A. PENGANTAR
1
Dalam materi ini, akan dipelajari tentang evaluasi diri madrasah, dengan
maksud dan tujuan agar kepala madrasah memahami seluk beluk evalusi diri
madrasah, melakukan evalusi diri madrasah dan menindaklanjuti hasil evaluasi diri
madrasah. Hasil evaluasi diri nantinya akan dijadikan sebagai titik awal untuk
merancang dan menentukan program sesuai dengan kondisi kontekstual
dilingkungan madrasah.
B. KOMPETENSI PELATIHAN
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu melakukan evalusi diri
madrasah dan menjadikan hasil evalusi diri madrasah menjadi dasar untuk merancang
program madrasah.
C. MATERI
A. Konsep dasar Evaluasi Diri Madrasah (EDM)
1. Pengertian EDM
Evalusi Diri Madrasah, untuk selanjutnya disingkat menjadi EDM adalah
proses evaluasi diri sekolah yang bersifat internal yang melibatkan
pemangku kepentingan untuk melihat kinerja madrasah berdasarkan SPM
(Standar Pendidikan Minimal dan SNP (Standar Nasional Pendidikan) yang
hasilnya dipakai sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Madrasah (RKM)
dan sebagai masukan bagi perencanaan I nvestasi pendidikan tingkat
kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnnya. EDM merupakan
bagian dari pemetaan mutu sekolah. Peta mutu ini memberikan data awal
pencapaian standar (SPM/SNP).
3. Prinsip EDM
EDM diharapkan menjadi kegiatan rutin di madrasah yang dilakukan
secara terus menerus setiap tahun, untuk mengetahui ketercapaian tahapan
pengembangan yang diharapkan. Kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan
mengacu pada beberapa prinsip, sebagai berikut:
2
a. Berbasis tujuan;
Kegiatan EDS dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan, karena hasilnya sangat penting untuk menentukan tujuan
rencana pengembangan sekolah yang lebih spesifik dan akurat.
b. Beracuan kriteria
Kegiatan EDS dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan SNP dan SPM yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan maupun oleh pemerintah dan
instansi terkait lainnya.
c. Berasas manfaat
Kegiatan EDS dilaksanakan untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya untuk meningkatkan mutu pendidikan, dengan
menjadikan hasil EDM sebagai bahan merumuskan rekomendasi untuk
penyusunan dan perbaikan RKM.
d. Objektif
Kegiatan EDS dilaksanakan secara jujur dan apa adanya, karena
hasilnya digunakan untuk mengetahui, memahami, dan menya dari dengan
baik kondisi nyata madrasah baik mutu maupun kondisi lainnya.
Hasil EDM tersebut merupakan informasi dan fakta yang sangat
penting untuk penyusunan rencana pengembangan sekolah, dan
dijadikan bahan masukan pemangku kepentingan.
e. Manfaat EDM
1) Manfaat bagi madrasah
a) Untuk mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan untuk
merencanakan pengembangan dan peningkatan mutu di masa
yang akan datang.
b) Agar madrasah memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar
untuk pengembangan dan peningkatan mutu di masa mendatang.
c) Untuk mengidentifikasi kekuatan dan peluang peningkatan mutu
pendidikan, ketepatan inisiatif peningkatan mutu, keseuaian
program dengan hasilnya.
d) Memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan
sebagai bentuk akuntabilitas madrasah.
3
a) Menyediakan data dan informasi yang penting untuk
perencanaan, pembuatan keputusan, dan perencanaan anggaran
pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan
nasional.
b) Mengidentifikasi bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana pendidikan.
c) Mengidentifikasi jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap
sekolah.
d) Mengidentifikasi pelatihan serta kebutuhan program
pengembangan lainnya.
e) Mengidentifikasi keberhasilan sekolah berdasarkan berbagai
indikator pencapaian sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
dan Standar Nasional Pendidikan.
4
5. Proses pengembangan budaya mutu madrasah berdasarkan EDM
Peningkatan mutu di sekolah sangat penting untuk menciptakan generasi emas
yang mendukung peningkatan daya saing masyarakat menuju bangsa Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur. Oleh karena itu diperlukan satuan
pendidikan yang memiliki mutu layanan pendidikan yang unggul, berstandar,
dan berbudaya mutu serta menjamin lulusan yang berkualitas.
Evaluasi diri Sekolah Budaya mutu sekolah, secara umum dapat diartikan
sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan proses dan hasil
belajar yang memenuhi atau melebihi standar, sehingga berdampak pada
kepuasan pelanggannya, khususnya siswa dan orang tua. Dengan kata lain
madrasah yang bermutu adalah madrasah yang sesuai kriteria standar, seperti
yang tercantum dalam SPM dan SNP, sehingga dapat memuaskan pelanggannya,
baik pelanggan internal maupun eksternal. Sedangkan budaya, dapat diartikan
sebagai pikiran, adat istiadat, suatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi
kebiasaan yang sukar diubah. Dengan demikain budaya mutu madrasah dapat
diartikan sebagai madrasah yang memiliki adat istiadat atau kebiasaan
memenuhi atau melebihi standar dalam pelaksanaan proses dan hasil belajar.
Budaya mutu tidak lahir tiba-tiba, tapi harus melalui proses pengembangan
yang sistematis dan terarah. Salah satu proses budaya mutu yaitu melalui
pemanfaatan hasil EDM dalam rencana pengembangan madrasah atau rencana
kerja madrasah. Proses pengembangan budaya mutu di madrasah ini paling tidak
dilakukan melalui tiga tahapan pokok, yaitu tahap konsolidasi, tahap
implementasi, dan tahap penguatan.
Dalam tahap konsolidasi madrasah melakukan pengembangan
program kerja dan pengembangan unit atau dokumen mutu. Sementara dalam
tahap implementasi madrasah melakukan proses pemenuhan mutu dan
pendampingan pemenuhan mutu. Hal ini akan lebih baik lagi jika dilakukan
evaluasi internal maupun eksternal. Sedangkan, tahap penguatan merupakan
peningkatan standar mutu, pemenuhan mutu, pendampingan pemenuhan
mutu dan evaluasi eksternal. Ketiga tahapan tersebut dapat dirancang dalam
kurun waktu tertentu, sesuai dengan kondisi nyata madrasah. Untuk mendukung
proses dan langkah-langkah dalam mengembangkan budaya mutu madrasah,
pengawas madrasah dan kepala madrasah dituntut untuk terus mengadakan
perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
B. Indikator Mutu
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut
adanya penyesuaian sistem dengan tuntutan masyarakat. Pada awal diluncurkannya
pemenuhan SNP tahun 2010 an, masyarakat sekolah/madrasah dituntut agar
mengejar mutu minimal sampai pada tahap SPM. Untuk mengetahui apakah sebuah
5
satuan pendidikan sudah memenuhi SPM atau sudah SNP, cara yang dilakukan
adalah melalui evaluasi diri sekolah/madrasah. Khusus untuk satuan pendidikan
milik pemerintah dipantau terus oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Sehingga pada waktu itu pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah gencar
dilakukan. Malahan satuan pendidikan yang dianggap masih ketinggalan disupport
dari dana dan bantuan pendampingan agar mencapai SPM. Meskipun banyak
kritikan dari berbagai pihak, karena sekolah/madrasah yang jauh dari perkotaan
cukup sulit untuk mencapai standar yang dimaksud.
Namun seiring dengan zaman, kebutuhan akan Evaluasi Diri
Sekolah.Madrasah dirasakan manfaatnya oleh satuan pendidikan, sehingga
sebagian besar sudah menjadikannya sebagai kegiatan rutin. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan budaya mutu dikalangan pengelola sekolah atau madrasah.
Namun juga tidakdapat dipungkiri, masih banyak juga satuan pendidikan yang
tidak melakukan evalusi diri, apakah karena tidak bisa melakukan evaluasi diri,
atau belum terbuka hati mereka untuk melakukannya.
Pemerintah terus merevisi standar-standar pendidikan, meskipun secara
substansi tidak jauh berbeda namun standar-standar tersebut lebih baik. Hal ini
berdampak juga pada instrumen-instumen yang digunakan, terus berubah seiring
dengan perubahan varibel yang dievaluasi. Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan
standar mutu. Dalam materi ajar, dilampirkan standar mutu yang dimaksud.
Adapun secara garis besar sebagaimana berikut ini:
6
1.1.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap berkarakter
1.1.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap disiplin
1.1.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun
1.1.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
1.1.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli
1.1.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
1.1.8. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap bertanggungjawab
1.1.9. Memiliki perilaku pembelajar sejati sepanjang hayat
2. Standar Isi
2.1. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi lulusan
2.1.1. Memuat karakteristik kompetensi sikap
2.1.2. Memuat karakteristik kompetensi pengetahuan
2.1.3. Memuat karakteristik kompetensi keterampilan
2.1.4. Menyesuaikan tingkat kompetensi siswa
2.1.5. Menyesuaikan ruang lingkup materi pembelajaran
7
3 . Standar Proses
3.1. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan
3.1.1. Mengacu pada silabus yang telah dikembangkan
3.1.2. Mengarah pada pencapaian kompetensi
3.1.3. Menyusun dokumen rencana dengan lengkap dan sistematis
3.1.4. Mendapatkan evaluasi dari kepala sekolah dan pengawas sekolah
8
4.2. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel
4.2.1. Menggunakan jenis teknik penilaian yang obyektif dan akuntabel
4.2.2. Memiliki perangkat teknik penilaian lengkap
9
5.4. Ketersediaan dan kompetensi laboran sesuai ketentuan
5.4.2. Memiliki Kepala Tenaga Laboratorium berkualifikasi sesuai
5.4.5. Tersedia Tenaga Teknisi Laboran
5.4.7. Tersedia Tenaga Laboran
6.2. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap dan layak
6.2.1. Memiliki ruang kelas sesuai standar
6.2.10. Kondisi ruang kelas layak pakai
6.2.12. Kondisi ruang perpustakaan layak pakai
6.3. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap dan layak
6.3.11. Menyediakan kantin yang layak
6.3.12. Menyediakan tempat parkir yang memadai
6.3.16. Kondisi ruang UKS layak pakai
6.3.18. Kondisi jamban sesuai standar
6.3.20. Kondisi ruang sirkulasi layak pakai
10
7.2.4. Melaksanakan kegiatan evaluasi diri
7.2.5. Membangun kemitraan dan melibatkan peran serta masyarakat serta lembaga
lain yang relevan 7.2.6. Melaksanakan pengelolaan bidang kurikulum dan kegiatan
pembelajaran
8. Standar Pembiayaan
8.1. Sekolah memberikan layanan subsidi silang
8.1.1. Membebaskan biaya bagi siswa tidak mampu
8.1.2. Memiliki daftar siswa dengan latar belakang ekonomi yang jelas
8.1.3. Melaksanakan subsidi silang untuk membantu siswa kurang mampu
11
Rincian kedelapan standar PAUD adalah sebagai berikut:
Perkembangan anak merupakan integrasi dari perkembangan aspek nilai agama dan
moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional, serta seni.
Perkembangan merupakan perubahan perilaku yang berkesinambungan dan
terintegrasi dari faktor genetik dan lingkungan serta meningkat secara individual
baik kuantitatif maupun kualitatif.
2. Standar Isi
12
agama dan moral, kemampuan berpikir, kemampuan berbahasa, kemampuan sosial-
emosional, kemampuan fisik-motorik, serta apresiasi terhadap seni.
Lingkup perkembangan sesuai tingkat usia anak meliputi aspek nilai agama
dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Nilai agama
dan moral meliputi kemampuan mengenal nilai agama yang dianut, mengerjakan
ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga kebersihan diri
dan lingkungan, mengetahui hari besar agama, menghormati, dan toleran terhadap
agama orang lain.
Fisik-motorik meliputi motorik kasar mencakup kemampuan gerakan tubuh
secara terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan
mengikuti aturan, motorik halus mencakup kemampuan dan kelenturan
menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam
berbagai bentuk, dan kesehatan dan perilaku keselamatan, mencakup berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta kemampuan berperilaku hidup bersih,
sehat, dan peduli terhadap keselamatannya.
Kognitif meliputi belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel
dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks
yang baru, berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola,
berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat, dan berfikir simbolik,
mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep
bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan
imajinasinya dalam bentuk gambar.
Bahasa terdiri atas memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan
memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan,
mengekspresikan bahasa, mencakup kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan,
berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa
pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan dalam bentuk coretan,
dan keaksaraan, mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf,
meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.
Sosial-emosional meliputi kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan
kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu
menyesuaian diri dengan orang lain, rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain,
mencakup kemampuan mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur diri
sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama, dan
perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya,
memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang
lain; bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan.
Seni meliputi kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri,
berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni
13
lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari,
serta drama.
3. Standar Proses
Standar Proses mencakup: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan dan model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik anak, dan budaya
lokal yang meliputi program semester (Prosem), rencana pelaksanaan
pembelajaran mingguan (RPPM), dan rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH).
Perencanaan pembelajaran disusun oleh pendidik pada satuan atau program
PAUD. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui bermain secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, kontekstual dan berpusat pada anak untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan keleluasaan bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis anak. Interaktif merupakan proses pembelajaran yang mengutamakan
interaksi antara anak dan anak, anak dan pendidik, serta anak dan
lingkungannya.
Inspiratif merupakan proses pembelajaran yang mendorong perkembangan
daya imajinasi anak. Menyenangkan merupakan proses pembelajaran yang
dilakukan dalam suasana bebas dan nyaman untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kontekstual merupakan proses pembelajaran yang terkait dengan
tuntutan lingkungan alam dan sosial-budaya.
Berpusat pada anak merupakan proses pembelajaran yang dilakukan
sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan
kebutuhan anak. Pelaksanaan pembelajaran harus menerapkan prinsip
kecukupan jumlah dan keragaman jenis bahan ajar serta alat permainan edukatif
dengan peserta didik dan kecukupan waktu pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran harian. Pelaksanaan pembelajaran mencakup kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembukaan
pembelajaran merupakan upaya mempersiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk melakukan berbagai aktivitas belajar.
Kegiatan inti merupakan upaya pembelajaran yang dilakukan melalui
kegiatan bermain yang memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada
anak sebagai dasar pembentukan sikap, perolehan pengetahuan dan
keterampilan.
14
Kegiatan penutup merupakan upaya menggali kembali pengalaman
bermain anak yang telah dilakukan dalam satu hari, serta mendorong anak
mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya.
Evaluasi pembelajaran mencakup evaluasi proses dan hasil pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik untuk menilai keterlaksanaan rencana
pembelajaran. Evaluasi hasil pembelajaran dilaksanakan oleh pendidik dengan
membandingkan antara rencana dan hasil pembelajaran. Hasil evaluasi sebagai
dasar pertimbangan tindak lanjut pelaksanaan pengembangan selanjutnya.
Pengawasan pembelajaran merupakan proses penilaian dan/atau pengarahan
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Pengawasan pembelajaran dilakukan dengan teknik supervisi pendidikan.
Pengawasan pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan atau program PAUD
terhadap Guru PAUD/Guru Pendamping/Guru Pendamping Muda secara berkala
minimum satu kali dalam satu bulan.
4. Standar Penilaian
Standar Penilaian merupakan kriteria tentang penilaian proses dan hasil
pembelajaran anak dalam rangka pemenuhan standar tingkat pencapaian
perkembangan sesuai tingkat usianya.
Penilaian proses dan hasil pembelajaran anak mencakup: prinsip penilaian,
teknik dan instrumen penilaian, mekanisme penilaian, pelaksanaan penilaian, dan
pelaporan hasil penilaian.
Prinsip penilaian mencakup prinsip edukatif, otentik, obyektif, akuntabel, dan
transparan yang dilakukan secara terintegrasi, berkesinambungan, dan memiliki
kebermaknaan. Prinsip edukatif merupakan penilaian yang mendorong anak meraih
capaian perkembangan yang optimal. Prinsip otentik merupakan penilaian yang
berorientasi pada kegiatan belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang
mencerminkan kemampuan anak saat melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip
objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada indikator capaian
perkembangan serta bebas dari pengaruh subjektivitas penilai dan yang dinilai.
Prinsip akuntabel merupakan pelaksanaan penilaian sesuai dengan prosedur dan
kriteria yang jelas, serta ditetapkan pada awal pembelajaran. Prinsip transparan
merupakan penilaian prosedur dan hasil penilaian yang dapat diakses oleh semua
pemangku kepentingan.
Teknik penilaian sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak.
Instrumen penilaian terdiri atas instrumen penilaian proses dalam bentuk catatan
menyeluruh, catatan anekdot, rubrik dan/atau instrumen penilaian hasil kemampuan
anak. Hasil akhir penilaian merupakan integrasi antara berbagai teknik dan
instrumen penilaian yang digunakan.
15
Mekanisme penilaian terdiri atas: menyusun dan menyepakati tahap, teknik,
dan instrumen penilaian serta menetapkan indikator capaian perkembangan anak,
melaksanakan proses penilaian sesuai dengan tahap, teknik, dan instrumen
penilaian, mendokumentasikan penilaian proses dan hasil belajar anak secara
akuntabel dan transparan, dan melaporkan capaian perkembangan anak pada orang
tua. Pelaksanaan penilaian dilakukan menggunakan mekanisme yang sesuai dengan
rencana penilaian.
Pelaksanaan penilaian dilakukan oleh pendidik PAUD/Guru. Pelaporan hasil
penilaian berupa deskripsi capaian perkembangan anak yang berisi tentang
keistimewaan anak, kemajuan dan keberhasilan anak dalam belajar, serta hal-hal
penting yang memerlukan perhatian dalam pengembangan diri anak selanjutnya.
Pelaporan penilaian secara tertulis sebagai bentuk laporan perkembangan
belajar anak. Hasil penilaian dalam bentuk laporan perkembangan anak
disampaikan kepada orang tua dalam kurun waktu semester. Hasil penilaian
ditindaklanjuti dalam kegiatan berikutnya.
16
memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/kursus PAUD jenjang guru pendamping
dari lembaga yang kompeten dan diakui pemerintah. Kompetensi Guru
Pendamping mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kualifikasi akademik Guru Pendamping Muda memiliki ijazah Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau sederajat, dan memiliki sertifikat
pelatihan/pendidikan/kursus PAUD jenjang pengasuh dari lembaga yang kompeten
dan diakui pemerintah.
Kompetensi Guru Pendamping Muda mencakup pemahaman dasar-dasar
pengasuhan, keterampilan melaksanakan pengasuhan, bersikap dan berperilaku
sesuai dengan kebutuhan tingkat usia anak. Kualifikasi Akademik Pengawas atau
Penilik PAUD memiliki ijazah sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV)
Kependidikan yang relevan dengan sistem pendidikan anak usia dini dari Perguruan
Tinggi Penyelenggara Program Pendidik dan Tenaga Kependidikan, memiliki
pengalaman minimum 3 (tiga) tahun sebagai guru PAUD dan minimum 2 (dua)
tahun sebagai kepala satuan PAUD bagi pengawas PAUD, memiliki pengalaman
minimum 5 (lima) tahun sebagai pamong belajar atau guru PAUD dan kepala
satuan PAUD bagi penilik PAUD, memiliki pangkat minimum penata, golongan
ruang III/c dan berstatus sebagai pegawai negeri sipil, memiliki usia paling tinggi
50 (lima puluh) tahun pada saat diangkat menjadi pengawas atau penilik PAUD,
memiliki sertifikat lulus seleksi calon pengawas atau penilik PAUD dari lembaga
yang kompeten dan diakui pemerintah, dan memiliki sertifikat pendidikan dan
pelatihan fungsional pengawas atau penilik dari lembaga pemerintah yang
kompeten dan diakui. Kompetensi pengawas atau penilik PAUD mencakup
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi supervisi manajerial,
kompetensi penelitian dan pengembangan, kompetensi supervisi akademik, dan
kompetensi evaluasi pendidikan.
Kualifikasi Akademik Kepala TK/RA/BA dan sejenis lainnya memiliki
kualifikasi akademik sebagaimana yang dipersyaratkan pada kualifikasi guru,
memiliki usia paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun pada saat diangkat menjadi
kepala PAUD, memiliki pengalaman minimum 3 (tiga) tahun sebagai guru PAUD,
memiliki pangkat/golongan minimum Penata Muda Tingkat I, (III/b) bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) pada satuan atau program PAUD dan bagi non-PNS disetarakan
dengan golongan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang,
memiliki sertifikat lulus seleksi calon Kepala PAUD dari lembaga yang kompeten
dan diakui pemerintah.
Kualifikasi Akademik Kepala KB/TPA/SPS memiliki kualifikasi akademik
sebagaimana dipersyaratkan pada kualifikasi guru pendamping, memiliki usia
paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun pada saat diangkat sebagai kepala PAUD,
memiliki pengalaman mengajar minimum 3 (tiga) tahun sebagai guru pendamping,
memiliki sertifikat lulus seleksi calon kepala KB/TPA/SPS dari lembaga
17
pemerintah yang kompeten, dan memiliki sertifikat pendidikan dan pelatihan
Kepala Satuan PAUD dari lembaga yang kompeten dan diakui pemerintah.
Kompetensi Kepala lembaga PAUD mencakup kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, dan
kompetensi supervisi. Kualifikasi akademik tenaga administrasi PAUD memiliki
ijazah minimum Sekolah Menegah Atas (SMA). Kompetensi tenaga administrasi
satuan atau program PAUD memenuhi kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi manajerial.
18
dengan air bersih, memiliki kamar mandi/jamban dengan air bersih yang cukup,
aman dan sehat bagi anak serta mudah bagi melakukan pengawasan, memiliki
fasilitas permainan di dalam dan di luar ruangan yang aman dan sehat, memiliki
fasilitas ruang untuk tidur, makan, mandi, yang aman dan sehat, memiliki tempat
sampah yang tertutup dan tidak tercemar, memiliki akses dengan fasilitas layanan
kesehatan seperti rumah sakit ataupun puskesmas, dan PAUD kelompok usia lahir-
2 tahun, memiliki ruang pemberian ASI yang nyaman dan sehat.
Satuan PAUD Sejenis (SPS) meliputi memiliki jumlah ruang dan luas lahan
disesuaikan dengan jumlah anak, luas minimal 3 m2 per anak, memiliki ruangan
untuk melakukan aktivitas anak didik di dalam dan luar, memiliki fasilitas cuci
tangan dengan air bersih, memiliki kamar mandi/jamban yang mudah dijangkau
oleh anak dengan air bersih yang cukup, aman dan sehat bagi anak, dan mudah bagi
guru melakukan pengawasan, memiliki fasilitas permainan di dalam dan di luar
ruangan yang aman dan sehat, memiliki tempat sampah yang tertutup dan tidak
tercemar.
7. Standar Pengelolaan
8. STANDAR PEMBIAYAAN
Komponen pembiayaan meliputi biaya operasional dan biaya personal.
Biaya operasional digunakan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta
tunjangan yang melekat, penyelenggaraan program pembelajaran, pengadaan
dan pemeliharaan sarana-prasarana, serta pengembangan SDM. Biaya personal
meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk anak dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Biaya operasional dan personal dapat berasal dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, yayasan, partisipasi masyarakat, dan atau pihak lain yang
tidak mengikat. Pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan lembaga PAUD
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan.
C. Instrumen EDM
Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa seiring dengan penyempurnaan
butir-butir indikator standar mutu, maka berpengaruh juga terhadap instrumen yang
digunakan untuk memantau standar tersebut. Instrumen Evalusi Diri
Sekolah/madrasah pada prinsipnya dapat disusun secara mandiri sepanjang
mengacu kepada indikator mutu pendidikan. Instumen EDM/S banyak ditemukan
diinternet baik versi manual maupun dalam bentuk aplikasi. Malahan sekarang
evaluasi diri madrasah sudah dapat dilakukan secara digital seperti melalui web
Kemendikbud.
Dalam pelatihan ini, instrumen yang akan digunakan dalam bentuk aplikasi.
Aplikasi EDM ini nanti disediakan di LMS, dan peserta dipersilahkan untuk
menidowloadnya. Setelah didownload, silahkan dibuka aplikasinya dan isi format
data madrasah.
Cara melakukan EDM melalui aplikasi ini, cenderung mudah, karena
tinggal menjawab butir-butir soal dalam instrumen. Instumen memuat 8 Standar
Nasional Pendidikan. Setiap standar nasional pendidikan teridiri dari sejumlah
pertanyaan. Untuk menjawabnya diberikan beberapa pilihan, misalnya 3 (tiga)
kalau semua kriteria terpenuhi. 2 (dua) apabila sebagian terpenuhi, dan 1 (satu)
apabila belum terpenuhi. Silahkan dijawab dengan cara mengklik jawaban yang
disediakan.
20
Setelah mengisi instrumen dengan baik dan benar, ditandai dengan bukti
fisik, maka hasilnya akan langsung keluar. Hasilnya EDM dari tersebut kan ng-link
ke rekomendasi program. Rekomendasi nantinya ada tiga kriteria, bagi yang belum
memenuhi standari perlu ditingkatkan. Bagi yang sudah memenuhi perlu
dipertahankan dan dikembangkan, dan bagi yang sudah melampui standar perlu
pengembangan.
Hasil rekomendasi ini juga nanti akan ng-link Rencana Kerja Madrasah.
hasil EDM intinya dalam bentuk rekomendasi peningkatan dan pengembangan.
Rekomendasi ini menjadi dasar untuk penyusunan program madrasah. Berhubung
program tersebut banyak karena hasil EDM, misalnya cukup banyak yang harus
ditingkatkan, sementara ketersediaan dana terbatas, maka perlu mengidentifikasi
program prioritas. Dari program-program tersebut, ada yang sangat penting,
penting, cukup penting dan bisa ditangguhkan. Program yang sangat penting,
masukkan kedalam program prioritas jangka pendek. Penting dan cukup penting,
masukkan ke dalam program jangka menengah. Program yang masih bisa
ditangguhkan, masukkan ke dalam program jangka panjang.
Pengisian instrumen EDM ini, disarankan bersama tim, agar dapat
dimusyawarahkan bersama bagaimana kondisi ril madrasah sebenarnya. Tentu
pendapat banyak orang jauh lebih jernih daripada pendapat satu dua orang. Dengan
banyaknya pertimbangan dan pemikiran dari berbagai pihak, rekomendasi untuk
penyusunan program menjadi lebih realitis sesuai dengan kondisi rill di satuan
pendidikan.
Khusus untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), karena Standar
Nasional Pendidikan PAUD terdapat perbedaan dengan SNP jenjang pendidikan
dasar dan dan menengah memiliki instrumen tersendiri. Perbedaan ini terjadi
karena perbedaan butir-butir standar, sehingga varibel dalam instrumen juga
mengikuti standar. Adapun instrumennya akan disediakan di LMS. Cara
pengisiannya lebih mudah, tinggal mengisi pertanyaan yang ada dalam instrumen,
kemudian mencocokkannya dengan keadaan ril di RA masing-masing.
D. DISKUSI
E. TUGAS
21
Dalam tugas KB-3 ini, disediakan instmen evaluasi diri di LMS. Instrumen
evaluasi diri ini ada dua. Instumen evaluasi diri pertama, untuk satuan pendidikan
jenjang RA, dan instrumen evaluasi diri kedua, untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah (MI, MTs dan MA).
Cara mengerjakan tugas:
1. Bagi peserta kepala RA, sialhkan mendowload instrumen evaluasi diri khusus
untuk jenjang RA, dan mengisi instrumen yang disediakan.
2. Bagi peserta kepala madrasah tingkat MI, MTs dan MA, silahkan mendowload
instrumen evaluasi dalam bentuk aplikasi (XLS),dan silahkan diisi instrumen
tersebut.
3. Pada saat pengisian, perhatikan betul pertanyaan dalam instrumen, cocokkan
dengan kondisi ril di satuan pendidikan yang Saudara pimpin.
4. Agar pengisian lebih akurat, tidak hanya sekedar “asal klik’, disarankan
berkordinasi dengan tim pengembang kurikulum (TPK yang mudah
berkomunikasi). Hal ini dimaksudkan agar hasil EDM dapat digunakan dengan
baik untuk pengembangan madrasah.
F. RANGKUMAN
G. TES FORMATIF
22
1. Manakah pernyataan yang paling tepat yang menggambarkan hubungan antara
Evaluasi Diri Madrasah (EDM) dan Rencana Kerja Madrasah?...
A. Penyusunan RKM dimulai dari data awal kondisi sekolah yang diperoleh
melalui EDM berbasis Standar Nasional Pendidikan.
B. RKS yang baik menghasilkan peta mutu yang berdasarkan EDM yang
dilakukan dengan jujur dan objektif.
C. Peta mutu di awal tahun menjadi dasar penyusunan EDM sebagai acuan dalam
pengembangan RKM
D. EDM mengacu pada Standar Pelayanan Minimal yang dilakukan empat tahun
sekali untuk menyusun RKM.
2. Pedoman pengelolaan sekolah yang perlu dievaluasi dalam skala tahunan adalah….
A. Kalender pendidikan, biaya operasional sekolah, pembagian tugas di antara
pendidik, dan peraturan akademik
B. Pengelolaan KTSP, kalender pendidikan, pembagian tugas di antara pendidik,
dan pembagian tugas di antara tenaga kependidikan.
C. Kalender pendidikan, pembagian tugas di antara pendidik, pembagian tugas di
antara tenaga kependidikan, dan struktur organisasi madrasah.
D. Pengelolaan KTSP, kalender pendidikan, struktur organisasi madrasah, dan
pembagian tugas di antara pendidik.
3. Pada analisis rapor mutu diperoleh permasalahan bahwa sekolah belum mampu
menjadikan lulusan dapat berkomunikasi secara santun dan efektif, maka akar
masalah dari permasalahan tersebut di bawah ini, kecuali ….
A. Proses pembelajaran kurang efektif
B. Keterbatasan kapasitas guru dalam menjalankan pembelajaran
C. Keterbatasan kapasitas guru dalam memberikan keteladanan dalam
berkomunikasi
D. Kualifikasi guru belum sesuai ketentuan
A. 1, 2, dan 3
B. 2, 3 dan 4
C. 1, 3 dan 5
D. 2, 4, dan 5
DAFTAR PUSTAKA
24
Hasibuan, Malayu SP ,The Human Resource Function in Educational Administration,
(New Jersey: Prentice-Hall Inc.. 2000).
Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Bumi
Aksara.2005).
Schuler, Randal S. & Susan E.Jackson . Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung:
Rosdakarya. 1997).
Schuler, Randall S. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21. (Jakarta:
Penerbit Erlangga. 1987).
Siagian, Sondang P. Personnel and Human Resource Management. (New York: West
Publishing Company. 2000).
Depdiknas (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Bumi Aksara).
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Direktorat Pembinaan SMA. Petunjuk Teknis Penyusunan KTSP.( Jakarta 2010).
Dwiantara, Lukas dan Rumsari Hadi Sumarto. Manajemen Logistik; Pedoman Praktis Bagi
Sekretaris dan Staf Administrasi. (Jakarta:PT. GramediaWidiasarana
Indonesia. 2004).
Hanafi, Ivan. dkk. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Untuk Pelatihan Kepala Sekolah. Buku 7. (Jakarta: Depdiknas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, 2001).
Hanafi, Ivan. dkk.. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
untuk Pelatihan Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2001
Pedoman Pengelolaan Administrasi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Jakarta: Dirjen
Dikdasmen, 1993 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006.
Pedoman Penghapusan Barang Inventaris. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2002).
Terry, George R. (1872). Principles Of Management. Sixth Edition. Richard D Irwin Inc.
Illinois.
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
William G. Cunningham (1982). Systemic Planning for Educatinal Change. California.
Mayfield Publishing Company
Daftar Regulasi;
25
Permendikbud Nomor 20 tahun 2016, tentang SKL
Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Sandar Proses
Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar
Nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah,
KMA Nomor 183 Tahun 2019 dan KMA Nomor 184 Tahun 2019 .
Permendikbud No. 64 Tahun 2014
Peraturan Presiden No 16 Tahun 2018 sebagaimana perubahan Peratutran Presiden No 4
tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan
26