Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI MARKETING PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN

PEMBIAYAAN PADA UMKM DENGAN AKAD MURABAHAH DI MASA


PANDEMI COVID-19

TUGAS AKHIR
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli
Madya Perbankan Syariah

DISUSUN OLEH :
FITRIANA RATNA JUWITA
1906015013

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
ii

DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................5
2.1 Kajian Teori.............................................................................................................................5
2.1.1 Pengertian marketing.........................................................................................................5
2.1.2 Pengertian Strategi Pemasaran.........................................................................................6
2.1.3 Bauran pemasaran (Marketing Mix)..................................................................................7
2.1.4 Definisi UMKM (Usaha Mikro,Kecil, Menengah)............................................................9
2.1.5 PEMBIAYAAN.............................................................................................................10
2.2 Penelitian Terdahulu..............................................................................................................14
BAB III............................................................................................................................................16
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................................16
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian........................................................................................................16
1. Jenis Penelitian.....................................................................................................................16
2 Sumber Data..............................................................................................................................16
3.3 Teknik Analisis Data................................................................................................................17
3.4 Sistematika Penulisan.............................................................................................................17
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara penduduk muslim terbesar yaitu mencapai 229 juta jiwa,
dengan kata lain 87,2% dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 263 juta jiwa.
Atau sekitar 13% dari populasi muslim dunia.1 Potensi ini menjadi peluang besar untuk
industri keuangan syariah berkembang di Indonesia. Lembaga keuangan sendiri terbagi
menjadi dua yaitu konvensional dan syariah. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya
muslim, Indonesia tentunya mampu menjadi ladang industri keuangan yang berbasis
syariah untuk terus berkembang dan meningkatkan perekonomian serta taraf hidup
masyarakat.
Industri keuangan syariah Indonesia pada tahun 2020 mulai menunjukkan titik terang.
Dibuktikan aset keuangan syariah pada tahun 2019 sebesar Rp 1.468,12 triliun, dan per
September 2020 total aset keuangan syariah Indonesia mencapai Rp 1.710,16 triliun atau
USD 114,64 miliar. Dengan total aset Perbankan Syariah sebesar Rp 575,85 triliun, IKNB
sebesar Rp 111,45 triliun, dan Pasar Modal Syariah sebesar Rp 1.022,87 triliun. 2Hal ini
dapat dikatakan bahwa aset keuangan syariah mengalami peningkatan yang cukup pesat
dari tahun sebelumnya. Selain itu tingkat marketsharekeuangan syariah Indonesia per
September 2020 sebesar 9,72% dari total aset keuangan Indonesia. Dengan jumlah market
share Perbankan Syariah sebesar 6,24%, IKNB Syariah 4,43%, dan Pasar Modal Syariah
sebesar 17,46%.3 Industri keuangan syariah Indonesia mengalami kenaikan yang
signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Secara umum industri keuangan syariah terbagi menjadi tiga yaitu, Perbankan Syariah,
IKNB (Industri Keuangan Non Bank), dan Pasar Modal Syariah. Mengulas tentang
perbankan syariah itu sendiri, perbankan syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS),
Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Dimana
perbankan syariah terus menunjukkan pertumbuhan positif. Ditandai sampai dengan
September 2020, jumlah institusi perbankan syariah tersebar 14 BUS dengan sebaran
kantor sebanyak 1.943, 20 UUS dengan kantor sebanyak 390, dan 162 BPRS dengan
sebaran 626 kantor. Serta total 192 Perbankan Syariah di Indonesia jaringan kantor
mencapai 2.959.4 Angka ini jauh dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebanyak 2.380
kantor di seluruh Indonesia.

1
Ibtimes.id, “DataPopulasiPendudukMuslim2020:IndonesiaTerbesardiDunia”,
diunggah pada 27 April 2020, diakses dari https://ibtimes.id/data-populasi-
penduduk-muslim-2020-indonesia-terbesar-di-dunia/ pada 27 oktober 2021 pukul 22.08 WIB.
2
Otoritas Jasa Keuangan, “Snapshot Perbankan Syariah Indonesia 2020 Posisi
September2020”, hlm. 06
3
Ibid,
4
Ibid, hlm. 03
2

Total aset perbankan syariah juga meningkat. Dibuktikan per Juni 2019 yang hanya sebesar
Rp 499,34 triliun dengan marketsharesebesar 5,95%5 dan per September 2020 total aset
perbankan syariah sebesar Rp 575,85 triliun dengan marketsharesebesar 6,24%. Dengan
total aset BUS sebesar Rp 373,16 triliun, UUS sebesar Rp 186,69 triliun, dan BPRS sebesar
Rp 14,01 triliun.6 Untuk sebaran aset perbankan syariah sendiri, terbesar berada di
Provinsi DKI Jakarta dengan tingkat 54,27%. Sedangkan Jawa Tengah masuk dalam
posisi kelima dengan tingkat 4,01%.7 Walaupun masih tertinggal jauh dengan DKI
Jakarta, Jawa Tengah memiliki potensi yang cukup bagus dengan masuk dalam 10 provinsi
dengan nilai aset perbankan syariah terbesar.
Dari data diatas, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki tingkat yang paling
rendah. Total aset hanya sebesar Rp 14,01 triliun. Hal ini dikarenakan BPRS memiliki
kegiatan operasional yang tidak sebanyak dan sekompleks BUS ataupun UUS, serta sasaran
dan cakupan ekonomi mikro. Namun, dari total 162 BPRS di Indonesia sebanyak 26
BPRS terdapat di Jawa Tengah. Dan tentunya Jawa Tengah memiliki potensi yang cukup
bagus untuk meningkatkan kinerja dan operasional untuk mensejahterakan masyarakat,
karena masuk di tingkat ketiga jumlah sebaran BPRS terbesar.
Meningkatnya aset perbankan syariah serta dibarengi dengan upaya peningkatan
perekonomian negara salah satu yang dilakukan perbankan syariah dengan
mengembangkan sektor pembiayaan. Tercatat total Pembiayaan Yang Disalurkan (PYD)
perbankan syariah sebesar Rp 384,65 triliun per September 2020. Jenis penggunakan PYD
ini 46,39% untuk konsumsi, 31,03% untuk modal kerja dan 22,58% digunakan untuk
kegiatan investasi. Adapun lima sektor terbesar penyaluran pembiayaan ini yakni 40,49%
di sektor rumah tangga, perdagangan besar dan eceran sebesar 10,44%, 9,33% sektor
kontruksi, industri pengolahan 7,35% serta sektor pertanian, perburuan, dan
kehutanan sebesar 4,19%.8 Besarnya jumlah PYD ini tentunya diharapkan mampu
memberikan dampak positif dalam meningkatan taraf hidup masyarakat luas. Akan tetapi
konsentrasi pembiayaan yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan bank itu sendiri.
Ditunjukkan bahwa jumlah PYD perbankan syariah Indonesia lebih dominan digunakan
untuk sektor konsumsi. Hal ini juga berkaitan dengan penggunaan akad dalam pembiayaan
perbankan syariah Indonesia yang masih didominasi menggunakan akad Murabahah.
Dibuktikan jumlah PYD dengan akad Murabahah sebesar 45,80% dan disusul dengan akad
Musyarakahyang sebesar 45,05%.9 Untuk BPRS sendiri PYD dengan akad Murabahah
tercatat sebesar Rp 7,69 triliun dari total PYD BPRS yaitu 10,689 triliun per November
2020.10 Dan jumlah rekening pembiayaan dengan akad Murabahah sebanyak 288,923 ribu
5
Otoritas Jasa Keuangan, “SnapshotPerbakanSyariahIndonesia2019PosisiJuni
2019”, hlm. 03.
6
Otoritas Jasa Keuangan, “Snapshot Perbankan Syariah Indonesia 2019 Posisi
September2020”, hlm. 03
7
Ibid, hlm. 05
8
Ibid, hlm 04
9
Ibid,
10
Otoritas Jasa Keuangan, “Statistik Perbankan Syariah November 2020 (Tabel Posisi Pembiayaan Yang
Diberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah )”, h. 88.
3

dari 362,313 ribu rekening pembiayaan yang ada di BPRS. 11 Penggunaan akad
Murabahah yang lebih dominan ini tentunya karena akad ini memiliki risiko yang lebih
rendah baik dari sisi nasabah ataupun bank. Selain itu, skema pembiayaan yang tidak rumit
dengan kepastian jumlah angsuran yang ditentukan dari margin bank yang tidak berubah
hingga pelunasan, serta sesuai dengan kebutuhan dan keinginan nasabah itu sendiri.
Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 sebagai landaasan hukum Murabahah khususnya
untuk pembiayaan,dan Rasulullah SAW bersabda bahwa diperbolehkannya akad
Murabahahyaitu hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 2289 yang berbunyi:

Artinya: “Diriwayatkan dari shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : tigahal
yang mengandung berkah yaitu jual beli secara tidak tu nai, muqaradhah(mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual”.
(HR. Ibnu MajahNo.2289).12
Hadist diatas menjelaskan diperbolehkannya praktek jual beli yang dilakukan secara
tempo, begitu pula dengan pembiayaan murabahah yang dilakukan dengan ketentuan
nasabah diberi tenggang waktu untuk melakukan pelunasan atas harga komoditas.
Di Indonesia, kasus Covid-19 terjadi pada awal Maret tahun 2020. Satu per satu orang
terdeteksi infection ini, sehingga hari demi hari angka akumulasi penderita Covid-19 yang
positif semakin meningkat. Dengan bertambahnya jumlah penderita Covid-19, pada Maret
2020 telah diterbitkan PP No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang bertujuan untuk membatasi pergerakan orang dan barang serta mengharuskan
masyarakat jika tidak ada keperluan mendesak diharapkan untuk tetap berdiam diri di
rumah.
Pandemi Covid-19 memberikan implikasi negatif bagi perekonomian domestik diantaranya
seperti penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat, penurunan kinerja perusahaan,
ancaman terhadap sektor perbankan dan keuangan, serta keberadaan UMKM. Lantas
dengan adanya pandemi Covid- 19 telah menjadi permasalahan serius hampir di seluruh
negara di Dunia saat ini. Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi Covid-19
termasuk di dalamnya adalah sektor perbankan. Agar sektor perbankan dapat tetap eksis di
tengah merebaknya pandemi Covid-19, maka perbankan harus melakukan mitigasi resiko
secara cermat dan tepat, serta menggunakan strategi kreatif dalam menghadapi kondisi
yang serba tidak menentu seperti saat ini.

11
Otoritas Jasa Keuangan, “Statistis Perbankan Syariah November 2020 (Tabel Jumlah Rekening Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah)”, h. 96
12
Abdullah Abdillah Muhammad Bin Yazid Bin Majah AL-Qazwini, “Sunan Ibnu Majah”, (Beirut:Dar El-
Marefah, 2005), juz 3, h. 79-80.
4

Ditengah merebaknya pandemi Covid-19 dan diberlakukannya PSBB, penjualan secara


langsung umumnya mengalami penurunan hal tersebut dikarenakan pola masyarakat yang
lebih banyak berdiam diri dirumah.
Adapun strategi perbankan yang dapat diterapkan selama pandemi Covid-19 antara lain:
ditengah pandemi Covid-19 yang dialami di Indonesia khususnya, banyak menurunkan
omset penjualan. Berkurangnya jumlah konsumen dibeberapa sektor dan industri menuntut
untuk dapat memasarkan produk secara maksimal dan berfikir kreatif dan inovatif.
Lalu, bagaimanakah strategi pemasaran produk pembiayaan murabahah yang dilakukan
perbankan syariahpada masa pandemi Covid-19 ?
Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ strategi marketing perbankan syariah dalam meningkatkan
pembiayaan pada umkm dengan akad murabahah di masa pandemi covid-19”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang yang telah di kemukakan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Strategi Marketing perbankan syariah dalam
meningkatkan pembiayaan murabahah pada umkm di masa pandemi covid-19?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui Strategi Marketing perbankan syariah dalam meningkatkan pembiayaan
pada umkm dengan akad murabahah di masa pandemi covid-19.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Manfaat secara teoritis yaitu sebagai masukan dan sekaligus memperdalam wawasan bagi
penulis tentang Strategi Marketing perbankan syariah dalam meningkatkan pembiayaan
murabahah pada umkm di masa pandemi covid-19.
b. Secara Praktis
Manfaat secara praktis yaitu sebagai sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang
berkaitan, untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana strategi marketing
perbankan syariah dalam meningkatkan pembiayaan pada umkm dengan akad murabahah
di masa pandemi covid-19”.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian marketing
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang membahas perdagangan, dari sejumlah
ayat yang membahas tentang perdagangan tersebut pada QS. An-Nisa ayat 29 dapat kita
jadikan ayat utama lebih dari sekedar ayat pendukung dalam pembahasan perdagangan
yaitu:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa: 29)
Ayat tersebut mengatur dan mengajarkan agar dalam perdagangan pemasaran masing-
masing pihak berbeda dalam kedudukan yang seimbang, saling menguntungkan, terbebas
dari praktek riba. Kesetaraan dan saling menguntungkan antar penjual dan pembeli itu sulit
direalisasikan jika hanya mengganggap dan menjadikan pembali sebagai raja tanpa
memposisikan penjual sebagai ratu.
Pemasaran berhubungan dan berkaitan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi pemasaran yang terpendek adalah
“memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”.
Asosiasi Pemasaran Amerika memberikan definisi formal yaitu“Pemasaran adalah suatu
fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya”.13
Kotler dan AB Susanto memberikan definisi pemasaran adalah “suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain”.
Definisi ini berdasarkan pada konsep inti: kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk;

13
M. Nur Riyanto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Alfabeta, 2012), 6.
6

nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan pasar; pemasaran dan
pemasar.14
Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang
merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan
dalam rangka memberikan kepuasan yang optimal kepada pelanggan.

2.1.2 Pengertian Strategi Pemasaran


Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang,
tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan
tingkat keuntungan perusahaan.Usaha ini hanya dapat dilakukan, apabila perusahaan dapat
mempertahamkan dan meningkatkan penjualannya, melalui usaha mencari dan membina
langganan, serta usaha menguasai pasar. Tujuan ini dapat dicapai, apabila bagian
pemasaran perusahaan melakukan strategi yang mantap untuk dapat menggunakan
keempatan/peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan perusahaan
di pasar dapat di pertahankan dan sekaligu ditingkatkan. 15 Oleh karena itu, dibutuhkan
strategi guna mencapai keberhasilan perusahaan yang disebut dengan strategi pemasaran.
Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang
pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat
tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan.16
Menurut Pandji Anoraga strategi Pemasaran adalah wujud rencana yang terarah di bidang
pemasaran untuk memperoleh suatu hasil yang optimal.17
Strategi pemasaran merupakan turunan dari strategi bisnis perusahaan. Secara umum, bisnis
bank berorientasi pada profit, growth (pertumbuhan), sustainability (kesinambungan), yang
tercermin dari perolehan laba, kenaikan aset yang berkualitas, dan peningkatan kualitas
layanan secara berkelanjutan.18
Definisi lainnya strategi pemasaran merupakan pengambilan keputusan-keputusan tentang
biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran, dalam hubungan dengan keadaan
lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan.
Strategi pemasaran bukanlah merupakan sejumlah tindakan khusus, tetapi lebih merupakan
pernyataan yang menunjukkan usaha-usaha pokok yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

14
Ibid, 6
15
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar, konsep dan Strategi, Cet ke-7 (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), 153.
16
Ibid, 153
17
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 230.
18
Ikatan Bankir Indonesia, Strategi Bisnis Bank Syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), 128.
7

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah wujud
rencana yang terarah di bidang pemasaran yang menunjukkan usaha-usaha pokok yang
diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam memperoleh suatu hasil yang optimal.

2.1.3 Bauran pemasaran (Marketing Mix)


Keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan keahliannya dalam mengendalikan
strategi pemasaran yang dimiliki. Konsep pemasaran mempunyai seperangkat alat
pemasaran yang sifatnya dapat dikendalikan yaitu yang lebih dikenal dengan Marketing
Mix (bauran pemasaran).
Menurut Saladin yang di kutip oleh M. Nur Riyanto memberikan definisi “Bauran
Pemasaran (marketing mix) adalah serangkaian dari variabel pemasaran yang dapat
dikuasai oleh perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran”.19
Bauran Pemasaran (marketing mix) merupakan komponen yang diperlukan dalam
pemasaran, yamg digunakan oleh bank untuk mencapai tujuan pemasarannya pada suatu
target market.20
Sehingga bauran pemasaran dapat diartikan sebagai perpaduan seperangkat alat pemasaran
yang sifatnya dapat dikendalikan oleh perusahaan sebagai bagian dalam upaya mencapai
tujuan pada pasar sasaran.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai masing-masing unsur dari bauran
pemasaran (marketing mix) dari definisi yang ada dikemukakan oleh philip kotler, antara
lain sebagai berikut:
a. Product (produk)
Desain produk perbankan harus memperhatikan sistem, prosedur, dan layanan yang
disesuaikan dengan keinginan nasabah, adanya jaminan dari bank, dan dukungan teknologi
serta peralatan yang memadai.21
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk
di beli, untuk digunakan atau di konsumi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.
Karena produk bank merupakan jasa yang menjadikan kepercayaan sebagai senjata utama,
maka dalam menjalankan bisnisnya perlu memerhatikan hal-hal berikut ini:22
1) Kuantitas Bankir (karyawan) dalam melayani nasabah

19
M. Nur Riyanto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah.,14.
20
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank syariah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2015), 221.
21
Kasmir, Manajemen Perbankan Edisi Revisi ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 213.
22
Ibid, 221
8

2) Kualitas yang disajikan oleh para bankir terhadap nasabah yang ditunjukan dari
kemampuannya.
3) Teknologi atau peralatan yang digunakan dalam melayani nasabah.
4) Kemasan atau bentuk jasa yang diberikan
5) Merek bagi setiap jasa yang di tawarkan
6) Ada jaminan terhadap jasa yang diberikan.
b. Price (harga)
Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran dapat menentukan harga
pokok dan harga jual suatu produk. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam suatu
penetapan harga antara lain biaya, keuntungan, harga yang ditetapkan oleh pesaing dan
perubahan keinginan pasar.
Kebijakan harga ini menyangkut berapa tingkat persentase kenaikan harga atau tingkat
keuntungan yang diinginkan, berapa tingkat persentase penurunan harga, potongan harga
termasuk berbagai macam bentuk dan besaran persentasenya dan metod
penetapan lainnya yang diinginkan oleh perusahaan terkait dengan kebijaksanaan strategi
pemasaran.
c. Promotions (Promosi)
Promosi merupakan komponen yang dipakai untuk memberitahukan dan mempengaruhi
pasar bagi produk perusahaan, sehingga pasar dapat mengetahui tentang produk perusahaan
tersebut.23 Promosi bertujuan menginformasikan kehadiran produk baru, brand awareness,
ataupun mempertahankan penjualan produk.
Bauran promosi ( promotion mix) terdiri dari lima unsur utama yaitu pengiklanan,
penjualan pribadi, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, serta promosi
penjualan.
Pengiklanan adalah bentuk presentasi dan promosi ide, barang, atau jasa secara nonpersonal
oleh sponsor yang teridentifikasi.
Hubungan masyarakat dan publisitas adalah suatu program yang di desain untuk
mempromosikan atau melindungi imej perusahaan atau produk perusahaan secara
individual.
Pemasaran langsung adalah menggunakan surat, telepo, dan alat kontrak non personal
lainnya untuk berkomunikasi atau mendapatkan respon dari pelanggan atau prospek
tertentu.

23
M. Nur Riyanto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah., 15.
9

Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk mendorong mencoba atau membeli
suatu produk.24
d. Place (tempat)
Place adalah sekelompok golongan masyarakat yang dijadikan sasaran pemasaran produk
jasa bank yang dapat diharapkan menjadi nasabah bank bersangkutan. Pimpinan bank harus
kreatif menetapkan strategi pemasarn produk jasa bank nya sehingga efektif mencapai
tujuan.
Dalam perkembangannya dikenal juga istilah 7-P dimana 3-P yang lain adalah:
e. People
People yaitu semua orang yang terlibat aktif dalam pelayanan dan mempengaruhi persepsi
pembeli, nama, pribadi, pelanggan, dan pelanggan-pelanggan lain yang ada dalam
lingkungan pelayanan.25 People meliputi kegiatan untuk karyawan seperti mulai dari
kegiatan rekrutmen, pendidikan dan pelatihan, motivasi, balas jasa, dan kerja sama, serta
pelanggan yang menjadi nasabah natau calon nasabah.
f. Physical evidence (bukti fisik)
Merupakan perangkat sarana dan prasarana yang bernilai tambah dan mendukung
pelayanan dan dipergunakan dalam menyajikan kualitas produk dan jasa kepada nasabah.
g. Proses
Proses merupakan suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang diperlukan
untuk menyajikan produk dan jasa yang baik kepada nasabah, yang meliputi sistem dan
prosedur, termasuk persyaratan ataupun ketentuan yang diberlakukan oleh bank terhadap
produk dan jasa bank yang akan merefleksikan penilaian terhadap kualitas pelayanan.26

2.1.4 Definisi UMKM (Usaha Mikro,Kecil, Menengah)


Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM ada beberapa
kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Pengertian UMKM tersebut adalah:
1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini:

24
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis., 222.
25
Kasmir, Manajemen Perbankan Edisi Revisi., 214.
26
atan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank syariah., 222.
10

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 tidak termasuk tanah


dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00.
2. Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp.500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 sampai dengan
paling banyak Rp. 2.500.000.000.
3. Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 sampai dengan paling
banyak Rp. 10.000.000.000.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 sampai dengan
paling banyak Rp. 50.000.000.000.27

2.1.5 PEMBIAYAAN
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas Bank Syariah dalam menyalurkan dana kepada
pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pihak pemilik dana kepad
pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dan bahwa dana dalam bentuk
pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat
kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk

27
Dimas Hendika Wibowo, dkk, “Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM,”
Jurnal Administrasi Bisnis, ( Malang: Universitas Brawijaya, Vol. 29 No. 1 Desember 2015), 59.
11

mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikan
oleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return atas pembiayaan tidak dalam
bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di
bank syariah. Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, “kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamaakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”.28
Dalam bank syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah memiliki
skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak
yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk
pembiayaan. Sifat pembiayaan, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi
yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.29Didalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna
dana berdasarkan pada prinsip Syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum
islam.
2. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya.
Secara terperinci pembiayaan mempunyai fungsi antara lain:
a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.
Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uang
sebagai alat pembayaran, maka pembioayaan akan membantu melancarkan lalu lintas
pertukaran barang dan jasa.
b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund
c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
d. Pembiayaan dapat mengktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.30

28
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 106.
29
Rahmat Ilyas, “Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syariah,” Jurnal Penelitian ( Bangka Belitung: STAIN
Syaikh Abdurrahman Siddik, Vol. 9 No. 1 Februari 2015), 186.
30
Ismail, Perbankan Syariah., 110.
12

3. Manfaat Pembiayaan
Beberapa manfaat atas pembiayaan yang disalurkan bank syariah kepada mitra
usaha antara lain:
a. Manfaat Pembiayaan Bagi Bank
1) Pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah akan mendapat balas jasa
berupa bagi hasil, margin keuntungan, dan pendapatan sewa, tergantung pada akad
pembiayaan yang telah diperjanjikan antara bank syariah dan mitra usaha (nasabah).
2) Pembiayaan akan berpengaruh pada peningkatan prifitabilitas bank. Hal ini dapat
tercermin pada perolehan laba.
3) Pemberian pembiayaan kepada nasabah secara sinergi akan memasarkan produk
bank syariah lainnya seperti produk dana dan jasa.
4) Kegiatan pembiayaan dapat mendororng peningkatan kemampuan pegawai untuk
lebih memahami secara perinci aktivitas usaha para nasabah di berbagai sektor usaha.
b. Manfaat Pembiayaan Bagi Debitur
1) Meningkatkan usaha nasabah.
2) Biaya yang diperlukan dalam rangka mendapatkan pembiayaan daribank syariah
relatif murah, misalnya biaya provisi.
3) Nasabah dapat memilih berbagai jenis pembiayaan berdasarkan akad yang sesuai
dengan tujuan penggunannya.
4) Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan jenis pembiayaan dan kemampuan
nasabah dalam membayar kembali pembiayaannya, sehingga nasabah dapat
mengestimasikan keuangan dengan tepat.31
4. Jenis Pembiayaan Mikro
a. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahibul
maal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa
harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan
atau laba bagi shahibul maal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.32
Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek barang dan
nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah
dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga

31
Ibid, 111
32
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro Lampung, 2014), 57.
13

yang lebih tinggi dibanding harga beli yang dilakukan oleh bank syariah. Pembayaran atas
transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada jatuh tempo
atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu yang disepakati.
b. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pemindahan kewajiban membayar utang dari orang yang
berutang kepada orang yang berutang lainnya.
5. Risiko Pembiayaan Mikro
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegiatan
counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, risiko pembiayaan
mencamngkup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.33
Pada setiap bank pasti mengalami resiko dalam pembiayaan. Sebab-sebab
munculnya permasalahan dalam pembiayaan antara bank dan nasabah adalah sebagai
berikut:
a. Dari pihak internal bank
1) Kebijakan pembiayaan yang kurang tepat.
2) Kuantitas, kualitas dan integritas Sumber Daya Manusia yang kurang memadai.
3) Pihak bank kurang teliti dalam pembuatan akad pembiayaan.
b. Dari pihak nasabah
1) Dari aspek karakter (itikad tidak baik) nasabah.
2) Aspek operasioanalisasi dan manajemen usaha nasabah.
3) Aspek legal yuridis, seperti tidak terpenuhinya persyaratan izin –izin usaha yang
diperlukan.
4) Aspek agunan, seperti kekeliruan dalam menilai agunan.
c. Dari pihak eksternal
1) Krisis ekonomi.
2) Bencana alam.34

33
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ( Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2010),
260.
34
Ibid, 261
14

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran peneliti di perpustakaan Uin Walisongo Semarang dan beberapa


jurnal digital, peneliti menemukan beberapa karya tulis ilmiah yang secara umum berkaitan
dengan penelitian peneliti. Beberapa karya tulis ilmiah tersebut yaitu sebagai berikut:
Penelitian Nova Prasetyawati, dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran dalam
Meningkatkan Jumlah Nasabah pada Pembiayaan Murabahah di Bank BNI Syariah
Cabang Pembantu Ungaran” fokus penelitian ini yaitu Analisis Strategi Pemasaran
dalam Meningkatkan Jumlah Nasabah pada Pembiayaan Murabahah. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa Strategi pemasaran yang di gunakan Bank BNI Syariah Cabang
Pembantu Ungaran dalam meningkatkan jumlah nasabah menggunakan strategi pemasaran
marketing mix, dengan metode promosi melalui media cetak brosur dan personal selling.
Metode personal selling yang paling efektif dalam menjelaskan produk-produk BNI
Syariah Cabang Pembantu Ungaran karena langsung bertatap muka dengan nasabah
sehingga mempermudah nasabah untuk memahami dan mengerti informasi tentang produk
pembiayaan murabahah yang ditawarkan di pasar.35
Persamaan penelitian relevan di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu
sama-sama membahas tentang strategi marketing, adapun perbedaan penelitian relevan
dengan penelitian yang akan diteliti terdapat pada objek yang akan di teliti, dimana dalam
penelitian relevan pembahasan yang diteliti yaitu Analisis Strategi Pemasaran dalam
Meningkatkan Jumlah Nasabah pada Pembiayaan Murabahah. Namun penelitian yang akan
di teliti oleh peneliti saat ini yaitu tentang strategi marketing dalam meningkatkan
pembiayaan usaha mikro.
Penelitian karya Mahendro Arifianto, dengan judul “Strategi Pemasaran Pembiayaan Mikro
di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Banjarnegara”. Fokus penelitian ini
yaitu mengkaji lebih dalam mengenai Strategi Pemasaran pada Produk Pembiayaan
Warung Mikro. Hasil dari penelitian tersebut yaitu bahwa kegiatan pembiayaan warung
mikro pada BSM KCP Banjarnegara menggunakan strategi nasabah existing yang
merupakan strategi yang dilakukan BSM dalam mencapai target yang telah dibuat. Strategi
ini dilakukan dengan cara menawarkan kepada nasabah yang sudah menggunakan fasilitas
pembiayaan warung mikro. Nasabah yang sudah menggunakan pembiayaan warung mikro
ini dapat mengambil kembali angsuran baru untuk memajukan usahanya melalui
penambahan pinjaman pada BSM KCP Banjarnegara sesuai kebutuhan para nasabah.
Strategi grebeg pasar (promosi) menggunakan stand sebagai alat promosinya, strategi
pelayanan dengan melakukan pelayanan secara maksimal. Strategi ini digunakan BSM
dalam mencapai target dana pembiayaan warung mikro yang mengalami peningkatan.10
Persamaan penelitian relevan di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu
sama-sama membahas tentang strategi marketing.36

35
9Nova Prasetyawati, Analisis Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Jumlah Nasabah pada Pembiayaan
Murabahah di Bank BNI Syariah Cabang Pembantu Ungaran (Salatiga: IAIN Salatiga, 2015)
15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam membahas penelitian tentang strategi marketing
perbankan syariah dalam meningkatkan pembiayaan pada umkm dengan akad murabahah
di masa pandemi covid-19 adalah metode penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa, metodologi kualitatif merupakan salah
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.37

Arti deskriptif merupakan sebuah proses pencarian kebenaran dengan menginteprestasikan


suatu hal yang teapt dengan tujuan agar mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi.38
2 Sumber Data

Sumber data digunakan untuk mempermudah mengurai masalah dalam penelitian. Sumber
data penelitian ini pada dasarnya diambil dengan dua cara yaitu sebagai berikut:
a. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh
dari subjek penelitiannya.24 Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas
laporan-laporan, dokumen dan data kearsipan, serta buku-buku dan jurnal-jurnal yang
berhubungan dengan pembiayaan sindikasi dan lain sebagainya yang berkenaan dengan
penelitian ini.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Penyusunan Tugas Akhir ini harus menggunakan data yang akurat, agar penelitian dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu dalam pengumpulan data harus menggunakan
metode-metode. Metode yang digunakan adalah:
a. Studi Kepustakaan
36
Mahendro Arifianto, Strategi Pemasaran Pada Produk Pembiayaan Mikro Di Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Banjarnegara ( Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2016)
37
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.
5.
38
Moh Nasir, “MetodePenelitian”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 63.
16

Penelitian ini merupakan jenis riset kepustakaan (library research). Apa yang
disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. 39Sedangkan menurut
Mahmud dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan menjelaskan bahwa
penelitian kepustakaan yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan membaca
buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya untuk menghimpun data dari
berbagai literatur, baik perpustakaan maupun di tempat-tempat lain.40
3.3 Teknik Analisis Data

Menurut Bodgan yang di kutip oleh Sugiyono “analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain”.41
Untuk memperoleh hasil yang lengkap, tepat dan benar maka analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengangkat
fakta, keadaan, variable dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung
dan menyajikannya apa adanya. Dengan cara berfikir induktif. Pendekatan induktif adalah
suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis.42
Berdasarkan keterangan di atas, peneliti dalam menganalisis data menggunakan data yang
diperoleh dalam bentuk uraian-uraian kemudian data tersebut dianalisis dengan
menggunakan cara berfikir induktif yaitu secara khusus mengenai fakta-fakta dari informasi
tentang Strategi Marketing Dalam Meningkatkan Pembiayaan Usaha Mikro.

3.4 Sistematika Penulisan

Dalam rangka untuk memudahkan penyusunan penelitian ini, maka dibutuhkan sistematika
penulisan. Sistematika penulisan digunakan untuk mempermudahkan pendalaman,
penjelasan dan penelaahan inti permasalahan yang akan dibahas. Dimana sistematika
penulisan dipaparkan dalam lima bab sebagai berikut:
1. Bagian Awal

39
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008,
hlm. 3
40
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 31.
41
Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D ( Bandung:
ALFABETA,2013), 334.
42
Ibid, 335
17

Bagian awal dalam Tugas Akhir ini berisi sampul halaman judul, halaman persetujuan
pembimbing, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel dan daftar gambar.
2. Bagian Isi
Bagian ini memuat beberapa bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN, pada bab I ini berisikan latar belakang masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, pada bab ini menjelaskan teori-teori strategi marketing dan
akad murabahah pada perbankan Syariah serta implikasinya dissat pandemi covid-19

BAB III METODE PENELITIAN, bab ini menguraikan tentang jenis penlitian serta
metode apa yang digunakan dalam menyusun tugas akhir tentang strategi marketing
perbankan Syariah dalam meningkatkan pembisyaan umkm dengan akad murabahah di
masa pandemic covid-19.

Anda mungkin juga menyukai