Anda di halaman 1dari 37

RJP

JOB SHEET II
RESUSITASI JANTUNG PARU

1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama
terhadap korban tersedak dan Resusitasi Jantung Paru
1.2 Tujuan Khusus
1. Memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang dihadapi,
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat serta menilai bahaya-
bahaya lain yang dapat terjadi terhadap penderita, penolong maupun
orang-orang di sekitar.
2. Mampu melakukan pertolongan pertama terhadap korban tersedak
3. Mampu melakukan Resusitasi Jantung Paru

2. Teori
2.1 Pengertian RJP (Resusitasi Jantung dan Paru-paru)
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan
pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab
tertentu. Resusitasi jantung paru (RJP) ini bertujuan untuk membuka
kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup total. Pertolongan
seperti ini sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan
jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan
sebagainya. Kematian biologis dimana kerusakan otak tak dapat diperbaiki
lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis. Oleh Karena itu,
berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan
tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
Teknik melakukan RJP menurut AHA (2015) sebagai berikut :
1. Penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum
memberikan napas buatan (C-A-B, bukan A-B-C) agar dapat
mengurangi penundaan kompresi pertama. Satu penolong harus

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
memulai CPR dengan 30 kompresi dada yang diikuti dengan 2 napas
buatan.
2. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 x
/min (diperbarui dari minimum 100/min)
3. Kecepatan kompresi dada : Rekomendasi yang diklarifikasi
untukkedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum
2 inci (5 cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).
4. Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi
(Hands-Only) dengan atau tanpa panduan operator untuk korban
serangan jantung dewasa. Penolong harus melanjutkan CPR hanya
kompresi hinggapenolong (tim medis) tiba.
5. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus
memberikan kompresi dada untuk korban serangan jantung. Selain
itu, jika penolong terlatih mampu melakukan napas buatan, ia harus
menambahkan napas buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding 2
napas buatan. Penolong harus melanjutkan CPR hingga Penolong
tiba,

Langkah-langkah melakukan RJP


1 Dimulai dari Circulation ( C ) terlebih dahulu, meskipun
terlihat ada sumbatan jalan napas. Kecuali bila dilakukan
dengan 2 atau lebih penolong, sehingga bisa simultan.
Memeriksa nadi karotis dengan meraba sisi leher korban
selama 5-10 detik seperti pada Gambar 1.

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP

Gambar 1. Pemeriksaan Nadi Karotis


2 Bila tidak teraba denyutan, lakukan pijatan dada sebagai
berikut :
a. Memposisikan penderita berbaring terlentang di atas
dasar yang keras, misalnya lantai. Jangan di atas
kasur/busa.
b. Membaskan pakaian penderita di sekitar dada.
c. Memposisikan diri penolong pada salah satu sisi
penderita. Mengupayakan senyaman mungkin. Kedua
lutut penolong dibuka kira – kira selebar bahu
penolong.
d. Meraba lengkung rusuk paling bawah. Tentukan
pertemuan lengkung iga kiri dan kanan.
e. Menentukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk
tersebut diukur 2 jari ke atas pada garis tengah tulang
dada.
f. Memposisikan tangan penolong pada titik pijatan.
Bagian yang menekan adalah tumit tangan. Tangan
penolong yang bebas diletakkan di atas tangan satunya
untuk menopang.
g. Memposisikan bahu penolong tegak lurus dengan
tangan yang menekan.

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
h. Melakukan Pijatan Jantung (PJL) atau Resusitasi
Jantung dan Paru (RJP). Jaga agar posisi tangan tetap
lurus, memberikan tekanan yang sesuai kekuatan dan
kedalamannya dengan keadaan penderita.
i. Memeriksa nadi setiap menit. Melanjutkan terus tanpa
berhenti, sampai munculnya tanda – tanda kehidupan,
atau adanya tanda – tanda kematian biologis, atau
penolong kecapekan, atau bantuan ahli tiba.
Metode tersebut di atas dikenal dengan CPR atau
Resusitasi Jantung - Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar, atau
Resusitasi Jantung – Pulmoner seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2. CPR adalah salah satu cara penyelamatan nyawa
seseorang yang mengalami henti napas dan/atau henti jantung
mendadak oleh sebab – sebab tertentu.

Gambar 2. RJP
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi,
maka penolong memberikan bantuan nafas saja. Kandungan
oksigen di udara bebas kurang lebih 21%. Proses bernafas
manusia hanya memanfaatkan sekitar 5% saja, yang berarti
udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-
kira 16% oksigen. Udara ini dapat diberikan kepada penderita
yang mengalami henti nafas sampai ada sumber oksigen yang
lebih tinggi kandungannya. Ada beberapa teknik yang
digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan adalah:
a. Menggunakan mulut penolong

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
- Mulut ke masker RJP
- Mulut ke APD
- Mulut ke mulut / hidung
b. Menggunakan alat bantu
Kantung bermasker berkatub (bag value mask)

Pemberian nafas bantuan tetap harus diawali penilaian penderita


setelah Circulation teratasi
1. Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas
penderita
2. Pemberian 2x bantuan nafas untuk nafas untuk melihat
apakah ada sumbatan dalam jalan nafas
3. Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong,
maka diduga ada sumbatan, jika benda yang menyumbat
jalan nafas terlihat, gunakan sapuan jari. Tetapi jika tidak
terlihat gunakan Heimlich Manuever.
4. Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan
nafas 10-12 kali nafas (dewasa).
5. Lakukan terus, sampai muncul nafas normal.

Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari


mulut ke mulut yaitu seperti penyebaran penyakit, kontaminasi
bahan kimia, muntahan penderita.

2.2 Pengertian Chocking (Tersedak)


Tersedak merupakan keadaan dimana ketika sebuah objek asing
maupun makanan yang bersarang di tenggorokan atau saluran udara yang
dapat menghalangi udara mengalir ke paru – paru dan otak yang dapat
mengakibatkan seseorang susah bernapas. Kasus seseorang yang tersedak
tidak dapat dianggap sebagai hal yang tidak membahayakan, karena jika
seseorang tersedak maka benda asing maupun makanan yang menyumbat
saluran pernapasan dapat membuat seseorang kesulitan bernapas hingga

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
pingsan. Apabila saluran udara terhalang oleh benda atau makanan maka
aliran udara tidak bisa mengalir ke paru - paru maupun otak. Tanpa oksigen
selama 4 menit otak seseorang akan mengalami kerusakan dan kematian.
Secara umum jika seseorang mengalami tersedak maka dapat dilihat
dari tangan yang memegangi tenggorokan, namun jika seseorang tersebut
tidak memberikan tanda ketika tersedak maka dapat dilihat dari gejala
lainnya, yaitu (www.mayoclinic.org,2016) :
1. Kesulitan dalam berbicara
2. Susah bernapas
3. Kesulitan dalam batuk
4. Kulit, bibir dan kuku yang berubah warna menjadi biru kehitaman
5. Kehilangan kesadaran
2.3 Pertolongan Pertama saat Tersedak
Jika korban tersedak saat sadar lakukan Heimlich Manouever (Singapore Civil
Defence, 2012):
1. Berdirilah di belakang korban dan tempatkan satu kaki diantara kaki
korban, pastikan kaki korban terpisah selebar bahu.

Gambar 2.1 Berdiri di Belakang Korban


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP
2. Dengan menggunakan satu tangan cari pusar korban menggunakan jari
kelingking dan tempatkan 2 jari di atas pusar korban.

Gambar 2.2 Mencari Pusar Korban


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012
3. Dengan menggunakan tanganmu yang lain, lipat ibu jarimu ke dalam
genggaman tangan mu dan lingkarkan jarimu menjadi sebuah kepalan
tangan.

Gambar 2.3 Menggenggam Tangan


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012
4. Posisikan kepalan tangan mu diatas tanganmu yang berada diatas pusar
korban dan lepaskan 3 jari ketika menempatkan kepalan tangan mu di
posisi itu. Arahkan korban ke depan dan tutup kepalan tanganmu dengan
tanganmu satunya.

Gambar 2.4 Melingkarkan Tangan ke Korban


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP
5. Lakukan dorongan ke arah belakang dan atas serta lihat benda asing yang
terjatuh dari mulut korban. Jika tidak ada yang keluar dari mulut korban,
terus berikan dorongan sampai keluarnya benda dari mulut korban atau
korban pingsan.

Gambar 2.5 Melakukan Dorongan ke Belakang


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012
6. Jika korban jatuh pingsan tahan badan korban dan baringkan korban ke
bawah. Posisikan punggung korban ke permukaan yang rata. Teriaklah
meminta bantuan, minta seseorang untuk menelpon 995 untuk ambulan
dan seseorang dengan Automated External Defibrilator (AED). Mulai
tekan dada korban 30x. Angkat dagu korban untuk masuknya udara.
Turunkan dagu korban dan periksa untuk setiap benda asing yang ada di
mulut korban. Hilangkan benda yang terlihat dengan kaitan jari telunjuk
tangan lainnya. Periksa pernafasan normal. Jika pernafasan masih terasa,
pantau pernafasan korban sampai ambulan datang. Jika tidak, beri nafas
buatan melalui mulut. Jika dada tidak naik, saluran udara korban masih
tertutup (Singapore Civil Defence, 2012). Ulangi langkah diatas mulai dari
dorong dadanya sampai kam bisa memberi 2x pernafasan buatan yang
berhasil melalui mulut 2x dengan dada yang naik atau korban menandakan
kalau dia masih hidup. Periksa pernafasannya. Jika dia bernafas, pantau
pernafasan korban secara konsta sampai ambulan datang. Jika dia tidak
bernafas , lakukan Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR) dan gunakan
AED ketika ambulan datang.

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP

Gambar 2.6 Korban Pingsan Tersedak


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012
Jika korban yang tersedak obesitas atau sedang hamil, lakukan
dorongan ke dada :
1. Berdirilah di belakang korban dan tempatkan satu kaki diantara kedua kaki
korban, pastikan kaki korban terpisah selebar bahu.

Gambar 2.7 Berdiri di Belakang Korban


Sumber : Singapore Civil Defence,
2012
2. Lingkarkan kedua tangan di bawah tangan korban, buat kepalan tangan
dengan ibu jari dilipat ke dalam dan posisikan kepalan tangan ke tengah
tulang dadanya. Tutup kepalan tangan mu dengan tanganmu yang lain.
3. Beri 5 dorongan ke dalam dan lakukan seperti langkah ke 5 dan 6 pada
Heimlich Manouvre

Dr. Am Maisarah D, M.Kes DR. Dewi Kurniasih, SKM., M.Kes


Ir. Arief Subekti., M.MT
RJP

Gambar 2.8 Melingkarkan Tangan


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012

Gambar 2.9 Menekan dada


Sumber : Singapore Civil Defence, 2012
Jika Korban yang Tersedak adalah Bayi ( < 1 Tahun )
1. Baringkan bayi di tangan atau paha dengan memposisikan kepala dibawah
2. Berikan 5 dorongan dibagian tengah punggung bayi
3. Jika benda yang menyumbat terlihat, balik tubuh bayi dan berikan 5
dorongan pada dada dengan dua jari pada pertengahan tulang dada.
4. Jika penyumbat terlihat, periksa mulut bayi untuk mengambil penyumbat
yang bisa diambil
5. Jika dibutuhkan, ulangi secara bertahap langkah dari awal

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP

Jika Korban yang Tersedak adalah Anak – anak ( > 1 Tahun )


Berikan dorongan pada punggung untuk melancarkan jalannya udara yang
tersumbat pada anak (WHO. 2013) :
1. Berikan 5 dorongan pada punggung bagian tengah dengan pergelangan
tangan, dengan posisi anak duduk, berlutut atau berbaring
2. Jika penyumbat muncul, pergi ke belakang anak dan lingkarkan tangan ke
badan anak, buat kepalan dengan satu tangan dibawah tulang dada.
Tempatkan tangan yang lain diatas kepalan tangan dan tarik ke atas ke
perut, ulangi langkah ini 5x.
3. Jika penyumbat muncul periksa mulut anak dan hilangkan semua
penyumbat yang bisa dihilangkan.
4. Jika dibutuhkan ulangi langkah ini dari awal.

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP

3. Percobaan
3.1 Peralatan
Alat-alat yang digunakan antara lain :
a. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas atau stopwatch
b. Senter kecil
c. Stetoskop
d. Tensimeter atau stigmomanometer
e. Termometer badan
f. Sarung tangan latex
g. Es batu
h. Alat tulis untuk mencatat
3.2 Study case 1
Pada hari kamis, 27 September 2018 terjadi kecelakaan yang
menimpa seorang mahasiswa wanita bernama Daniar berumur 24
tahun yang mengalami benturan pada dahi yang membuat sedikit
pembengkakan dan perubahan warna ungu kehitaman pada dahi

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
penderita. Hal ini dikarenakan saat sedang berjalan korban memakan
pentol dan tali sepatu korban terlepas sehingga korban tersandung tali
sepatunya sendiri. Oleh karena itu daniar segera dilakukan
pertolongan pertama oleh penolong yang mampu menangani penderita
lalu dilanjutkan untuk di bawa ke poliklinik untuk mendapatkan
pertolongan dan perawatan lebih lanjut.
3.3 Langkah percobaan 1
A. PENILAIAN KEADAAN
Pada tahap ini penolong mengamankan kondisi sekitar korban
agar penderita dan penolong aman.
Kecelakaan ini terjadi karena kecerobohan penderita yang tidak
menalikan tali sepatunya sehingga terinjak sendiri dan
mengakibatkan terjatuh dan terbentur. Kronologisnya kecelakaan
yang menimpa seorang mahasiswa wanita bernama Daniar
berumur 24 tahun yang mengalami benturan pada dahi yang
membuat sedikit pembengkakan dan membiru pada dahi penderita.
Hal ini dikarenakan saat sedang berjalan korban memakan pentol
dan tali sepatu korban terlepas sehingga korban tersandung tali
sepatunya sendiri. Oleh karena itu daniar segera dilakukan
pertolongan pertama oleh penolong yang mampu menangani
penderita lalu dilanjutkan untuk di bawa ke poliklinik untuk
mendapatkan pertolongan dan perawatan lebih lanjut.
Kemungkinan terjadinya yaitu korban tidak bisa bernafas karena
jalan nafas tersumbat. Cara mengatasinya dengan melakukan RJP
pada penderita agar sumbatan permenkaret dapat keluar dan
penderita dapat bernafas kembali.
B. PENILAIAN DINI
Setelah melakukan penilaian keadaan terhadap penderita,
selanjutnya melakukan penilaian dini. Menentukan kesan umum
yang diderita korban. Pada kasus ini korban mengalami benturan
pada dahi penderita yang terlihat sedikit ,membengkak dan
berwarna biru. Kecelakaan ini termasuk kasus trauma, pada saat itu

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
korban terjatuh dan pingsan tanpa bernafas dan nadi tidak terasa
sehingga termasuk penderita tidak ada respon. Maka C – A – B
penderita yaitu circulation, airway, dan breathing. C – A – B
korban tidak ada dan harus dilakukan RJP (Resustansi Jantung
Paru) yang dilakukan adalah memberi bantuan nafas buatan dan
kompresi dada agar sirkulasi kembali normal.
Pada penanganan nadi henti dan tidak ada nafas maka hal yang
harus dilakuakan adalah:
- Mencari orang lain untuk mendampingi dan menjadi saksi saat
melakukan pertolongan dan memperkenalkan diri dan instansi
atau universitas.
- Izin pada menderita
- Menyingkirkan benda-benda yang memungkinkan
mengakibatkan cedera lainnya saat terjadi kecelakaan, namun
pada kasus ini tidak ada benda yang mengganggu
- Mengaktifkan sistem SPGDT dan menelfon bantuan
- Mencek respon
- Mencek nadi carotis
- Posisi penolong di samping penderita dan menentukan titik
kompresi dada yang berada di pertemuan tulang rusuk bawah
dengan mengukur dua jari ke atas dan di sinilah titik untuk
dilakuakan kompresi dada pada korban.
- Kompresi dada dilakukan sebanyak 30x (kecepatan pijatan 100
– 120 per menit) dan disertai 2x nafas buatan (kurang dari 5
detik) untuk satu siklus. Lakukan sebanyak 5x siklus, namum
pada penderita yang ditangani hanya perlu dilakuan dua kali
siklus lalu korban spontan batuksehingga RJP dihentikan dan
memeriksa kembali pentol yang berada di dalam tenggorokan
dan ternyata pentol sudah berada di mulut korban maka
langsung melakukan angkat dagu tekan dahi kembali dan
dilanjutkan untuk melakukan sapuan jari untuk mengambil
pentol agar menghilangkan sumbatan yang mengganggu jalan

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
nafasnya, lalu memeriksa nadi (karotis) penderita dan nafas
penderita yang mulai kembali.
- Membuka jalan pernapasan (angkat dagu tekan dahi)
- Memberikan bantuan pernafasan awal sebanyak 2x dan jika
terdapat benda asing singkirkan dengan sapuan jari
menggunakan jari kelingking. Pada kasus ini ditemukan
terdapat pentol yang masih terdapat di tenggorokan korban
sehingga dilakukan RJP agar pentol sedikit keluar di area mulut
dan penderita dapat bernafas kembali.
- Ketika denyut nadi berdenyut dan nafas ada, maka monitor
terus kondisi C – A – B penderita hingga bantuan datang dan
dilanjutkan diperiksa di poliklinik.
Pada tahap ini penolong harus menenali dan mengatasi keadaan
yang mengancam nyawa penderita dengan tepat, cepat dan
sederhana. Langkah – langkah penilaian dini :
B.1. Kesan umum
v
kasus trauma kasus medis
Alasan : korban mengalami benturan pada dahi yang
membuat sedikit pembengkakan dan perubahan
warna ungu kehitaman pada dahi penderita.
B.2. Memeriksa respon
Tahap ini adalah cara sederhana untuk mengetahui
berat/ringannya gangguan pada otak penderita :

A :

Awas S :

Suara
v
N :

Nyeri

T : Tidak respon

Alasan : karena tidak memberi respon apapun


Kesimpulan sementara : penderita tidak sadar
Dr. Am Maisarah D, M.Kes
DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP

B.3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan


nafas(airway),pernafasan(breathing), dan  CAB
CIRCULATION
tahap ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja
dengan baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya
peredaran darah adalah :
a. Penderita respon baik
Periksa nadi radial (pergelangan tangan), brakial (bagian
dalam lengan) dan karotis (leher) untuk melihat
ada/tidaknya kerja jantung

Nadi penderita : ada tidak


b. Penderita tidak respon
Periksa nadi seperti pada penderita respon baik. Jika
tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR

Nadi penderita : ada tidak v


Kesimpulan sementara : penderita tidak respon sehingga
perlu dilakukan RJP
AIRWAY
A. Penderita dengan respon baik
v
Suara tambahan : ada tidak
B. Penderita dengan tidak
respon Cara :
1. Tekan dahi penderita
2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai
cedera tulang belakang dan tulang leher)
BREATHING
Cara melihat ada / tidaknya nafas :
- Dilihat naik turunnya dada penderita
- Didengar ada/tidaknyahembusan dan tarikan nafas
- Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP

v
Nafas penderita : ada tidak

C. PEMERIKSAAN FISIK
Setelah melakukan penilaian dini, maka dilakukan
pemeriksaan fisik yang berurutan meliputi seluruh tubuh
penderita mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pemeriksan
ini melibatkan panca indera meliputi penglihatan (inspeksi),
perabaan (palpasi), dan pendengaran (auskultasi). Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik maka dapat diketahui P – L – N – B
yaitu perubahan bentuk, luka terbuka, nyeri tekan, dan bengkak.
Namun pada kasus ini penderita hanya mengalami sedikit
pembengkakakan pada dahi penderita yang dikarenakan
tersandung tali sepatsunya sendiri dan dahi penderita terbentur
lantai juga sedikit keunguan. Untuk pemeriksaan vital pada kasus
ini yaitu pada denyut nadi setelah penderita mulai sadar yaitu 60x
per menit, frekuensi pernafasan yaitu 18x per menit, tekanan darah
normal sistole 80mmHg dengan diastole 80mmHg, suhu tubuh
penderita 350 C dan pada kasus ini kulit penderita pucat karena
telah mengalami tidak bisa bernafas.
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaa seluruh anggota
badan penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut
s/d ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan
pengelihattan (inspeksi), perabaan (palpasi) dan pendengaran
(aukultasi). Pada penderita traumaharus dicari :
1. Perubahan bentuk (P)
2. Luka terbuka (L)
3. Nyeri tekan (N)
4. Bengkak (B)
C.1. Kepala
v v
P L N B

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP
Gambaran umum : dahi mengalami sedikit pembengkakan
dan perubahan warna ungu kehitaman pada dahi penderita.
 Hidung dan telinga

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
 Mulut

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
 Mata

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.2. Leher

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.3. Dada

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.4. Perut

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.5. Punggung

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.6. Panggul

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.7. Extremitas atas dan bawah
 Tangan

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP

P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
 Kaki
v
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.8. PENGUKURAN TANDA VITAL
Pemeriksaan ini dilakukan setelah penderita mulai sadar
setelah dilakukan RJP 2 siklus.
Denyut nadi : 60 kali/menit
Frekuensi nafas : 18 kali/menit
Suhu badan : 350C
Tekanan darah
Sistolik : 80 mmHg
Diastolik : 80 mmHg
Cara mengukur tekanan darah:
1. Kencangkan klep pada transmiter
2. Lilitkan manset sampai menutupi Lilitkan manset
sampai menutupi setengah lengan atas 2,5 cm di atas
siku. Bagian balon diletakan di atas arteri brakialis
(nadi di atas siku sebelah dalam). Pasang sedemikian
rupa sehingga dapat memasukkan 1 jari di bagian
punggung lengan atas.
3. Pompa dengan cepat dan pada saat yang bersamaan
rabalah nadi radialis, sampai tidak teraba, tambahkan
30mmHg.
4. Letakkan stetoskop di atas arteri brakialis.
5. Kurangi tekanan manset dengan kecepatan sekitar
2mmHg/detik
6. Saat mendengar suara denyutan pertama kali, baca
angkanya (nilai Sistolik).

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
7. Terus kurangi tekanan manset sampai suara denyutan
menurun tajam (nilai Diastolik).
8. Catat nilai dalam Sistolik/Diastolik dalam mmHg.
9. Usahakan periksa saat posisi pasien tidur.
Kesalahan pengukuran terjadi karena:
a. Bising
b. Bagian telinga dari stetoskop tidak terpasang dengan
baik
c. Manset tidak terpasang dengan baik
d. Nilai sistolik belum ada nilai maksimal
e. Ukuran manset tidak sesuai
f. Bagian balon terlalu besar/kecil
g. Pengurangan tekanan manset terlalu cepat
D. RIWAYAT PENDERITA
Setelah pemeriksaan fisik, selanjutnya dilakukan
wawancara terhadap korban secara pelan-pelan tentang riwayat
penyakit yang diderita. Pada saat kejadian penderita sadar dan
dapat dimintai keterangan meskipun secara pelan-pelan yang
meliputi KOMPAK (keluhan utama, obat-obatan yang
diminum, makanan/minuman terakhir, penyakit yang diderita,
alergi yang dialami, dan kejadian). Diperoleh data bahwa
penderita mengeluh nyeri pada dahi penderita yang juga
terlihat terdapat perubahan warna kulit yaitu keunguan, tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan, penderita telah makan
pentol saat sedang berjalan dan tersandung tali sepatunya
sendiri, penderita tidak sedang sakit, penderita tidak memiliki
alergi, kronologi kejadiannya yaitu saaat sedang berjalan
sambil memakan pentol penderita tidak sengaja menginjak tali
sepatunya sendiri sehingga korban terjatuh dan tersedak pentol
pada tenggorokan korban sehingga mengakibatkan korban
pingsan sampai tidak bisa bernafas dan nadi korban tidak ada.

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus
dilakukan wawancara terhadap penderita jika memungkinkan.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab atau pencetus
suatu kejadian, mekanisme kejadian, atau perjalanan suatu
penyakit. Wawancara ini dapat dilakukan dengan penderita,
keluarga atau saksi mata. Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam
wawancara adalah:
1. K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
Gejala adalah hal – hal yang dapat dirasakan penderita.
Tanda adalah hal-hal yang diamati oleh orang lain, baik
dilihat, didengar maupun diraba. Saat tanya jawaban “ya”
dan “tidak”. Jadi gunakan pertanyaan terbuka.
Soal : bagaimana ceritanya bisa terjadi kecelakaan
seperti ini hingga terjadi memar ? apakah ada rasa
sakit di anggota tubuh yang lain dan bagaimana
rasanya?
Jawab : saat sedang berjalan sambil memakan pentol saya
tidak sengaja menginjak tali sepatu saya sendiri
sehingga saya terjatuh dan tersedak pentol pada
tenggorokan saya sehingga mengakibatkan saya
pingsan sampai tidak bisa bernafas, nadi saya
tidak ada dan kepala saya terbentur.

2. O = Obat – obatan yang diminum


Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani
suatu pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah
akibat lupa minum atau menelan obat tertentu. Ini sering
menjadi petunjuk dalam menghadapi kasus medis.
Soal : Apakah sebelum kecelakaan ini anda meminum
obat-obatan?
Jawab : tidak, saya tidak sedang menderita sakit apapun.

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP
3. M = makanan / minuman terakhir
Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan,
terutama keracunan racun melalui saluran cerna.
Soal : makanan/ minuman apa yang terakhir anda
makan/ minum?
Jawab : pentol

4. P = Penyakit yang diderita


Riwayat penyakit yang sedang diderita / pernah diderita
mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami
penderita saat ini.
Soal : apakah penyakit yang sedang diderita?
Jawab : tidak ada penyakit yang sedang saya derita

5. A = alergi yang dialami


Perlu dicari penyebab kelainan pada penderita ini adalah
suatu bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu.
Umumnya penderita atau keluarga sudah mengetahuinya.
Soal : apakah anda memiliki alergi terhadap sesuatu ?
Jawab : tidak

6. K = Kejadian
Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu
kasus yang kita hadapi murni trauma atau medis atau
gabungan dari keduanya
Soal : bagaimana ceritanya bisa terjadi kecelakaan
seperti ini hingga terjadi memar ? apakah ada rasa
sakit di anggota tubuh yang lain dan bagaimana
rasanya?
Jawab : saat sedang berjalan sambil memakan pentol saya
tidak sengaja menginjak tali sepatu saya sendiri
sehingga saya terjatuh dan tersedak pentol pada

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
tenggorokan saya sehingga mengakibatkan saya
pingsan sampai tidak bisa bernafas, nadi saya
tidak ada dan kepala saya terbentur.
E. PEMERIKSAAN BERKALA
Setelah riwayat penderita, selanjutnya dilakukan
pemeriksaan berkala dengan cara mengulang pemeriksaan dari
awal untuk menghindari pemeriksaan yang terlewati. Juga
mengecek kembali keadaan dan respon penderita, CAB,
pemeriksaan fisik dan tanda vital penderita. Pada kasus ini
keadaan korban harus di monitor secara berkala selama 2-3
menit hingga bantuan datang dan dilanjutkan di bawa ke
poliklinik untuk membantu menormalkan kembali pernafasan
penderita. Ketika dilakukan monitoring pertama pada pukul
12:45 dengan nafas 18x per menit, denyut nadi 60x permenit,
kulit masih pucat dengan suhu 350 C. Pada pemeriksaan kedua
pada pukul 12:48 dengan nafas 21x permenit, denyut nadi 65x
permenit, kulit sedikit pucat dengan suhu tubuh 360 C. Ketika
akan dilakukan monitor selanjutnya ternyata ambulace datang
sehingga tidak dilanjutkan untuk tahap monitoring ke tiga dan
seterusnya karena akan dilanjutkan oleh pihak rumah sakit.
F. PELAPORAN
Setelah selesai menangani penderita, maka perlu
dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong
selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya dicantumkan:
1. Umur dan jenis kelamin
penderita Umur : 24 tahun
Kelamin penderita : perempuan
2. Keluhan utama
Adanya nyeri dan bengkak pada dahi
3. Tingkat respon
TIDAK RESPON karena korban tidak merespon.
4. Keadaan jalan nafas

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
Tidak ada, karena tertutupi oleh pentol
5. Pernafasan
Tidak ada
6. Sirkulasi
Tidak ada denyut nadi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
a. Denyut nadi : 60 kali/menit
b. Frekuensi nafas : 18 kali/menit
c. Suhu badan : 350C
d. Tekanan darah
Sistolik : 80 mmHg
Diastolik : 80 mmHg
8. Wawancara yang penting
Soal : bagaimana ceritanya bisa terjadi kecelakaan
seperti ini hingga terjadi memar ? apakah ada
rasa sakit di anggota tubuh yang lain dan
bagaimana rasanya?
Jawab : saat sedang berjalan sambil memakan pentol
saya tidak sengaja menginjak tali sepatu saya
sendiri sehingga saya terjatuh dan tersedak
pentol pada tenggorokan saya sehingga
mengakibatkan saya pingsan sampai tidak bisa
bernafas, nadi saya tidak ada dan kepala saya
terbentur.
9. Penatalaksanaan
Penolong tidak memerlukan sarung tangan saat melakukan
pertolongan terhadap penderita namun apabila pebolong
menggunakan juga lebih baik karena itu adalah salahsatu
APD saat melakukan pertologan, meskipun penderita tidak
mengeluarkan body liquit ketika penolong selesai
menangani penderita maka harus tetap mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir karena hal itu di anjurkan

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
bagi penolong. Tidak ada permukaan yang terkena cairan
dan semua perlakuan telah dicatat pada catatan medis.
10. Perkembangan lain yang dianggap penting.
Perkembangan lain yang dianggap penting adalah CAB
korban apakah sudah benar-benar baik dan kembali
normal.
3.3 Studi Kasus 2
Pak Dono tersedak bakso di ruang kerjanya. Beliau adalah pria
berumur 56 tahun dan cukup gemuk. Kejadian diketahui sore hari
ketika pergantian shift pekerja. Tidak ada saksi mata ketika itu,
penolong satu ruangan dengan Pak Dono. Meja kursi Pak Dono ada di
pojok ruangan dengan posisi menghadap ke keluar. Ruangan kerjanya
ada dilantai dua.
3.4 Langkah Percobaan 2
A. PENILAIAN KEADAAN
Kondisi saat itu, ramai pegawai yang datang dan pergi.
Diketahui korban makan semangkuk bakso sambil menonton video
di komputer kantor. Kemungkinan, korban akan tertawa namun
masih ada makanan dimulutnya sehingga tersedak. Korban sempat
berteriak dan terbatuk lalu pingsan dikursinya, karena kesulitan
berdiri. Penanganan awal, penolong memanggil bantuan dari
pekerja yang ada. Kemudian memindahkan Pak Dono pada posisi
yang dapat dilakukan penyelamatan dan memanggil tenaga medis
perusahaan.
B. PENILAIAN DINI
Sebagai saksi, sesuai kronologi kejadian. Diduga korban
mengalami kasus medis. Korban dalam keadaan tidak respon.
Denyut nadi carotis masih ada. Dilakukan sapuan jari
mengeluarkan benda-benda penyumbat. Kemudian melakukan
head tilt chin lift untuk memudahkan jalur napasnya. Diberikan dua
napas buatan namun paru-paru tidak mengembang. Diduga ada
makanan yang menyumbat di jalur napas. Denyut nadi masih ada.

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
Maka dilakukan manuever hemlich sebanyak 5 kali. Diperiksa
bagian dalam mulut terlihat ada yang menutupi tapi tidak
terjangkau. Kemudian diperiksa denyut nadi telah hilang. Maka
dilakukan RJP sebanyak satu siklus. Benda penghalang dapat
diambil. Nadi karotis belum terasa. Lalu dilakukan tidak sampai
satu siklus RJP. Kemudian korban terbatuk-batuk keras. Respon
korban menjadi awas.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Hasil pemeriksaan fisik kasus taruma meliputi:
1. Perubahan bentuk (P)
Tidak ada
2. Luka terbuka (L)
Tidak ada
3. Nyeri tekan (N)
Tidak ada
4. Bengkak (B)
Tidak ada
b. Hasil Pengukuran Tanda Vital
1. Denyut Nadi : 44 kali/menit
2. Frekuensi Napas : 12 kali/menit
3. Suhu Badan : 35o C
4. Tekanan Darah : Sistolik 90 mmHg/ Diastolik 50
mmHg
D. RIWAYAT PENDERITA
Hasil wawancara dengan korban terkait :
1. Keluhan utama
Rasa sakit pada tenggorokan.
2. Obat-obatan yang dikonsumsi
Korban mengonsumsi obat diabetes.
3. Makanan dan minuman terakhir
Makan terakhir korban adalah semangkuk bakso.
4. Penyakit yang diderita

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
Diabetes.
5. Alergi yang dimiliki
Korban tidak memiliki alergi tertentu.
6. Kejadian
Korban mengaku akan tertawa ketika masih meng uyah
makanan.
E. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan selama menunggu tenaga
medis perusahaan, kondisi vital korban semakin membaik, namun
pernapasan masih terganggu.
F. Pelaporan
Laporan diberikan pada petugas medis perusahaan, meliputi :
1. Umur : 56 Tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Keluhan Utama : Rasa sakit pada tenggorokan.
4. Tingkat Respon : Tidak Respon kemudian Awas
5. Keadaan Jalan Napas : Open
6. Pernapasan : Lemah
7. Sirkulasi : Baik
8. Pemeriksaan Fisik yang Penting
Tidak ada bagian fisik yang
penting.
9. Wawancara yang Penting
Tidak ada alergi, mengkonsumsi obat diabetes.
10. Penatalaksaan
Lokasi kejadian sudah ditata untuk proses penyelamatan.
11. Perkembangan Lain yang Penting
Korban dapat berjalan dengan baik, merespon dengan baik,
tidak ada pendarahan terbuka, pernapasan sedikit masih
terganggu.
3.5 Study Kasus 3
Pada saat praktikum pengelasan, terdapat salah satu mahasiswa
(Ali, 23 tahun) yang melanggar aturan larangan makan saat di

Dr. Am Maisarah D, M.Kes M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
Ir. Arief Subekti., M.MT
RJP
bengkel. Saat praktikum sedang berlangsung Ali yang sedang
melakukan praktikum mengelas tiba-tiba tersedak batagor yang
sedang dimakannya, sehingga menyebabkan plat panas yang ada
didepannya tersenggol dan jatuh, sehingga menyebabkan tangannya
melepuh terkena besi panas.
3.6 Langkah Percobaan 3
A. PENILAIAN KEADAAN
Pada tahap ini penolong harus melakukan pengaman lokasi
kejadian. Sebagai panduan jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Bagaimana Kondisi saat ini ?
ramai, karena saat kecelakaan merupakan waktu praktikum
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?
Tersedak dan Luka bakar pada tangan
3. Bagaimana mengatasinya ?
Tersedak :
1. Mengecek sirkulasi
 Memindahkan korban pada posisi yang aman
 Memposisikan korban pada posisi telentang (karna
korban tidak sadarkan diri)
 membuka pakaian disekitar dada korban,
 menentukan titik pijatan, dan RJP dilakukan sebanyak
30 : 2 x 5 yaitu dalam satu siklus terdapat 150 kali
pijatan
2. Airway
 Melakukan hemlich manuver
3. Melakukan RJP
Luka Bakar :
 Menempatkan area yang terbakar dibawah air mengalir
kurang lebih 20 menit
B. PENILAIAN DINI

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi
keadaan yang mengancam nyawa penderita dengan tepat , cepat ,
dan sederhana. Langkah - langkah penilaian dini :
B.1 Kesan Umum
v
Kasus Trauma Kasus Medis
Alasan : karena terdapat luka bakar

B.2 Memeriksa Respon


Tahap ini adalah cara sederhana untuk mengetahui berat/ringannya
gangguan pada otak penderita

A = Awas N = Nyeri
v
B = Suara T = Tidak respon
Alasan :
Karena tidak terdapat respon (nadi dan nafas tidak ada)
B.3 Memeriksa peredaran darah (Circulation) , pernafasan
(Breathing), jalan nafas ( Airway ) , CBA
CIRCULATION
Sirkulasi yaitu dengan mengecek nadi carotis, dan setelah
mengecek nadi ternyata didapati nadi tidak ada. Selanjutnya
melakukan RJP karena tidak ada respon, nafas, yang pertama
dilakukan adalah memposisikan korban pada posisi telentang, dan
membuka pakaian disekitar dada korban, menentukan titik pijatan,
dan RJP dilakukan sebanyak 30 : 2 x 5 yaitu dalam satu siklus
terdapat 150 kali pijatan dan jantung dan 10 kali bantuan nafas.
Dan RJP dilakukan sebanyak 2 siklus (karena nadi ada setelah
dilakukan 2 kali siklus).
BREATHING
Setelah melakukan RJP, nadi korban sudah berdenyut tetapi
belum ada nafas. Langkah selanjutnya adalah memberikan nafas
buatan selama 10-12 kali permenit. Sambil memeriksa nadi karotis

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
serta nafas setiap dua atau tiga menit kemudian. Nafas buatan
dilakukan sebanyak 22 kali karena nafas korban ada setelah
bantuan nafas ke 22, dan terdapat nadi karotis nya.
AIRWAY
Airway penderita terdapat sumbatan batagor dan sumbatan
tersebut tidak terlihat sehingga perlu melakukan hemlich manuver
dengan posisi korban telentang (karena korban tidak respon) dan
memastikan tidak ada benda yang menghalangi saat melakukan
pertolongan hemlich manuver seperti jam tangan dan benda-benda
lainnya dan saat sumbatan sudah terlihat maka melakukan sapuan
jari sampai sumbatan tersebut bisa dikeluarkan.
C.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan
penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d
ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan penglihatan
(inspeksi) , perabaan (palpasi) , dan pendengaran (auskultasi).
Pada penderita trauma harus dicari :
1. Perubahan bentuk (P)
2. Luka Terbuka (L)
3. Nyeri Tekan (N)
4. Bengkak (B)
C.1 Kepala

P L N B
Gambaran Umum :.tidak terjadi masalah pada kepala (aman)
 Hidung dan Telinga

P L N B
Gambaran Umum :tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga
(aman)
 Mulut

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP

P L N B
Gambaran Umum :. tidak terjadi msalah pada mulut (aman)
 Mata

P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga
(aman)
C.2 LEHER

P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi masalah pada leher
C.3 DADA

P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga
(aman)
C.4 PERUT

P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga
(aman).
C.5 PUNGGUNG

P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi masalah pada punggung (aman)
C.6 PANGGUL

P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada panggul (aman)
C.7 EXREMITAS ATAS DAN BAWAH
 Tangan

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP
V
P L N B
Gambaran Umum :.karena terdapat luka bakar pada tangan
 Kaki

P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada kaki (aman)
C. 8 PENGUKURAN TANDA VITAL
 Denyut nadi :52 kali/menit
 Frekuensi nafas : 17 kali/menit
 Suhu badan : 36 0C
 Tekanan Darah
Sistolik : 160 mmHg
Diastolik : 60.mmHg

D. RIWAYAT PENDERITA
Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus
dilakukan wawancara terhadap penderita jika memungkinkan. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu
kejadian, mekanisme kejadian, atau perjalanan suatu penyakit.
Wawancara ini dapat dilakukan dengan penderita, keluarga atau
saksi mata. Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam wawancara
adalah:
1. Keluhan utama (gejala dan tanda) : Tersedak (muka kebiruan0
tidak sadarkan diri
2. Obat-obatan yang diminum : -
3. Makanan/minuman terakhir : Batagor
4. Penyakit yang diderita : -
5. Alergi yang dialami : -
6. Kejadian : tersedak batagor ketika praktikum mengelas, yang
menyebabkan kecelakaan (terkena luka bakar pada tangan)
E. EVALUASI ULANG KONDISI KORBAN

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes
RJP
Pemeriksaan berkala dilakukan kembali dengan mengulang
pemeriksaan dari awal atau mencari hal yang terlewati. Setelah
dilakukan RJP denyut nadi dan nafas yang awalnya tidak ada,
berubah menjadi sebagai berikut:
Nafas : 17kali/menit
Nadi ; 52 kali / menit
Suhu : -
Pada data diatas suhu tidak dicantumkan karena tidak ada
termometer. Dan saat tiba dilokasi (rumah sakit) adalah sebagai
berikut :
Nafas : 18 kali/menit
Nadi : 58 kali /
menit Suhu : 36 C
F. PELAPORAN
Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan
secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan
sebaiknya dicantumkan :
Identitas Pasien :
1) Nama : Ali
2) Umur dan jenis kelamin penderita : 23 tahun/laki-laki
3) Keluhan utama : - (korban tidak sadarkan diri)
4) Tingkat respon : tidak respon
5) Keadaan jalan nafas : tidak ada jalan nafas (tersumbat batagor)
6) Pernafasan : tidak ada nafas, tetapi nafas ada setelah dilakukan
rjp
7) Sirkulasi : nadi tidak ada,, tapi nadi ada setelah dilakukan rjp
8) Pemeriksaan fisik yang penting : denyut nadi, frekuensi nafas,
suhu badan, tekanan darah sistolik dan diastolik
Penjelasan Tindakan
1. Memberikan bantuan resusitasi jantung paru (2x siklus)
2. Mengguyur luka bakar dengan air (kurang lebih 20 menit)
Rujukan : Poliklinik

Dr. Am Maisarah D, M.Kes Ir. Arief Subekti., M.MT


DR. Dewi Kurniasih, SKM.,
M.Kes
RJP

4. Daftar pustaka
http://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-choking/basics/art-20056637,
diakses pada tanggal 12 September 2016
Singapore Civil Defence. 2012. Emergency Handbook. Singapore :
Singapore Civil Defence Force.
WHO. 2013. Hospital Care for Children Second Edition. Switzerland :
Maternal, New born, Child and Adolescent Health (MCA)

Dr. Am Maisarah D, M.Kes


DR. Dewi Kurniasih, SKM., Ir. Arief Subekti., M.MT
M.Kes

Anda mungkin juga menyukai