralel.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Break event point (titik impas) adalah suatu
keadaan dimana sebuah perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak
mengalami keruagian dari kegiatan operasinya, karena hasil penjualan yang
diperoleh perusahaan sama besarnya dengan total biaya yang dikeluarkan
perusahaan. (Christine, 2013)
BEP (Break Event Point) dapat di perhitungkan dengan persamaan sebagi
berikut :
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 (𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖)
𝐵𝐸𝑃 = ........................................(2.10)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 (𝐿𝑎𝑏𝑎)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.2 Data
3.2.1 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku, jurnal, dan
website yang terkait dalam penelitian ini serta buku manual mengenai spesifikasi
teknis PLTS dan komponennya. Data luas atap di wantilan desa Antosari dihitung
dengan AutoCad dan mengetahui profil beban wantilan desa Antosari.
Mulai
Pengumpulan data :
1. Data profil beban wantilan desa adat Antosari
2. Data intensitas radiasi matahari pada wantilan desa
adat Antosari
Selesai
43
44