Anda di halaman 1dari 24

IST KONSELING PRA MOW

NO BUTIR YANG DINILAI

A. SIKAP DAN PERILAKU


1 Menyambut klien dengan ramah dan sopan
0. Tidak dikerjakan
1. Memberikan salam saja tanpa mempersilahkan duduk
2. Memberikan salam dan mempersilahkan duduk
2 Memperkenalkan diri kepada klien
0. Tidak memperkenalkan diri pada klien
1. Memperkenalkan diri sebagai bidan tanpa menyebutkan nama
2. Memperkenalkan diri sebagai bidan dan menyebut nama sambil
berjabat tangan
3 Merespon terhadap reaksi klien
0. Tidak dikerjakan
1. Merespon terhadap reaksi klien tetapi tidak ditanggapi dengan
tepat
2. Merespon terhadap reaksi klien dengan tepat
4 Percaya diri
0. Terlihat gugup, tidak melakukan kontak mata dan suara kurang
jelas
1. Tergesa-gesa dan terlihat ragu-ragu
2. Terlihat tenang dan melakukan dengan percaya diri dan suara
jelas
5 Menjaga privasi klien
0 Tidak dilakukan
1 Menjaga privasi dengan ucapan atau memperagakan menutup
pintu/ sampiran saja
2 Menjaga privasi dengan ucapan dan memperagakan menutup
pintu/ sampiran
Score maksimal 10
B CONTENT
6 Menjelaskan pengertian MOW
 Prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan dengan
menyumbat atau memotong kedua saluran telur (tuba falopii)

1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan kurang tepat
3. Menjelaskan dengan tepat
7 Menjelaskan riwayat medis yang mempengaruhi
pelaksanaan operasi
Riwayat medis :
1. Riwayat penyakit paru-paru seperti asma, bronkitis
2. Riwayat penyakit infeksi pelvis,
3. Post operasi abdomen pelvis,
4. Riwayat alergi,
5. Riwayat DM,
6.Obesitas
1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan kurang lengkap
3. Menjelaskan dengan lengkap
8 Menjelaskan syarat menggunakan metode kontrasepsi
MOW
Syarat :
1. Sukarela: Sesuai dengan keinginan ibu tanpa ada paksaan dari
siapapun.
2. Medis : Klien sehat tidak ada kontraindikasi pelaksanaan MOW
3.Bahagia : Terikat perkawinan yang sah danharmonis serta sudah
mempunyai anak sesuai keinginan
1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan tidak lengkap
3. Menjelaskan dengan lengkap

9 Menunjukkan indikasi penggunaan alat kontrasepsi MOW


Indikasi :
1. Usia > 26 th,
2. Paritas > 2
3. Yakin telah mempunyai jumlah keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
4. Memahami prosedur, sukarela dan setuju
5. Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan resiko yang serius

1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan ≤ 3
3. Menjelaskan > 3
10 Menjelaskan kontraindikasi MOW
1. Hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Infeksi sistemik/infeksi pelvis
4. Kurang mantap untuk melakukan operasi tubektomi/MOW
5. Kurang pasti mengenai keinginan untuk fertilitas dimasa depan
1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan ≤ 3
3. Menjelaskan > 3
11 Menjelaskan keuntungan MOW
1. Sangat efektif
2. Bersifat permanen
3. Tidak mempengaruhi produksi ASI
4. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
5. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
6. Bebas dari efek samping hormonal
7. Tidak menaikkan resiko PRP
1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan ≥ 3
3. Menjelaskan ≥ 4
12 Menjelaskan kerugian MOW
1.Tidak dapat dipulihkan kembali
2.Klien dapat menyesal kemudian hari
3. Ada rasa sakit/tidak nyaman setelah tindakan
4. Harus dilakukan oleh dokter spesialis bedah/ginekologi atau dokter
yang terlatih
5. Tidak melindungi terhadap PMS
1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan kurang dari 3
2. Menjelaskan ≥ 3
13 Menjelaskan mekanisme kerja MOW
Menutup/oklusi tuba falopii dengan mengikat dan
memotong/memasang cincin sehingga spermatozoa tidak
dapat bertemu dengan ovum
0. Tidak menjelaskan
1. Menjelaskan kurang tepat
2. Menjelaskan dengan tepat
14 Menjelaskan waktu pelaksanaan MOW
iklus haid
s/d ke 13 siklus haid (fase proliferasi)
3. Pasca persalinan ( 2 hari post partum/6 minggu post partum)
3. Pasca keguguran (pada 3 bulan pertama dalam waktu 7 hari
sepanjang tidak ada infeksi pelvik)
1. Tidak menjelaskan
2. Menjelaskan 2
3. Menjelaskan > 3
15 Melakukan evaluasi :
0 Tidak dilakukan
1 Menanyakan apakah klien sudah jelas/belum, atau meminta klien
mengulang kembali namun tidak memperhatikan
benar/tidaknya.
2 Menanyakan apakah klien sudah jelas/belum dan meminta klien
mengulang kembali, teruji memperhatikan apakah benar/salah
serta mengoreksi jika ada kesalahan.
Score maksimal : 20

C TEKNIK

16 Teruji menjelaskan secara sistematis


0. Tidak dikerjakan
1. Menjelaskan tidak berurutan
2. Menjelaskan secara berurutan

17 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti


1. Menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh
klien
2. Sebagian masih menggunakan istilah-istilah
medis
3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh klien
18 Menggunakan media
1. Tidak menggunakan media
2. Menggunakan media tetapi tidak efektif
3. Menggunakan media secara efektif dan benar
19 Memberi kesempatan bertanya dan memberikan umpan
balik
1. Tidak memberi kesempatan untuk bertanya
2. Memberi kesempatan kepada klien untuk
menanyakan apa yang belum dimengerti dan tidak
segera memberikan jawaban.
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengajukan pertanyaan apa yang belum dimengerti dan
segera memberikan tanggapan
20 Mendokumentasikan hasil konseling.
1. Tidak mendokumentasikan
2. Mendokumentasikan hasil konseling dengan tidak
lengkap
3. Medokumentasikan seluruh hasil konseling,
meliputi : hasil konseling, tanggal, jam, nama dan tanda
tangan pelaksana
Score maksimal 10

Σ SCORE ( jml score ) = 40

NILAI AKHIR

TOTAL SCORE = 40
Σ score
NILAI AKHIR = x 100
40
4BAB 12
Tubektomi
Poin Penting untuk Penyedia Layanan dan Klien
 Permanen. Dimaksudkan untuk memberikan perlindungan seumur hidup,
permanen, dan sangat efektif mencegah kehamilan. Umumnya tidak
mungkin pulih kembali.

 Melibatkan pemeriksaan fisik dan bedah. Prosedur dilakukan oleh


penyedia layanan yang dilatih secara khusus.
 Tidak ada efek samping jangka panjang.

Apa Itu Tubektomi?


 Kontrasepsi bedah permanen untuk wanita yang tidak ingin anak lagi.
 Dua pendekatan bedah yang paling sering digunakan:
- Minilaparotomi dengan membuat insisi kecil pada perut. Tuba falopi
ditarik ke irisan untuk dipotong atau diblok.
- Laparoskopi dengan memasukkan pipa kecil panjang dengan lensa di
dalamnya ke dalam perut melalui insisi kecil. Laparoskop memungkinkan
dokter untuk mencapai dan memblok atau memotong tuba falopi di
dalam perut.

 Juga disebut sterilisasi tuba, ligasi tuba, kontrasepsi bedah sukarela,


tubektomi, ligasi kedua tuba, mengikat tuba, minilap, dan “operasi”.

 Bekerja karena tuba falopi diblok atau dipotong. Sel-sel telur yang dilepas
ovarium tidak dapat bergerak ke tuba, sehingga tidak bertemu dengan
sperma.
Lebih
efektif
Seberapa efektif?
Satu dari metode yang paling efektif tetapi mempunyai
risiko rendah untuk gagal:
 Kurang dari 1 kehamilan per 100 wanita pada tahun
pertama setelah prosedur sterilisasi (5 per 1.000
wanita). Hal ini berarti 995 dari setiap 1.000 wanita
Kurang
yang mengandalkan tubektomi tidak akan hamil. efektif
 Risiko rendah kehamilan tetap ada setelah
tahun pertama penggunaan dan berlanjut
sampai dengan wanita mencapai menopause.
- Setelah 10 tahun penggunaan: Sekitar 2
kehamilan per 100 wanita (18 hingga 19
per 1.000 wanita).
 Efektivitas sedikit bervariasi bergantung pada
bagaimana tuba diblok, tetapi angka kehamilan
rendah pada semua teknik. Salah satu teknik
yang paling efektif adalah dengan memotong
dan mengikat ujung tuba falopi yang telah
dipotong setelah melahirkan (tubektomi
pascapersalinan).
Kesuburan tidak kembali karena sterilisasi umumnya tidak reversibel.
Prosedur dimaksudkan permanen. Bedah pemulihan (rekanalisasi tuba) sulit,
mahal, dan tidak tersedia pada hampir semua tempat. Ketika dilakukan, bedah
pemulihan sering tidak mengarah pada kehamilan (lihat Pertanyaan 7, halaman
229).
Perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual: tidak ada.

Efek Samping, Manfaat Kesehatan, Risiko Kesehatan,


dan Komplikasi
Efek Samping
Tidak ada

Manfaat Kesehatan yang Risiko Kesehatan yang Diketahui


Diketahui Tidak umum hingga sangat jarang:
Membantu mencegah:  Komplikasi bedah dan
 Risiko kehamilan anestesi (lihat di bawah)
 Penyakit radang panggul (PRP)
Mungkin membantu melindungi dari:
 Kanker ovarium
Mengurangi:
 Risiko kehamilan ektopik

Komplikasi Bedah (lihat pula Pengelolaan Berbagai Masalah, halaman 226)


Tidak umum hingga sangat jarang:
 Tubektomi adalah suatu metode kontrasepsi yang aman. Namun
membutuhkan bedah dan anestesi. Seperti bedah minor lainnya tubektomi
memiliki beberapa risiko, seperti infeksi atau abses pada luka. Komplikasi
serius tidak umum terjadi. Kematian, terkait prosedur atau anestesi, sangat
jarang.
 Risiko komplikasi dengan anestesi lokal, dengan atau tanpa sedasi dan
analgesi, secara signifikan lebih rendah dibanding dengan anestesi umum.
Komplikasi dapat ditekan hingga minimal jika digunakan teknik yang tepat
dan jika prosedur dilakukan pada kondisi yang tepat oleh penyedia layanan
terlatih.
Mengoreksi Kesalahpahaman (lihat pula Pertanyaan dan Jawaban,
halaman 228)
Tubektomi:
 Tidak membuat wanita lemah.
 Tidak menyebabkan nyeri berkepanjangan pada pinggang, uterus, atau
perut.
 Tidak mengangkat uterus wanita atau mengarah pada perlunya dilakukan
pengangkatan uterus.
 Tidak menyebabkan ketidakseimbangan hormonal.
 Tidak menyebabkan perdarahan yang lebih banyak atau perdarahan yang
tidak teratur atau sebaliknya mengubah siklus menstruasi wanita.
 Tidak menyebabkan perubahan berat badan, nafsu makan, atau penampilan.
 Tidak mengubah perilaku seksual atau dorongan seksual wanita.
 Tidak menyebabkan kehamilan ektopik. Sebaliknya, pada dasarnya
mengurangi risiko kehamilan ektopik (lihat Pertanyaan 11, halaman 230).

Mengapa Beberapa Wanita Menyukai Tubektomi

 Tidak memiliki efek samping


 Tidak perlu khawatir menjadi hamil atau khawatir mengenai kontrasepsi
lagi
 Pengguna tidak perlu melakukan atau mengingat apapun setelah prosedur
dilakukan

Aman bagi Semua Wanita


Dengan konseling dan informed consent yang tepat, semua wanita dapat
menjalani tubektomi secara aman, termasuk wanita yang:
 Tidak memiliki anak atau memiliki sedikit anak
 Menikah atau tidak menikah
 Tidak mendapat ijin dari suami
 Berusia muda
 Baru saja melahirkan (dalam 7 hari terakhir)
 Sedang menyusui
 Terinfeksi HIV, sedang dalam pengobatan antiretroviral atau tidak (lihat
Tubektomi pada Wanita dengan HIV, halaman 217)
Dalam beberapa situasi ini, terutama konseling dengan kehati-hatian penting
untuk memastikan wanita tidak akan menyesali keputusannya (lihat Karena
Sterilisasi adalah Permanen, halaman 220).
Menghindari Prosedur yang Tidak Perlu
(lihat Pentingnya Prosedur, halaman 368)
Wanita dapat menjalani tubektomi:
 Tanpa pemeriksaan darah atau pemeriksaan laboratorium rutin
 Tanpa penapisan kanker serviks
 Tanpa tes kehamilan. Seorang wanita dapat menjalani tubektomi bahkan jika
ia tidak menstruasi pada waktunya, selama yakin ia tidak hamil (lihat Daftar
Tilik Kehamilan, bagian dalam sampul belakang).

Pemeriksaan panggul dan skrining tekanan darah merupakan hal yang


esensial untuk tubektomi. Jika memungkinkan, pemeriksaan hemoglobin
bermanfaat untuk penggunaan yang aman dan efektif. (Lihat Pentingnya
Penilaian Klinis, halaman 218.)
Kriteria Kelayakan Medis untuk

Tubektomi
Semua wanita dapat menjalani tubektomi. Tidak ada kondisi medis yang
menghambat seorang wanita untuk menjalani tubektomi. Daftar tilik ini
menanyakan kepada klien tentang kondisi medis yang diketahui yang mungkin
membatasi kapan, di mana, atau bagaiamana prosedur tubektomi semestinya
dilakukan. Tanyakan kepada klien pertanyaan berikut. Jika klien menjawab
‘tidak’ pada semua pertanyaan, prosedur tubektomi dapat dilakukan pada
kondisi rutin tanpa penundaan. Jika klien menjawab ‘ya’ pada satu pertanyaan,
ikuti instruksi yang menganjurkan perhatian, tunda, atau janji khusus.
Dalam daftar tilik berikut:
 Perhatian berarti prosedur dapat dilakukan dalam kondisi rutin tetapi
dengan persiapan dan tindakan pencegahan ekstra, bergantung pada kondisi.
 Tunda berarti menunda tubektomi. Kondisi ini harus ditangani dan
dipecahkan sebelum tubektomi dapat dilakukan. Berikan klien metode lain
untuk digunakan hingga prosedur dapat dilakukan.
 Khusus berarti janji khusus semestinya disusun untuk melakukan prosedur
dalam keadaan dokter bedah dan staf berpengalaman, peralatan untuk
melakukan anestesi umum, dan dukungan medis cadangan lain tersedia.
Dalam kondisi ini, kapasitas untuk menentukan prosedur dan rejimen
anestesi yang paling tepat juga dibutuhkan. Bantu klien memilih metode lain
untuk digunakan hingga prosedur dapat dilakukan.

1. Apakah Anda sedang atau pernah mengalami kondisi atau masalah


kewanitaan, seperti infeksi atau kanker? Jika ya, apa masalahnya?
Tidak YA Jika ia mengalami hal berikut, gunakan perhatian:
 Riwayat bedah perut atau panggul
 Riwayat penyakit radang panggul sejak kehamilan terakhir
 Fibroid uterus
 Kanker payudara

Jika ia mengalami hal berikut, tunda tubektomi:


Terkait dengan kehamilan
 Sedang hamil
 7-42 hari pasca melahirkan
 Pascapersalinan setelah kehamilan dengan pre-eklamsia
berat atau eklamsia

219
 Komplikasi pascapersalinan atau pasca aborsi serius
(seperti infeksi, perdarahan, atau trauma) kecuali ruptur
atau perforasi uterus (khusus; lihat bawah)
 Hematometra (sejumlah besar darah di dalam uterus)
Tidak terkait dengan kehamilan
 Perdarahan vaginal oleh sebab yang tidak dapat dijelaskan
yang mengarah pada kondisi medis yang mendasari
 Servisitis, klamidia, atau gonore purulen
 Penyakit radang panggul
 Kanker panggul (pada beberapa kasus, pengobatan dapat
membuat klien menjadi steril)
 Penyakit tropoblas malignan

Jika ia mengalami hal berikut, buat janji khusus:


 Rahim terfiksasi karena bedah atau infeksi sebelumnya
 Endometriosis
 Hernia (dinding perut atau umbilikus)
 Ruptur atau perforasi rahim pascapersalinan atau pasca
aborsi
(Dilanjutkan ke halaman berikutnya)

220
Kriteria Kelayakan Medis untuk Tubektomi (lanjutan)
2. Apakah Anda mengalami gangguan jantung, stroke, tekanan darah
tinggi, diabetes. atau komplikasi diabetes? Jika ya, apa masalahnya?
Tidak YA Jika ia mengalami hal berikut, gunakan perhatian:
 Tekanan darah tinggi terkontrol
 Tekanan darah tinggi ringan (140/90 hingga 159/99 mm Hg)
 Riwayat stroke atau penyakit jantung tanpa komplikasi
 Diabetes tanpa kerusakan arteri, penglihatan, ginjal, atau
sistem saraf

Jika ia memiliki hal berikut, tunda tubektomi:


 Penyakit jantung karena arteri yang tersumbat atau
menyempit
 Penggumpalan darah di vena dalam pada kaki atau paru

Jika ia memiliki hal berikut, buat janji khusus:


 Beberapa kondisi bersamaan yang meningkatkan risiko
penyakit jantung atau stroke, seperti usia tua, merokok,
tekanan darah tinggi, atau diabetes
 Tekanan darah tinggi sedang atau berat (160/100 mmHg atau
lebih)
 Diabetes lebih dari 20 tahun atau kerusakan arteri,
penglihatan, ginjal, atau sistem saraf yang disebabkan oleh
diabetes
 Penyakit jantung katup dengan komplikasi

3. Apakah Anda memiliki penyakit yang masih melekat, penyakit jangka


panjang atau kondisi lain? Jika ya, apa masalahnya?
Tidak YA Jika ia memiliki hal berikut, gunakan perhatian:
 Anemia defisiensi besi sedang (hemoglobin 7-10mg g/dl)
 Kekurangan nutrisi berat (Apakah klien sangat kurus?)
 Penyakit sel sabit
 Anemia inherit (talasemia)
 Hernia diafragmatika
 Epilepsi
 Hipotiroidisme
 Sirosis hepar ringan, tumor hepar, atau skistosomiasis
dengan fibrosis hepar
 Penyakit ginjal
 Obesitas (Apakah klien sangat kelebihan berat badan?)

221
 Bedah perut elektif saat sterilisasi direncanakan
 Depresi
 Usia muda
 Lupus dengan antibodi antifosfolipid negatif tanpa komplikasi
Jika ia mengalami hal berikut, tunda tubektomi:
 Penyakit kandung empedu simtomatik
 Hepatitis viral aktif
 Anemia defisiensi besi berat (hemoglobin kurang dari 7 g/dl)
 Penyakit paru (bronkitis atau pneumonia)
 Infeksi sistemik atau gastroentritis signifikan
 Infeksi kulit perut
 Sedang menjalani bedah perut untuk gawat darurat atau
infeksi, atau bedah mayor dengan imobilisasi berkepanjangan.

Jika ia mengalami hal berikut, buat janji khusus:


 Sirosis hepar berat
 Hipertiroidisme
 Gangguan pembekuan darah (tidak terjadi pembekuan darah)
 Penyakit paru kronis (asma, bronkitis, emfisema, infeksi paru)
 Tuberkulosis panggul
 HIV dengan penyakit klinis lanjut atau berat (lihat Tubektomi
pada Wanita dengan HIV, di bawah)
 Lupus dengan antibodi antifosfolipid positif (atau tidak
diketahui), dengan trombositopenia berat, atau dalam
pengobatan imunosupresif

Tubektomi pada Wanita dengan HIV

 Wanita hidup dengan HIVatau sedang dalam pengobatan antiretroviral (ARV)


dapat dengan aman menjalani tubektomi. Janji khusus dibutuhkan dalam
melakukan tubektomi pada wanita dengan penyakit klinis lanjut atau berat.
Mungkin diperlukan penundaan prosedur bila ia menderita penyakit terkait
HIV.
 Dorong wanita dengan HIV untuk memakai kondom bersamaan dengan
tubektomi. Penggunaan kondom secara konsisten dan tepat dapat mencegah
penularan HIV dan IMS lainnya.
 Tidak ada seorang pun yang harus dipaksa atau ditekan untuk menjalani
tubektomi, termasuk wanita dengan HIV.

222
Pentingnya Penilaian Klinis
Karena tubektomi melibatkan prosedur bedah dan penggunaan anestesi lokal
(dengan atau tanpa sedasi dan analgesi), klien harus menjalani penilaian klinis
yang seksama, komprehensif, serta terfokus. Penilaian ini penting pada setiap
kasus, namun lebih penting ketika dilakukan di area yang sulit dijangkau, di luar
layanan, atau di fasilitas yang jauh dari layanan kesehatan dengan level lebih
tinggi yang mendukung.
Penilaian harus mencakup kajian dalam Kriteria Kelayakan Medis (di atas) dan
pemeriksaan panggul/genital. Lihat Bab 25, halaman 368, pada Pentingnya
Prosedur yang Dipilih untuk Menyediakan Metode Keluarga Berencana.

Menjalani Tubektomi
Kapan Prosedur Dilakukan?
PENTING: Jika tidak ada alasan medis untuk menunda, seorang wanita dapat
menjalani prosedur tubektomi kapanpun ia menghendaki selama yakin ia tidak
hamil dan tidak ada kondisi medis yang menghambat. Untuk meyakinkan bahwa ia
tidak hamil, gunakan Daftar Tilik Kehamilan (bagian dalam sampul belakang).
Kondisi wanita Kapan memulai
Menstruasi teratur Kapan saja pada bulan tersebut
atau berganti dari
 Kapanpun dalam 7 hari setelah permulaan
metode lain
menstruasi. Tidak perlu menggunakan metode
kontrasepsi tambahan sebelum prosedur.
 Jika lebih dari 7 hari setelah permulaan
menstruasi, klien dapat menjalani prosedur
kapanpun selama yakin ia tidak hamil.
 Jika klien berganti dari pil, ia dapat melanjutkan
penggunaan pil hingga menyelesaikan paket pil
untuk menjaga siklus regulernya.
 Jika klien berganti dari AKDR, ia dapat segera
menjalani prosedur (lihat AKDR-Copper,
Berganti dari AKDR ke Metode Lain, halaman
172).

Tanpa perdarahan  Kapanpun jika yakin ia tidak hamil.


Setelah  Segera atau dalam 7 hari pascapersalinan, jika
melahirkan sebelumnya klien telah memberikan informed
choice secara sukarela.
 Kapanpun 6 minggu atau lebih pascapersalinan
jika yakin ia tidak hamil.

223
Setelah keguguran  Dalam 48 jam setelah aborsi tanpa komplikasi,
atau abortus jika sebelumnya klien telah memberikan informed
choice secara sukarela.

Setelah  Prosedur sterilisasi dapat dilakukan dalam 7 hari


menggunakan Pil setelah setelah permulaan menstruasi berikutnya
Kontrasepsi Darurat atau kapanpun selama yakin ia tidak hamil.
Berikan metode kontrasepsi tambahan atau pil
untuk mulai digunakan pada hari klien selesai
menggunakan PKD, digunakan hingga ia dapat
menjalani prosedur.

Meyakinkan Informed Choice


PENTING: Konselor yang ramah yang mendengarkan kekhawatiran wanita,
menjawab pertanyaannya, dan memberikan informasi yang cukup, jelas dan praktis
mengenai prosedur – terutama sifat permanen tubektomi – akan membantu wanita
dalam memberikan informed choice dan menjadi pengguna yang berhasil dan puas,
tanpa penyesalan kemudian (lihat Karena Sterilisasi merupakan Metode Permanen,
halaman berikutnya). Melibatkan pasangan dalam konseling dapat membantu
tetapi tidak penting atau diperlukan.

224
Tujuh Poin Informed Consent

Konseling harus mencakup semua 7 poin informed consent. Dalam beberapa


program, klien dan konselor juga menandatangani lembar informed consent.
Untuk memberi informed consent sterilisasi, klien harus mengerti poin-poin
berikut:
1. Kontrasepsi sementara juga tersedia bagi klien.
2. Sterilisasi sukarela merupakan suatu prosedur bedah.
3. Terdapat beberapa risiko posedur seperti manfaatnya. (Baik risiko dan
manfaat harus dijelaskan dengan cara yang dapat dipahami oleh klien).
4. Jika berhasil, prosedur akan mencegah klien untuk memiliki anak lagi.
5. Prosedur adalah permanen dan mungkin tidak dapat dipulihkan lagi.
6. Kapanpun klien dapat menolak sebelum prosedur dilakukan (tanpa
kehilangan hak medis, kesehatan lainnya, layanan atau manfaat lainnya).
7. Prosedur ini tidak melindungi dari infeksi menular seksual, termasuk HIV.

Karena Sterilisasi merupakan Metode Permanen

Wanita atau laki-laki yang mempertimbangkan sterilisasi harus berpikir secara


seksama: “Akankah saya menginginkan anak lagi di kemudian hari?” Penyedia
layanan kesehatan dapat membantu klien memikirkan pertanyaan ini dan
memberikan informed choice. Jika klien mempertimbangkan untuk memiliki anak
lagi, metode keluarga berencana lain akan menjadi pilihan yang lebih baik.

Menanyakan pertanyaan dapat membantu. Penyedia layanan dapat menanyakan:


 “Apakah Anda ingin memiliki anak lagi di kemudian hari?”
 “Jika tidak, apakah Anda berpikir bahwa Anda dapat berubah pikiran
nantinya? Apa yang mungkin mengubah pikiran Anda? Sebagai contoh,
andaikata salah satu anak Anda meninggal?”
 “Andaikata Anda kehilangan pasangan, dan Anda menikah lagi?”
 “Apakah pasangan Anda menginginkan anak lagi di kemudian hari?”
Klien yang tidak dapat menjawab pertanyaan ini mungkin membutuhkan
dorongan untuk berpikir lebih jauh mengenai keputusannya terkait sterilisasi.
Umumnya, orang yang paling mungkin menyesali sterilisasi:
 Muda
 Memiliki sedikit atau tidak memiliki
anak
 Baru saja kehilangan anak
 Tidak menikah
225
 Memiliki masalah pernikahan
 Memiliki pasangan yang menentang
sterilisasi
Bagi wanita, baru saja melahirkan atau
aborsi juga merupakan waktu yang
nyaman dan aman untuk sterilisasi
sukarela, namun wanita yang menjalani
sterilisasi pada waktu ini lebih mungkin
untuk menyesalinya di kemudian hari.
Konseling menyeluruh selama kehamilan
dan keputusan yang dibuat sebelum
persalinan dan melahirkan atau sebelum
aborsi membantu terhindar dari
penyesalan.

Keputusan untuk Sterilisasi adalah Keputusan Klien Sendiri


Laki-laki atau wanita dapat berkonsultasi dengan pasangan dan lainnya
mengenai keputusan menjalani sterilisasi dan mungkin mempertimbangkan
pandangan mereka, tetapi keputusan tidak dapat dibuat bagi mereka oleh
pasangannya, anggota keluarga lainnya, penyedia layanan kesehatan, pemimpin
komunitas, atau orang lain. Penyedia layanan keluarga berencana memiliki tugas
untuk meyakinkan bahwa keputusan untuk menjalani atau menolak sterilisasi
dibuat oleh klien dan tidak ada tekanan atau paksaan oleh orang lain.

Melakukan Prosedur Sterilisasi


Menjelaskan Prosedur
Wanita yang memilih tubektomi perlu mengetahui apa yang akan terjadi selama
prosedur. Deskripsi berikut dapat membantu dalam menjelaskan prosedur
kepada klien. Belajar melakukan tubektomi membutuhkan pelatihan dan
praktek dengan supervisi langsung. Oleh karena itu, deskripsi ini adalah sebuah
ringkasan dan bukan instruksi terperinci.
(Deskripsi di bawah ini adalah untuk prosedur yang dilakukan lebih dari 6
minggu pascapersalinan. Prosedur yang digunakan hingga 7 hari pascapersalinan
sedikit berbeda.)
Prosedur Minilaparotomi
1. Penyedia layanan menggunakan prosedur pencegahan infeksi yang benar
sepanjang waktu (lihat Pencegahan Infeksi di Klinik, halaman 376).
2. Penyedia layanan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul.
Pemeriksaan panggul untuk menilai kondisi dan mobilitas uterus.
3. Penyedia layanan memasukkan alat khusus (elevator uterus) ke dalam
vagina, melalui serviks, dan ke dalam uterus untuk mencapai masing-masing
tuba falopi sehingga dekat dengan insisi. Hal ini dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman.
4. Wanita biasanya mendapat sedikit sedasi dan analgesi untuk membuatnya
rileks. Klien tetap terjaga. Anestesi lokal disuntikkan di atas garis rambut
pubis. Klien tidak akan mengalami nyeri berlebih.

226
5. Penyedia layanan membuat irisan horisontal kecil (2-5 cm) pada area yang
telah dianestesi. Hal ini biasanya menimbulkan sedikit nyeri. (Untuk wanita
yang baru saja melahirkan, insisi dibuat pada tepi bawah pusar.)
6. Masing-masing tuba diikat dan dipotong atau ditutup dengan penjepit atau
cincin.
7. Penyedia layanan menutup insisi dengan jahitan da n
menutupnya dengan perban perekat.
8. Wanita mendapat instruksi tentang apa yang
harus ia lakukan setelah meninggalkan klinik atau
rumah sakit (lihat Menjelaskan Perawatan Diri
pada Tubektomi, halaman 224). Biasanya klien
dapat pulang dalam beberapa jam.
Prosedur Laparoskopi
1. Penyedia layanan menggunakan prosedur pencegahan infeksi yang benar
sepanjang waktu (lihat Pencegahan Infeksi di Klinik, halaman 376).
2. Penyedia layanan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul.
Pemeriksaan panggul untuk menilai kondisi dan mobilitas uterus.
3. Wanita biasanya mendapat sedikit sedasi dan analgesi untuk membuatnya
rileks. Klien tetap terjaga. Anestesi lokal disuntikkan di bawah pusar. Klien
tidak akan mengalami nyeri berlebih.
4. Penyedia layanan menempatkan jarum khusus ke dalam perut wanita, dan
melalui jarum tersebut, menggembungkan perut dengan gas atau udara. Hal
ini menyebabkan dinding perut menjauh dari organ panggul.
5. Penyedia layanan membuat insisi kecil (sekitar 1 cm) pada area yang telah
dianestesi dan memasukkan laparoskop. Laparoskop adalah suatu tabung
tipis yang panjang dan memiliki lensa. Melalui lensa ini penyedia layanan
dapat melihat bagian dalam tubuh dan menemukan 2 tuba falopi.
6. Penyedia layanan memasukkan alat melalui laparoskop (atau, terkadang,
melalui insisi kedua) untuk menutup tuba falopi.
7. Masing-masing tuba ditutup dengan penjepit atau cincin, atau dengan listrik
yang saat ini digunakan untuk memblok tuba (elektrokoagulasi).
8. Penyedia layanan menyingkirkan alat dan laparoskop. Gas atau udara
dikeluarkan dari perut wanita. Penyedia layanan menutup insisi dengan
jahitan dan menutupnya dengan perban perekat.
9. Wanita mendapat instruksi tentang apa yang harus ia lakukan setelah
meninggalkan klinik atau rumah sakit (lihat Menjelaskan Perawatan Diri
pada Tubektomi, halaman 224). Biasanya klien dapat pulang dalam beberapa
jam

Bagaimana Pasangan Dapat Membantu?


Pasangan klien disambut baik untuk ikut dalam konseling dan belajar mengenai
metode dan dukungan apa yang dapat diberikan kepada pasangannya. Pasangan
pria dapat:
 Memahami bahwa tubektomi bersifat permanen
 Mendiskusikan dengan pasangannya apakah mereka menginginkan anak lagi

227
 Mendukung keputusan pasangan untuk mengakhiri fertilitasnya jika tidak
menginginkan anak lagi
 Mendiskusikan alternatif tubektomi
 Menunjukkan pengertian dan dukungan kepada klien melalui prosedur dan
pemulihan
 Menggunakan kondom secara konsisten sebagai tambahan tubektomi jika ia
menderita IMS/HIV atau berpikir bahwa ia berisiko IMS/HIV

Anestesi Lokal adalah yang Terbaik untuk


Tubektomi
Anestesi lokal, digunakan dengan atau tanpa sedasi dan analgesi ringan, lebih
disarankan dari pada anestesi umum. Anestesi lokal dengan sedasi dan analgesi:
 Lebih aman dibanding anestesi umum, spinal,
atau epidural
 Membuat wanita dapat meninggalkan klinik
atau rumah sakit dengan lebih cepat
 Memungkinkan pemulihan yang lebih cepat
 Memungkinkan untuk melakukan tubektomi
di lebih banyak fasilitas
Sterilisasi dengan anestesi lokal, dengan atau tanpa sedasi dan analgesi ringan,
dapat dilakukan ketika anggota tim bedah sudah dilatih untuk memberikan
sedasi dan analgesi dan dokter bedah sudah dilatih untuk memberikan anestesi
lokal. Tim bedah harus dilatih untuk menangani kegawatdaruratan, dan fasilitas
harus memiliki peralatan dan obat-obatan dasar untuk menangani
kegawatdaruratan.
Penyedia layanan kesehatan dapat menjelaskan kepada wanita terlebih dahulu
bahwa tetap sadar selama prosedur adalah lebih aman untuknya. Selama
prosedur, penyedia layanan dapat berbincang dengan klien dan membantu
menenangkan jika dibutuhkan.
Anestesi yang paling sering digunakan adalah lidokain (lignocaine). Berbagai
sedatif dan analgesi yang dapat digunakan. Dosis obat-obatan harus disesuaikan
dengan berat badan. Sedasi berlebihan harus dihindari karena dapat
menurunkan kemampuan klien untuk tetap sadar dan dapat memperlambat
atau menghentikan napasnya.
Pada beberapa kasus, anestesi umum mungkin diperlukan. Lihat Kriteria
Kelayakan Medis untuk Tubektomi, halaman 214, untuk kondisi medis yang
membutuhkan janji khusus, yang mungkin meliputi anestesi umum.

228
Memberikan Dukungan pada Klien
Menjelaskan Perawatan Diri pada Tubektomi
Sebelum  Menggunakan kontrasepsi lain hingga prosedur
prosedur dilakukan.
dilakukan,  Tidak makan selama 8 jam sebelum bedah. Klien
wanita dapat minum cairan jernih hingga 2 jam sebelum
semestinya bedah.
 Tidak menggunakan obat-obatan selama 24 jam
sebelum bedah (kecuali klien diminta untuk
melakukannya).
 Jika memungkinkan menggunakan baju yang bersih,
tidak ketat ke fasilitas kesehatan.
 Tidak menggunakan cat kuku atau perhiasan.
 Jika memungkinkan, membawa teman atau kerabat
untuk mengantar pulang setelahnya.
Setelah prosedur  Beristirahat selama 2 hari dan hindari pekerjaan aktif
dilakukan, dan mengangkat berat selama seminggu.
wanita  Jaga insisi tetap bersih dan kering
selama 1 hingga 2 hari.
semestinya
 Hindari menggosok insisi selama 1
minggu.
 Tidak berhubungan seksual
setidaknya selama 1 minggu,
berikutnya hanya jika ia merasa
nyaman untuk berhubungan seksual.
Apa yang
 Klien mungkin mengalami nyeri dan bengkak pada
dilakukan terkait perut setelah prosedur dilakukan. Masalah tersebut
masalah yang biasanya hilang dalam beberapa hari. Sarankan
paling umum ibuprofen (200-400 mg), parasetamol (325-1000 mg),
terjadi atau pereda nyeri lainnya. Klien seharusnya tidak
menggunakan aspirin, yang dapat memperlambat
pembekuan darah. Jarang dibutuhkan pereda nyeri
yang lebih kuat. Jika klien menjalani laparaskopi, klien
dapat mengalami nyeri bahu atau merasa kembung
selama beberapa hari.
Rencana  Tindak lanjut dalam 7 hari atau setidaknya dalam 2
kunjungan ulang minggu sangat disarankan. Namun, seharusnya tidak
ada penolakan untuk melakukan sterilisasi, dengan
alasan kunjungan ulang sulit atau tidak
memungkinkan.
 Penyedia layanan kesehatan memeriksa lokasi insisi,
melihat tanda-tanda infeksi, dan melepas jahitan. Hal
ini dapat dilakukan di klinik, di rumah klien (misalnya
dilakukan oleh petugas paramedik yang dilatih secara
khusus), atau di pusat kesehatan lainnya.

229
“Kembali Kapan Pun”: Alasan untuk Kembali
Yakinkan setiap klien bahwa ia dapat kembali kapanpun – sebagai contoh, jika
klien menjumpai masalah atau pertanyaan, atau klien berpikir bahwa ia mungkin
hamil. (Beberapa sterilisasi gagal dan wanita menjadi hamil.) Juga jika:
 Klien mengalami perdarahan, nyeri, bernanah, rasa panas, bengkak, atau
kemerahan pada luka yang memburuk atau tidak sembuh.
 Klien mengalami demam tinggi (lebih dari 38°C/101°F)
 Klien pingsan, nyeri kepala ringan yang menetap, atau pusing berat dalam 4
minggu pertama dan terutama pada minggu pertama.
Anjuran kesehatan umum: Klien yang tiba-tiba merasakan gangguan kesehatan
yang serius, harus segera mencari layanan kesehatan dari perawat atau dokter.
Biasanya metode kontrasepsi bukan sebagai penyebab, namun klien tetap harus
memberitahukan metode kontrasepsi yang digunakan kepada perawat atau
dokter.

Membantu Klien
Pengelolaan Berbagai Masalah
Masalah yang Dilaporkan sebagai komplikasi
 Permasalahan mempengaruhi kepuasan klien terhadap tubektomi. Klien
berhak mendapat perhatian penyedia layanan. Jika klien melaporkan
komplikasi tubektomi, dengarkan kekhawatirannya, berikan nasihat dan
dukungan, dan, jika perlu, atasi. Pastikan klien memahami dan sepakat
dengan nasihat yang diberikan.

Infeksi pada lokasi insisi (kemerahan, rasa panas, nyeri, bernanah)


 Bersihkan area terinfeksi dengan sabun dan air atau antiseptik.
 Berikan antibiotik oral untuk 7 hingga 10 hari.
 Minta klien untuk kembali setelah minum semua antibiotik jika infeksi
belum sembuh.

Abses (kantong nanah di bawah kulit karena infeksi)


 Bersihkan area dengan antiseptik.
 Iris terbuka (insisi) dan keluarkan abses.
 Rawat luka.
 Berikan antibiotik oral untuk 7 hingga 10 hari.
 Minta klien untuk kembali setelah minum semua antibiotik jika ia mengalami
rasa panas, kemerahan, nyeri, atau keluar cairan dari luka.

230
Nyeri hebat pada perut bawah
 Jika tindakan bedah dilakukan baru-baru saja, nilai masalah lain yang
mengindikasikan bahwa kondisi tersebut terkait dengan bedah, seperti
perdarahan, turunnya nafsu makan, kurangnya bowel transit, kurangnya
berkemih, atau demam. Jika terdapat salah satu kondisi tersebut, segera
rujuk ke fasilitas lanjut dengan kapabilitas bedah.

 Jika tindakan bedah dilakukan beberapa bulan atau tahun yang lalu, curigai
kehamilan ektopik.

 Lihat Pengelolaan Kehamilan Ektopik, halaman berikutnya.

Diduga Hamil
 Periksa apakah klien hamil, termasuk kemungkinan kehamilan ektopik.

Pengelolaan Kehamilan Ektopik


 Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga uterus.
Diagnosis dini adalah penting. Kehamilan ektopik jarang terjadi namun dapat
mengancam jiwa (lihat Pertanyaan 11, halaman 230).
 Pada awal kehamilan ektopik, gejala mungkin tidak muncul atau ringan,
tetapi biasanya memberat. Kombinasi tanda dan gejala ini meningkatkan
kecurigaan terhadap kehamilan ektopik:
- Nyeri perut atau nyeri tekan yang tidak biasa
- Perdarahan vaginal yang tidak normal atau tidak mengalami menstruasi
– terutama bila terdapat perubahan pola perdarahan
- Nyeri kepala ringan atau pusing
- Pingsan
 Kehamilan ektopik yang ruptur: Nyeri perut bawah tajam atau menusuk-
nusuk yang terjadi tiba-tiba, kadang terjadi pada satu sisi dan kadang di
seluruh tubuh, memberi kesan kehamilan ektopik yang ruptur (ketika tuba
falopi robek karena kehamilan). Nyeri bahu kanan dapat muncul karena
darah dari kehamilan ektopik yang ruptur menekan diafragma. Biasanya,
dalam beberapa jam perut menjadi kaku dan wanita jatuh syok.
 Perawatan: Kehamilan ektopik adalah kegawatdaruratan yang mengancam
jiwa dan memerlukan bedah segera. Jika dicurigai kehamilan ektopik,
lakukan pemeriksaan panggul hanya jika tersedia fasilitas untuk bedah
segera. Jika tidak, segera rujuk dan/atau bawa wanita ke fasilitas di mana
diagnosis pasti dan perawatan bedah dapat diberikan.

231
Pertanyaan dan Jawaban Tentang Tubektomi
1. Apakah sterilisasi akan mengubah atau menghentikan menstruasi
wanita?
Tidak. Sebagian besar penelitian menunjukkan tidak ada perubahan besar
pola perdarahan setelah tubektomi. Jika wanita menggunakan metode
hormonal atau AKDR sebelum sterilisasi, pola perdarahannya akan
kembali seperti sebelum klien menggunakan metode-metode tersebut.
Sebagai contoh, wanita yang berganti dari kontrasepsi pil kombinasi ke
tubektomi mungkin mendapati perdarahan yang lebih banyak seperti
menstruasi yang kembali ke pola biasanya. Namun perlu diingat bahwa
menstruasi biasanya akan menjadi kurang teratur sejalan mendekati
menopause.
2. Apakah sterilisasi menyebabkan wanita kehilangan dorongan seksual?
Membuatnya gemuk?
Tidak. Setelah sterilisasi seorang wanita akan terlihat dan merasa seperti
sebelumnya. Klien dapat berhubungan seksual seperti sebelumnya. Klien
mungkin mendapati bahwa ia lebih menikmati hubungan seksual karena
tidak perlu khawatir menjadi hamil. Klien tidak akan mengalami
peningkatan berat badan karena prosedur sterilisasi.
3. Apakah sterilisasi harus ditawarkan hanya pada wanita yang telah
memiliki jumlah anak tertentu, yang sudah mencapai umur tertentu,
atau yang sudah menikah?
Tidak. Tidak ada pembenaran untuk menolak sterilisasi bagi wanita hanya
karena umur, jumlah anak hidup, gender anak yang hidup, atau status
pernikahannya. Penyedia layanan kesehatan tidak boleh memaksakan
aturan ketat mengenai umur, jumlah anak, umur anak terakhir, atau status
pernikahan. Setiap wanita harus diperbolehkan menentukan sendiri
apakah ia ingin menginginkan anak lagi atau tidak dan apakah ia ingin
menjalani sterilisasi atau tidak.
4. Apakah tidak mudah bagi wanita dan penyedia layanan kesehatan
untuk menggunakan anestesi umum? Mengapa menggunakan anestesi
lokal?
Anestesi lokal lebih aman. Anestesi umum lebih berisiko dari pada
prosedur sterilisasi sendiri. Penggunaan anestesi lokal yang benar
menyingkirkan sumber risiko terbesar tunggal prosedur tubektomi –
anestesi umum. Setelah anestesi umum, biasanya wanita juga merasa mual.
Hal ini tidak sesering itu terjadi setelah anestesi lokal.
Namun ketika menggunakan anestesi lokal dengan sedasi dan analgesi,
penyedia layanan harus menjaga supaya wanita tidak over dosis dengan
sedasi. Mereka juga harus menangani wanita dengan hati-hati dan
berbicara dengannya sepanjang prosedur. Hal ini membantu klien tetap
tenang. Pada banyak klien, sedasi dapat dihindari, terutama dengan
konseling yang baik dan penyedia layanan yang terampil.

232
5. Apakah wanita yang telah menjalani prosedur sterilisasi tetap merasa
khawatir menjadi hamil lagi?
Umumnya tidak. Tubektomi sangat efektif mencegah kehamilan dan
dimaksudkan sebagai metode yang permanen. Namun, tubektomi tidak
100% efektif. Wanita yang sudah disterilisasi memiliki risiko rendah untuk
hamil; Sekitar 5 per 1.000 wanita menjadi hamil dalam satu tahun setelah
prosedur. Risiko rendah kehamilan terus berlanjut setelah tahun pertama
dan hingga wanita mencapai menopause.
6. Kehamilan setelah tubektomi jarang terjadi, tetapi mengapa hal
tersebut terjadi?
Paling sering karena wanita sudah hamil pada waktu sterilisasi. Pada
beberapa kasus terjadi pembukaan tuba falopi. Kehamilan juga dapat
terjadi jika penyedia layanan memotong pada tempat yang salah dan bukan
pada tuba falopi.
7. Apakah sterilisasi dapat dipulihkan ketika wanita ingin memiliki anak
lagi?
Umumnya tidak. Sterilisasi dimaksudkan sebagai metode yang permanen.
Orang yang mungkin menginginkan anak lagi semestinya memilih metode
keluarga berencana yang lain. Bedah pemulihan sterilisasi memungkinkan
hanya untuk beberapa wanita – wanita yang memiliki tuba falopi tertinggal
yang cukup. Bahkan di antara mereka, pemulihan sering tidak mengarah
ke kehamilan. Prosedur ini sulit dan mahal, dan penyedia layanan yang
mampu untuk melakukan bedah ini sulit ditemukan. Ketika kehamilan
terjadi setelah pemulihan, risiko kehamilan ektopik lebih besar dibanding
biasanya. Sehingga, sterilisasi harus dianggap tidak dapat dipulihkan.
8. Apakah lebih baik wanita yang menjalani tubektomi atau pria yang
menjalani vasektomi?
Setiap pasangan harus memutuskan mana metode yang terbaik bagi
mereka. Keduanya merupakan metode yang sangat efektif, aman, dan
permanen bagi pasangan yang tahu bahwa mereka tidak menginginkan anak
lagi. Idealnya, pasangan semestinya mempertimbangkan keduanya. Jika
keduanya dapat diterima oleh pasangan, vasektomi lebih disarankan
karena lebih sederhana, lebih aman, lebih mudah, dan lebih murah
dibanding tubektomi.
9. Apakah prosedur tubektomi menyakitkan?
Ya, sedikit. Wanita yang mendapat anestesi lokal tidak akan merasakan
nyeri kecuali pada kasus khusus, dan mereka tetap sadar. Wanita dapat
merasakan penyedia layanan kesehatan menggerakkan rahim dan tuba
falopinya. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Jika pembius atau
anestesiologis terlatih dan peralatan yang sesuai tersedia, anestesi umum
dapat dipilih bagi wanita yang sangat takut pada nyeri. Wanita dapat
merasa sakit dan lemah untuk beberapa hari atau bahkan beberapa minggu
setelah bedah, tetapi ia akan segera kuat kembali.

233
10. Bagaimana penyedia layanan kesehatan dapat
membantu seorang wanita mengambil keputusan
terkait tubektomi? Memberikan informasi yang jelas dan
berimbang tentang tubektomi dan metode keluarga berencana
lainnya, dan membantu wanita berpikir dengan
keputusannya secara penuh. Secara menyeluruh
diskusikan perasaannya mengenai memiliki anak dan
mengakhiri fertilitasnya. Sebagai contoh, penyedia layanan
dapat membantu wanita berpikir mengenai apa yang akan
dirasakannya terkait perubahan hidup yang mungkin terjadi
seperti perubahan pasangan atau kematian anak. Tinjau 7 Poin
Informed Consent untuk meyakinkan bahwa klien mengerti
prosedur sterilisasi (lihat halaman 219).
11. Apakah tubektomi meningkatkan risiko kehamilan
ektopik? Tidak. Justru sebaliknya, tubektomi sangat
mengurangi risiko kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik
sangat jarang terjadi di antara wanita yang menjalani prosedur
sterilisasi. Tingkat kejadian kehamilan ektopik pada wanita
setelah tubektomi adalah 6 per 10.000 wanita per tahun.
Tingkat kejadian kehamilan ektopik pada wanita di Amerika
Serikat yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah 65 per
10.000 wanita per tahun.
Pada kejadian yang jarang terjadi yaitu kegagalan sterilisasi dan
kehamilan terjadi, 33 per 100 (1 dari setiap 3) kehamilan ini
adalah ektopik. Dengan demikian, sebagian besar kehamilan
yang terjadi setelah kegagalan sterilisasi bukanlah ektopik.
Kehamilan ektopik tetap dapat mengancam jiwa sehingga
penyedia layanan harus waspada bahwa kehamilan ektopik
dapat terjadi jika sterilisasi gagal.
12. Di mana tubektomi dapat dilakukan?
Jika tidak ada kondisi medis sebelumnya yang membutuhkan janji khusus:
 Minilaparotomi dapat dilayani di pusat maternitas dan
fasilitas kesehatan dasar di mana bedah dapat dilakukan. Hal
ini meliputi baik fasilitas permanen dan sementara yang
dapat merujuk wanita ke tingkat layanan yang lebih tinggi
bila dijumpai kegawatdaruratan.
 Laparoskopi membutuhkan pusat dengan peralatan yang
lebih baik, di mana prosedur dilakukan secara rutin dan
pembius tersedia.

234

Anda mungkin juga menyukai