Anda di halaman 1dari 6

(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang

Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427

KEBUTUHAN SUBSTANSI MODUL KONSELING SEBAYA TENTANG


KELUARGA BERENCANA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

THE NEED FOR SUBSTANCE OF PEER COUNSELING MODULES ABOUT FAMILY


PLANNING IN REPRODUCTIVE HEALTH IN ADOLESCENTS
Ismiyati1, Deni K.Sunjaya2, Susi Susanah3
1
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banten, Banten, Indonesia
2
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, Indonesia
3
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, Indonesia
(email penulis korespondensi: ismiyati@poltekkesbanten.ac.id)
Info Artikel: Diterima: 25 April 2019 Revisi: 7 Mei 2019 Diterima: 30 Mei 2019
ABSTRAK
Latar Belakang: Keluarga Berencana dapat mengurangi proporsi kehamilan yang dianggap berisiko
tinggi dan aborsi yang tidak aman karena kehamilan tidak diinginkan. Keluarga Berencana tersebut
mencegah penyebab kematian ibu sekitar 28%−30% kehamilan dengan risiko tinggi salah satunya
karena hamil pada usia muda. Kehamilan pada usia muda merupakan salah satu permasalahan yang
dihadapi pada usia remaja di Provinsi Banten.
Metode: Desain penelitian ini adalah exploratory sequential mixed method. Wawancara dan Focus
Group Disscusion dilakukan pada pakar dan remaja. Pada desain kuantitatif, pengumpulan data
dilakukan dengan pendekatan survei pada remaja usia 18–24 tahun. Analisis data kuantitatif dilakukan
dengan permodelan RASCH.
Hasil: Substansi modul konseling sebaya dari hasil penelitian terdiri dari gender, mitos, keterampilan
hidup (life skill), advokasi dan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi), serta pendekatan agama
dalam kesehatan reproduksi. Sebesar 75% dari total responden menyetujui bahwa seluruh materi
(kesehatan reproduksi, napza, pendekatan agama dalam kespro, keterampilan hidup, gender, penyakit
seksual, tumbuh kembang remaja, keluarga berencana, advokasi dan KIE, dan mitos) tersebut ada
didalam modul dan sebesar 94,4% dari total responden membutuhkan materi Keluarga Berencana.
Kesimpulan: Remaja membutuhkan materi tentang tumbuh kembang remaja, keluarga berencana,
kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual, Napza, gender, keterampilan hidup, mitos,
pendekatan agama dalam kesehatan reproduksi, serta advokasi dan KIE.
Kata Kunci: Keluarga berencana, kesehatan reproduksi, substansi modul, remaja

ABSTRACT
Background: Family planning can reduce the proportion of pregnancies that are considered high risk
and unsafe abortion because of unwanted considerations. Family planning as a cause of maternal
death around 28% −30% Pregnancy at a young age is one of the contradictions experienced at
adolescence in Banten Province.
Methods: The design of this study is a mixed sequential exploration method. Interviews and Focus
Group Discussions are conducted with experts and young people. In quantitative design, collecting
data is done by surveying adolescents aged 18-24 years. Quantitative data analysis was performed
using RASCH modeling.
Results: The substance of the peer counseling module from the research results consists of gender,
myth, life skills, advocacy, and CIE (communication, information, and education), as well as religious
approaches in reproductive health. 75% of the total respondents agreed that all material
(reproductive health, drugs, religious approaches in reproductive health, life skills, gender, sexually
transmitted diseases, adolescent growth and development, family planning, advocacy and CIE
(communication, information, and education), and myths) are included in the module. 94.4% of the
total respondents need Family Planning material.
Conclusion: Teenagers need material about adolescent growth and development, family planning,
health returns, sexually transmitted diseases, drugs, gender, life skills, myths, seeking religion in
health, as well as advocacy and CIE (communication, information, and education).
Keywords: Adolescent, family planning, module substance, reproduction health

|1
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427

PENDAHULUAN
Program SDGs digalakkan diantaranya terdiri dari perilaku seks pranikah, kehamilan
untuk menurunkan angka kematian ibu. Angka remaja, pernikahan remaja, persalinan remaja,
kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2012 penyakit seksual (IMS&HIV), dan perilaku seks
tercatat 359 per 100.000 kelahiran hidup. 1 menyimpang. Permasalahan tersebut timbul
Angka tersebut mengalami penurunan pada karena faktor pengetahuan, lingkungan, dan
tahun sebelumnya tetapi belum mencapai target ekonomi keluarga.6
Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 Badan Kependudukan dan Keluarga
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup Berencana (BKKBN) berusaha untuk mengatasi
sehingga masih membutuhkan perhatian permasalahan pada remaja dengan
khusus.2 Kesehatan perempuan akan meningkat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
melalui Keluarga Berencana dengan mengurangi reproduksi remaja melalui Program Generasi
proporsi kehamilan yang dianggap berisiko Berencana (GenRe). Program tersebut
tinggi dan aborsi yang tidak aman karena diantaranya melakukan pendekatan dengan
kehamilan tidak diinginkan. Adanya Keluarga memberikan konseling kepada remaja pada
Berencana tersebut dapat mencegah penyebab Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK
kematian ibu sekitar 28%−30% kehamilan R).7 Namun, modul yang digunakan pada
dengan risiko tinggi karena hamil pada usia konseling sebaya membutuhkan penambahan
muda, hamil pada usia tua, jarak antar kehamilan substansi dalam membantu mengatasi
yang terlalu pendek (kurang dari 2 tahun), dan permasalahan remaja yang sesuai seperti saat ini.
paritas tinggi.3-5 Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
Kehamilan pada usia muda merupakan kebutuhan substansi pada modul konseling
salah satu permasalahan yang dihadapi pada usia sebaya tentang keluarga berencana dalam
remaja di Provinsi Banten. Hal ini sesuai dengan kesehatan reproduksi yang dapat dimanfaatkan
hasil penelitian dari Ismiyati dkk yang oleh remaja dalam membantu mengatasi
menyatakan bahwa permasalahan kesehatan permasalahannya yang berkaitan dengan
reproduksi pada remaja di Provinsi Banten kesehatan reproduksi.

METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah Mahasiswa. Data kualitatif dianalisis secara
metode campuran sekuensial eksploratori konten oleh peneliti. Pada desain kuantitatif,
(exploratory sequential mixed method). Data pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan
kualitatif diambil dengan metode wawancara survei menggunakan kuesioner pada 36
mendalam menggunakan instrumen pedoman responden. Responden yang digunakan adalah
wawancara yang dibuat oleh peneliti. Informan remaja usia 18–24 tahun yang memanfaatkan
penelitian kualitatif berjumlah 11 orang. layanan konseling sebaya (konselor dan
Informan dalam penelitian ini adalah pengguna konseli). Analisis data kuantitatif dilakukan
layanan konseling sebaya (konselor dan dengan permodelan RASCH.
konseli), tenaga kesehatan (dokter obgyn, dokter Penelitian dilakukan di Provinsi Banten.
anak, dan bidan) yang memberikan layanan Penelitian ini telah mendapatkan izin kelayakan
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, dari komisi etik penelitian kesehatan Fakultas
psikolog yang memberikan layanan konseling Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan
remaja, BKKBN, Dinas Kesehatan, dan Nomor Surat Persetujuan Etik:
Pembina Pusat Informasi dan Konseling 47/UN6.C1.3.2/KEPK/PN/2017.

HASIL
Substansi pada modul konseling sebaya napza.8 Pada artikel ini, substansi modul
dibutuhkan oleh konselor dalam mendampingi konseling sebaya dari hasil penelitian terdiri dari
konseli untuk mengatasi permasalahan yang gender, mitos, keterampilan hidup (life skill),
dihadapi. Kebutuhan substansi modul konseling advokasi dan KIE (komunikasi, informasi, dan
sebaya pada artikel sebelumya terdiri dari edukasi), serta pendekatan agama dalam
tumbuh kembang, keluarga berencana, kesehatan reproduksi.
kesehatan reproduksi, penyakit seksual, dan

|2
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427

remaja pada pelatihan konselor sebaya sesuai


Hal tersebut sesuai dengan uraian sebagai kurikulum tahun 2014. Mereka diajarkan tentang
berikut: keterampilan fisik, keterampilan mental,
a. Gender keterampilan emosional, keterampilan spiritual,
Gender merupakan suatu topik yang dikenalkan keterampilan kejuruan, dan keterampilan
pada remaja. Gender berbeda dengan seks. menghadapi kesulitan.
Gender dibentuk oleh lingkungan atau budaya “kami kenalkan materi life skills sesuai
sekitar. Remaja dikenalkan gender agar mereka kurikulum pusat....”(R8)
mengetahui konsep gender dalam kehidupan d. Advokasi dan KIE
sehari-hari. Mereka perlu tahu sejauh mana Seorang konselor sebaya memiliki
peran gender ada dilingkungan sekitarnya. tanggungjawab untuk membantu teman-
“....gender, kasih contohnya dalam kehidupan temannya dalam mengatasi permasalahannya.
itu seperti apa karena kadang kalau bicara Keberhasilan mengatasi masalah didukung oleh
gender mereka masih banyak yang abu-abu” kemampuannya dalam melakukan advokasi dan
(R7) KIE. Advokasi dan KIE diajarkan kepada
b. Mitos pelatihan konselor sebaya berdasarkan
Mitos menjadi suatu hal yang harus dikenalkan kurikulum tahun 2014 pada modul Konseling
kepada remaja. Banyak remaja yang tidak sebaya yang diterbitkan oleh BKKBN..
mengetahui kebenaran atau fakta dari kesehatan “saya kenalkan remaja tentang advokasi dan
reproduksi. Faktor pengetahuan remaja yang KIE sesuai kurikulum....” (R9)
kurang tentang kesehatan reproduksi e. Pendekatan Agama dalam Kesehatan
menimbulkan permasalahan remaja yang saat ini Reproduksi
masih menjadi perhatian di Provinsi Banten. Kesehatan reproduksi yang dikenalkan kepada
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka remaja perlu didampingi dari segi agama.
remaja diajarkan mitos tentang infeksi menular Pendekatan agama menanamkan akhlak pada
seksual (IMS), HIV/AIDS, kontrasepsi remaja. Remaja yang memiliki akhlak yang baik
(kondom), seksualitas, gender, dan Napza. tentu akan menghindari perbuatan-perbuatan
“ mereka bilang “emang kalau sekali yang dilarang oleh agama seperti perilaku seks
malakukan terus hamil, kan ga bu kalau setelah bebas, aborsi, perilaku menyimpang, dan lain-
melakukan terus loncat-loncat” gitu. Mereka lain.
menganggapnya kaya grafitasi aja, kalau “Kenalkan bahwa agama mengharamkan atau
lonjak-lonjak terus turun” (R10) tidak dihalalkan untuk melakukan hubungan
c. Keterampilan Hidup seks diluar nikah” (R1)
Keterampilan beradaptasi dengan lingkungan Hasil penelitian tahap kedua tentang kebutuhan
dibutuhkan untuk remaja. Tujuan keterampilan konselor dan konseli berdasarkan jurusan
hidup untuk mengajarkan mereka dalam terhadap substansi yang perlu ada di modul
menghadapi tantangan pada kehidupan sehari- dapat dilihat seperti berikut ini:
hari. Keterampilan hidup dikenalkan kepada

|3
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427

Gambar 1 Peta Wright Substansi “Besar”

Dari Gambar 1 diketahui bahwa 6 materi


dari substansi besar yaitu: Kesehatan Berdasarkan pengelompokan konselor dan
Reproduksi, Napza, Pendekatan Agama dalam konseli dari jurusan, hanya 50% konseli dari
Kesehatan Reproduksi, Keterampilan Hidup, jurusan kesehatan yang membutuhkan substansi
Gender, dan Penyakit Seksual merupakan materi besar, sedangkan konseli dari jurusan non
yang ada diantara dan dibawah rata-rata logit kesehatan yang membutuhkan sebesar 80%.
item (0,0). Materi tersebut memiliki arti bahwa Pada kelompok konselor yang membutuhkan
harus ada di dalam modul karena sangat substansi besar adalah 100% dari jurusan
dibutuhkan. Sebesar 75% dari total responden kesehatan dan 71,4% dari jurusan non
menyetujui bahwa seluruh materi ( Kesehatan kesehatan.
reproduksi, Napza, Pendekatan Agama dalam Pada Materi Keluarga Berencana (KB)
Kespro, Keterampilan Hidup, Gender, Penyakit sebesar 94,4% dari total responden
Seksual, Tumbuh Kembang Remaja, Keluarga membutuhkan materi tersebut sehingga harus
Berencana, Advokasi dan KIE, dan Mitos) ada didalam modul konseling sebaya keluarga
tersebut ada didalam modul. Mereka berencana
membutuhkan materi-materi tersebut pada saat
memberikan layanan konseling.
dalam kesehatan reproduksi remaja. diluar standar defiasi (2SD) yaitu PKS02
Responden yang tidak membutuhkan materi KB (responden outlier), artinya konselor ini sangat
hanya 5,6%. Responden tersebut merupakan membutuhkan semua substansi besar ada di
kelompok konseli dari jurusan kesehatan. dalam modul konseling sebaya keluarga
Berdasarkan sebaran Peta Wright terdapat satu berencana dalam kesehatan reproduksi remaja.
konseli dari Jurusan Kesehatan yang berada

|4
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427

PEMBAHASAN kelompok konseli, remaja dari jurusan non


kesehatan lebih banyak membutuhkan materi-
Remaja diajarkan tentang mitos yang materi tersebut bila dibandingkan dari jurusan
berkaitan dengan seksualitas, IMS, HIV/AIDS, kesehatan. Konseli dari jurusan non kesehatan
Napza, Gender, dan kontrasepsi. Studi membutuhkan materi tersebut karena mereka
menemukan 24% perempuan menyepelekan belum pernah mendapatkannya dibangku kuliah,
risiko kehamilan dari hubungan seksual tanpa sehingga mereka ingin mengetahui dari sumber
menggunakan alat kontrasepsi. Klien tidak informasi yang dapat dipercaya.
mengetahui dengan benar risiko terjadinya Pada survei didapatkan satu responden
kehamilan. Mereka memiliki persepsi tidak yang memang sangat membutuhkan semua
hamil atau infertilitas dari hubungan seksual substansi untuk memberikan konseling.
tanpa pelindung sebelumnya.9 Responden tersebut memang seorang konselor
Pada penelitian ini, keterampilan hidup yang aktif dan menjadi duta mahasiswa,
perlu dimasukkan kedalam modul konseling sehingga sering menjadi tempat untuk rujukan
kesehatan reproduksi pada remaja. Remaja dari teman-temannya. Namun, ada materi
membutuhkan keterampilan hidup (Life Skills) rujukan yang tidak masuk dalam survei
untuk menghadapi permasalahan kesehatan kebutuhan karena materi ini muncul setelah
reproduksi yang dialaminya. Adanya substansi penelitian tahap selanjutnya.
keterampilan hidup memberikan kemampuan Substansi keluarga berencana sebesar
pada remaja untuk berperilaku adaptif dan 77,8% responden membutuhkan materi
positif secara efektif dalam menghadapi kontrasepsi secara lengkap ada di modul.
tuntutan, tantangan, dan stress dalam kehidupan Mayoritas responden yang menjadi konselor
sehari-hari. Pengenalan Substansi Keterampilan membutuhkan kontrasepsi secara lengkap.
hidup dapat membantu remaja lebih dewasa Konselor yang kurang membutuhkan adalah
dalam mengambil keputusan, bertanggung jawab konselor yang berasal dari jurusan non
terhadap tindakan yang dilakukannya, serta kesehatan. Konselor tersebut baru saja direkrut
mampu menahan diri dari perilaku berisiko.10 dan memang memiliki keraguan dalam
Pada kesehatan seksual dan reproduksi, menyampaikan kontrasepsi. Konseli yang tidak
seks sering kali menjadi masalah yang berkaitan membutuhkan kontrasepsi ada didalam modul
dengan nilai-nilai moral dan agama. Pengenalan adalah konseli yang berasal dari jurusan
seksualitas, menarce, pandangan hubungan kesehatan. Mereka tidak terlalu membutuhkan
lawan jenis, pernikahan, kontrasepsi, kehamilan, karena memang sudah ada kontrasepsi dalam
aborsi, dan persalinan sering kali dipengaruhi kurikulum pendidikan.
oleh keyakinan agama. Agama memiliki peran Materi KB mayoritas setuju untuk
penting dalam kehidupan kesehatan sehingga dimasukkan di dalam modul karena untuk
dalam mengenalkan kesehatan reproduksi membantu mengatasi permasalahan-
kepada remaja dibutuhkan pandangan agama permasalahan remaja di Provinsi Banten terkait
yang sesuai dengan kepercayaannya. Dalam hal dengan perilaku seks pranikah, kehamilan
ini agama membantu dalam pengambilan remaja, persalinan remaja, pernikahan remaja,
keputusan terhadap prilaku kesehatan. 11 dan penyakit seksual. Keluarga Berencana untuk
Pada penelitian ini, instrumen survei kelompok remaja digunakan sebagai upaya
kebutuhan didapatkan dari hasil wawancara promotif dan preventif untuk mencegah
mendalam (Indepth interview). Sebesar 75% terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
remaja di Banten membutuhkan materi Kespro, kejadian aborsi, dan merencanakan kehamilan
Pendekatan religi dalam kespro, napza, untuk masa depan. Pengenalan program ini
keterampilan hidup, gender, penyakit menular menjadi penting mengingat permasalahan-
seksual, tumbuh kembang remaja, Keluarga permasalahan pada remaja di Indonesia yang
Berencana, Advokasi dan KIE, dan Mitos ada di masih tinggi dalam perilaku seks pranikah, gaya
dalam modul Keluarga Berencana dalam Modul hidup berisiko, dan pernikahan dini.12,13
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Pada

KESIMPULAN
Kebutuhan substansi modul konseling dengan permasalahan remaja. Oleh karena itu,
sebaya pada remaja pada dasarnya disesuaikan kebutuhan mereka meliputi: tumbuh Kembang

|5
(JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Vol. 14, No. 1, Juni 2019, eISSN 2654-3427

remaja, Keluarga Berencana (Pendewasaan Usia Gender, Keterampilan Hidup (Life Skill),
Perkawinan, Fungsi Keluarga, dan Kontrasepsi), Advokasi dan KIE, Mitos, Pendekatan Agama
Kesehatan Reproduksi (Seksualitas), Penyakit dalam Kesehatan Reproduksi.
Menular Seksual (IMS dan HIV/AIDS), Napza,

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kami sampaikan kepada Badan Kesehatan yang telah memberikan dana
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM penelitian tugas belajar.

DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN, BPS, Kemenkes. Survey 8. Ismiyati, Deni Kurniadi Sunjaya, Susi
demografi kesehatan Indonesia. Jakarta. Susanah. Substansi Modul Konseling
2012 Sebaya Dalam Mengatasi Permasalahan
2. BAPPENAS. Laporan pencapaian tujuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Akhir.
pembangunan Milenium di Indonesai 2014. Medikes (Media Informasi Kesehatan).
Jakarta. 2015 April 2018; 5 (1): 1–9
3. Starbird E, Norton M, Marcus R. Investing 9. Dehlendroft at al. Contraception conselling:
in family planning: key to achieving the best practice to ensure quality
sustainable development goals. Global communication and enable effective
Health: Science and Practice. 2016; 4 (2): contraception use. Clin Obstet Gynecol.
191–210 Desember 2014; 57 (4): 659–73
4. Cleland J, Agudelo AC, Peterson H, Ross 10. Nasheeda A. Life Skills Education for
J, Tsui A. Contraception and health. Lancet. young people: coping with challenges. CPH
2012; 380: 149–56 Journal. 2008;4(1):19-25
5. Weaver EH, Frankenberg E, Fried BJ, 11. Hall KS. Moreau C. Trussel J. Lower use of
Thomas D, Wheeler SB, Paul JE. Effect of sexual and reproductive health services
village midwife program on contraceptive among women with frequent religious
prevalence and method choice in Indonesia. participation, regardless of sexual
Stud Fam Plann. 2013; 44 (4): 389–409 experience. Journal Of Women’s Health.
6. Ismiyati, Udin Sabarudin, Tuti Wahmurti, 2012; 21 (7): 739-747
Farid Husin, Susi Susanah, Deni Kurniadi 12. Kemenkes. Pusat data dan informasi: situasi
Sunjaya. Reproductive Health Problems in kesehatan reproduksi remaja. 2015
Adolescents in Banten Province. Global 13. BPS. Kemajuan yang tertunda: analisis data
Medical and Health Communication. April perkawinan usia anak di Indonesia.
2019; 7 (1) : 52–58 Jakarta.2016
7. BkkbN. Pedoman pengelolaan pusat
informasi dan konseling remaja dan
mahasiswa (PIK R/M). Jakarta. 2012

|6

Anda mungkin juga menyukai