Anda di halaman 1dari 8

Vol.

12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

PERAN KONSELOR SEBAYA SEBAGAI UPAYA


MENINGKATKAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Wiji Utami
AKBID An-Nur Purwodadi
Email: wijiutami88@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: TRIAD Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR) yaitu: Seksualitas, HIV/AIDS, dan
NAPZA merupakan permasalahan remaja yang terjadi saat ini. Konselor sebaya sebagai pengelola Pusat
Informasi dan Konseling Remaja berperan penting dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang TRIAD
KRR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran konselor sebaya dengan
pengetahuan tentang TRIAD KRR. Metode: Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015.
Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
668 siswa SMA N 1 Pulokulon Kabupaten Grobogan. Sampel penelitian 133 siswa dengan teknik
pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling. Teknik analisa data dengan uji Chi Square. Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara peran konselor sebaya dengan pengetahuan
tentang TRIAD KRR (OR=2,74; CI 95% 1,02 sd 7,32; p= 0,040). Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini
adalah peran konselor sebaya yang baik meningkatkan pengetahuan tentang TRIAD KRR 2,74 kali lebih
besar dari pada peran konselor sebaya yang kurang baik dalam PIK R.

Kata kunci: Peran konselor sebaya, pengetahuan TRIAD KRR

PEER-COUNSELOR’S ROLE IN EFFORTS TO INCREASE


KNOWLEDGE OF ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH
TRIAD

ABSTRACT

Background: Adolescent reproductive health TRIAD are Sexuality, HIV/AIDS, Narcotics, Psychotropic
substances, and other addictive substances are still being a problem today. Peer counselor’s as manager
in Center of Information and Youth Counseling an important role in efforts to increase knowledge of
adolescents about adolescent reproductive health TRIAD. This research aims to determine the role of peer
counselor’s relation to knowledge of adolescent reproductive health TRIAD. Methods: The research
conducted in February-March 2015. This research using a method used in this research is analytic survey
with cross sectional approach. This research used a population of 668 of Senior Secondary School 1 of
Pulokulon. The research sample consisted of 133 students by using simple random sampling. The data of
research were analyzed by using the Chi Square test. Results: The results showed that there is a
relationship between the role of peer counselor’s with knowledge of Adolescent Reproductive Health
TRIAD (OR = 2.74; CI 95% = 1.02 - 7.32 and p = 0.040). Conclusion: The conclusion of this research is
the role of peer counselor’s who either increase knowledge about adolescent reproductive health TRIAD
2.74 times greater than the role of peer counselors who are less well in Center of Information and Youth
Counseling.

Keywords: The role of peer counselor’s, knowledge of adolescent reproductive health TRIAD

A. PENDAHULUAN HIV/AIDS, dan NAPZA merupakan


TRIAD Kesehatan Reproduksi Remaja permasalahan yang masih terjadi di
(TRIAD KRR) yang terdiri dari seksualitas, kalangan remaja (BKKBN, 2014). Kasus

1
Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

tentang seksualitas, HIV/AIDS, dan spiritual. Persiapan remaja menjadi remaja


NAPZA mengalami peningkatan seiring yang sehat memerlukan peran serta dari
dengan meningkatnya jumlah remaja. orangtua, guru, dan lingkungan sekitar
Berdasarkan Survei Demografi dan untuk membantu mengatasi kelabilan jiwa
Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, pada masa remaja sehingga remaja dapat
remaja perempuan dan remaja laki-laki usia membedakan hal yang baik dan tidak baik
15-24 tahun menyatakan pernah melakukan untuk dilakukan. Remaja yang sehat akan
hubungan seksual pranikah masing-masing terhindar dari hal-hal negatif dan mencari
1% dan 8%. Berdasarkan data dari Badan kegiatan positif yang dapat
Narkotika Nasional Tahun 2014, jumlah mengembangkan dirinya menjadi pribadi
pengguna NAPZA adalah 4 juta jiwa yang berkualitas. Remaja yang berkualitas
dengan 27,32% pengguna NAPZA adalah akan menjadikan negara Indonesia menjadi
pelajar. Berdasarkan data Kemenkes RI negara yang lebih maju untuk kedepannya
(2014), jumlah kasus AIDS secara (Kusmiran, 2012).
kumulatif sampai dengan September 2014 Pembentukan Pusat Informasi dan
sebesar 55.799 kasus dan 32,9% Konseling Remaja (PIK R) di kalangan
diantaranya adalah kelompok usia 20 – 29 remaja merupakan suatu wadah yang
tahun. bertujuan untuk menyampaikan informasi
Remaja dengan perilaku yang tidak tentang kesehatan reproduksi remaja.
sehat akan mengalami gangguan pada tugas Konselor sebaya sebagai pengelola PIK R
- tugas pertumbuhan dan membantu permasalahan remaja yang
perkembangannya, baik secara sosial berkaitan dengan kesehatan reproduksi nya,
maupun individual. Gangguan baik dengan memberikan pengetahuan yang
pertumbuhan dan perkembangan remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi
secara sosial dimana remaja tidak dapat maupun permasalahan-permasalahan yang
melanjutkan sekolah, memasuki dunia sedang dihadapi remaja.
kerja, memulai berkeluarga, dan menjadi Konselor sebaya yang mempunyai
anggota keluarga secara baik. Secara keinginan dan komitmen yang tinggi dalam
individual remaja akan mengalami membantu permasalahan remaja tentang
gangguan secara fisik, mental, emosional, kesehatan reproduksi sebagai sumber
dan spriritual (BKKBN, 2014). informasi kesehatan di PIK R merupakan
Remaja sebagai generasi penerus penentu keberhasilan informasi tersebut
bangsa dan penentu kualitas di masa depan dapat diterima dengan baik oleh remaja.
perlu dipersiapkan menjadi individu yang Remaja lebih dapat menceritakan
sehat secara jasmani, rohani, mental, dan permasalahan yang dihadapi dengan teman

2
Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

sebaya dibandingkan dengan orangtua, Penelitian ini dilaksanakan di SMA


guru, dan lainnya (BKKBN, 2014). N 1 Pulokulon Kabupaten Grobogan pada
Berdasarkan hasil studi pendahuluan bulan Februari-Maret 2015. Metode
yang dilakukan oleh peneliti, jumlah PIK R penelitian yang digunakan adalah survei
di Kabupaten Grobogan sebanyak 35 PIK analitik dengan menggali bagaimana dan
R. Menurut data dari Kepala Sub Bidang mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi,
Keluarga Berencana (Kasubid KB) Badan selanjutnya melakukan analisis dinamika
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan korelasi antarfenomena tersebut
Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) (Sulistyaningsih, 2011). Pendekatan dalam
Kabupaten Grobogan bahwa PIK R SMA N penelitian ini adalah cross sectional dengan
1 Pulokulon Kabupaten Grobogan sudah melakukan pengamatan antara faktor risiko
merupakan PIK R tahap Tegar yang dan faktor efek dilakukan sekali waktu
merupakan tahap PIK R paling tinggi di atas (Azis, 2010).
tahap Tumbuh dan Tegak. PIK R SMA N 1 Populasi penelitian ini adalah semua
Pulokulon Kabupaten Grobogan terpilih siswa SMA N 1 Pulokulon Kabupaten
menjadi salah satu PIK R terbaik tingkat Grobogan sebanyak 668 siswa. Jumlah
SMA di Kabupaten Grobogan sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 20% X
mendapat bantuan sarana dan prasarana 668 siswa = 133 siswa yang diplih dengan
penunjang kegiatan PIK R dari BKKBN menggunakan teknik pengambilan sampel
tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2014. jenis Simple Random Sampling.
Berdasarkan fenomena di atas, maka Pengumpulan data penelitian menggunakan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian jenis data primer yang diambil secara
dengan judul “Peran Konselor Sebaya langsung oleh peneliti dengan
Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan menggunakan instrumen berupa kuesioner
Remaja Tentang TRIAD Kesehatan tentang peran konselor sebaya dan
Reproduksi Remaja”. pengetahuan remaja tentang TRIAD KRR.
Tujuan umum penelitian ini adalah Teknik analisa data yang digunakan dalam
untuk mengetahui hubungan peran konselor penelitian ini adalah uji Chi Square.
sebaya dengan pengetahuan remaja tentang
TRIAD Kesehatan Reproduksi Remaja di C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pusat Informasi dan Konseling Remaja 1. Hasil Penelitian
SMA N 1 Pulokulon Kabupaten Grobogan. a. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian ini dapat
B. METODE PENELITIAN dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden

3
Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

No. Variabel Jumlah (n) Persentase konselor sebaya baik. Sebagian besar siswa
(%)
mempunyai pengetahuan yang kurang
1 Umur (tahun)
15-16 70 52,6 tentang TRIAD sebanyak 98 siswa (73,7%)
17-18 61 45,8 dan hanya 35 siswa (26,6%) yang
19-20 2 1,6
2 Jenis Kelamin mempunyai pengetahuan baik.
Laki-laki 55 41,4 c. Analisis Bivariat
Perempuan 78 58,6
Jumlah 133 100 Hasil analisis bivariat hubungan peran
Sumber: Data primer, diolah April 2015 konselor sebaya dengan pengetahuan
Dari tabel 1 dapat dilihat subjek remaja tentang TRIAD KRR dapat dilihat
penelitian paling banyak berumur 15-16 pada tabel di bawah ini:
tahun dan berjenis kelamin perempuan. Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat
Subjek penelitian yang berumur 15-16
Variabel Pengetahuan Total OR p
tahun sebanyak 70 siswa (52,6%), 17-18
TRIAD KRR
tahun sebanyak 61 siswa (45,8%), dan
Kurang Baik
hanya 2 siswa (1,6%) yang berumur 19-20
tahun. Subjek penelitian yang berjenis n % n % n %
kelamin perempuan sebanyak 78 siswa
Peran
(58,6%) sedangkan sebanyak 55 siswa Konselor
(41,6%) berjenis kelamin laki-laki. Sebaya
b. Analisis Univariat Kurang baik 87 77 26 23 113 100 2,740,040
Hasil analisis univariat peran konselor 11 55 9 45 20 100
Baik
sebaya dan pengetahuan tentang TRIAD
KRR dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Sumber : Data Primer ,diolah April 2015
Hasil analisis dengan Uji Chi Square
Tabel 2. Hasil analisis univariat
pada tabel di atas menunjukkan terdapat
No Variabel Frekuensi Persentase
(n) (%) hubungan antara peran konselor sebaya
1 Peran konselor dengan pengetahuan tentang TRIAD KRR
sebaya
Baik (>10) 20 15 dan secara statistik signifikan (p-value
Kurang (<10) 113 85
(0,040)<α(0,05)). Peran konselor sebaya
2 Pengetahuan
TRIAD KRR yang baik meningkatkan pengetahuan
Baik (>40) 35 26,3 tentang TRIAD KRR 2,74 kali lebih besar
Kurang (<40) 98 73,7
Sumber: Data primer, diolah April 2015 dari pada peran konselor sebaya yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian kurang baik dalam PIK R (OR: 2,74; CI
besar responden yaitu sebanyak 113 siswa 95% 1,02 sd 7,32).
(85%) menyatakan peran konselor sebaya 2. Pembahasan
kurang dan sisanya menyatakan peran

4
Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Hasil penelitian menunjukkan


terdapat hubungan antara peran konselor
sebaya dengan pengetahuan remaja tentang pengetahuan yang baik tentang seksualitas,
TRIAD KRR. Adanya peran konselor HIV/AIDS, dan NAPZA. Konselor sebaya
sebaya yang baik mempunyai pengaruh sebagai pengelola PIK R berperan sekali
terhadap pengetahuan tentang TRIAD KRR dalam membantu permasalahan remaja
2,74 kali lebih besar dari pada peran karena remaja lebih terbuka dalam
konselor sebaya yang kurang baik dalam mencurahkan permasalahan yang sedang
PIK R (OR: 2,74; CI 95% 1,02 sd 7,32). dihadapi teman sebaya dibandingkan
Hal tersebut sejalan dengan dengan orangtua, saudara, guru, dan
penelitian yang dilakukan oleh Deborah et lainnya. Seorang konselor sebaya harus
al (2002) tentang evaluasi intervensi mempunyai pengetahuan yang luas tentang
pendidikan teman sebaya yang melibatkan TRIAD KRR dan berbagai permasalahan
235 remaja di Massachusetts, Amerika remaja sehingga dapat membantu teman
Serikat. Deborah berpendapat bahwa sebaya yang mempunyai masalah dengan
program pendidikan teman sebaya memiliki baik.
manfaat dalam meningkatkan pengetahuan Hal tersebut sejalan dengan penelitian
tentang HIV/AIDS pada teman sebayanya. Gao et al (2012) tentang efektivitas
Hal serupa dikemukakan oleh pendidikan berbasis sekolah terhadap
Michelsen et al (2012) tentang efektivitas pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang
pendidikan teman sebaya terhadap perilaku HIV/AIDS di SMA Wuhan, China dengan
seksual, pengetahuan, dan sikap tentang melibatkan 702 remaja laki-laki dan 766
HIV dengan melibatkan 14 sekolah yang remaja perempuan. Hasil penelitian
terdiri dari 1950 siswa remaja sebagai menunjukkan bahwa intervensi pendidikan
subjek penelitian. Hasil penelitian kesehatan berbasis sekolah secara
menunjukkan bahwa program pendidikan signifikan meningkatkan pengetahuan dan
teman sebaya secara statistik signifikan mengubah sikap serta perilaku remaja
dalam meningkatkan pengetahuan tentang tentang HIV/AIDS.
HIV di lingkungan sekolah Negara Sesuai dengan pendapat Medley et al
Rwanda. (2014), upaya pencegahan HIV/AIDS
Konselor sebaya memberikan dengan melibatkan konselor sebaya
informasi kepada remaja SMA tentang dipengaruhi oleh beberapa faktor
TRIAD KRR baik secara individu maupun diantaranya:
kelompok agar siswa SMA mempunyai

5
Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

a. Faktor Individu yang menjadi konselor menjadi seorang konselor yang dapat
sebaya memberikan informasi tentang kesehatan
Seorang konselor sebaya haruslah reproduksi dan membantu permasalahan
dipilih individu yang tepat karena kunci yang sedang dihadapi oleh remaja.
keberhasilan dalam pengelolaan PIK R Hal tersebut sejalan dengan
adalah konselor sebaya yang memberikan penelitian Mevsim et al (2008) tentang
informasi kesehatan kepada remaja. pelatihan untuk konselor sebaya yang
Seorang konselor sebaya harus melibatkan 237 siswa yang mendapatkan
mampu menciptakan kondisi yang pelatihan selama 40 jam. Mevsim
kondusif, nyaman, dan aman untuk berpendapat bahwa pelatihan konselor
teman sebayanya. Keinginan yang kuat sebaya dapat meningkatkan pengetahuan
dari konselor sebaya untuk ikut serta dan keterampilan konseling seorang
dalam membantu permasalahan remaja konselor sebaya sehingga nantinya dapat
merupakan syarat yang harus dipenuhi memberikan konseling kepada teman
seorang konselor sebaya. Remaja yang sebayanya tentang kesehatan reproduksi.
membutuhkan informasi kesehatan Pelatihan sebagai konselor sebaya tidak
reproduksi dan mempunyai hanya dilakukan sekali saja tetapi
permasalahan remaja harus dijaga dibutuhkan pelatihan penyegaran untuk
kerahasiaannya oleh konselor sebaya. memberikan keterampilan konseling
Konselor sebaya harus mempunyai sikap yang lebih baik kepada konselor sebaya.
yang tepat dalam menangani Adanya pelatihan yang rutin dan terus
permasalahan yang sedang dihadapi menerus akan meningkatkan
remaja. keterampilan konselor sebaya dalam
b. Pelatihan dan pengawasan konselor menyampaikan informasi kesehatan
sebaya
reproduksi dan memberikan konseling
Faktor yang berperan dalam
kepada teman sebayanya.
efektivitas pemberian pendidikan
Pengawasan secara teratur pada
kesehatan oleh konselor sebaya adalah
kegiatan yang dilakukan oleh konselor
adanya pelatihan untuk konselor sebaya
sebaya dalam memberikan pendidikan
dan pengawasan pada kegiatan konselor
kesehatan kepada teman sebayanya
sebaya.
diperlukan untuk dapat memonitoring
Pelatihan menjadi seorang konselor
perkembangan pengetahuan remaja
diperlukan untuk seseorang yang ingin
tentang materi yang diberikan oleh
menjadi konselor sebaya. Pelatihan yang
konselor sebaya dan kinerja dari konselor
diikuti akan dapat menjadikan konselor
sebaya memahami tentang perannya

6
Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

sebaya dalam membantu permasalahan kali lebih besar dari pada peran konselor
remaja. sebaya yang kurang baik dalam PIK R
D. KESIMPULAN DAN SARAN (OR=2,74; CI 95% 1,02 sd 7,32; p=
1. Kesimpulan 0,040 ).
Berdasarkan hasil penelitian peran 2. Saran
konselor sebaya sebagai upaya Kerjasama yang baik dengan berbagai
meningkatkan pengetahuan remaja pihak diantaranya konselor sebaya
tentang TRIAD Kesehatan Reproduksi pengelola PIK R, pihak sekolah, dan
Remaja di Pusat Informasi Konseling pihak yang memberikan pelatihan kepada
Remaja SMA N 1 Pulokulon Kabupaten konselor sebaya diperlukan untuk dapat
Grobogan, maka didapatkan kesimpulan menunjang kegiatan konselor sebaya
bahwa terdapat hubungan antara peran dalam PIK R sehingga dapat membantu
konselor sebaya dengan pengetahuan permasalahan remaja dan meningkatkan
tentang TRIAD KRR. Peran konselor pengetahuan remaja tentang TRIAD
sebaya yang baik meningkatkan KRR.
pengetahuan tentang TRIAD KRR 2,74
DAFTAR PUSTAKA Trainers' Course On Short And Long Term
Basis. BMC Public Health 2008, 8:24,
Aziz, A. 2010. Metode Penelitian hlm.1-7.
Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Michelsen, K., Roxanne, B., Kristien, R.,
Jakarta: Salemba Medika. Ronan, V., and Marleen, T. 2012.
BNN, 2014. Laporan Akhir Survei Nasional Effectiveness Of A Peer-Led HIV
Perkembangan Penyalahguna Narkoba Prevention Intervention In Secondary
Tahun Anggaran 2014. Jakarta: BNN. Schools In Rwanda: Results From A Non-
Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Randomized Controlled Trial. BMC Public
Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Health, 12:729, hlm. 1-11
Salemba Medika. Gao, X., Wu, Y., Zhang, Y., Zhang, N.,
Medley, A., Caitlin, K., Kevin, O., and Tang, J., Qiu, J., Lin, X., and Du, Y. 2012.
Michael, S. 2009. Effectiveness of Peer Effectiveness Of School-Based Education
Education Interventions for HIV Prevention On HIV/AIDS Knowledge, Attitude, And
in Developing Countries: A Systematic Behavior Among Secondary School
Review and Meta-Analysis. AIDS Educ Students In Wuhan, China. Plose One, vol.7,
Prev; 21(3): 181–20 issue 9, hlm. 1-8.
Mevsim, V., Dilek, G., Nilgun, O., and Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis
Ozge, S. 2008. What Was Retained? The HIV/AIDS. Jakarta: Pusat Data dan
Assessment Of The Training For The Peer Informasi Kementrian Kesehatan
Agent for Change: Evaluation of a Peer Kemenkes, Measure DHS, ICF
Leadership HIV/AIDS Prevention. Journal International.
of Adolescent Health, vol. 31, no. 1, July Deborah, N., Lois, C., Laurie, J W., Paul, S.,
2002, hlm. 31-9 RI. Lorenz, F. 2002. Tapping Youth as
BPS, BKKBN, Kemenkes, Measure DHS,
ICF International. 2012. Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jakarta: BPS, BKKBN,

7
Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Sulistyaningsih, 2011. Metodologi Penelitian


Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai