Anda di halaman 1dari 2

!

LATEST DOWNLOAD BUKU PETUNJUK PENDAFTARAN PPPK (P3K) NON GURU TAHUN 2021 " # $ % & ' ( ) ( *

Sarana Berbagi Informasi Tentang Pendidikan Dan Pembelajaran

HOME ADM GURU PTK-PTS BAN SOAL SD-SMP- SMA-SMK INFO LOMBA TEORI PEMBELAJARAN LAIN-LAIN .

CONTOH MAKALAH CALON KEPALA SEKOLAH: Search This Blog


“MENCIPTAKAN KULTUR YANG KONDUSIF DALAM Search

MENINGKATKAN BUDI PEKERTI LUHUR BAGI WARGA


SEKOLAH”
+ Noeroel , December 01, 2014 - FGI

#LiveOn
2P Internet+Phone
Kuota besar untuk internetan
Harga Khusus
maksimal
IndiHome
Live.On

Buka Statistik Blog

2 7 4 4 5 2 1 5

Berikut ini Contoh Makalah Seleksi Calon Kepala Sekolah: Menciptakan Kultur Yang
Popular Post
Kondusif Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Luhur Bagi Warga Sekolah
PERMENPAN RB NOMOR 27 TAHUN 2021
KATA PENGANTAR TENTANG PENGADAAN PNS PEGAWAI
NEGERI SIPIL
Syukur Alhamdulilah akhirnya Penulis dapat menyelesaikan tulisan atau makalah
kecil yang sederhana ini. Ada beberapa kendala itu dapat diselesaikan Penulis yang PERMENPAN RB NOMOR 28 TAHUN 2021
memang sangat terbatas. Namun, kendala-kendala itu dapat diselesaikan Penulis karena TENTANG PENGADAAN PPPK P3K GURU
PADA INSTANSI DAERAH TAHUN 2021
keinginan Penulis untuk memberikan suatu sumbang pikiran terhadap dunia pendidikan
begitu kuat.
PERMENPAN RB NOMOR 29 TAHUN 2021
Pendidikan memang aspek yang sangat penting untuk membangun negara dan TENTANG PENGADAAN PPPK JABATAN
FUNGSIONAL NON GURU
bangsa ini. Generasi muda yang kemudian hari dan mendapatkan tantangan yang berat
tidak bisa tidak harus merpersiapkan diri semaksimal mungkin. Salah satunya dengan
SURAT EDARAN GTK KEMENDIKBUD
mengikuti pendidikan yang lebih mengarah pada pembentukan jasmani dan rohani yang TENTANG SELEKSI PPPK GURU TAHUN
kuat dan seimbang. 2021

Berdasarkan permasalahan di atas Penulis mencoba mengemukakan pendapat


PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN DAN
tentang “Menciptakan Kultur Yang Kondusif dalam Meningkatkan Budi Pekerti Luhur Bagi SILABUS KSN SD TAHUN 2021
Warga Sekolah“. Makalah ini mencoba dan berusaha melihat sebab-sebab peserta didik
kita terjerumus ke dalam bentuk kenakalan dan kebrutalan remaja. Dengan mencari PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN DAN
penyebab-penyebab penting itu akhirnya penulis mencoba menurunkan berbagai cara dan SILABUS KSN SMP TAHUN 2021/2022

alternatif untuk mengatasi dan menanggulangi masalah tersebut.


SE DIRJEN GTK NOMOR
Pada kesempatan baik ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas 1460/B.B1/GT.02.01/2021 TENTANG
bantuan dan dukungannya kepada semua pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan. LINIEARITAS KUALIFIKASI AKADEMIK
DAN SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM PENDAFTARAN
Harapan Penulis terhadap makalah ini semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi GURU PPPK TAHUN 2021
semua pihak, terutama bagi pengembangan pendidikan khususnya dalam pengembangan
dan pemantapan profesional guru. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 63
TAHUN 2021

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
Bab II Kajian Teori Dan Analisis Masalah
A. Tanggung Jawab Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Kultur Sekolah Yang Berbudi
Luhur
B. Tanggung Jawab Guru Untuk Mengarahkan Peserta Didik Berbudi Pekerti Luhur
C. Tanggung Jawab Pegawai Tata Usaha Sekolah
D. Tanggung Jawab Orang Tua
E. Tanggung Jawab Organisasi Kesiswaan
F. Tanggung Jawab Peserta Didik
G. Koordinator Pelaksanaan
H. Penelitian Dan Penilaian
I. Indikator Keberhasilan
Bab III Upaya Pemecahan Masalah
Bab IV Simpulan Dan Saran
Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah, sekolah menyelenggarakan proses
belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan
siswa untuk tujuan pendidikan, antara lain menjadi manusia yang berbudi luhur. Pada awal
kemerdekaan sekolah diajarkan budi pekerti luhur, terutama yang berisi pembiasaan untuk
hidup bersopan santun, bertatakrama secara benar, baik dalam perkataan maupun dalam
perbuatan, berdisiplin dan memiliki rasa hormat yang tinggi. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa pendidikan budi pekerti dimaksudkan agar peserta didik dalam segala
sikap dan perilakunya mencerminkan nilai budi pekerti yang luhur dan beradab.
Secara sosial masyarakat Indonseia sekarang seperti kehilangan pegangan hidup,
berahklak dan berbudi pekerti luhur. Banyak kehilangan menilai bahwa Bangsa Indonesia
seperti berada dalam keadaan sakit melihat banyaknya kejadian yang bersifat negatif yakni
perbuatan yang tidak sesuai dengan perilaku bangsa yang berbudi luhur, seperti terjadi
korupsi, penjarahan, pembakaran, kekerasan, pembunuhan, pelanggaran hukum,
pemerkosaan dan 1meningkatnya jumlah pecandu narkoba dan lain-lain. Rasa sosial yang
kita kenal sangat baik selama ini ada kalanya seperti telah berubah menjadi : rasa asosial,
asosial kata (Soejito Soejatmoko, 1986 ; 89), mempunyai korelasi yang tinggi dengan
kejahatan.
Jika sudah timbul tata nilai mortalitas yang menganggap bahwa yang melanggar
peraturan merupakan suatu hal yang patut dibanggakan, maka kuantitas maupun kualitas
kesejahteraan segera meningkat. Masyarakat sering menghakimi sendiri penjahat yang
tertangkap dengan cara di luar batas kemampuan. Maraknya perilaku menyimpang,
mendorong para pengamat sosial berpikir mencari penyebabnya. Mengapa hal tersebut
terjadi pada bangsa yang selama ini dikenal oleh orang luar sebagai bangsa yang ramah,
toleran dan penuh persaudaraan? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut umumnya
menunjukkan pada keadaan ahklak dan moral yang merosot. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa sebagian orang Indonesia sedang mengalami perubahan mental,
karena orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dapat :
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu
mengandung tantangan ;
b. Memperoleh kepuasan dan perjuangan ;
c. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima ;
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas ;
e. Berhubungan dengan orang lain secara “tolong meonolong dan saling memuaskan“;
f. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran di hari depan;
g. Mengarahkan sikap permusuhan menjadi perbuatan yang kreatif dan konstruktif ; dan
h. Jadi orang yang jiwanya sehat, mempunyai rasa kasih sayang benar.
Kesehatan mental, budi pekerti luhur atau ahklak yang mulia sangat penting bagi
perkembangan peradaban suatu bangsa disamping kecerdasan berfikir dan kemampuan
intelektual. Dan biasanya masyarakat kercerdasan berpikir, pembangunan, mental, budi
pekerti dan ahklak mulia adalah tugas dunia pendidikan atau lebih khusus lagi adalah tugas
sekolah. Dengan melihat keadaan yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini dan
menghadapi kecenderungan di masa depan, maka pendidikan budi pekerti perlu diajarkan
kembali di sekolah.
Pendidikan budi pekerti perlu diajarkan di sekolah dengan maksud antara lain untuk
membangun generasi di masa depan, agar selain cerdas juga berahklak dan berbudi
pekerti luhur. Watak yang tidak bermoral perlu dicegah kehadirannya dalam pergaulan
manusia (Iman Barnadib 1986 ; 25), untuk jangka panjang perlu pembinaan generasi muda
berbudi luhur. Berdasrkan teori, pembinaan generasi yang berbudi luhur harus dimulai
sejak dini, sejak anak masih kecil. Oleh karena itu pendidikan buidi pekerti di sekolah mulai
dari sekolah dasar sesungguhnya pada dasarnya sudah terjadi di lingkungan keluarga.

B. Rumusan Masalah.
Secara formal bahwa pendidikan moral budi pekerti sesungguhnya sudah begitu
tegas dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 tentang tujuan negara
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa“ dan dasar negara ”Ke-Tuhanan yang Maha Esa,
Kmanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Peremusyawatan Perwakilan serta dengan Mewujudkan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia“ dalam Tap MPR Nomor : X/MPR/1998
tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka menyelamatkan dan
normalisasi kehidupan nasional sebagai Haluan Negara khususnya mengenai agama,
sosial, budaya. Yakni yang harus dijalankan adalah “Peningkatan Ahklak Mulia dan Budi
Luhur dilaksanakan Melalui Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah“. Peningkatan ahklak mulia
dan moral luhur masyarakat melalui pendidikan agama.

BAB II KAJIAN TEORI DAN ANALISIS MASALAH


Dalam bab II Penulis akan mengemukakan pembahasan masalah secara teoritis
serta berdasarkan studi kepustakaan yang penjabarannya sebagai berikut :
A. Tanggung Jawab Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Kultur Sekolah Yang Berbudi
Luhur.
Kepala Sekolah memiliki wewenang yang luas sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang ada. Melalui inisiatif dan komunikasi yang lancar dengan guru dan tata
usaha, Kepala Sekolah dapat mengembangkan kegiatan dan untuk meningkatkan proses
belajar mengajar adapun kegiatan lainnya yang memungkinkan peserta didik akan lebih
banyak menarik manfaat bagi perkembangan intelektual maupun emosional.
Kepala Sekolah perlu mengetahui dengan pasti isi budi pekerti yang diajarkan oleh
guru dengan maksud agar bilaman ada peserta didik yang tidak sesuai dengan norma yang
berlaku, maka Kepala Sekolah dapat mengingatkan guru tentang adanya tindakan peserta
didik yang menyimpang dan perilaku yang berbudi pekerti yang baik.
Ini berarti bahwa dengan adanya pedidikan budi pekerti, maka pengawasan Kepala
Sekolah terhadap perilaku peserta didik semakin dibutuhkan. Pengawasan bukan hanya
terbatas pada perilaku peserta didik yang dapat dilihat dari tindakannya, tetapi juga
memungkinkan adanya hal yang tersembunyi seperti membawa senjata tajam, obat-obatan
terlarang atau narkoba. Demikian terhadap perilaku yang menympang yang diperlihatkan
oleh peserta didik harus segera diatasi dengan memanfaatkan jasa dari guru kelas, guru
BP, dengan memberikan bimbingan agar tidak dicontoh oleh peserta didik lainnya.
Peranan Kepala Sekolah memelihara Kultur sekolah tidak terbatas pada peserta
didik saja. Tetapi juga perlu memperhatikan perilaku guru selama berada di dalam
lingkungan sekolah. Hal ini penting karena hanya Kepala Sekolah yang mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk menasehati guru yang kurang kondusif dalam pembentukan
perilaku peserta didik di sekolah.
Pembinaan sekolah sangat tergantung pada sikap ketegasan pengelola pendidikan
dalam menjalankan peraturan sekolah. Banyak sekolah yang berprestasi dan berhasil
dalam proses belajar mengajar oleh karena Kepala Sekolah-nya memiliki disiplin yang kuat,
sehingga segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya. Para guru, pegawai, tata
usaha, penjaga sekolah dan para peserta didik merasakannya bahwa peraturan yang ada
di sekolah mereka benar-benar harus dipatuhi tanpa kecuali. Karena Kepala Sekolah
sendiri sangat patuh terhadap peraturan yang ada.

B. Tanggung Jawab Guru Untuk Mengarahkan Peserta Didik Berbudi Pekerti Luhur.
Di lingkungan sekolah, guru mempunyai kedudukan yang sangat penting. Peserta
didik semenjak dari rumah sudah membayangkan bahwa ia akan bertemu dengan guru-nya
dan akan memperoleh pelajaran tertentu. Pada saat guru berdiri di depan kelas, semua
mata tertuju kepadanya dan menantikan penjelasan apakah yang akan diberikan oleh guru
kepada peserta didiknya. Sikap guru, cara guru menerapkan menjadi perhatian peserta
didiknya. Oleh karena itu, selama guru berada di dalam kelas pusat perhatian pada
dasarnya adala pada pelajaran dan kepada guru.
Penilaian peserta didik kepada guru beragam, ada guru yang dianggap keras dan
tegas dalam bertindak, ada guru yang dipandang sangat toleran dan serba membolehkan.
Yang penting dalam upaya menciptakan Kultur di lingkungan sekolah, apakah di dalam
kelas atau di luar kelas seorang guru hendaklah taat azaz atau konsisten meletakkan
dirinya sebagai guru dan sekaligus sebagai pendidik. Perilaku guru akan memberikan
warna terhadap watak peserta didik.

C. Tanggung Jawab Pegawai Tata Usaha Sekolah.


Pegawai tata usaha sekolah mempunyai tanggung jawab dalam bidang administrasi
sekolah. Baik mengenai data guru, peserta didik, perlengkapan atau peralatan sekolah dan
pelaksanaan kegiatan administrasi sekolah.
Pegawai Tata Usaha sekolah sebagai Pegawai Administrasi yang menpunyai jam
kerja, sebagai pegawai perlu memanfaatinya. Sebagai bukti kedisiplinan seorang pegawai,
kebiasaan ini sedikit demi sedikit akan memberi pengaruh terhadap kedisiplinan peserta
didik untuk menghargai waktu. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh Pegawai Tata Usaha
sekolah dalam menciptakan Kultur yang menunjang penerapan nilai hidup yang
mengandung budi pekerti moral, dan ahklak yang mulia.
Perilaku Pegawai Tata Usaha sekolah akan berpengaruh terhadap pelaksanaan,
penciptaan Kultur sekolah yang kondusif dalam rangka pembudayaan budi pekerti luhur
bagi warga sekolah.

D. Tanggung Jawab Orang Tua.


Hubungan orang tua, anak dalam keluarga umumnya mencerminkan kondisi
kebudayaan dari struktur sosial sekitarnya. Demikian kata Poulo Freire. Jika yang
menyusup ke dalam keluarga otoriter, kaku serta mengekang, maka keluarga akan
mengingat suasana penindasan (Poulo Freire 1985 ; 164), apabila dukungan orangtua
membantu anaknya menciptakan Kultur sekolah yang berahklak, maka peserta didik anak
merasakan bahwa pihak berharap untuk mempraktekkan nilai-nilai budi pekerti tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.

E. Tanggung Jawab Organisasi Kesiswaan.


Sekolah memiliki organisasi kesiswaan, antara lain OSIS, kepribadian dan organisasi
yang lebih khusus untuk membina keterampilan seperti apresiasi seni, olah raga dan
keagamaan. Setiap organisasi tersebut sangat potensial untuk membina perilaku mana
yang baik dan mana yang buruk. Sesama teman juga dapat saling mengingatkan agar
perbuatan yang kurang baik dapat dihindari seperti suka mengejek, pemarah, egois dan
kurang bertanggung jawab. Organisasi kesiswaan suatu wadah bagi peserta didik untuk
melatih diri berorganisasi, mengeluarkan pendapat, bekerjasama dan memahami orang
lain, melalui berbagai kegiatan interaksi sesama peserta didik.
Beberapa kegiatan organisasi seperti dikemukakan di atas hanyalah sebagai contoh
yang dapat dilakukan oleh organisasi kesiswaan. Di antaranya kegiatan tersebut
sebenarnya sudah dilakukan oleh sebagian organisasi sekolah. Mengingat banyaknya
aktifitas yang dapat dilakukan oleh organisasi sekolah, maka sebaiknya Kepala Sekolah
atau guru dapat memfasilitasi kegiatan yang dirancang oleh para peserta didik tersebut.

F. Tanggung Jawab Peserta Didik.


Peserta didik di lingkungan sekolah adalah subyek yang sedang belajar. Secara
umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu
dengan lingkungan (Moh. Ali, 1983 ; 4). Berdasarkan pengertian tersebut, maka salah satu
aspek penting yang perlu dijaga dan dibina suasananya ialah lingkungan dalam hal ini
lingkungan sekolah.

G. Koordinator Pelaksanaan.
Upaya menciptakan Kultur sekolah yang kondusif bagi pembudayaan budi pekerti
siswa, bukan otomatis berhasil meskipun faktor utama dan faktor penunjang dipenuhi.
Upaya ini merupakan proses bertahap yang dilakukan secara berkelanjutan melalui
program pembinaan dan pengembangan. Dalam program ini yang perlu mendapatkan
perhatian adalah koordinasi pelaksanaan pemantauan dan pengawasan serta evaluasi
pelaksanaan.

H. Penelitian dan Penilaian.


Untuk mengetahui perkembangan program penciptaan Kultur sekolah yang kondusif
bagi pembudayaan budi pekerti peserta didik, perlu dilakukan penelitian dan pengawasan
yang dilakukan secara teratur dan berkala.
Dengan diadakan pemantauan dan penilaian, maka sekolah akan mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk memperbaiki program dan pelaksanaan serta pengembangan
lebih lanjut.

I. Indikator Keberhasilan.
Program penciptaan Kultur sekolah yang kondusif bagi pembudayaan budi pekerti
peserta didik, berhasil tidaknya dilihat berdasarkan indikator-indikator di bawah ini :
a. Tingkat pengamalan ibadah ;
b. Tingkat keimanan, keberhasilan, ketertiban lingkungan sekolah ;
c. Tingkat penurunan, frekuensi dan intensitas kenakalan peserta didik ;
d. Tingkat peran serta peserta didik ; dan
e. Tingkat pengetahuan dan pengalaman.

BAB III UPAYA PEMECAHAN MASALAH


Perilaku yang disiplin memang harus dimulai dari pimpinan. Kerapihan berpakaian,
cara duduk yang sopan, cara berbicara, makan, minum dan cara memimpin tentu akan
banyak diperhatikan oleh para guru dan peserta didik. Dalam kesempatan upacara bendera
pun Kepala Sekolah akan menjadi pusat perhatian karena dalam kesempatan itu Kepala
Sekolah dapat memberikan pepatah atau nasehat pada seluruh peserta upacara tentang
nilai hidup yang bermoral, sopan santun dan kepatuhan terhadap orang tua dan
sebagainya. Ada baiknya Kepala Sekolah pada saat tertentu sebaiknya memasuki kelas
dan memberi nasehat kepada peserta didik tentang pelaksanaan budi pekerti yang
diajarkan guru. Nasehat serupa juga dapat disampaikan pada waktu upacara bendera.
Kepala Sekolah diharapkan mengadakan komunikasi dengan orang tua peserta didik
untuk memionta orang tua menasehati anaknya agar berperilaku sesuai dengan norma-
norma kehidupan yang berlaku dimana pun anak berada, khususnya di lingkungan sekolah.
Dari semua yang diuraikan di atas maka faktor dominan yang menentukan keberhasilan
implementasi budi pekerti bagi peserta didik di sekolah, adalah faktor keteladanan dari
semua unsur tentang praktek perilaku budi pekerti mutlak harus diberikan oleh Kepala
Sekolah, guru, tenaga pendidik lainnya, serta para orangtua dan masyarakat. Tanpa
keteladanan dari mereka sukar untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti bagi peserta
didik.
Guru menjadi idola dan sangat dihormati peserta didik, oleh karena itu sebaiknya
setiap guru memanfaatkan kesempatan lingkungan sekolah sebagai tempat pembinaan
watak peserta didik. Untuk menciptakan Kultur sekolah yang mendukung penerapan budi
peketi, sebaiknya guru terlebih dahulu perlu mengingat beberapa hal di antaranya :
a. Pendidikan budi pekerti diajarkan oleh guru di kelas merupakan dasar untuk
berperilaku yang berbudi luhur, penerapannya di sekolah menjadi tugas setiap guru.
Oleh karena perilaku yang sesungguhnya yang ditampilkan oleh peserta didik
bukanlah di dalam kelas saja tetapi lebih banyak terjadi di luar kelas. Suasana di luar
kelas lebih bebas, kesempatan peserta didik untuk berbuat lebih banyak baik
melakukan kegiatan bermain ataupun berbuat sesuatu. Misalnya, seorang peserta
didik sambil bermain membuang sampah tidak ke dalam tempatnya tindakan itu
kebetulan terlihat oleh guru, maka guru tersebut berkewajiban menegur peserta didik
tersebut agar mengambil sampah itu dan memasukannya ke tempat sampah.
Tidaklah tepat kalau guru tersebut berkata dalam hati bahwa yang memperhatikan
masalah seperti itu adalah guru yang lainnya. Pandangan yang demikian adalah
keliru dan tidak mendukung penciptaan Kultur sekolah kondusif dalam penerapan
pendidikan budi pekerti luhur dikalangan peserta didik. Penerapan budi pekerti di
lingkungan sekolah sesungguhnya merupakan tugas semua guru, bukan hanya oleh
seorang guru.
b. Waktu yang tersedia untuk pendidikan budi pekerti di kelas sangat sedikit sekali tidak
mungkin dari waktu yang sedikit itu pembelajaran budi pekerti dapat dilakukan
dengan sempurna walaupun mengadakan metode yang tepat, karena yang
dipentingkan adalah penerapannya dalam perilaku di luar kelas, dalam keadaan
yang wajar dan situasi yang bebas. Peserta didik tidak dapat dengan bebas
mengaktualisasikan dirinya, di dalam kelas berbeda dengan kalau mereka sudah
berada di luar kelas, misalnya sewaktu-waktu mereka sedang bermain di luar kelas
inilah yang perlu diperhatikan oleh semua guru.
Demikian juga perilaku guru di dalam kelas, semua guru perlu memperlihatkan
perilaku berbudi luhur agar ada istilah kesan bagi peserta didik bahwa guru mereka patut
diteladani. Guru hendaklah menampilkan diri sebagai sosok yang sopan, berwibawa,
menjaga tata krama, disiplin, dan senantiasa menyenangkan. Guru yang berwibawa ialah
guru yang memiliki kepribadian yang kuat, memiliki pengetahuan yang luas, berdisiplin dan
mampu meletakkan dirinya sebagai pendidik bagi di lingkungan sekolah maupun di dalam
masyarakat dan secara moral terhindar dari perbuatan yang merendahkan derajatnya
sebagai guru.
Kultur lingkungan sekolah yang dikehendaki dalam rangka pelaksanaan pendidikan
budi pekerti ialah suasana yang kondusif (mendorong) terciptanya Kultur kehidupan yang
berahklak mulia atas dasar ke-Tuhanan dan hubungan sosial antara warga sekolah. Atas
dasar itu nilai-nilai budi pekerti seperti ketaatan, kedisiplinan, kejujuran, ketekunan dan
toleransi diharapkan akan terwujud dalam setiap situasi seluruh nilai yang ada dalam budi
pekerti tersebut dapat diaplikasikan oleh guru sesuai dengan kondisi dan situasi yang
dihadapi.
Untuk itu terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap guru
seperti di bawah ini :
a. Setiap guru di kelas adalah guru budi pekerti.
Pendidikan budi pekerti di dalam kelas harus tercermin dari sikap seluruh guru,
waktu menyajikan mata pelajaran yang ia berikan, setiap guru yang sedang
mengajar di depan kelas hendaklah selalu berpandangan bahwa ia pun secara tidak
langsung sedang membentuk perilaku peserta didiknya sesuai dengan nilai-nilai budi
pekerti artinya, setiap guru yang mengajar dikelas memiliki tanggung jawab untuk
memperhatikan sikap dan tindakan peserta didik selama pelajaran berlangsung.
Apabila ada diantara peserta didik yang mengganggu temannya atau tertidur
misalnya, maka dengan cara yang relatif guru harus memberi nasehat bahwa
perbuatan peserta didik tersebut tidak sesuai dengan etika dan sopan santun dalam
belajar. Menghadapi peserta didik di dalam kelas, guru berkewajiban bersifat
obyektif. Adakalanya seorang peserta didik mendapat hukuman tetapi pada
kesempatan lain kemungkinan anak tersebut berhak mendapat pujian atau
penghargaan. Perilaku yang sama terhadap peserta didik merupakan salah satu
kunci dalam keberhasilan menanamkan nilai-nilai hidup di lingkungan sekolah.
b. Guru di luar kelas adalah tetap guru dan pendidik.
Guru perlu menjaga kreadibilitasnya, ia haruslah menjadi orang yang dipercayai
oleh peserta didik baik perkataan maupun perbuatannya. Makin tinggi
kreadibilitasnya seorang pembina (dalam hal ini guru) di mata orang yang dibina
(dalam hal ini peserta didik) makin besar pula pengaruhnya di dalam mencapai
tujuan tertentu membentuk tingkah laku orang yang dibina (Winarno Surahmad,
1980 ; 22), kredibilitasi guru sangat tergantung pada sikap dan perilakunya.
Perkembangan hubungan sosial dan interaksi antara guru dengan peserta didik
dewasa ini semakin lebih terbuka dan terkesan lebih bebas sehingga tidak tertutup
kemungkinan semakin berani pula mereka bercanda dengan gurunya secara
melewati batas kewajaran. Dalam hal demikian guru perlu segera menyadari
pentingnya menjaga wibawa kehormatannya dan kreadibilitasnya sebagai guru.
Keakraban antara guru dengan peserta didik tidak menjadi penghalang untuk tetap
terpeliharanya wibawa guru, jangan sampai guru menjadi bersifat subyektif karena
kebaikan seorang peserta didiknya. Oleh karena itu seorang guru sebaiknya
menghindari meminta sesuatu dari peserta didiknya terutama dalam bentuk materi.
c. Pandangan masyarakat terhadap guru.
Guru di dalam kehidupan kemasyarakatan senantiasa dipandang sebagai sosok
pribadi yang berahklak. Kenyataan menunjukkan bahwa di beberapa tempat
terutama di kota-kota besar peserta didik cukup banyak jumlahnya, sehingga guru
belum tentu mampu mengenal peserta didiknya dengan baik terutama kalau sudah
berada di luar sekolah. Hal ini besar kemungkinan terjadi kalau guru tersebut
mengajar di beberapa sekolah khususnya ditingkat sekolah menengah.
Dalam hal yang demikian guru harus selalu mengingat bahwa di luar sekolah, di
tempat-tempat umum atau di mana saja. Ada juga seorang guru sedang menjadi
pusat perhatian peserta didiknya dari jauh tetapi guru tersebut menyadarinya.
Seandainya guru ceroboh dalam bertindak berbuat sesuatu yang tidak baik, atau
secara moral tidak sepantasnya. Oleh krena itu guru harus selalu menjaga sikap dan
perilakunya dimana pun dia berada.
d. Guru digugu dan ditiru.
Ungkapan di atas mengandung makna bahwa guru memiliki daya pemikat yang kuat
bagi peserta didiknya. Apa yang dikatakan guru akan diingat dan dituruti oleh
peserta didik, karena yang dikatakan adalah kebaikan. Demikian juga apa yang
dilakukan oleh guru akan dicontoh oleh peserta didiknya. Pepatah juga mengatakan
kalau guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari.
Dari ungkapan pepatah tersebut tergambar beberapa pentingnya peran guru
terhadap pembentukan perilaku peserta didik. Apakah guru akan membiarkan dirinya
menjadi contoh yang kurang baik? Pasti tidak! Malahan sebaiknya setiap guru ingin dirinya
menjadi tokoh panutan terbaik bagi perkembangan moral anak didiknya. Ingin dikenal
sebagai guru yang paling disegani, menyenangkan dan dikagumi oleh anak didiknya.
Pegawai Tata Usaha sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan sekolah
sebagai wahana pembinaan budi pekerti atas dasar.
a. Bahwa pegawai tata usaha sekolah adalah bagian dari warga sekolah yang selalu
hadir dalam sehari-hari sekolah, kegiatan tata usaha sekolah tidak terlepas dari
upaya untuk mencapai tujuan sekolah ;
b. Bahwa pegawai tata usaha sekolah ikut bertanggung jawab menjaga lingkungan
sekolah antara lain dalam hal keamanan kebersihan dan kesehatan sekolah ; dan
c. Bahwa Pegawai Tata Usaha sekolah melalui perilakunya akan menjadi contoh
teladan juga bagi peserta didik, disamping Kepala Sekolah dan para guru.
Dalam meningkatkan perhatian terhadap penciptaan situasi yang menunjang
pelaksanaan budi pekerti di lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga juga perlu
diingatkan agar setiap orang tua berlaku demokratis dan lebih terbuka sehingga persoalan
yang dihadapi anak dapat didiskusikan dengan orangtua.
Karena itu pengelola sekolah dapat mengarahkan dan memotivasi pengurus OSIS
dan organisasi lainnya yang di sekolah untuk :
a. Meningkatkan kegiatan organisasi yang berhubungan dengan penerapan budi
pekerti di lingkungan sekolah misalnya, mengundang penceramah tentang cara
bersopan santun, etika dan bertatakrama secara periodik di sekolah ;
b. Mengadakan diskusi tentang masalah ahklak, narkoba, perkelahian pelajar dan
masalah aktual lainnya dengan mengundang seorang ahli di bidang sebagai nara
sumber ;
c. Mengadakan apresiasi seni, baik sastra musik ataupun seni lukis untuk
memperhalus budi atau perasaan ;
d. Mengadakan pertandingan olah raga dalam rangka membina sportifitas, kedisiplinan
dan kebiasaan menghargai prestasi orang lain ; dan
e. Mengadakan buletin adalah majalah dinding yang berisi antara lain tentang budi
pekerti atau akhlak yang seharusnya diterapkan di sekolah.
Untuk membantu Kultur yang mendukung penerapan pendidikan. Budi pekerti di
lingkungan sekolah perlu diperhatikan oleh peserta didik. Adapun beberapa hal yang harus
diperhatikan di antaranya adalah :
a. Pelajaran agama dan budi pekerti yang diajarkan di sekolah adalah pelajaran yang
harus segera diperlukan di lingkungan sekolah ;
b. Pembiasaan berdisiplin diri yang tinggi, artinya setiap peserta didik di sekolah
hendaknya selalu membiasakan diri untuk berdisiplin dengan mematuhi semua
peraturan yang ada. Atau mematuhi atas dasar suara hati. Suara hati pada pokoknya
adalah suatu putusan budi pekerti yang memberitahukan bahwa kita harus berbuat
baik dan menjauhkan yang jahat (Poedja Wiyatna, 1990 ; 166). Hidup yang disiplin di
lingkungan sekolah akan melahirkan sekolah yang aman dan menyenangi ;
c. Pembiasaan diri untuk saling mengingatkan, saling menasehati dengan cara yang
baik terehadap sesuatu tindakan di luar keputusan atau bahkan untuk mendorong ke
dalam suatu tindakan yang terpuji ; dan
Menghadapi gangguan dari luar lingkungan sekolah sebaiknya diatasi dengan cara
yang bijaksana. Karena itu orang bijak mengatakan bahwa kekerasan akan menghasilkan
“Kalah jadi abu menang jadi arang“. Sekolah adalah rumah kedua, pelihara dan jagalah
sekolah seperti memelihara rumah sendiri.
Untuk mewujudkan Kultur yang kondusif bagi pembudayaan budi pekerti siswa perlu
diadakan kegiatan koordinasi antara lain sebagai berikut :
a. Koordinasi antara Kepala Sekolah, guru agama, guru PPKN, guru bahasa Indonesia
dan guru mata pelajaran lainnya. Dan tenaga kependidikan yang lainnya untuk
memantapkan penyusunan dan pelaksanaan program kegiatan. Semua unsur
pembina sekolah harus dipadukan dan memahami serta berupaya mencapai hasil
yang telah ditentukan ;
b. Koordinasi antar pembina ekstra kurikuler (PMR, OSIS, Pramuka, UKS ) dengan
peserta didik agar mempunyai rasa memiliki pada diri sebagai pemeran utama dalam
menciptakan Kultur sekolah yang kondusif ;
c. Koordinasi antar sekolah dengan Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan
(BP3) atau Komite Sekolah orangtua murid adalah memotivasi anak-anaknya untuk
secara aktif berperan serta dalam program sekolah dengan harapan dapat
menerapkan di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar ; dan
d. Koordinasi antar sekolah, tokoh dan warga masyarakat di sekitar sekolah untuk
berperan serta dalam menciptakan Kultur sekolah yang kondusif yaitu suasana
sekolah yang bebas dari peredaran narkoba, tindak kejahatan dan bentuk kriminal
lainnya.
Hal-hal yang perlu diteliti dan dinilai antara lain ; peratuan sekolah, ketenangan,
saran prasarana sedangkan program kegiatannya yang dinilai antara lain :
a. Tingkat kepatuhan dan ketaatan terhadap tata tertib sekolah yang telah dibuat dan
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah sebagai penunjang terciptanya
Kultur sekolah yang kondusif. Peraturan sekolah tersebut diteliti atau diidentifikasi
peraturan mana yang dapat dilaksanakan dan mana yang tidak dapat dilaksanakan ;
b. Keterlibatan semua warga sekolah baik Kepala Sekolah, guru tenaga kependidikan
dan peserta didik dalam pelaksanaan program seberapa besar kontribusi masing-
masing. Warga sekolah untuk mensukseskan program sekolah, bagaimana peran
serta Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) atau Komite Sekolah
dan orangtua serta masyarakat lainnya juga perlu mendapat perhatian ;
c. Kesesuaian fungsi dan efektivitas sarana dan prasarana yang digunakan untuk
mencapai tujuan ; dan
d. Kesesuaian program dengan pelaksanaanya apabila kurang sesuai maka dicari
faktor-faktor apa yang mempengaruhi terhadap kinerja program yang direncanakan
dan mencari solusi yang harus dilakukan agar program sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Kemudian mancari langkah apa untuk mengembangkan program
tersebut untuk masa yang akan datang.
Program penciptaan Kultur sekolah yang kondusif bagi pembudayaan budi pekerti
peserta didik, berhasil tidaknya dilihat berdasarkan indikator-indikator di bawah ini :
a. Tingkat pengamalan ibadah bagaimana misalnya bagi mereka yang beragama islam
dapat dilihat dari pengamalan ibadah wajib dan sunat seperti shalat, puasa dan
peran serta dalam zakat, infak, shodaqoh oleh peserta didik, kepala sekolah, guru
dan warga lainnya ;
b. Tingkat keimanan, keberhasilan, ketertiban lingkungan sekolah yang diukur dari
persesi peserta didik, orangtua dan masyarakat sekitar ;
c. Tingkat penurunan, frekuensi dan intensitas kenakalan peserta didik baik di sekolah
maupun di luar sekolah ;
d. Tingkat peran serta peserta didik, pembina sekolah dan masyarakat sekitar dalam
program kegiatan sekolah ; dan
e. Tingkat pengetahuan, pemahaman dan pengalaman peserta didik terhadap nilia-nilai
dan norma budi pekerti yang dapat diukur melalui nilai-nilai pendidikan agama,
PPKN dan mata pelajaran lainnya.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


Pendidikan budi pekerti dapat terealitasi secara optimal di sekolah harapan ini
ditujukan kepada semua warga sekolah yakni Kepala Sekolah, guru, pegawai, tata usaha,
organisasi kesiswaan, Komite Sekolah dan peserta didik untuk menjalankan peran masing-
masing membantu penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah. Pembinaan budi pekerti
di sekolah tidak cukup hanya dengan pelajaran di dalam kelas, melainkan harus didukung
oleh kegiatan dan pengawasan di luar kelas. Oleh karena itu dihimbau kepada setiap
warga sekolah untuk membantu dan memperlancar penerapan pendidikan budi pekerti
luhur mereka yang terlibat adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah untuk memberikan pengawasan secara optimal kepada seluruh
warga sekolah sehubungan dengan perilaku warga di lingkungan sekolah ;
2. Guru untuk memberikan keteladan dan pengawasan kepada para peserta didik;
3. Peagawai Tata Usaha sekolah termasuk Penjaga sekolah, Penjaga sekolah untuk
membantu dari segi adminstrasi dan tata laksana sekolah untuk menerapkan budi
pekerti yang luhur dalam setiap interaksi.
4. Komite Sekolah untuk mendukung kegiatan pendidikan budi pekerti di sekolah
melalui berbagai peran yang dapat dilakukan oleh orangtua ;
5. Organisasi Kesiswaan untuk membina kegiatan pemantapan pendidikan budi pekerti
di lingkungan sekolah dan di luar sekolah ; dan
6. Peserta didik untuk menerapkan setiap butir budi pekerti dalam kehidupan sehari-
hari di lingkungan sekolah dan juga di luar sekolah.
Akhirnya sekali lagi dikemukakan bahwa masa depan warga bangsa Indonesia yang
berbudi pekerti luhur, yang berahklak mulia dan bermoral tinggi hanya akan terwujud
apabila sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan bangsa berhasil mengantarkan
peserta didiknya menjadi manusia yang berahklak mulia dan berbudi pekerti luhur pula.
Upaya untuk mewujudkan, diperlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi secara
operasional terletak dipundak seluruh pendidik khususnya pundak seluruh guru.

DAFTAR PUSTAKA
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Suatu Tinjuan , Andi Offset, Yogyakarta.1986.
Moh. Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1983.
Nasution.S., Sosiologi Pendidikan, Jemmars, Bandung,1983.
Poedja Wiyatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
Sedyawati, E ( 1997 ) ,Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta.
Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, CV Rajawali, Jakarta 1984.
Suprapto,M,Ed ( 2000 ) Budi Pekerti Dalam Kehidupan Masyarakat, Jakarta.

Label: Contoh Makalah Seleksi Calon Kepala Sekolah:

= Baca Juga =

SURAT EDARAN GTK KEMENDIKBUD TENTANG SELEKSI PPPK GURU TAHUN 2021
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN DAN SILABUS KSN SD TAHUN 2021
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN DAN SILABUS KSN SMP TAHUN 2021/2022
TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA PNS SECARA MANDIRI PADA SIMPEG 5.0 KEMENAG
RINCIAN FORMASI CPNS DAN PPPK PEMERINTAH KABUPATEN PATI TAHUN 2021
RINCIAN FORMASI CPNS DAN PPPK PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2021
RINCIAN FORMASI CPNS DAN PPPK LIPI TAHUN 2021
RINCIAN FORMASI CPNS DAN PPPK PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2021
RINCIAN FORMASI CPNS DAN PPPK PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2021
RINCIAN FORMASI CPNS DAN PPPK PEMERINTAH KABUPATEN SERUYAN TAHUN 2021
RINCIAN FORMASI CPNS DAN PPPK PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2021
UNSUR INSTRINSIK PUISI IBU KARYA CHAIRIL ANWAR
AMANAT YANG TERKANDUNG DALAM LIRIK LAGU SAHABAT SEJATI KARYA EROSS
SE DIRJEN GTK NOMOR 1460/B.B1/GT.02.01/2021 TENTANG LINIEARITAS KUALIFIKASI
AKADEMIK DAN SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM PENDAFTARAN GURU PPPK TAHUN 2021
JUKNIS KONTES KAPAL CEPAT TAK BERAWAK NASIONAL (KKCTBN) TAHUN 2021

SUBSCRIBE VIA EMAIL

Enter Email SUBMIT

Like 24
SHARE THIS: " Facebook # Twitter $ Google+ % Pinterest 0 Linkedin 1 WA

About Noeroel
Bekerja sebagai pendidik dan memanfaat blog sebagai sarana informasi dan pembelajaran.
Semoga blog ainamulyana.blogspot.com dapat menjadi wahana informasi, pembelajaran
dan pembinaan.

Newer Article Older Article


DOWNLOAD JUKNIS BOS 2015 PENGERTIAN, CIRI DAN TIFE KEPRIBADIAN

PERMENPAN RB NOMOR PERMENPAN RB NOMOR PERMENPAN RB NOMOR SURAT EDARAN GTK


27 TAHUN 2021 TENTANG 28 TAHUN 2021 TENTANG 29 TAHUN 2021 TENTANG KEMENDIKBUD TENTANG
PENGADAAN PNS PENGADAAN PPPK P3K PENGADAAN PPPK SELEKSI PPPK GURU
PEGAWAI NEGERI SIPIL GURU PADA INSTANSI JABATAN FUNGSIONAL TAHUN 2021
DAERAH TAHUN 2021 NON GURU

5 C O M M E NTS :

Unknown
2 March 9, 2015 at 7:02 AM

tidak bisa di copy . belum bisa dimanfaaatkan

Reply

Unknown
2 May 25, 2015 at 8:20 PM

belum bisa di copas ya :(

Reply

Unknown
2 May 28, 2016 at 7:36 AM

ALAHMDULILAAH SUDAH BISA DI COPY . JADI SANGAT BERMANFAAT BUAT SAYA. TERIMA KASIH SEMOGA
ALLAH MEMBERIKAN PAHALA YANG SEINDAH-INDAHNYA.

Reply

Unknown
2 April 2, 2017 at 10:09 PM

bagaimana cara mencopy nya biar bisa bermanfaat ?

Reply

Unknown
2 June 7, 2021 at 9:55 PM

Mantaap

Reply

Enter your comment...

Comment as: Google Account

Publish Preview

Crafted with / by Templatesyard | Modi^cation By Jelajah Informasi

Anda mungkin juga menyukai