Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hassin Dzikry Ramadhan

NIM : 19105030115
Kelas : Hermeneutika Al-Qur’an E

Resume Materi
“Teori-teori pokok Hermeneutika Gadamer”

Karya Gadamer Wahrheit und Methode (Kebenaran dan Metode) memuat pokok-pokok
pikirannya tentang hermeneutika filosofis yang tidak hanya berkaitan dengan teks, melainkan
seluruh obyek ilmu sosial dan humaniora. Teori-teori pokok hermeneutika Gadamer kiranya bisa
diringkas ke dalam beberapa bentuk teori yang terkait satu dengan lainnya:

A. Teori “Kesadaran Keterpengaruhan oleh Sejarah” (Wirkungsgeschichtliches


Bewusstsein; historically effected consciousness)

Menurut teori ini, setiap penafsir pasti berada dalam situasi tertentu yang bisa
memperngaruhi pemahamannya terhadap teks yang ditafsirkan. Situasi ini disebut dengan
‘effective history’ yang terdiri dari tradisi, kultur, dan pengalaman hidup. Karena itu, pada saat
menafsirkan sebuah teks seorang penafsir harus berhati-hati dalam menafsirkan teks dan tidak
menafsirkannya sesuai dengan kehendaknya yang semata-mata berasal dari prapemahaman yang
telah terpengaruh oleh effective history tadi. Pesan dari teori ini bahwa seorang mufassir harus
bisa menghindari subyektivitasnya dalam menafsirkan teks.

B. Teori “Prapemahaman” (Vorverstandnis; pre-understanding)

Prapemahaman merupakan posisi awal penafsir harus ada ketika ia membaca teks.
Keharusan adanya prapemahaman tersebut dimaksudkan agar penafsir mampu mendialogkannya
dengan isi teks yang ditafsirkan. Tanpa prapemahaman seseorang tidak akan berhasil memahami
teks secara baik. Meskipun demikian, prapemahaman harus terbuka untuk dikritisi, direhabilitasi,
dan dikoreksi oleh penafsir itu sendiri ketika ia sadar atau mengetahui bahwa prapemahamannya
itu tidak sesuai dengan apa yang diamksud oleh teks yang ditafsirkan.
C. Teori “Penggabungan/Asimilasi Horison (Horizontversch-melzung; fusion of
horizons) dan teori “Lingkaran Hermeneutik” (hermeneutischer Zirkel;
hermeneutical circle)

Penafsir harus merehabilitasi prapemahamannya dalam teori sebelumnya berkaitan


dengan teori “penggabungan dan asimilasi horison”, dalam arti bahwa dalam proses penafsiran
seseorang harus sadar bahwa ada dua horison, yakni cakrawala pengetahuan (horison dalam teks)
dan cakrawala pemahaman (horison pembaca). Seorang pembaca teks memulainya dengan
cakrawala hermeneutiknya, namun ia juga memperhatikan bahwa teks juga mempunyai
horisonnya sendiri yang mungkin berbeda dengan horison yang dimiliki pembaca.

Seorang pembaca teks harus memiliki keterbukaan untuk mengakui adanya horison lain,
yakni horison teks yang mungkin berbeda bahkan bertentangan. Menurut Gadamer kedua
horison ini harus dikomunikasikan sehingga ketegangan antar keduanya dapat diatasi.

Interaksi antar dua horison disebut dengan “lingkaran hermeneutik”. Horison pembaca
hanya berperan sebagai titik berpijak untuk memahami apa yang sebenarnya dimaksud teks. Di
sinilah pertemuan antara subyektivitas pembaca dan obyektivitas teks, di mana makna obyektif
teks lebih diutamakan.

D. Teori “Penerapan/Aplikasi” (Anwendung; application)

Setelah mengetahui bahwa makna obyektif lebih diutamakan dalam proses penafsiran,
menurut Gadamer hendaknya penulis/pembaca teks juga mempraktikkan pesan-pesan atau
ajaran-ajaran masa ketika teks itu ditafsirkan, misalnya kitab suci. Gadamer berpendapat bahwa
pesan yang harus diaplikasikan pada masa penafsiran bukan makna literal teks, tetapi
meaningfulsense (makna yang berarti) atau pesan yang lebih berarti daripada sekedar makna
literal.

Anda mungkin juga menyukai