Anda di halaman 1dari 98

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural1 2Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural3 4Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural5 6Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural7 8Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
merupakan kunci utama untuk menyingkap kebudayaan.
Oleh karena itu, sangatlah tidak mungkin untuk menyelidiki
kebudayaan suatu kelompok masyarakat tanpa mengetahui
bahasanya.
BAB I Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dapat dipelajari
PENDAHULUAN tanpa menghubungkan dengan kegiatan-kegiatan lain.
Artinya, bahasa dapat dijadikan objek penyelidikan. Ilmu
Bahasa merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan bahasa telah mempelajari bagaimana bahasa itu sendiri, sifat-
dengan manusia dalam kehidupan kesehariannya. Dalam sifatnya, dan bagaimana dia berfungsi sebagai alat
melakukan aktifitasnya, manusia tidak terlepas dari komunikasi.
menggunakan bahasa. Bahasa adalah bagian dari kehidupan Bahasa sebagai dasar kebudayaan dapat digunakan
manusia untuk berkomunikasi sesama manusia. Oleh karena untuk menyelidiki kegiatan-kegiatan di luar kegiatan
itu dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi berbahasa itu sendiri. Dari ujaran yang disampaikan sesorang,
manusia, baik lisan maupun tulisan. kita tidak hanya bisa menangkap keinginan orang tersebut,
Sebagai makhluk hidup, manusia dan binatang tetapi juga adat istiadatnya, latar belakang pendidikannya,
mempunyai sistem komunikasi antar sesama manusia dan dan lain sebagainya.
sesama binatang. Namun, hanya manusialah yang memiliki
bahasa. Kemampuan berbahasa inilah yang membedakan A. Untuk Apa Meneliti Bahasa?
manusia dengan binatang. Dengan bahasa, manusia dapat Penelitian bahasa perlu dilakukan karena beberapa
menyatakan pikiran, keinginan, perasaan, dan kehendaknya alasan. Alasan pertama atau boleh dikatakan alasan utama
kepada manusia lain. Bahasa tidak saja dapat adalah untuk keperluan pendokumentasian bahasa itu sendiri.
mengkomunikasikan kejadian yang sedang berlangsung, Sampai saat ini belum diketahui secara persis berapa
tetapi juga kejadian yang telah maupun yang akan dilakukan. sebetulnya jumlah bahasa yang ada di dunia. Makin banyak
Dengan kata lain bahasa merupakan sarana yang dapat kita belajar, makin banyak pula jumlah bahasa yang muncul.
memberitakan kejadian masa lalu, masa sekarang, dan masa Jumlah penutur bahasa ini bervariasi ada yang ratusan juta
yang akan datang. seperti bahasa Cina, India, dan Indonesia, sampai ada yang
Dengan bahasa, manusia dapat mengatur kehidupannya jumlahnya hanya puluhan seperti yang dijumpai di Papua.
sehingga timbul kebudayaan, yaitu kegiatan-kegiatan yang Jadi, kalau bahasa-bahasa ini tidak didokumentasikan maka
dilakukan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dikhawatirkan bahasa-bahasa yang jumlah penuturnya sangat
masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa memakai alat bahasa, kecil tadi akan punah, karena tidak ada lagi penuturnya atau
sehingga dapat dinyatakan bahwa bahasa adalah dasar dari penuturnya sudah berasimilasi dengan penutur bahasa lain.
kebudayaan. Namun, bahasa itu sendiri adalah sebagian dari Penelitian bahasa dapat memberikan data kearah
kebudayaan tersebut (Samsuri, 1991). Jadi, bahasa tidak saja pemahaman unsur-unsur bahasa yang bersifat universal. Dari
merupakan dasar kebudayaan tetapi juga bagiannya. Bahasa hasil analisis bahasa, para linguis telah mencoba mencari sifat
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural9 10Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
universal bahasa. Antara kerja lapangan dengan pemerian peneliti harus telah memahami konsep dasar bunyi bahasa,
bahasa juga mempunyai hubungan langsung. Semakin banyak sistem pembentukan kata, dan sistem pembentukan kalimat.
penelitian bahasa dilakukan, akan semakin banyak pula
informasi yang kita miliki tentang keanekaragaman bahasa. C. Karakteristik Penelitian Bahasa
Alasan lain kenapa penelitian bahasa itu perlu dilakukan
Penelitian bahasa mempunyai karakteristik tertentu
adalah untuk mengetahui bagaimana sebetulnya bentuk
yang berbeda dengan penelitian ilmu alam. Karakteristik
bahasa itu baik ketika diucapkan maupun dituliskan dan
penelitian bahasa dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini.
bagaimana dia berfungsi. Pengetahuan ini sangat penting baik
untuk kepentingan pengajaran bahasa pertama, bahasa kedua,
1. Manusia sebagai alat
maupun bahasa asing. Hasil penyelidikan tentang bahasa ini
sangat diperlukan untuk penentuan bahan pelajaran dan cara Dalam penelitian bahasa, alat pengumpul data utama
mengajarkannya. Hal itu dapat dilakukan melalui studi bahasa adalah manusia, yaitu peneliti sendiri dan/atau dibantu oleh
dengan melakukan penelitian atau analisis bahasa. orang lain, yang disebut dengan informan atau pembahan.
Peneliti bekerjasama dengan informan akan menghasilkan
B. Konsep Dasar Penelitian Bahasa data penelitian yang kemudian dinalisis. Manusia sebagai alat
dapat berhubungan dengan informan dan memahami
Penelitian bahasa pada dasarnya adalah meneliti kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dan terkait
fenomena-fenomena kebahasaan yang ada dalam masyarakat dengan data yang dicarinya.
pengguna bahasa tersebut. Fenomena-fenomena ini inilah Karena peneliti berfungsi sebagai pengumpul data di
yang dikumpulkan oleh peneliti bahasa untuk diberi makna, lapangan, maka peneliti harus memahami hal-hal yang dapat
sehingga ditemukan kaidah-kaidah kebahasaan yang bersifat mengganggu kegiatan penelitiannya di dalam kehidupan
spesifik dan universal. masyarakat. Oleh karena itu, ada kalanya peneliti ikut
Penelitian bahasa dapat di bagi dua; penelitian huluan berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan tempat dia
dan penelitian hiliran. Penelitian huluan berupa penelitian melakukan penelitian. Kegiatan seperti ini lazim disebut
dasar, yaitu penelitian tentang bahasa itu sendiri. Penelitian dengan “pengamatan berperanserta’ (Moleong, 1989) atau
huluan dapat berupa penelitian tentang bunyi bahasa, yaitu participant observation.
fonetik dan fonologi; penelitian tentang sistem pembentukan
kata, yaitu morfologi; dan penelitian tentang sistem 2. Latar Alamiah
pembentukan kalimat, yaitu sintaksis.
Penelitian hiliran merupakan penelitian lanjutan dari Penelitian bahasa dilakukan pada latar alamiah, yaitu
penelitian huluan. Penelitian hiliran biasanya memanfaatkan tempat di mana bahasa itu digunakan oleh penuturnya.
penelitian huluan dalam memperoleh dan menganalisis data Peneliti harus tahu betul situasi di mana bahasa itu dituturkan
penelitiannya. Penelitian sosiolinguistik, psikolinguistik, dan dalam komunikasi sehari-hari. Ontologi alamiah menghendaki
pragmatik, misalnya, dapat dikategorikan kepada penelitian adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak
hiliran. Untuk bias melakukan penelitian hiliran, seorang bias dipahami jika dipisahkan dari konteksnya (Guba, 1985).
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural11 12Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Pentingnya kehadiran peneliti mengetahui konteks terhadap perubahan penggunaan bahasa dan cara memaknai
penggunaan bahasa menyebabkan peneliti bahasa harus bahasa sebagai system simbol dari gejala alam.
meluangkan sebagian besar waktunya bersama penutur
bahasa yang ditelitinya. Seorang peneliti yang meneliti bahasa 4. Analisis data secara induktif
mentawai, misalnya, harus bersedia tinggal bersama suku Penelitian bahasa menggunakan analisis data secara
mentawai yang ditelitinya untuk beberapa saat, terutama induktif. Data yang diperoleh di lapangan dianalisis dan
ketika dia mengumpulkan data kebahasaan tentang bahasa kemudian digeneralisasikan untuk mendapatkan temuan
Mentawai yang ditelitinya. penelitian. Data induktif pada penelitian bahasa merupakan
gejala bahasa yang betul-betul digunakan oleh masyarakat
3. Metode Kualitatif penuturnya, bukan gejala bahasa yang ada dalam pikiran
Metode kualitatif digunakan dalam penelitian bahasa peneliti atau gejala bahasa yang seharusnya ada menurut
karena metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan pemikiran peneliti.
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bersifat
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000). deduktif, di mana abstraksi-abstraksi dibangun dari teori-teori
Metode ini menyajikan secara langsung data kebahasaan yang dan data-data yang secara meyakinkan ditemui. Penelitian
didapat di lapangan sesuai dengan penggunaannya. Oleh kualitatif yang bersifat induktif peneliti mngkonstruksi konsep
karena itu peneliti kualitatif merasa perlu menangkap secara lebih jelas waktu melaksanakan penelitian setelah
perspektif-perspektif subjek penelitiannya secara akurat, serta mengumpulkan beberapa fenomena dan memahaminya.
memperhatikan dengan cermat apa saja informasi yang
diberikan oleh informan mereka. Dengan demikian, para 5. Deskriptif
peneliti dapat memberikan “makna” yang benar terhadap Data yang dikumpulkan dalam penelitian bahasa adalah
segala fenomena yang ditemuinya. gejala bahasa berupa kata-kata, bukan angka-angka. Oleh
Metode kualitatif mencerminkan suatu perspektif karena itu penelitian bahasa ini harus memerikan gejala yang
fenomenologis. Artinya, penelitian yang menggunakan ada sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian deskripsi
perspektif fenomenologis ini berusaha untuk memahami yang dibuatnya akan sangat bermakna karena berupa
makna dari peristiwa-peristiwa dan interaksi-interaksi pendeskripsian kenyataan yang ada. Tidak ada intervensi
manusia dalam situasi tertentu. Mereka berusaha untuk peneliti untuk membuat rumusan yang berbeda dari apa yang
masuk ke dalam dunia konseptual subjek-subjeknya guna telah ditemukan di lapangan.
memahami apa makna yang mereka konstruksikan dalam Data pada penelitian bahasa dapat berupa rekaman
peristiwa-peristiwa kehidupan mereka. Dari pemahaman bahasa lisan dan bahasa tulisan. Rekaman bahasa lisan
makna terhadap peristiwa kehidupan akan ditemukan makna- kemudian ditranskripsikan untuk dapat dianalisis dan
makna baru yang dapat digunakan oleh masyarakat yang didokumentasikan secara tertulis. Bahasa tulis yang sudah ada
selalu berubah. Perubahan gejala social akan berpengaruh dalam komunikasi antar manusia dapat dinalisis lebih lanjut

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural13 14Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
untuk menemukan system yang berlaku dalam berkomunikasi merumuskan proses perubahan yang terjadi. Dalam
tulis antar penutur bahasa. Dalam membuat laporan pendekatan transformasional selalu dikaji bentuk awal atau
penelitiannya, seorang peneliti harus dapat mengungkapkan bentuk dasar dari suatu gejala bahasa. Bentuk-bentuk yang
gejala kebahasaan yang ada dalam bentuk aslinya. kompleks dianggap sebagai hasil proses transformasi dari
bentuk dasar yang ada. Kalimat tanya, misalnya, merupakan
D. Landasan Penelitian Bahasa hasil proses transformasi dari kalimat berita, demikian pula
halnya kalimat perintah (command).
Pada penelitian bahasa, penelitian dibatasi pada
pengertian: pernyataan yang didasarkan pada data yang ada
3. Etnometodologi
dan diuji secara empiris. Ada dua pendekatan teoritis
penelitian bahasa, yaitu pendekatan struktural dan Etnometodologi adalah suatu studi tentang bagaimana
pendekatan transformasional. individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-
hari (Moleong, 2000). Subjek etnometodologi bukan hanya
1. Pendekatan struktural suku terasing, tetapi juga masyarakat dalam berbagai situasi
dalam masyarakat secara umum. Dalam etnometodologi
Pendekatan struktural menyatakan bahwa ada langkah-
dicoba memahami bagaimana orang melihat, menerangkan,
langkah tertentu dalam melakukan penelitian. Dalam
dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup.
penelitian bahasa, kita harus melakukan penelitian fonologi
terlebih dahulu sebelum mampu melakukan penelitian
morfologi dan penelitian sintaksis. Penelitian fonologi akan
E. Tujuan dan Jenis Penelitian
menjadi landasan untuk penelitian morfologi, dan penelitian Penelitian merupakan terjemahan dari kata bahasa
morfologi akan menjadi landasan untuk penelitian sintaksis. Inggris research. Karena itu ada ahli yang menggunakan kata
Pendekatan struktural berfokus pada pencarian bentuk yang bermakna penelitian ini dengan istilah riset. Kata research
(form) dari gejala yang ada. Dari gejala itu disusunlah suatu itu sendiri dalam bahasa Inggris berasal dari unsur re yang
sistim yang bisa menjelaskan keberadaan bentuk tersebut. berarti “kembali” dan search yang berarti “mencari”. Oleh
Dalam penelitian bahasa, bentuk itu dapat berupa sistim bunyi karena itu research atau riset mempunyai arti “mencari
bahasa (fonetik), fonem,morfem, kata, frasa, klausa, dan kembali”.
kalimat. Menurut Hillway (dalam Nazir, 1985), penelitian adalah
suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui
2. Pendekatan transformasional penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu
masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap
Pendekatan transformasional mengamati proses
masalah tersebut. Menurut kamus Webster (1981) research
perubahan yang terjadi pada suatu peristiwa. Dalam peristiwa
merupakan “careful or diligent search” yaitu penyelidikan yang
kebahasaan perubahan-perubahan ini lumrah terjadi dan
hati-hati dan kritis. Lebih lanjut dinyatakan bahwa riset adalah
dapat dideteksi dengan jelas. Oleh karena itu pendekatan
“investigation or experimentation aimed at the discovery and
transformasional berupaya mengamati, mendeteksi, dan
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural15 16Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
interpretation of facts, revision of accepted theories or laws in the perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata
light of new facts, or practical application of such new or revised lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ikut
theories or laws”. Definisi ini menunjukkan bahwa kegiatan memacu perkembangan bahasa dengan munculnya istilah-
penelitian mencakup kegiatan investigasi atau percobaan yang istilah baru dan sistem komunikasi baru berupa handphone dan
bertujuan untuk menemukan atau menginterpretasikan fakta- internet.
fakta atau merevisi teori yang ada berdasarkan fakta-fakta
baru yang ditemukan. Penelitian juga dilakukan untuk 2. Jenis Penelitian
mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima atau
Jenis-jenis penelitian dapat ditinjau dari berbagai aspek,
mengubah dalil-dalil dengan adanya aplikasi baru dari dalil-
di antaranya adalah dari aspek pengetahuan, dan tempat
dalil tersebut. Jadi, kegiatan penelitian itu sebetulnya
dilaksanakannya penelitian itu.
merupakan kegiatan pencarian secara sistematis terhadap
Ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan, penelitian dapat
masalah-masalah yang ada sehingga dihasilkan kebenaran
dibagi atas tiga jenis, yaitu:
dari gejala yang ada.
a) Penelitian ilmu alam (natural sciences research).
b) Penelitian ilmu sosial (social sciences research).
1. Tujuan Penelitian
c) Penelitian ilmu kebudayaan (humanities research).
Tujuan utama penelitian adalah menemukan, Penelitian bahasa pada dasarnya merupakan bagian dari
mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan penelitian ilmu kebudayaan, namun dapat juga digolongkan
secara empiris berdasarkan data dan fakta (Semi, 1993). Hasil pada penelitian ilmu sosial, karena objek kajiannya adalah
temuan, pengembangan, dan pengujian tersebut kemudian kelompok masyarakat dan interaksi di dalam masyarakat itu
dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Temuan- sendiri.
temuan yang dihasilkan dari penelitian dapat menghasilkan Dilihat dari aspek tempat di mana penelitian itu
pembaharuan yang pada hakekatnya merupakan usaha untuk dilakukan, penelitian dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
memperbaiki taraf hidup masyarakat. Demikian juga halnya, a) Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang
pengembangan ilmu pengetahuan tidak lain tujuannya untuk dilakukan di lapangan atau di luar ruangan.
kepentingan masyarakat banyak. Tidak ada kenyataan yang b) Penelitian perpustakaan (library research), yaitu penelitian
bisa diyakini benar bila belum teruji secara benar. Untuk yang hanya dilakukan di kamar kerja peneliti atau di
menguji kebenaran inilah kita bisa melakukan penelitian. perpustakaan di mana peneliti memperoleh data
Dalam ilmu bahasa, keberadaan bahasa itu sendiri penelitiannya lewat buku-buku atau sumber informasi
sebagai alat komunikasi masyarakat penuturnya diperlukan pustaka lainnya.
adanya rangkaian penelitian. Penelitian ini dapat c) Penelitian laboratorium (laboratory research), yaitu penelitian
mengukuhkan teori-teori yang ada atau berusaha menemukan yang dilakukan di laboratorium dengan peralatan yang
teori-teori baru sehingga ditemukan hakekat bahasa sebagai tersedia di sana.
bagian dari kebudayaan manusia. Bahasa dengan sifatnya Dari jenis-jenis penelitian di atas, dapat dinyatakan
kreatif dan produktif, selalu berkembang mengikuti bahwa penelitian bahasa dapat berupa penelitian lapangan,
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural17 18Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
seperti penelitian struktur bahasa dan sosiolinguistik; dan (1) Daya nalar. Seorang peneliti harus mempunyai daya nalar
penelitian perpustakaan seperti analisis wacana. yang tinggi, yaitu adanya kemampuan untuk memberi
Berdasarkan cara mengamati dan proses menjelaskan alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif
suatu fenomena penelitian dapat dikelompokkan atas dua maupun deduktif.
jenis, yaitu penelitian deskriptif, mengamati dan menjelaskan (2) Originalitas. Peneliti harus mempunyai ide-ide yang
fenomena seperti apa adanya, dan penelitian historis- orisinil, rasional dan menghindari ciplakan.
komparatif, yaitu menjelaskan fenomena berdasarkan sejarah (3) Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat
dan perbandingan bahasa. yang kuat serta menguasai fakta-fakta.
(4) Kewaspadaan. Seorang peneliti harus secara cepat dapat
F. Ciri-Ciri Penelitian melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi
atas suatu fenomenon.
Nazir (1985) mengemukakan sembilan kriteria
(5) Akurat. Seorang peneliti harus mempunyai tingkat
penelitian. Kesembilan ciri penelitian tersebut dapat
pengamatan serta perhitungan yang akurat, tajam serta
dinyatakan sebagai berikut.
beraturan.
(1) Penelitian harus berkisar di sekeliling masalah yang ingin
(6) Konsentrasi. Seorang peneliti harus mempunyai kekuatan
dipecahkan.
konsentrasi yang tinggi, kemauan yang keras, serta tidak
(2) Penelitian harus mengandung unsur-unsur originalitas.
cepat bosan.
(3) Penelitian harus mengandung unsur-unsur “ingin tahu”.
(7) Dapat bekerjasama. Peneliti harus dapat bekerjasama
(4) Penelitian harus dilakukan dengan pandangan terbuka.
dengan siapapun, mempunyai keinginan untuk berteman
(5) Penelitian harus didasarkan pada asumsi bahwa suatu
secara intelektual, dan dapat bekerja secara team-work.
fenomena mempunyai hukum atau aturan (order).
(8) Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat, baik jiwa maupun
(6) Penelitian berkehendak untuk menemukan generalisasi
fisik. Peneliti harus stabil, sabar, dan penuh vitalitas.
atau dalil.
(9) Semangat. Seorang peneliti harus mempunyai semangat
(7) Penelitian merupakan studi tentang sebab-akibat.
untuk meneliti dengan penuh kreatifitas serta hasrat yang
(8) Penelitian harus menggunakan pengukuran yang akurat.
tinggi.
(9) Penelitian harus menggunakan teknik yang secara sadar
(10) Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai
diketahui.
kejujuran intelektual, mempunyai moral yang tinggi,
Kesembilan teknik tersebut bisa dipenuhi semuanya atau
beriman, dan dapat dipercaya.
sebagian besarnya saja, karena adanya perbedaan jenis
Pengembangan penelitian sangat ditentukan oleh tingkat
penelitian. Penelitian kuantitatif, misalnya, tentu mempunyai
pengetahuan, ketarmpilan serta kualifikasi seorang peneliti.
ciri yang berbeda dengan penelitian kualitatif.
Tingkat keterampilan dalam melaksanakan penelitian,
Selanjutnya, Whitney (dalam Nazir, 1985) memberikan
menurut Boyce dan Evenson (1975) dapat dikategorikan atas
sepuluh kriteria yang harus dipunyai oleh seorang peneliti,
empat tingkat, yaitu:
yaitu:
(1) Keterampilan inventif (inventive skill)

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural19 20Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Keterampilan inventif merupakan keterampilan Metode adalah cara yang teratur yang dilakukan untuk
menemukan sesuatu berdasarkan pengalaman. mencapai maksud tertentu. Dengan kata lain metode adalah
Ketarmpilan jenis ini tidak memerlukan pendidikan cara kerja yang bersistim untuk memudahkan pelaksanaan
formal. suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(2) Keterampilan teknis–engineering Metodologi adalah ilmu tentang metode, atau uraian tentang
Keterampilan teknis-engineering merupakan metode. Jadi, metodologi adalah ilmu yang menguraikan
keterampilan yang diperoleh dari hasil terapan dari text tentang metode-metode untuk mencapai suatu tujuan.
book untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Secara umum penelitian bahasa menggunakan dua
Keterampilan seperti ini dimiliki oleh seoarang sarjana metode dalam upaya untuk menjelaskan fenomena
lulusan universitas. kebahasaan, yaitu metode deskriptif dan metode historis-
(3) Keterampilan teknis-ilmiah komparatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang
Keterampilan teknis-ilmiah merupakan keterampilan menggambarkan fenomena kebahasaan seperti apa adanya.
yang diperoleh dengan menguasai teknik dan Metode historis-komparatif adalah metode untuk menentukan
kemampuan ilmiah sebagai background untuk kekerabatan bahasa-bahasa dengan membandingkan bentuk
mengadakan analisa. dari kata-kata seasal dengan tujuan untuk merekonstruksikan
(4) Keterampilan ilmiah-konseptual bahasa (Kridalaksana, 1983). Istilah lain yang digunakan untuk
Dengan meningkatnya derajat keilmuan seseorang dan mengacu kepada dua istilah ini adalah sinkronis dan
banyaknya pengalaman yang diperoleh, maka si peneliti diakronis. Sinkronis adalah bidang ilmu bahasa atau linguistik
telah memperoleh keterampilan konseptual. Keterampilan yang mengkaji sistem bahasa pada waktu tertentu, sedangkan
ini dimiliki oleh peneliti yang berpengalaman dan diakronis adalah bidang linguistik yang menyelidiki
ilmuwan. perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain, serta
Dengan mengetahui keempat golongan penelitian menyelidiki perbandingan bahasa dengan bahasa lain
tersebut, kita dapat menilai diri kita sendiri pada tahapan (Kridalaksana, 1993; Mahsun, 2005)
keterampilan yang mana kita berada, dan sedalam apa Secara lebih spesifik, metode di dalam penelitian bahasa
penelitian yang akan kita lakukan. dapat di lihat dari dua segi, yaitu (1) segi penelitian itu sendiri,
yang mencakup pengumpulan data beserta cara dan teknik
G. Tentang Istilah “Metode” dan “Metodologi” serta prosedur yang dilakukan, dan (2) metode analisis data
yang melibatkan pendekatan (teori) sebagai alat analisis data
Istilah metode dan metodologi sering dicampur adukkan
penelitian. Jadi, metode penelitian bahasa mencakup metode
dalam membahas tentang penelitian. Kedua istilah ini
dan teknik pengumpulan data kebahasaan yang digunakan
memiliki perbedaan baik dari segi peristilahan maupun
oleh masyakat penutur bahasa, dan metode dan teknik analisis
penggunaannya. Oleh karena itu kita harus membedakan
data kebahasaan yang akan ditemukan rumusan kaidah
kedua istilah ini agar tidak campur aduk di dalam membahas
kebahasaannya sesuai dengan penggunaan bahasa itu sendiri
konsep penelitian ini.
dalam masyarakat tuturnya.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural21 22Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Pendiskripsian terhadap bahasa pada perinsipnya
adalah mendiskripsikan unsur-unsur pokok yang menjadikan
bahasa itu muncul sebagaimana adanya. Menjadikan bahasa
BAB II itu berbeda dengan ciri-ciri khusus yang dimilikinya
dibandingkan dengan bahasa lainnya. Unsur pokok suatu
KEKHUSUSAN PENELITIAN BAHASA
bahasa adalah unsur yang kehadirannya mutlak ada, seperti
adanya panjang dan lebar pada jajaran genjang atau adanya
Penelitian bahasa objek sasarannya adalah bahasa yang
panjang, lebar dan tinggi pada kubus.
digunakan untuk komunikasi. Penelitian bahasa menggeluti
Dalam pendiskripsian bahasa ada empat realitas yang
dan mengolah objek sasaran itu sendiri, yaitu bahasa alamiah
menjadi objek kajian. Mulder menyebut realitas itu dengan
manusia. Untuk itu perlu ditetapkan metode penggelutan
istilah matra. Menurut Mulder ada empat matra yang menjadi
yang tepat dalam mengolah data penelitian bahasa tersebut.
objek ilmu pengetahuan, yaitu matra keumuman (universal),
kekhususan (individual), kesebab-akibatan (causality), dan
A. Perihal Pendiskripsian Bahasa
kewaktuan (tempo). Berikut ini akan dijelaskan keempat matra
Dalam penelitian bahasa yang didiskripsikan adalah tersebut seperti yang dinyatakan oleh Sudaryanto (1988).
satuan-satuan bahasa, yaitu tata bunyi (fonetik dan fonologi),
tata kata (morfologi), dan tata kalimat (sintaksis). 1. Matra keumuman (universality)
Pendiskripsian bahasa adalah menggambarkan bahasa
Dengan matra keumuman, dimungkinkan wujud satuan
sebagaimana adanya. Hasil kerjanya disebut deskripsi bahasa.
lingual yang berbeda-beda dapat dikelompokkan menjadi satu
Dalam linguistik dikenal istilah linguistik deskriptif. Istilah ini
kelompok jenis tertentu, karena wujud satuan lingual tersebut
bertentangan dengan linguistik preskriptif. Linguistik
memiliki sifat keumuman yang sama. Misalnya: kata
deskriptif mendiskripsikan bahasa apa adanya, sesuai dengan
mengambil, berebut, pendaftar, dan penari memiliki sifat
bahasa yang digunakan oleh masyarakat tuturnya. Linguistik
keumuman yang sama, yaitu kata yang mempunyai prefik.
preskriptif mendeskripsikan bahasa sebagaimana seharusnya
Sementara kata ambil, rebut, daftar, dan tari memiliki sifat
sesuai dengan ukuran yang ditetapkan untuk peristiwa
keumuman yang sama pula, yaitu kata dasar.
kebahasaan tertentu yang dipandang baik dan benar.
Adanya matra keumuman ini memungkinkan kita
Menurut Verhaar, ada tiga komponen bahasa yang bisa
memilah-milah data kebahasaan yang ada dengan mencari
dianalisis, yaitu (1) bentuk tuturan (form), (2) makna tuturan
kesamaan ciri yang dimilikinya. Walaupun demikian, kejelian
(meaning), (3) situasi tuturan (context). Pendiskripsian bahasa
peneliti sangat dibutuhkan disini. Tanpa itu, sangatlah sulit
bisa berupa pendiskripsian bentuk saja, bentuk dan makna,
seorang peneliti mampu memilah-milah data kebahasaan yang
bentuk dan situasi, makna ditentukan oleh keduanya, dan
sangat beragam itu menjadi satu wujud satuan lingual yang
bentuk, makna, situasi sebagai kesatuan yang tak dapat
memiliki sifat keumuman yang sama.
dipisahkan. Masing-masing analisis bahasa ini mempunyai
prosedur tertentu dalam pelaksanaan penelitiannya.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural23 24Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
2. Matra kekhususan (Individuality) kelebihdahuluan dan kelebihkemudianan adanya satuan
lingual. Misalnya: kajian linguistik diakronik yang menyelidiki
Matra kekhususan adalah matra yang memungkinkan
perkembangan bahasa dari waktu ke waktu, berbeda dengan
satuan lingual yang satu dibedakan dengan satuan lingual
linguistik sinkronik yang menyelidiki bahasa pada waktu
yang lain. Misalnya: kata-kata mengambil, ambilkan, berebut,
tertentu. Kajian linguistik diakronik memandang bahasa
rebutan, penari, tarian masing-masing pasangannya terdiri dari
dalam perjalanannya dari waktu ke waktu mengalami
kata berprefiks dan kata bersufiks, yaitu masing-masingnya
perubahan atau berevokusi, baik dari sisi leksikon maupun
prefiks meng-, sufiks –kan, prefiks be-, sufiks –an, prefiks pe-,
tatabahasanya. Kajian linguistik sinkronis memandang bahasa
dan sufiks –an.
sebagai suatu objek yang bersifat stabil atau utuh yang
Sama halnya dengan matra keumuman, untuk mampu
digunakan oleh penuturnya dalam berkomunikasi pada waktu
mengaplikasikan matra kekhususan ini diperlukan
tertentu.
kemampuan peneliti memilah-milah data dengan benar dan
Matra kewaktuan ini dapat dibedakan atas waktu
tepat sehingga ditemukan persamaan dan perbedaan masing-
kosmik dan waktu biologis. Waktu kosmik misalnya dahulu,
masing data tersebut. Dari sinilah baru peneliti bisa mencari
sekarang, dan kelak. Waktu biologis misalnya masa bayi,
gejala khusus yang ada di antara data gejala bahasa yang
bocah, remaja, dewasa, tua, renta (uzur). Dalam hubungan
dikumpulkan.
dengan ini linguistik diakronik adalah kajian bahawa dari segi
waktu kosmik. Kajian pemerolehan bahasa anak sesuai dengan
3. Matra kesebabakibatan (Causality)
perkembangan usianya adalah waktu biologis.
Matra kesebabakibatan adalah matra yang
memungkinkan dihubungkannya wujud satuan lingual yang B. Metode Ilmiah dalam Penelitian Bahasa
satu dengan wujud satuan lingual yang lain. Misalnya: kalimat
elips terjadi karena hubungannya sangat rapat. Contoh: Dia Ada beberapa hal yang mendorong sesorang melakukan
makan nasi goreng dan minum es pokat. Kalimat ini dianggap kegiatan ilmiah. Pertama, adanya rasa ingin tahu terhadap
sebagai kalimat majemuk setara dengan konjungsi koordinatif apa-apa yang belum dia ketahui. Kedua, adanya keinginan
‘dan’. Subjek pada klausa kedua (yaitu dia) lesap. Pelesapan ini untuk mengetahui hubungan kausal masalah yang sedang
terjadi karena satuan lingual yang dihubungkan dengan dihadapi. Ketiga, adanya keinginan untuk mengetahui hal-hal
konjungsi ‘dan’ itu sangat rapat, karena itu dimungkinkan yang baru. Adanya dorongan untuk melakukan kegiatan
dilakukannya pelesapan subjek di sini. Tanpa pelesapan ilmiah ini kemudian dilanjutkan dengan upaya-upaya ilmiah
kalimat itu akan menjadi : Dia makan nasi dan dia minum es berupa metode kerja ilmiah.
pokat. Metode kerja ilmiah sangat berbeda dengan kegiatan
sehari-hari. Nazir (1985) menyatakan bahwa ada enam ciri
4. Matra Kewaktuan (Temporal) khas metode kerja ilmiah.
(1) Berdasarkan fakta, yaitu segala sesuatu yang ingin
Matra kewaktuan adalah matra yang menghubungkan diperoleh dalam penelitian haruslah berdasarkan dan
wujud satuan lingual yang satu dengan yang lain dari segi
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural25 26Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
berupa fakta nyata, bukan penemuan yang didasarkan Dengan jelasnya ruang lingkup masalah penelitian ini maka
khayalan atau imajinasi semata. kegiatan penelitian yang dilakukan dapat menjadi lebih
(2) Bebas dari prasangka, yaitu segala sesuatu yang diperoleh terfokus dan terarah.
harus dinilai secara objektif, tidak secara subjektif. Oleh
karena itu perlu dikemukakan alasan-alasan dan bukti- 2. Mengadakan studi perpustakaan
bukti yang lengkap dan objektif. Setelah masalah dirumuskan, perlu diketahui sejauh
(3) Menggunakan prinsip analisa, yaitu interpretasi terhadap mana masalah tersebut pernah dibicarakan atau diteliti
suatu fenomena harus dilakukan dengan analisisa, sebelumnya, bagian mana yang perlu diverifikasi, dan aspek
umpamanya dengan mencari sebab akibat yang logis dan mana yang perlu diperdalam, dan aspek mana yang belum
dengan uraian yang tajam. diteliti sebelumnya. Semuanya itu dapat dilakukan melalui
(4) Menggunakan hipotesa, yaitu pernyataan yang dapat studi perpustakaan. Melalui studi perpustakaan ini dapat
menuntun proses berfikir ke arah tujuan yang ingin disempurnakan rumusan masalah yang sudah dibuat
dicapai. Hipotesa merupakan pegangan bagi peneliti sebelumnya.
untuk menuntun jalan pikiran peneliti sehingga apa yang
ingin diperoleh dapat mengenai sasaran dengan tepat. 3. Mengumpulkan data
(5) Menggunakan ukuran yang objektif, yaitu harus Setelah masalah dirumuskan, dan studi-pustakapun
menggunakan ukuran yang objektif dalam melakukan telah dilakukan, langkah berikutnya adalah mengumpulkan
analisis dan dengan pertimbangan yang masuk akal. data. Teknik mengumpulkan data berbeda-beda sesuai dengan
(6) Menggunakan teknik kuantifikasi, yaitu sedapatnya topik yang diteliti. Tentang ini selanjutnya bisa dilihat pada
digunakan pengukuran kuantitatif, kecuali untuk hal-hal bab teknik mengumpulkan data penelitian.
yang tidak dapat dikuantifikasikan.
4. Menganalisis data dan memberikan interpretasi
Melakukan penelitian dengan menggunakan metode Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengklasifikasian
ilmiah seperti dinyatakan di atas harus dilakukan melalui data, diberi kode, selanjutnya dianalisis. Setelah analisis
langkah-langkah dan proses tertentu. Schluter, Downing, dan dilakukan, diberi tafsiran atau interpretasi terhadap data
Abelson (dalam Nazir, 1985) mengemukakan beberapa tersebut. Data yang tidak relevan dibuang, dan data yang
langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian kurang lengkap segera dilengkapi sehingga semuanya
dengan metode ilmiah. mencukupi untuk mengambil keputusan.
1. Merumuskan dan mendifinisikan masalah
Langkah pertama yang harus ditempuh seorang peneliti 5. Membuat generalisasi dan kesimpulan
adalah merumuskan masalah penelitian. Agar masalah Setelah analisis data dan interpretasi data, dilakukanlah
penelitian itu lebih jelas, perumusan masalah diikuti oleh generalisasi dari temuan-temuan penelitian dan selanjutnya
difinisi masalah sehingga ruang lingkup masalahnya jelas. dibuat kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus
Sebutkan kata-kata kunci (key words) yang ada di dalamnya. berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Bila dirasa

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural27 28Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
perlu, kesimpulan ini dapat diikuti dengan saran-saran yang mulai berbicara dalam berbagai bahasa sehingga timbul
ditarik berdasarkan kesimpulan penelitian dan bagaimana kekacauan, dan mereka mulai berpencar ke seluruh penjuru
implikasinya dalam bidang keilmuan dan kebijakan tertentu. dunia. Itulah cerminan spekulasi yang mereka lakukan
dalam kaitannya dengan banyaknya bahasa-bahasa di
6. Menyusun laporan penelitian dunia.
Kegiatan terakhir dalam penelitian ini adalah menyusun 2. Tahap Observasi dan Klasifikasi. Pada tahap ini para ahli
laporan penelitian dalam bentuk laporan ilmiah. Bentuk bahasa mengumpulkan dan mengklasifikasikan data
laporan yang dibuat amat tergantung kepada lembaga yang kebahasaan secara teliti tanpa memberi teori apapun. Tahap
memberikan dana penelitian atau tergantung pada peraturan ini terjadi pada abad ke-19 dengan studi bahasa yang
yang dibuat oleh lembaga penerima laporan. dikenal dengan filologi dan ilmu perbandingan bahasa. Di
Langkah-langkah ini sebetulnya bisa bervariasi sesuai Indonesia tahap observasi dan klasifikasi ini dilakukan oleh
dengan pendekatan penelitian yang dilakukan. Penelitian pakar Belanda terhadap Bahasa Indonesia dan bahasa-
kuantitatif, misalnya, tentu berbeda dengan penelitian bahasa daerah di Indonesia sebelum kemerdekaan.
kualitatif. Namun, sebagai gambaran umum langkah-langkah Penelitian seperti ini belum dapat dikatakan ilmiah karena
tersebut di atas merupakan langkah yang umumnya dilakukan ilmu tidak hanya tergantung pada data yang terkumpul
oleh peneliti dalam melakukan penelitian. dan diklasifikasikan, tetapi harus memenuhi syarat lainnya,
Seperti ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, ilmu bahasa yaitu eksplisit, sistematis dan objektif. Eksplisit, maksudnya
mempunyai tiga tahap perkembangan sehingga kemudian menyatakan secara jelas kriteria yang mendasari suatu
diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Ketiga tahap penelitian. Sistematis, maksudnya menyatakan prosedur
perkembangan tersebut adalah tahap spekulasi, tahap standar yang dilakukan di dalam penelitian. Objektif,
observasi dan klasifikasi, dan tahap perumusan hipotesis maksudnya hasilnya terbuka terhadap pengamatan dan
(Djajasudarma, 1993). penilaian langsung, sehingga bila eksperimen diulang,
1. Tahap spekulatif. Pada tahap ini manusia bekerja dengan cara hasilnya dan penilaiannya akan tetap sama.
berspekulasi. Pada tahap ini manusia beranggapan bahwa 3. Tahap perumusan hipotesis. Pada tahap ini para ahli bahasa
semua bahasa di dunia ini berasal dari bahasa Ibrani. melakukan penelitian bahasa dengan terlebih dahulu
Bahasa Ibrani dianggap sebagai bahasa yang tertua di dunia mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah
karena Kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. kebahasaan yang akan diteliti. Kemudian hipotesis
Mereka beranggapan terdapatnya banyak bahasa di dunia dirumuskan dan diuji terhadap data. Jika hipotesis sesuai
ini karena banyak manusia yang berdosa. Tuhan dengan data, maka akan muncul teori. Teori harus tuntas,
menghukum manusia yang berdosa dengan membedakan artinya tidak meninggalkan data; konsisten, artinya tidak
bahasanya, sehingga mereka sulit berhubungan satu sama ada pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan; sederhana,
lain. Di kalimantan, suku Dayak Iban mempunyai legenda berarti hemat, tidak berlebihan.
yang menyatakan bahwa dahulu manusia hanya memiliki Dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa
satu bahasa, tetapi karena keracunan cendawan, mereka penelitian bahasa (linguistik) telah memenuhi syarat ilmiah,

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural29 30Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
yaitu tidak hanya mengumpulkan data secara sistematis,
melainkan juga menyusun teori sesuai dengan sasaran 1. Penelitian Bidang Fonologi
penelitian linguistik itu sendiri. Teori adalah penjelasan
Materi penelitian bidang fonologi dapat berupa
tentang data. Teori linguistik berusaha menjelaskan data yang
penelitian fonetik, dan fonemik serta lingkungan fonem dan
berupa ujaran yang digunakan para penutur bahasa serta
keselarasan fonem. Materi fonetik tidak hanya terbatas pada
intuisi tentang bahasa yang mendasari kemampuan bahasa
bunyi bahasa saja akan tetapi dapat pula mencakup
seseorang. Untuk dapat diterima, sebuah teori harus
bagaimana bunyi itu dihasilkan, dan bagaimana bunyi itu
memenuhi syarat: (1) tuntas, maksudnya teori tersebut dapat diterima, sehingga mencakup fonetik artikulatoris dan fonetik
mencakup semua data, (2) konsisten, maksudnya tidak auditoris.
mengandung pernyataan saling bertentangan, dan (3) Unsur-unsur yang dapat diteliti di bidang fonologi,
sederhana, maksudnya mengungkapkan pernyataan- selain yang telah disebutkan di atas, antara lain adalah:
pernyataan secara lugas tentang data (Robins, 1970). 1) Proses terjadinya bunyi bahasa
Pendekatan penelitian bahasa dapat dinyatakan sebagai
Proses terjadinya bunyi bahasa mencakup kajian unsur
berikut: (1) menggunakan metode deskriptif, tidak preskriptif,
organ bicara yang terlibat dalam menghasilkan bunyi–
(2) tidak berusaha mengaplikasikan aturan suatu bahasa ke
bunyi bahasa. Setiap bahasa mempunyai ciri khas
dalam kerangka bahasa lainnya, (3) memperlakukan bahasa
pengucapan bunyi bahasa tertentu. Kajian ini termasuk
sebagai suatu sistim, bukan sebagai kumpulan unsur-unsur
dalam kajian fonetik.
yang terlepas satu sama lain, melainkan suatu kesatuan utuh
2) Fonem vokal dan fonem konsonan
(4) memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang dinamis,
Vokal dan konsonan merupakan dua fonem segmental
selalu berkembang, sejalan dengan perkembangan sosial yang harus diidentifikasi untuk mengetahui sistem fonologi
budaya penuturnya. Oleh karena itu, pendekatan penelitian bahasa. Setiap bahasa mempunyai khasanah fonem vokal
bahasa bisa dilakukan secara deskrptif sinkronis, yakni dan konsonan yang berbeda.
mempelajari bahasa pada satu masa tertentu, dan secara 3) Fonem klaster dan diftong
deskriptif diakronis, yakni mempelajari perkembangan bahasa
Fonem klaster dan diftong merupakan dua atau lebih bunyi
dari waktu ke waktu.
bahasa yang diucapkan dalam satu rangkaian bunyi
bahasa. Kemunculan fonem klaster dan diftong sangat
C. Materi Penelitian Bahasa beragam pada berbagai bahasa. Oleh karena itu kajian
Materi penelitian bahasa dapat berupa komponen tentang dua hal ini akan memperkaya kajian kebahasaan
bahasa itu sendiri seperti bunyi bahasa (fonetik dan fonologi), yang muncul dalam komunikasi.
sistim pembentukan kata (morfologi), sistim pembentukan 4) Perubahan varian fonem
kalimat (sintaksis), dan wacana. Penelitian bahasa dapat pula Fonem akan berfariasi pengucapannya karena dipengaruhi
berupa penelitian bahasa yang berhubungan dengan oleh lingkungan fonem yang terletak sebelum dan
penggunaannya di dalam masyarakat pengguna bahasa sesudahnya.
(sosiolinguistik, pragmatik, psikolinguistik).
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural31 32Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
5) Asimilasi dan disimilasi fonem 3) Sistim afiksasi
Asimilasi adalah proses penyamaan bunyi sesuai dengan Sistim afiksasi berhubungan dengan penambahan prefik,
lingkungannya, misalnya al salam menjadi assalam sufik, konfik, dan infik pada kata dasar.
sementara disimilasi proses pembedaan bunyi dengan 4) Kelas kata
lingkungannya. Kelas kata terkait dengan perilaku nomina, verba, adjective,
adverbia, dan seterusnya.
2. Penelitian Bidang Morfologi 5) Kata tugas
Morfologi adalah bidang ilmu yang mempelajari unsur Kata tugas adalah unsur bahasa yang bersifat tertutup,
bahasa yang mempunyai makna. Morfologi juga membahas tidak mengalami morfemis, berbeda dengan kata yang
tentang sistim pembentukan kata. Morfologi pada dasarnya bersifat terbuka dalam proses morfemis..
adalah meneliti dan memerikan aturan-aturan pembentukan 6) Konjungsi
Konjungsi berfungsi menghubungkan dua unsur atau lebih
kata dalam suatu bahasa. Kata-kata bentukan itu ada yang
pada tataran frasa, klausa, dan kalimat. Jenis-jenis
mempertahankan identitasnya (infleksional) dan ada yang
konjungsi antara lain: konjungsi kkordinatif, subordinatif,
mengubah identitasnya (derivasional). Proses-proses
korelatif, antar kalimat, dan antar paragraph.
morfologis dikaji bentuknya, fungsinya, dan
7) Interjeksi
keproduktifannya,
Interjeksi adalah kata yang berfungsi mengungkapkan
Unsur-unsur yang dapat dijadikan objek penelitian di
perasaan. Misalnya keheranan (eh, oh, astaga, aih, lho),
bidang morfologi antara lain adalah sebagai berikut.
1) Morfem dan kata negatif/meremehkan (sialan, brengsek, bah, idih),
Morfem merupakan kajian satuan bahasa terkecil yang positif/memuji (syukur, asyik, amboi, aduhai), mengajak
mempunyai makna dan kata adalah gabungan dari satu (ayo, mari, ya), bersifat fatis (hai, halo, nah).
atau lebih morfem yang dapat berdiri sendiri dan terbuka 8) Kata majemuk
Kata majemuk merupakan gabungan dua unsure yang
untuk mendapat proses afiksasi dalam proses morfemis.
masing-masing memiliki makna, hasil gabungannya
2) Pembentukan kata
memiliki makna tersendiri, misalnya: tunawisma, pasfoto,
Pembentukan kata dapat dikaji dalam dua jenis, yaitu
mahakuasa, dsb.
derivasi yang merubah makna dan kelas kata dan infleksi
Morfologi juga terbuka untuk mebahas gejala bahasa
yang hanya berupa penanda gramatika. Dengan
mutakhir dalam bahasa-bahasa yang sedang berkembang.
berkembangnya bahasa, sejalan juga dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, pembentukan kata baru
sangat lazim terjadi. Sistim pembentukan kata tentu juga D. Sintaksis
berkembang sesuai dengan kebutuhan berbahasa, baik Sintaksis adalah ilmu yang mengkaji sistim
bahasa tulis maupun bahasa lisan. pembentukan kalimat. Sintaksis pada dasarnya meneliti
kaidah-kaidah pembentukan frasa, pembentukan klausa, dan
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural33 34Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
pembentukan kalimat. Dalam kajian ini diteliti pola frasa dan bahasa itu digunakan, dengan mempertimbangkan siapa yang
macamnya, identitas masing-masing frasa, struktur masing- berbicara, kepada siapa, dimana, dan untuk tujuan apa.
masing frasa, dan tipe-tipe frasa. Psikolinguistik menghaji hubungan bahasa dengan prilaku
Unsur-unsur yang dapat dijadikan kajian bidang dan akal budi manusia, ilmu interdisipliner linguistik dan
sintaksis dapat dinyatakan sebagai berikut. psikologi.
1) Frasa Unsur-unsur yang dapat dijadikan objek penelitian
Frasa adalah satuan sintaksis terkecil dalam bahasa yang sosiolinguistik, pragmatik, dan psikolinguistik antara lain
terdiri atas kata atau gabungan kata. Materi penelitian frasa adalah:
dapat berupa kelas frasa dan tipe frasa. Kelas frasa terdiri 1) Dialek
atas frasa nomina, frasa verba, frasa adjectiva, frasa 2) Variasi bahasa
pronominal, frasa adverbia, dan frasa numeralia. Tipe frasa 3) Kesantunan berbahasa
terdiri atas endosentris dan ekosentris. Frasa endosentris 4) Pemerolehan bahasa
terdiri atas atributif, koordinatif, dan apositif. Frasa 5) Bahasa iklan
ekosentris terdiri atas frasa objektif dan direktif. 6) Bahasa pada situasi tertentu
2) Klausa 7) Pemerolehan bahasa
Klausa adalah unsur kalimat berupa unsur terkecil dari 8) Perkembangan bahasa pembelajar bahasa
wacana. Klausa dapat dilihat dari kerangka kasus (pelaku, Penelitian ini sangat luas cakupannya dan banyak sisi
pengalami, sasaran, instrumen, pemanfaat), ketansitifan, yang dapat dianalisis dari satu gejala bahasa yang muncul.
ujaran langsung dan tak langsung, mode (deklaratif, Hasil kajian sosiolinguistik, pragmatic, dan psikolinguistik
interogatif, imperatif), dan konstruksi aktif dan pasif. dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemecahan masalah
3) Kalimat praktis seperti pengajaran bahasa.
Kalimat dapat diteliti dari sisi kalimat bebas dan tidak
bebas, koodinatif dan subordinatif, kalimat tunggal dan
majemuk, dsb.
4) Paragraf dan Wacana
Kajian paragraf dan wacana meliputi genre (naratif,
deskriptif, prosedur, ekspositori, hortatory, dst), kohesi dan
koherensi, dsb.

E. Sosiolinguistik/Pragmatik/Psikolinguistik
Penelitian sosiolinguistik berhubungan dengan
penggunaan bahasa oleh masyarakat tuturnya dalam
kehidupan bermasyarakat. Penelitian pragmatik mengkaji
makna bahasa dalam kaitannya dengan konteks di mana
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural35 36Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Persiapan lainnya adalah bahwa para peneliti harus
BAB III mencari informasi tentang penelitian-penelitian sebelumnya
yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan
PERSIAPAN PENELITIAN
dilakukan di daerah yang sama. Dalam hal ini peneliti harus
juga memahami kebudayaan masyarakat yang akan
A. Faktor-Faktor Manusia Dalam Penelitian
ditelitinya, termasuk istilah-istilah yang spesifik yang ada di
Penelitian bahasa mengandalkan manusia sebagai alat daerah itu.
pengumpul data dalam berhubungan dengan manusia lain Kalau penelitian itu menangani penelitian struktural,
yang disebut dengan informan bahasa. Oleh karena itu, penelitian itu tidak harus dilakukan di tempat penutur
seorang peneliti harus memahami betul faktor-faktor manusia bermukin. Peneliti dapat saja membawa informan yang
yang dapat mengganggu kelancaran penelitian yang dipilihnya ke tempat lain. Namun, bila peneliti hendak
dilakukan sehingga suatu penelitian itu dapat dilakukan menangani lebih dari pemerian struktural, maka peneliti harus
dengan baik. bergaul dengan masyarakat pengguna bahasa itu sendiri.
Dari sisi si peneliti itu sendiri jelas sekali bahwa dia Dengan kata lain, peneliti harus melakukan penelitian di
harus dibekali dengan pengetahuan dan latihan-latihan dalam tempat penutur itu bermukim. Hal ini disebabkan karena akan
bidang fonetik artikulatoris, metode linguistik fonologi agar memudahkan bagi peneliti mengumpulkan korpus yang
dia mampu memerikan data bahasa lisan di lapangan. Di relevan secara kebudayaan dan tepat secara linguistik. Di
samping itu, seorang peneliti harus juga mempunyai samping itu, peneliti juga bisa mendapatkan fenomena
pengetahuan tatabahasa bahasa-bahasa yang ada di dunia dan kebahasaan yang penting, seperti gaya bahasa, ragam kosa
pengetahuan tentang leksikon. Jelas sekali semua ini akan kata, dan sebagainya.
membantu mereka dalam bekerja di lapangan. Semakin Dari segi masyarakat yang akan ditelitinya, peneliti
banyak dia mengetahui keanekaragaman struktur bahasa dan harus tahu bahwa sikap masyarakat terhadap orang dari luar
bagaimana menangani keanekaragaman struktur tersebut, itu berbeda. Ada yang ramah dan ada yang penuh curiga.
akan semakin berhasil dia dalam meneliti bahasa yang Biasanya yang terakhir ini kurang mau diajak kerjasama.
ditelitinya. Mereka menganggap pendatang dari luar itu sebagai
Sebelum terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, ancaman. Hal ini terjadi karena ketidaksanggupan masyarakat
akan lebih baik kalau para peneliti dibekali terlebih dahulu itu memahami tujuan penelitian bahasa, di mana seorang
dengan latihan intensif wawancara untuk memperoleh data peneliti datang, mengajukan pertanyaan. Masyarakat selalu
dan teknik analisis linguistik. Latihan-latihan ini perlu mencurigai gerak-gerik perilaku peneliti.
dilakukan agar para peneliti tidak merasa canggung dalam Ada masyarakat yang bangga bahwa mereka dipelajari,
menghadapi informan untuk memperoleh data. Berbagai namun sebaliknya ada masyarakat yang tidak karena merasa
teknik wawancara untuk pengumpulan data bahasa harus takut akan terungkapnya mentalitas yang mungkin akan
mereka kuasai dengan baik. dianggap udik. Oleh karena itu peneliti harus memperlihatkan
dirinya sebagai pribadi yang tidak berbahaya terhadap budaya

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural37 38Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
masyarakat setempat. Ini berarti bahwa peneliti harus Bahasa lisan adalah objek penelitian utama dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan yang berlaku dan dapat penelitian bahasa. Objek penelitian bahasa lisan ini merupakan
menyumbangkan sesuatu untuk kesejahteraan masyarakat. objek penelitian dasar dalam penelitian bahasa. Untuk
Untuk itu, peneliti harus memainkan peranan yang diterima melakukan penelitian ini seorang peneliti harus mengumpul-
masyarakat. Oleh karena itu, dapat atau tidaknya diterima kan data di lapangan. Oleh karena itu jenis penelitian ini lazim
masyarakat seseorang banyak ditentukan oleh harapan- disebut sebagai penelitian lapangan (field research), yang tentu
harapan masyarakat. Mungkin diperlukan waktu beberapa saja sikap peneliti sangat berbeda dengan penelitian di dalam
minggu agar penelitian dapat dilakukan dengan lancar. kelas, umpamanya.
Seorang peneliti harus juga memperhitungkan adanya Penelitian lapangan dapat pula dibedakan atas dua jenis,
berbagai kekuasaan yang bersifat politis dalam masyarakat, yaitu penelitian huluan dan penelitian hiliran. Penelitian
karena di dalam suatu kelompok masyarakat tentu ada huluan adalah penelitian dasar atau penelitian awal untuk
pimpinan formal dan informal, pimpinan masyarakat secara bahasa yang baru pertama kali diteliti. Penelitian ini bertujuan
umum dan pimpinan kelompok-kelompok masyarakat. Oleh untuk mengetahui struktur bahasa yang diteliti. Penelitian
karena itu peneliti harus memperlihatkan bahwa dia tidak jenis ini dimulai dari penelitian fonologi, sitem bunyi bahasa
memihak pada suatu kelompok, dapat dipercaya, simpatik, yang ada dalam bahasa itu; kemudian diikuti oleh penelitian
berpakaian secara wajar dan sederhana. Untuk ini dia bisa saja morfologi, sistim pembentukan kata; dan diakhiri dengan
memberikan pelayanan yang tidak dipunyai oleh masyarakat penelitian sintaksis, sistim pembentukan kalimat. Oleh karena
tersebut. Samarin (1966) menyatakan bahwa penelitian itu penelitian huluan ini dikenal juga dengan penelitian
lapangan merupakan pengalaman yang sulit, baru, dan berat. struktural, yaitu melihat bentuk bahasa itu sendiri dari segi
tata bunyi, tata pembentukan kata, dan tata pembentukan
B. Objek Penelitian kalimat.
Penelitian hiliran merupakan kelanjutan dari penelitian
Objek penelitian bahasa adalah bahasa yang digunakan
huluan. Artinya, penelitian ini memanfaatkan data yang sudah
oleh masyarakat penutur bahasa. Secara garis besar objek
ada pada penelitian huluan. Penelitian hiliran adalah upaya
penelitian itu berupa bahasa lisan dan bahasa tulis.
untuk meneliti fungsi bahasa dalam masyarakat. Penelitian
1. Bahasa Lisan
sosiolinguistik dan pragmatik dapat digolongkan pada
Semua bahasa di dunia pasti mempunyai bahasa lisan, penelitian hiliran, karena peneliti harus mengetahui terlebih
kecuali bahasa yang sudah mati, seperti bahasa Latin. Bahasa dahulu struktur bahasa yang diteliti untuk dapat
yang sudah mati maksudnya di sini adalah bahasa yang mengumpulkan data penelitian untuk penelitian-penelitian
penuturnya sudah punah tetapi bahasa itu tetap dipakai untuk ini.
hal-hal tertentu. Bahasa Latin pada saat ini penutur aslinya Beberapa topik yang dapat dijadikan masalah atau objek
sudah tidak ada lagi tetapi bahasa itu tetap dipakai untuk penelitian bahasa lisan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
kegiatan keilmuan. a) Sistem Fonologi
b) Sistem Morfologi

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural39 40Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
c) Sistim Sintaksis Kelemahan dari sistim ini adalah bahwa pemakai
d) Semantik bahasa ini harus menghafalkan sejumlah besar simbol agar dia
e) Pragmatik mampu membaca dan menulis.
f) Sosiolinguistik Logografik dapat ditemukan pada kebanyakan sistim
Penelitian tersebut harus dilakukan berurutan, artinya bahasa tulis bahasa-bahasa lain didunia. Angka 1, 2, 3 ….. dan
penelitian morfologi tidak dapat dilakukan sebelum seterusnya misalnya adalah logografik yang dipakai oleh
ditemukan sistem fonologi bahasa yang diteliti dan penelitian puluhan bahasa-bahasa di dunia. Lambang-lambang
sintaksis belum dapat dilakukan sebelum dilakukan penelitian matematika seperti +, -, x, :, =, %, $, dsb. juga merupakan
morfologi. logografik.

2. Bahasa Tulis b) Silabik (Syllabic Writing)


Bahasa tulis merupakan representasi dari bahasa lisan. Silabik adalah sistim bahasa tulis di mana satu simbol
Bahasa tulis muncul sebagai usaha manusia untuk mewakili satu suku kata (syllable). Contoh bahasa yang
memindahkan sistem bahasa lisan ke atas kertas. Oleh karena menggunakan sistim suku kata dalam sistim tulisnya ini
itu sistem bahasa tulis bahasa-bahasa di dunia ini berbeda- adalah bahasa Jepang dengan tulisan kana. Sistim bahasa tulis
beda, tergantung interpretasi ahli bahasanya untuk Jepang mempunyai dua sistim, yaitu hiragana dan katakana.
memindahkan sistem bahasa lisan ke bentuk tulis. Bahasa tulis Dalam bahasa Jepang, suku kata terdiri dari satu bunyi vokal
yang tertua dan dikenal, seperti bahasa mesir kuno, cenderung atau gabungan satu bunyi vokal dan satu bunyi konsonan.
membuat gambar sesuai dengan wujud objek yang akan Misalnya, hiragana dapat dilihat seperti contoh berikut ini:
disampaikan. Jadi untuk menuliskan ‘orang’ dibuat tulisan
(lebih tepatnya) gambar seperti orang atau ciri-ciri utama yang -a
bisa membedakan orang dan bukan orang. -ma
Menurut Crane et al (1981), dalam sistem komunikasi -ka ケ
manusia dikenal ada tiga sistem bahasa tulis, yaitu logografik,
sillabik, dan alfabetik. Lihatlah pada contoh di atas bahwa tidak ada indikasi
a) Logografik (Logographic Writing) pada simbol-simbol di atas yang menyatakan bahwa vokal
Logografik adalah system bahasa tulis di mana satu yang sama muncul pada masing-masing suku kata. Suku kata
symbol mewakili satu makna. Sistem bahasa tulis seperti ini itu masing-masingnya berbeda, oleh karena itu dituliskan
dapat kita lihat pada bahasa China. Dalam bahasa China dengan cara yang berbeda.

simbol イ, メ, dan エ masing-masingnya berarti “laki-laki”, c) Alfabet (Alphabetic Writing)


“perempuan” dan “gunung”.
Alfabet adalah sistim bahasa tulis di mana satu simbol
melambangkan satu bunyi. Sistim inilah yang kita pakai dalam

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural41 42Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lainnya di dunia yang menerapkan beberapa metode dan teknik pengumpulan data.
menggunakan abjad alfabet sebagai dasar tata tulisnya. Kegiatan berikutnya dia akan menerapkan beberapa metode
Namun untuk bahasa-bahasa tertentu tidak persis dan teknik analisis data sesuai dengan masalah dan tujuan
diaplikasikan sama, seperti bahasa Inggris. Oleh karena itu penelitiannya. Setelah analisis data dilakukan, kemudian
diperlukan satu system lagi, yaitu sistim fonetik. Sistim ini hasilnya diinterpretasikan dan dicari kaidah atau generalisasi
betul-betul konsisten menyatakan satu simbol menyatakan berdasarkan data yang ada.
satu bunyi. Siklus penelitian seperti yang diterangkan di atas dapat
Meskipun sudah dinyatakan bahwa ada tiga system dilihat pada gambar berikut ini.
bahasa tulis bahasa-bahasa di dunia, tetapi kebanyakan bahasa Gambar 1:
menggunakan sistim campuran (mix writing). Bahasa Siklus Penelitian
Indonesia, misalnya, mau tidak mau menggunakan simbol
angka dan lambang matematika lainnya untuk menyatakan Penentuan masalah, pertanyaan,
jumlah dan harga. Demikian juga bahasa Inggris dan bahasa atau hipotesis penelitian
internasional lainnya.
Topik penelitian yang bisa dilakukan untuk bahasa tulis perangkuman dan
ini biasanya tercakup dalam kajian analisis wacana (discourse penentuan tipe
analysis). Kajian tentang alat kohesi dan koherensi, misalnya, penginterpretasian
merupakan topik yang lazim di bahas dalam penelitian bahasa masalah
tulis ini. hasil-hasil
penelitian
C. Penyusunan Proposal Penelitian
Sebelum kita membicarakan tentang penyusunan
penganalisisan
proposal penelitian, marilah kita melihat urutan peristiwa
konteks-
terjadinya kegiatan penelitian itu. Menurut Seliger dan
data dan peme-
Shohamy (1989) penelitian merupakan suatu siklus atau suatu
tualisasi
lingkaran yang terjadi berulang-ulang. Pada saat seseorang
rolehan hasil
merencanakan suatu penelitian dia mempunyai suatu topik
masalah
penelitian yang terangkum dalam wujud masalah atau
nya
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dia pun kemudian
meninjau literatur atau bahan bacaan rujukan dan mencari
pengumpulan
konteks masalah itu dalam bidang ilmu pengetahuan yang
merancangbangun
ada. Kemudian dia melakukan rancangbangun penelitian
data penelitian
sesuai dengan masalah yang dirumuskan, memilih prosedur-
penelitian sesuaidengan tujuannya
prosedur yang tepat untuk mengumpulkan data dengan
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural43 44Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
kepustakaan atau penelitian lapangan? Setelah itu perlu
Sumber: Seliger & Shohamy, 1989 dalam Tarigan 1993 dilakukan telaahan pustaka untuk mencari bahan-bahan
penunjang. Dalam proses ini biasanya terjadi proses evaluasi
Penyusunan proposal penelitian merupakan kegiatan kembali kepantasan topik itu dijadikan penelitian.
pendahuluan yang sangat penting dalam proses penelitian
secara keseluruhan. Keberhasilan suatu penelitian terletak 2. Unsur-Unsur Proposal Penelitian
pada ketepatan penulisan proposal penelitian itu sendiri.
Proposal penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi
biasanya mempunyai unsur-unsur seperti berikut ini.
1. Pengertian Proposal Penelitian
a. Latar BelakangMasalah (Background of the problem)
Proposal penelitian merupakan rencana suatu kegiatan Pada bagian ini dikemukakan mengapa dan apa yang
sebelum kegiatan itu dilaksanakan. Moleong (1989) mendorong peneliti memilih topik penelitian ini.
menyatakan bahwa proposal penelitian diartikan sebagai Diidentifikasikan masalah yang muncul, kalau perlu
usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dibatasi masalah tertentu saja yang akan diteliti, dan
dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian. jelaskan mengapa masalah itu saja yang akan diteliti.
Suriasumantri (1998) menyatakan bahwa proposal penelitian b. Perumusan Masalah (Formulation of the problem)
mengandung seluruh langkah-langkah penelitian, tanpa hasil Rumusan masalah penelitian adalah pernyataan tentang
penelitian. masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian. Masalah
Sebelum menyusun proposal penelitian, peneliti harus penelitian dirumuskan secara singkat dan jelas. Rumusan
menetapkan topik penelitian. Sebagai pemandu, penulis masalah bisa dibuat dalam bentuk pernyataan maupun
proposal dapat mengajukan tiga pertanyaan, (1) Apa yang pertanyaan.
harus diteliti, (2) Jenis data apa yang harus dikumpulkan, dan c. Pertanyaan Penelitian (Research questions)
(3) Pendekatan khusus apa yang harus digunakan (Semi, Pertanyaan penelitian adalah serangkaian pertanyaan yang
1993). diajukan oleh peneliti terkait dengan lingkup rumusan
Ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan masalah penelitian yang telah dinyatakan sebelumnya.
untuk menetapkan topik penelitian. Pertama, topik itu berada Peneliti hendaklah mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dalam wilayah keilmuan yang dikuasai peneliti. Kedua, topik penelitian yang akan terjawab hanya setelah penelitian itu
penelitian itu mempunyai nilai guna ditinjau dari dilakukan.
pengembangan ilmu dan teori bahasa. Ketiga, peneliti mampu d. Tujuan Penelitian (Research Objective)
menggarap topik itu ditinjau dari segi waktu, kemampuan, Tujuan penelitian biasanya sejalan dengan pertanyaan
dan keuangan. Keempat, tersedia bahan-bahan acuan yang penelitian. Dengan adanya rumusan tujuan ini akan terlihat
dapat digunakan untuk menunjang kegiatan penelitian hal-hal yang akan dicapai dalam penelitian ini.
tentang topik tersebut. e. Tinjauan kepustakaan yang terkait dengan topik penelitian
Jenis data yang harus dikumpulkan juga harus (Review of related literature)
ditetapkan, data kualitatif atau kuantitatif? Penelitian
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural45 46Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Tinjauan kepustakaan berisi uraian tentang konsep-konsep data. Pada bagian berikut ini akan dikemukakan secara
yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian. Penulis rinci metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
hendaknya dapat menguraikan hasil-hasil penemuan atau bahasa mencakup deskripsi latar, sumber data, populasi,
teori yang berkaitan dengan masalah yang digarap. sampel, instrumen penelitian, metode dan teknik
Tinjauan kepustakaan merupakan upaya memberikan pengumpulan data, dan metode dan teknik analisis data.
jawaban teoritis terhadap permasalahan yang akan diteliti 1) Deskripsi latar (Description of research location)
dan kecendrungan arah penelitian mutakhir terhadap Deskripsi latar mencakup uraian tentang lokasi
masalah penelitian yang akan diteliti. Teori diperlukan penelitian (tempat data diambil), alasan kenapa tempat
untuk memecahkan masalah atau memberikan gagasan. itu dipilih, dan kapan penelitian itu dilaksanakan.
Pengungkapan teori yang digunakan hendaknya tidak 2) Sumber data (Source of data)
sekedar memajang kutipan teoritis tetapi membahasnya Sumber data menyatakan siapa atau apa yang menjadi
sehingga terdapat kesimpulan untuk keperluan pemecahan sumber data penelitian dan alasan kenapa sumber data
masalah. Dalam kajian kepustakaan ini perlu juga dikaji itu yang dipilih.
hasil penelitian terdahulu yaitu melaporkan hasil 3) Populasi dan Sampel (Population and Sample)
penelusuran penelitian-penelitian terdahulu yang terkait Populasi adalah ruang lingkup yang menjadi sasaran
dengan topik yang dibahas, sehingga jelas posisi penelitian dalam penelitian. Sampel adalah bagian yang mewakili
yang akan dilakukan di dalam jaringan penelitian yang secara representatif dari populasi. Penentuan sampel
sudah dilakukan orang lain. harus dilakukan berdasarkan prosedur, teknik, dan
f. Kerangka Teori alasan yang rasional dan jelas sehingga temuan
Kerangka teori merupakan rumusan teori yang ditulis penelitian dapat mencakup populasi yang ditetapkan.
berdasarkan teori-teori yang dikaji dalam tinjauan 4) Instrumentasi (Instrumentation)
kepustakaan. Kerangka teori disusun sebagai kerangka Instrumentasi merupakan penjelasan tentang instrumen
acuan bagi peneliti dalam memecahkan masalah dan yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
merumuskan hipotesis, bila suatu penelitian memerlukan Pada bagian ini harus dijelaskan apa dan bagaimana
hipotesis. Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penggunaan instrumen yang ditetapkan. Termasuk
terhadap masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus dijelaskan di sini prosedur dan ujicoba instrumen.
yang akan dilakukan. Hipotesis penelitian dirumuskan atas 5) Metode dan teknik pengumpulan data (Methods and
dasar teori yang telah dikaji dan logika, yang kemudian techniqus of data collection)
akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang akan Pada bagian ini dijelaskan metode dan teknik
dilakukan. pengumpulan data, yaitu bagaimana caranya data
g. Metode Penelitian (Methods of research) penelitian itu dikumpulkan, serta apa jenis data yang
Metode Penelitian berisi penjelasan tentang bagaimana dikumpulkan. Perlu dijelaskan pula alasan kenapa cara
suatu penelitian akan dilakukan mencakup materi itu dilakukan.
penelitian, cara mengumpulkan data, dan cara menganalisis

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural47 48Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
6) Metode dan teknik analisis data (Methods and techniques dirangkai dalam bentuk proposal lengkap yang terdiri,
of data analysis) biasanya, atas tiga bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka,
Pada bagian ini dijelaskan metode dan teknik yang dan metode penelitian. Ada juga peneliti yang membuatnya
dilakukan dalam menganalisis data. Analisis data sesuai dengan intisari yang dibutuhkan dalam proposal tanpa
merupakan sajian dalam bentuk hubungan antar data. menulis bab, tetapi dalam bentuk urutan angka 1, 2, 3, 4, dst.
Peneliti dalam hal ini harus menjelaskan langkah- Berikut ini diberikan kerangka proposal penelitian
langkah yang dilakukannya dalam menganalisis data. bahasa yang digunakan sebagai landasan untuk membuat
h. Prosedur Kerja (Research procedures) proposal penelitian (research proposal) dalam bentuk urutan
Prosedur kerja penelitian menjelaskan langkah-langkah angka.
yang disusun secara seksama yang menunjukkan tahapan-
tahapan dalam melaksanakan penelitian. Dalam prosedur a) Model 1: Kerangka Proposal Penelitian Bahasa
kerja akan tergambar jangka waktu penelitian, dan jadwal 1. Latar Belakang Masalah (Background of the problem)
kasar kegiatan penelitian seperti tahap persiapan, A. Latar Belakang Penelitian (Background of research)
pengumpulan data, analisis data, dan pelaporan. Kalau B. Identifikasi Masalah (Identification of the problem)
perlu gambarkanlah besarnya dana yang diperlukan dan C. Pembatasan Masalah (Limitation of the problem)
sumber dananya. Uraian biaya penelitian dapat juga 2. Perumusan Masalah (Formulation of the problem)
disampaikan dengan sub-judul tersendiri dengan 3. Pertanyaan Penelitian (Research question)
menggunakan tabel yang berisi uraian penggunaan dana 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian (Objective and significant
dan besarnya dana yang diperlukan. of the research)
i. Daftar Pustaka (References) 5. Kepustakaan yang berkaitan dengan topik penelitian
Pada bagian akhir proposal, kemukakanlah daftar pustaka (Review of related literature)
yang berisi sumber acuan yang dikutip oleh penulis dalam A. Kajian/Landasan Teori (Theoretical framework)
menyusun suatu proposal. Pada hakekatnya daftar pustaka B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu (Previous research)
merupakan inventarisasi dari seluruh publikasi ilmiah 6. Metode Penelitian (Methods of research)
maupun non-ilmiah yang dipergunakan sebagai rujukan A. Deskripsi Latar (Description of location of research)
bagi pengkajian yang dilakukan. Daftar pustaka disusun B. Sumber Data (Source of data)
menurut abjad berdasarkan nama akhir penulis pertama C. Populasi dan Sampel (Population and sample)
sumber acuan yang dirujuk. D. Instrumentasi (Instrumentation)
E. Teknik Pengumpulan Data (Techniques of data
3. Kerangka Proposal Penelitian Bahasa collection)
F. Teknik Analisis data (Techniques of data analysis)
Sebuah proposal minimal berisi empat hal, yaitu
G. Prosedur Kerja (Research procedures)
masalah penelitian, landasan teoritis terkait dengan masalh
H. Jadwal (dan Anggaran Biaya) penelitian (Research
penelitian, bagaimana cara mengumpulkan data, dan
Schedule (and budget))
bagaimana cara menganalisis data. Keempat hal tersebut
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural49 50Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
7. Daftar Pustaka (References) Proposal yang baik adalah awal untuk melakukan
penelitian dengan hasil yang baik pula. Oleh karena itu,
Itulah salah satu bentuk kerangka proposal penelitian proposal harus mempunyai rencana yang lengkap terkait
sebagai rancangan kegiatan penelitian secara menyeluruh. bagaimana mengumpulkan data dan bagaimana menganalisis
Apabila dibuat dalam bentuk bab dan subbab, maka kerangka data.
proposal itu dapat ditulis sebagai berikut.

b) Model 2: Kerangka Proposal Penelitian Bahasa


BAB I PENDAHULUAN (Introduction)
A. Latar Belakang Masalah (Background of the problem)
B. Identifikasi Masalah (Identification of the problem)
C. Pembatasan Masalah (Limitation of the problem)
D. Perumusan Masalah (Formulation of the problem)
E. Pertanyaan Penelitian (Research question)
F. Tujuan Penelitian (Objective of the research)
G. Manfaat Penelitian (Significance of the research)
BAB II KAJIAN PUSTAKA (Review of the Related
Literature)
A. Kajian/Landasan Teori (Review of the Related Theory)
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu (Previous research)
BAB III METODE PENELITIAN (Methods of the research)
A. Deskripsi Latar (Description of location of research)
B. Sumber Data (Source of data)
C. Populasi dan Sampel (Population and sample)
D. Instrumentasi (Instrumentation)
E. Teknik Pengumpulan Data (Techniques of data
collection)
F. Teknik Analisis data (Techniques of data analysis)
G. Prosedur Kerja (Research procedures)
H. Jadwal (dan Anggaran Biaya) penelitian (Research
Schedule and budget))
DAFTAR PUSTAKA (References)

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural51 52Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Yang paling penting adalah masalah itu harus dapat diuji
dengan perlakuan-perlakuan tertentu sesuai dengan prinsip
pengujian bidang kajian yang dikaji. Masalah hendaklah
BAB IV dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Namun harus diingat
bahwa tidak semua pertanyaan dapat dijadikan masalah atau
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
pertanyaan ilmiah. Pertanyaan yang berupa masalah adalah
yang dapat dilakukan pengujian untuk menjawab pertanyaan
Perumusan masalah penelitian merupakan hulu dari
tersebut.
suatu kegiatan penelitian. Perumusan masalah bukan
pekerjaan yang mudah, termasuk bagi peneliti yang sudah
2. Mempunyai fisibilitas
berpengalaman.
Masalah penelitian timbul karena adanya kesangsian Masalah yang mempunyai fisibilitas itu adalah masalah
atau kebingungan kita terhadap suatu fenomena atau adanya yang dapat dipecahkan. Untuk ini masalah itu harus
celah (gap) antar fenomena yang ada. Kebingungan itu hanya mempunyai hal-hal sebagai berikut (Nazir, 1985):
bisa dijawab dengan benar dengan melakukan penelitian. Jadi, a. Data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut
kegiatan penelitian merupakan upaya untuk memecahkan cukup tersedia.
masalah-masalah dari fenomena yang ada, atau sekurang- b. Biaya untuk memecahkan masalah tersebut dalam batas
kurangnya menutup celah yang terjadi antar fenomena itu. kemampuan peneliti.
Sebelum seorang peneliti merumuskan masalah penelitian, dia c. Equipment dan kondisi memungkinkan.
harus melakukan identifikasi masalah-masalah yang d. Waktu untuk memecahkan masalah itu harus wajar.
berhubungan dengan topik penelitian itu. e. Biaya dan hasil harus seimbang.
f. Administrasi dan sponsor harus kuat.
A. Ciri-ciri Masalah Penelitian yang Baik g. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
Untuk keperluan penelitian skripsi, tesis, maupun
Ada beberapa ciri masalah yang baik untuk diteliti, baik
disertasi, masalah fisibilitas ini harus benar-benar diperhatikan
dari segi isi maupun dari kondisi penunjang untuk
terutama menyangkut masalah pembiayaan, waktu yang
memecahkan masalah yang dipilih tersebut. Di antaranya
tersedia relatif pendek, dan equipment yang dipunyai
dapat dinyatakan sebagai berikut.
universitas yang terbatas.
1. Mempunyai nilai ilmiah
3. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang dipilih hendaklah mempunyai nilai ilmiah
Selain mempunyai nilai ilmiah dan fisibel, masalah yang
atau aplikasi ilmiah dan mengenai hal-hal yang baru, bukan
dipilih hendaklah sesuai dengan kualifikasi dan keahlian
masalah yang sudah banyak dirumuskan orang. Masalah
peneliti. Artinya masalah yang dipilih itu hendaklah sesuai
tersebut hendaklah menyangkut fakta yang kesimpulannya
dengan derajat keilmiahan yang dimiliki peneliti dalam
dapat diambil berdasarkan landasan ilmu bidang tertentu.
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural53 54Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
bidang keahlian yang dimilikinya. Pertimbangan lainnya didalamnya yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
adalah masalah yang dipilih itu harus menarik bagi si peneliti Dalam bacaan tersebut bukan hanya masalah penelitian
sendiri dan cocok dengan bidang kemampuannya. yang kita temukan tetapi juga termasuk teknik dan metode
B. Sumber untuk Memperoleh Masalah Penelitian yang ingin dikembangkan lebih jauh.
4. Catatan dan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi sering
Sumber untuk memperoleh masalah penelitian
dapat dijadikan sumber untuk memperoleh masalah
sebenarnya ada disekeliling peneliti sendiri. Namun
penelitian. Pengalaman bergaul dengan orang-orang dari
kemampuan untuk menggali dan mengindentifikasi masalah
berbagi ras dan jenis, komunikasi yang dilakukan
tidak dimiliki oleh semua orang, karena semua ini tergantung
dengannya, hal-hal yang mempengaruhi komunikasi itu,
pada latar belakang keilmuan yang dimilikinya, termasuk
semuanya dapat dijadikan inspirasi untuk menemukan
derjat daya nalar peneliti dalam memahami ilmu pengetahuan
masalah penelitian.
yang dikuasainya.
Sumber untuk memperoleh masalah penelitian itu dapat
C. Cara Merumuskan Masalah Penelitian
dinyatakan sebagai berikut:
1. Pelajaran yang sedang diikuti. Pelajaran yang sedang diikuti Setelah berhasil mengidentifikasikan masalah dan
dapat menjadi sumber untuk dapat memperoleh masalah memilih masalah yang paling relevan dengan topik yang akan
penelitian. Diskusi kelas dan diskusi dengan dosen dapat diteliti, kegiatan berikutnya adalah merumuskan masalah
menjadi sumber inspirasi untuk memperoleh masalah penelitian. Cara merumuskan masalah penelitian dapat
penelitian. Oleh karena itu, selalulah berfikir kritis dalam dinyatakan sebagai berikut:
menanggapi persoalan kebahasaan pada bahasa-bahasa 1. Masalah bisanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
yang dikuasai peneliti atau bahasa lain yang menurut 2. Rumusan hendaklah jelas dan padat.
pengetahuan peneliti dapat diteliti dan dianalisis 3. Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk
berdasarkan teori kebahasaan yang ada. memecahkan masalah.
2. Pengamatan terhadap kegiatan manusia. Pengamatan terhadap 4. Rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul
kegiatan komunikasi manusia disekitar peneliti dapat penelitian.
menjadi inspirasi bagi seorang peneliti bahasa untuk Hindarilah memilih masalah yang rumusan masalahnya
melakukan penelitian. Seorang pendidik dapat menemukan terlalu umum. terlalu sempit, terlalu local, atau terlalu
masalah ketika dia melihat tingkah laku siswanya dalam argumentatif.
kelas. Seorang peneliti dapat menemukan masalah ketika Ada dua cara untuk merumuskan masalah. Pertama,
dia mengamati komunikasi masyarakat sekitarnya baik menurunkan masalah itu dari teori yang ada, contohnya
yang diamati secara tidak sengaja maupun komunikasi masalah yang berhubungan dengan penelitian eksperimental.
yang muncul dalam konteks lingkungan tertentu. Kedua, adalah masalah yang diperoleh dari hasil observasi
3. Bacaan. Membaca karya ilmiah atau makalah atau hasil- langsung di lapangan, seperti yang sering dilakukan oleh
hasil penelitian terdahulu akan dapat memberikan inspirasi linguis, sosiolog dan budayawan. Berikut ini diberikan contoh
masalah penelitian, karena banyak rekomendasi masalah penelitian berdasarkan Proposal Penelitian
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural55 56Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Fundamental Zaim (2012) yang berjudul “Pergeseran Sistim dalam kalimat pertanyaan (bentuk interogatif), maka tujuan
Pembentukan Kata Bahasa Indonesia”. penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan
Contoh Rumusan Masalah (bentuk deklaratif).
Contoh Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah Penelitian ini bertujuan untuk:
yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dinyatakan 1. memerikan sistem pembentukan kata bahasa tulis dan lisan
sebagai berikut: bahasa Indonesia,
1. Bagaiman kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia 2. mengungkapkan pergeseran sitem pembentukan kata
tulis dan lisan? bahasa Indonesia tulis dan lisan,
2. Bagaimana pergeseran sistim pembentukan kata bahasa 3. mengungkapkan fungsi kata bentukan secara morfologis dan
Indonesia tulis dan lisan? sosiolinguistis,
3. Bagaimana fungsi kata bentukan secara morfologis dan 4. mengungkapkan produktivitas system pembentukan kata
sosiolinguistis? bahasa Indonesia secara morfologis dan sosiolinguistis.
4. Bagaimana produktivitas sistem pembentukan kata
bahasa Indonesia berdasarkan kajian morfologi dan F. Manfaat penelitian
sosiolingistik?
Manfaat penelitian menyatakan kegunaan penelitian
yang dilakukan baik secara teoritis maupun praktis. Secara
D. Pertanyaan Penelitian teoritis manfaatnya dikaitkan dengan khasanah ilmu
pengetahuan. Secara praktis manfaatnya misalnya dapat
Pertanyaan penelitian merupakan masalah penelitian
dikaitkan dengan pembelajaran bahasa, guru, siswa, dsb.
yang lebih spesifik dibandingkan dengan rumusan masalah.
Contoh Rumusan Manfaat Penelitian
Rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam konsep yang
lebih abstrak dibandingkan dengan pertanyaan penelitian
Temuan penelitian ini bermanfaat dari sisi keilmuan (teoritis),
yang bersifat lebih kongkrit. Kebanyakan penelitian hanya penggunaan bahasa (praktis), dan pengajaran bahasa (aplikatif).
sampai pada rumusan masalah penelitian, tidak mempunyai 1. Secara keilmuan (teoritis), kajian ini bermanfaat terhadap
pertanyaan apenelitian, karena rumusan masalah penelitian pengembangan kajian ilmu bahasa khususnya bidang kajian
sudah cukup aplikatif menggambarkan apa yang akan diteliti. morfologi dan sosiolinguistik. Selanjutnya hasil penelitian ini
bermanfaat untuk menyempurnakan tatabahasa baku bahasa
E. Tujuan penelitian Indonesia terutama dalam penataan sistem pembentukan kata.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam
Setelah masalah dirumuskan, kegiatan berikutnya memahami kemunculan kata baru dalam bahasa Indonesia.
adalah merumuskan tujuan penelitian. Tujuan penelitian 3. Secara aplikatif, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
adalah suatu pernyataan atau statement tentang apa yang kajian kebahasaan dalam pengajaran bahasa di sekolah
ingin kita cari. Jadi, kalau masalah penelitian dinyatakan menengah dan perguruan tinggi.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural57 58Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
informasi tentang buku serta bacaan apa yang ada di
BAB V perpustakaan.
1. Kartu Katalog Perpustakaan
STUDI KEPUSTAKAAN
Kartu katalog merupakan sebuah indeks yang
Studi kepustakaan merupakan suatu tahapan yang mengurutkan semua publikasi yang dipunyai oleh
penting dalam rangkaian kegiatan penelitian bahasa untuk perpustakaan. Tiap kartu katalog berisi nama pengarang,
mengetahui sampai sejauh mana ilmu yang berhubungan judul publikasi, kota penerbit, nama penerbit, tahun terbit,
dengan penelitian yang akan dilakukan itu telah berkembang, keterangan tentang jumlah halaman, anotasi, dan lain-lain.
dan sampai di mana penelitian-penelitian yang berkaitan Tiap buku atau publikasi biasanya mempunyai 3 kartu
dengan itu telah dilakukan orang. Dengan kata lain, katalog, yaitu katalog menurut pengarang (author card),
menelusuri literatur yang ada dan menelaahnya dengan teliti menurut isi (subject card), dan menurut judul (title card). Kartu
merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam katalog disusun menurut abjad seperti dalam kamus.
mempersiapkan penelitian. Dengan melakukan studi Kartu katalog menurut isi menyatakan isi dari suatu
kepustakaan ini, seorang peneliti dapat belajar secara lebih publikasi. Kartu ini dikelompokkan menurut bidang ilmu.
sistematis bagaimana cara menulis ilmiah, mengungkapkan Misalnya, jika mau mencari buku tentang morfologi, maka
buah fikiran, dan berfikir analitis dan kritis dalam jangan cari kartu isi dengan heading “morfologi”, tetapi harus
mengerjakan penelitiannya. dicari kartu dengan heading “bahasa”.
Crowley (2007) menyatakan kajian kepustakaan dapat
membantu peneliti memahami bahasa yang akan diteliti, 2. Buku Referensi
termasuk sejarah dan budaya masyarakatnya. Untuk Buku referensi ini berisi uraian singkat tentang suatu
kepentingan yang lebih praktis, misalnya, buku panduan informasi tertentu. Bahan dari buku referensi ini bukan untuk
perjalanan (travel guide book) dapat membantu peneliti tentang dibaca secara keseluruhan, tetapi hanya bagian-bagian tertentu
informasi masyarakat yang akan dikunjungi, termasuk yang dibutuhkan saja. Buku referensi di perpustakaan ada dua
informasi transportasi dan akomodasi di tempat yang jenis, yaitu referensi yang memberikan informasi langsung
dikunjungi. Oleh karena itu, kajian kepustakaan tidak hanya dan referensi yang memberi petunjuk pada sumber referensi.
untuk kepetingan kajian teoritis, tetapi juga untuk Jenis referensi yang memberikan informasi langsung
kepentingan praktis penelitian. adalah kamus, ensiklopedi, direktori, almanak, buku atlas, dan
buku statistik. Jenis referensi yang tidak memberikan
A. Sumber Kepustakaan informasi langsung, tetapi memberikan petunjuk tentang
Ada dua sumber utama kepustakaan yang dapat sumber informasi tersebut adalah bibliografi, indeks, dan
ditelusuri di perpustakaan, yaitu kartu katalog perpustakaan abstrak.
dan buku referensi. Kedua sumber ini dapat memberikan

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural59 60Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
B. Mengutip Bahan Bacaan ingat dalam memperoleh suatu informasi. Kertas yang
digunakan untuk membuat catatan kutipan ini adalah kertas
Setelah kita menemukan buku rujukan yang dicari, baik
tebal dengan ukuran 5 x 8 inchi (13 x 21 cm).
melalui kartu katalog maupun buku referensi, maka langkah
Ada tiga jenis kutipan yang bisa dilakukan, yaitu
selanjutnya adalah membaca dan mencatat informasi yang
kutipan langsung, parafrase, dan kesimpulan.
diperlukan. Berikut ini akan disampaikan beberapa hal yang
a. Kutipan langsung, adalah mengutip secara langsung tanpa
perlu dilakukan dalam membaca dan mencatat bahan bacaan
mengubah satu katapun dari kata-kata pengarang yang
kepustakaan tersebut.
dikutip. Kalimat yang dikutip itu dibuat dalam dua tanda
kutip.
1. Membaca Bahan Bacaan
b. Parafrase, adalah mengutip isi bacaan dengan menggunakan
Tujuan utama membaca bahan bacaan untuk keperluan kata-kata pembaca sendiri.
penelitian ini adalah untuk mencari apakah keterangan- c. Kesimpulan, adalah mencatat sinopsis atau kependekan dari
keterangan mengenai penelitian yang akan dilakukan tersedia keseluruhan informasi yang ada dalam bacaan dengan
atau tidak. Disamping itu membaca juga dilakukan untuk menggunakan kata-kata sendiri.
memperoleh latar belakang yang cukup di dalam topik Cara menulis referensi di mana kutipan itu dimuat
penelitian yang akan diteliti. mempunyai aturan tersendiri. Unsur-unsur referensi yang
Nazir (1985) menyatakan bahwa secara umum kegunaan perlu ada dalam kartu kutipan apabila dikutip dari buku
membaca bahan bacaan adalah sebagai berikut: adalah nama pengarang, tahun terbit, judul buku, tempat
a. Melihat apakah masalah yang diteliti sudah pernah dikaji terbit, penerbit, dan halaman tempat kutipan itu diambil.
ataukah masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang Kalau kutipan itu diambil dari jurnal ilmiah, yang diperlukan
masalah tersebut. adalah nama pengarang, judul artikel, nama jurnal, nomor
b. Memperoleh ide, metode, atau keterangan yang berguna jurnal dan bulan serta tahun terbit, serta halaman utuh artikel
dalam memecahkan masalah penelitian yang diteliti atu itu dalam jurnal dimaksud. Sementara, kalau kutipan itu
memilih masalah itu sendiri. diambil dari website, yang diperlukan adalah nama
c. Memperoleh data komparatif yang dapat dimanfaatkan pengarang, judul artikel, alamat website, dan tanggal artikel
untuk menginterpretasikan hasil penelitian yang akan tersebut diakses.
dilakukan.
d. Menambah pengetahuan umum peneliti. 3. Teknik Merujuk dan Mengutip
1) Teknik Merujuk (Perujukan)
2. Mengutip dari Bahan Bacaan
a. Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir
Informasi yang dirasakan penting dari bahan bacaan dan tahun di antara tanda kurung. Bila perujukan ditulis
yang dibaca dapat dikutip untuk keperluan penelitian yang di awal kalimat maka dilakukan seperti contoh berikut:
akan dilakukan. Kutipan itu perlu dicatat pada lembaran Kridalaksana (1990:123). Namun, bila perujukan ditulis
kertas tertentu karena manusia mempunyai keterbatasan daya
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural61 62Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
di akhir kalimat maka dilakukan seperti contoh berikut: a) Nama penulis ditulis sebelum kutipan (terpadu
(Kridalaksana, 1990:123) dalam kalimat)
b. Jika penulisnya lebih dari dua orang, penulisan rujukan Contoh: Pitnawati (2001:265) menyimpulkan
dilakukan dengan cara menulis nama akhir dari penulis “kebiasaan belajar memiliki kaitan yang
pertama dan diikuti dengan dkk. Misalnya: Kridalaksana erat dengan prestasi belajar”
dkk (1990:123) b) Nama penulis ditulis sesudah kutipan
c. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan Contoh: Kesimpulan dari penelitian itu adalah
dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, “kebiasaan belajar memiliki kaitan erat
nama dokumen yang diterbitkan atau nama Koran. dengan prestasi belajar” (Pitnawati,
Misalnya: Universitas Negeri Padang (1999:234), Kompas 2001:265).
(1 Januari 2000).
d. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan 2) Kutipan 40 Kata atau lebih
cara menyebutkan nama penulis aslinya. Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa
e. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh tanda kutip secara terpisah dari teks yang
penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda mendahuluinya. Kutipan ini ditulis menjorok ke dalam
kurung dengan menggunakan tanda pemisah titik koma. teks 1,5 cm dari tepi sebelah kiri dan kanan, dan diketik
Misalnya: (Kridalaksana, 1990; Purwo, 1991) dengan spasi tunggal. Nomor halaman kutipan harus
ditulis.
2) Teknik Mengutip (Pengutipan) Contoh:
Mengutip sangat erat kaitannya dengan merujuk dalam Arikunto (1986:58) menjelaskan pengertian
proses penulisan karya ilmiah. Mengutip dapat dibedakan atas validitas isi sebagai berikut:
mengutip langsung (kutipan langsung) dan mengutip tidak Sebuah tes dikatakan
langsung (kutipan tidak langsung). memiliki validitas isi apabila
a. Kutipan Langsung mengukur tujuan khusus
Kutipan langsung dapat pula dibedakan atas kutipan tertentu yang sejajar dengan
kurang dari 40 kata dan kutipan 40 kata atau lebih. materi atau isi pelajaran yang
1) Kutipan Kurang dari 40 Kata diberikan, Oleh karena
Kutipan yang kurang dari 40 kata ditulis di antara materi yang diajarkan tertera
tanda kutip (“…”) sebagai bagian yang terpadu dalam dalam kurikulum maka
teks utama. Rujukan dapat ditulis sebelum kutipan atau validitas isi ini sering juga
sesudah kutipan dengan menuliskan nama akhir disebut validitas kurikuler.
penulis, tahun penerbitan, dan nomor halaman. Cara Validitas isi dapat
penulisannya dapat dilihat pada contoh berikut. diusahakan tercapainya sejak
saat penyusunan dengan cara

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural63 64Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
memerinci materi kurikulum
atau materi buku pelajaran.

Apabila dalam mengutip langsung ada sebagian kata- b) Nama penulis ditulis sesudah kutipan
kata dalam kalimat yang dibuang, maka kata-kata yang Contoh:
dibuang diganti dengan tiga titik. Contoh: Permintaan maaf dan pelunakan ungkapan
“Interchangeability berarti … penutur mampu digunakan untuk membangun kesantunan ujaran
membuat kembali pesan linguistik yang ia karena cara itu dapat mengurangi rasa sombong
terima” (Alwasilah, 1993:33). dan keangkuhan penutur (Manaf, 1999:27).

Apabila ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang C. Membuat Daftar Rujukan
dibuang diganti dengan empat titik. Contoh:
Daftar rujukan merupakan daftar buku, artikel, makalah
“Semua penutur bahasa bisa bertindak sebagai
atau bahan rujukan lainnya yang dikutip baik secara langsung
pembuat dan penerima pesan-pesan …. Ciri ini
maupun tidak langsung. Daftar rujukan berisi (1) nama
pula yang memungkinkan jalannya komunikasi
penulis yang ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal,
dalam sosialisasi umat manusia” (Alwasilah,
dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan,
1993:33).
(3) judul, termasuk subjudul, (4) kota tempat buku diterbitkan,
dan (5) nama penerbit. Secara lebih rinci ketentuan ini dapat
b. Kutipan Tidak Langsung
dilihat pada penjelasan berikut ini.
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dismpaikan
dengan bahasa penulis sendiri. Kutipan seperti ini ditulis
1. Rujukan dari Buku
tanpa tanda kutip dan ditulis terpadu dalam teks. Nama
penulis dapat ditulis terpadu dalam teks apabila ditulis Rujukan dari buku ditulis dengan urutan sebagai
sebelum kutipan tidak langsung itu, atau ditulis setelah barikut : Nama penulis (diawali dengan nama akhir),
kutipan dengan membuatnya di dalam kurung bersama tahun penerbitan, judul buku (ditulis dengan huruf
tahun penerbitannya. Jika memungkinkan nomor halaman miring dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali
kutipan disebutkan. Lihatlah contoh berikut ini. kata penghubung), tempat penerbitan, dan nama penerbit.
a) Nama penulis ditulis sebelum kutipan (terpadu dalam Contoh:
kalimat) Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa.
Contoh: Bandung: Angkasa.
Manaf (1999:27) menduga bahwa permintaan maaf dan Arikunto, Suharsimi. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi
pelunakan ungkapan digunakan untuk membangun Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara.
kesantunan ujaran karena cara itu dapat mengurangi
rasa sombong dan keangkuhan penutur.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural65 66Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
2. Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada dengan cetak miring), volume (tahun keberapa), nomor
Editornya) jurnal (dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel
Cara penulisannya sama dengan rujukan buku, tersebut. Contoh:
tetapi untuk ditamah dengan tulisan (Ed.) jika ada satu
editor dam (Eds.) jika editornya lebih dari satu, di antara Manaf, Ngusman Abdul. 1999. Strategi Kesantunan
nama penulis dan tahun penerbitan. Contoh: Berbahasa Indonesia Kaum Wanita Penutur
Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang
Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Bahasa Minangkabau Dalam Tindak Tutur
Malang: HISKI Komisariat Malang dan Y3. Memerintah. Humanus, II (1):19-30.
Long, M.H. & Richard, J.C. (Eds.). 1987. Methodology in Zaim, M. dan Sunaryo 2001. Upaya Meningkatkan
TESOL: A Book of Reading. Boston, Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris di Kelas
Massachusetts: Heinle & Heinle Publishers. dengan “Guided Speaking”. Buletin
Pembelajaran, 24 (3): 182-200
3. Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada
Editornya) 5. Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM

Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti dengan Penulisan daftar rujukannya sama dengan rujukan
tahun penerbitan. Judul artikel ditulis tanpa cetak miring. artikel dalam jurnal, ditambah dengan penyebutan CD-
Nama editor ditulis seperti menulis nama biasa, diberi ROM dalam kurung. Contoh:
keterangan (Ed.) bila hanya satu editor, dan (Eds.) bila
lebih dari satu editor. Judul buku kumpulannya ditulis Krashen, S., Long, M. & Scarcella, R. 1979. Age, Rate
dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan and Eventual Attainment in Second Language
dalam kurung. Contoh: Acquisition. TESOL Quarterly, 13:573-582 (CD-
ROM: TESOL Quarterly-Digital, 1997).
Gaies, S.J. The Investigation of Language Classroom
Processes. Dalam Long & Richard (Eds). 6. Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran
Methodology in TESOL: A Book of Reading Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan
(hlm.329-338). Boston, Massachusetts: tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Judul artikel ditulis
Heinle & Heinle Publishers. dengan cetak biasa dan huruf besar pada setiap huruf
awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah atau Koran
4. Rujukan dari Artikel dalam Jurnal ditulis dengan cetak miring dan huruf besar pada setiap
Nama penulis diikuti dengan tahun penerbitan, judul huruf awal kata, Nomor halaman disebut pada bagian
artikel (ditulis dengan cetak biasa dengan huruf besar pada akhir. Contoh:
setiap kata, kecuali kata penghubung), nama jurnal (ditulis
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural67 68Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Suryadarma, S.V.C. 1990. Prosesor dan Interface: 10. Rujukan Berupa Karya Terjemahan
Komunikasi Data. Info Komputer, IV (4):P 4648.
Nama penulis asli ditulis di bagian awal, diikuti
tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama
7. Rujukan dari Koran Tanpa Penulis
penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan
Nama Koran ditulis di bagian awal. Setelah itu, dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan
ditulis tanggal, bulan, dan tahun, kemudiandiikuti dengan buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata Tanpa
judul, yang dtulis dengan huruf besar-kecil dan dicetak Tahun. Contoh:
miring dan diikuti dengan nomor halaman. Contoh:
Jawa Pos. 22 April 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Larson, M.L. 1984. Penerjemahan Berdasar Makna:
Mandiri, hlm. 3. Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa.
Terjemahan oleh Kencanawati Taniran.1989.
8. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Jakarta: Arcan
Diterbitkan oleh Suatu Penerbit Tanpa Penulis dan Tanpa
Lembaga 11. Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Nama dokumen ditulis di bagian awal dan dicetak
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti tahun
miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit
yang tercantum di sampul, judul skripsi, tesis atau
dan nama penerbit. Contoh:
disertasi ditulis dengan cetak miring, diikuti dengan
pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989
nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas
tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta:
serta nama perguruan tinggi. Contoh:
PT Armas Duta Jaya.
Amalia, Nur. 2001. Efektifitas Metode SQ3R terhadap
9. Rujukan dari Dokumen yang ditulis Atas Nama Lembaga
Kemampuan Siswa SMU Muhammadiyah 2
Tersebut
Palembang dalam Memahami Teks Bacaan Bahasa
Nama lembaga penanggung jawab ditulis di bagian Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Padang:
awal, diikuti dengan tahun, judul tulisan dan dicetak Program Pascasarjana Universitas Negeri
miring, nama tempat lembaga penerbit dan nama lembaga Padang.
yang bertanggungjawab atas penerbitan tulisan/dokumen Zaim, M. 1997. The Acquisition of Questions by Indonesian
tersebut. Contoh: Adult Learners of English as a Foreign Language.
Disertasi tidak diterbitkan. Launceston:
Universitas Negeri Padang. 2001. Buku Pedoman University of Tasmania
Akademik Universitas Negeri Padang Tahun 2001.
Padang: Universitas Negeri Padang.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural69 70Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
12. Rujukan Berupa makalah yang Disajikan dalam Seminar, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan dan
Penataran, atau Lokakarya keterangan kapan diakses, dibuat dalam kurung. Contoh:
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan
tahun penyajian, judul makalah, ditulis dengan cetak Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan
miring, kemudian dilanjutkan dengan pernyataan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan,
“Makalah disajikan dalam …”, nama pertemuan, lembaga Online, Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.
penyelenggara, tempat penyelenggaraan, dan tanggal ac.id, diakses 20 Januari 2010.
serta bulan penyelenggaraan. Contoh:
15. Rujukan dari Internet berupa Bahan Diskusi
Huda, N. 1991. Penulisan Laporan penelitian untuk Jurnal. Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan
Makalah disajikan dalam Lokakarya penelitian tangggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama bahan
Tingkat dasar bagi dosen PTN dan PTS di malang diskusi (dicetak miring), kemudian buat keterangan dalam
Angkatan XIV, Pusat Penelitian IKIP Malang, kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat sumber
Malang, 12 Juli. rujukan dan keterangan kapan diakses, dibuat dalam
kurung. Contoh:
13. Rujukan dari Internet berupa Karya Individual
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing
tahun, judul karya tersebut (dicetak miring), kemudian buat Internet Sites. NETTRAIN Discussion List.
keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu,
alamat sumber rujukan dan keterangan kapan diakses, diakses 22 Nopember 1995).
dibuat dalam kurung. Contoh:
16. Rujukan dari Internet berupa E-mail Pribadi
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1986. A Survey of Nama pengirim e-mail ditulis paling depan, diikuti
STM Online Journals, 1990-95: The Calm before keterangan dalam kurung alamat e-mail pengirim,
the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton. kemudian diikuti berturut-turut tanggal, bulan, tahun,
ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni topik (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai
1996). keterangan dalam kurung alamat e-mail yang dikirimi.
Contoh:
14. Rujukan dari Internet berupa Artikel dari Jurnal Davis, A. (a.davis@uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan to Use Web Authoring Tools. E-mail kepada
tahun, judul karya tersebut (dicetak miring), kemudian buat Alison Hunter (huntera@usq.edu.au).
keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural71 72Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
D. Sumber Bacaan BAB VI
Selain referensi, seperti telah dinyatakan di atas, DATA KEBAHASAAN
beberapa sumber bacaan dapat digunakan untuk studi
kepustakaan, di antaranya adalah buku teks, jurnal, dan Data merupakan kumpulan fakta-fakta yang diolah oleh
annual review. ilmuwan menjadi sesuatu yang bermakna. Data dalam
penelitian merupakan bahan dasar atau bahan baku utama
1. Buku Teks untuk menjelaskan suatu fenomena. Data tidak sama dengan
objek penelitian. Kita dapat membedakan tiga istilah dalam
Buku teks adalah tulisan ilmiah berkenaan dengan suatu
penelitian bahasa, yaitu data, objek penelitian, dan konteks
bidang ilmu yang biasanya digunakan sebagai buku pegangan
objek penelitian.
dalam mata kuliah tertentu. Buku teks dalam bidang bahasa
misalnya buku Fonologi, Morfologi, Sintaksis. Di samping ketiga hal di atas, dalam bagian ini juga akan
dibahas masalah populasi dan sample penelitian, korpus dan
2. Jurnal mentes, serta sumber data. Kesemuanya ini terkait dengan
Jurnal adalah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah data kebahasaan yang merupakan inti dalam proses penelitian
berupa hasil penelitian atau hasil olah pikir para ahli di bahasa.
bidangnya yang diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah. A. Data dan Objek Penelitian
Biasanya jurnal ilmiah ini terbit empat, tiga, atau dua kali
Data merupakan bahan penelitian yang diperoleh
setahun. Sebuah jurnal berisi beberapa artikel dalam satu
dengan metoda dan teknik tertentu dari sumber data. Dari
volume penerbitannya dan ditulis oleh banyak pengarang di
kumpulan data diharapkan objek penelitian dapat dijelaskan,
bidangnya.
karena di dalam data itulah terdapatnya objek yang akan
diteliti. Di dalam data kita dapat menemukan konteks
3. Annual Review
kemunculan objek penelitian. Dengan kata lain dapat
Annual Review berisi ulasan-ulasan tentang literatur dinyatakan bahwa data berisi objek sasaran penelitian dan
bidang tertentu yang telah diterbitkan tahun sebelumnya. konteksnya.
Sebagai contoh mari kita lihat penjelasan berikut ini.
Apabila seseorang mau meneliti awalan me- dalam Bahasa
Indonesia, maka objek penelitiannya adalah awalan me- dalam
Bahasa Indonesia. Data penelitiannya bukanlah awalan me-,
tetapi semua kata yang mengandung awalan me-, seperti
mendengar, membawa, mengambil, meraba, dan sebagainya.
Contoh lainnya adalah apabila objek penelitiannya konjungsi,

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural73 74Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
maka datanya adalah kalimat-kalimat majemuk yang C. Konteks Data
mempunyai konjungsi.
Konteks data adalah komponen dasar yang menjadi
Dari contoh-contoh di atas dapat dinyatakan bahwa data
syarat adanya data. Konteks data di sini dapat berupa penutur,
merupakan satuan lingual yang berada pada tataran yang
isi tuturan, situasi tuturan, dan hubungan antar penutur,
lebih tinggi daripada objek penelitiannya (Sudaryanto, 1988).
Konteks data berupa penutur berhubungan dengan siapa yang
Untuk penelitian afiksasi (misalnya awalan me-), data
berbicara dan kepada siapa. Ini menyangkut dengan status
penelitiannya adalah kata. Sementara untuk objek penelitian
sosial, usia, jenis kelamin dan lain sebagainya. Konteks data isi
kata (misalnya konjungsi), data penelitiannya adalah kalimat,
tuturan berupa substansi lingual, dan informasi yang
yaitu kalimat majemuk berkonjungsi.
diberikan. Situasi tuturan menyangkut tempat, waktu, dan
Walaupun demikian perlu dinyatakan bahwa untuk data
lingkungan tuturan. Sementara, hubungan antar penutur
yang sama dapat dilakukan penelitian yang berbeda. Misalnya
menyangkut kadar keintiman dan keformalan hubungan
penelitian tentang afiks, morfem, dan fonem, sama-sama
orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tuturan.
menggunakan kata sebagai data penelitian. Dengan demikian
Dari penjelasan di atas terlihat perbedaan antara konteks
bisa saja dilakukan bahwa dari data kebahasaan yang telah
objek penelitian dan konteks data. Konteks objek penelitian
diperoleh di lapangan dapat dilakukan beberapa penelitian
bersifat lingual, sementara konteks data cenderung bersifat
yang berbeda.
non-lingual.
B. Konteks objek penelitian
D. Sampel Penelitian
Konteks objek penelitian bahasa dapat berupa satuan
Sampel penelitian pada dasarnya adalah bahan mentah
lingual yang terdapat di sekitar objek sasaran penelitian itu
penelitian atau calon data. Sampel dalam penelitian bahasa
sendiri. Konteks itu secara linear terdapat di sebelah kiri atau
berupa tuturan yang diperoleh dari sumber data yang di
kanan objek penelitian. Pada penelitian lain konteks objek
dalamnya terdapat data penelitian. Tuturan yang dimaksud di
penelitian itu dapat pula tidak berupa satuan lingual.
sini dapat berupa monolog, dialog atau narasi, cerita yang
Konteks objek penelitian yang dimaksud, baik lingual disampaikan oleh sumber data. Dengan kata lain dapat
maupun non-lingual, akan sangat menentukan identitas objek dinyatakan bahwa sampel adalah asal substansif data.
sasaran penelitian. Misalnya morfem “di” bisa diberi identitas Ada dua jenis sampel penelitian. Jenis yang pertama
preposisi pada konteks tertentu, misalnya “di Padang”, “di adalah bentuk bahasa yang sudah ada atau sudah tersedia.
rumah”, dan “di kamar”. Bentuk morfem yang dapat pula Sampel jenis ini dapat ditemukan dalam bentuk bahasa tulis
diberi identitas prefiks pada konteks yang lain, misalnya pada media cetak tulis seperti surat kabar, majalah, buku,
“dimengerti”, “diambil”, dan “didengar”.. surat, karya sastra, pidato-pidato resmi yang dituliskan,
peraturan pemerintah/perundang-undangan, karya ilmiah
dan lain sebagainya. Jenis yang kedua adalah bentuk bahasa
yang muncul dari proses pemancingan terhadap penuturnya

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural75 76Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
baik berupa kata, kalimat, atau wacana monolog, dialog, dan aspek lahir data atau badan data (the body of data). Aspek
narasi. Sampel jenis kedua ini sengaja diciptakan atas batinnya yaitu kebermaknaan data itu ada pada jiwa peneliti.
kehendak peneliti oleh penutur yang sengaja dipilih untuk itu Aspek batin ini disebut “mentes”, yaitu aspek yang tercatat
yang disebut informan. dalam jiwa penelitinya.
Adanya korpus dan mentes inilah yang menjadi alasan
E. Populasi Penelitian kuat mengapa pengumpulan data itu hendaklah dilakukan
oleh peneliti sendiri. Dengan mencatat sendiri data penelitian
Populasi dalam pengertian data kebahasaan adalah
itu, maka si peneliti akan mengetahui aspek batin dari data
segenap tuturan yang dihasilkan oleh sumber data, baik yang
penelitiannya. Dia akan mengetahui konteks bagaimana bunyi
sudah ada maupun yang sengaja diadakan, yang didalamnya
bahasa itu dihasilkan oleh penuturnya waktu proses
terdapat objek sasaran penelitian. Dengan kata lain populasi
pengumpulan data dilakukan.
penelitian adalah semua tuturan yang berisi data penelitian
Tidak semua ujaran yang diperoleh dilapangan dapat
yang sedang atau akan dilakukan. Tidak ada keharusan untuk
dijadikan korpus penelitian. Oleh karena itu, agar kita tidak
mengumpulkan data dari keseluruhan populasi. Seorang
terjebak pada masukan data yang kita peroleh untuk bisa
peneliti dapat mengambil sampel dari populasi yang
dianalisis, kita harus mempertimbangkan sifat-sifat korpus
jumlahnya dianggap memenuhi syarat penelitian. Dengan kata
yang baik. Sifat-sifat korpus yang baik itu dapat dinyatakan
lain, dari populasi penelitian inilah sampel diambil.
sebagai berikut:
Pada kegiatan penelitian secara umum, istilah populasi
1. Seragam secara dialektis, maksudnya seluruh data dalam
selalu dikaitkan dengan jumlah manusia yang termasuk dalam
korpus itu harus dari satu dialek saja. Adanya variasi
lingkup penelitian yang dilakukan. Karena jumlahnya begitu
ujaran hendaklah diwaspadai sebagai cerminan dialek yang
besar sehingga tidak mungkin terjangkau oleh peneliti
berbeda pada bahasa yang kita teliti.
semuanya, maka untuk penelitian itu diambil sebagian saja
2. Lazim dan biasa, yaitu ujaran yang dikumpulkan digunakan
yang dipandang dapat mewakili keseluruhannya. Sebagian
dalam situasi wajar. Namun, kita harus menyadari bahwa
jumlah yang dipandang dapat mewakili itulah yang kemudian
kelaziman suatu ujaran itu tergantung pada tujuannya,
disebut sebagai sampel penelitian. Tapi yang jelas populasi
pembicaraannya, dan kondisi penggunaannya. Apa yang
bisa menyangkut pada jumlah orang, benda, dan ide. Pada
dikatakan biasa pada suatu keadaan, mungkin tidak biasa
penelitian bahasa, populasi dan sampel berhubungan dengan
pada keadaan yang lain.
tuturan kebahasaan yang diujarkan oleh penutur bahasa itu
3. Beraneka ragam, maksudnya korpus yang diperoleh
sendiri.
hendaknya beranekaragam karena didapatkan dari
masyarakat suatu dialek yang beraneka ragam pula.
F. Korpus dan Mentes
Keanekaragaman ini bisa dilihat dari usia penutur, jenis
Korpus adalah kumpulan rekaman data yang kelamin, tingkat sosial atau jenis pekerjaan penutur, emosi
didapatkan dari sumber data. Korpus data penelitian ini penutur, tepatnya ucapan, topik, jenis, dan gaya
biasanya dicatat pada kartu data. Catatan itu hanyalah berupa pembicaraan.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural77 78Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
4. Sempurna, maksudnya suatu korpus dikatakan sempurna G. Sumber Data: Substantif dan Lokasional
bila semua jenis kata sudah terdapat didalamnya.
Sumber data atau asal data dapat dibedakan atas sumber
Kesempurnaan, pada sisi lain, dapat dilihat dengan
data substantif dan sumber data lokasional. Asal substantif
mengetahui fenomena-fenomena yang keluar dari data.
menunjukkan bahan yang digunakan, yaitu data diperoleh
Untuk itu, seorang peneliti harus tahu di mana dia berada
dari sampel, dan sample diperoleh dari populasi.
dalam analisisnya dan berapa banyak lagi data yang harus
Sumber data lokasional menunjukkan orang yang
dia kumpulkan dari informannya.
menghasilkan atau menciptakan data tersebut, yaitu penutur
5. Berulang-ulang, maksudnya kemunculan ujaran itu
bahasa yang diteliti. Oleh karena itu penutur bahasa yang
berulang-ulang dalam konteks yang berbeda. Perulangan
diteliti adalah sumber data. Penutur bahasa suatu bahasa
munculnya data ini sangat penting sekali untuk
tersebar dalam beberapa daerah yang berbeda. Peneliti harus
mengetahui sifat data itu dan pada lingkungan mana saja
bisa menentukan dari daerah mana penutur yang dijadikan
dia dapat digunakan.
sumber data itu diambil sehingga konsisten dengan masalah
6. Menarik, maksudnya suatu korpus yang menarik adalah
dan tujuan penelitian yang dilakukannya. Jadi, masalah
yang isinya bermanfaat untuk dipelajari setelah bentuknya
perbedaan dialek dalam suatu bahasa harus dipertimbangkan
dapat dinalisis dari sisi struktur linguistik. Misalnya
oleh peneliti waktu menentukan sumber data lokasional ini.
daripada mendengarkan tentang bagaimana informan itu
Sudaryanto (1988) menyatakan bahwa asal substantif
terluka, kita mungkin lebih tertarik ingin mengetahui
berhubungan dengan pertanyaan “dari apa”, dan asal
tentang perawatannya. Wacana yang menarik adalah yang
lokasional bersangkutan dengan pertanyaan “dari siapa”. Data
berhubungan dengan kegiatan utama dalam masyarakat
yang valid dan reliable dalam penelitian bahasa adalah data
yang kita teliti.
yang berasal dari penutur asli bahasa yang bersangkutan.
Dari penjelasan tentang sifat-sifat korpus yang baik di
Tentang siapa yang pantas dijadikan sebagai sumber data
atas dapat kita pahami bahwa korpus linguistik tidak akan
dalam penelitian bahasa ini dapat dilihat pada bab informan
muncul secara otomatis atau secara kebetulan saja. Korpus
bahasa.
adalah hasil penerapan teknik-teknik tertentu secara terampil
oleh seorang peneliti yang handal. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa suatu korpus yang baik diperoleh dari hasil
kerja peneliti atau linguis yang kompeten.
Ukuran kecukupan korpus untuk suatu penelitian tidak
dapat ditetapkan. Suatu korpus dinyatakan cukup apabila
peneliti merasa bahwa semua bahan tambahan tidak
menghasilkan sesuatu yang belum terdapat dalam analisis
yang dibuatnya.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural79 80Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
BAB VII kebenaran data yang sudah diperoleh demi ketepatan
rumusan yang telah dibuat oleh peneliti. Jadi, seorang
INFORMAN BAHASA
informan disamping memberikan data kebahasaan juga
berfungsi sebagai penilai ketepatan data yang telah dianalisis
Bagi orang yang belum menguasai bahasa tertentu,
peneliti.
bahasa itu baginya tidak lain adalah suatu bentuk bunyi
dengan irama tertentu. Dia tidak bias memahami makna dan
bentuk satuan bunyi tersebut. Dia akan mengerti bahwa bunyi
A. Syarat-Syarat Informan
itu mempunyai “bentuk” dan “makna” setelah menimba Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
pengalaman dalam masyarakat penutur bahasa tersebut. dijadikan informan dalam penelitian bahasa. Syarat itu
Untuk menimba pengalaman tersebut, dia harus dibantu oleh mencakup umur, jenis kelamin, mutu penguasaan bahasa, dan
seseorang yang menguasai bahasa tersebut. Orang yang mutu penguasaan kebudayaan.
membantu memahami bahasa tersebut, dalam penelitian
1. Umur; Seorang informan hendaklah seorang yang sudah
bahasa, disebut informan bahasa.
dewasa, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umurnya
Informan adalah seseorang yang menafsirkan segala
berkisar sekitar 20-50 tahun. Hindarilah informan yang
sesuatu kepada peneliti bahasa dan membantu menjembatani
berusia lanjut karena mereka biasanya tuli, kurang sehat,
celah (bahasa) itu sampai padanannya ditemukan. Informan
mudah mengantuk, tidak bisa memusatkan perhatian
adalah juga seseorang yang memperlengkapi peneliti dengan
dalam waktu lama, dan biasanya artikulasinya tidak baik.
contoh-contoh bahasa. Dia menerangkan bagaimana ucapan-
2. Jenis kelamin; sebaiknya berjenis kelamin yang sama dengan
ucapan bahasa digunakan dan apa artinya dengan bahasa itu
peneliti. Ini untuk menghindari agar peneliti tidak
sendiri atau bahasa lain. Informan adalah orang yang secara
terganggu oleh perbedaan ucapan yang ditimbulkan karena
teratur bertemu dengan peneliti yang tengah “mempelajari”
perbedaan jenis kelamin.
bahasa itu.
3. Bahasa; seorang informan hendaklah penutur asli dari
Kenapa seorang peneliti bahasa membutuhkan seorang
bahasa atau dialek yang dipelajari, dan dia berbahasa atau
informan? Dengan adanya seorang informan bahasa, seorang
berdialek tunggal. Suka bercakap-cakap. Artikulasinya
peneliti tidak akan menunggu sampai ada kejadian tentang
tepat dan resonansi suaranya tajam dan menyenangkan.
sesuatu yang perlu didengar. Melalui informan peneliti dapat
Tidak ada hiasan-hiasan tertentu dalam alat ucapnya. Dia
memperolehnya dengan cara menuntunnya ke arah itu.
harus sanggup mengatur pembicaraanya dengan menjawab
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa seorang informan
apa yang diminta dengan kecepatan yang dapat
diperlukan untuk mendapatkan korpus yang diperlukan
memudahkan transkripsi.
untuk membuat perumusan tentang struktur suatu bahasa.
4. Mutu kebudayaan; seorang informan hendaknya dapat
Seorang informan merupakan wakil dari seluruh penutur
berbicara dengan bebas dan wajar mengenai
bahasa tersebut.
kebudayaannya. Suatu “reputasi yang jelek” dapat
Seorang informan bukan hanya berfungsi memberikan
data kebahasaan tetapi juga dapat digunakan untuk mencek
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural81 82Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
merupakan suatu petunjuk tentang jiwa bebas dan pikiran tidak menggunakan kata-kata dari daerah lain, dan tidak salah
yang kreatif. dalam lafalnya. Sebaiknya seorang informan itu seorang
5. Mutu psikologi; seorang informan hendaknya terbebas dari pengobrol yang baik, pendongeng, ahli pidato, dan pengutip
tekanan-tekanan keluarganya atau anggota lain dalam pepatah. Dia hendaklah pandai menerangkan sesuatu dengan
masyarakatnya. Dia hendaklah cerdas, yaitu dapat baik. Kita menyadari bahwa mencari informan itu tidak
menyebut misalnya nama-nama tumbuh-tumbuhan, gampang, terutama kalau penuturnya sedikit.
binatang, dan istilah kekeluargaan. Dan yang lebih penting Pemberian upah bagi seorang informan juga harus
memiliki daya ingat yang cukup kuat untuk mengingat dipertimbangkan sesuai dengan kebiasaan setempat.
kembali hal-hal yang sudah lama terjadi. Pikirkanlah apakah pemberian upah itu berupa uang, barang
6. Kewaspadaan; seorang informan yang waspada akan sadar atau jasa. Namun yang paling penting adalah berilah imbalan
terhadap kesalahan-kesalahan atau pertentangan- yang wajar sesuai dengan penghasilan hariannya kalau tidak
pertentangan yang dibuatnya sebagai jawaban atas bekerja sebagai informan.
pertanyaan peneliti. Seorang informan harus mempunyai Berapakah jumlah informan yang dibutuhkan untuk
sifat sosial, kesabaran, kejujuran, keterandalan, dan suatu penelitian bahasa? Untuk penelitian struktur bahasa
kegembiraan. Kesabaran yang harus dimiliki seorang cukup satu informan yang baik, karena seorang penutur yang
informan misalnya kalau peneliti gagal melafalkan kata- baik dapat mewakili semua penutur, hal ini disebabkan karena
kata yang ditirunya dia harus sabar mengajarkannya padanya telah tertanam semua aturan linguistik yang
sampai peneliti itu berhasil mengucapkannya dengan baik. diperlukan. Namun, semakin banyak seorang peneliti
Kejujuran informan misalnya dia tidak pura-pura tahu hal berharap akan perbedaan dalam bahasa tersebut semakin
yang ia telah lupa. Sementara keterandalan maksudnya dia banyak pula informan dibuthkan. Hal ini terutama untuk
harus setia dalam memenuhi kewajiban yang telah penelitian dialektologi dan sosiolinguistik, karena
disepakati. berhubungan dengan geografi, latar belakang bahasa, umur,
kelamin, dan variasi bahasa. Pemakaian beberapa informan itu
B. Pemilihan Informan menguntungkan, tetapi jangan dilakukan pada waktu yang
sama sekaligus.
Tidak setiap penutur bahasa dapat memenuhi syarat
sebagai seorang informan bahasa. Ada penutur bahasa yang
C. Latihan Informan
baik dan ada yang tidak baik. Seorang informan pada
dasarnya mewakili masyarakat bahasanya dalam memberikan Latihan informan perlu dilakukan karena pekerjaan
informasi bahasanya. sebagai informan berbeda dengan kegiatan berbicara biasa.
Pertimbangan utama dalam pemilihan informan adalah Secara umum sasaran latihan informan ini adalah untuk
bahwa dia harus mempunyai cukup waktu dan secara teratur menjadikan informan seorang rekan kerja yang
dapat bertemu dengan peneliti. Di samping itu dia merupakan berpengetahuan, memiliki perhatian, dan kooperatif. Sasaran
penutur yang baik dari bahasa yang akan diteliti tersebut. akhir latihan informan ini adalah agar informan itu berfikir
Sebagai penutur yang baik dia fasih menggunakan bahasa itu,
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural83 84Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
tentang bahasa sama dengan apa yang dipikirkan oleh bahasa? Hal ini dimungkinkan dalam penelitian bahasa.
peneliti. Tetapi, peneliti harus menyadari peran ganda yang milikinya,
Latihan informan mencakup pengetahuan mengenai seorang peneliti dan seorang informan. Untuk hal semacam ini
kerja rutin dan seluk beluk bidang-bidang kerjanya, waktu peneliti sering terjebak waktu mengumpulkan data di mana
dan tempat, cara bagaimana ia harus menjawab pertanyaan- maunya yang dikumpulkan data bahasa yang digunakan
pertanyaaan yang diajukan kepadanya, misalnya berapa kali ia tetapi ternyata yang terungkap adalah pikiran si peneliti (yang
harus mengulangi ucapan-ucapan sebelum dan sesudah salah) tentang penggunaan bahasa yang dikuasainya.
ucapan dituliskan, kapan informasi tambahan harus diberikan. Kita harus menyadari bahwa penghayatan seseorang
Dalam latihan juga diinformasikan bahwa informan harus tentang bahasanya selalu terbatas. Setiap orang mempunyai
menolak ucapan-ucapan peneliti yang secara tatabahasa salah karakteristik penggunaan bahasa masyarakatnya. Ada kata
dan tidak berarti. Perlu juga dilatih agar informan melihat ke tertentu yang khas dan cenderung selalu digunakan oleh
arah peneliti ketika mengeluarkan suatu ucapan. penutur tertentu tepai tidak digunakan oleh penutur lain. Hal
itu akan terjadi pada peneliti yang sekaligus menjadi informan
D. Masalah yang berhubungan dengan informan tadi. Ada keterbatasan-keterbatasan tertentu pada
kemampuan bahasa asli orang perorang. Jadi, data yang
Apabila dalam proses pengumpulan data terjadi “konflik
dihasilkannya tidak lagi objektif, tetapi cenderung bersifat
intuisi” mengenai data tertentu antara para informan, di mana
subjektif. Oleh karena itu harus ada beberapa informan yang
yang satu menyatakan data itu tepat dan lain lain mengatakan
dijadikan sumber data untuk waktu yang lama.
data itu janggal, bagaimana sikap peneliti tentang hal itu?
Jadi, mengangkat diri si peneliti sendiri sebagai informan
Peneliti perlu menyadari bahwa informan itu adalah
dapat dilakukan dengan syarat ada pula informan lain dari
pembantu dalam mengumpulkan data kebahasaan. Peneliti
penutur asli yang sama sebagai penyeimbang. Dengan kontrol
harus memahami kendala yang dihadapi informan
dan rangsangan dari penutur lain yang bukan dirinya itu,
menyangkut kebiasaan-kebiasaan berbahasa yang
maka faktor subjektif tadi dapat dihindari.
digunakannya. Ada penutur bahasa Indonesia, misalnya, yang
suka menggunakan ungkapan kadang-kadang, sementara yang
lain menggunakan ungkapan terkadang, atau kadang. Kalau
ditanyakan kepada para penutur ini mana yang benar, mereka
akan mengatakan apa yang biasa mereka pakai dalam
komunikasi mereka. Oleh karena itu penulis harus menyadari
gejala ini sebagai variasi bahasa. Namun, peneliti harus bisa
menjelaskan kendala ini dalam menyususn kaidah yang
bersangkutan dengan data ini, yaitu dengan menyatakan
jangkauan berlakunya kaidah itu sendiri.
Masalah lain menyangkut apakah bisa seorang peneliti
sebagai penutur asli mengangkat dirinya sebagai informan
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural85 86Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
BAB VIII Wray, Trott, dan Bloomer (1998) menyatakan ada beberapa
teknik yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data
METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN
linguistik, yaitu teknik rekam, eksperimen, kuesioner,
DATA interview dan observasi. Teknik rekam dapat dilakukan
dengan menggunakan perekam audio atau perekam video
Kegiatan lapangan utama yang dilakukan peneliti untuk merekam komunikasi antar penutur di lingkungan
setelah mempersiapkan penelitian atau merancang penelitian tertentu, seperti lingkungan keluarga, kafetaria, rapat,
adalah mengumpulkan data. Istilah mengumpulkan di sini konsultasi, dan sebagainya. Eksperimen adalah bentuk
adalah kegiatan memperoleh data seperti yang dimaksud oleh perlakuan tertentu yang diberikan kepada kelompok tertentu
tujuan penelitian dan melakukan pengolahan awal. Data di dan dibandingkan dengan kelompok lain. Teknik ini biasanya
sini adalah fenomena bahasa yang berkaitan langsung dengan digunakan pada penelitian pemerolehan bahasa,
masalah yang akan diteliti. sosiolinguistik, dan semantic. Teknik kuesioner adalah teknik
Data yang dikumpulkan oleh seorang peneliti haruslah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tentang suatu
berkualifikasi valid atau sahih dan reliable atau handal dan topik untuk dijawab oleh responden atau informan. Teknik
dapat dipercaya. Oleh karena itu data bahasa yang interview adalah teknik menanyakan secara langsung kepada
dikumpulkan haruslah memenuhi azas ketercukupan. Data informan data bahasa yang diperlukan oleh peneliti. Teknik
harus tercukupi secara layak baik dari segi jumlah maupun observasi adalah bentuk teknik pengumpulan data tanpa
dari segi tipe data yang dibutuhkan. memanipulasi objek yang diteliti. Peneliti mengobservasi
Secara umum, Samarin (1966) dan Crowley (2007) aktivitas bahasa dalam lingkungan masyarakat yang
menyatakan bahwa teknik yang lazim digunakan dalam diamatinya, biasanya teknik ini disertai dengan pencatatan
pengumpulan data linguistik di lapangan adalah teknik atau perekaman.
elisitasi (elicitation). Elisitasi adalah teknik dimana peneliti Sudaryanto (1988) menyatakan bahwa pengumpulan
meminta informan bahasa menuturkan kalimat yang diminta data kebahasaan dapat dilakukan dengan berbagai metode
oleh peneliti, misalnya “Bagaimana saudara manyatakan X dan teknik pengumpulan data. Istilah metode dan teknik
dalam bahasa saudara?”. Namun, ini hanya dapat dilakukan dalam bahasa ini dibedakan. Metode merupakan cara umum
apabila informan memahami bahasa yang digunakan oleh pengumpulan data, sementara istilah teknik merupakan
peneliti, atau peneliti dapat menggunakan bahasa yang akan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan metode
ditelitinya. Cara lainnya adalah dengan meminta informan itu. Dengan kata lain konsep teknik diturunkan dari konsep
bercerita dalam bahasa yang gunakannya. Jadi, metode metode. Hubungan keduanya merupakan hubungan
elisitasi adalah upaya dimana seorang peneliti dapat meminta hiponimi.
informan menggunakan bahasanya untuk keperluan Selanjutnya, Sudaryanto (1988) menyatakan bahwa ada
penelitian bahasa. dua jenis metode pengumpulan data kebahasaan, yaitu:
Berbeda dengan Samarin (1966) dan Crowley (2007) metode simak dan metode cakap. Ahli lain menyebut dua
yang menyatakan metode pengumpulan dengan elisitasi, metode pengumpulan data ini sebagai metode pengamatan

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural87 88Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
atau observasi dan metode interview atau wawancara. Berikut yang digunakan dalam komunikasi penutur suatu bahasa baik
ini akan dijelaskan kedua metode tersebut, bersama dengan berupa pembicaraan seorang (monolog), berpasangan, atau
teknik-tekniknya, sesuai dengan konsep yang dinyatakan beberapa orang (dialog). Teknik sadap dipandang sebagai
dalam Sudaryanto (1988). teknik dasar dalam metode simak. Teknik ini dilanjutkan
dengan teknik lanjutan seperti dapat dilihat pada bahasan
A. Metode Simak berikut ini.
Metode simak adalah metode pengumpulan data yang
Teknik Lanjutan
dilakukan melalui proses penyimakan atau pengamatan
Sesuai dengan namanya, teknik lanjutan ini dapat
terhadap penggunaan bahasa yang diteliti. Metode ini hampir
digunakan berdasarkan teknik dasar yang telah digunakan.
sama dengan metode pengamatan atau metode observasi
Ada tiga jenis teknik yang dapat dilakukan sebagai realisasi
dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah simak di sini bukan hanya
teknik lanjutan ini, yaitu Teknik Simak Libat Cakap (SLC),
berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan seperti pidato dan
Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan
percakapan antar penutur suatu bahasa, tetapi juga termasuk
teknik catat. Masing-masing teknik ini mempunyai
untuk bahasa tulis, yaitu mengamati, membaca, dan
karakteristik dan prosedur tertentu dalam penerapannya.
memahami bahasa tulis yang ada dalam suatu teks tertulis
seperti naskah cerita, berita surat kabar, dan naskah tertulis
1. Teknik Simak Libat Cakap (SLC)
lainnya.
Metode simak dapat diwujudkan dalam bentuk teknik Teknik Simak Libat Cakap (SLC) dapat dilakukan bila
pengumpulan data yang diberi nama sesuai dengan alat yang kegiatan penyadapan data bahasa yang diteliti dilakukan oleh
digunakannya seperti menyadap, melakukan percakapan, pengumpul data dengan cara berpartisipasi dalam
merekam, atau mencatat. Dari segi tahapan penggunaannya, pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Jadi, peneliti ikut
teknik-teknik dalam metode simak ini dapat dibedakan serta dalam pembicaraan dengan sumber datanya sambil
menjadi dua jenis teknik, yaitu teknik dasar dan teknik memperhatikan penggunaan bahasa lawan bicaranya dalam
lanjutan. Teknik dasar adalah teknik yang harus digunakan pembicaraan itu.
oleh seorang pengumpul data terlebih dahulu sebelum
menggunakan teknik berikutnya, yang kemudian disebut 2. Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC)
teknik lanjutan. Teknik simak bebas libat cakap ini dilakukan dengan
menyadap tanpa perlu berpartisipasi berbicara. Si peneliti
Teknik Dasar: Teknik Sadap tidak ikut dalam proses pembicaraan. Dia hanyalah sebagai
Teknik dasar dalam metode simak ini disebut dengan penyimak yang penuh minat tekun mendengarkan apa yang
teknik sadap. Diberi nama teknik sadap karena proses dikatakan oleh orang-orang yang berbicara.
penyimakan dalam metode simak ini dilakukan dengan cara Dalam teknik ini, peneliti jelas tidak ikut menentukan
penyadapan. Dalam hal ini, seorang peneliti dengan segenap pemunculan calon data. Dia hanya menyimak calon data
kemampuannya melakukan penyadapan terhadap bahasa
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural89 90Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
kebahasaan yang muncul dalam peristiwa kebahasaan yang metode interview atau metode wawancara. Adanya
berada di luar dirinya. percakapan antara peneliti dengan informan mengandung arti
adanya kontak langsung antar mereka, baik secara langsung
3. Teknik Rekam maupun secara tidak langsung. Kontak langsung dapat
dilakukan secara tatap muka dengan penutur bahasa,
Teknik ini dapat dilakukan bersamaan dengan teknik
sementara kontak tidak langsung dapat dilakukan tanpa tatap
SLC dan SBLC, di mana sambil melakukan percakapan
muka, seperti melalui angket dan cara pengumpulan data
dilakukan pula perekaman dengan tape recorder atau handycam.
Pelaksanaan perekaman harus dilakukan sedemikian rupa sejenis.
sehingga tidak mengganggu kewajaran proses percakapan Seperti halnya metode simak, metode cakap juga
yang terjadi. Sebaiknya perekaman itu dilakukan tanpa mempunyai teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar
sepengetahuan lawan bicara. metode simak ini adalah teknik pancing, dan teknik
Teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara lanjutannya adalah teknik cakap semuka dan teknik cakap
tansemuka (Sudaryanto, 1988). Selanjutnya lihatlah penjelasan
merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan. Alat
berikut ini.
perekam yang dipakai sebaiknya yang berukuran kecil,
sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku baju dan tidak
1. Teknik Dasar: Teknik Pancing
diketahui oleh informan yang bahasanya kita rekam. Dengan
demikian, informan dapat menyampaikan bahasa secara Teknik dasar dalam metode cakap ini adalah teknik
alamiah. pancing. Pada dasarnya percakapan dapat dilakukan dengan
melakukan pemancingan atau stimulasi terhadap lawan
4. Teknik Catat bicara. Seorang peneliti, dengan segala kemampuannya,
memancing seseorang agar berbicara dengan bahasa yang
Teknik catat ini dapat dilakukan bersama teknik sadap
akan diteliti. Kegiatan memancing pembicaraan seperti ini
dan teknik rekam dan dapat juga dilakukan sesudah teknik
dipandang sebagai teknik dasar dalam melakukan metode
rekam dilakukan. Pencatatan dilakukan pada kartu data
cakap, dan disebut dengan teknik pancing. Pancingan dapat
berupa pencatatan ortografis, fonemis atau fonetis, sesuai
berupa pertanyaan spontan kepada informan dan dapat pula
dengan objek penelitian yang dilakukan. Kartu pencatatan
berupa bentuk-bentuk bahasa atau makna-makna yang
dapat dilakukan pada kertas yang mampu memuat,
disusun dalam bentuk daftar pertanyaan atau daftar kosa kata
memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan data.
(misalnya daftarkosa kata dasar Swadesh atau kosa kata
budaya dasar berdasarkan medan makna).
B. Metode Cakap
Metode ini disebut metode cakap karena memang data 2. Teknik Lanjutan
diperoleh dengan melakukan percakapan antara peneliti Teknik lanjutan metode cakap ini dapat dibagi dua, yaitu
dengan penutur bahasa selaku sumber data (informan). Dalam teknik cakap semuka (CS) dan teknik cakap tansemuka (CTS).
penelitian ilmu sosial, metode ini dapat dinyatakan sebagai Selanjutnya lihatlah penjelasan berikut ini.
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural91 92Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
3. Teknik Cakap Semuka (CS) C. Pemilihan Metode Pengumpulan Data
Percakapan yang dilakukan antara peneliti dan sumber Pemilihan metode yang tepat dalam proses
data dengan tatap muka atau bersemuka. Artinya, peneliti pengumpulan data penelitian merupakan kunci keberhasilan
memancing sumber data berbicara melalui percakapan suatu penelitian. Seorang peneliti akan dihadapkan pada
langsung. Percakapan dikendalikan oleh si peneliti sesuai beberapa pertanyaan. Manakah metode pengumpulan data
dengan kepentingannya, yaitu memperoleh data kebahasaan yang paling baik? Manakah metode pengumpulan data yang
selengkap-lengkapnya. sesuai dengan topik penelitian saya? Metode simakkah? Atau
Orang yang dipancing berbicara itu adalah pemberi metode cakap?
informasi atau nara sumber data penelitian pada tahap Prinsip yang harus dipegang oleh seorang peneliti
pemerolehan data penelitian. Orang ini lazim disebut sebagai adalah bahwa dari hasil pengumpulan data diperoleh data
informan atau pembahan, yang dipilih berdasarkan kriteria yang selengkap-lengkapnya yang dapat mencerminkan sistim
tertentu. kebahasaan yang diteliti. Memilih salah satu bukanlah sesuatu
yang mutlak harus dilakukan. Kedua-duanya dapat
4. Teknik Cakap Tansemuka (CTS) digunakan secara berkelanjutan. Yang perlu ditetapkan adalah
Pemancingan bicara dapat juga dilakukan dengan metoda mana yang harus digunakan lebih dahulu dan metoda
percakapan tidak langsung, tidak tatap muka, atau tidak mana yang harus dilakukan kemudian.
bersemuka. Percakapan dapat dilakukan juga secara tertulis. Namun, pada kasus tertentu mungkin hanya satu
Dalam hal ini, peranan peneliti sebagai pemancing metoda saja yang cocok. Misalnya yang dilakukan oleh
pembicaraan diganti dengan daftar pertanyaan. Zoetmoelder (1983 dalam Sudaryanto 1988) dalam penelitian
Teknik ini dilakukan sebagai lanjutan dari teknik cakap bahasa jawa Kuna, satu-satunya metode pengumpulan data
semuka, dimana karena sebab tertentu kontak langsung yang bisa dilakukan adalah metode simak. Bila yang dihadapi
dengan informan tidak bisa dilakukan. Teknik ini bisa bahasa terasing, seperti yang dilakukan Pike dengan
dilakukan kalau informan itu mampu baca tulis dan bahasa kelompok Summer Institute of Linguistics (SIL), metode
yang diteliti itu mempunyai bahasa tulis. cakaplah yang harus dilakukan, dengan catatan bahwa untuk
melakukan ini perlu bantuan pembantu bahasa (informan).
5. Teknik Rekam dan Teknik Catat Prioritas penggunaan salah satu dari kedua metode itu
tergantung pada wujud objek sasaran dan tujuan
Teknik rekam dapat dilakukan bersama dengan teknik penelitiannya. Demikian juga titik berat penggunaan
cakap semuka (Teknik CS). Disamping itu juga dapat tekniknya tergantung pada wujud objek sasaran dan tujuan
dilakukan teknik Catat, yaitu pencatatan pada kartu data. penelitian itu sendiri. Sebagai catatan, daya intuisi kebahasaan
Teknik cakap tansemuka (Teknik CTS) dapat dilanjutkan pula yang cukup peka, dan daya pengamatan yang cukup tajam
dengan teknik catat. yang dimiliki oleh si peneliti akan dimungkinkan
dilakukannya pemilihan metode dan teknik yang tepat dalam
proses pengumpulan data.
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural93 94Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Di samping teknik-teknik dari metode simak dan metode dituliskan pada kuesioner. Kehadiran peneliti tidak
cakap seperti dikemukakan di atas, ada dua teknik lagi yang diperlukan dalam pengisian instrumen sejauh instrumen itu
biasa dilakukan untuk penelitian bahasa, yaitu teknik jelas mengemukakan data yang diminta kepada responden.
pustaka/dokumentasi, dan teknik kuesioner. Teknik kuesioner dapat digunakan untuk penelitian
morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Lebih jauh
1. Teknik Pustaka/Dokumentasi tentang penelitian linguistik dengan menggunakan kuesioner,
dapat dibaca tulisan Comrie dan Norval dalam majalah
Metode pustaka atau dokumentasi adalah
mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh LINGUA, Vol. 42 No.1 tahun 1977.
data. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat berwujud
majalah, surat kabar, karya sastra, peraturan perundang-
undangan, dsb. Pada masing-masing sumber tertulis tersebut
terdapat beragam tulisan seperti berita, tajuk, pojok, dsb.
Data kebahasaan dari sumber pustaka diambil sesuai
dengan kepentingan dan tujuan penelitian. Penelitian jenis ini
dapat berupa morfologi, sintaksis, dan analisis wacana.
Apabila yang diteliti morfosintaksis, maka data yang diambil
cukup kata kata yang mengandung unsur yang diteliti.
Apabila yang diteliti morfologi, frasa, dan klausa, maka data
yang diambil disertakan pula konteks kalimatnya. Apabila
yang diteliti kalimat, maka data yang relevan termasuk
kalimat sebelum dan sesudah kalimat yang diteliti.
Pencatatan data penelitian dapat dilakukan pada kartu
data yang telah disiapkan sesuai dengan masalah pokok yang
menjadi sasaran penelitian. Untuk itu, peneliti harus
mempersiapkan kartu data beserta informasi lain yang
dibutuhkan dalam penelitian dimaksud.

2. Teknik Kuesioner
Pada prinsipnya teknik kuesioner hampir sama dengan
teknik cakap tansemuka seperti dinyatakan oleh Sudaryanto
(1988). Materi kuesioner telah disusun menurut urutan
tertentu, tetap, dan sama untuk semua responden. Responden
diminta mengisi instrumen sesuai dengan perintah yang telah

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural95 96Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
BAB IX A. Metode Analisis Bahasa
METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA Ada dua metode analisis data yang dapat digunakan
untuk menemukan kaidah bahasa, yaitu metode padan atau
Analisis data kebahasaan dapat dilakukan setelah data metode identitas dan metode distribusional atau metode agih.
yang relevan dengan masalah penelitian terkumpul. Analisis Berikut ini akan disajikan prinsip-prinsip dasar kedua metode
data adalah upaya peneliti menangani langsung masalah yang tersebut.
terkandung pada data. Penanganan ini terlihat dari adanya
tindakan mengamati data, menganalisis, mengklasifikasi, 1. Metode Padan (Identity Method)
menguji hasil analisis, dan menemukan kaidah kebahasaan
Metode padan, sering juga disebut metode identitas
(Sudaryanto, 1993). Selama peneliti belum menemukan kaidah
(identity method), adalah suatu metode yang dipakai untuk
yang berkenaan dengan masalah penelitian, selama itu pula
menentykan identitas satuan lingual tertentu dengan
analisis data harus tetap dilakukan. Analisis bisa dianggap
menggunakan alat penentu di luar bahasa yang bersangkutan.
berakhir apabila kaidah yang berhubungan dengan objek yang
Dengan kata lain metode padan ini alat penentunya terlepas
menjadi masalah penelitian telah ditemukan.
dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang diteliti.
Menganalisis dapat juga diartikan mengurai atau
Berdasarkan alat penentunya, metode padan ini dapat
memilah-bedakan unsur-unsur yang membentuk suatu satuan
dibedakan menjadi lima sub-bagian berdasarkan alat
lingual, atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam
penentunya. Pertama, alat penentunya adalah kenyataan yang
komponen-komponennya (Subroto, 2007). Menganalisis juga
ditunjuk oleh bahasa, disebut referen bahasa. Kedua, alat
mengandung pengertian penentuan identitas suatu satuan
penentunya organ wicara atau alat ucap pembentuk bunyi
lingual. Penentuan identitas itu didasarkan atas kerangka
bahasa. Ketiga, alat penentunya bahasa lain, Keempat, alat
pikiran atau teori, atau didasarkan pengujian atas segi-segi
penentunya bahasa tulis. Kelima, alat penentunya lawan
tertentu dari satuan lingual yang diteliti.
bicara atau mitra wicara. Kelima alat penentu metode padan
Istilah metode dan teknik digunakan untuk
dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini.
menerangkan dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan
langsung satu sama lain. Metode adalah cara yang harus Tabel 1
dilakukan untuk mengatasi sesuatu, dan teknik adalah cara Alat Penentu Metode Padan
melaksanakan metode. Nama teknik yang digunakan Alat penentu Nama Metode
ditentukan oleh alat yang dipakai. Dengan demikian 1. Referen Referensial
dimungkinkah sebuah metode analisis data mempunyai 2. Organ wicara Fonetis Artikulatoris
beberapa teknik analisis data tergantung pada alat yang 3. Langue lain Translasional
4. Tulisan Ortografis
digunakan.
5. Mitra wicara Pragmatis
Berikut ini secara rinci akan dijelaskan metode dan
teknik analisis data seperti yang dikemukakan oleh
Sudaryanto (1993) dan Subroto (2007).
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural97 98Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
a. Metode Referensial Bunyi-bunyi bahasa tertentu dinamai berdasarkan cara
Metode referensial alat penentunya adalah referen terjadinya (manner of articulation), tempat terjadinya hambatan
(reference), yaitu kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa. Referen (point of articulation), dan bersuara atau tidak bersuara (voiced
bahasa adalah benda, tindakan, sifat, keadaan, jumlah, dsb., atau voiceless sound). Misalnya, bunyi [b] dinamai ‘bilabial
yang mengacu kepada dunia nyata kehidupan manusia. hambat bersuara’ (voiced bilabial stop); bunyi [p] dinamai
Misalnya, kita menentukan bahwa nomina adalah kata yang ‘bilabial hambat tidak bersuara’ (voiceless bilabial stop). Bunyi
menunjuk atau menyatakan benda, verba adalah kata yang [b] dan [p] disebut ‘bilabial’ karena terjadi dengan articulator
menyatakan tindakan tertentu, adjektiva adalah kata yang bibir bawah dan titik artikulasi bibir atas; disebut ‘hambat’
menyatakan keadaan, sifat, kualitas situasi tertentu, numeria karena terjadi dengan adanya hambatan aliran udara pada
adalah kata yang menyatakan jumlah dari sesuatu, dst. Jadi, kedua bibir yang dikatupkan; disebut ‘bersuara’ karena terjadi
kata-kata manusia, batu, dan rumah termasuk kata benda; dengan disertai bergetarnya pita suara; dan disebut ‘tidak
sementara kata-kata makan, minum, dan belajar digolongkan bersuara’ karena tidak terjadi getaran pita suara untuk
kepada kata kerja karena menyatakan tindakan. Penentuan ini membunyikan bunyi bahasa tersebut.
berhubungan dengan alat penentu referen bahasa, yaitu benda
dan tindakan yang ada di luar bahasa. Oleh karena itu metode c. Metode Translasional
ini disebut dengan metode referensial. Metode translasional alat penentunya adalah bahasa
Metode padan tidak hanya dipakai untuk menentukan atau langue lain, misalnya bahasa Inggris, atau bahasa
jenis kata, tetapi juga untuk menentukan jenis kalimat tertentu Indonesia atau bahasa Jawa. Kita menyimpulkan bahwa di
berdasarkan jenis informasinya. Misalnya, suatu kalimat dalam bahasa Indonesia (yang dibedakan dengan prefiks di-)
disebut kalimat berita karena informasinya menyatakan berita; ialah kata yang dalam bahasa Jawa ing. Penentuan ini
sebuah kalimat disebut kalimat tanya karena menyatakan berhubungan dengan alat penentu langue lain yaitu bahasa
pertanyaan; dan sebuah kalimat disebut kalimat perintah Jawa.
karena menyatakan perintah. Penggunaan bahasa lain adalah untuk memberi
tuntunan atau pedoman dengan membandingnya dengan
b. Metode Fonetis Artikulatoris bahasa diteliti. Padanan unsur lingual tertentu dari bahasa
Metode Fonetis Artikulatoris alat penentunya adalah yang sudah dia kenal dengan unsur bahasa yang diteliti akan
organ wicara (organ of speech). Ketika mecoba membedakan memberi informasi sementara tentang perilaku unsur bahasa
antara vokal dan konsonan, kita menyimpulkan bahwa vokal yang diteliti. Namun, peneliti harus memahami bahwa
adalah bunyi yang dihasilkan tanpa ada hambatan atau perilaku unsur lingual tertentu tidak dapat dirumuskan
gangguan di rongga mulut kecuali pada pita suara, dan berdasarkan perilaku bahasa lain, karena setiap bahasa
konsonan adalah bunyi yang dihasilkan karena adanya mempunyai system sendiri yang bersifat spesifik. Oleh karena
penghalangan bunyi di rongga mulut. Penentuan ini itu, perilaku dan system satuan lingual bahasa tertentu
berhubungan dengan alat penentu organ wicara, yaitu ada sebaiknya diperikan dalam kerangka sistem bahasa yang
atau tidak adanya hambatan pada organ wicara. bersangkutan.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural99 100Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
d. Metode Ortografis linguistik. Misalnya verba dalam bahasa Indonesia ialah kata
Metode ortografis alat penentunya adalah tulisan. yang secara dominan dapat mengisi predikat, dan dapat
Misalnya, seorang peneliti menentukan bahwa ‘kalimat’ ialah bergabung dengan kata negatif tidak. Alat penentu metode
satuan lingual yang diawali dengan huruf besar dan diakhiri distribusional ini selalu berupa unsur dari bahasa objek
dengan tanda baca titik. Penentuan seperti ini berhubungan sasaran penelitian itu sendiri.
dengan alat penentu bahasa tulis. Metode distribusional mencoba menganalisis satuan
Metode ortografis hanya mampu mengungkapkan lingual bahasa dalam hubungannya dengan satuan lingual
realitas bahasa dengan tingkat kebenaran terbatas, karena lainnya. Oleh karena itu, teknik-teknik analisis yang
hanya mengenai sebagian segi dari perilaku bahasa. Dari digunakan berupa penguraian satuan lingual tertentu atas
contoh diatas, misalnya, kalimat tidak hanya diakhiri dengan unsur-unsur terkecilnya, unsur langsungnya, penggantian
tanda baca titik, tetapi dapat juga diakhiri dengan tanda tanya suatu unsur oleh unsur lain dalam suatu konteks tertentu,
dan tanda seru. Oleh karena itu, perlu didalami lebih lanjut perluasan (ekspansi), penghilangan satuan lingual, dan
perilaku bahasa yang diteliti tersebut. penyisipan suatu satuan lingual tertentu.

e. Metode Pragmatis B. Teknik-Teknik Metode Padan


Metode pragmatis alat penentunya adalah mitra bicara.
Sebagaimana dinyatakan pada bagian terdahulu bahwa
Misalnya, kita menetapkan bahwa kalimat perintah adalah
teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh alat
kalimat yang bila diucapkan menimbulkan tindakan tertentu
yang dipakai. Hal ini menunjukkan bahwa, kalau berbicara
dari mitra bicaranya; kalimat tanya adalah kalimat yang
tentang teknik harus dipahami alat yang dipakai.
merangsang lawan bicara untuk memberi jawaban. Penetapan
Sudaryanto (1993) membagi teknik-teknik metode padan
metode ini berhubungan dengan alat penentu mitra wicara.
ini pada teknik dasar dan teknik lanjutan. Pembedaan teknik
Pemakaian metode padan dengan alat penentu lawan bicara
ini berdasarkan tahap penggunaannya. Teknik dasar harus
ini banyak dipakai dalam analisis linguistik yang
digunakan sebelum teknik lanjut digunakan.
menggunakan pendekatan pragmatik.
1. Teknik-Teknik Dasar: Teknik Pilah Unsur Penentu
2. Metode Distribusional (Distributional Method)
(Dividing Key Factors Technique).
Metode distribusional ini dikembangkan oleh ahli
Teknik dasar yang dimaksudkan di sini adalah teknik
linguistik struktural Amerika seperti Bloomfield, Nida,
pilah unsur penentu atau teknik PUP. Alatnya adalah daya
Hockett, dan Harris. Berbeda dengan metode padan yang
pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya.
dalam analisisnya menggunakan alat penentu di luar bahasa,
Sesuai dengan jenis penentunya, maka daya pilah itu dapat
metode distribusional menggunakan alat penentu di dalam
disebut daya pilah referensial, daya pilah ortografis, dan daya
bahasa itu sendiri. Metode distribusional menganalisis bahasa
pilah pragmatis.
berdasarkan prilaku satuan lingual bahasa yang diteliti.
Dengan demikian analisisnya memberikan keabsahan secara
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural101 102Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
a. Daya pilah sebagai pembeda referensial Aktivitas organ wicara Satuan lingual yang dihasilkan
Daya pilah yang dimiliki oleh peneliti dapat digunakan
untuk mengetahui perbedaan referen, sehingga dia dapat 1) aktivitas khusus pada bagian pita 1) bunyi vokal
suara saja
membagi satu satuan lingual menjadi berbagai jenis, misalnya, 2) aktivitas pada bagian lain kecuali 2) bunyi konsonan
nomina, verba, adjektiva, dan lain sebagainya. Daya pilah itu pada pita suara
dapat dipandang sebagai alat, sedangkan penggunaan alat 3) aktivitas kecap sekali, dua kali, 3) silabel
yang bersangkutan disebut teknik, yaitu, teknik pilah unsur berkali-kali
4) penghentian aktivitas setelah 4) a. kata
penentu.
aktivitas yang paling normal dan
Referen kalimat pada umumnya adalah peristiwa atau paling minimal atau paling b. kalimat
kejadian. Setiap peristiwa melibatkan berbagai tokoh yang maksimal dilakukan
memiliki peranan penting di dalamnya. Dengan daya pilah
dapat diketahui ada pelaku, penderita, pemanfaat atau Jadi, dengan daya pilah sebagai pembeda organ wicara
pengguna dan sebagainya. Berdasarkan jenis dan jumlah dapat dibedakan satuan-satuan lingual dalam suatu bahasa
unsur yang terlibat, maka kalimat dapat dibedakan menjadi seperti contoh yang diberikan di atas.
beberapa jenis. Misalnya, ada kalimat jenis
1) pelaku-tindakan (agentif-aktif), contoh Dia mandi.; c. Daya pilah sebagai pembeda larik tulisan
2) pelaku-tindakan-penderita (agentif-aktif-objektif), contoh Daya pilah ini berkaitan dengan tulisan. Dalam kaitan
Dia mencium adik.; dengan penulisan satuan lingual tertentu, kelihatan bahwa
3) pelaku-tindakan-penderita-penerima (agentif-aktif-objektif- tulisan latin tampak secara linear ke kanan dan berlarik-larik
benefaktif), contoh Dia memberi hadiah uang kepada saya.; ke bawah. Satuan lingualnya dapat dibedakan satu sama
4) pelaku-tindakan-pemanfaat-penderita(agentif-aktif-objektif- lainnya dengan daya pilah seperti terlihat pada table 3 berikut
benefaktif), contoh Dia memberi hadiah uang kepada saya. ini
Pembagian kalimat jenis ini dilakukan melalui teknik Tabel 3
unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda referen. Daya pilah larik tulisan dan satuan lingual yang dihasilkannya.
Larik tulisan Satuan lingual
1) Dipisahkan dengan spasi 1) kata;
b. Daya pilah sebagai pembeda organ wicara 2) Dimulai dengan huruf kapital dan 2) kalimat;
Organ wicara berbeda dalam mengaktifkan bagian- diakhiri dengan titik.
bagiannya dalam membentuk satuan lingual tertentu (bunyi, 3) Spasi diganti dengan tanda garis 3) kata majemuk;
silabel, kata, kalimat). Perbedaan itu dapat dilihat dari jumlah kecil
4) Setiap kesatuan larik-larik dibedakan 4) paragraf
dan jenis bagian yang terlibat dan lama sebentarnya dan cara dengan yang lain dengan baris baru
bagian itu aktif. Aktivitas alat wicara dan satuan lingual yang di bawahnya
dihasilkan dapat dipilah seperti terlihat pada table 2 berikut 5) Kesatuan tulisan dalam satu larik, 5) preposisi
ini. terletak di depan kesatuan yang lain
Tabel 2 d. Daya pilah sebagai pembeda reaksi kadar keterdengaran
Aktivitas organ wicara dan satuan lingual yang dihasilkan
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural103 104Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Daya pilah ini berkaitan dengan mitra wicara. Dalam 2. Teknik-Teknik Lanjutan
kaitan dengan ini, dapat dibedakan kadar keterdengaran
Hubungan padan, pada penelitian yang sesungguhnya,
ujaran yang diujarkan dan reaksi dari mitra wicara. Dalam hal
berupa hubungan banding antara semua unsur penentu yang
reaksi mitra wicara dan kadar keterdengaran serta perbedaan
relevan dengan semua unsur data yang ditentukan.
satuan lingual dapat dilihat pada table 4 berikut ini.
Membandingkan berarti mencari kesamaan dan perbedaan
Tabel 4
Reaksi dan kadar keterdengaran dan satuan lingual yang dihasilkan dari dua hal yang dibandingkan. Maka hubungan banding
Reaksi mitra wicara Satuan lingual dapat dibedakan menjadi hubungan penyamaan dan
1) bertindak menuruti atau 1) kalimat perintah hubungan pembedaan. Berikut ini adalah teknik-teknik lanjut
menentang apa yang diucapkan metode badan yang didasarkan pada kedua hal ini dapat
oleh si pembicara
2) berkata dengan isi yang 2) kalimat tanya
dinyatakan dalam bentuk tiga teknik, yaitu:
informative a. Teknik hubung banding menyamakan (HBS);
3) tergerak emosinya 3) kalimat afektif b. Teknik hubung banding membedakan (HBB); dan
4) diam tetapi menyimak dan 4) kalimat berita c. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP)
berusaha mengerti apa yang
diucapkan oleh si pembicara dan
reaksi-reaksi yang lain lagi Teknik hubung banding menyamakan tujuannya adalah
Kadar keterdengaran Satuan lingual mencari kesamaan antara dua hal yang dibandingkan. Teknik
5) terdengar keras bertekanan atau 5) topik hubung banding membedakan tujuannya mencari perbedaan
biasa 6) kalimat seru antara dua hal yang di banding. Sebagai kelanjutan dari kedua
6) terdengar melengking tinggi 7) segmen kalimat atau gatra
teknik ini adalah teknik hubung banding menyamakan hal
atau biasa
7) terdengar cepat atau biasa pokok yang bertujuan untuk mencari kesamaan pokok di
antara keduanya.
e. Daya pilah sebagai pembeda sifat dan watak aneka
langue C. Teknik-Teknik Metode Distribusional
Satuan lingual dapat dibedakan atas nomina, dan Teknik-teknik pada metode distribusional dapat
adverbia, misalnya dalam bahasa Inggris, dengan melihat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik dasar dan teknik
akhirannya, umpamanya akhiran –ness, menunjukkan nomina lanjutan.
dan akhiran –ly menunjukkan adverbia. Hal ini bisa diketahui 1. Teknik Dasar: Teknik Bagi Unsur Langsung (BUL)
seseorang berkat adanya daya pilah bahasa Inggris yang (Segmenting Immediate Constituents Techniques)
dimilikinya. Berdasarkan itu, maka dalam bahasa Indonesia Teknik bagi unsur langsung adalah teknik membagi
dapat pula dibedakan kata yang berupa nomina (yang dalam suatu konstruksi atas unsur-unsur langsung yang membentuk
bahasa Inggris berakhiran –ness) dan adverbia (yang dalam konstruksi tersebut. Dinamakan teknik bagi unsur langsung
bahasa Inggris berakhiran –ly). (BUL) karena cara awal kerja analisis teknik ini adalah
membagi satuan lingual data (konstruksi kata, frasa, klausa,

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural105 106Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
kalimat) menjadi beberapa unsur atau bagian (konstituen). a. Teknik Lesap (delition)
Unsur-unsur tersebut dianggap sebagai bagian yang langsung Teknik lesap dilakukan dengan melesapkan atau
membentuk satuan lingual data yang dianalisis. Kemampuan menghilangkan unsur tertentu satuan lingual yang ada.
peneliti melakukan analisis awal ini tergantung kepada Dengan menggunakan teknik lesap ini, unsur satuan lingual
ketajaman intuisi si peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, si ABCD, misalnya, akan menjadi ABC, ABD, ACD, atau BCD.
peneliti harus mempunyai intuisi daya bagi atas satuan lingual Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menjadi pokok
yang dianalisis. perhatian dalam analisis. Jadi, bila dalam tuturan ABCD yang
Alat penentu bagi unsur ini dalam bahasa lisan adalah dihilangkan adalah unsur C sehingga tuturan itu menjadi
jeda, dan suprasegmental. Misalnya, kata seribu dapat dibagi ABD, ini berarti unsur C yang menjadi pokok perhatian
menjadi unsur se – ri – bu, bukannya ser – ibu atau se – rib – u. analisis itu.
Intuisi kebahasaan mengetahui satuan lingual yang tepat dan Hasil pelesapan ini ada dua, yaitu tuturan yang dapat
bermakna. diterima oleh penutur atau tuturan yang tidak dapat diterima.
Unsur langsung adalah unsur atau satuan lingual yang Bila tuturan itu diterima berarti tuturan itu gramatikal, bila
secara langsung membentuk konstruksi yang lebih besar atau tidak berarti tidak gramatikal. Misalnya, pada kalimat ‘Dia
konstruksi yang dianalisis. Sebagai contoh, kata ‘teachers’ pergi ke Padang’ (‘Dia’ = A, ‘pergi’ = B, ‘ke’ = C, dan ‘Padang’
terdiri atas dua unsur langsung, yaitu ‘teacher’ dan ‘-s’; kata = D), kita ingin menguji apakah unsur ‘ke’ (C) pada kalimat ini
‘teacher’ terdiri atas dua unsur langsung, yaitu ‘teach’ dan ‘-er’. bersifat wajib atau tidak. Apabila ‘ke’ (C) dihilangkan, maka
Kalimat ‘Dia pergi ke Padang’ terdiri atas dua unsure kalimat itu menjadi ‘Dia pergi Padang’ (ABD). Ternyata
langsung, yaitu ‘dia’ dan ‘pergi ke padang’; ‘pergi ke padang’ konstruksi kalimat ini tidak gramatikal. Jadi kehadiran C
terdiri atas dua unsure langsung, yaitu ‘pergi’ dan ‘ke (unsur ‘ke’) wajib dalam kalimat ini. Demikian pula unsur
padang’; ‘ke padang’ terdiri dari dua unsure langsung, yaitu ‘Padang’ dan ‘Dia’ wajib, karena tidak mungkin dihilangkan.
‘ke’ dan ‘padang’. Dengan demikian unsur-unsur langsung Unsur ‘pergi’ justru tidak wajib, karena dapat dihilangkan dan
membentuk suatu konstruksi, dan konstruksi tersebut bisa sisanya tetap meryupakan susunan yang gramatikal. Dengan
membentuk konstruksi yang lebih besar. Unsur-unsur demikian preposisi ‘ke’ lebih inti dibandingkan kata kerja
langsung sebuah konstruksi membentuk konstruksi yang lebih ‘pergi’ dalam kalimat ‘Dia pergi ke Padang’.
besar secara hirarkis mengikuti kaidah atau tata bahasa suatu Teknik lesap ini berguna untuk mengetahui kadar
bahasa. keintian unsur yang dilesapkan. Jika hasil pelesapan itu tidak
gramatikal, berarti kadar keintiannya tinggi, artinya unsur itu
3. Teknik-Teknik Lanjutan mutlak diperlukan untuk membentuk satuan lingual tersebut.
Teknik lesap ini dapat digunakan untuk menganalisis kalimat
Ada tujuh macam teknik lanjutan pada metode
(sintaksis), frasa, klausa, dan kata (morfologi).
distribusional ini, yaitu: teknik lesap (deletion), teknik ganti
(substitution), teknik perluas (expansion), teknik sisip (insertion),
teknik balik, teknik ubah wujud, dan teknik ulang. Teknik-
teknik ini satu-persatu akan diuraikan berikut ini.
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural107 108Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
b. Teknik Ganti (Substitution) ke depan dan ke kanan atau ke belakang satuan lingual. Hal
Teknik ganti dilakukan dengan menggantikan unsur ini sesuai dengan sifat bahasa yang linear (contoh bahasa
suatu satuan lingual dengan unsur lain di luar satuan lingual Indonesia). Hasilnya juga ada dua macam, yaitu gramatikal
yang bersangkutan. Dengan menggunakan teknik ganti, unsur (dapat diterima) dan tidak gramatikal (tidak dapat diterima).
satuan lingual ABCD akan menjadi ABCS, ABSC, ASCD, atau Salah satu manfaat dari teknik perluas adalah untuk
SBCD. Unsur S (substitutor) adalah unsur pengganti dari mengetahui identitas satuan lingual tertentu. Misalnya, kita
unsur yang ada, tergantung unsur mana yang akan membandingkan kata kerja ‘membeli’ dan ‘membelikan’.
digantikan. Unsur yang diganti merupakan unsur yang Kedua kata kerja ini adalah kata kerja transitif, tetapi
menjadi pokok perhatian dalam analisis ini. Seperti halnya kemungkinan besar identitasnya tidak sama. Kata ‘membeli’
teknik lesap, hasil penggunaan teknik ganti ini berupa tuturan dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan sebuah
yang gramatikal dan dapat diterima dan yang tidak komponen kata, yaitu ‘mainan’. Sementara kata ‘membelikan’
gramatikal (tidak dapat diterima). dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan dua
Teknik ganti berguna untuk mengetahui kadar komponen kata, yaitu ‘adik’ dan ‘mainan’, sehingga kata
kesamaan kelas atau kategori unsur terganti. Bila dapat saling ‘membelikan’ dapat diperluas menjadi ‘membelikan adik
menggantikan berarti kedua unsur itu dalam kelas atau mainan’. Sementara kata ‘membeli’ dapat diperluas menjadi
kategori yang sama. Makin banyak kemungkinan penggantian ‘membeli mainan’ dan tidak bisa diperluas menjadi ‘*membeli
unsur yang sama dalam berbagai satuan lingual, makin tinggi adik mainan’. Jadi, kata ‘membeli’ termasuk mono transitif,
kadar kesamaannya. Misalnya, pada kalimat ‘Mahasiswa itu sementara kata ‘membelikan’ termasuk bitransitif.
sedang membaca’, kata ‘membaca’ dapat digantikan dengan Teknik perluas ini juga berguna untuk menentukan
kata ‘menulis’, ‘belajar’ dan ‘ bekerja’, tetapi tidak dapat makna (aspek semantis) satuan lingual tertentu. Teknik
digantikan dengan kata ‘meja’, ‘dia’, dan ‘dua’. Mengapa ada perluas berguna untuk mengetahui kadar kesinoniman bila
kata yang saling menggantikan dan ada yang tidak saling dua satuan berlainan tetapi diduga bersinonim satu sama lain.
menggantikan? Kata yang saling menggantikan berarti Sinonim berarti bentuknya berbeda tetapi informasinya sama
mempunyai kadar kesamaan, misalnya kelas katanya sama; atau maknanya sama.
sementara kata yang tidak dapat saling menggantikan tidak
mempunyai kadar kesamaan, berarti kelas katanya berbeda. d. Teknik Sisip
Teknik sisip dilakukan dengan menyisipkan unsur
c. Teknik Perluas tertentu di antara unsur-unsur yang ada. Pada hakekatnya
Teknik perluas dilakukan dengan memperluas suatu teknik sisip sama dengan teknik perluas, yaitu sama-sama
satuan lingual ke kiri atau ke kanan dengan menggunakan menggunakan unsur tambahan dengan unsur baru. Bedanya,
unsur tertentu yang lain. Satu satuan lingual ABCD, dengan pada teknik perluas penambahan dilakukan di luar satuan
menggunakan teknik perluas, akan menjadi EABCD atau lingual yang ada, sementara penambahan pada teknik lesap
ABCDE, di mana unsur E adalah unsur pemerluas dilakukan di dalam satuan lingual yang ada. Satuan lingual
(ekspansor). Perluasan itu hanya dua macam, yaitu ke kiri atau ABCD setelah dilakukan teknik sisip akan menjadi ABCID,

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural109 110Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
ABICD, atau AIBCD, di mana unsur I (interuptor) adalah (2) *Yang pensiunan PNS itu, ayahnya, benar-benar orang
unsur penyisip. sabar.
Teknik sisip berguna untuk melihat ketegaran letak (3) Dia belajar dengan tekun.
unsur-unsur tertentu. Bila penerapan hasil teknik sisip ini (4) Dua dengan tekun belajar.
menghasilkan tuturan yang gramatikal maka ketegaran Kalimat (1) kadar ketegaran letak unsurnya tinggi,
susunan unsur itu kurang. Bila hasilnya tidak gramatikal sehingga tidak bisa dibalikkan menjadi kalimat (2). Kalimat (3)
berarti tingkat ketegarannya tinggi. Misalnya, pada kalimat kadar ketegaran letak unsurnya rendah, sehingga dapat
‘Mereka main bola di sini’, untuk membuktikan apakah dibalikkan menjadi kalimat (4).
hubungan unsur bahasa ‘mereka’, ‘main’, ‘bola’ ‘di sini’, dapat Dengan demikina dapat dinyatkan bahwa teknik balik
diuji dengan menyisipkan unsur bahasa ‘kemaren’. Hasilnya berguna untuk mengetahui kadar ketegaran letak suatu unsur
dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut ini. dalam susunan beruntun. Bila unsur tertentu bisa dipindahkan
tempatnya berarti kadar ketegaran letaknya rendah.
(1) Mereka kemaren main bola di sini.
(2) *Mereka main kemaren bola di sini. f. Teknik Ubah Wujud
(3) ?Mereka main bola kemaren di sini. Teknik ubah wujud dilakukan dengan mengubah wujud
salah satu atau beberapa unsur satuan lingual yang
Dari kalimat-kalimat di atas terlihat bahwa hubungan antara bersangkutan. Satuan lingual yang berunsurkan ABCD
‘main’ dan ‘bola’ kadarnya cukup tinggi, di antara keduanya dengan teknik ubah wujud akan menjadi CBAD atau CBDA.
tidak bisa disisipi oleh kata ‘kemaren’. Sementara, hubungan Unsur B dan A berubah wujud meskipun elemen intinya sama.
kata ‘mereka’ dan ‘main’ serta ‘main bola’ dan ‘di sini’ kadar Misalnya:
keeratan hubungannya cukup rendah, bisa disisipi oleh kata 1) Dia memuatkan barang itu ke dalam mobil.
‘kemaren’. A B C D
2) Barang-barang itu dimuatkankannya ke dalam mobil.
e. Teknik Balik C B A D
Teknik balik dilakukan dengan membalikkan unsur 3) Barang-barang itu dimuatkan ke dalam mobil
satuan lingual yang ada. Satuan lingual ABCD dengan olehnya.
menerapkan teknik balik akan menjadi ABDC, ACBD, BACD, C B D A
DABC, dan BCDA. Bila penggunaan teknik balik ini dihasilkan
tuturan yang gramatikal, yaitu tidak berubahnya informasi Teknik ubah wujud ini berguna untuk menentukan
tuturan yang dikenai teknik balik itu, berarti ketegaran unsur- tataran makna konstituen sintaksis yang disebut “peran”
unsur dalam tuturan ini rendah. Misalnya, lihatlah kalimat (pelaku, penderita, dsb.), mengetahui pola struktur peran, dan
berikut: mengetahui tipe tuturan berdasarkan pola strukturalnya.
(1) Ayahnya, yang pensiunan PNS itu, benar-benar orang
sabar.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural111 112Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
g. Teknik Ulang BAB X
Teknik ulang digunakan dengan mengulang unsur
PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA
satuan lingual yang ada. Semacam penambahan, tetapi
penambahannya identik dengan dengan unsur lingual yang
Setelah data dianalisis, langkah berikutnya yang harus
sudah ada. Satuan lingual ABCD dengan teknik ulang akan
dilakukan oleh seorang peneliti adalah menyajikan hasil
menjadi ABCDD, ABCCD, ABBCD, atau AAABCD.
analisis data tersebut dalam format tertentu. Menurut
Kemungkinan lainnya akan menjadi ABCDABCD, ABCDCD,
Sudaryanto (2003) ada dua macam metode penyajian data
atau ABABCD atau beberapa bentuk lain yang mungkin
penelitian bahasa, yaitu penyajian formal dan penyajian
dilakukan pengulangan dari unsur yang ada.
informal.
Teknik ulang berguna untuk menentukan identitas
satuan lingual, yaitu jenis satuan lingual apa saja yang dapat
A. Metode Penyajian Formal
dikenai teknik ulang ini. Misalnya, kapan bentuk orang tua
dapat dipandang sebagai kata majemuk dan kapan pula Metode penyajian formal adalah penyajian hasil analisis
bentuk orang tua dapat dipandang sebagai kata. Hal itu dapat data dengan menggunakan tanda-tanda dan lambang-
ditentukan dengan teknik ulang menjadi orang-orang tua, lambang. Tanda-tanda yang dimaksud antara lain tanda
orang-orang tua,orang tua-orang tua, dan orang tua-tua. tambah (+), tanda kurang (-), tanda bintang (*), tanda panah
Seperti dinyatakan pada awal bab ini bahwa analisis ( ), tanda kurung biasa (()), tanda kurung kurawal ({},
dianggap berakhir apabila kaidah yang berhubungan dengan tanda kurung siku ([]), dan sebagainya. Sedangkan lambang-
masalah yang diteliti telah ditemukan. Kaidah yang dimaksud lambang yang dimaksud adalah singkatan nama (S, P, O, V,
di sini mencakup tiga aspek: K), lambang sigma (Σ) untuk satuan kalimat, dan berbagai
(1) Bagaimana lingkup jangkauan berlakunya kaidah, apakah diagram.
ada pengecualian? Hal ini harus secara gambling
dijelaskan. B. Metode Penyajian Informal
(2) Berapa macam jenis atau tipe temuan.
(3) Hubungan antar kaidah, mana yang kaidah pokok dan Metode penyajian informal dilakukan dengan
mana yang bukan kaidah pokok. menggunakan kata-kata biasa. Meskipun demikian
Jadi, analisis dapat dihentikan apabila peneliti penggunaan terminologi yang sifatnya teknis tidak bisa
dihindari.
menemukan bahwa kaidah yang berlaku terkait dengan
fenomena-fenomena tertentu mencakup beberapa macam tipe
dan dari tipe-tipe tersebut diketahui ada tipe pokok, C. Contoh Penyajian Formal dan Informal
sementara yang lain merupakan turunan dari tipe tersebut. Berikut ini diberikan contoh penyajian formal dan
informal yang dikutip dari laporan penelitian Sudaryanto
(1979) “Beberapa Kata Non Referensial Dalam Bahasa
Indonesia”. Contoh berikut ini adalah perihal penggunaan

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural113 114Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
kata pula dalam bahasa Indonesia. Secara informal kaidah
pemakaiannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
1) Kata pula itu berdistribusi paralel dan sinonim dengan jua,
tetapi tidak dengan pun.
2) Klausa dasar yang membentuk kalimat yang mengandung
pula itu, konstituen predikat atau P-nya berupa adjektiva
atau A.
Mengenai kalimat majemuknya dapat diketahui ciri-
cirinya sebagai berikut:
1) Klausa yang pertama merupakan dasar atau alas (hanya Tanda kurung biasa () menyatakan bahwa yang ada di
secara lingual, bukan secara logis) sedangkan klausa yang dalamnya bersifat opsional pemakaiannya; tanda kurung
kedua merupakan klausa yang didasarkan. kurawal {} menyatakan bahwa yang ada di dalamnya boleh
2) Baik klausa pertama maupun klausa kedua diawali dengan dipilih salah satu; tanda kurung siku [] menyatakan bahwa
kata makin, semakin, tambah, bertambah, atau kian. bila yang dipilih lajur pertama, demikian juga pada lajur
3) Dan bila klausa pertama diawali dengan makin, maka kedua; tanda bintang asterik * menyatakan bahwa tuturan itu
demikian pula klausa kedua; demikian seterusnya, bila tidak gramatikal bila digunakan; P = predikat; A = Adjektiva;
klausa pertama diawali dengan semakin klausa kedua juga S = Subjek; N = Nomina; tanda 1 dan 2 menunjukkan bahwa
semakin; bila klausa pertama diawali dengan tambah klausa A1 berbeda dengan A2, N1 berbeda dengan N2.
kedua juga dengan tambah.
Bila disajikan secara formal, maka penyajian kaidah D. Tanda dan Lambang beserta Penggunaannya
tersebut akan tampak seperti berikut ini:
Berikut ini akan dijelaskan tanda dan lambang dan
penggunaannya dalam penyajian kaidah kebahasaan. Tanda
dan lambang ini berlaku untuk penyajian secara formal.

1. Tanda bintang atau asterik (*)


Tanda ini digunakan untuk menyatakan bahwa ujaran
yang diberi tanda ini “dilarang” adanya dalam sistim bahasa
yang bersangkutan. Pelarangan ini terjadi karena tidak
mungkin ungkapan begitu terjadi atau tidak gramatikal.
Lihatlah contoh berikut ini.
a. Dia mengambil piring.
b. Mengambil piring dia.
atau seperti berikut ini:
c. *Dia piring mengambil.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural115 116Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
d. *Piring dia mengambil.

Ujaran yang bertanda asterik pada contoh-contoh di atas


tidak pernah digunakan dalam bahasa Indonesia, karena
melanggar kaidah kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu
kalimat tersebut dilarang penggunaannya.

2. Tanda kurung
Ada tiga jenis tanda kurung yang kita kenal, yaitu
kurung biasa atau bundar ( ), kurung kurawal { }, dan kurung
siku [ ].

a. Kurung biasa atau kurung bundar ( )


Tanda kurung biasa atau kurung bundar ini
menunjukkan bahwa unsur lingual yang ada di dalamnya
bersifat opsional kehadirannya. Artinya unsur itu boleh ada
Dalam contoh 1 di atas dapat dipilih unsur di dalam
dan boleh juga tidak. Lihatlah contoh berikut ini.
kurung kurawal sehingga dimungkinkan membuat ungkapan
1. Kakak dipanggil (oleh) ibu.
sangat kecil, sangat besar, dan sangat baik. Dalam contoh 2 boleh
2. S P (O) (K)
dipilih salah satu unsur dia, ayah, wati dan pulang, tidur, makan,
untuk membentuk kalimat dengan unsur tidak ingin sehingga
Contoh 1 di atas menunjukkan bahwa satuan lingual oleh
dihasilkan kalimat dia tindak ingin pulang, dia tidak ingin tidur,
boleh dipakai boleh tidak, dan contoh 2 menunjukkan bahwa
ayah tidak ingin tidur, ayah tidak ingin makan, dst.
unsur O (objek) dan K (keterangan) boleh hadir bersama S
(subjek) dan P (predikat) dan boleh juga tidak.
c. Kurung persegi [ ]
Tanda ini selalu dipakai berpasangan, artinya ada dua
b. Kurung kurawal { }
lajur yang diberi tanda kurung persegi ini. Jumlah unsur
Tanda ini menunjukkan bahwa unsur yang ada
lingual yang ada dalam masing-masing lajur haruslah sama.
didalamnya dapat dipilih salah satu bila digunakan bersama
Kemudian, pilihan pada lajur pertama haruslah sejajar dengan
satuan lingual lain yang ada di luar kurung. Lihatlah contoh
pilihan pada lajur kedua. Artinya, bila pilihan pada lajur
berikut ini:
pertama adalah baris pertama maka pilihan pada lajur kedua
juga baris pertama, dan seterusnya. Lihatlah contoh berikut
ini:

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural117 118Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
dapat ditambahkan satuan-satuan lingual lain yang sejenis.
Lihatlah contoh berikut ini.

1. anjing 2. sangat baik


kucing enak sekali
ayam agak kurus
. kurang besar
Dalam contoh di atas, kalimat yang mungkin dihasilkan . .
hanya tiga, yaitu: (1) Dia tidak ingin pulang, (2) Ayah tidak ingin . .
tidur, dan (3) Wati tidak ingin makan. .
Dalam menentukan lambang bunyi, pembedaan 6. Tanda anak panah
lambang fonetis dan fonemis juga dilakukan dengan tanda
kurung. Lambang fonetis diapit dengan kurung persegi [ ], Tanda ini dipakai untuk menunjukkan bahwa konstituen
dan lambang fonemis diapit tanda garis miring sejajar / /. di sebelah kiri anak panah terdiri atas konstituen yang berada
di sebelah kanan anak panah itu. Misalnya: K S + P (+O),
3. Tanda silang rangkap # artinya kalimat itu terdiri atas subjek dan predikat dan dapat
juga terdiri atas subjek, predikat, dan objek.
Tanda ini dipakai sebagai batas satuan lingual berupa
silabel, kata, frasa, dan kalimat. Lihatlah contoh berikut: 7. Tanda sama dengan berpalang ≠
a. # minum #
b. # ber # Tanda ini digunakan untuk menunjukkan
c. # anak kecil # ketidaksamaan. Misalnya tentang ≠ tantang, artinya tentang
d. # dia mengambil piring # tidak sama dengan tantang.

4. Tanda garis agak panjang ___ 8. Tanda menyudut ke kiri < atau ke kanan >

Tanda ini panjangnya dua atau tiga huruf. Tanda ini Tanda ini digunakan untuk menunjukkan bahwa yang
digunakan untuk menunjukkan konstituen apa saja. Misalnya berada di sebelah kiri tanda menyudut ke kiri dan yang berada
# ___ K # berarti di depan bunyi konsonan yang terdapat pada di sebelah kanan tanda menyudut ke kanan diderivasikan dari
akhir kata dapat berupa bunyi apa saja. yang berada di sebelahnya itu. Lihatlah contoh berikut ini.

5. Tanda titik-titik ke bawah penakut < takut


takut > penakut
Tanda ini terdiri atas tiga sampai lima titik, Untuk menunjukkan “tidak diderivasikan” digunakan
menunjukkan bahwa dalam lajur yang bersangkutan masih tambahan tanda garis miring yang mengenai tanda menyudut
tersebut.
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural119 120Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
9. Beberapa lambang BAB XI
Lambang-lambang berikut ini sering digunakan di PENULISAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
samping berbagai tanda sebagaimana dijelaskan di atas.
A. Fungsi, Jenis, dan Bentuk Laporan Penelitian
a. Huruf tertentu
Laporan penelitian adalah upaya menceritakan kembali
Huruf tertentu sering muncul sebagai lambang untuk
seluruh rangkaian kegiatan penelitian, mulai dari awal sampai
fungsi dan kategori sintaktik dalam tataran sintaksis, lambang
akhir kegiatan. Mulai dari proses mengidentifikasi masalah,
untuk bunyi fonetik dan fonemik, dan lambang untuk morfem
mengumpulkan data, menganalisis data, mendapatkan
tempat menempelnya afiks. Misalnya huruf-huruf S, P, O, K
temuan, sampai adanya kesimpulan hasil penelitian.
untuk lambang fungsi sintaktik subjek, prediket, objek,
keterangan; huruf-huruf FN, FV untuk lambang kategori
1. Fungsi Laporan Penelitian
sintaktik frasa nomina dan frasa verba; dan huruf K dan V
sebagai lambang fonetik dan fonemis konsonan dan vokal. Penulisan laporan penelitian berfungsi untuk memenuhi
beberapa keperluan. Fungsi yang pertama adalah untuk
b. Angka keperluan akademis. Biasanya ini dilakukan oleh mahasiswa
Lambang angka sering digunakan untuk menunjukkan sebagai tugas akhir studi mereka di perguruan tinggi. Tugas
intonasi kalimat, yaitu tinggi rendahnya lagu. Misalnya, akhir ini disebut dengan ‘skripsi’ untuk tingkat S1, ‘tesis’
intonasi kalimat “dia tidak ke sini” dapat dinyatakan dengan untuk tingkat S2, dan ‘disertasi’ untuk tingkat S3. Penyusunan
angka 2 2 2 3 2 1. Dalam penempatannya, angka dituliskan di laporan penelitian ini dilakukan di bawah bimbingan dosen
atas deretan fonem bentuk kalimat yang bersangkutan. pada masing-masing strata pendidikan tersebut. Kedua, untuk
Lihatlah contoh berikut ini. keperluan pengembangan ilmu pengetahuan. Fungsi ini
2 2 2 3 2 1 biasanya dilakukan di lembaga-lembaga penelitian baik di
Dia tidak ke sini. perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya baik di
tingkat daerah maupun nasional. Fungsi ketiga adalah
c. Lambang sigma Σ penelitian yang dilakukan untuk keperluan lembaga tertentu.
Lambang sigma (Σ) digunakan sebagai lambang satuan Hasil penelitian ini digunakan untuk keperluan lembaga
kalimat. tersebut.

2. Jenis dan Bentuk Laporan Penelitian


Jenis laporan penelitian berkaitan erat dengan fungsi
penelitian seperti dinyatakan di atas. Jenis pertama adalah
penelitian untuk tugas akhir mahasiswa, yaitu berupa skripsi,
tesis, dan disertasi. Jenis penelitian ini mempunyai aturan

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural121 122Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing perguruan a. Judul Penelitian
tinggi. Jenis kedua adalah laporan penelitian untuk publikasi Judul penelitian terdapat pada bagian kulit laporan
ilmiah pada majalah ilmiah seperti jurnal. Gaya penulisannya penelitian. Judul laporan penelitian hendaklah ditulis
cukup luwes dan pola penulisannya disesuaikan dengan target dengan ringkas, jelas, dan mencerminkan isi laporan
pembaca. Oleh karena itu perlu dilihat gaya selingkung yang penelitian. Pada lembaran halaman judul ini biasanya
telah ditetapkan oleh pengelola jurnal dimaksud. Jenis ketiga juga berisi nama peneliti, dan nama instansi di mana
adalah laporan penelitian berbentuk eksekutif, di mana peneliti berada (misalnya Universitas Negeri Padang)
laporan ini ditujukan kepada pengambil keputusan atau atau nama instansi pemberi dana penelitian (misalnya
kebijaksanaan. Laporan jenis ini disajikan dalam bentuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
singkat dan padat, argumentatif dan persuasif. b. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan berisi informasi tentang data-data
B. Kerangka dan Isi Laporan Penelitian Bahasa peneliti dan apa yang diteliti (judul penelitian, jenis
penelitian, nama peneliti), serta disahkan oleh pejabat
Suatu laporan penelitian biasanya terdiri dari tiga bagian
yang terkait (Ketua Jurusan, Dekan, Direktur
utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.
Pascasarjana, Ketua Lembaga Penelitian, dsb.)
Masing-masing bagian mempunyai beberapa unsure seperti
c. Abstrak
dijelaskan berikut ini.
Abstrak berisi ringkasan penelitian yang mencakup
masalah dan tujuan penelitian, metode penelitian,
1. Bagian Awal
temuan penelitian, dan kesimpulan. Abstrak berfungsi
Bagian awal terdiri dari halaman judul (kulit), halaman untuk membantu pembaca menemukan hasil penelitian
pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar dengan cepat. Apabila menurut pembaca temuan
tabel/grafik/gambar, daftar singkatan, daftar lambang, dan penelitian itu menarik, maka dia akan membaca laporan
daftar lampiran. Bagian ini menggambarkan secara penelitian itu secara keseluruhan. Pada instansi tertentu
menyeluruh siapa yang melakukan penelitian, untuk diperlukan membuat suatu ringkasan penelitian yang
keperluan apa, siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini, isinya lebih luas dari abstrak tetapi biasanya ditulis
bagaimana gambaran umum penelitian ini (dapat dilihat pada hanya satu atau dua halaman saja. Disamping unsure
abstrak dan daftar isi), serta hal-hal teknis yang perlu abstrak di atas, dalam suatu ringkasan juga dinyatakan
diperhatikan dalam memahami hasil penelitian (daftar implikasi dan sara-saran untuk penelitian berikutnya
singkatan dan daftar lambang). Berikut ini adalah penjelasan atau tindak lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan.
singkat tentang bagaimana membuat masing-masing unsur d. Kata Pengantar
yang terdapat pada bagian awal suatu laporan penelitian. Kata pengantar berisi pernyataan ringkas tentang
perlunya penelitian dilakukan, tujuan penelitian,
lembaga yang memberikan tugas/mendanai penelitian
dan sebagainya. Kata pengantar dapat ditulis oleh ketua

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural123 124Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
peneliti, ketua lembaga penelitian, atau pimpinan 2. Bagian Inti
lembaga yang mendanai penelitian tersebut.
Bagian inti terdiri atas pendahuluan, kajian pustaka,
e. Daftar isi
metode penelitian, temuan penelitian, dan simpulan
Daftar isi memuat judul-judul yang ada pada suatu
penelitian. Bagian ini menggambarkan seluruh rangkaian
laporan penelitian baik pada bagian awal, bagian inti,
kegiatan penelitian mulai dari rasional kenapa penelitian ini
maupun bagian akhir. Daftar isi memuat judul-judul bab
perlu dilakukan, masalah penelitian, kaitannya dengan
dan sub-bab beserta nomor halamannya. Daftar isi
khasanah ilmu yang ada berupa kajian pustaka, metode dan
berfungsi agar pembaca dapat mengenali bagian-bagian teknik pengumpulan dan analisis data serta temuan penelitian
dari laporan dan dapat melihat hubungannya satu sama dan simpulan.
lain. Dari daftar isi, pembaca dapat menemukan dengan a. Pendahuluan
mudah untuk mencari bab dan sub-bab yang perlu Pendahuluan berisi hal-hal yang berisi uraian tentang
dibaca. talat belakang masalah, masalah penelitian, tujuan
f. Daftar tabel/grafik/gambar
penelitian, serta kegunaan penelitian secara teoritis dan
Daftar tabel/grafik/gambar berisi semua judul
praktis.
tabel/grafik/gambar yang terdapat dalam laporan
b. Kajian Pustaka
penelitian. Daftar ini berguna bagi pembaca untuk
Kajian pustaka berisi telaahan teoritis tentang masalah
mencari pada halaman berapa tabel/grafik/gambar
yang akan diteliti serta kajian tentang penelitian-
dimaksud berada apabila pembaca ingin melihat
penelitian terkait yang telah dilakukan oleh peneliti
tabel/grafik/gambar tersebut.
sebelumnya, serta penyampaian kerangka teoritis
g. Daftar lambang dan singkatan
penelitian yang akan dilaksanakan.
Daftar lambang dan singkatan berisi semua lambang dan c. Metode penelitian
singkatan yang digunakan dalam laporan penelitian
Metode penelitian berisi latar penelitian, metode dan
untuk memudahkan pembaca pemahami makna dari teknik pengumpulan data, dan metode dan teknik
lambang-lambang yang digunakan dan maksud dari
analisis data serta prosedur penelitian.
singkatan yang dibuat peneliti dalam menulis laporan
d. Temuan Penelitian
penelitiannya.
Temuan penelitian berisi hasil dan pembahasan. Pada
h. Daftar lampiran.
bagian ini dikemukakan hasil analisis data sehingga
Lampiran adalah suatu kesatuan yang tidak bisa
ditemukan rumusan kaidah bahasa yang mengatur
dipisahkan dari laporan penelitian. Oleh karena itu,
gejala bahasa yang diteliti. Pada bagian inilah segala
daftar lampiran akan membantu pembaca menemukan
bentuk analisis data yang dikemukakan pada bagian
pada halaman berapa lampiran dimaksud berada. metode penelitian dimanfaatkan untuk akhirnya
menemukan rumusan kaidah bahasa yang dihasilkan.
Hasil dan pembahasan inilah yang menjadi temuan

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural125 126Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
penelitian dan menjadi bagian inti dalam laporan BAB IIIMETODE PENELITIAN (Methods of Research)
penelitian ini. A. Ruang lingkup (Scope of research)
e. Simpulan dan Saran B. Sumber data (Source of data)
Simpulan adalah berupa pernyataan singkat yang dibuat C. Teknik (dan alat) pengumpulan data (Techniques
berdasarkan temuan penelitian. Dalam kesimpulan ini of data collection)
tercermin jawaban pertanyaan penelitian yang telah D. Teknik analisis data (Techniques of data analysis)
dikemukakan pada bagian pendahuluan dan berkaitan E. Prosedur kerja (Research procedures)
dengan hasil pembahasan pada temuan penelitian. Saran BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN PENELITIAN (Analysis
adalah suatu pernyataan tentang hal-hal yang dapat and Findings)
dilakukan oleh peneliti lain atau kelanjutan dari A. Presentasi data (Description of data)
penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan B. Penafsiran dan penjelasan (Interpretation and
temuan penelitian yang telah dilakukan. Saran dapat discussion)
berupa upaya pengembangan penelitian yang ada yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN (Conclusions and
dapat dilakukan oleh peneliti lain terkait dengan bidang Suggestions)
yang telah ditelitinya. A. Simpulan (Conclusions)
B. Saran (Suggestions)
Berikut ini adalah contoh kerangka laporan penelitian
bagian inti. Penekanan diberikan pada fungsi penelitian untuk Dari kerangka laporan penelitian di atas dapat dilihat
keperluan akademis, yaitu penulisan skripsi, tesis, dan bahwa laporan hasil penelitian berisi minimal lima bagian atau
disertasi. Disamping itu juga bisa merangkum model laporan bab, yaitu (1) pendahuluan, (2) kajian teori, (3) metode
penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan. penelitian, (4) analisis dan temuan penelitian, (5) simpulan dan
saran. Bagian (1) sampai (3) adalah unsur yang sudah ada
KERANGKA LAPORAN PENELITIAN pada proposal, pada laporan penelitian mungkin ada
tambahan atau penyempurnaan sesuai dengan kondisi hasil
BAB I PENDAHULUAN (Introduction) penelitian. Bagian (4) ditulis sesuai dengan urutan masalah
A. Latar belakang penelitian (The background of the penelitian yang disebutkan pada bab I, dan simpulan dan
problem) saran ditulis terkait dengan temuan penelitian. Laporan
B. Masalah (The problem of the research) penelitian dapat juga berisi enam bagian atau enam bab.
C. Tujuan (The objective of the research) Untuk ini, temuan penelitian bisa dijadikan dua bagian atau
D. Kebermaknaan penelitian (The significance of the dua bab, kalau diperlukan pembahasan yang lebih mendalam
research) tentang ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA (Review of Related Literature) Analisis dan temuan penelitian merupakan bagian
A. Kerangka teori acuan (Theoretical framework) terpenting dalam suatu laporan penelitian. Di sini lah hasil
B. Penelitian sebelumnya (Previous research) analisis data dipresentasikan dengan menggunakan metode
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural127 128Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
dan teknik analisis data dan presentasi data sesuai dengan analisis data yang dijelaskan pada bagian initi bisanya
landasan analisis bahasa yang digunakan. Argumentasi- diletakkan pada lampiran.
argumentasi analisis dikemukakan sehingga ditemukan suatu a. Daftar Pustaka
rumusan baru untuk bisa dijadikan sebagai temuan penelitian. Daftar pustaka harus disusun menurut abjad
Temuan penelitian ini kemudian dibahas dengan mengacu berdasarkan nama akhir penulis yang pendapatnya
kepada khasanah ilmu yang ada terkait dengan topik dirujuk. Penulisan daftar pustaka harus merujuk kepada
penelitian dan hasil temuan penelitian. Dengan demikian gaya selingkung yang digunakan oleh institusi. Masing-
terlihat posisi temuan penelitian ini pada rangkaian teori masing rujukan minimal berisi dan ditulis dengan
bahasa yang sudah ada. urutan nama penulis, tahun terbit, judul buku, tempat
Simpulan berisi jawaban singkat masalah atau terbit, dan penerbit untuk rujukan berupa buku. Untuk
pertanyaan penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil tulisan yang dikutip dari jurnal, cara penulisannya nama
penelitian. Ada dua gaya dalam penulisan kesimpulan: penulis, tahun terbit jurnal, judul artikel, nama jurnal,
a) Gaya problem numbering, yaitu penulisannya disesuaikan volume, nomor, dan pada halaman berapa tulisan itu
dengan nomor masalah penelitian. Gaya ini sangat dimuat pada jurnal tersebut.
memudahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana b. Daftar Lampiran
jawaban-jawaban masalah yang telah dirumuskan pada bab Lampiran berisi bukti-bukti lapangan yang memperkuat
pertama. laporan penelitian, seperti korpus, peta lokasi penelitian,
b) Gaya Description Problem, yaitu penulisannya dalam bentuk dan data informan. Lampiran merupakan suatu kesatuan
deskripsi, tidak dalam bentuk numerik, mengalir sesuai dengan bagian inti, karena fungsinya melengkapi apa
dengan konteks temuan penelitian, walaupun isinya tetap yang telah dianalis pada bagian inti laporan penelitian.
harus menjawab masalah penelitian.
Saran adalah butiran pernyataan yang disampaikan Laporan penelitian ditulis dalam bahasa Indonesia baku
peneliti terkait dengan apa yang bisa dilakukan berhubungan dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Oleh karena itu,
dengan hasil penelitian. Ada dua hal yang harus diungkap. seorang peneliti harus memahami betul tata-bahasa baku
Pertama, saran untuk penelitian lebih lanjut. Kedua, saran bahasa Indonesia dan tata tulis (ejaan) karya ilmiah. Apabila
untuk penerapan penelitian. laporan penelitian ditulis dalam bahasa asing (sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan akademik atau lembaga pemberi
3. Bagian Akhir dana) maka laporan penelitian juga harus mengikuti kaidah
penulisan dalam bahasa asing tersebut. Dengan memahami
Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.
dua komponen ini, diyakini suatu laporan penelitian dapat
Bagian ini menyatakan bukti-bukti ilmiah mengenai rujukan
yang digunakan dalam melaksanakan penelitian, yaitu berupa dibaca dengan baik oleh siapapun yang berkeinginan untuk
daftar pustaka. Lampiran juga sangat penting dan merupakan membaca hasil penelitian tersebut, baik untuk kepentingan
kesatuan dengan bagian inti, karena rujukan-tujukan data dan menemukan informasi maupun untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural129 130Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
BAB 12 terhadap data yang diragukan keabsahannya atau
memerlukan pembuktian yang lebih mendalam. Untuk itu,
PENUTUP
peran sumber data sangat penting, tidak hanya pada proses
pengumpulan data tetapi juga dalam proses analisis data.
Metode penelitian merupakan komponen utama dalam
Pada tahapan penyajian hasil analisis data, peneliti harus
proses penelitian bahasa. Suatu penelitian akan mendapatkan
menggunakan cara penyajian hasil analisis data yang lazim
hasil yang valid dan reliabel apabila dilakukan dengan
digunakan oleh peneliti bahasa. Penggunaan simbol, tanda,
langkah-langkah penelitian yang tepat. Penentuan metode
lambang, harus mengacu kepada sistem yang telah disepakati
penelitian sangat tergantung kepada masalah penelitian,
oleh para pakar terkait. Penyajian hasil analisis data juga harus
tujuan yang akan dicapai, dan kerangka teori yang digunakan.
dilakukan dalam bahasa yang mudah dimengerti dan
Oleh karena itu seorang peneliti akan menentukan metode
menghindari keambiguan bahasa.
penelitiannya setelah menemukan permasalahan yang akan
Menulis laporan penelitian harus juga mengikuti kaidah
diteliti dan melakukan kajian teori yang mendalam serta
penulisan laporan ilmiah. Cara mengutip pendapat para
melakukan kajian sejauh mana persoalan itu telah diteliti dan
pakar, baik langsung maupun tidak langsung, harus
didiskusikan oleh para peneliti sebelumnya.
mengikuti kaidah pengutipan yang benar. Demikian juga
Ada tiga tahapan utama dalam melaksanakan suatu
ketika membuat daftar referensi. Yakinkan bahwa semua
penelitian lapangan, yaitu tahapan pengumpulan data,
nama yang tercantum dalam halaman laporan penelitian harus
tahapan analisis data, dan tahapan penyajian hasil analisis
tercantum dalam daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka juga
data. Masing-masing tahap harus dilaksanakan dengan
mempunyai aturan tersendiri. Cara penulisan referensi berupa
seksama dan tuntas. Kesalahan prosedur pada masing-masing
buku, jurnal, artikel di website berbeda satu dengan yang
tahapan akan mengakibatkan tidak akuratnya hasil penelitian.
lainnya. Pelajarilah cara penulisannya agar tidak terjadi
Pada tahapan pengumpulan data, peneliti harus yakin
kesalahan dalam penulisan daftar referensi.
bahwa pemilihan instrumen, sumber data, dan teknik
Metode adalah cara yang teratur, yang bersistem, yang
pengumpulan data dapat menghimpun semua data yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang maksud. Metode
diperlukan, baik berupa tuturan maupun hal-hal yang terkait
penelitian bahasa mempunyai langkah-langkah tertentu dalam
dengan konteks terjadinya tuturan itu sendiri. Data direkam
melakukan penelitian mulai dari tataran bunyi bahasa
dan dicatat harus dipahami konteksnya. Oleh karena itu,
(fonologi), kata (morfologi), dan kalimat (sintaksis). Langkah-
pemanfaatan instrument rekam (audio dan video) akan sangat
langkah tersebut hendaklah dilakukan secara konsisten agar
membantu peneliti dalam memahami data yang dikumpulkan.
tujuan yang dimaksud tercapai dengan baik.
Pada tahapan analisis data, peneliti harus dapat
menentukan teknik analisis yang tepat sehingga tujuan
penelitian dapat dicapai. Peneliti harus yakin bahwa data yang
diperoeh merupakan objek yang harus dipahami secara
keseluruhan dan didalami untuk mendapatkan gejala bahasa
yang diteliti secara tuntas. Konfirmasi perlu dilakukan
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural131 132Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
REFERENSI Samarin, William J. (1966). Field Linguistics: A Guide to
Linguistic Field Work. New York: Holt, Rinehart and
Amiruddin. (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Winston.
Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Samsuri. (1991). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Asuh Seliger, Herbert W dan Elena Shohamy. (1989). Second
Ayatrohaedi. (1979). Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Language Research Methods. Oxford: Oxford University
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Semi, M. Atar (1993). Metode Penelitian Sastra. Bandung:
Bogdan, R dan S.K. Bilen. (1982). Introduction to Qualitative Angkasa Bandung
Research Method. New York: John Wiley & Son. Spradley, James P. (1980). Participant Observation. New York:
Crane, L. Yeager, Edward, dan Whitman Randal L. (1981). An Holt, Rinehart and Winston
Introduction to Linguistics. Boston: Little, Brown and Subroto, Edi. (2007). Pengantar Petode Penelitian Linguistik
Company. Struktural. Surakarta: UNS Press.
Crowley, Terry. (2007). Field Linguistics: A Beginner’s Guide. Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik: Ke Arah Memahami
Oxford: Oxford University Press Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A. Sumaryati. (2000). Prinsip- Press.
Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Jakarta: Nuansa Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik
Langacker, Ronald W. (1972). Fundamentals of Linguistic Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada university
Analysis. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Press.
Larsen-Freeman, D. and Long, Michael H. (1991). An Sudaryanto. (1990). Aneka Konsep Kedataan Lingual Dalam
Introduction to Second Language Acquisition Research. Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
London: Longman Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa:
Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis.
Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Moleong, Lexy J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Suriasumantri, Jujun S. (1998). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Populer. Jakarta: Pustaka Sinar harapan
Muhadjir, Noeng. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif: Tarigan, Henry Guntur (1993). Prinsip-Prinsip Dasar Metode
Telaahan Positivistik Rasionalistik dan Phenomenologik. Riset Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Yogyakarta: Rake Sarasin Angkasa
Nazir, Moh. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Vredenbregt, J. (1978). Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat.
Patton, Michael Quinn. (1990). Qualitative Evaluation and Jakarta: Gramedia.
Research Methods. Newbury Park: Sage Publication Woolf, Henry Bosley. (1981). Webster’s New Collegiate
Dictionary. Springfield, Massachusetts: G & C Merriam
Company.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural133 134Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Wray, Alison., Trott, Kate., and Bloomer, Aileen. (1998). INDEX
Projects in Linguistics: A Practical Guide to Researching
Language. London: Arnold A

Adverbia
Afikasasi 27
Alamiah 4
Alfabet 37
Analisis
Artikulatori
Asimilasi 26

Bagi unsur langsung 27


Bahasa
Bentuk 7
Bunyi

Cakap 90
Cakap semuka 90
Cakap tansemuka 90
Catat 90
Context 16

Dasar 89
Data 9, 21, 71
Deskriptif 6, 15
Dialektis 75
Diakronis 15
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural135 136Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Disimilasi 26 I
Distribusional 99 Ilmiah 19
Dokumentasi 92 Ilmiah konseptual 14
Induktif 6
E Informan 78,79, 81, 82
Instrumentasi 42
Elisitasi 84 Interjeksi 28
Etnometodologi 8 Interpretasi 21
Inventif 13
F
K
Fakta 9
Fenomenologis 5 Kalimat 7, 29
Fisibilitas 49 Kata 7, 27
Fonem 7 Kata tugas 27
Fonetik 7, 16 Catalog 56
Fonetis artikulatoris 97 Kebudayaan 10
Fonologi 16, 25 Kekhususan 17, 18
Form 7, 16 Kelas kata
Frasa 7, 29 Kepustakaan 55
Kerangka 44
G Kesebabakibatan 17, 18
Keumuman 17
Ganti 108 Kewaktuan 17
Generalisasi 22 Klasifikasi 23
Klausa 7, 29
H Konjungsi 28
Konsonan 26
Hiliran 3, 34 Konteks 73
Hipotesis 24 Korpus 74
Historis komparatif 15 Kualitatif 5
Huluan 3, 34 Kuesioner 93

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural137 138Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
L O

Laboratorium 11 Objek 71
Langue 104 Observasi 23
Lanjutan 105 Ontology 4
Laporan 123 Ortografis 98
Lapangan 11, 34
Larik tulisan 102 P
Latar 4, 42
Lesap 107 Padan 95
Libat cakap 87 Pancing 87
Lingual 104 Paragraph 29
Lisan 33 Paraphrase 58
Logografik 36 Pengamatan berperanserta 4
Lokasional 77 Perluas 109
Perpustakaan 11
M Populasi 74
Pragmatis 99
Majemuk 28 Proposal 39
Matra 17 Pustaka 92
Memerikan 53
Mengutip 58 R
Mentes 74
Merujuk 58 Referensial 96
Metode 14 Referensi 57
Metode cakap 88 Rekam 88
Metode simak 86 Research 8
Metode distribusional
Metodologi 14 S
Mitra wicara 104
Morfem 7, 27 Sadap 86
Morfologi 16, 26 Sampel 42, 73
Semuka 90
Silabik 36
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural139 140Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Sisip 110 Lampiran 1: Daftar Pertanyaan untuk Penelitian Struktural
Simak 86
Sinkronis 15 A. Keterangan Daerah Pengamatan
Sintaksis 16, 28 1. Identitas Daerah Pengamatan
Sosial 10 a. Nama Desa :
Spekulatif 23 b. Kecamatan :
Substantive 77 c. Kabupaten/Kota :
Struktural 7 d. Propinsi :
2. Situasi kebahasaan
T a. Sebelah timur desa berbahasa :
b. Sebelah barat desa berbahasa :
Tansemuka 90 c. Sebelah utara desa berbahasa :
Teknik 89, 90, 91 d. Sebelah selatan desa berbahasa :
Tempo 17, 18 3. Situasi Geografis
Letak Morfologi
Transaksional 97
Pantai …. Di Dataran Pegunungan Berbukit
Transformasional 8 Km Pedalaman
Tulis 35 dari
Tuturan 16 pantai

U
4. Penduduk
Ubah wujud 111 a. Jumlah penduduk : orang
Universality 17 1) Pria : %
2) Wanita : %
V b. Rentangan umur penduduk
1) Di bawah 20 tahun : %
Vocal 26 2) Antara 20-40 tahun : %
3) Di atas 40 tahun : %
W c. Mayoritas Etnik : jumlah %
d. Minoritas Etnik : jumlah %
Wacana 29, 37 5. Mata pencaharian
a. Bertani : %
b. Nelayan : %
c. Berdagang : %

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural141 142Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
d. Buruh : % 10. Usia desa
e. Pegawai : % Di atas 500 Antara 200-500 50-200 tahun Dibawah 50
f. Lain-lain : % tahun tahun tahun
6. Pendidikan
a. Sekolah Dasar : %
11. Sejarah desa :
b. SMP/sederajat : %
c. SMA/sederajat : %
12. Folklor :
d. Perguruan Tinggi : %
e. Kursus-kursus : %
B. Keterangan Mengenai Informan
f. Pesantren : %
1. Nama :
7. Sarana pendidikan
2. Jenis kelamin : Pria/Wanita
a. Sekolah Dasar : buah
3. Usia : tahun
b. SMP/sederajat : buah
4. Tempat lahir :
c. SMA/sederajat : buah
5. Pendidikan tertinggi :
d. Perguruan Tinggi : buah
6. Pekerjaan :
e. Kursus-kursus : buah
7. Tinggal di desa ini sejak tahun :
f. Pesantren : buah
8. Pernah bepergian ke luar desa :
8. Agama penduduk
Tidak Jarang sekali Jarang Sering
a. Islam : % pernah (1 kali setahun) (1 kali sebulan) (…… kali
b. Katolik : % sebulan)
c. Protestan : %
d. Hindu : %
e. Budha : % 9. Bahasa yang digunakan :
f. Lain-lain : % Di rumah Di masyarakat Di tempat Di perjalanan
kerja
9. Hubungan keluar
Dengan desa lain
Sangat Lancar Sedang Kurang Tidak
lancar lancer lancar 10. Bahasa lain yang dikuasai :
11. Informan pendamping
No Nama/Jenis Usia Pendidukan Pekerjaan Bahasa
kelamin yang
Prasarana hubungan
dikuasai
Jalan Kuda Sepeda Mini Bus Perahu/ Kapal Pesawat
kaki motor bus motor laut udara
boat

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural143 144Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
12. Catatan pewawancara 41. buru (ber) 75. gigi
a. Tanggal wawancara : 42. buruk 76. gigit
b. Tempat wawancara : 43. burung 77. gosok
c. Lamanya wawancara : menit 44. busuk 78. gunung
d. Berapa orang yang hadir dalam 45. cacing 79. hantam
wawancara : orang 46. cium 80. hapus
e. Suasana selama wawancara 47. cuci 81. hati
berlangsung : 48. daging 82. hidung
f. Nama lengkap pewawancara : 49. dan 83. hidup
50. danau 84. hijau
C. Daftar Pertanyaan 51. darah 85. hisap
52. datang 86. hitam
I. 200 Kosa Kata Dasar Swadesh 53. daun 87. hitung
54. debu 88. hujan
1. abu 21. basah 55. dekat 89. hutan
2. air 22. batu 56. dengan 90. ia
3. akar 23. beberapa 57. dengar 91. ibu
4. alir (me) 24. belah (me) 58. di dalam 92. ikan
5. anak 25. benar 59. di mana 93. ikat
6. angin 26. bengkak 60. di sini 94. ini
7. anjing 27. benih 61. di situ 95. isteri
8. apa 28. berat 62. di, pada 96. itu
9. api 29. berenang 63. dingin 97. jahit
10. apung (me) 30. beri 64. diri (ber) 98. jalan (ber)
11. asap 31. berjalan 65. dorong 99. jantung
12. awan 32. besar 66. dua 100. jatuh
13. ayah 33. bilamana 67. duduk 101. jauh
14. bagaimana 34. binatang 68. ekor 102. kabut
15. baik 35. bintang 69. empat 103. kaki
16. bakar 36. buah 70. engkau 104. kalau
17. balik 37. bulan 71. gali 105. kami, kita
18. banyak 38. bulu 72. garam 106. kamu
19. baring 39. bunga 73. garuk 107. kanan
20. baru 40. bunuh 74. gemuk, lemak 108. karena

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural145 146Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
109. kata(ber) 143. mulut 177. tajam 189. tidak
110. kecil 144. muntah 178. takut 190. tidur
111. kelahi(ber) 145. nama 179. tali 191. tiga
112. kepala 146. napas 180. tanah 192. tikam(me)
113. kering 147. nyanyi 181. tangan 193. tipis
114. kiri 148. orang 182. tarik 194. tiup
115. kotor 149. panas 183. tebal 195. tongkat
116. kuku 150. panjang 184. telinga 196. tua
117. kulit 151. pasir 185. telur 197. tulang
118. kuning 152. pegang 186. terbang 198. tumpul
119. kutu 153. pendek 187. tertawa 199. ular
120. lain 154. peras 188. tetek 200. usus
121. langit 155. perempuan
122. laut 156. perut II. Kosa Kata Budaya Dasar Menurut Bidang
123. lebar 157. pikir
124. leher 158. pohon A. Bagian Tubuh
125. lelaki 159. potong
126. lempar 160. punggung 201. alis tumbuhnya
127. licin 161. pusar 202. bagian kuku 216. gigi yang
128. lidah 162. putih yang putih menonjol keluar
129. lihat 163. rambut 203. bahu 217. gusi
130. lima 164. rumput 204. betis 218. ibu jari
131. ludah 165. satu 205. bibir 219. janggut
132. lurus 166. saya 206. bulu kemaluan 220. jari
133. lutut 167. sayap 207. bulu mata 221. Jari manis
134. main 168. sedikit 208. cambang 222. Jari tengah
135. makan 169. sempit 209. dada 223. kelingking
136. malam 170. semua 210. dagu 224. kemaluan laki-
137. mata 171. siang 211. dahi laki
138. matahari 172. siapa 212. garis tangan 225. kemaluan
139. mati 173. suami 213. geraham wanita
140. merah 174. sungai 214. gigi seri 226. keringat
141. mereka 175. tahu 215. gigi yang 227. kerongkongan
142. minum 176. tahun bertumpuk 228. ketiak

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural147 148Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
229. kulit 246. pinggang C. Sistem Kekerabatan
230. kumis 247. pinggul
231. kuping 248. pipi 273. abang (kakak 285. anak dari
232. langit-langit 249. pundak laki-laki) kakak/adik pr
233. lengan 250. punggung 274. abang/kakak ayah
234. lesung pipi 251. rusuk dari istri anak dari
235. lubang telinga 252. siku 275. abang/kakak kakak/adik pr
wanita 253. telunjuk dari suami ibu
236. mata kaki 254. tengkuk 276. abangnya 286. anaknya cucu
237. muka (kuduk) ayah/ibu 287. besan
238. ompong 255. tubuh 277. adik 288. cucu
239. otak 256. tulang kering 278. adik dari istri 289. ipar istri/suami
240. paha 257. tumit 279. adik dari suami 290. istri/suami dari
241. pantat 258. tungkai 280. adik laki-laki abang/kakak
242. paru-paru 259. ubun-ubun ayah/ibu 291. istri/suami dari
243. pelipis 260. urat 281. adik perempuan adik
244. pelupuk mata 261. usus ayah/ibu 292. kakak perempuan
245. pergelangan 282. anak 293. kakaknya
tangan abang/kakak ayah/ibu
283. anak adik 294. kakek
B. Kata Ganti, Sapaan, dan Acuan 284. anak dari 295. menantu
abang/adik laki2 296. mertua
262. kami (berdua) 268. panggilan untuk ayah anak dari 297. nenek
263. kami (bertiga) anak remaja abang/adik laki2 298. orang tua
264. kita 269. panggilan untuk ibu kakek/nenek
265. laki-laki lelaki remaja
266. panggilan untuk 270. panggilan untuk
anak laki kecil lelaki tua D. Kehidupan Desa dan Masyarakat
267. panggilan untuk 271. panggilan untuk
gadis kecil wanita tua 299. amil 303. dewasa
272. (yang) mana 300. arisan 304. juru tulis
301. bertunangan 305. kawin
302. datang ke tempat 306. kenduri
kenduri 307. kepala desa

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural149 150Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
308. kepala kampung 319. pamong desa 362. ruang depan 368. tangga
309. kerja bakti 320. pen 363. ruang tengah 369. tempat
310. ketua adat 321. ronda malam 364. rumah 370. tempat barang
311. khitanan 322. tahlilan 365. serambi di atas tungku
312. lahir 323. upacara empat 366. serambi 371. tiang
313. melahirkan puluh hari samping 372. tungku
314. mengandung 324. upacara tiga hari 367. surau
315. menguburkan 325. upacara seratus
316. meninggal hari F. Peralatan dan perlengkapan
317. menujuh bulan 326. upacara turun
(hamil) tanah 373. alu 394. dingklik
318. menujuh hari 374. ayakan beras, 395. galah
(meninggal) tepung 396. garu
375. bakul 397. gayung
E. Rumah dan bagian-bagiannya 376. bakul kecil 398. gelas
377. balai 399. gergaji
327. atap 344. kandang kerbau (perlengkapan 400. golok (parang)
328. bubungan 345. kandang kuda adat) 401. jala besar
329. dangau 346. kandang merpati 378. balai-balai 402. jala kecil
330. dapur 347. kandang sapi 379. bantal 403. jarum
331. dinding bambu 348. kasau –(kasau) 380. beduk 404. jerat
332. dinding tembok 349. kelenteng 381. beliung 405. kail
333. genting 350. kuda-kuda 382. bubu 406. kapak
334. gereja 351.langit- langit 383. bumbu dapur 407. kasur
335. gudang 352. lubang asap 384. busur 408. keranjang
336. halaman 353. lumbung 385. buyung 409. layar
337. jendela 354. mesjid 386. cangkir 410. lesung
338. jemuran 355. pagar 387. cangkul 411. mata kail
339. kamar 356. palang dada 388. centong 412. nyiru
340. kakus 357. para-para 389. cangkul kecil 413. nyiru besar
341. kandang 358. pelimbahan 390. capi 414. obor
342. kandang ayam 359. pintu 391. cobek 415. obor yang dibuat
343. kandang 360. pondok 392. dayung dari daun kelapa
kambing 361. pusaka 393. dayung(ber) kering

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural151 152Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
416. pahat 439. sendok sayur 466. kerak 483. nasi belum
417. panah 440. suling 467. kerupuk kulit matang
418. pancing 441. sumpit 468. ketupat 484. nasi kukus
419. parang 442. tali pancing 469. kue 485. nenas
420. patil 443. tempat beras 470. nira 486. pecal
421. pedupaan 444. tempat nasi 471. lalab 487. rempeyek
422. pemukul 445. tempat ikan 472. lauk-pauk 488. rujak
423. penggerus, tajak 446. tempat padi 473. lemang 489. rujak sambal
kecil 447. tempayan 474. lepat 490. sagu
424. perahu 448. tikar 475. lontong 491. sambal
425. periuk 449. tiang pengikat 476. madu 492. sayur
426. periuk tanah sampan 477. makanan 493. serabi
427. pikulan 450. tempat 478. mangga 494. tapai
428. piring makan madi/cuci/berhe 479. minuman 495. tape ketan
429. piring kecil nti sampan 480. nangka 496. tuak
430. pisau 451. tempat menjemur 481. nasi 497. ubi
431. ranjau ikan di 482. nasi basi
432. rantang laut/jermal
433. sampan 452. imba H. Tanaman Halaman dan Pepohonan
434. suling 453. tombak
435. selimut 454. wadah 498. alang-alang 512. bunga
436. sendok makan 455. wajan 499. asam 513. bunga kelapa
437. sendok nasi 500. aur 514. cabai
438. sendok 501. bakau 515. cabang
penggoreng 502. bambu 516. cerme
503. batang 517. durian
504. bawang 518. enau
G. Makanan dan Minuman 505. belimbing 519. gambas, oyong
506. belimbing wuluh 520. halia
456. arak 461. cuka 507. beluntas 521. jagung
457. bubur 462. gulai 508. bengkuang 522. jambu air
458. bubur sumsum 463. jagung 509. benih (bibit) 523. jambu batu
459. cendol 464. jeruk 510. beras 524. jambu mente
460. cingcau 465. kacang 511. beringin 525. kacang

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural153 154Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
526. kacang panjang 545. padi dewasa 611. kepompong
527. kacang tanah 546. pandan 580. ayam jantan 612. kera
528. kapuk 547. paria tanggung 613. kerbau
529. kedondong 548. pepaya 581. babi 614. kesturi (sejenis
530. kelapa 549. petai 582. bangau tikus berbau)
531. kelapa yang 550. petai cina 583. barai 615. ketam batu
muda 551. petung (bambu 584. belibis 616. ketilang
532. kelapa yang besar) 585. belalang 617. kepah
belum 552. pisang 586. belut 618. kerang
berdaging 553. pisang batu 587. beruk 619. kerang hijau
533. kelapa setengah 554. pohon 588. biawak 620. kodok
tua 555. pohon kapuk 589. buaya 621. kucing
534. kencur 556. putik kelapa 590. burung hantu 622. kuda
535. kentang 557. rambutan 591. capung 623. kunang-kunang
536. ketimun 558. ranting 592. cecak 624. kupu-kupu
537. kunyit 559. rotan 593. cumi-cumi 625. kura-kura
538. labu 560. rumput 594. domba 626. kutu
539. lengkuas 561. sawi 595. elang 627. laba-laba
540. mandalika 562. semangka 596. gurita 628. lalat
(sirsak) 563. tebu 597. harimau 629. lalat hijau
541. melinjo 564. terong 598. ikan gabus (langau)
542. manggis 565. tuba 599. ikan hiu 630. lebah
543. mengkudu 566. ubi jalar 600. ikan lele 631. lutung
544. nipah 567. ubi kayu 601. ikan dencis 632. merpati
602. ikan mas 633. musang
I. Binatang 603. ikan pari 634. nyamuk
604. itik 635. penyu
568. anak angsa 575. anak kodok 605. itik manila 636. perkutut
569. anak anjing 576. ayam (entog) 637. pipit
570. anak ayam 577. ayam betina 606. jangkrik 638. rusa
571. anak domba dewasa 607. kadal 639. rayap
572. anak entog 578. ayam betina 608. kalajengking 640. sapi
573. anak ikan gabus tanggung 609. kambing 641. semut
574. anak itik 579. ayam jantan 610. kancil 642. semut besar

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural155 156Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
643. serangga 652. tuma (kutu 700. ladang 718. pantai
644. siput pakaian) 701. landai 719. pelangi
645. siput laut 653. tuna (ikan 702. lembah 720. perak
646. tanduk tongkol) 703. lereng 721. petir
647. telur kutu 654. udang 704. lubuk 722. punggung
648. tikus 655. udang galah 705. mata air gunung
649. tikus besar 656. ular hijau 706. matahari 723. puting beliung
650. tikus kecil 657. ular sawah condong ke barat 724. sawah
651. tokek 658. ulat 707. matahari 725. sejuk
sepenggalah 726. selatan
J. Musim, Keadaan Alam, Benda, Alam, dan Arah 708. mendung 727. senja
709. muara sungai 728. sore
659. anak sungai 681. dusun (kampung) 710. musim hujan 729. tanjung
660. arang 682. emas 711. musim panas 730. tebing
661. arus 683. embun 712. itu 731. teluk
662. atas 684. fajar 713. ombak 732. tengah hari
663. banjir 685. gerhana 714. padang 733. tepian
664. bara 686. gerimis 715. padang alang- 734. terjal
665. barat 687. guntur alang 735. timur
666. bawah 688. hangat 716. pagi 736. utara
667. belakang 689. hari 717. pagi buta
668. besi 690. hari sekitar pukul
669. bintang jatuh 10 malam K. Penyakit dan Pengobatan
670. bintang kejora 691. hari sekitar pukul
671. bukit 12 siang 737. batuk 744. bisul
672. bulan 692. hari sekitar pukul 738. batuk kering 745. borok
673. bulan purnama 8 malam 739. bekas luka 746. burut
674. bulan sabit 693. hujan angin 740. belek (klara, 747. busung
675. busut 694. hujan panas sejenik sakit 748. buta
676. darat 695. hutan belantara mata) 749. congek
677. datar 696. jurang 741. bengek (asma) 750. demam
678. debu 697. kayu 742. berkunang- 751. demam panas
679. depan 698. kilat kunang 752. disentri (berak
680. dinihari 699. kota 743. bisu darah)
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural157 158Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
753. encok 768. pingsan 856. sulit 864. terkejut
754. gondo 769. pusing 857. takut (pada 865. tidak adil
755. kejang urat 770. rabun benturan fisik) 866. tidak buta
756. kesambet 771. rabun ayam 858. takut (pada 867. tidak malu
757. ketombe 772. rajasinga (siplis) suasana) 868. tidak sabar
758. kudis 773. rasa mau 859. tegak 869. tinggi
759. kurap muntah 860. telanjang 870. ujung
760. letih 774. rasa gatal di 861. tenang 871. ungu
761. luka kepala 862. tengah 872. usang
762. mencret 775. sakit perut 863. terang
763. mulas 776. selesma
764. nanah 777. sembuh, M. Mata Pencaharian
765. obat melahirkan
766. panu 778. suara parau 873. buruh pengambil 879. nelayan
767. penyakit 779. tuli kelapa 880. pandai besi
menular 780. wasir 874. buruh 881. pandai emas
pencungkil 882. pawang
L. Perangai, Kata SIfat, dan Warna kelapa binatang
875. dukun 883. pelawak
781. angkuh 796. cekatan 876. dukun bayi 884. petani
782. asam 797. cepat 877. dukun sunat 885. tukang
783. bagus 798. cerdas 878. kuli
784. bengkok 799. coklat
785. berani 800. dungu N. Pakaian dan Perhiasan
786. berbulu 801. gampang
787. bersih 802. gelap 886. anting-anting 895. cincin
788. bijaksana 803. gemuk 887. baju 896. gelang
789. biru 849. sabar 888. baju koko 897. ikat kepala
790. bodoh 850. sakit 889. baju panjang 898. jarum
791. bohong 851. sakti 890. benang jahit 899. kain batik
792. boros 852. salah 891. benang tenun 900. kalung
793. botak 853. sehat 892. celana dalam 901. kapas
794. buta 854. sombong 893. celana panjang 902. kebaya
795. cantik 855. sopan 894. celana pendek 903. kopiah

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural159 160Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
904. kutang 909. selendang 953. hitung (dalam Beras (gula)
905. lilin (malam) 910. sepatu hati) tumpah dari goni
906. nila 911. singlet 954. ingat (ter) ketika dibawa
907. sabuk 912. terompah 955. injak 976. lempar (me)
908. sarung 913. sandal 956. intai 977. letakkan
957. jemur (me), 978. letus (me)
O. Permainan menjemur 979. lindur (me)
pakaian (tidur berjalan)
914. gasing 917. layangan 958. jilat 980. lirik
915. gundu (kelereng) 918. pencak silat 959. jinjing (me) 981. ludah (me)
916. jurus pencak 919. sepak bola 960. jitak (ketuk 982. lupa
kepala 983. luruskan (me)
P. Gerak dan Kerja dengan buku sampan
jari) 984. mandi
920. ambil 937. cuci (me) 961. jongkok 985. menyodorkan
921. angkat (me) 938. dayung (me) 962. junjung, dukung semua hidangan
922. asuh (me) 939. delik (me), lotot di kepala dihadapan
923. ayun (me) 963. kaji (me) seseorang
924. baca 940. diam di tempat 964. kelahi (ber) 986. minum dari
925. bangun 941. didik (me) 965. kelahi (ber) ceret
926. berak 942. dorong (men) dengan mulut 987. muntah
927. bopong 943. dukung 966. kelahi (ber) 988. naik
928. buang (gendong) dengan tangan 989. ngences
929. bujuk 944. dukung di 967. kejar (ma) 990. ngobrol
930. bawa (me) belakang 968. kencing 991. nyala (me)
931. bawa (me) 945. dukung di 969. kulum 992. nyenyak
sampan ke tepi pundak 970. kunyah 993. panah (me)
932. buka (me) 946. gandeng 971. ladang (ber) 994. panggil
933. buka (ber) puasa 947. gantung 972. larang (me) 995. pejamkan mata
934. baring (ber) 948. genggam 973. lari (ber) 996. peleset (ter)
935. bersihkan (mem) 949. ganti (me) 974. lepas 997. peluk
ladang dari pohon 950. geser (ber) 975. kain yang 998. pergi
dan rumput 951. henti (ber) terlepas dari 999. pikul
936. bisik (ber) 952. hirup badan, tercecer, 1000. pintal (me)

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural161 162Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
1001. potong 1021. susui (me) 1062. kesebelas 1076. sembilan
1002. pulang 1022. tanam 1063. kesembilan 1077. sembilan belas
1003. pukul 1023. tangis (me) 1064. kesepuluh 1078. sembilan puluh
1004. putus 1024. tari 1065. keseratus 1079. sepuluh
1005. raba 1025. telan 1066. keseribu 1080. sepuluh ribu
1006. rangkul 1026. telungkup 1067. ketiga 1081. seratus
1007. sandar 1027. tendang 1068. katujuh 1082. seratus sepuluh
1008. sedak (ter) 1028. tenggelam 1069. lima belas 1083. seribu
1009. sedu-sedu (ter) 1029. tenun (me) 1070. lima puluh 1084. tiga belas
1010. seduh (me) 1030. terbenam 1071. lima ribu 1085. tiga puluh
1011. selam 1031. terbit 1072. ratus 1086. tiga puluh lima
1012. sembunyi (ber) 1032. teriak 1073. ribu 1087. tujuh
1013. senandung (ber) 1033. terima 1074. sebelas 1088. tujuh belas
1014. sendawa (ber) 1034. tidurkan (me) 1075. sedikit 1089. tujuh puluh
1015. sentuh 1035. tinju
1016. sila (ber) 1036. tunjuk R. Kata Tugas
1017. simpan 1037. turun
1018. simpuh (ber) 1038. tusuk 1090. akan 1104. lusa
1019. suap (me) 1039. urut 1091. atau 1105. pernah
1020. suruh 1040. usap 1092. belum 1106. sedang
1093. besok 1107. sekarang
Q. Kata Bilangan 1094. dahulu 1108. selalu
1095. dari 1109. seringkali
1041. delapan 1052. kedelapan 1096. di luar 1110. sudah
1042. delapan belas 1053. kedua 1097. di sana 1111. supaya
1043. delapan puluh 1054. keduabelas 1098. hari ini 1112. tadi
1044. dua belas 1055. kaduapuluh 1099. jarang 1113. tetapi
1045. dua puluh 1056. keduapuluh 1100. kadang-kadang 1114. tiba-tiba
1046. dua puluh lima satu 1101. ke 1115. tiga hari yang
1047. empat belas 1057. keempat 1102. kemarin akan datang
1048. empat puluh 1058. keenam 1103. kepada
1049. enam 1059. kelima
1050. enam belas 1060. kelimabelas
1051. enam puluh 1061. kesatu

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural163 164Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
III. Struktur Frasa 1148. mendayung
1149. memetik kelapa
A. Frasa Nominal
C. Frasa Adjektival
1. Relasi Posesif (Genitif)
1150. amat besar 1156. kelapa yang
1116. anak kambing 1121. orang tua kawan 1151. anak muda besar
1117. hidung saya saya 1152. anak yang nakal 1157. ikan yang kecil
1118. kandang ayam 1122. pekerjaan kakak 1153. arus yang deras 1158. laut yang luas
1119. kepala kakak 1123. pemberian ayah 1154. besar sekali 1159. lebih besar
saya 1124. rumah ayah 1155. hubung yang 1160. paling besar
1120. mata saya 1125. tangan adik tinggi 1161. sama besar
dengan ayah
2. Relasi Partitif
D. Frasa Adverbial
1126. akhir minggu 1129. pinggir jalan
1127. awal minggu 1130. pisau lipat 1162. banyak anak 1169. hampir tiba
1128. penghabisan 1131. sisa makanan 1163. beberapa orang 1170. ke pasar
bulan 1164. dari pasar 1171. lima puluh
1165. di belakang pekerja
3. Relasi Asal dan Material rumah 1172. sedang mandi
1166. di dalam rumah 1173. seratus orang
1132. anting emas 1137. panah besi 1167. di rumah 1174. seribu rumah
1133. dinding bambu 1138. peti kayu 1168. di sisi rumah 1175. tidak makan
1134. gelang perak 1139. rantai emas
1135. kain batubara 1140. rumah papan IV. Kalimat Sederhana
1136. orang tanjung
1176. Adik berjalan 1180. Apakah
B. Frasa Verbal 1177. Adik dimandikan bapakpernah ke
ibu Jakarta
1141. bertanam padi sampan 1178. Agar lulus ujian 1181. Ayah mandi
1142. harus istirahat 1145. mau belajar kamu harus Belajar 1182. Ayah membeli baju
1143. ingin tidur 1146. membawa anak 1179. Apa yang saudara untuk saya
1144. makan nasi 1147. memukul anjing maksud 1183. Ayah membelikan
Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural165 166Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
1184. Bacalah buku itu saya baju itu
1185. Bagaimana 1202. Kamu boleh ikut 1218. Walau diundang,
membuat kecap asalkan membayar dia tidak akan
1186. Baju dibeli ayah 1203. Sepeda motornya datang
untukku rusak sehingga dia
1187. Berapa harga 1 kg kemalaman
ubi kayu 1204. Mengapa ia
1188. Biarkan saja dia terlambat
bermain di luar 1205. Mereka tidak
1189. Bilamana kamu pernah berkelahi
pergi 1206. Negara kita
1190. Di kampung tidak berdasarkan
ada listrik pancasila
1191. Hari ini terlalu 1207. Nelayan pergi ke
panas laut
1192. Hujan turun hingga 1208. Pak Bupati tidak
sore datang sehingga
1193. Ia menangis karena upacara dibubarkan
dipukul 1209. Petani pergi ke
1194. Ibu memandikan sawah
adik 1210. Rumah itu besar
1195. Ibu pulang dari sekali
pasar 1211. Saya dibelikan ayah
1196. Jika tidak tahu, sebuah baju
harap bertanya 1212. Saya tidak suka
1197. Kakak ke sekolah pisang
1198. Kakak sudah pergi 1213. Sejak pagi
1199. Kakaknya bodoh, mendung
tetapi adiknya 1214. Siapa itu
pandai 1215. Sore sekali
1200. Kalau menolong kamudatang
jangan kepalang 1216. Tolong belikan
1201. Kambing itu rokok
hampir mati 1217. Untuk siapa baju

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural167 168Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Lampiran 2: Contoh Proposal Penelitian Bahasa (1) terperikan sistem pembentukan kata bahasa Indonesia baik
tulis maupun lisan, (2) terumuskan pergeseran sistem
Berikut iniadalah contoh Proposal Penelitian pembentukan kata bahasa Indonesia tulis dan lisan, (3)
Fundamental bidang Linguistik yang telah lolos seleksi untuk ditemukan fungsi kata bentukan secara morfologis dan
didanai oleh DP2M Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sosiolinguitis, dan (4) dirumuskan produktivitas sistem
tahun anggaran 2012. pembentukan kata baru berdasarkan kajian morfologi dan
sosiolingistik.
JUDUL PENELITIAN : Pergeseran Sistem Pembentukan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
Kata Bahasa Indonesia; Kajian metode kualitatif dan menggunakan pendekatan penelitian
Morfologi dan Sosiolinguistik linguistik struktural. Objek penelitian adalah kata dalam
ABSTRAK : bahasa Indonesia. Data penelitian adalah kalimat (tuturan)
yang di dalamnya terdapat pembentukan kata baru. Sumber
Pedoman umum pembentukan istilah yang merupakan data penelitian ini adalah sumber bahasa tulis seperti surat
lampiran II dari buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia kabar, majalah, brosur dan buku, dan sumber bahasa lisan
belum mengakomodir sistem pembentukan kata bahasa seperti berita televisi, radio dan pidato. Populasi penelitian
Indonesia yang digunakan oleh penutur bahasa Indonesia saat adalah keseluruhan kalimat dan tuturan yang memiliki
ini. Sementara itu, sistem pembentukan kata baru mulai pembentukan kata. Teknik penyamplingan adalah teknik
muncul dan menggeser paradigm lama bersamaan dengan purposif sampling. Metode dan teknik pengumpulan data
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibatnya, menggunakan metode simak dengan teknik dasar
rujukan tatabahasa baku bahasa Indonesia tidak lagi memadai menggunakan teknik sadap dan teknik lanjutan menggunakan
untuk memahami sistem pembentukan kata-kata baru teknik simak bebas libat cakap dan teknik simak bebas libat
tersebut. Kajian morfologi, yang menganalisis susunan cakap, serta teknik lanjutan berikutnya adalah teknik rekam
internal kata dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk dan teknik catat..
menjawab persoalan pembentukan kata. Dari sisi lain, kajian Metode analisis data yang digunakan adalah metode
sosiolinguistik, yang menganalisis kaitan bahasa dengan agih. Pemerian dan pergeseran sistem pembentukan kata
pengguna bahasa dalam masyarakat penuturnya, dapat (masalah 1 dan 2) dianalisis berdasarkan kaidah umum
memberikan makna terjadinya pergeseran pembentukan kata pembentukan kata dalam morfologi dan kaidah khusus yang
tersebut. Kedua teori kebahasaan ini dipandang tepat untuk muncul diluar kaidah umum dengan menggunakan teknik
mengungkap pergeseran pembentukan kata bahasa Indonesia. dasar bagi unsur langsung (BUL). Untuk menemukan fungsi
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah kata bentukan (tujuan 3), digunakan teknik ganti dan teknik
diperolehnya sistem pembentukan kata bahasa Indonesia tulis perluas. Produktivitas sistem pembentukan kata (tujuan
dan lisan dengan menggunakan konsep morfologi dan 4)adalah (a) sangat produktif jika proses itu sangat umum,
sosiolinguistik berdasarkan situasi kebahasaan penutur teramalkan, tidak ada hambatan, (b) cukup produktif jika
Indonesia saat ini. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah: proses itu sering terjadi, agak teramalkan, kadang-kadang ada

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural169 170Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
hambatan, (c) kurang produktifjika proses itu hanya terjadi mengutamakan bunyi yang bagus atau enak didengar
pada kondisi tertentu saja dan seringkali mendapat hambatan, sehingga mudah diingat oleh pendengar.
(d) tidak produktif jika proses itu hanya terjadi pada kondisi Dengan sifat bahasa yang mana suka (arbitrary),
yang sangat khusus, dan sangat terbatas. kemunculan kosa kata baru dimungkinkan adanya setiap saat
dan dapat dilakukan oleh siapa saja dari penutur bahasa
BAB I : PENDAHULUAN tersebut. Kemanasukaan bahasa mengundang penutur yang
kreatif menciptakan hal-hal yang baru. Hal ini biasanya
1.1. Latar Belakang Masalah muncul bermula dari keisengan penutur, kemudian karena
Dalam berkomunikasi, pengguna bahasa pada enak didengar dan sesuai dengan konteks pembicaaan, maka
umumnya akan selalu berusaha menggunakan khasanah kosa kata iseng tersebut kemudian digunakan oleh penutur yang
kata yang ada dalam bahasa yang digunakannya. Apabila lain. Akhirnya ungkapan baru itu tersebar dan digunakan oleh
ungkapan yang ada dirasakan kurang tepat, maka dia akan kelompok tersebut dalam percakapannya.
berusaha meminjam, mengadaptasi dan bahkan menciptakan Perkembangan bahasa tidak bisa terlepas dari perubahan
kata baru sesuai dengan pesan yang akan diungkapkannya sosial yang terjadi dalam masyarakat. Dengan kata lain,
dan sesuai pula dengan suasana hatinya. Dari suasana inilah perubahan sosial akan berpengaruh pada bentuk-bentuk
muncul ungkapan-ungkapan baru dalam bahasa yang bahasa yang digunakan. Hal ini tidak terlepas dari sifat bahasa
digunakan. Usaha-usaha seperti ini menjadikan bahasa itu yang merupakan fenomena sosial (social phenomenon). Oleh
tumbuh dan berkembang, yaitu bermunculannya kosa kata karena itu bahasa tidak akan statis. Perubahan-perubahan
baru, baik disengaja maupun tanpa disengaja. yang terjadi bukan hanya karena ketidakpuasan akan bahasa
Munculnya kata-kata baru bahasa Indonesia melalui yang ada tetapi lebih cenderung untuk mencari sesuatu yang
proses pemendekan seperti akronim, singkatan, dan baru yang berbeda dari apa yang ada saat itu.
penggalan telah memberi warna pada gejala pembentukan Kaum remaja, sebagai kelompok pengguna bahasa
kata bahasa Indonesia. Warna baru yang muncul adalah generasi baru, mempunyai kreativitas tersendiri dalam
kecendrungan untuk menjadikan pemendekan itu menjadi berkomunikasi, baik sesama remaja maupun dengan orang
kata yang mudah dibaca dan memberi kesan tertentu bagi yang lebih tua atau lebih muda umurnya. Banyak istilah-istilah
pendengarnya. Gejala seperti ini merupakan cerminan baru yang muncul dalam berkomunikasi. Kadang-kadang
pengaruh perubahan sosial budaya masyarakat yang muncul mereka menggunakan istilah baru yang dikembangkan dari
pada perilaku berbahasa mereka. Masyarakat yang dulu patuh kosa kata lama yang mereka miliki. Fenomena ini perlu
dengan aturan yang ditetapkan cenderung melakukan dicermati, terutama untuk pengembangan ilmu bahasa
pemberontakan terhadap batasan-batasan yang diberikan, (linguistik).
sehingga tingkah laku kebahasaan merekapun keluar dari Zaim (2008a dan 2009) dalam artikel dan makalahnya
aturan kelaziman yang ada. Akronim, singkatan, dan tentang pembentukan kata bahasa Indonesia di media surat
penggalan sebagai proses pembentukan kata baru tidak lagi kabar menyatakan bahwa kemunculan akronim, singkatan,
mengikuti pola dasar yang sudah baku, tetapi cenderung dan penggalan baru dalam headline surat kabar adalah

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural171 172Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
sebagai upaya efisiensi komunikasi. Pembentukan kata baru 2007; Lieber, 2009; Zaim, 2009) penjelasan tentang
ini tidak hanya muncul pada bahasa tulis, tetapi juga pada pembentukan kata bahasa Indonesia belum memadai, apalagi
bahasa lisan seperti acara di televisi dan radio. kalau dilihat dari maraknya perkembangan pembentukan kata
Secara teoritis, pembentukan kata merupakan kajian baru oleh pengguna bahasa Indonesia saat ini. Oleh karena itu
morfologi bahasa, yaitu kajian unsur terkecil yang mempunyai perlu dilakukan kajian yang komprehensif tentang sistem
makna. Penggabungan dari dua atau lebih unsur yang pembentukan kata bahasa Indonesia berdasarkan penggunaan
mempunyai makna akan membentuk konstruksi baru dengan bahasa oleh penuturnya.
makna gabungan dua atau lebih unsur yang ada atau makna
baru yang terlepas dari makna unsur yang membentuknya. 1.2. Masalah Penelitian
Inilah unsur bahasa yang disebut kata (word). Ketika kata itu Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat
digunakan dalam berkomunikasi, maka akan dipengaruhi oleh dinyatakan sebagai berikut:
lingkungan pengguna bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, di 1. Bagaiman kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia
dalam sosiolinguistik dikenal ada istilah register, kata-kata tulis dan lisan?
yang digunakan dalam konteks penutur tertentu dan hanya 2. Bagaimana pergeseran sistim pembentukan kata bahasa
muncul dan mempunyai makna dalam konteks tersebut. Indonesia tulis dan lisan?
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia diatur dalam 3. Bagaimana fungsi kata bentukan secara morfologis dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah sebagai lampiran II dari sosiolinguistis?
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988; Alwi, 4. Bagaimana produktivitas sistem pembentukan kata
1998; Pusat Bahasa, 2007). Di dalam buku ini dijelaskan aspek bahasa Indonesia berdasarkan kajian morfologi dan
tata bahasa peristilahan yang mencakup penggunaan kata sosiolingistik?
dasar, proses pengimbuhan, proses pengulangan, dan proses
penggabungan. Buku lainnya, “Pengindonesiaan Kata dan 1.3. Tujuan Penelitian
Ungkapan Asing” cenderung hanya menjelaskan bagaimana Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk (1)
garis haluan penggantian kata dan ungkapan asing ke dalam memerikan sistem pembentukan kata bahasa tulis dan lisan
bahasa Indonesia (Sugono, 2009). Sementara ditemukan juga bahasa Indonesia, (2) mengungkapkan pergeseran sitem
buku lain yang membahas tentang pembentukan kata yaitu pembentukan kata bahasa Indonesia tulis dan lisan, (3)
“Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia Yang mengungkapkan fungsi kata bentukan secara morfologis dan
Disempurnakan” terbitan Pusat Bahasa (2004) yang mengatur sosiolinguistis, (4) mengungkapkan produktivitas system
cara penulisan singkatan dan akronim. Jadi, penjelasan tentang pembentukan kata bahasa Indonesia secara morfologis dan
pembentukan kata Bahasa Indonesia dibahas secara terpisah sosiolinguistis.
pada beberapa buku terbitan Pusat Bahasa. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama
Dibandingkan dengan teori pembentukan kata (word dua tahun. Secara khusus, tujuan penelitian untuk tahun
formation/lexical formation), seperti diungkapkan oleh ahli pertama adalah sebagai berikut.
tatabahasa (lihat McManis et all., 1987; Katamba, 1993; Booij,

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural173 174Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
1. Memerikan sistem pembentukan kata bahasa tulis bahasa 3. Secara aplikatif, penelitian ini dapat digunakan sebagai
Indonesia. bahan kajian kebahasaan dalam pengajaran bahasa di
2. Mengungkapkan pergeseran sitem pembentukan kata sekolah menengah dan perguruan tinggi.
bahasa Indonesia tulis. Luaran penelitian ini adalah berupa rumusan sistem
3. Mengungkapkan fungsi kata bentukan secara morfologis pembentukan kata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan
dan sosiolinguistis bahasa Indonesia tulis. pedoman, di antaranya untuk menerjemahkan teks berbahasa
4. Mengungkapkan produktivitas sistem pembentukan kata asing ke dalam bahasa Indonesia, seperti penerjemahan
bahasa Indonesia tulis secara morfologis dan manual penggunaan alat dan teknologi tepat guna, baik untuk
sosiolinguistis. keperluan informasi, pengembangan ilmu pengetahuan
Pada tahun kedua, tujuan khusus penelitian ini dapat maupun penerapan teknologi itu sendiri. Dengan penggunaan
dinyatakan sebagai berikut: bahasa yang tepat, masyarakat akan terbantu menyerap
1. Memerikan sistem pembentukan kata bahasa lisan bahasa informasi dan teknologi sesuai dengan kebutuhannya. Di
Indonesia, samping itu, luaran penelitian ini juga berupa publikasi ilmiah
2. Mengungkapkan pergeseran sistem pembentukan kata yang diterbitkan pada dua jurnal ilmiah kebahasaan
bahasa Indonesia lisan, terakreditasi.
3. Mengungkapkan fungsi kata bentukan secara morfologis
dan sosiolinguistis bahasa Indonesia lisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
4. Mengungkapkan produktivitas sistem pembentukan kata
bahasa Indonesia lisan secara morfologis dan 2.1. Pembentukan Kata
sosiolinguistis. Pembentukan kata baru dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu mengubah kata yang sudah ada atau menciptakan
1.4. Manfaat/Urgensi Penelitian kata yang betul-betul baru. Pembentukan kata yang paling
Temuan penelitian ini bermanfaat dari sisi keilmuan lazim adalah mengubah kata yang ada menjadi bentuk kata
(teoritis), penggunaan bahasa (praktis), dan pengajaran bahasa baru. Sangat jarang kita jumpai kata baru yang muncul itu
(aplikatif). betul-betul baru dalam pengertian bukan pinjaman atau
1. Secara keilmuan (teoritis), kajian ini bermanfaat terhadap ubahan dari kata yang sudah ada baik dalam bahasa itu atau
pengembangan kajian ilmu bahasa khususnya bidang dari bahasa lain. Pengubahan yang paling lazim dilakukan
kajian morfologi dan sosiolinguistik. Selanjutnya hasil adalah dengan afiksasi. Afiks mempunyai fungsi gramatika,
penelitian ini bermanfaat untuk menyempurnakan yaitu mempunyai kesanggupan mengubah kelas kata.
tatabahasa baku bahasa Indonesia terutama dalam Disamping itu, afiks juga mempunyai kesanggupan mengubah
penataan sistem pembentukan kata. makna kata (Sutawijaya, 1996). Dengan kata lain, apabila afiks
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan melekat pada bentuk dasar, dia memiliki fungsi tertentu yaitu
dalam memahami kemunculan kata baru dalam bahasa fungsi gramatika dan fungsi semantik. Dalam bahasa
Indonesia.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural175 176Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Indonesia, selain dengan afiksasi, pengubahan kata bisa juga Abreviasi diciptakan untuk kepraktisan dalam
dilakukan dengan reduplikasi, pemajemukan, dan abreviasi. berbahasa. Sebuah ungkapan yang panjang dan sulit
Booij (2007) menyatakan bahwa secara tradisional ditangkap maksud keseluruhan dapat disampaikan secara
pembentukan kata terdiri atas dua macam, yaitu derivasi praktis dan lebih komunikatif dengan menggunakan abreviasi.
(derivation) dan pemajemukan (compounding). Menurut Booij, Kepraktisan dan kekomunikatifan penggunaan abreviasi akan
pengguna bahasa juga dapat membuat kata baru (word creation terasa bila abreviasi itu sudah menjadi sesuatu yang sangat
atau word manufacturing) dengan cara singkatan (blends) , populer, seperti PRRI, Tabanas, Sembako, Narkoba dan
akronim (acronyms), alphabetisms, dan penggalan (clipping). sebagainya. Kata-kata ini sudah terasa sebagai sebuah kata
Sementara itu, McManis et all. (1987) menyatakan bahwa ada yang mempunyai referensi langsung dengan yang
lima jenis pembentukan kata pada berbagai bahasa, yaitu dilambangkannya tanpa melalui pemahaman terhadap
compounding, affixation, reduplication, morpheme internal change, kepanjangannya.
dan suppletion. Dalam bahasa Inggris, menurut McManis et all. Istilah lain untuk abreviasi adalah kependekan.
(1987), ada sepuluh jenis pembentukan kata, yaitu derivation, Kependekan, menurut Kridalaksana, (1983), adalah bentuk
compounding, acronyms, backformation, blending, clipping, coinage, kata atau frase yang diringkaskan yang dipakai disamping
functional shift, morphological misanalysis, dan proper names. bentuk panjangnya. Jenis-jenis kependekan adalah akronim,
Lieber (2009) menggunakan istilah “Lexeme Formation” kontraksi, lambang huruf, penggalan, dan singkatan. Dari lima
untuk makna pembentukan kata. Menurut Lieber, ada tujuh jenis kependekan ini yang produktif adalah akronim,
jenis pembentukan kata, yaitu derivation, affixation, penggalan, dan singkatan. Akronim dinyatakan sebagai
compounding, conversion, coinage, blending, dan backformation. bentuk kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku
Istilah conversion sama dengan functional shift menurut kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata
McManis et all. (2007). Jenis pembentukan kata Lieber ini lebih yang wajar; misalnya KAMI, ABRI, HANKAM, RUDAL.
sedikit dibanding McManis. Penggalan dinyatakan sebagai bentuk kependekan yang
Dari berbagai bentuk sistem pembentukan kata di atas, terbentuk dengan mempertahankan salah satu bagian kata,
abreviasi merupakan proses pembentukan kata baru yang biasanya sebuah suku kata; misalnya bu (dari ibu), lab (dari
paling banyak digunakan oleh pengguna bahasa. Hampir laboratorium). Singkatan dinyatakan sebagai bentuk
setiap hari kita menemukan abreviasi baru dalam surat kabar, kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik
majalah, dan media masa lainnya serta percakapan lisan yang dilafalkan huruf demi huruf, Seperti DPR, KKN, maupun
sehari-hari. Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau yang tidak, seperti dsb dan yth.
beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga Moeliono (1988) dan Alwi (1998) membagi kependekan
jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Abreviasi bertujuan ini atas dua jenis, yaitu singkatan dan akronim. Singkatan
untuk menghasilkan sebuah bentuk yang lebih singkat dari dinyatakan sebagai bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
bentuk aslinya. Dalam bahasa Indonesia abreviasi itu dapat satu huruf atau lebih. Singkatan dapat berupa singkatan nama
berwujud singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat (misalnya
lambang huruf (Sutawijaya, 1996). Muh. Yamin, M.Hum, Bpk., Kol.), singkatan nama resmi

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural177 178Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
lembaga pemerintah, badan atau organisasi, serta nama yang ada dan banyak pula yang menyimpang dari kaidah
dokumen (misalnya DPR, PGRI, KTP), singkatan umum yang yang ada.
terdiri atas tiga huruf atau lebih (misalnya dll., dsb.), lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata Akronim (acronym)
uang (misalnya Cu, cm, l, kg, Rp.). Akronim dinyatakan Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf
sebagai singkatan yang berupa gabungan huruf awal, awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata (Meliono,
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Dari segi 1988; Alwi, 1998). Pengertian akronim di sini terlalu umum,
pembentukannya ada dua jenis akronim, yaitu: (1) akronim sehingga semua bentuk kependekan dapat dikategorikan ke
yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata (misalnya dalam akronim. McManis et all. (1987) membedakan antara
SIM, UNP), (2) akronim yang berupa gabungan suku kata atau akronim (acronym), singkatan (blending), dan penggalan
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata (misalnya (clipping). Menurut McManis:
Bappenas, Sespa). Dari penjelasan ini kelihatannya Moeliono Acronyms are those words that are formed
memasukkan istilah penggalan ke dalam kelompok singkatan. by taking the initial sounds (or letters) of the
Dalam bahasa Inggris sendiri dibedakan antara akronim words of a phrase and uniting them into a
(acronym), singkatan (blending), dan penggalan (clipping) combination which is itself pronounceable as a
(McManis et all., 1987). separate word. For examples: laser (light
Selanjutnya Moeliono (1988) dan Alwi (1998) amplification through the stimulated emission
menambahkan bahwa dalam membentuk akronim perlu of radiation), and radar (radio detection and
diperhatikan syarat-syarat berikut: (1) jumlah suku kata ranging).
akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada Blending is a combination of the parts of
kata Indonesia, (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan two words, usually the beginning of one word
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan and the end of another. For examples, smog
pola kata Indonesia yang lazim. from smoke and fog, and brunch from breakfast
and lunch.
2.2. Pembentukan Kata Bahasa Indonesia Mutakhir In clipping, we shorten words without
Zaim (1999), Zaim (2001) dan Zaim (2008a) telah paying attention to the derivational
mencoba menelusuri pembentukan kata bahasa Indonesia morphology of the words (or related words).
mutakhir dalam berita surat kabar terbitan Padang. Dari kata- For examples, exam has been clipped from
kata baru yang muncul akhir-akhir ini, bentuk akronim examination, and dorm from dormitory.
(acronym) dan singkatan (blending) merupakan gejala yang
sangat banyak muncul. Bentuk-bentuk ini bervariasi Akronim dalam pengertian ini adalah singkatan yang
kemunculannya, dalam arti ada yang patuh dengan kaidah berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang ada. Bentuk
akronim baru yang ditemukan rata-rata mematuhi aturan

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural179 180Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
yang ada, yaitu mengambil huruf pertama dari setiap kata Ada beberapa akronim yang berasal dari bahasa asing
yang diakronimkan. Misalnya: PIL (pria idaman lain), WIL yang dipertahankan pemakaiannya misalnya pada akronim
(wanita idaman lain), BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa LoI (letter of intent), MoU (memorandum of understanding).
Konsumen), IKR (Instalasi Kabel rumah), KKSK (Komite Malahan, pada akronim IMF meskipun sudah ada kata
Kebijakan Sektor Keuangan), HAKI (Hak Atas Kekayaan Indonesianya “Dana Moneter Internasional”, tetap saja
Intelektual), dsb. Pengembangan dari bentuk ini adalah akronim IMF digunakan untuk mengacu kepada lembaga
dengan menambahkan angka apabila muncul dua atau lebih keuangan dunia tersebut, tidak ada keinginan untuk
huruf sama yang berdampingan, misalnya: KP3T (Komisi menggantinya menjadi DMI, seperti yang dilakukan pada
Penyelidikan dan Pemeriksaan Pelanggaran HAM Tanjung penyingkatan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) sebagai
Priok), B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Namun, pengganti dari UN (United Nations). Lihatlah contoh berikut
penggunaan angka ini kadang-kadang meragukan karena ini:
digunakan juga untuk menunjukkan maksud lain, misalnya: Persetujuan IMF atas LoI merupakan cermin
PPD2 (Panitia Pemilihan Daerah Tingkat 2). Jadi, angka 2 di kepercayaan lembaga keuangan multilateral
sini menunjukkan tingkat 2, bukan huruf D nya yang dua, terhadap Indonesia (Tempo, 46/XXVIII/17-23
seperti huruf P pada contoh KP3T (Zaim, 2008). Januari 2000:70)
Akronim yang muncul belakangan ini tidak Akronim tidak hanya digunakan untuk
mempertimbangkan jumlah huruf yang diakronimkannya. menyatakan nama diri atau institusi tetapi dapat
Misalnya lihatlah beberapa akronim berikut ini: PP PTHKTI juga digunakan untuk menyatakan ungkapan-
(Pengurus Pusat Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani ungkapan khusus. Misalnya: memang disingkat
Indonesia), PT PLN-PJB II (Pembangkit Tenaga Listrik Jawa menjadi mm (em-em), pendekatan menjadi pdkt
Bali II), Menneg PM/PBUMN (Menteri Negara Penanaman (pedekate).
modal/Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara), dsb.
Gejala baru yang muncul dalam membuat akronim ini Singkatan (clipping)
adalah tidak selalu harus menuliskan huruf awal kata itu Singkatan dalam pengertian ini adalah gabungan suku
seperti adanya, tetapi justru menuliskan salah satu hurufnya kata atau huruf dan suku kata dari deret kata yang ada.
seperti bacaannya, misalnya: ELSAM (Lembaga Studi dan McManis et all. (1987) menjelaskan bahwa pada dasarnya
Advokasi Masyarakat). Gejala ini juga nampak pada akronim singkatan merupakan gabungan suku kata awal kata pertama
ELTEHA (alih-alih LTH) (Zaim 2001). dengan suku kata akhir kata kedua seperti brunch yang berasal
Gejala lain adalah mencampurkan huruf besar (kapital) dari kata breakfast dan lunch. Dalam bahasa Indonesia kita
dengan huruf kecil. Hal ini terutama untuk menghindari menemukan pemendekan berikut: Polantas = polisi lalu lintas
akronim yang sama dalam bidang yang sama. Misalnya: PPn Dalam bahasa Indonesia, kemunculan singkatan lebih
untuk akronim dari Pajak Pertambahan Nilai, sementara beragam, bukan hanya sebatas suku kata awal dan suku kata
PPnBM untuk akronim dari Pajak Penjualan Barang Mewah. akhir seperti contoh di atas. Hal itu dapat dilihat pada analisis
Kenapa tidak PPBM saja? berikut ini.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural181 182Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
a. Suku kata awal + Suku kata akhir saja, pokoknya tercipta kata baru yang berkesan dan mudah
Contoh: Gebu = gerakan seribu diingat oleh pendengar.
b. Suku kata awal + Suku kata awal Penyingkatan juga dilakukan tanpa mengindahkan suku
Contoh : Mahmil = mahkamah militer kata atau bukan suku kata, yang penting enak didengar dan
Bigos = Biang gosip rada-rada asing bagi telinga untuk mendengarnya. Misalnya,
c. Suku kata akhir + Suku kata akhir curhat (curahan hati), bigos (biang gossip), taplau (tapi lauik),
Contoh: Danton = komandan peleton dsb.
Pokja = kelompok kerja
d. Suku kata awal + suku kata awal + suku kata awal Pemenggalan (blending)
Contoh: Balita = bawah lima tahun Pemenggalan adalah singkatan yang berupa
Batita = bawah tiga tahun pemotongan satu kata hanya dengan menyebut bagian yang
Rakerancab = Rapat Kerja Antar Cabang dianggap bisa mewakili kata itu sendiri. Misalnya, laboratorium
e. Suku kata awal + Suku kata awal kata dasar + Suku kata disingkat menjadi lab, bapak menjadi pak. Pemenggalan seperti
akhir kata dasar contoh tadi masih mempertimbangkan kata dasarnya. Namun,
Contoh: menhutbun = menteri kehutanan dan perkebunan pemenggalan kata sekarang cenderung seenaknya tanpa
f. Suku kata awal + Suku kata akhir kata dasar + Suku kata mengindahkan imbuhan yang ada, misalnya perpustakaan
akhir kata dasar dipenggal menjadi perpus (gabungan bagian afiks per- dan
Contoh: Depkumdang = departemen hukum dan perundang- bagian kata dasar pus)
undangan Pada bahasa gaul, pemenggalan kata biasanya disertai
g. Suku kata awal + Suku kata awal + Suku kata akhir dengan sisipan tertentu, yang kelihatannya sudah menjadi
Contoh: Astaga = Asyik Tak Terduga kesepakatan. Misalnya, kata bapak dipenggal menjadi bap dan
Ada kecendrungan bahwa pada singkatan tidak semua diberi sisipan –ok- setelah huruf awal penggalan kata tersebut,
unsur kata yang disingkat terwakili. Unsur huruf dan suku sehingga muncul kata baru bokap. Lihatlah contoh kata bahasa
kata yang diambil hanyalah yang dapat membuat singkatan gaul berikut ini: rokum, doku. Kedua kata ini kalau diambil
yang enak diucapkan dan didengar dan dapat dijadikan kata. sisipan –ok- nya akan menjadi rum (penggalan dari rumah), dan
Lihatlah contoh berikut ini: du (penggalan dari duit). Dengan rumus itu, amatlah gampang
Organda = Organisasi Pengusaha Angkutan Darat bagi anak gaul untuk membuat istilah baru dan memahami
Kontras = Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban istilah baru yang dimunculkan berdasarkan konteks yang ada.
Tindak Kekerasan Berdasarkan rujukan di atas, dapat dilihat bahwa terjadi
Galibu = Gerakan Lima Ribu Rupiah pergeseran system pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Unimed = Universitas Negeri Medan Untuk itu, perlu dilakukan kajian yang komprehensif untuk
Contoh di atas menunjukkan bahwa penyingkatan menemukan sistem pembentukan kata yang digunakan oleh
cenderung dilakukan dengan mengambil unsur kata di mana penutur bahasa Indonesia saat ini. Kajian tersebut mencakup
bahasa tulis dan bahasa lisan.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural183 184Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Sebagai dasar analisis penelitian ini, kajian sistem tanggal 11 Mei 2000 dengan judul “Pembentukan Kata dalam
pembentukan kata dalam penelitian ini mengacu kepada Bahasa Indonesia Kontemporer”. Ketiga, Zaim (2008a) dengan
pendapat McManis et all (1987), Booij (2007); Lieber (2009); penelitian ilmiah berjudul “Pergeseran Sistem Pembentukan
Zaim (2009). Sistem pembentukan kata tersebut dapat dilihat kata Bahasa Indonesia Pasca Orde Baru” dengan sumber dana
pada bagan berikut ini: Departemen Pendidikan Nasional. Keempat, Zaim (2009)
Bagan 1: Sistim pembentukan kata (word formation) dengan judul “Word Formation” bagian dari buku “English
Morphology”. Namun demikian, untuk kajian lengkap
pergeseran sistem pembentukan kata Bahasa Indonesia perlu
dilakukan kajian yang lebih komprehensif melalui penelitian
ini.

2.3. Kajian Morfologi


Kajian Morfologi terkait dengan studi tentang unit
bahasa yang mempunyai makna atau struktur internal kata
(Zaim, 2009). Morfologi adalah bidang kajian linguistik yang
mempelajari bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata
dan bagian-bagian kata, yakni morfem (Kridalaksana, 1983;
Katamba, 1993). Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang
mempunyai makna (Richard et all, 1985; McManis et all, 1987;
Katamba, 1993; Booij, 2007). Satuan bahasa yang mempunyai
makna ini dapat berupa satu fonem atau gabungan beberapa
fonem. Satu morfem atau gabungan dari morfem inilah yang
kemudian membentuk kata. Oleh karena itu, kajian
pembentukan kata tidak bisa dilepaskan dari kaidah-kaidah
morfologi.
Kajian sistem pembentukan kata Bahasa Indonesia ini, Pembentukan kata secara morfologis terkait dengan
dengan topik-topik yang terbatas telah peneliti lakukan baik proses penggabungan morfem bebas (free morpheme = FM) dan
dalam bentuk artikel, penelitian, maupun bagian dari buku morfem terikat (bound morpheme = BM). Penggabungan
yang peneliti tulis. Pertama, Zaim (2001) dengan artikel ilmiah morfem dapat menyebabkan perubahan makna dan kelas kata
berjudul “Pembentukan Kata dengan Akronim, Singkatan dan (derivasi), atau hanya berupa penanda gramatika (infleksi).
Penggalan dalam Bahasa Indonesia Mutakhir” dalam Penggabungan dua unsur ini dapat berupa FM+FM, FM+BM,
Humanus, Vol. IV, No. 1 Tahun 2001 (terakreditasi). Kedua, BM+BM, dengan berbagai variasinya, akan menyebabkan
Zaim (2000) dalam makalahnya yang disajikan pada Seminar terjadinya proses asimilasi dan disimilasi, perubahan makna,
Linguistik MLI Komisariat Fakultas Sastra Unand pada dan perubahan jenis kata. Parera (1990) menggunakan istilah

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural185 186Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
proses morfemis atau proses morfologis untuk menyatakan pemilihan ragam bahasa (Nababan, 1984). Unsur-unsur itu
proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif antara lain adalah siapa berbicara dengan siapa, tentang apa
maupun inflektif. Proses morfemis dibedakan atas (1) proses (topics), dalam situasi (setting) yang bagaimana, dengan tujuan
morfemis afiksasi, (2) proses morfemis perubahan internal, (3) apa, dengan jalur apa (tulisan atau lisan) dan ragam bahasa
proses morfemis pengulangan, (4) proses morfemis zero, (5) yang mana. Hymes (1972) menggambarkan unsur bahasa
proses morfemis suplesi, dan (6) proses morfemis (components of speech) tersebut dalam suatu akronim
suprasegmental (McManis et all, 1987; Parera, 1990; Zaim, SPEAKING (Setting, Participat, Ends, Act sequences, Key,
2008b). Proses morfemis dapat menyebabkan terjadinya Instrument, Norms dan Genres).
perubahan makna dan perubahan kelas kata (Kridalaksana, Pembentukan kata akan dipengaruhi oleh bagaimana
1990). penggunaan bahasa oleh masyarakat. Terkait dengan ini,
Kajian morfologi akan mengungkap unsur satuan bahasa Nababan (1984) menyatakan sosiolinguistik menghubungkan
apa yang terlibat dalam pembentukan kata, bagaimana faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri dan ragam bahasa dengan
pembentukan itu terjadi, bagaimana makna bisa berubah, serta situasi serta faktor-faktor sosial budaya. Adanya variasi
kaidah-kaidah apa yang bisa digunakan dalam pembentukan bahasa memungkinkan kelompok penutur bahasa tertentu
kata tersebut. membuat kata-kata atau istilah baru sebagai wujud eksistensi
mereka dalam kelompok penutur bahasa tersebut. Di era
2.4. Kajian Sosiolinguistik globalisasi ini, sejalan dengan kemajuan teknologi, banyak kita
Sosiolinguistik adalah kajian tentang bagaimana bahasa temukan istilah-istilah baru yang dibuat oleh kelompok
digunakan oleh masyarakat penutur bahasa (Aronoff and pengguna bahasa tertentu. Ini tentu akan menjadi sangat
Miller, 2001). Sosiolinguistik adalah kajian linguistik yang menarik apabila bisa dilihat formulasi pembentukan
mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasanya secara sosiolinguistik.
bahasa dan perilaku sosial (Kridalaksana, 1983). Di dalam
kajian sosiolinguistik dikenal adanya variasi bahasa yang BAB III : METODE PENELITIAN
disebabkan oleh perbedaan kelas sosial, perbedaan wilayah,
perbedaan gender, perbedaan umur, dan perbedaan pekerjaan. 3.1 Jenis dan Metode Penelitian
Variasi bahasa dapat dilihat dari konsep dialek, sosiolek, Jenis penelitian ini adalah penelitian deskritif kualitatif.
repertories dan register (Pateda, 1987). Bahasa dilihat sebagai Penelitian deskriptif adalah memerikan gejala bahasa seperti
sistem yang tidak terlepas dari ciri-ciri penutur dan dari nilai- apa adanya. Pendiskripsian bahasa adalah menggambarkan
nilai sosiobudaya yang yang dipatuhi penutur itu (Sumarsono bahasa sebagaimana adanya (Zaim, 2008b). Dalam linguistik
dan Partana, 2002). dikenal dengan linguistik deskriptif. Istilah ini bertentangan
Pengkajian penggunaan bahasa dan laku bahasa disebut dengan linguistik preskriptif, mendeskripsikan bahasa
etnografi bahasa. Yang dikaji dan diperikan khususnya ialah sebagaimana seharusnya sesuai dengan ukuran yang
unsur-unsur yang terdapat dalam tindak berbahasa dan ditetapkan untuk peristiwa kebahasaan tertentu yang
kaitannya dengan, atau pengaruhnya terhadap bentuk dan dipandang baik dan benar (Sudaryanto, 2003). Dalam

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural187 188Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
penelitian ini, gejala bahasa yang ditemukan diinterpretasikan 3.4 Teknik Penyamplingan
sesuai dengan landasan teori morfologi dan sosiolinguistik. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan kalimat yang
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. memiliki bentukan kata dalam BI dan digunakan oleh penutur
Subroto (1992) menyatakan metode kualitatif banyak BI. Teknik penyamplingan adalah teknik purposif sampling
digunakan untuk mengkaji masalah-masalah yang termasuk (sampling bertujuan). Sampel dipilih sesuai dengan tujuan
ilmu-ilmu humaniora atau ilmu-ilmu kemanusiaan; ilmu untuk memperoleh data penelitian berupa kalimat-kalimat
bahasa atau linguistik tergolong ilmu humaniora. Jenis (tuturan) BI yang memiliki verba atau nomina afiksasi. Sampel
penelitian kualitatif dipandang tepat dalam mengkaji masalah penelitian ini adalah data yang menggambarkan penggunaan
sistem pembentukan kata BI. Sistem pembentukan kata BI semua tipe pembentukan kata BI (populasi) dengan semua
dikaji dengan berbagai gejala, latar dan konteksnya. Penelitian gejala morfologis dan sosiolinguitisnya.
ini menggunakan metode penelitian linguistik struktural.
Metode penelitian linguistik struktural juga berkaitan dengan 3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
metode linguistik deskriptif (Subroto, 1992). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode simak (Sudaryanto, 1993).
3.2 Objek dan Data Penelitian Metode simak adalah cara memperoleh data dengan
Objek penelitian ini adalah kata bentukan bahasa menyimak penggunaan bahasa yang diteliti. Istilah metode
Indonesia. Data penelitian adalah kalimat (tuturan) yang di simak ini tidak hanya berkaitan untuk menyimak bahasa lisan
dalamnya terdapat kata bentukan. tetapi juga untuk menyimak bahasa tulis (Mahsun, 2005).
Dalam metode simak ada beberapa teknik dasar dan teknik
3.3 Sumber Data lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap
Sumber data penelitian ini adalah bahasa Indonesia tulis dengan teknik lanjutannya adalah teknik simak bebas libat
yang terdapat pada berita dan artikel pada surat kabar umum cakap dan teknik simak bebas libat cakap. Teknik lanjutan
Kompas, Republika, Media Indonesia, surat kabar khusus Nova, berikutnya adalah teknik rekam dan teknik catat. Data-data
Aneka, Sport, majalah berita dan hobbi Tempo, Intisari, Pulsa. yang disimak direkam dengan tape recorder dan data yang
Alasan pemilihan ini adalah bahwa penggunaan BI pada dibaca dikumpulkan dengan teknik catat dalam kartu data.
sumber-sumber itu mencerminkan penggunaan BI masa kini Data penelitian dalam kartu data dilanjutkan dengan
dengan segala persoalan kehidupan penuturnya. Dengan klasifikasi/pengelompokan kartu data.
demikian, diperoleh data yang mencerminkan penggunaan
pembentukan kata dengan semua tipe atau gejala kebahasaan. 3.6 Validitas Data
Selain bahasa tulis, dalam penelitian ini juga digunakan pula Validitas data merupakan hal penting untuk kegiatan
sumber lisan yakni radio dan televisi. analisis data. Data yang valid adalah data yang terdapat dalam
tuturan dan lazim digunakan, dan tuturan itu terdapat di
dalam teks seperti berita tulis dan lisan, bacaan umum, teks
pidato, buku, dsb. Artinya, bentukan kata baru BI yang lazim

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural189 190Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
dan sering digunakan dalam tuturan seperti dinyatakan di menjawab masalah penelitian 2 dan 3, yaitu pergeseran sistem
atas merupakan data yang valid. pembentukan kata dan fungsi morfologis. Fungsi
Untuk data yang diragukan atau dipertanyakan sosiolinguistik akan dilihat dari konteks dan siapa pengguna
keberadaannya dalam tuturan, dilakukan validitas data bentukan kata baru yang ditemukan.
dengan triangulasi sumber dan triangulasi dengan penutur Untuk menganalisis produktivitas pembentukan kata
lain. Data penelitian yang memperlihatkan hal yang sama dari baru BI (masalah penelitian 4)dilakukan hal-hal sebagai
beberapa sumber merupakan data yang valid. Untuk data berikut. Produktivitas dipilah atas empat tipe: (1) sangat
yang dibangkitkan oleh peneliti ditriangulasi lagi kepada tiga produktif, (2) cukup produktif, (3) kurang produktif, (4) tidak
penutur yang ditetapkan. Data penelitian yang keberadaannya produktif. Sistem pembentukan kata sangat produktif jika
sudah meyakinkan tidak perlu dicek kepada para penutur proses itu sangat umum pada kondisi yang memenuhi syarat,
lain. teramalkan, tidak ada hambatan. Sistem pembentukan kata
cukup produktif jika proses itu sering terjadi pada banyak tipe
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data pada kondisi yang memenuhi syarat, agak teramalkan,
Metode analisis yang digunakan adalah metode agih kadang-kadang ada hambatan. Sistem pembentukan kata
seperti dikemukakan Sudaryanto (1993). Metode agih adalah kurang produktifjika proses itu hanya terjadi pada kondisi
metode analisis yang alat penentunya bagian dari bahasa itu dengan tipe tertentu saja dan seringkali mendapat hambatan.
sendiri, yaitu unsur dari bahasa objek sasaran penelitian. Sistem pembentukan kata tidak produktif jika proses itu hanya
Metode agih mempunyai teknik dasar dan teknik lanjutan. terjadi pada kondisi yang sangat khusus, dan sangat terbatas.
Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur Untuk itu, dilakukan pemeriksaan kemampuan proses
langsung (BUL), dimana satuan lingual data dibagi menjadi pembentukan kata.
beberapa unsur atau bagian. Unsur-unsur tersebut dianggap
sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual data BAB IV : JADWAL PELAKSANAAN
yang dianalisis (Zaim, 2009). Teknik ini digunakan untuk Jadwal kegiatan penelitian pergeseran sistem
menjawab masalah penelitian 1 dan 2, yaitu sistem pembentukan kata bahasa Indonesia; Kajian morfologi dan
pembentukan kata dan pergeseran sistem pembentukan kata. sosiolinguistis ini adalah seperti berikut ini.
Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti dan Tabel 1: Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian
teknik perluas. Teknik ganti dilakukan dengan mengganti No Kegiatan/ penanggung jawab bulan ke
unsur satuan lingual dengan unsur lain di luar satuan lingual 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Persiapan
yang bersangkutan. Hasil penggunaan teknik ganti berupa 1. Penelusuran pustaka/
tuturan gramatikal dan dapat diterima dan yang tidak anggota peneliti
gramatikal dan tidak dapat diterima. Teknik perluas 2. Pemantapan teori/ peneliti
digunakan untuk menentukan segi kemaknaan satuan lingual utama
seperti kadar kesinoniman dan berbagai kadar komponen 3. Penentuan sumber, dan data
penelitian/peneliti utama
maknawi satuan lingual. Teknik ini digunakan untuk
2 Pengumpulan data

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural191 192Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
1. Pengumpulan dan seleksi Lieber, Rochelle. (2009). Introducing Morphology. Cambridge:
data/ anggota peneliti Cambridge University Press
2. Analisis data dalam rangka
perolehan data yang valid/
Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja
peneliti utama Grafindo Persada.
3. Triangulasi data dengan tiga McManis, Carolyn. et all. (1987). Language Files: Materials for An
informan/ anggota peneliti Introduction to Language. Ohio: Advocate Publishing
3 Analisis dan pemaknaan data/ Group.
peneliti utama
Moeliono, Anton M. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
4 Penulisan draf laporan/
anggota peneliti Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
5 Seminar hasil riset/ peneliti Nababan (1984). Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT
utama Gramedia
6 Revisi dan perbaikan laporan/ Parera, Jos Daniel. (1990). Morfologi. Jakarta: Gramedia Pustaka
peneliti utama
Utama
7 Penggandaan dan pengiriman
laporan/ anggota peneliti Pateda, Mansoer. (1987). Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa
Pusat Bahasa (2004). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasional
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Pusat Bahasa (2007). Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional
Hymes, Dell. (1972). “Models of the interaction of language Richard, Jack., John Platt, and Heidi Weber (1985). Longman
and social life” dalam JJ Gumperz and Dell Hymes, Dictionary of Applied Linguistics. Essex: Longman Group
directions in Sociolinguistics. New York: Holt, Reinhart Limited.
and Winston Inc. Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Struktural.
Aronoff, Mark dan Ress-Miller, Janie. (2001). The Handbook of Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Linguistics. Oxford: Blackwell Publishers Inc. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa:
Booij, Geert. (2007). The Grammar of Words; An Introduction to Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis.
Morphology. Oxford: Oxford University Press Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Katamba, Francis. (1993). Morphology. London: Macmillan Sugono, Dendy dkk. (2009). Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan
Press Ltd. Asing. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Kridalaksana, Harimurti. (1983). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Nasional
Gramedia Sumarsono dan Partana, Paina. (2002). Sosiolinguistik.
Kridalaksana, Harimurti. (1990). Kelas Kata dalam Bahasa Yogyakarta: Sabda
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Sutawijaya, H. Alam. (1996). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural193 194Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural
Zaim, M. (2000) “Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia”,
Makalah Seminar Linguistik MLI Unand, 11 Mei 2000.
Zaim, M. (2001) “Pembentukan Kata dengan Akronim,
Singkatan dan Penggalan dalam Bahasa Indonesia
Mutakhir”, Humanus, Vol. IV, No. 1 Tahun 2001
Zaim, M. (2008a) Pergeseran Sistem Pembentukan Kata Bahasa
Indonesia Pasca Orde Baru. Laporan hasil penelitian.
Jakarta: Depdiknas
Zaim, M. (2008b). Metode Penelitian Bahasa. Padang: Fakultas
Bahasa Sastra dan Seni
Zaim, M. (2009). English Morphology. Padang: Fakultas Bahasa
Sastra dan Seni, Universitas Negeri Padang.

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural195

Anda mungkin juga menyukai