Anda di halaman 1dari 5

EKSISTENSI SESAJEN DALAM PERNIKAHAN ADAT JAWA DI DESA WEGIL

KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Budaya Lokal

Dosen Pengampu: Bapak Manijo, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 7 PGMI-A 2022

Muhamad Nurul Asro (2210310031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN2022
Kata Pengantar

Alhamdulilah. Kami panjatkan atas Rahmat dan Karunia Allah Subhanahu Wata’ala
sehingga kami dapat menyelesaikan pekerjaan seperti yang kami inginkan. Juga tidak lupa
kita Shalawat dan juga Salam kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mengajarkan kebenaran, terutama bagi yang teguh pendirian hingga saat ini, terutama bagi
kaum muslimin yang telah menunjukkan kepada kita kebenaran dan kebaikan.

Pembuatan makalah ini untuk memenuhi kewajiban kami selaku mahasiswa atas
tugas, yang diberikan oleh Dosen Pengampu Bapak Manijo M.Ag . yakni prasyarat dalam
memperoleh penilaian pada perkuliahan mata Islam Budaya Lokal dengan judul
‘’EKSISTENSI SESAJEN DALAM PERNIKAHAN ADAT JAWA ’’. Harapannya dengan
disusunnya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan serta ilmu yang berkaitan
mengenai Etika dan metode belajar sebagai sistem etika dan semoga dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
mengandung kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk skripsi ini, yang nantinya dapat menjadi karangan yang lebih baik. Dan
ada banyak kesalahan dalam artikel ini, kami mohon maaf.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Bapak Manijo M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Islam Budaya Lokal yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kudus, September 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
1.Eksistensi Budaya Sesajen dalam Pernikahan
Bagi masyarakat Desa Wegil Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati ketika ingin
menyelenggarakan prosesi acara pernikahan biasanya tidak luput dari ritual selametan dan budaya
sesajen. Selametan adalah suatu ritual bukan hanya digunakan untuk acara pernikahan saja
melainkan, acara kelahiran anak dan khitan. Selametan adalah wujud rasa terimakasih kepada Tuhan
yang Maha Esa atas apa yang diperoleh seseorang yang melakukan prosesi selametan itu. Sedangkan
sesajen adalah makanan yang disajikan kepada makhluk halus agar acara pernikahan diberikan
kelancaran dan terhindar dari mala petaka atau tolak bala.
Sesajen biasanya dilakukan pada acara pernikahan dan dianggap masyarakat setempat
sebagai suatu kebiasaan yang wajib dan harus dilakukan agar tidak terjadi suatu yang tidak
diinginkan. Kebaradaan sesajen pada zaman dahulu dilakukan oleh nenek moyang dan diwariskan
sampai sekarang. Kebiasaan ini wajib dilakukan karena menurut kepercayaan mereka ada makhluk
halus yang mendiami suatu tempat acara pernikahan itu. Seperti halnya, dapur tempat mereka
memasak nasi beserta lauk pauk yang akan dihidangkan untuk tamu. Sesajen berperan penting
dalam proses memasak. Mereka beranggapan bahwa di tempat memasak ada sosok makhluk halus
yang akan memakan masakan tersebut. biasanya sari-sari yang ada dalam makanan akan diambil
oleh akhluk halus sehingga ketika manusia yang memakannya akan terasa tidak enak dan cenderung
basi. Menurut kepercayaan mereka makhluk halus yang menunggu di dapur berupa Genderuwo.
Pada dasarnya makhluk halus juga memiliki sifat seperti halnya manusia mereka memiliki
rasa iri, dengki, amarah dan bahagia. Dalam menjaga hubungan antara manusia dan makhluk halus
agar acara pernikahan diberikan kelancaran dan keselamatan maka dilakukan pengeluaran sesajen
sebagai wujud tegur sapa terhadap makhluk halus.
Sesajen dikeluarkan agar para makhluk halus tidak mengganggu prosesi acara pernikahan.
Dan diberikan kelancaran sesuai dengan keinginan dan terhindar dari mala petaka. Oleh sebab itu
setiap masyarakat masyarakat desa Wegil yang ingin menggelar acara pernikahan pasti
mengeluarkan sesajen sebagai tanda wujud termikasih sekaligus pencegah mala petaka.
Setiap warga yang ingin melaksanakan acara pesta pernikahan yang diadakan di rumah
warga setempat dengan mengundang beberapa kerabat dan tetangga untuk mendo’akan calon
mempelai pengantin agar diberikan kebahagiaan dan keharmonisan dalam membina rumah tangga.
Di dalam prosesi acara pernikahan terdapat budaya yang tidak lepas dari masyarakat desa Leran dari
zaman dahulu sampai sekarang masih tetap bertahan dan diwariskan ke generasi muda yaitu
pemberian sesajen dalam acara pernikahan adat Jawa.
Pemberian sesajen memiliki tempat yang bermacam-macam diantaranya ditempatkan pada
Daringan (wadah atau wadah beras) yang berisi beras, telur, bunga, jarum, kaca. Selain itu ada juga
yang ditempatkan di dapur dan kuwadi. Sebagian masyarakat tidak tahu arti dari pembuatan sesajen
dalam acara pernikahan. Dan sebagian masyarakat mengetahui pemaknaannya. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang budaya sesajen sepenuhnya kurang dipahami
begitu dalam sehingga mereka hanya ikut-ikutan saja dalam melestarikan budaya sesajen.

Anda mungkin juga menyukai