Pengenalan Laboratorium
Oleh:
Kelompok 5
Nama NIM
Chintya Fatma Hidayah 2106894
Marsha Ayu Rizkika 2106296
Muhammad Nasrulloh 2109496
Restu Ediyani Utami 2109523
Willy Auliya Yashilva 2104000
Dosen Praktikum:
Putri Novitasari, S.Gz., M.Si
Fajria Saliha Puspita Prameswari, S.Gz., M.Si
Ahdiyatul Fauza, S.Gz., M.Gz
Latar Belakang
Keamanan dan Kesehatan di Tempat Kerja (K3) adalah pertanyaan tentang
non-yang dipisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. K3
tidak hanya sangat penting untuk meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan
pekerjanya, tetapi jauh dari itu. K3 memiliki dampak positif pada keberlanjutan
produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, masalah K3 saat ini bukan hanya
kewajiban yang harus dipertimbangkan pada pekerja, tetapi juga harus puas dengan
sistem kerja. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan hanya kewajiban, itu akan
menjadi kebutuhan untuk setiap pekerja bentuk kegiatan kerja.
Tujuan
1. Pengenalan Alat dan Bahan Kimia
2. Pengenalan K3 (Keselamatan,Kesehatan,Kerja)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gelas ukur Terbuat dari bahan gelas biasa, tidak tahan pemanasan. Digunakan
untuk mengukur volume cairan atau larutan. Jumlah volume berdasarkan pada
volume didalamnya (Pusdik SDM Kesehatan, 2016)
Praktikan juga harus memperhatikan label dan kode tertera dengan eksama agar
menghindari kejadian yang tidak di inginkan .Sebelum memulai bekerja di
labolatorium kimia maka Praktikan harus memiliki pengetahuan tentang jenis-
jenis bahan kimia. Karena Bahan Bahan kimia itu sendiri memiliki sifat yang
beragam dan terdapat dari padat, cair, dan gas. Sifat-sifat tersebut antara lain:
a. Mudah Terbakar
b. Mudah Beracun
c. Mudah Iritasi
d. Mudah Korosif
e. Dan dapat merusak lingkungan
Untuk memindahkan atau mengambil bahan kimia tersebut sangat penting untuk
membaca label atau kodenya dikarenakan untuk menghindari pengambilan
bahan,Karena ada beberapa bahan yang mempunyai nama yang sama seperti asam
sitrat dan asam nitrat.
Pada saat melalukan praktikum perlu memperhatikan banyak hal agar tidak
menimbulkan resiko kecelakaan. Praktikan harus mengetahui bahaya-bahaya yang
berisiko terjadi kecelakaan dan harus dihindari serta perlu mengetahui cara
mengatasinya. Sehingga praktikan dapat membiasakan diri dalam bekerja di
laboratorium yaitu budaya kesehatan dan keselamatan dalam bekerja (K3).
Terdapat sumber-sumber yang dapat membahayakan pada saat praktikum, yaitu:
Selain dari sumber-sumber bahaya tersebut ada beberapa potensi bahaya yang bisa
terjadi dan harus di tangani seperti, proses pencampuran atau eksperimen,
penyimpanan bahan kimia, pembuangan sisa bahan kimia, kesalahan penggunaan
bahan kimia, dan pajanan terhadap pekerja atau instruktur. (Soeharto, 2013)
a. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh atau pakaian pekerja
saat terjadi kontak dengan bahan kimia berbahaya dan mencegah penyebaran
kontaminasi. Pemilihan pakaian pelindung saat menangani bahan kimia
tergantung pada risiko dan tingkat perlindungan yang diperlukan. Berikut
beberapa pakaian pelindung yang dapat digunakan saat menangani bahan
kimia, antara lain:
1) Jas laboratorium
Jas laboratorium dapat digunakan untuk penggunaan skala kecil dan
penanganan bahan kimia dengan risiko rendah. Pakaian pelindung ini
berfungsi untuk mencegah kontaminasi bahan ke dalam tubuh, melindungi
tubuh dan pakaian pekerja dari percikan, cipratan, atau tumpahan bahan
kimia.
Jas laboratorium dapat diaplikasikan untuk pemakaian umum,
perlindungan dari bahan kimia, biologi, radiasi, dan bahaya fisik. Jas
laboratorium harus terbuat dari bahan katun dan sintetik seperti nilon atau
terylene dengan water repellent (pori-pori kain tidak dapat ditembus oleh
air). Jas laboratorium tidak boleh dipakai di luar daerah laboratorium.
2) Apron
Apron biasanya diaplikasikan untuk penggunaan bahan kimia dalam
jumlah besar dan berisiko tinggi. Apron digunakan untuk melindungi
pekerja dari bahan yang bersifat korosif dan mengiritasi, cairan berbahaya,
zat pelarut yang kuat, minyak dan pelumas padat/ gemuk (grease).
Pakaian pelindung berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat
dari bahan neoprene atau polyurethane dilapisi bahan nilon, terylene, atau
karet alami. Ada juga yang terbuat dari bahan plastik, dengan rekomendasi
tidak boleh dikenakan di area yang mengandung bahan kimia mudah
terbakar karena bisa dapat menimbulkan kebakaran yang dipicu listrik
statis.
3) Jumpsuits atau coverall
Jumpsuit atau coverall biasanya terbuat dari bahan karet, neoprene, viton,
vinyl dan material lain yang mampu memberikan perlindungan tingkat tinggi
kepada pekerja dari percikan bahan kimia yang bersifat karsinogen dan bahan kimia
berisiko tinggi lainnya. Pakaian pelindung ini tersedia dalam dua jenis, yakni
disposable coverall (sekali pakai) dan reusable coverall.
Catatan: Untuk penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar dan berisiko tinggi,
pekerja tidak diperkenankan menggunakan pakaian pelindung yang dijahit atau
berpori (tidak tahan terhadap permeasi). Penggunaan apron dan jumpsuit/ coverall
sangat direkomendasikan.
b. Pelindung Tangan
Fungsi utama pelindung tangan adalah melindungi tangan dari cedera akibat
terkena bahan kimia atau terkena peralatan laboratorium yang pecah atau rusak
serta melindungi tangan dari permukaan benda yang kasar atau tajam dan material
panas atau dingin.
Bahan kimia biasanya dapat dengan cepat merusak material sarung tangan
jika material yang dipilih tidak sesuai dengan sifat bahan kimia yang ditangani.
Maka, material dan ketebalan menjadi pertimbangan utama saat memilih sarung
tangan. Bahan sarung tangan yang dipilih harus sesuai dengan sifat bahan kimia
yang ditangani.
c. Pelindung Kaki
Pelindung kaki (sepatu safety) digunakan untuk melindungi kaki dari
kemungkinan tumpahan bahan kimia beracun dan berbahaya serta mencegah
penyebaran kontaminasi. Pemilihan sepatu safety yang aman untuk penanganan
bahan kimia didasarkan pada bahaya dan kondisi lingkungan kerja. Berikut
beberapa poin yang harus diperhatikan dalam memilih sepatu safety untuk area
dengan potensi bahaya bahan kimia:
Jenis sepatu safety harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya yang
dapat mengakibatkan cedera. Jenis sepatu safety juga perlu dipertimbangkan,
apakah sepatu perlu menutupi pergelangan kaki, lutut atau paha, tergantung
bagian-bagian tubuh yang berisiko mengalami cedera saat menangani bahan
kimia
Material sepatu safety harus memiliki fitur ketahanan terhadap air dan bahan
kimia. Karet sintetis, karet butil atau alam, vinyl dan nitril merupakan material
sepatu yang cocok digunakan saat operasi bahan kimia.
Konstruksi sepatu safety juga harus memperhitungkan bahaya yang ada di
lingkungan kerja seperti lantai basah, lantai licin, dan jatuhan benda berat atau
berat. Pilih sepatu dengan fitur sol luar anti slip untuk menghindari risiko
tergelincir dan fitur pelindung jari kaki berbahan baja untuk melindungi kaki
dari risiko jatuhan benda berat atau tajam
Bila bekerja di area operasi bahan kimia mudah terbakar, maka sepatu dengan
fitur anti statis perlu digunakan untuk melindungi sepatu dari kontaminasi
bahan kimia berbahaya berbentuk debu, serat, atau partikel di udara, sepatu
safety sekali pakai atau penutup sepatu (shoe cover) sekali pakai dapat
digunakan.
Cipratan, percikan, hingga paparan kabut bahan kimia yang mengenai mata
sering kali menjadi penyebab terbanyak pekerja mengalami cedera mata. Oleh
karena itu, OSHA mewajibkan para pekerja untuk selalu menggunakan perangkat
pelindung mata dan wajah primer dan sekunder ketika bekerja di area dengan
potensi bahaya tadi.
Berikut jenis-jenis alat pelindung mata dan wajah yang berguna untuk
menahan dampak bahaya bahan kimia yang bisa mencederai mata, di antaranya:
1) Safety Goggles: pelindung primer yang berguna untuk melindungi mata dari
percikan dan cipratan bahan kimia. Pilih safety goggles dengan ventilasi
tidak langsung (indirect ventilation ) atau tanpa ventilasi (non-ventilated
goggles) saat menangani bahan kimia berbahaya.
2) Face Shields (tameng muka): pelindung sekunder yang berguna untuk
melindungi seluruh wajah dari paparan sumber bahaya. Face shileds yang
dirancang menyatu dengan headgear dapat melindungi wajah, namun tidak
sepenuhnya melindungi mata. Agar perlindungan dari berbagai sumber
bahaya seperti partikel beterbangan, percikan atau cipratan bahan kimia
lebih maksimal, pekerja direkomendasikan menggunakan face shileds
bersamaan dengan safety goggles. Face shields tidak cocok untuk
melindungi pekerja dari debu, asap, atau gas.
Tidak hanya jenisnya, tipe lensa yang digunakan pada pelindung mata dan
wajah juga perlu diperhatikan. Lensa harus transparan dan tidak mengganggu
penglihatan. Berikut jenis lensa yang direkomendasikan untuk pelindung mata
dan wajah:
e. Pelindung Pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh
manusia adalah melalui pernapasan. Banyak partikel di udara, debu, uap dan
gas yang dapat membahayakan sistem pernapasan. Pelindung pernapasan yang
tepat harus digunakan untuk meminimalkan sumber-sumber bahaya tadi.
Berikut jenis pelindung pernapasan yang dapat digunakan saat menangani
bahan kimia:
1) Particulate Respirator
Jenis respirator ini menggunakan cartridge atau canister untuk menyerap gas dan
uap di udara. Catridge dan canister memiliki kemampuan serap yang tinggi pada
awal penggunaan dan akan mengalami penurunan hingga akhir masa pakai (masa
jenuh).
Lama masa jenuh sangat tergantung dari konsentrasi uap atau gas di udara dan
perawatan terhadap respirator tersebut. Cartridge atau canister harus diganti
sebelum jenuh karena bisa berdampak pada kemampuan daya serap terhadap
kontaminan.
Alat pelindung pernapasan ini mirip seperti peralatan pernapasan untuk penyelam.
Air-supplied respirator menyimpan pasokan udara/ oksigen di dalam tabung
sehingga alat ini tidak memerlukan pasokan udara dari luar. Alat ini biasanya
digunakan pada area yang kontaminasi udaranya sangat tinggi atau rendah oksigen.
Juga, tangki udara biasanya hanya dapat digunakan selama satu jam atau kurang,
tergantung rating tangki dan tingkat pernapasan pekerja.
APD merupakan upaya terakhir untuk meminimalkan risiko yang dapat terjadi
akibat kecelakaan atau bahaya di lingkungan kerja maupun saat operasi bahan
kimia. Tidak hanya pemilihan APD yang harus dilakukan secara tepat, pemeriksaan
dan perawatan APD secara rutin pun perlu dilakukan untuk memastikan APD yang
digunakan dapat memberikan perlindungan dalam menahan dampak bahaya bahan
kimia.
References
SafetySign. (2017, April 17). Panduan APD Saat Menangani Bahan Kimia
Berbahaya,
Banyak Hal yang akan terjadi selama Praktikan berada di labolatorium terutama
apabila praktikan terpapar bahan kimia yang berbahaya.Hal yang harus
diperhatikan oleh Praktikan apabila terpapar oleh bahan kimia secara langsung.
1. Terpapar bahan kimia pada mulut
Bahan kimia yang tertelan melalui muntah bukanlah tindakan pertolongan
pertama. Saat Praktikan memuntahkan bahan kimia, cairan dapat masuk ke
saluran pernapasan atau mengiritasi saluran pencernaan. Perawatan intensif segera
adalah metode terbaik.
Beberapa waktu lalu ada kejadian penyidik KPK dibenamkan bahan kimia
berbahaya. Dalam kehidupan sehari-hari, praktikan sering menemukan insiden
pembuangan bahan kimia berbahaya yang disengaja atau tidak disengaja.
Praktikan juga sering menjumpai anak kecil yang tidak sengaja meminum obat
nyamuk. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan bahaya besar bagi
kehidupan.(Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, 2016)
• 1520 menit, bahan kimia yang mengiritasi sedang hingga berat dabahan
kimia yang dapat menyebabkan toksisitas jika terserap oleh kulit.
• 30 menit untuk bahan kimia korosif.
Setelah bahan kimia mengenai mata atau kulit, segera bilas dengan air.
Jika kondisinya parah, rawat inap segera diperlukan, terutama jika saluran
pernapasan terganggu. Jika perlu, Anda harus terus berkumur dengan air
selama perjalanan ke rumah sakit.(Departemen Teknik Kimia Universitas
Gadjah Mada, 2016)
• Jika terjadi iritasi pada kulit akibat paparan bahan kimia maka dapat
dibersihkan dengan lembut.
• Jika bahan kimia yang mengenai kulit berbentuk padat maka perlu
membilas menggunakan air kulit yang terkontaminasi. Jika bahan kimia
berbentuk cair dan dapat menembus pakaian maka perlu segera melepas
pakaian dan membilas tubuh dengan menggunakan air. Segera dapatkan
perawatan medis di rumah sakit.
• Jika terjadi radang dingin akibat bahan kimia maka perlu segera
mendapatkan perawatan medis dan sangat tidak diperbolehkan untuk
menggosok atau menyiram dengan air. Untuk mencegah terjadinya
kerusakan jaringan yang lain maka tidak diperbolehkan untuk melepas
pakaian.(Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, 2016)
Kebakaran dapat terjadi kapan saja, Tentu saja, tidak ada yang ingin apabila
labolatorium terbakar. Namun, tidak jarang praktikan masih meremehkan bencana
dan merasa cukup aman. Oleh karena itu, untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya bencana seperti itu, Praktikan perlu melakukan beberapa tindakan
pencegahan kebakaran dan mencari tahu apa yang menyebabkan rumah terbakar.
Di laboratorium terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar, sehingga harus ada
penanganan pertama jika terjadi kebakaran. Hal-hal yang perlu diketahui oleh para
praktikan dan petugas laboratorium saat terjadi kebakaran yaitu :
Sisa-sisa bahan kimia yang telah digunakan dalam suatu percobaan kimia perlu
ditangani secara khusus karena limbah bahan kimia dapat mencemari lingkungan.
Penanganan limbah ini bertujuan untuk mencegah resiko paparan kuman dan
penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah kimia yang berbahaya selain itu
limbah kimia juga dapat membahayakan lingkungan sekitar. Maka dari itu, berikut
cara penanganan yang dapat dilakukan untuk limbah bahan kimia diantaranya
adalah:
Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa: a) praktikan
mengetahui alat – alat laboratorium, lambang bahan kimia, bahaya bahan kimia
tersebut, serta contoh bahan kimianya, b) pengetahuan penggunaan bahan-bahan
kimia semakin meningkat dengan mengetahui cara mengambil, cara mereaksikan,
cara menggunkan alat, cara menempatkan bahan, dan ketepatan penggunaan alat
yang aman untuk kesehatan, c) pengetahuan tentang cara pemberian pertolongan
pertama jika terkontaminasi bahan kimia dalam praktikum, d) praktikan memahami
kesehatan dan keselamatan kerja, penanganan limbah bahan kimia, penanganan bila
terkena bahan kimia serta terjadi kebakaran di laboratorium guna keselamatan diri
sendiri saat prakikum.
Saran
Setelah praktikan melaksanakan pembelajaran mengenai pengenalan
laboratorium, ada beberapa hal yang dijadikan saran praktikan untuk pembaca yang
mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan yakni agar praktikum ini lebih
dipahami oleh para praktikan, hendaknya pelaksanaan praktikum dilaksanakan
secara langsung di laboratorium jika kondisinya memungkinkan, petugas
laboratorium hendaknya memberikan pelatihan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) secara berkala kepada para praktikan guna melatih dan
mengantisipasi jika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
DAFTAR RUJUKAN