Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Seiring berjalannya waktu dan zaman perkembangan teknologi informasi,


telekomunikasi menyebabkan mulai munculnya aplikasi bisnis yang berbasis e-
banking. Tujuannya adalah mempermudah nasabah untuk melakukan akses
terhadap kegiatan perbankan.

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang menyebutkan


bahwa bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Menurut Kasmir (2012:12), Bank adalah lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Sehubungan dengan semakin berkembangnya pelayanan jasa bank melalui


internet (internet banking) dan sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan
Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Yang menjelaskan mengenai internet
banking. Internet Banking adalah salah satu pelayanan jasa bank yang
memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi
dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet, dan bukan
merupakan Bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui
internet, sehingga pendirian dan kegiatan yang hanya menggunakan internet tidak
diperkenankan.

Internet Banking dapat berupa Informational Internet Banking,


Communicative Internet Banking dan Transactional Internet Banking.
Informational Internet Banking adalah pelayanan jasa bank kepada nasabah dalam

1
bentuk informasi melalui jaringan internet dan tidak melakukan eksekusi transaksi
(execution of transaction). Communicative Internet Banking adalah pelayanan
jasa Bank kepada nasabah dalam bentuk komunikasi atau melakukan interaksi
dengan Bank penyedia layanan internet banking secara terbatas dan tidak
melakukan eksekusi transaksi (execution of transaction). Transactional Internet
Banking adalah pelayanan jasa Bank kepada nasabah untuk melakukan interaksi
dengan Bank penyedia layanan internet banking dan melakukan eksekusi
transaksi (execution of transaction).

1.2 Latar belakang

Seiring berjalannya waktu dan zaman perkembangan teknologi informasi,


telekomunikasi menyebabkan mulai munculnya aplikasi bisnis yang berbasis e-
banking. E- banking adalah salah satu pelayanan jasa bank yang memungkinkan
nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan
transaksi perbankan melalui jaringan internet, dan bukan merupakan bank yang
hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui internet. E-banking
membuka paradigma baru, struktur baru dan strategi yang baru bagi retail bank,
dimana bank menghadapi kesempatan dan tantangan yang baru (Mukherjee &
Nath 2003).

Data yang dikeluarkan oleh International Tellecomuniction Union secara


global sebanyak 3,2 milyar orang yang menggunakan Internet pada akhir 2015,
dari yang 2 milyar berasal dari negara berkembang termasuk indonesia. Terkait
dengan jangkauan akses internet berbasis 3G mobile selluler, 69 % sudah
mendapatkan akses internet 3G mobile selluler. International Tellecommunication
Union membagi penyebaran akses internet menjadi 2 yaitu urban dan rural area,
dari 4 milyar masyarakat urban di dunia, 89 % sudah dalam jangkauan sinyal 3G,
sedangkan untuk rural area, dari 3,4 milyar penduduk hanya 29 % yang
mendapatkan sinyal 3G mobile selluler.

2
Menurut We Are Social 2016, dalam publikasinya Digital in 2016 jumlah
masyarakat Indonesia, sebesar 259,1 juta penduduk dengan jumlah pengguna
internet sebesar 88,1 % , jumlah tersebut meningkat sebesar 15 % sejak januari
2015 peningkatan pertahunnya sangat signifikan jumlahnya. Sebanyak 70 %
menggunakan mobile phone untuk mengakses internet, dan 28 % menggunakan
web dari PC atau laptop jumlahnya menurun 41 % pertahunnya.

Gambar 1.1 Grafik pertumbuhan jumlah penduduk dan pengguna internet

Sumber : Startupbisnis.com

Berdasarkan gambar 1.1 jelas adanya selisih yang cukup jauh antara
jumlah penduduk Indonesia, dan pengguna internet di Indonesia. Internet yang
seharusnya menjadi bagian hidup masyarakat di era digital seperti ini, belum
secara merata di manfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

Seperti yang dikutip dari Mckinsey Company, dalam publikasinya, Ten


ideas to maximize the socioeconomic impact of ICT in Indonesia, penyebaran
penduduk Indonesia tidak merata. Wilayah perkotaan menampung 53% dari
jumlah penduduk, sementara 47% sisanya tinggal di wilayah pedesaan tersebar di
seluruh nusantara yang terdiri lebih dari 18.000 pulau. Dalam publikasi

3
http://www.bappenas.go.id menyatakan Secara administratif dinyatakan bahwa
desa adalah permukiman manusia di luar kota yang penduduknya berjiwa agraris
dalam bentuk kesatuan administratif yang disebut kelurahan.

Menurut Sutardjo Kartohadikusumo dalam konsep administratif


disebutkan bahwa desa adalah suatu kesatuan hukum di mana sekelompok
masyarakat bertempat tinggal dan mengadakan pemerintahan sendiri. Desa dalam
definisi lainnya adalah suatu tempat/ daerah di mana penduduk berkumpul dan
hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan,
melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka. Dalam konsep wilayah
disebutkan bahwa desa adalah pola permukiman yang bersifat dinamis, dimana
para penghuninya senantiasa melakukan adaptasi spasial dan ekologis. Dari data
tersebut tidak adanya kesamaan antara masyarakat urban dan rural. Masyarakat
pedesaan cenderung memiliki kepadatan penduduk yang rendah dan tanah yang
luas, berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan yang memiliki kepadatan
tinggi dan lahan yang terbatas.

Gambar 1.2 penyebaran jumlah BTS 3G berdasarkan provinsi di Indonesia


Sumber : Direktorat Jendral Sumber Daya dan Perangkat Pos tahun 2013.

4
Jawa barat dari segi infrastruktur jika dilihat dari penyebaran coverage
sinyal 3G, adalah provinsi yang paling banyak memiliki BTS. Dari segi kesiapan
alat sarana untuk koneksi internet jawa barat sudah lebih siap menerima adanya
internet. Menurut APJII 2014, menyatakan provinsi jawa barat adalah daerah yang
paling banyak mengakses internet di Indonesia sebanyak 16,4 juta jiwa. Dengan
jumlah yang begitu besar masyarakat Jawa Barat sudah dapat menerima hadirnya
internet untuk memudahkan keseharian masyarakat,disisi lain menurut data SIAK
Provinsi Jawa Barat didiami penduduk sebanyak 46.497.175 juta jiwa. Ada jarak
yang cukup besar dari jumlah pengguna internet dijawa barat dengan total
keseluruhan masyarakat, dikarenakan pada paragraf sebelumnya pengguna
internet tersebar di daerah urban saja, sedangkan jawa barat memiliki 26
kabupaten/kota yang memiliki berbagai macam karakteristik.

Melalui pengetesan melalui https://opensignal.com/, untuk provinsi Jawa


Barat dikatakan cukup baik dalam penyebaran sinyal 3G, test ini dilakukan
kepada seluruh operator Broadbrand di Indonesia
(Three,Indosat,Telkomsel,Smartfren dan XL). Dimana dalam penelitian ini
penulis memilih 4 Kabupaten di Jawa Barat yang dirasa menggambarkan
karakteristik masyarakat Jawa Barat, yaitu Sumedang, Tasikmalaya, Majalengka,
dan Kabupaten Bandung. Keempat wilayah tersebut setelah dilakukan test melalui
https://opensignal.com/ secara infrasuktur dan sebaran sinyal cukup baik untuk
melakukan koneksi ke internet dalam hal ini untuk melakukan adopsi internet
banking harus ditunjang oleh internet yang baik.

Pernyataan diatas sudah cukup menggambarkan bagaimana internet di


Indonesia saat ini, masih berpusat di perkotaan, padahal perusahaan-perusahaan
jasa internet sudah berlomba-lomba berinventasi membangun jaringan keseluruh
Indonesia.

Menurut Pinontoan (2013) Electronic banking bagi nasabah, menawarkan


kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi perbankan. Keuntungan
dari menyediakan layanan e-banking bagi bank adalah e-banking bisa menjadi

5
solusi murah pengembangan infrastruktur dibanding membuka outlet ATM.
Dalam Maharsi dan Mulyadi (2014) seiring dengan perkembangan teknologi
informasi, muncul teknologi internet banking dan phone banking yang dengan
menggunakan teknologi tersebut mulai menghilangkan batas fisik, batas ruang
dan waktu. Layanan perbankan dapat diakses dari mana saja di seluruh Indonesia,
dan bahkan dari seluruh dunia. Keuntungan kedua adalah customer loyality.
Nasabah, khususnya yang sering bergerak (mobile)

Kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi pun meningkat drastis,


berkembangnya beberapa pusat-pusat bisnis di Indonesia, juga mengharuskan
masyarakat menggunakan beberapa layanan yang di berikan bank salah satu yang
dikonsumsi masyarakat adalah internet banking, Hingga akhir 2015, nilai
transaksi uang elektronik mencapai Rp5,2 triliun, atau meningkat dibandingkan
posisi pada September lalu Rp4,3 triliun. (sumber : www.ekbis.sindonews.com)

Internet banking merupakan jasa perbankan jarak jauh yang ditawarkan


kepada pelanggan personal bank untuk melakukan transaksi perbankan rutin
melalui internet (Standard Bank, 2001). Bankrate.com (1998) mengemukakan
bahwa internet banking memungkinkan pengguna untuk melakukan dial dan
menggunakan software internet service provider bank. Tipe pelayanan ini
memungkinkan pelanggan untuk mengakses rekening bank di lokasi yang tersedia
akses Internet (Absa Bank, 2001).

Gambar 1.3 Awareness Terhadap Internet Banking

Sumber : www.marsindonesia.com

6
Banyaknya bank yang menyediakan layanan internet banking harus
disertai dengan kenyamanan dan kualitas yang dapat memenuhi segala macam
kebutuhan konsumen dalam melakukan transaksi. Kesadaran masyarakat adalah
elemen yang mendukung cepat atau lambatnya masyarakat dalam mengadopsi
teknologi internet banking. Survei yang dilakukan oleh MARS di 5 kota besar di
Indonesia (Jakarta,Bandung,Medan,Surabaya,Semarang), menunjukan sebanyak
34,7 % masyarakat sudah sadar akan pentingnya internet banking, walau bisa
dibilang masih terpaut jauh dari kesadaran masyarakat atas mobile banking yang
berbasis portal sms.

Nasabah di Bandung merupakan nasabah yang paling peduli terhadap


internet banking dibandingkan kota-kota lainnya, dengan porsi 39,3%. Disusul
tingkat awareness nasabah Jakarta yang berjumlah 38,9%. Sedangkan tingkat
awareness nasabah di Medan merupakan yang terendah, yaitu hanya 28,6%.

1.4 Gambar Penetrasi Internet Banking di Indonesia

Sumber : Mars 2013

Tingkat pengetahuan akan internet banking yang baik tidak disertai


oleh penetrasi penggunaan, atau jumlah nasabah bank yang memiliki akun
internet, nasabah yang memiliki internet banking sangatlah kecil jumlahnya
sebesar, 8,1 %, sedangkan yang tidak memiliki internet banking sebesar 91,9%,

7
angka tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah transaksi dengan internet
banking, sedangkan pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta jiwa.

Sejarah penerapan Internet Banking di Indonesia sendiri telah dimulai


sejak tahun 1998. Dimana Bank Internasional Indonesia (BII) menjadi bank
pertama di Indonesia yang menerapkan sistem informasi Internet Banking.
Kemudian penerapan Internet Banking tersebut juga dilakukan oleh Bank Central
Asia dan Bank Niaga pada tahun 2000, Bank Bukopin pada tahun 2001, Bank
Mandiri pada tahun 2003, Bank Permata pada tahun 2005, Bank Negara Indonesia
pada tahun 2007, Bank Danamon pada tahun 2008, Bank Rakyat Indonesia pada
tahun 2009, dan yang terakhir Bank Mega pada tahun 2010. Diantara bank-bank
tersebut, Bank Central Asia merupakan bank yang dianggap paling berhasil dalam
penerapan Internet Banking di Indonesia. (Gunawan, 2014)

Dalam beberapa laporan keuangan bank-bank nasional di indonesia,


bank mandiri contohnya ada kenaikan sebesar 140,2% nilai transaksi menjadi 68,9
miliar rupiah, trend di bank lain juga menunjukan hal yang serupa seperti di bank
BNI, 24,5 % yang memiliki nilai transaksi 752 miliar rupiah. Indikasi dari
pernyataan diatas nasabah sudah mulai menggunakan internet banking, namun
dilain sisi belum ada signifikansi peningkatan transaksi melalui internet banking,
dibuktikan dengan survey yang dilakukan mars

8
Gambar 1.5 Total asset 5 bank di Indonesia tahun 2015.
Sumber : Data Diolah

Gambar 1.5 diatas menampilkan total asset yang dimiliki bank di


Indonesia, ada 4 bank yang memilki asset paling besar yaitu, bank mandiri sebesar
905,74 triliun , bank BRI sebesar 802,3 triliun, bank BCA sebesar 584,44 triliun,
dan bank BNI sebesar 456,46 triliun. Dengan jumlah transaksi yang sangat besar
sebuah bank harus memiliki sistem payment yang baik dan akurat, internet
banking sudah harus menjadi yang mendukung segala macam transaksi yang
dilakukan bank dan nasabah.

Tabel 1.1 Tabel nilai transaksi internet banking 2015.


Sumber : data diolah

Bank Jumlah Transaksi


Bank BCA 5,935 Triliun
Bank BNI 752 Miliyar
Bank BRI 85 Miliyar
Bank mandiri 454 Milyar
Bank CIMB Niaga 233,2 Milyar

Bank BCA memiliki nilai transaksi paling tinggi sebasar 5,935 triliun
meningkat 10,9 % dibandingkan tahun lalu. Data diatas dapat menunjukan
besaran transaksi melalui internet banking, jika diambil contoh bank BCA,
mempunyai total 13 juta nasabah dan yang melakukan transaksi melalui internet
banking sebesar 4,5 juta, dapat disimpulkan belum semua menyerap teknologi
internet banking.

Menurut Tjahjono (2010) dalam kajiannya mengenai Teori Hofstade


menyatakan bahwa Budaya (culture) merupakan keseluruhan pola pemikiran,
perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan
kelompok sosial yang lain. Istilah the collective mental programming atau

9
software of mind digunakan untuk menyebutkan keseluruhan pola dalam kajian
budaya. Mental prorams atau budaya suatu kelompok terbentuk oleh lingkungan
sosial, (seperti negara, daerah, tempat kerja, sekolah dan rumah tangga) dan
kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupan para anggota kelompok yang
bersangkutan. Kemudian proses terbentuknya pola fikir, perasaan dan perbuatan
tersebut dianalogikan dengan proses penyusunan program dalam komputer.

Geert Hofstede, ahli kebudayaan negeri Belanda, melakukan riset


perbedaan budaya di kantor cabang IBM di 64 negara kemudian diteruskan pada
studi pelajar di 23 negara, studi kelompok atas pada 19 negara, studi pada pilot di
23 negara dan studi pada konsumen kelas atas di 15 negara. Hasilnya 5 dimensi
budaya, yaitu: Power distance, Individualism vs collectism, maskulinity vs
feminism, Uncertainly, dan Long- term orientation

Gambar 1.6 Persentase Hofstede di Indonesia


Sumber : http://geert-hofstede.com/indonesia.html

Gambar 1.4 menunjukan kecenderungan masyarakat Indonesia


pada umumnya, power distance dengan skor sebesar 78 . hal ini
menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sangatlah patuh dan menaati apa
yang diputuskan oleh atasan mereka dalam suatu hierarki organisasi.

10
Mereka akan menerima segala macam keputusan yang diberikan oleh
atasan mereka dan menjalankannya. (Hofstede,2010)
Individualism dan Collectivist mendapat angka yang rendah sebesar
14, dapat disimpulkan masyarakat Indonesia cenderung mementingkan
berkelompok dibandingkan dengan individu, baik itu kelompok
masyarakat, keluarga dan lainnya. (hofstede 2010) dan maskulinity dan
feminism mendapatkan angka 46 yang berarti tidak ada kecenderungan
mendominasi antara pria dan wanita, uncertainly merupakan dimensi
budaya yang menunjukkan sifat masyarakat dalam menghadapi
lingkungan budaya yang tidak terstruktur, tidak jelas, dan tidak dapat
diprediksi di Indonesia mendapatkan skor 48 yang berarti rendah, hal ini
bisa dijelaskan bahwa masyarakat Indonesia mementingkan
keharmonisasian dan stabilitas dalam memandang sebuah masalah. Serta
terakhir Long term orientation mendapatkan skor 62, hal ini menunjukan
sebagian masyarakat Indonesia, berpegangan bahwa masa depan haruslah
disiapkan sedini mungkin. (Hofstede 1980).
Ada beberapa model penerimaan dan adopsi teknologi, contohnya
seperti the Theory of Reasoned Action (TRA), The Theory of Planned
Behavior (TPB), The Technology Acceptance Model (TAM), The Model of
PC Utilization (MPCU), The Motivation Model (MM), the Innovation
Diffusion Theory (IDT), The Social Cognitive Theory (SCT) dan
kombinasi antara TAM dan TPB, pada penelitian ini peneliti
menggunakan model dimensi UTAUT, Unified Theory of Acceptance and
Use of Technology, dari Venkatesh et al (2003), yang memilik dimensi
effort expectancy, peformance expectancy, social expectancy dan
facilitating expectancy.
Penelitian ini juga bersifat lanjutan dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan pada wilayah Urban di Indonesia, dengan judul Analisis
Pengaruh Dimensi Budaya (Culture) Hofstede Sebagai Moderator
Menggunakan Model Modifikasi Utaut Terhadap Penggunaan Layanan
Internet Banking Di Indonesia ( Purbuwosiso & Giri, 2016). Penelitian ini

11
melakukan pengujian kembali di wilayah rural pada 4 Kabupaten
( Sumedang, Kab.Bandung, Tasikmalaya, Majalengka ) di Provinsi Jawa
Barat.
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, Kabupaten Bandung adalah salah satu dari Kabupaten yang
memiliki penduduk terbanyak sebesar 3.534.100 jiwa pada tahun 2010
(Data BPS 2015), terdiri dari laki-laki sebanyak 1.792.900 jiwa (50,96 %)
dan perempuan sebanyak 1.741.200 jiwa (49,04 %). Kabupaten Bandung
memiliki luas daerah sebesar 176.238,67 Ha, sebagian besar wilayah
Bandung berada diantara bukit-bukit dan gunung-gunung yang
mengelilingi Kabupaten Bandung. Sedangkan untuk Kabupaten
Tasikmalaya sektor penyedia lapangan kerja Kabupaten Tasikmalaya
terbesar, yaitu sekitar 43,22% kesempatan kerja berasal dari sektor
pertanian, diikuti perdagangan 24,75 %, dan jasa-jasa 11,08 %. Sektor
pertanian merupakan penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat.
Kabupaten Sumedang yang memiliki luas wilayah 153.124 ha dan jumlah
penduduk hampir 1 juta jiwa, juga menyimpan cukup banyak potensi
sumber daya alam. Terutama potensi di sektor pariwisata, makanan khas,
kerajinan tradisional, disamping peternakan, kehutanan dan pertanian yang
menjadi tumpuan masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi mikro
di Kabupaten Sumedang.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka judul penelitian ini
yaitu, “ANALISIS DIMENSI CULTURE (HOFSTEDE) SEBAGAI
MODERATOR DALAM PENGGUNAAN INTERNET BANKING
MENGGUNAKAN UTAUT MODIFIKASI PADA MASYARAKAT
RURAL DI JAWA BARAT”

1.3 Perumusan Masalah


Internet sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia,
terbukti 88 juta penduduk Indonesia sudah menggunakan internet
ditambah lagi jumlah pemilik akun rekening bank di Indonesia mencapai

12
163,59 juta akun rekening. Angka yang sangat besar dibandingkan dengan
negara lain diasia.
Dilain sisi jumlah orang yang memiliki akun internet banking
hanya 8,1 % ada selisih 91,9 % orang yang belum menggunakan internet
banking, tentu akan ada pertanyaan jika banyaknya orang yang mengakses
internet dan tingginya jumlah kepemilikan akun bank, awarness akan
internet banking sangat rendah, seharusnya ada keseimbangan orang yang
mengadopsi internet banking sebagai electronic payment masyarakat.

1.4 Pertanyaan Penelitian


Bersadarkan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, terkait
dengan adopsi dan penerimaan teknologi internet banking dinyatakan
bahwa model The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT) yang dibuat oleh Venkatesh et al.,(2003) merupakan model
yang paling bagus dan tepat untuk dasar teori penelitian tentang internet
banking (Al-Qeisi, 2009). Namun ada variabel yang belum dimasukan dan
sudah dilakukan penelitiannya oleh Baptista dan Oliveira (2015) yang
menambahkan variabel moderator, yaitu dimensi culture (budaya)
Hofstede (1988).

1. Berdasarkan model modifisi UTAUT, faktor-faktor apakah


yang memiliki pengaruh terhadap kecenderungan nasabah
bank dalam adopsi layanan internet banking pada
masyarakat rural di Jawa Barat ?
2. Bagaimana pengaruh dimensi budaya Hofstede (power
distance , individualism/collectivism , masculinity/feminity ,
uncertain avoidance , dan long term orientation) sebagai
moderator terhadap model modifikasi UTAUT dalam
konteks adopsi layanan internet banking pada masyarakat
rural di Jawa Barat ?

13
1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang memiliki


pengaruh terhadap kecenderungan nasabah bank dalam
adopsi layanan internet banking pada masyarakat rural di
Jawa Barat berdasarkan modifikasi UTAUT.
2. Untuk mengetahui pengaruh dimensi budaya Hofstede
(power distance ,individualism/collectivism ,
masculinity/feminity , uncertain avoidance , dan long term
orientation) sebagai moderator terhadap model modifikasi
UTAUT dalam konteks adopsi layanan internet banking
pada masyarakat rural di Jawa Barat

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan penulis dari aspek teroritis adalah, untuk
mengetahui model UTAUT (unified theory of acceptance and use of
technology) yang ditambahkan dengan dimensi budaya (culture) hofstede,
yaitu, power distance , individualism/collectivism , masculinity/feminity ,
uncertain avoidance , dan long term orientation sebagai variabel
moderator dalam membandingkan perilaku adopsi internet banking pada
daerah sub urban di Indonesia.
Dari aspek manfaat praktis, diharapkan dapat mengetahui perilaku
faktor-faktor apa saja yang mengakibarkan konsumen Indonesia terutama
masyarakat daerah sub urban dalam menggunakan internet banking.
Dengan adanya penelitian ini akan membantu pihak terkait pada konteks
ini adalah bank untuk mendapatkan gambaran konsumen di Indonesia, dan
bisa dijadikan masukan untuk meningkatkan layanan internet banking di
Indonesia.

14
1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diliputi oleh dua variabel yaitu, Variabel Independent,


Variabel Moderating, dan Variabel Dependent. Variabelnya adalah sebagai
berikut :

1. Variabel Independent : Merupakan variabel yang yang


mempengaruhi (bebas) yaitu, Performance expectacy, effort
expectacy, dan social influance.
2. Variabel moderating : merupakan variabel penghubung adalah
model Hofstade yaitu, Individualism/colectivism, Uncertainly
Avoidance, Long/Short Term, Masculinity.Feminity, Power
Distance.
3. Variabel Dependent : Merupakan variabel yang dipengaruhi
(terikat) yaitu, Behavioral Usage.

Penelitian ini mengambil data primer dengan menggunakan


kuisioner. Penelitian ini dilakukan pada periode 2016, yang dilakukan di
provinsi Jawa Barat.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini berisikan Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar
Belakang mengenai fenomena atau gambaran permasalahan yang akan
diteliti, Perumusan Masalah, Pernyataan Masalah yang berisikan masalah-
masalah yang akan ditelaah, Tujuan Penelitian meliputi masalah yang akan
diselesaikan, Ruang Lingkup Penelitian mengenai batasan dari penelitian,
dan Sistematika Penulisan Tugas Akhir.

15
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian
Pada bab ini berisikan Tinjauan Pustaka Penelitian meliputi Study
Literature dan teori yang terkait, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis
Penelitian.

Bab 3 Metode Penelitian


Pada bab ini berisikan Karakteristik Penelitian, Alat Pengumpulan
Data, Tahapan Pelaksanaan Penelitian, Populasi dan Sampel,
Pengumpulan Data dan Sumber Data, Validitas atau Truthworthiness, dan
Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada bab ini berisikan Analisis Responden Terhadap Variabel
Penelitian, Analisis Statistik, dan Analisis Pengaruh Variabel mengenai
hubungan pengaruh antara variabel independent dan variabel dependent.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran


Pada bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran sebagai hasil akhir
dari penelitian ini.

16

Anda mungkin juga menyukai