Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

“EFEK SYARIAH” DI TAHUN PANDEMI

DISUSUN OLEH:

APRIANDY WAHYU PRATAMA / 43220120003

GIFARI WIDI KURNIAWAN / 43220120001

ZEIN NAUFAL ERIKO / 43220120031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2020
PENDAHULUAN

Pada bulan November 2019, dunia di kagetkan dengan ditemukannya Virus mematikan
dari Wuhan, virus ini adalah yang saat ini kita sebut dengan COVID-19. Virus ini tergolong
sebagai virus yang mematikan, orang-orang begitu cepat tertular satu sama lain dan tingginya
angka kematian yang disebabkan oleh virus ini. Sebegitu seriusnya virus corona, hingga pada
saat itu China membangun rumah sakit khusus untuk menangani pasien covid-19. Seperti yang
diketahui, saat itu China benar-benar kewalahan menghadapi virus ini.
Penyebaran wabah COVID-19 yang berasal dari Wuhan tidak hanya terjadi di negeri
China, virus ini menyebar cepat ke seluruh dunia termasuk Indonesia dan membuat manusia di
seluruh dunia harus melakukan banyak hal untuk dapat menghindari penularan virus tersebut.
Ada banyak bentuk usaha yang telah diserukan dan dilakukan oleh dunia untuk mengurangi
dan menghentikan penyebaran wabah ini. Salah satu bentuk usaha itu adalah dengan
melakukan social distancing atau physical distancing. Namun, di bidang ekonomi,
pemberlakuan social distancing atau physical distancing ini kemudian menimbulkan masalah
baru. Penerapannya di dalam masyarakat malah menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi
karena banyak bisnis yang tidak siap dengan protokol kesehatan ini dan beberapa harus
menghentikan usahanya sementara. Perekonomian dunia terutama di Indonesia sangat
terdampak akan wabah ini. Terlihat pula Index Harga Saham Gabungan Indonesia yang terus
merosot dihantam pandemi. Namun, menururnnya banyak harga saham menjadi cerita
tersendiri di Indonesia, kondisi ini malah mendorong banyak golongan untuk masuk kedalam
dunia pasar modal dan tidak terkecuali pasar modal syariah.
PEMBAHASAN

Pasar modal syariah telah berkembang pesat dan semakin menarik. Pasar modal syariah
juga sudah menjadi pilihan investasi yang populer bagi masyarakat Indonesia. Hal itu terlihat
dari jumlah saham syariah yang tercatat di bursa. Berdasarkan data BEI, sejak tahun 2011
sampai dengan 27 Oktober 2020, jumlah saham syariah meningkat 90,3%, dari 237 saham
menjadi 451 saham. Jumlah ini setara 63,6% dari total saham yang tercatat di BEI. Berdasarkan
besaran kapitalisasi pasar, saham-saham syariah mencakup 51,4% dari kapitalisasi pasar
keseluruhan. Artinya, total kapitalisasi pasar saham syariah sebesar Rp 3,061,6 triliun dari
seluruh kapitalisasi pasar yang berjumlah Rp 5.956,7 triliun.
Tahun 2020, Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Bursa Efek Indonesia mencatat
jumlah investor ritel syariah tumbuh selama pandemi corona (covid-19). Sampai dengan
Agustus 2020, investor syariah di pasar modal tumbuh lebih dari 20% menjadi 78.000 ribu
investor. Irwan Abdalloh, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI menuturkan, pandemi justru
mendorong terus bertumbuhnya investor ritel syariah. Dia pun menuturkan, di saat pandemi
ini, transaksi saham syariah, justru lebih tinggi dibanding kondisi normal dibanding periode
sama 2019. Hal ini juga sudah terlihat dari laris manisnya produk syariah seperti penerbitan
sukuk ritel pemerintah yang kelebihan permintaan, dari target Rp 5 triliun namun terealisasi
ternyata lebih besar Rp 25 triliun.
Total pengumpulan dana melalui pasar modal syariah tercatat lebih dari Rp 77 triliun
di tengah kondisi panemi yang menghantam banyak sektor. Direktur Pengembangan Bursa
Efek Indonesia, Hasan Fawzi mengaku, meski pandemi masih terjadi namun tak menyurutkan
permintaan dan penawaran di pasar modal syariah Indonesia. "Instrumen sukuk terus terbit,
dari sisi korporasi, di tengah pandemi lebih dari Rp 77 triliun fundraising di pasar modal kita,"
katanya saat Workshop Perbankan Syariah "Memacu Literasi Keuangan Syariah Mendorong
Pemulihan Nasional" secara virtual di Jakarta, Senin (5/10/2020). Menurut Hasan Fawzu
Saham syariah terus tumbuh di tengah pandemi. Ada 46 IPO saham baru, 35 emiten itu
merupakan saham syariah kemudian kalau dilihat 709 saham tercatat, 451 tergolong efek
syariah.
Dari sisi reksadana yang juga terus mengalami peningkatan. Dia mencatat asset under
management (AUM) reksadana konvensional hanya tumbuh 7,6% dibanding akhir tahun lalu.
Namun sebaliknya, Reksadana syariah tumbuh hampir 30%.
Namun, ada hal yang menjadi sorotan di akhir tahun 2020. Hal ini adalah penurunan
jumlah Daftar Efek Syariah Periode II tahun 2020. Padahal jumlah Daftar Efek Syariah selalu
naik setiap Periodenya. Jika dilihat dalam Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan Nomor KEP-44/D.04/2020 Tentang Daftar Efek Syariah pada Tahun 2020 Periode
1 yang dikeluarkan pada 23 Juli 2020, Terdapat 457 Efek Syariah yang sesuai Kriteria Efek
Syariah sesuai Peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017. Namun, pada 23 November 2020
dikeluarkan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-63/D.04/2020
Tentang Daftar Efek Syariah pada Tahun 2020 Periode 2 yang menunjukkan bahwa Daftar
Efek Syariah menurun jumlahnya menjadi 436 Efek Syariah.

Daftar Efek Syariah Berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner OJK

2018 2018 2019 2019 2020 2020


Daftar Efek Syariah Saham
Periode 1 Periode 2 Periode 1 Periode 2 Periode 1 Periode 2

Pertanian 11 11 10 13 14 14

Pertambangan 31 37 35 34 34 32

Industri Dasar dan Kimia 55 52 53 52 59 57

Aneka Industri 28 30 29 33 34 32

Industri Barang Konsumsi 35 38 39 43 46 50

Properti Real Estate dan


56 61 63 64 71 64
Konstruksi Bangunan

Infrastruktur, Utilitas, dan


45 50 56 57 60 53
Transportasi

Keuangan 5 4 4 4 4 4

Perdagangan, Jasa, dan


102 111 109 123 123 118
Investasi

Saham dalam proses Listing 0 1 0 0 0 0

Perusahaan Publik 4 4 3 3 3 3

Tidak Listing 9 8 7 9 9 9

TOTAL 381 407 408 435 457 436


Sumber: Situs OJK

Dari semua Efek Syariah yang terdepak dari Daftar Efek Syariah OJK, ada beberapa
saham yang menjadi sorotan, yaitu ASII, BSDE, dan JSMR, dimana 3 saham ini merupakan
anggota LQ45. Berbagai dugaan pun muncul, ini mungkin karena menurut aturan OJK, suatu
saham bisa dinyatakan tidak syariah bukan cuma karena emiten tersebut menjalankan bisnis
yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah. Saham suatu emiten bisa jadi tidak syariah karena
total utang berbasis bunga lebih besar dari 45% total aset atau pendapatan bunga dan
pendapatan tidak halal lain mencapai lebih dari 10% pendapatan usaha emiten. Karena itu,
lantaran tiga saham LQ45 tersebut terdepak dari DES, mencuat dugaan ada kenaikan utang
berbasis bunga. Peningkatan utang ini menimbulkan kekhawatiran rasio utang emiten juga
memburuk.
REFERENSI

Otoritas Jasa Keuangan.DATA PRODUK DAFTAR EFEK SYARIAH. Diakses dari


https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/daftar-efek-
syariah/default.aspx . Diakses pada 25 Maret 2021.

Sidik, Syahrizal.2020.SURPRISE! SELAMA PANDEMI INVESTOR SAHAM SYARIAH


TAMBAH 20%. Diakses dari
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20201023113153-29-196549/surprise-
selama-pandemi-investor-saham-syariah-tambah-20 . Diakses pada 25 Maret 2021.

Qolbi, Nur.2020.BEI: PASAR MODAL SYARIAH BERKEMBANG PESAT DAN


SEMAKIN MENARIK. Diakses dari https://investasi.kontan.co.id/news/bei-pasar-
modal-syariah-berkembang-pesat-dan-semakin-menarik . Diakses pada 25 Maret 2021

Astutik, Yuni.2020.RAMAINYA PASAR MODAL SYARIAH DI TENGAH PANDEMI, INI


DATANYA. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20201005130042-
29-191942/ramainya-pasar-modal-syariah-di-tengah-pandemi-ini-datanya . Diakses
pada 25 Maret 2021.

Forddanta, Dityasa H.2020. ADA 41 SAHAM DIDEPAK DARI DAFTAR EFEK SYARIAH,
SAHAM JSMR DAN BSDE MASIH MENARIK. Diakses dari
https://today.line.me/id/v2/article/wa9BGp. Diakses pada 25 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai