Anda di halaman 1dari 2

Nama : Taslima

NIM : 170303042

Prodi : Ilmu Al-Quran & Tafsir

Mata kuliah : Hermeneutika

Unit/Jam : Senin 11:15-12:55

REFLEKSI

Dari artikel yang dibagikan tentang perbedaan Hermeneutika dengan ilmu tafsir. Hermeneutika
mempunyai arti yaitu menjelaskan, juga jika diuraikan ia akan menjadi sebagai proses
pemahaman atau penafsiran. Hermeneutika muncul pada abad ke-16 untuk memehami teks-tes
yang sulit dalam Bieble. Disini menjelaskan awal mula teori Gadamer adalah berasal dari teks,
humaniora dan sosial.

Dari teori Gadamer terhadap bieble seperti Teori kesadaran keteperngaruhan oleh sejarah, yang
membahas tentang seorang penafsir harus mampu mengatasi subjektivitasnya saat dia
menafsirkan sebuah teks, kemudian teori pemahaman apa yang ditafsirkan harus sama dengan
apa yang dipikirkan, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan, kemudian teori penerapan setelah
muncul pemahaman, agar tidak ada yang salah dalam memaknai suatu teks, bukan hanya sekedar
dari tulisan teks sahaja.

Setelah dipahami dari artikel tersebut tentang pemahaman Gadamer terhadap kitab biebel dan
jika dikatkan dengan ilmu tafsir Al-Quran hampir serupa. Hany saja umat yang menerima dan
menjadikan pedoman yang berbeda-beda. Dari gagasan Gadamer terliht bahwa untuk menjadi
seorang falsafah (dalam bahasa tafsiran) kita harus mempunyai basic ilmu suatu tentangnya.
Yang ketika kita ditanyakan orang sebab asal-muasal seorang penafsir dapat menjelaskan dengan
rinci. Begitu juga dengan ilmuan tafsir harus menguasai titik-titik ilmu tafsiran. Seperti dari segi
nahwu, sharaf, balaghah dan lain lagi. Kemudian teori penyampaian kepada umat juga sama
dengan perantara manusia dan berbahasa manusia agar dapat dipahami. Dan dalam konteks
bieble terdapat seperpemahaman yang disini maksudnya adalah suatu makna teks yang ketika
diberikan pemahaman sesuai dengan konteks ruang lingkup. Artinya sebuah pemahaman yang
bisa jadi fleksibel. Yang ketika diturunkan dan di ajarkan untuk kondisi saat ini tidak akan bisa
selamanya dipakai dengan konteks yang sama, karna bedanya kondisi dan situasi.

Penggabungan antara metode Gadamer dengan proyek pembelajaran alquran dari semasa
kesemasa, pandangan quasi-obyektivis modermis saya saya lebih tepat untuk zaman sekarang,
karena balik lagi saya katakan, seorang penafsir harus punya backgroud pemahaman yang bagus
menguasai kesemuanya, baik dari makna atau pun teks, sehigga ketika menuangkan hasil tafsiran
kedalam sebuah wadah tidak terjadi kesalahpahaman. Dan ketika diterapkan pandangan pertama
ia akan berbalik pada konsep dan konteks yang salah sedangkan alquran dan isinya adalah
fleksible sampai hari kiamat yang mana jika konteks zaman dahulu tetap dibawa ke zaman
sekarang akan banyak percekcokan terjadi akibat kurangnya pemahaman dalam teks dan
penerapan. Begitu juga pada pandangan yang terakhir, si penafsir sesuka hati menafsirkan
dengan tafsiran sendiri tanpa melihat lagi teks dan apa yang ingin disampaikan dari sebuah teks
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai