Anda di halaman 1dari 7

SUMMARY

CORPORATE VALUE & VALUE BASED MANAGEMENT


AND
CAPITAL BUDGETING

A. CORPORATE VALUE AND VALUE BASED MANAGEMENT


Manajer memerlukan alat untuk memprediksi efek dari strategi alternatif. Perusahaan
dapat mempraktikkan value-based management untuk menilai suatu strategi agar dapat
memberikan nilai tambah bagi stakeholders perusahaan. Value-based management
melakukan penilaian strategi menggunakan model penilaian korporasi.
Sebuah perusahaan memiliki 2 tipe aset :
1. operating assets :
- assets in place
assets in place merupakan asset berwujud , seperti bangunan, mesin, ataupun asset tak
berwujud (missal : hak paten). Asset in place menghasilkan arus kas dari penjualan
atau pemerolehannya, selain itu pada asset berwujud juga memberikan peluang untuk
investasi.
- growth options
Contoh growth options adalah piutang, persediaan bahan baku, persediaan barang
jadi.
2. financial or non operating assets :
Contoh financial assets adalah surat berharga atau investasi pada perusahaan anak.

Free cash flow


Free cash flow dapat diartikan sebagai kas yang dihasilkan oleh perusahaan setelah
arus kas keluar untuk mendukung operasi serta mempertahankan aset modal. Tidak seperti
pendapatan atau laba bersih, free cash flow merupakan ukuran probabilitas yang
mengecualikan pengeluaran non-tunai dari laporan laba rugi, dan termasuk pengeluaran
untuk peralatan dan aset serta perubahan modal kerja.
Free cash flow umumnya digunakan sebagai ukuran yang relatif tepat untuk
memahami keuntungan bisnis yang sebenarnya. Alasannya adalah karena aliran kas ini lebih
sulit untuk dimanipulasi dan mampu menceritakan kondisi riil perusahaan daripada matrik
yang lebih umum digunakan seperti pendapatan bersih.
Free cash flow akan menunjukkan pada kita seberapa efisien perusahaan dalam
mnggunakan uang tunai. Investor pun akan melihat free cash flow ini untuk melihat apakan
perusahaan memiliki cukup uang tunai guna mengembalikan modal melalui deviden dan
pembelian kembali saham.
FCF = Arus Kas Operasi – Investasi dalam Modal Operasi

Menghitung nilai operasi menggunakan Free Cash Flow

Market Value Added dan Economic Value Added


Pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahan yang didasarkan pada
nilai pasar. Perhitungan terhadap nilai pasar tersebut dikenal dengan istilah Market Value
Added (MVA). Market Value Added (MVA) sebagai alat ukur kinerja keuangan dan pasar
untuk mengatasi kelemahan metode akuntansi tradisional (rasio keuangan) sebelumnya.
MVA adalah selisih antara nilai pasar saham dan utang perusahaan dan jumlah modal yang
ditempatkan di perusahaan oleh kreditur dan pemegang saham.
MVA adalah market value (total nilai pasar) semua saham dan hutang perusahaan,
yang berarti berapa jumlah yang diperoleh investor jika semua investasinya berupa saham
dan obligasi dijual ke pasar finansial dikurangi total modal yang diinvestasikan (berupa
ekuitas, laba ditahan, hutang lewat pasar modal dan hutang terhadap bank). Jika MVA positif
berarti manajer berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sebaliknya jika MVA ab
aini maka manajer gagal menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
Rumus Perhitungan MVA
Nilai pasar perusahaan merupakan nilai pasar terhadap keseluruhan tuntutan terhadap
aktiva perusahaan, yaitu berupa ekuitas, bunga minoritas dan hutang. Nilai pasar perusahaan
= nilai pasar saham biasa + bunga minoritas + hutang jangka pendek + hutang jangka panjang
+ hutang jangka panjang lain.

Untuk menghitung nilai MVA, langkah yang harus ditempuh:


1. Menghitung jumlah saham yang beredar (the number of share outstanding)
2. Menghitung harga pasar saham (share price)
3. Menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham (economic book value per share)
4. Menghitung MVA
MVA = Market value – invested Capital
Keterangan:
- Market value : nilai utang, saham preferen, dan saham biasa saat ini.
- Invested Capital : seluruh kas yang diperoleh dari penyedia dana atau berasal dari
keuntungan yang diinvestasikan ab ain pada investasi baru di perusahaan sejak
perusahaan didirikan. 
MVA adalah ukuran kumulatif jangka panjang. Padahal bonus kinerja biasanya perlu
dibayar tiap tahun. Sebagai pendekatan bagi penciptaan nilai setiap tahunnya, diperkenalkan
konsep Economic Value Added (EVA) atau konsep nilai tambah ekonomis. EVA adalah laba
operasional bersih setelah pajak dikurangi biaya modal. Biaya modal telah mencakup biaya
bunga hutang dan biaya ekuitas (biaya modal sendiri). Jika ab aini lebih besar dari biaya
modal, maka terciptalah nilai tambah bagi perusahaan. 
EVA = Laba operasi bersih setelah pajak – biaya modal tahunan

Value Based Management


VBM merupakan aplikasi sistematik dari model penilaian korporasi untuk semua
keputusan dan inisiatif stratejik korporasi. Tujuan dari VBM adalah untuk meningkatkan
MVA.
MVA ditentukan oleh empat unsur penentu :
1. pertumbuhan penjualan
2. profitabilitas operasi
3. operating capital atau persyaratan modal
4. Weighted average cost of capital (WACC)
MVA akan meningkat jika :
1. WACC dikurangi
2. profitabilitas operasi meningkat
3. persyaratan modal menurun

B. CAPITAL BUDGETING
- Anggaran merupakan suatu rencana yang memberikan rincian proyeksi pengeluaran-
pengeluaran selama periode tertentu di masa depan.
- Anggaran modal merupakan suatu gambaran rencana investasi pada asset jangka
panjang.
- Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses analisis proyek secara
keseluruhan dan memutuskan proyek mana yang akan dimasukkan dalam anggaran
modal.
Fungsi penting manajer keuangan yaitu untuk membuat penganggaran modal dan
memastikan bahwa staf atau karyawan perusahaan juga menerapkan dengan baik setiap
keputusan yang diambil manajemen. hal tersebut dikarenakan keputusan penganggaran modal
akan menentukan arah strategis perusahaan.
Pentingnya penganggaran modal :
1. Keputusan penganggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama
sehingga perusahaan kehilangan fleksibilitasnya.
2. Penganggaran modal yang efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari
penambahan aktiva.
3. Pengeluaran modal sangatlah penting
Dari beberapa proyek/rencana yang disusun oleh perusahaan, tentunya perusahaan
akan melakukan langkah strategis agar dapat membuat keputusan bisnis yang baik. Misal
perusahaan mengambil langkah untuk melakukan akuisisi aset sebagai bentuk keputusan
yang manajemen ambil, apabila keputusan tersebut efektif bagi perusahaan maka akan
meningkatkan timing dan kualitas akuisisi aset. namun jika akuisisi aset tersebut memberikan
dampak tidak efektif, maka perusahaan harus menerima konsekuensi sebagai bentuk risiko
dari pengambilan keputusan. Konsekuensi tersebut bisa berupa tingginya biaya depresiasi
aset jangka panjang.
Klasifikasi Proyek
1. Replacement: perawatan bisnis mengganti peralatan yg rusak
2. Replacement: pengurangan biaya mengganti peralatan yg sudah ketinggalan jaman
sehingga mengurangi biaya
3. Ekspansi produk atau pasar yg sudah ada pengeluaran-pengeluaran untuk
meningkatkan output produk yg sudah ada atau menambah toko.
4. Ekspansi ke produk atau pasar yang baru
5. Proyek keamanan atau lingkungan
6. Penelitian dan pengembangan
7. Kontrak-kontrak jangka panjang: kontrak untuk menyediakan produk atau jasa pada
kustomer tertentu
8. Lain-lain: bangunan kantor, tempat parkir, pesawat terbang perusahaan.

Ada 2 macam proyek :


1. mutually exclusive : berarti jika satu proyek diterima, maka proyek yang lain harus
ditolak.
2. proyek independen : proyek-proyek yang arus kasnya tidak dipengaruhi oleh diterima
atau ditolaknya proyek-proyek yang lain.
Tahap-Tahap Penganggaran Modal :
1. Biaya proyek harus ditentukan
2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk
nilai akhir aktiva
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran
kas)
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal
(cost of capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan
untuk memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya
untuk memutuskan menerima atau menolak proyek dalam anggaran modal maka seorang
manajer perlu untuk melakukan analisis menggunakan metode perankingan.ada 7 metode
pokok yang digunakan untuk meranking proyek :
1. Payback
2. discounted payback
3. accounting rate of return – ARR
4. Net present value
5. internal rate of return – IRR
6. modified internal rate of returm – MIRR
7. profitability index
 Payback Period (Periode Payback) merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah
diinvestasikan dari aliran kas masuk (Proceeds) taunan yang dihasilkan oleh proyek
investasi tersebut.
investasi kas bersih
PP =
aliran kas masuk bersih tahunan
 Discounted payback period adalah perhitungan periode balik modal investasi dengan
mengunakan pendekatan time value of money, untuk menghitung nilai sekarang
(present value) dari ekspektasi arus kas masuk yang akan diterima selama periode
investasi.
unrecovered cost at start of year
DPP =
cash flow during year
 Accounting Rate of Return (ARR)  adalah mengukur pendapatan atau laba tahunan
yang diharapkan dari hasil suatu investasi. Dengan kata lain, ARR ini menghitung
berapa banyak uang yang akan dikembalikan ke investor dari suatu investasi.

average annueal income


ARR =
average investment
 Metode Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara
membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai
sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays).

Keterangan:
k = Discount rate yang digunakan
At = Cash flow  pada periode t
n = Periode yang terakhir dimana cash flow diharapkan 

 Internal  Rate of  Return (IRR) adalah metode peerhitungan investasi dengan


menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai
sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa datang.
 Tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi (MIRR) adalah metrik pembiayaan
yang digunakan dalam penganggaran modal bisnis. Manfaat utamanya adalah
membantu menghindari beberapa asumsi dan distorsi bermasalah dalam tingkat
pengembalian internal klasik (IRR).
 Metode Profitability Index (PI) atau sering disebut dengan Desirability Index (DI)
merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan
kas bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi
(outlays).

Anda mungkin juga menyukai