Anda di halaman 1dari 2

Membagikan Firman Tuhan tidak pernah jadi hal yang menyenangkan buat saya.

Lebih enak ngajarin fisika, saya ngerti, saya siapkan rencana, saya jalankan ke anak-anak saya.

Nah kalau Firman Tuhan, saya doa minta hikmat dulu, saya baca, saya ngerti, saya tulis, saya cek dulu
pemahaman saya benar atau salah, saya doakan lagi, kalau ada pemahaman yang nanti datang, saya
revisi tulisan saya, prosesnya panjang.

Kenapa harus panjang prosesnya? Firman Tuhan kan datangnya dari Tuhan yang besar, sampai ke otak
saya yang kecil ini.
Itu ibarat menjalankan game PUBG mobile, pakai hape Samsung keluaran tahun 2015. Lemot saudara.
Tuhan bilang kepada Jemaat Tesalonika , pasal 5 ayat 21, ujilah segala sesuatu.

1. Apakah pemahaman saya benar dari Roh?


2. Apakah pemahaman saya tidak untuk digunakan membela diri?
3. Apakah pemahaman itu untuk menyenangkan hati orang? Jangan sampai menyakiti?
Seperti dilakukan beberapa nabi yang dekat dengan raja? Ini ada di devotion anak.
4. Atau memang benar jika semua manusia melakukan itu,
maka kehidupan/sistem/keluarga/masyarakat akan baik? Dan kalau baik, apakah sudah benar?
bagaimana ukuran kebenarannya?
5. Nah kalau baca Firman Tuhan langsung bisa mengerti dengan cepat, dan disampaikan kembali
ke jemaat dengan cepat, itu baca Firman atau baca novel? Jangan negative thinking dulu,
mungkin Tuhan memang sudah kasih hikmatNya.

Firman Tuhan itu kalau didengar sederhana, tapi kompleksitas di belakangnya tinggi saudara.

Kenapa ya Firman Tuhan bisa sederhana didengar?


Tidak kompleks seperti buku Pelajaran?
Tinggal dilakukan saja, maka kita diselamatkan? Begitu!
Ya kan kalau yang baca nya opung-opung, nanti susah ngerti.

Nah ini berhubungan dengan nasihat yang pertama.


Tuhan peduli pada semua. Di ayat ini, dimana Tuhan ketemu orang, dia rekrut.
Tidak pandang opung-upong atau naposo, pintar banyak, pintar sedikit, cantik, ganteng, kurang rupawan
versi manusia, rohaniwan, keduniaan, penderita AIDS, normal, autis. Semua Tuhan pedulikan, semua
Tuhan pandang, semuanya Tuhan pekerjakan.
Yang saya yakini dalam hal ini, perkerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan pelayanan, di ladang Tuhan.
Nah kalau yang dilakukan di ladang Tuhan dilakukan juga di pekerjaan dunia, itu kan seperti menerapkan
perilaku Surgawi ke dunia. Itu kan baik! Ingat, perbuatan kita di ladang Tuhan, perbuat juga di ladang
dunia. Yesus sudah jadi contoh walaupun akhirnya dibunuh. Yang bunuh kan manusia, bukan Tuhan.
Intinya, bekerja lalu dapat berkat.
Cuma memang ada yang Tuhan pekerjakan duluan, ada yang belakangan. (analogi orang nganggur)Beda
waktunya, namun, semuanya yang bekerja, dapat berkat.
Nah ini berhubungan dengan nasihat yang kedua.

Melihat berkat oranglain, apakah kita iri?


Ada yang melakukan penginjilan di pelosok, kadang nyaris mati, keriput kepanasan, tambah jelek.
Ada yang penginjilannya di gereja besar di kota, ke gereja pun minimal kijang Innova, ganteng pakai jas.
Jangan iri saudara. Bisa jadi iblis manfaatkan, dibisikkan:” Itu duit persembahan dipakai memperkaya
diri”. Padahal itu mobil dikasih jemaat, yang usahanya dealer, jas sumbangan jemaat yang usahanya
konveksi.

Berkat kita boleh usahakan, Tuhan yang kasih, jadi jangan iri dengan berkat sesamamu.
Dulu saya kerja di perusahaan pendidikan satu kali, perisahaan manufaktur satu kali. Kalau gajian, saya
dan teman2 di kantor lama dipanggi satu2 untuk terima slip gaji. Waktu itu rekan 2 saya dapat slip gaji
langsung lipat masuk kantong. Jadi saya juga belajar hal yang sama, tidak diumbar-umbar. Saya
bersyukur belajar lebih awal tentang hal ini.

Kalau kita merasa iri melihat berkat orang lain, ini berhubungan dengan nasihat yang ketiga.
Kalau anda membawakan devotion untuk anak, minggu-minggu lalu di mazmur, Tuhan ajarkan bahwa
semua orang baik orang taat maupun orang fasik, diuji.

Dan yang mengerikan adalah di ayat ke 16 Tuhan bilang


“Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir.”

Lah di dunia ini memang begitu biasanya.


Orang yang dari kecil diangkat jadi anak Tuhan, dibaptis, bersemangat mempelajari Firman di gereja,
sudah dewasa ya jadi orang biasa, tidak signifikan juga penginjilannya.
Orang yang sudah tua, baru terima Yesus sebagai juru-selamat, malah semangat penginjilan.

Lah biasanya memang begitu kan? Berarti Firman Tuhan memang benar kan?

Mungkin, karena merasa senior, kadang merasa lebih unggul, harusnya digaji lebih besar.
Ya kalau merasa begini, cek dulu, berdoa dulu, jangan sampai kita berpikiran seperti ini karena iri saja.
Karena bisa jadi Tuhan yang berbisik:”Ayo minta naik gaji sama bos”.
Kalau Iblis yang berbisik, kita ternyata ga dikasih naik gaji, kita marah-marah.
Kalau Tuhan yang berbisik, kita ternyata ga dikasih naik gaji, kita tetap bersyukur Tuhan memberkati kita
dengan gaji itu sampai saat ini.

Yasudah, sekarang mari kita bercermin.

Semoga setiap perkataan dan perbuatan kita uji dulu, kita doakan dulu. Sudah cocok atau belum dengan
Firman Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai