Anda di halaman 1dari 8

PKDA ( LOCAL WISDOM )

MENGENAL ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT


SUKU BUOL

Dosen Pengampu:
Rusli, S.Si., M.Si

Oleh :
Nama : Sri Wahyuni
NIM : G81121009

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT.


Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mandiri untuk mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi dengan tema Local Wisdom.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Buol, 07 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. 2

DAFTAR ISI .............................................................................................. 3

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 4

A. Latar Belakang ......................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN ......................................................................... 5

BABIII : PENUTUP .................................................................................. 7

A. Kesimpulan .............................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 8

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di Indonesia.


Keragaman buadaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat ditemukan
keberadaanya. Dalam konteks pemahamaan masyarakat majemuk, selain
budaya kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai
kebudayaan daerah merupakan pertemuan dari berbagai kelompok suku bangsa
yang ada di daeraah tersebut. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan
kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan
tingkat kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang
berbeda. Indonesia memiliki pitret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.
Dan tak kalah pentingnya, secara social budaya dan politik masyarakat
Indonesia memiliki sejarah dinamika interaksi antar budaya yang dirangkai
sejak dulu. Disisi lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan
mengembangkan budaya local.

Budaya local di Indonesia biasanya sangat memiliki pengaruh yang kuat


dalam masyarakat yang turun temurun sehingga terbentuk kearifan budaya
local. Kearifan local merupakan budaya local yang tercipta dari hasil adaptasi
suatu komunitas yang dikomunikasikan dari generasi ke genarasi. Seperti
halnya dengan masyarakat kabupaten Buol, yang masih mempertahankan adat
perkawinannya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana budaya adat perkawinan masyarakat suku Buol?
C. Tujuan
Untuk mengetahui budaya adat perkawinan masyarakat suku Buol.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Didalam proses upacara perkawinan adat suku Buol, ada beberapa tahapan
yang harus dilalui sebagai rangkaian adat perkawinan, sebagai berikut :

Mongoyokapo. Dalam adat Buol, sebelum memasuki jenjang pernikahan


maka diawali dengan sebuah rangkaian adat yang disebut dengan mongoyokapo
yang artinya ialah langkah pertama dari orang tua sang jejaka mengadakan
pendekatan dengan orang tua sang gadis. Bilamana mendapat sambutan yang baik
dan bilamana sang gadis belum ada calon tunangan, maka di sambung dengan
langkah berikutnya.

Modoyo Sunangano. Ialah usaha memperkenalkan kedua remaja yaitu oleh


orang tua mereka dibawa berjalan-jalan semacam piknik seperti pergi makan buah-
buahan untuk melihat apakah kedua rema ada saling tertarik satu sama lain. Jika
mereka saling mencinta, maka barulah diadakan peminangan yang disebut moyako
nikah.

Moyako Nikah. Ialah berkunjungnya keluarga calon mempelai pria pada


keluarga calon mempelai wanita untuk melakukan peminangan. Disini acara
peminangan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah penyampaian pinangan
dan bila diterima akan disusul dengan tahap kedua yaitu penentuan (motaanduano).

Motanduano/moposaksi. Ialah penetuan mengenai: tinggi rendah tingkat


kebangsawan, besar kecilnya mas kawin (mohar), bentuk mas kawin (emas, pohon
kelapa, dan lain-lain), jumlah hantaran (perbelanjaan pesta), perabot rumah tangga
yang perlu diadakan, rumah tempat perkawinan diadakan dan waktu pelaksanaan.
Dalam tahap kedua sudah diundang pula hukumo duiyanobutako yaitu Tilo Bubato
(Pemerintah setempat). Tilo Buki-Buki (Istri pemerintah dan Tilo Rebi (Pejabat
Agama) untuk ,menyaksikan dan meresmikan adanya perkawinan tersebut.

Moponaiko Undudo/Moponaiko Harata. Adalah mengantar perbelanjaan


yang telah disepakati bersama oleh keluarga kedua calon mempelai. Orang tua

5
pihak perempuan memeriksa hantara tersebut apakah sudah sesuai dengan apa yang
sudah disepakati. Bila cocok semuanya maka barulah pihak perempuan menyatakan
sudah siap untuk kedatangan pengantin laki-laki untuk menerima akad-nikah (nikah
batin).

Mongoyondigi Adalah upacara adat yang melaksanakan sebelum


pelaksanaan akad nikah. Dalam upacara adat ini dihadiri oleh berbagai petinggi dan
tokoh adat, yaitu pemangku adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh wanita,
tilo bubato (Pemerintah desa), tilo rebi (Pegawai sarah).

Batin. Pada nikah batin ini kedua mempelai belum memakai pakaian adat
lengkap ( biasa juga memakai pakaian haji) dimana dilaksanakan pembacaan akad-
nikah kemudian monohu unggago (batal wudhu) yaitu pengantin laki-laki
meletakkan ibu jari/jempol kanan ditengah dahi pengantin perempuan, kemudian
kedua mempelai duduk bersanding sebentar.

Nikah Hadat. Kedua mempelai pada hari kawin adat pakaian adat lengkap.
Memempelai laki-laki turun dari rumah pengantin laki-laki dengan diusung atau
dalam kereta yang sengaja dibuat dan dihiasi dengan diiringi bunyi-bunyian seperti
rebana dan gambus. Acara pertama adalah monidoko umu.

Mogoya Mongaano. Acara ini ialah undangan makan bersama dirumah


pengantin laki-laki. Kedua mempelai kembali lagi kerumah pengantin laki-laki.

Mogoya Mopo Yongo. Terakhir adalah kedua mempelai dijemput untuk


bermalam dirumah pengantin laki-laki sehari atau dua hari. Pada waktu itu kedua
mempelai merundingkan dimana mereka akan tinggal menetap, apakah dirumah
orang tuanya perempuan atau dirumah orang tuanya laki-laki ataukah sudah akan
berdiri sendiri.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upacara perkawinan suku buol ada beberapa tahapan, yaitu:

1. Mongoyokapo
2. Modoyo Sunangano
3. Moyako nikah
4. Motanduano atau moposaksi
5. Moponaiko undudo/Moponaiko harata
6. Mongoyondigi
7. Batin
8. Nikah hadat
9. Mogoya mongaano
10. Mogoya mopo yongo

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/330656734_LOCAL_WISDOM_SEBA
GAI_DASAR_DALAM_PEMBENTUKAN_KARAKTER

https://erwinmakalah.blogspot.com/2018/11/kearifan-lokal-local-wisdom-di-
rokan.html?m=1

https://core.ac.uk/reader/230258110

Anda mungkin juga menyukai