Anda di halaman 1dari 30

Laporan Ke-1 Tanggal Praktikum : 13 September 2021

MK. Kimia Dasar Tanggal Selesai : 19 September 2021

Pengenalan Laboratorium

Oleh:
Kelompok 5
Nama NIM
Chintya Fatma Hidayah 2106894
Marsha Ayu Rizkika 2106296
Muhammad Nasrulloh 2109496
Restu Ediyani Utami 2109523
Willy Auliya Yashilva 2104000

Dosen Praktikum:
Putri Novitasari, S.Gz., M.Si
Fajria Saliha Puspita Prameswari, S.Gz., M.Si
Ahdiyatul Fauza, S.Gz., M.Gz

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keamanan dan Kesehatan di Tempat Kerja (K3) adalah pertanyaan tentang
non-yang dipisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. K3
tidak hanya sangat penting untuk meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan
pekerjanya, tetapi jauh dari itu. K3 memiliki dampak positif pada keberlanjutan
produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, masalah K3 saat ini bukan hanya
kewajiban yang harus dipertimbangkan pada pekerja, tetapi juga harus puas dengan
sistem kerja. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan hanya kewajiban, itu akan
menjadi kebutuhan untuk setiap pekerja bentuk kegiatan kerja.

Keamanan pekerjaan laboratorium adalah salah satu aspek penting yang


harus dipertimbangkan. Kecelakaan dapat terjadi tidak hanya karena tidak ada etika
terhadap rambu lalu lintas, tetapi juga dapat terjadi ketika orang lain yang lalai
terhadap keselamatannya sendiri. Mirip dengan kecelakaan kerja laboratorium,
tentu saja tidak ada peristiwa yang disengaja, tetapi dapat terjadi jika ada kelalaian
dan lainnya. Artinya, semua pihak berperan dalam mengimplementasikan budaya
keselamatan kerja. Insiden kerja dapat dihindari. Kecelakaan laboratorium tenaga
kerja dapat menyebabkan bahan manusia dan kebocoran rendah. Kecelakaan kerja
dapat membuat korban menderita luka-luka, cacat fisik, masalah kesehatan, trauma,
bahkan dapat mengancam kehidupan seseorang. Semua kemungkinan ini dapat
dicegah dengan memperhatikan pedoman keselamatan tenaga kerja. Kecelakaan
kerja yang terjadi di laboratorium dapat terjadi kapan saja. Banyak alasan
penampilan insiden kerja, termasuk:

(1) Faktor Manusia


Kelalaian manusia dapat terjadi karena tidak menerapkan pedoman
keamanan dengan benar. Perilaku yang baik akan diterapkan dari kapan saja
ketika itu sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan seseorang, maka
keamanan kerja itu akan terbangun, jika selalu membiasakan K3 di setiap
kegiatan laboratorium. Jika hanya kebiasaan kecil yang selalu mudah
diabaikan, untuk membuat kebiasaan besar, tentu saja akan mudah dilupakan.
Kebiasaan bekerja sesuai dengan prosedur yang benar akan dilakukan jika
kebiasaan kecil tersebut memiliki perhatian terhadap aspek keselamatan kerja.
(2) Bahan Kimia
Penanganan bahan kimia yang tidak sesuai menjadi salah satu faktor
terjadinya kecelakaan kerja. Penyimpanan bahan kimia harus dipertimbangkan
berdasarkan kualifikasi dan sifat bahan. Penyimpanan bahan cair dan padat
harus terpisah dan harus disesuaikan dengan sifatnya. Bahan-bahan tersebut
harus disimpan dan diberi label bahan kimia yang sesuai, minimal menyertakan
nama, konsentrasi, dan tanggal pembuatan bahan kimia tersebut. Bahan kimia
yang tidak mempunyai label harus disingkirkan dan tidak diperbolehkan untuk
digunakan. Bahan kimia harus direaksikan sesuai dengan prosedur kerja
dengan memperhatikan sifat terhadap bahan kimia yang akan digunakan.
Petunjuk teknik mereaksikan atau pencampurannya harus Praktikan pahami
sebelum berinteraksi dengan bahan kimia tersebut. Praktikan harus
memperhatikan apabila terjadinya tumpahan di meja atau lantai dan perlu
ditangani secara cepat dan tepat. Apabila mengenai kulit atau mata perlu
adanya pertolongan pertama yang dapat dilakukan.
(3) Alat dan Instrumentasi
Penggunaan alat-alat gelas laboratorium yang tidak sesuai dengan fungsi
dan cara pemakaiannya dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja. Seperti
saat dituangkannya larutan asam ke dalam buret tanpa bantuan corong gelas
atau dengan menaruh bahan ke meja kerja dapat menyebabkan resiko percikan
bahan kimia di wajah atau tangan. Alat dan bahan yang sudah rusak atau tidak
dapat digunakan kembali sebaiknya tidak digunakan.
(4) Sarana dan prasarana penunjang
Saluran air bersih di laboratorium harus tersedia dengan baik untuk
keperluan kebersihan, penanganan kecelakaan, serta berbagai keperluan
lainnya. Contohnya saluran listrik yang digunakan harus selalu diperiksa secara
rutin. Hal penting yang harus praktikan pahami terkait pemahaman di
labolatorium sebagai berikut:
a. Memahami tata tertib atau aturan mendasar bekerja di laboratorium
b. Memahami prosedur kerja yang akan dilakukan selama ada di
laboratorium,
c. Mempersiapkan perlengkapan keselamatan kerja sesuai dengan
kebutuhan,
d. Memahami hal-hal yang berkaitan dengan pertolongan pertama pada
kecelakaanmkerja di laboratorium
(5) Mempersiapkan kertas kerja yang akan digunakan yang berisi bahan kimia
jenis B3 (berbau,berbahaya, beracun) (Lasia et al., 2017)

Tujuan
1. Pengenalan Alat dan Bahan Kimia
2. Pengenalan K3 (Keselamatan,Kesehatan,Kerja)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Demi kelancaran dan keselamatan dalam melaksanakan kegiatan praktikum untuk


mengambil dan memindahkan bahan kimia ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan diantaranya ialah Baca label bahan dengan seksama untuk
menghindari kesalahan pengambilan bahan karena ada beberapa bahan yang
mempunyai nama hampir sama misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat,lalu
jangan lupa untuk memindahkan sesuai jumlah yang diperlukan,Apabila ada sisa
bahan saat pengambilan, jangan dikembalikan ke dalam wadahnya kembali karena
bisa mengkontaminasi.
Bahan kimia dapat berupa bahan padat maupun cair, sehingga perlu ada
penanganan kedua bahan tersebut yang berbeda. Pada saat pengambilan bahan
kimia perlu diperhatikan hal-hal tersebut ,seperti benda cair maupun padat.Cara
menangani bahan Cair praktikan harus
1) Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan
sekaligus telapak tangan memegang botol tersebut, gunakan satu
tangan. Tutup botol jangan diletakkan di atas meja karena kotoran
diatas meja bisa mengotori tutup botol sehingga dapat mencemari
bahan kimia.
2) Dengan satu tangan yang lain ambil bahan sesuai kebutuhan, gunakan
alat yang memudahkan pekerjaan seperti pipet volume.Pindahkan
cairan menggunakan bantuan batang pengaduk untuk menghindari
percikan.
Tidak hanya benda cair,Berikut Cara menangani Bahan Padat praktikan harus
1) Gunakan sendok sungu atau alat lain yang sesuai, bukan berasal dari
logam.
2) Ambil secukupnya sesuaikan dengan kebutuhan. Jangan
mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan
3) Satu sendok untuk satu bahan, jangan mencampurkan sendok yang
satu untuk mengambil aneka bahan.
Praktikan harus memahami prinsip pemanasan menggunakan gelas ukur dan
gelas kimia,Karena pada saat bekerja di laboratorium kimia sering kali
dilakukan pemanasan bahan. pemanasan bisa dilakukan dengan tabung reaksi
atau alat gelas kimia lain. Apabila melakukan pemanasan harus diperhatikan
hal-hal berikut ini :
a. Tabung reaksi
1) Isi tabung reaksi sebagian saja, sepraktikanr sepertiganya.
2) Api pemanas terletak pada bagian bawah larutan.
3) Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata. Arah mulut tabung
reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya tidak mengenai
orang lain.
b. Gelas kimia
1) Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut.
2) Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk
menghindari pemanasan mendadak.
3) Jika gelas kimia tersebut berfungsi sebagai penangas air, isikan air
seperempatnya saja supaya tidak tumpah.

Gelas ukur Terbuat dari bahan gelas biasa, tidak tahan pemanasan. Digunakan
untuk mengukur volume cairan atau larutan. Jumlah volume berdasarkan pada
volume didalamnya (Pusdik SDM Kesehatan, 2016)

Praktikan juga harus memperhatikan label dan kode tertera dengan eksama agar
menghindari kejadian yang tidak di inginkan .Sebelum memulai bekerja di
labolatorium kimia maka Praktikan harus memiliki pengetahuan tentang jenis-
jenis bahan kimia. Karena Bahan Bahan kimia itu sendiri memiliki sifat yang
beragam dan terdapat dari padat, cair, dan gas. Sifat-sifat tersebut antara lain:

a. Mudah Terbakar
b. Mudah Beracun
c. Mudah Iritasi
d. Mudah Korosif
e. Dan dapat merusak lingkungan

Demi Keselamatan Kerja di Labolatorium Kimia Praktikan perlu memahami


kode atau istilahnya symbol-simbol itu agar Praktikan tau cara penanganannya
dan bahan contohnya. Misalnya :

a. Mudah Terbakar (flammeable)


Lambang : F
Symbol itu memiliki titik nyala yang rendah,mudah terbakar dengan api
Bunsen,atau loncatan bunga api
Contoh bahan : Minyak Terpentin
Penanganan: Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api
b. Beracun (Toxic)
Lambangnya:T
Bahan bersifat beracun apabila terhirup,tertelan,atau menyerap dalam kulit
Contoh bahan : Metanol,Benzena
Penanganan: Jangan ditelan,dihirup,hindari langsung dari kontak kulit

Untuk memindahkan atau mengambil bahan kimia tersebut sangat penting untuk
membaca label atau kodenya dikarenakan untuk menghindari pengambilan
bahan,Karena ada beberapa bahan yang mempunyai nama yang sama seperti asam
sitrat dan asam nitrat.

Pada saat melalukan praktikum perlu memperhatikan banyak hal agar tidak
menimbulkan resiko kecelakaan. Praktikan harus mengetahui bahaya-bahaya yang
berisiko terjadi kecelakaan dan harus dihindari serta perlu mengetahui cara
mengatasinya. Sehingga praktikan dapat membiasakan diri dalam bekerja di
laboratorium yaitu budaya kesehatan dan keselamatan dalam bekerja (K3).
Terdapat sumber-sumber yang dapat membahayakan pada saat praktikum, yaitu:

a. Bahan kimia yang berbahaya dan harus diatasi diantaranya :


1) Mudah terbakar (flammable) adalah bahan kimia yang berbahaya
memiliki potensi mudah terbakar salah satu contohnya adalah minyak
terpentin. Jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan potensi api
sebagai cara mengatasinya.
2) Beracun (toxic) bahan berbahaya yang dapat menyebabkan kematian,
atau sakit yang serius bila terhirup, tertelan, atau terabsorpsi melalui
kulit, karena mengandung racun, seperti metanol dan benzena. Atasi
dengan cara hindari kontak kulit langsung, jangan dihirup dan jangan
ditelan.
3) Korosif (corrosive) adalah bahan yang dapat merusak sistem kehidupan
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan
kulit mengelupas, seperti zat HCl, H2SO4, NaOH (>2%) antisipasi
jangan sampai terkena anggota tubuh terutama kulit dan mata.
4) Mudah meledak (explosive) adalah bahan berbahaya mengandung zat
seperti KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT) ketika adanya
percikan api, gesekan, benturan dan terkena panas bisa meledak. Maka
hindari dari penyebab yang mengakibatkan ledakan.
5) Mudah mengiritasi (irritant) bahan NaOH, C6H5OH, Cl2 berbahaya
dapat mengiritasi pada kulit, menimbulkan gatal-gatal atau kulit
terbakar.
6) Mudah teroksidasi (oxiding) seperti bahan H2O2, KClO4 yang dapat
menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak
dengan bahan organik dan bahan pereduksi. Sehingga harus terhindar
dari panas dan reduktor.
7) Berbahaya bagi lingkungan (Dengerous For the Environment) adalah
bahan kimia yang sangat berbahaya karena dapat merusak ekosistem
lingkungan, seperti tributil timah klorida, Tetraklorometan, Petroleum
bensin, Atasi dengan menghindari yang kontak langsung atau
bercampur yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. (Wardiyah,
M.Si., 2016)
8) Alat-alat sumber panas yang rentan terhadap kebakaran dan sengatan
listrik, seperti kompor, alat pemanas, oven, lampu, dan sebagainya.
(Widayana, 2014)
9) Alat-alat gelas yang mudah pecah dan berpotensi untuk melukai tubuh.
(Widayana, 2014)
10) Pemanas air atau minyak yang dapat memercik. (Widayana, 2014)
11) Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan
praktikum. (Widayana, 2014)

Selain dari sumber-sumber bahaya tersebut ada beberapa potensi bahaya yang bisa
terjadi dan harus di tangani seperti, proses pencampuran atau eksperimen,
penyimpanan bahan kimia, pembuangan sisa bahan kimia, kesalahan penggunaan
bahan kimia, dan pajanan terhadap pekerja atau instruktur. (Soeharto, 2013)

Untuk mengatasi bahaya-bahaya yang timbul tersebut perlu adanya penangan


segera. untuk menangani bahan berbahaya: korosif, mudah terbakar, zat biohazard,
dan karsinogenik gunakan peralatan pelindung diri untuk meminimalkan risiko
dalam laboratorium atau tempat kerja. Apabila terjadi kecelakaan penangan yang
harus dilakukan adalah tetap tenang, cari sumber dan jenis penyebabnya, bersihkan
anggota tubuh yang terkena dari zat berbahaya, memakan makanan seperti susu,
telur dan minum air yang banyak. Tetapi jika penangan tersebut belum memberikan
dampak yang baik, maka korban harus segera dibawa ke dokter untuk ditindak
lanjut lebih jauh. Penggunaan APD adalah metode yang melibatkan eliminasi,
substitusi, teknik, atau administrasi. Oleh karena itu. sangat penting mengetahui
sumber-sumber bahaya dan cara menanganinya. (Soeharto, 2013)
Pemilihan alat pelindung diri yang sesuai didasarkan pada penilaian risiko bahan
kimia berbahaya yang digunakan atau operasi bahan kimia yang dilakukan dan hal
yang menjadikan pertimbangan utama dalam menentukan kategori alat pelindung
diri adalah bagaimana jalannya bahan kimia berbahaya tersebut dapat masuk ke
dalam tubuh.Di seluruh area dengan operasi bahan kimia dilakukan ataupun
adanya lingkungan kemungkinan terkontaminasi oleh bahan kimia berbahaya,
standar K3LH yang tinggi harus diberlakukan. Salah satunya adalah
menggunakan APD. Berikut panduan pemilihan APD berdasarkan jalan masuk
bahan kimia ke dalam tubuh:

Jalan Masuk Bentuk Bahan Kimia Kategori APD


Kontak Kulit Gas, uap, asap, aerosol, - Pakaian pelindung
debu, partikel di udara, - Pelindung tangan
cairan - Pelindung kaki
Inhalasi - Pelindung mata dan
Gas, uap, asap, aerosol, wajah
debu, partikel di udara - Pelindung
pernapasan
Setelah menentukan kategori APD yang diperlukan, berikut panduan memilih APD
yang tepat sesuai dengan potensi bahaya dan tingkat perlindungan yang diperlukan:

a. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh atau pakaian pekerja
saat terjadi kontak dengan bahan kimia berbahaya dan mencegah penyebaran
kontaminasi. Pemilihan pakaian pelindung saat menangani bahan kimia
tergantung pada risiko dan tingkat perlindungan yang diperlukan. Berikut
beberapa pakaian pelindung yang dapat digunakan saat menangani bahan
kimia, antara lain:

1) Jas laboratorium
Jas laboratorium dapat digunakan untuk penggunaan skala kecil dan
penanganan bahan kimia dengan risiko rendah. Pakaian pelindung ini
berfungsi untuk mencegah kontaminasi bahan ke dalam tubuh, melindungi
tubuh dan pakaian pekerja dari percikan, cipratan, atau tumpahan bahan
kimia.
Jas laboratorium dapat diaplikasikan untuk pemakaian umum,
perlindungan dari bahan kimia, biologi, radiasi, dan bahaya fisik. Jas
laboratorium harus terbuat dari bahan katun dan sintetik seperti nilon atau
terylene dengan water repellent (pori-pori kain tidak dapat ditembus oleh
air). Jas laboratorium tidak boleh dipakai di luar daerah laboratorium.
2) Apron
Apron biasanya diaplikasikan untuk penggunaan bahan kimia dalam
jumlah besar dan berisiko tinggi. Apron digunakan untuk melindungi
pekerja dari bahan yang bersifat korosif dan mengiritasi, cairan berbahaya,
zat pelarut yang kuat, minyak dan pelumas padat/ gemuk (grease).
Pakaian pelindung berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat
dari bahan neoprene atau polyurethane dilapisi bahan nilon, terylene, atau
karet alami. Ada juga yang terbuat dari bahan plastik, dengan rekomendasi
tidak boleh dikenakan di area yang mengandung bahan kimia mudah
terbakar karena bisa dapat menimbulkan kebakaran yang dipicu listrik
statis.
3) Jumpsuits atau coverall

Pakaian pelindung ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi


berisiko tinggi seperti menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam
jumlah banyak. Jumpsuit atau coverall berfungsi untuk melindungi pekerja dari
percikan, cipratan, atau tumpahan zat berbahaya berisiko tinggi.

Jumpsuit atau coverall biasanya terbuat dari bahan karet, neoprene, viton,
vinyl dan material lain yang mampu memberikan perlindungan tingkat tinggi
kepada pekerja dari percikan bahan kimia yang bersifat karsinogen dan bahan kimia
berisiko tinggi lainnya. Pakaian pelindung ini tersedia dalam dua jenis, yakni
disposable coverall (sekali pakai) dan reusable coverall.

Catatan: Untuk penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar dan berisiko tinggi,
pekerja tidak diperkenankan menggunakan pakaian pelindung yang dijahit atau
berpori (tidak tahan terhadap permeasi). Penggunaan apron dan jumpsuit/ coverall
sangat direkomendasikan.

b. Pelindung Tangan
Fungsi utama pelindung tangan adalah melindungi tangan dari cedera akibat
terkena bahan kimia atau terkena peralatan laboratorium yang pecah atau rusak
serta melindungi tangan dari permukaan benda yang kasar atau tajam dan material
panas atau dingin.

Bahan kimia biasanya dapat dengan cepat merusak material sarung tangan
jika material yang dipilih tidak sesuai dengan sifat bahan kimia yang ditangani.
Maka, material dan ketebalan menjadi pertimbangan utama saat memilih sarung
tangan. Bahan sarung tangan yang dipilih harus sesuai dengan sifat bahan kimia
yang ditangani.

Sarung tangan yang digunakan saat menangani bahan kimia biasanya


terbuat dari neoprene, polyvinyl chloride (PVC), polyvinyl alcohol (PVA), karet
butil atau alam, karet sintetis, dan nitril.

c. Pelindung Kaki
Pelindung kaki (sepatu safety) digunakan untuk melindungi kaki dari
kemungkinan tumpahan bahan kimia beracun dan berbahaya serta mencegah
penyebaran kontaminasi. Pemilihan sepatu safety yang aman untuk penanganan
bahan kimia didasarkan pada bahaya dan kondisi lingkungan kerja. Berikut
beberapa poin yang harus diperhatikan dalam memilih sepatu safety untuk area
dengan potensi bahaya bahan kimia:
Jenis sepatu safety harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya yang
dapat mengakibatkan cedera. Jenis sepatu safety juga perlu dipertimbangkan,
apakah sepatu perlu menutupi pergelangan kaki, lutut atau paha, tergantung
bagian-bagian tubuh yang berisiko mengalami cedera saat menangani bahan
kimia
Material sepatu safety harus memiliki fitur ketahanan terhadap air dan bahan
kimia. Karet sintetis, karet butil atau alam, vinyl dan nitril merupakan material
sepatu yang cocok digunakan saat operasi bahan kimia.
Konstruksi sepatu safety juga harus memperhitungkan bahaya yang ada di
lingkungan kerja seperti lantai basah, lantai licin, dan jatuhan benda berat atau
berat. Pilih sepatu dengan fitur sol luar anti slip untuk menghindari risiko
tergelincir dan fitur pelindung jari kaki berbahan baja untuk melindungi kaki
dari risiko jatuhan benda berat atau tajam
Bila bekerja di area operasi bahan kimia mudah terbakar, maka sepatu dengan
fitur anti statis perlu digunakan untuk melindungi sepatu dari kontaminasi
bahan kimia berbahaya berbentuk debu, serat, atau partikel di udara, sepatu
safety sekali pakai atau penutup sepatu (shoe cover) sekali pakai dapat
digunakan.

d. Pelindung Mata dan Wajah

Cipratan, percikan, hingga paparan kabut bahan kimia yang mengenai mata
sering kali menjadi penyebab terbanyak pekerja mengalami cedera mata. Oleh
karena itu, OSHA mewajibkan para pekerja untuk selalu menggunakan perangkat
pelindung mata dan wajah primer dan sekunder ketika bekerja di area dengan
potensi bahaya tadi.

Berikut jenis-jenis alat pelindung mata dan wajah yang berguna untuk
menahan dampak bahaya bahan kimia yang bisa mencederai mata, di antaranya:

1) Safety Goggles: pelindung primer yang berguna untuk melindungi mata dari
percikan dan cipratan bahan kimia. Pilih safety goggles dengan ventilasi
tidak langsung (indirect ventilation ) atau tanpa ventilasi (non-ventilated
goggles) saat menangani bahan kimia berbahaya.
2) Face Shields (tameng muka): pelindung sekunder yang berguna untuk
melindungi seluruh wajah dari paparan sumber bahaya. Face shileds yang
dirancang menyatu dengan headgear dapat melindungi wajah, namun tidak
sepenuhnya melindungi mata. Agar perlindungan dari berbagai sumber
bahaya seperti partikel beterbangan, percikan atau cipratan bahan kimia
lebih maksimal, pekerja direkomendasikan menggunakan face shileds
bersamaan dengan safety goggles. Face shields tidak cocok untuk
melindungi pekerja dari debu, asap, atau gas.

Tidak hanya jenisnya, tipe lensa yang digunakan pada pelindung mata dan
wajah juga perlu diperhatikan. Lensa harus transparan dan tidak mengganggu
penglihatan. Berikut jenis lensa yang direkomendasikan untuk pelindung mata
dan wajah:

1) Polycarbonates − efektif untuk memberikan perlindungan terhadap partikel


beterbangan, namun tidak cocok memberikan perlindungan terhadap bahan
kimia korosif
2) Acrylic resins − cocok untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai
jenis bahan kimia, namun memiliki kemampuan yang lemah dalam
menahan dampak bahayac
3) Plastik − perlindungan akan lebih maksimal jika diberi lapisan anti kabut.

Untuk memberikan perlindungan maksimal, pastikan APD terpasang erat


pada mata dan wajah. Keadaan atmosfer ruangan dan ventilasi terbatas biasanya
menyebabkan lensa menjadi berkabut. Lakukan pembersihan sesering
mungkin.

e. Pelindung Pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh
manusia adalah melalui pernapasan. Banyak partikel di udara, debu, uap dan
gas yang dapat membahayakan sistem pernapasan. Pelindung pernapasan yang
tepat harus digunakan untuk meminimalkan sumber-sumber bahaya tadi.
Berikut jenis pelindung pernapasan yang dapat digunakan saat menangani
bahan kimia:

Air-Purifying Respirator (Respirator pemurni udara)

1) Particulate Respirator

Respirator ini hanya digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya


paparan tingkat rendah (seperti debu, kabut, dan asap). Tidak cocok digunakan
untuk melindungi pekerja dari paparan gas dan uap. Pada respirator jenis ini, filter
menangkap partikel dari udara dengan metode penyaringan, sehingga udara yang
melewati respirator menjadi bersih. Contoh dari particulate respirator adalah
disposable dust masks dan respirator dengan disposable filter.

2) Chemical Cartridge/ Gas Mask Respirato

Jenis respirator ini menggunakan cartridge atau canister untuk menyerap gas dan
uap di udara. Catridge dan canister memiliki kemampuan serap yang tinggi pada
awal penggunaan dan akan mengalami penurunan hingga akhir masa pakai (masa
jenuh).

Lama masa jenuh sangat tergantung dari konsentrasi uap atau gas di udara dan
perawatan terhadap respirator tersebut. Cartridge atau canister harus diganti
sebelum jenuh karena bisa berdampak pada kemampuan daya serap terhadap
kontaminan.

Air-Supplied Respirator (Respirator dengan pemasok udara)

Alat pelindung pernapasan ini mirip seperti peralatan pernapasan untuk penyelam.
Air-supplied respirator menyimpan pasokan udara/ oksigen di dalam tabung
sehingga alat ini tidak memerlukan pasokan udara dari luar. Alat ini biasanya
digunakan pada area yang kontaminasi udaranya sangat tinggi atau rendah oksigen.
Juga, tangki udara biasanya hanya dapat digunakan selama satu jam atau kurang,
tergantung rating tangki dan tingkat pernapasan pekerja.

APD merupakan upaya terakhir untuk meminimalkan risiko yang dapat terjadi
akibat kecelakaan atau bahaya di lingkungan kerja maupun saat operasi bahan
kimia. Tidak hanya pemilihan APD yang harus dilakukan secara tepat, pemeriksaan
dan perawatan APD secara rutin pun perlu dilakukan untuk memastikan APD yang
digunakan dapat memberikan perlindungan dalam menahan dampak bahaya bahan
kimia.
References
SafetySign. (2017, April 17). Panduan APD Saat Menangani Bahan Kimia
Berbahaya,

Banyak Hal yang akan terjadi selama Praktikan berada di labolatorium terutama
apabila praktikan terpapar bahan kimia yang berbahaya.Hal yang harus
diperhatikan oleh Praktikan apabila terpapar oleh bahan kimia secara langsung.
1. Terpapar bahan kimia pada mulut
Bahan kimia yang tertelan melalui muntah bukanlah tindakan pertolongan
pertama. Saat Praktikan memuntahkan bahan kimia, cairan dapat masuk ke
saluran pernapasan atau mengiritasi saluran pencernaan. Perawatan intensif segera
adalah metode terbaik.
Beberapa waktu lalu ada kejadian penyidik KPK dibenamkan bahan kimia
berbahaya. Dalam kehidupan sehari-hari, praktikan sering menemukan insiden
pembuangan bahan kimia berbahaya yang disengaja atau tidak disengaja.
Praktikan juga sering menjumpai anak kecil yang tidak sengaja meminum obat
nyamuk. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan bahaya besar bagi
kehidupan.(Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, 2016)

2. Terpapar bahan kimia pada mata


Mata yang terkena bahan kimia berbahaya harus segera dibilas dengan air
mengalir selama 1520 menit. Tidak semua bahan kimia memiliki efek
yang sama pada mata (beberapa bahan kimia tidak menyebabkan iritasi,
yang lain dapat menyebabkan kerusakan serius). Waktu yang diperlukan
untuk membilas mata dengan air adalah:

• 5 menit, tanpa bahan kimia yang mengiritasi atau mengiritasi sedang.

• 1520 menit, bahan kimia yang mengiritasi sedang hingga berat dabahan
kimia yang dapat menyebabkan toksisitas jika terserap oleh kulit.
• 30 menit untuk bahan kimia korosif.

• 60 menit untuk alkali kuat seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida


atau kalsium hidroksida.

Setelah bahan kimia mengenai mata atau kulit, segera bilas dengan air.
Jika kondisinya parah, rawat inap segera diperlukan, terutama jika saluran
pernapasan terganggu. Jika perlu, Anda harus terus berkumur dengan air
selama perjalanan ke rumah sakit.(Departemen Teknik Kimia Universitas
Gadjah Mada, 2016)

3. Terpapar bahan kimia pada kulit


Saat bersentuhan dengan bahan kimia di udara, hiruplah udara segar
dengan kandungan oksigen tinggi segera. Disarankan agar Anda dapat
menggunakan tabung oksigen darurat untuk menghirup oksigen dan pergi
ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Ini memungkinkan pemeliharaan dan
inspeksi yang lebih menyeluruh.(Departemen Teknik Kimia Universitas
Gadjah Mada, 2016)
4. Terpapar bahan kimia melalui pencernaan
Jika tertelan bahan kimia secara tidak sengaja atau tidak disengaja, muntah
mungkin tidak selalu menjadi tindakan pertolongan pertama. Berikut
beberapa alasan mengapa muntah saat menelan bahan kimia bukanlah
tindakan pertolongan pertama:
• Orang dewasa hanya dapat menelan 1.421 ml bahan kimia.
• Tidak ada bukti konklusif bahwa bahan kimia yang tertelan melalui
muntah lebih efektif daripada yang tertelan.
• Meludahkan bahan kimia meningkatkan risiko, terutama dalam situasi
darurat. Misalnya, saat muntah lalu tercekik, bahan kimia bisa masuk ke
saluran pernapasan.
• Perawatan medis rumah sakit adalah cara terbaik untuk menangani
insiden konsumsi bahan kimia, karena dokter dan staf medis lainnya dapat
memberikan tindakan terbaik.
Praktisi sering mendengar bahwa ketika mereka menelan zat kimia atau
racun, mereka harus segera minum susu untuk menetralkan racun. Namun,
penurunan peringkat dari American Heart Association dan American Red
Cross menunjukkan bahwa orang yang menelan bahan kimia atau racun
tidak perlu mengambil apa pun melalui mulut.
Mempersiapkan penetral racun adalah tindakan pertolongan pertama yang
mungkin dilakukan. Disarankan agar klinik atau rumah sakit terdekat
memahami bahan kimia yang digunakan untuk memberikan penetral
racun.(Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, 2016)
5. Terpapar bahan kimia pada kulit
Pertolongan pertama jika terpapar bahan kimia pada kulit dapat dilakukan
berdasarkan kondisi iritasi dan jenis bahan kimianya. Berikut beberapa
upaya untuk pertolongan pertama pada kulit :

• Jika terjadi iritasi pada kulit akibat paparan bahan kimia maka dapat
dibersihkan dengan lembut.

• Jika bahan kimia yang mengenai kulit berbentuk padat maka perlu
membilas menggunakan air kulit yang terkontaminasi. Jika bahan kimia
berbentuk cair dan dapat menembus pakaian maka perlu segera melepas
pakaian dan membilas tubuh dengan menggunakan air. Segera dapatkan
perawatan medis di rumah sakit.

• Jika terjadi radang dingin akibat bahan kimia maka perlu segera
mendapatkan perawatan medis dan sangat tidak diperbolehkan untuk
menggosok atau menyiram dengan air. Untuk mencegah terjadinya
kerusakan jaringan yang lain maka tidak diperbolehkan untuk melepas
pakaian.(Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, 2016)

Kebakaran dapat terjadi kapan saja, Tentu saja, tidak ada yang ingin apabila
labolatorium terbakar. Namun, tidak jarang praktikan masih meremehkan bencana
dan merasa cukup aman. Oleh karena itu, untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya bencana seperti itu, Praktikan perlu melakukan beberapa tindakan
pencegahan kebakaran dan mencari tahu apa yang menyebabkan rumah terbakar.
Di laboratorium terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar, sehingga harus ada
penanganan pertama jika terjadi kebakaran. Hal-hal yang perlu diketahui oleh para
praktikan dan petugas laboratorium saat terjadi kebakaran yaitu :

1. Bersikap tenang dan jangan panik


2. Segera bunyikan alarm tanda bahaya
3. Identifikasi bahan yang terbakar sesuai dengan kelasnya (A, B, atau C) lalu
padamkan dengan kelas pemadaman yang sesuai. Contohnya kebakaran
bahan kelas D seperti sodium, potassium, alumunium, magnesium maka
harus dipadamkan dengan Alat Pemadam Api Powder.
4. Tutup pintu agar memperlambat api yang membesar dan merambat dengan
cepat
5. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup
hidung dengan sapu tangan
6. Cari bantuan pemadam kebakaran. Maka dari itu, nomor telepon pemadam
kebakaran harus ada di laboratorium

Sisa-sisa bahan kimia yang telah digunakan dalam suatu percobaan kimia perlu
ditangani secara khusus karena limbah bahan kimia dapat mencemari lingkungan.
Penanganan limbah ini bertujuan untuk mencegah resiko paparan kuman dan
penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah kimia yang berbahaya selain itu
limbah kimia juga dapat membahayakan lingkungan sekitar. Maka dari itu, berikut
cara penanganan yang dapat dilakukan untuk limbah bahan kimia diantaranya
adalah:

1. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan


2. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai
3. Kenali jenis bahan kimia dan buang sesuai jenisnya pada tempat yang
disediakan
4. Limbah organik dan anorganik harus dipisahkan agar dapat ditangani
dengan tepat
5. Limbah cair yang tidak berbahaya boleh langsung dibuang dengan
pengenceran air yang banyak.
6. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan beracun dikumpulkan pada
7. Limbah yang bersifat asam dapat melakukan nertalisasi dengan basa atau
sebaliknya
8. Limbah yang memiliki zat organik toxic dapat melakukan reaksi redoks
sampai terbentuk zat yang kurang/tidak toxic
9. Limbah cair/padat yang bersifat infeksius dapat melakukan penanganan
dengan Metode Desinfeksi, pengenceran, bakteri pengurai, ditanam, atau
dibakar
10. limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong
plastik diikat kuat dan dibakar di insinerator

Tabel 1. Definisi Lambang dan Contoh Bahan Kimia


No. Lambang Bahan Kimia Definisi Contoh Bahan Kimia
1. Explosive(Mudah Meledak) bahan kimia yang KClO3 (Potasium Klorat),
mudah meledak NH4NO3 (Amonium Nitrat),
dengan adanya C7H5N3O6 (TrinitroToluena
percikan api, (TNT))
benturan, pukulan,
gesekan, atau reaksi
dengan bahan kimia
lain.

2. Oxidizing (Mudah Teroksidasi) bahan kimia H2O2 (Hidrogen Peroksida),


bersifat KClO4 (Potasium Perklorat)
pengoksidasi yang
dapat menyebabkan
kebakaran dengan
menghasilkan panas
saat berkontak
langsung dengan
bahan organik dan
bahan pereduksi.

3. Toxic (Beracun) bahan kimia CH3OH (Metanol), C6H6


bersifat beracun (Benzena), C3H6O (Aseton),
yang dapat C2H5OH (Etanol)
menyebabkan
keracunan akut dan
kronis, bahkan bisa
menyebabkan
kematian pada
konsentrasi tinggi
bila tertelan atau
terhirup.

4. Flammable (Mudah Terbakar) bahan kimia yang A. Cairan yang terbakar di


memiliki titik nyala bawah temperatur -4OC,
rendah, mudah contohnya yaitu Karbon
terbakar dengan api Disulfida (CS2), Eter
bunsen, permukaan (C2H5OC2H5), Benzena (C5H6),
metal panas atau Aseton (CH3COCH3).
loncatan bungan B. Cairan yang dapat terbakar
api. Bahan mudah pada temperatur antara -4OC –
terbakar dibagi 21OC, contohnya yaitu Etanol
menjadi 2 jenis (C2H5OH), Methanol (CH3OH).
yaitu : C.Cairan yang dapat terbakar
Extremely pada temperatur 21OC –
Flammable 93,5OC, contohnya Kerosin
Bahan kimia ini (minyak lampu), Terpentin,
amat sangat mudah Naftalena, Minyak Baker.
terbakar, memiliki
titik nyala pada
suhu 0oC dan titik
didih 35oC. Bahan
ini umumnya
berupa gas pada
suhu normal dan
disimpan dalam
tabung kedap udara
bertekanan tinggi.
Highly Flammable
Bahan kimia ini
sangat mudah
terbakar, memiliki
titik nyala pada
suuhu 21oC dan
titik didih pada
suhu yang tak
terbatas.

5. Corrosive (Korosif) bahan kimia yang HCl (Asam Klorida),


bersifat korosif, H2SO4 (Asam Sulfat),
dapat merusak NaOH (Natrium
jaringan hidup, Hidroksida)(>2%),KOH
dapat menyebabkan (Kalium Hidroksida)
iritasi pada kulit,
dan membuat kulit
mengelupas.
6. Harmful (Berbahaya) memiliki arti C5H5N (Piridin), C2H6O2
menunjukan adanya (Etilena Glikol), dan CH2Cl2
risiko kesehatan (Diklorometan).
jika bahan masuk
melalui pernafasan
(inhalasi), melalui
mulut (ingestion),
dan melalui kontak
kulit.

7. Irritant (Pengiritasi) menunjukan adanya NH3 (Ammonia), C7H5ClO


risiko inflamasi jika (Benzoil Klorida), H2SO4
bahan kontak (Asam Sulfat)
langsung dengan
kulit dan selaput
lender

8. Dangerous for Enviromental (Bahan bahan tersebut Tributyl Timah Klorida,


Berbahaya bagi Lingkungan) berbahaya bagi Tetraklorometan, Petroleum
lingkungan. Bensin,
Ekosistem akan
rusak bila bahan
tersebut dilepaskan
langsung ke
lingkungan, baik itu
ke tanah, udara,
perairan, ataupun
ke organisme.

Tabel 2. Daftar Alat Kimia dan Fungsi


No. Alat Kimia Fungsi
Tabung Reaksi Berfungsi untuk mereaksikan zat,
dapat
dipanaskan pada nyala api
oksidasi. Untuk tabung reaksi
dengan gelas bukan
borosilikat bersifat tidak tahan
panas. Kapasitas yang tersedia 5
ml, 10 ml, 14 ml, 16 ml, 19 ml, 31
ml, 55 ml, 75 ml.
Tabung Sentrifugal Berfungsi sebagai tempat bahan
yang diendapkan dengan alat
sentrifuge.

Buret (Burette) Berfungsi dalam percobaan


yang memerlukan presisi seperti
pada eksperimen titrasi
dengan cara meneteskan sejumlah
reagen cairan ke dalam
obyek dalam wadah gelas di
bawahnya.
Corong Berfungsi untuk memindahkan
larutan dan atau menyaring zat
kimia yang biasanya
menggunakan kertas saring
Corong Buchner (Buchner Funnel) Berfungsi untuk penyaringan
vakum. Pada bagian atas terdapat
sebuah silinder dengan dasar yang
berpori. Corong buchner
digunakan untuk menyaring
dengan dipasangkan pada labu
penyaring dan pompa penghisap
(vacum pump). Keuntungan
menyaring dengan menggunakan
corong buchner adalah lebih cepat
jika dibandingkan dengan
penyaring menggunakan corong
piala
Corong Pisah (Separating Funnel) Berfungsi dalam proses
pemisahan cairan dari dua fase
yang tidak dapat bercampur.
larutan yang akan dipisahkan
dikocok terlebih dahulu kemudian
didiamkan beberapa saat sampai
masing-masing larutan terpisah.
Larutan dengan masa jauh lebih
kecil akan berada diatas
sedangkan massa jenis lebih besar
akan berada dibawah. Larutan
yang ada dibawah dikeluarkan
hati-hati.
Pipet Tetes Berfungsi untuk mengambil
larutan dalam jumlah kecil ( tetes
)
Batang Pengaduk Berfungsi sebagai pengaduk
larutan atau untuk membantu
memindahkan larutan dari satu
wadah ke dalam wadah lain.

Desikator Berfungsi untuk mengeringan


bahan kimia. Pada penutupnya
dilapisi dengan
vaselin untuk menjaga tetap
kedap udara.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa: a) praktikan
mengetahui alat – alat laboratorium, lambang bahan kimia, bahaya bahan kimia
tersebut, serta contoh bahan kimianya, b) pengetahuan penggunaan bahan-bahan
kimia semakin meningkat dengan mengetahui cara mengambil, cara mereaksikan,
cara menggunkan alat, cara menempatkan bahan, dan ketepatan penggunaan alat
yang aman untuk kesehatan, c) pengetahuan tentang cara pemberian pertolongan
pertama jika terkontaminasi bahan kimia dalam praktikum, d) praktikan memahami
kesehatan dan keselamatan kerja, penanganan limbah bahan kimia, penanganan bila
terkena bahan kimia serta terjadi kebakaran di laboratorium guna keselamatan diri
sendiri saat prakikum.

Saran
Setelah praktikan melaksanakan pembelajaran mengenai pengenalan
laboratorium, ada beberapa hal yang dijadikan saran praktikan untuk pembaca yang
mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan yakni agar praktikum ini lebih
dipahami oleh para praktikan, hendaknya pelaksanaan praktikum dilaksanakan
secara langsung di laboratorium jika kondisinya memungkinkan, petugas
laboratorium hendaknya memberikan pelatihan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) secara berkala kepada para praktikan guna melatih dan
mengantisipasi jika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
DAFTAR RUJUKAN

Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada. (2016). Panduan Safety


Health and Environment (SHE). 2016(April).
https://chemeng.ugm.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/06/update-safety-
protocol.pdf
Lasia, I. K., Gunamantha, I. M., & Budiada, I. K. (2017). Pelatihan Teknik
Penggunaan Bahan Kimia Untuk Peningkatkan Keselamatan Kerja Di
Laboratorium Kimia. Jurnal Widya Laksana, 3(1), 47–49.
https://doi.org/10.23887/jwl.v3i1.9150
Soeharto, F. R. (2013). BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA MELALUI
MANAJEMEN BAHAN KIMIA DAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM KIMIA. 11, 449–4450.
Wardiyah, M.Si., A. (2016). PRAKTIKUM KIMIA DASAR. 5–7.
Widayana, I. G. (2014). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Pertama).
Tabel Pembagian Tugas
No. Nama NIM Tugas
1. Chintya Fatma Hidayah 2106894 Soal No. 4, Latar
Belakang,
Simpulan dan
menggabungkan
file-file
2. Marsha Ayu Rizkika 2106296 Soal No. 3, Latar
Belakang, saran,
merevisi beberapa
kata
3. Muhammad Nasrulloh 2109496 Soal No. 1

4. Restu Ediyani Utami 2109523 Soal No. 5,


pengumpulan tugas
5. Willy Auliya Yashilva 2104000 Soal No. 2

Anda mungkin juga menyukai