278-Article Text-432-1-10-20191015
278-Article Text-432-1-10-20191015
ABSTRACT
Background: Family planning can reduce the proportion of pregnancies that are considered high risk
and unsafe abortion because of unwanted considerations. Family planning as a cause of maternal
death around 28% −30% Pregnancy at a young age is one of the contradictions experienced at
adolescence in Banten Province.
Methods: The design of this study is a mixed sequential exploration method. Interviews and Focus
Group Discussions are conducted with experts and young people. In quantitative design, collecting
data is done by surveying adolescents aged 18-24 years. Quantitative data analysis was performed
using RASCH modeling.
Results: The substance of the peer counseling module from the research results consists of gender,
myth, life skills, advocacy, and CIE (communication, information, and education), as well as religious
approaches in reproductive health. 75% of the total respondents agreed that all material
(reproductive health, drugs, religious approaches in reproductive health, life skills, gender, sexually
transmitted diseases, adolescent growth and development, family planning, advocacy and CIE
(communication, information, and education), and myths) are included in the module. 94.4% of the
total respondents need Family Planning material.
Conclusion: Teenagers need material about adolescent growth and development, family planning,
health returns, sexually transmitted diseases, drugs, gender, life skills, myths, seeking religion in
health, as well as advocacy and CIE (communication, information, and education).
Keywords: Adolescent, family planning, module substance, reproduction health
|1
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427
PENDAHULUAN
Program SDGs digalakkan diantaranya terdiri dari perilaku seks pranikah, kehamilan
untuk menurunkan angka kematian ibu. Angka remaja, pernikahan remaja, persalinan remaja,
kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2012 penyakit seksual (IMS&HIV), dan perilaku seks
tercatat 359 per 100.000 kelahiran hidup. 1 menyimpang. Permasalahan tersebut timbul
Angka tersebut mengalami penurunan pada karena faktor pengetahuan, lingkungan, dan
tahun sebelumnya tetapi belum mencapai target ekonomi keluarga.6
Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 Badan Kependudukan dan Keluarga
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup Berencana (BKKBN) berusaha untuk mengatasi
sehingga masih membutuhkan perhatian permasalahan pada remaja dengan
khusus.2 Kesehatan perempuan akan meningkat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
melalui Keluarga Berencana dengan mengurangi reproduksi remaja melalui Program Generasi
proporsi kehamilan yang dianggap berisiko Berencana (GenRe). Program tersebut
tinggi dan aborsi yang tidak aman karena diantaranya melakukan pendekatan dengan
kehamilan tidak diinginkan. Adanya Keluarga memberikan konseling kepada remaja pada
Berencana tersebut dapat mencegah penyebab Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK
kematian ibu sekitar 28%−30% kehamilan R).7 Namun, modul yang digunakan pada
dengan risiko tinggi karena hamil pada usia konseling sebaya membutuhkan penambahan
muda, hamil pada usia tua, jarak antar kehamilan substansi dalam membantu mengatasi
yang terlalu pendek (kurang dari 2 tahun), dan permasalahan remaja yang sesuai seperti saat ini.
paritas tinggi.3-5 Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
Kehamilan pada usia muda merupakan kebutuhan substansi pada modul konseling
salah satu permasalahan yang dihadapi pada usia sebaya tentang keluarga berencana dalam
remaja di Provinsi Banten. Hal ini sesuai dengan kesehatan reproduksi yang dapat dimanfaatkan
hasil penelitian dari Ismiyati dkk yang oleh remaja dalam membantu mengatasi
menyatakan bahwa permasalahan kesehatan permasalahannya yang berkaitan dengan
reproduksi pada remaja di Provinsi Banten kesehatan reproduksi.
METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah Mahasiswa. Data kualitatif dianalisis secara
metode campuran sekuensial eksploratori konten oleh peneliti. Pada desain kuantitatif,
(exploratory sequential mixed method). Data pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan
kualitatif diambil dengan metode wawancara survei menggunakan kuesioner pada 36
mendalam menggunakan instrumen pedoman responden. Responden yang digunakan adalah
wawancara yang dibuat oleh peneliti. Informan remaja usia 18–24 tahun yang memanfaatkan
penelitian kualitatif berjumlah 11 orang. layanan konseling sebaya (konselor dan
Informan dalam penelitian ini adalah pengguna konseli). Analisis data kuantitatif dilakukan
layanan konseling sebaya (konselor dan dengan permodelan RASCH.
konseli), tenaga kesehatan (dokter obgyn, dokter Penelitian dilakukan di Provinsi Banten.
anak, dan bidan) yang memberikan layanan Penelitian ini telah mendapatkan izin kelayakan
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, dari komisi etik penelitian kesehatan Fakultas
psikolog yang memberikan layanan konseling Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan
remaja, BKKBN, Dinas Kesehatan, dan Nomor Surat Persetujuan Etik:
Pembina Pusat Informasi dan Konseling 47/UN6.C1.3.2/KEPK/PN/2017.
HASIL
Substansi pada modul konseling sebaya napza.8 Pada artikel ini, substansi modul
dibutuhkan oleh konselor dalam mendampingi konseling sebaya dari hasil penelitian terdiri dari
konseli untuk mengatasi permasalahan yang gender, mitos, keterampilan hidup (life skill),
dihadapi. Kebutuhan substansi modul konseling advokasi dan KIE (komunikasi, informasi, dan
sebaya pada artikel sebelumya terdiri dari edukasi), serta pendekatan agama dalam
tumbuh kembang, keluarga berencana, kesehatan reproduksi.
kesehatan reproduksi, penyakit seksual, dan
|2
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427
|3
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427
|4
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427
KESIMPULAN
Kebutuhan substansi modul konseling dengan permasalahan remaja. Oleh karena itu,
sebaya pada remaja pada dasarnya disesuaikan kebutuhan mereka meliputi: tumbuh Kembang
|5
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427
remaja, Keluarga Berencana (Pendewasaan Usia Gender, Keterampilan Hidup (Life Skill),
Perkawinan, Fungsi Keluarga, dan Kontrasepsi), Advokasi dan KIE, Mitos, Pendekatan Agama
Kesehatan Reproduksi (Seksualitas), Penyakit dalam Kesehatan Reproduksi.
Menular Seksual (IMS dan HIV/AIDS), Napza,
DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN, BPS, Kemenkes. Survey 8. Ismiyati, Deni Kurniadi Sunjaya, Susi
demografi kesehatan Indonesia. Jakarta. Susanah. Substansi Modul Konseling
2012 Sebaya Dalam Mengatasi Permasalahan
2. BAPPENAS. Laporan pencapaian tujuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Akhir.
pembangunan Milenium di Indonesai 2014. Medikes (Media Informasi Kesehatan).
Jakarta. 2015 April 2018; 5 (1): 1–9
3. Starbird E, Norton M, Marcus R. Investing 9. Dehlendroft at al. Contraception conselling:
in family planning: key to achieving the best practice to ensure quality
sustainable development goals. Global communication and enable effective
Health: Science and Practice. 2016; 4 (2): contraception use. Clin Obstet Gynecol.
191–210 Desember 2014; 57 (4): 659–73
4. Cleland J, Agudelo AC, Peterson H, Ross 10. Nasheeda A. Life Skills Education for
J, Tsui A. Contraception and health. Lancet. young people: coping with challenges. CPH
2012; 380: 149–56 Journal. 2008;4(1):19-25
5. Weaver EH, Frankenberg E, Fried BJ, 11. Hall KS. Moreau C. Trussel J. Lower use of
Thomas D, Wheeler SB, Paul JE. Effect of sexual and reproductive health services
village midwife program on contraceptive among women with frequent religious
prevalence and method choice in Indonesia. participation, regardless of sexual
Stud Fam Plann. 2013; 44 (4): 389–409 experience. Journal Of Women’s Health.
6. Ismiyati, Udin Sabarudin, Tuti Wahmurti, 2012; 21 (7): 739-747
Farid Husin, Susi Susanah, Deni Kurniadi 12. Kemenkes. Pusat data dan informasi: situasi
Sunjaya. Reproductive Health Problems in kesehatan reproduksi remaja. 2015
Adolescents in Banten Province. Global 13. BPS. Kemajuan yang tertunda: analisis data
Medical and Health Communication. April perkawinan usia anak di Indonesia.
2019; 7 (1) : 52–58 Jakarta.2016
7. BkkbN. Pedoman pengelolaan pusat
informasi dan konseling remaja dan
mahasiswa (PIK R/M). Jakarta. 2012
|6