Anda di halaman 1dari 71

Laporan Rencana Umum

LAPORAN TUGAS
GAMBAR RENCANA UMUM
(GENERAL ARRANGEMENT)
GENERAL CARGO
KM. MOROMORO

Disusun Oleh :

NAMA : SATHYA DEWI PARINTIES


NRP : 0119040014

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI


SURABAYA
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL
Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

2020
SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 1
Laporan Rencana Umum

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS GAMBAR RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT)
GENERAL CARGO
KM. MOROMORO

DISUSUN OLEH :

NAMA : SATHYA DEWI PARINTIES


NRP : 0119040014
PROGRAM STUDI : TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL
JURUSAN : TEKNIK BANGUNAN KAPAL

Surabaya, 28 Januari 2020


Mahasiswa

SATHYA DEWI PARINTIES


NRP. 0119040014

Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir, BUDI SARWOKO KHARIS ABDULLAH


NIP.

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI


SURABAYA
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL
Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

2020

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 2


Laporan Rencana Umum

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin_Nyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Gambar ini sebagaimana mestinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Tugas Gambar (General
Arrangement) di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Penulisan laporan ini juga
bertujuan untuk menambah memberi gambaran mengenai tahap tahap pembuatan desain kapal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapat dirampungkan tanpa ada dukungan dari
berbagai pihak, terutama dari seluruh tim penyusun. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih,
semoga segala bantuan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah disisi Allah SWT.
Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari segala kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi diri penulis.

Surabaya, 28 Januari 2020

Penyusun

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 3


Laporan Rencana Umum

PENDAHULUAN

Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perancangan


di dalam penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan,
ruangan yang dimaksud seperti ruang muat dan ruang kamar mesin dan
akomodasi, dalam hal ini disebut superstructure (bangunan atas). Disamping itu
juga direncanakan penempatan peralatan-peralatan dan letak jalan-jalan dan
beberapa sistem dan perlengkapan lainnya.
Dalam pembuatan sebuah kapal meliputi beberapa pekerjaan yang secara garis
besar dibedakan menjadi dua kelompok pengerjaan yakni kelompok pertama
adalah perancangan dan pembangunan badan kapal sedangkan yang kedua adalah
perancangan dan pemasangan permesinan kapal.
Pengerjaan atau pembangunan kapal yang terpenting adalah perencanaan
untuk mendapatkan sebuah kapal yang dapat bekerja dengan baik harus diawali
dengan perencanaan yang baik pula.
Pengerjaan kelompok pertama meliputi perencanaan bentuk kapal yang
menyangkut kekuatan dan stabilitas kapal. Sedangkan untuk perencanaan
penggerak utama, sistem propulsi, sistem instalasi dan sistem permesinan kapal
merupakan tugas yang berikutnya.

Dalam perencanaan Rencana Umum terdapat beberapa hal yang perlu dijadikan
pertimbangan yakni :
 Ruang merupakan sumber pendapatan, sehingga diusahakan kamar mesin
sekecil mungkin agar didapat volume ruang muat yang lebih besar.
 Pengaturan sistem yang secanggih dan seoptimal mungkin agar
mempermudah dalam pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pemakaian
ruangan yang kecil dan mempersingkat waktu kapal dipelabuhan saat
sedang bongkar muat.
 Penentuan jumlah ABK seefisien dan seefektif mungkin dengan kinerja yang
optimal pada kapal agar kebutuhan ruangan akomodasi dan keperluan lain

dapat ditekan.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 4


Laporan Rencana Umum

 Dalam pemilihan Mesin Bongkar Muat dilakukan dengan mempertimbangkan


bahwa semakin lama kapal sandar di pelabuhan bongkar muat semakin
besar biaya untuk keperluan tambat kapal.
 Pemilihan Ruang Akomodasi dan ruangan lain termasuk kamar
mesin dilakukan dengan seefisien dan seefektif mungkin dengan hasil
yang optimal.

Rencana umum adalah suatu proses yang berangsur-angsur disusun dan ini
dari percobaan, penelitian, dan masukan dari data-data kapal yang sudah ada
(pembanding).
Informasi yang mendukung pembuatan rencana umum:
1. Penentuan besarnya volume ruang muat, type dan jenis muatan yang
dimuat.
1. Metode dari sistem bongkar muat.
2. Volume ruangan untuk ruangan kamar mesin yang ditentukan dari type
mesin dan dimensi mesin.
3. Penentuan tangki-tangki terutama perhitungan volume seperti tangki
untuk minyak, ballast, dan pelumas mesin.
4. Penentuan volume ruangan akomodasi jumlah crew, penumpang dan
standar akomodasi.
5. Penentuan pembagian sekat melintang.
6. Penentuan dimensi kapal (L, B, H, T, )
7. Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 5


Laporan Rencana Umum

I. DATA UKURAN UTAMA KAPAL


Nama Kapal = KM. MOROMORO
Type Kapal = General Cargo
Lpp = 75 m
L = 78,5 m
B = 13,5 m
H = 8,15 m
T = 5,56 m
Cb = 0,7
Kecepatan Dinas = 11,5 knots
Radius Pelayaran = 1839 mil laut
Jarak Pelayaran = Ternate-Singapura

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 6


Laporan Rencana Umum

II. SUSUNAN ABK


1. Master
Captain (Nahkoda) : 1 orang
2. Deck Departement
Perwira :
1. Chief Officer (Mualim I) : 1 orang
2. Second Officer (Mualim II) : 1 orang
3. Third Officer (Mualim III) : 1 orang
Bintara :
1. Quarter Master (Juru mudi) : 1 orang
2. Boatswain (Kepala Kelasi) : 1 orang
3. Seaman (Kelasi) : 2 orang
3. Engine Departement
Perwira :
1. Chief Engineer (Kepala Kamar Mesin) : 1 orang
2. Second Engineer : 1 orang
Bintara :
1. Fireman : 1 orang
2. Mechanics : 1 orang
3. Oiler : 2 orang
4. Catering Departement
Perwira:
1. Chief Cook : 1 orang
Bintara :
1. Assisten Cook : 1 orang
2. Steward : 2 orang
3. Boys : 2 orang
4. Cadet : 2 orang
+
Jumlah : 22 orang

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 7


Laporan Rencana Umum

Deck Departement
Departement deck menguasai masalah yang berkaitan dengan geladak
seperti pembersihan dan perawatan geladak, penanganan dan pengoperasian
peralatan keselamatan,administrasi pelabuhan, komunikasi dan navigasi, labuh
dan sandar, bongkar – muat dan penanganan muatan dikapal.
Master
Merupakan kedudukan tertinggi dikapal.menjadi pemberi komando,
mengambil keputusan dan penangung jawab secara umum.
Deck Officer ( 1st , 2nd , 3rd ).
Merupakan kedudukan dibawah master.Pada kondisi master tidak aktif
( istirahat, sakit dan sebagainya ), menjadi pemegang komando dengan
pertanggungjawaban kepada master. Juga melakukan fungsi mengatur anak buah
kapal di departementnya serta melakukan pekerjaan administrasi di kapal.
Quartermaster.
Juru mudi bertugas untuk mengendalikan jentara untuk mendapatkan arah
kapal yang ditentukan.
Seaman.
Anak buah kapal yang bertugas menangani pengoperasian dan perawatan
mesin geladak, penggoperasian peralatan bongkar muat, penanganan muatan di
kapal dan pengoperasian serta perawatan peralatan keselamatan.
Radio Operator.
Bukan termasuk perwira,tetapi juga tidak dapat digolongkan sebagai anak
buah biasa dikarenakan tugas dan fungsinya yang khusus. Sehingga sering kali
digolongkan ke dalam staf.fungsinya adalah untuk melakukan komunikasi baik
dengan daratan ataupun dengan kapal lain. Tidak memiliki tugas jaga, tetapi
harus selalu sedia ( standby ).Karena itu kamar tidur untuk markonis harus
diletakkan dekat dengan tempat kerjanya dengan akses yang harus baik.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 8


Laporan Rencana Umum

Engineering Departement
Chief Engineer.
Dalam kapal memiliki kedudukan yang hampIr setara dengan nahkoda
atau master. Bertanggungjawab penuh atas kamar mesin dan operasionalnya
besrta segala isinya.
Engineer
Mempunyai kedudukan diatas mekanik. Bertanggungjawab terhadap
operasional kamar mesin.
Technician.
Bertugas menangani workshop dan pengoperasian peralatan – peralatan
didalamnya.Sebagai tugas sekundernya adalah memberikan bantuan pada
mekanik untuk pekerjaan – pekerjaan tertentu.
Mechanic.
Bertugas menangani pengoperasian, pemantauan, perawatan dan perbaiakan
permesinan dikamar mesin dan system penunjangnya. Waktu tugas normalnya
adalah 8 jam.

Service Departement
Chief Cook.
Mengepalai departemen pelayanan bagian hidangan / memasak makanan
untuk seluruh anak buah kapal, bertanggungjawab kepada nahkoda ( master ).
Assistent Cook.
Bertugas membantu Chief cook memasak makanan untuk seluruh anak
buah kapal dan menyajikannya ke pantry.
Utility Man / Boys.
Melakukan tugas – tugas kerumahtanggaan seperti membersihkan kabin
anak buah kapal, laundry dan setrika.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 9


Laporan Rencana Umum

III. PERHITUNGAN BHP MESIN INDUK

MENGHITUNG DISPLACEMENT
D = L x B x T x Cb x r dimana r = masa jenis air laut (1.025 )
= 75 x 13,5 x 5,56 x 0,7 x 1.025
= 4039,1663 tons

PERHITUNGAN BHP MESIN


Metode yang digunakan : Watson.

5,0.Δ 2/3 . V 3 .(33−0 , 017 L )


P=
15 . 000−110.n . √ L ( kW )
Dimana:
P= daya efektif kapal ( EHP ) dalam kW ( 1 HP = 0,746 kW )
 = displacement dalam ton
V = kecepatan dalam meter / detik
L = panjang kapal dalam meter
n = kisaran per detik
2
3 3
EHP = 5,0 x (4039,1663) x(4039,1663) x (33−(0,017 x 75)) = 704,58 Kw
15.000−110 x 3,3 x √ 75
= 944,48 Hp
Laju kisaran dipakai standarisasi sebagai berikut:
Hingga1000 ton n = 8,33 kisaran / detik
Dari 1000 ton hingga 2000 ton n = 6,67 kisaran / detik
Dari 2000 ton hingga 3000 ton n.= 5,00 kisaran / detik
Dari 3000 ton hingga 5000 ton n = 3,33 kisaran / detik
Dari 5000 ton hingga 7500 ton n = 2,50 kisaran / detik
Dari 7500 ton hingga 12,5500 ton n = 2,08 kisaran / detik
Dari 12,5500 ton hingga 25000 ton n = 1,92 kisaran / detik
Dari 25000 ton hingga50000 ton n = 1,83 kisaran / detik
Dari 50000 ton ke atas n = 1,67 kisaran / detik

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 10


Laporan Rencana Umum

Menghitung Wake Friction (W)


Pada perencanaan ini digunakan tipe single screw propeller sehingga nilai w
adalah
w = 0.5 Cb - 0.05
= 0,3

Menghitung Thrust Deduction Factor (T)


Nilai t dapat dicari dari nilai w yang telah diketahui yaitu
t =kxw nilai k antara 0,7 – 0,9 diambil k = 0,8
= 0,8 x 0,275
= 0,24

Menghitung Speed Of Advance (Va)


Va = ( 1- w ) x Vs
= ( 1 -0,3 ) x 5,92 m/s
= 4,14092

Menghitung Efisiensi Propulsif


a. Efisiensi Relatif Rotatif (ηrr)
harga ηrr untuk kapal dengan propeller tipe single screw berkisar 1.02-1.05. pada
perencanaan propeller dan tabung poros propeller ini diambil harga ηrr sebesar
= 1,03
b. Efisiensi Propulsi (ηp)
nilainya antara 40 -70 % dan diambil 60 %
c. Efisiensi Lambung (ηH)
(ηH) = ( 1- t ) / ( 1- w)
= 1,085714286
d. Coefisien Propulsif (Pc)
(Pc) = ηrr x ηp x ηH
= 0,6774857

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 11


Laporan Rencana Umum

Menghitung Daya Pada Tabung Poros Buritan Baling-Baling (Dhp)


Daya pada tabung poros baling-baling dihitung dari perbandingan antara daya
efektif dengan koefisien propulsif, yaitu :
DHP = EHP/Pc
= 9 44,48/0,6774857
= 1394,0966 HP

Menghitung Daya Dorong (Thp)


THP = EHP/ηH
= 9 44,48/1,085714286
= 869,91629 Hp

Menghitung Daya Pada Poros Baling-Baling (Shp)


Untuk kapal yang kamar mesinnya terletak di bagian belakang akan mengalami
losses sebesar 2%,sedangkan pada kapal yang kamar mesinnya pada daerah midship
kapal mengalami losses sebesar3%. Pada perencanaan ini kamar mesin di bagian
belakang sehingga mengalami losses atau efisiensi transmisi porosnya (ηsηb) sebesar
= 0,98
SHP = DHP/ηsηb
= 1394,0966 /0.98
= 1422,5792 Hp

Menghitung Daya Penggerak Utama Yang Diperlukan


a. BHPscr
Adanya pengaruh effisiensi roda sistem gigi transmisi (ηG), pada tugas
ini memakai sistem roda gigi reduksi tunggal atau single reduction gears dengan
loss 2% untuk arah maju shg ηG = 0,98
BHPscr = SHP/ηG
= 1422,5792 /0,98
= 1451,5792 Hp

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 12


Laporan Rencana Umum

b. BHPmcr
Daya keluaran pada kondisi maksimum dari motor induk, dimana
besarnya daya BHPscr= dari BHPmcr (kondisi maksimum)

BHPmcr = BHPscr/0.85
= 1451,5792 /0,85
= 1707,7402 Hp
1273,9745 Kw

Pemilihan Mesin Induk


Dari data mengenai karakteristik putaran kerja dan daya pada kondisi MCR
dapat ditentukan spesifikasi motor penggerak utama atau main engine dari kapal ini.
Sehingga dari data ini, dapat ditentukan tipe - tipe motor penggerak yang akan
dipakai.
Dari berbagai pertimbangan tersebut, maka dalam perencanaan untuk kapal cargo
ini, dipilih mesin induk sebagai berikut :

 Merk : WARTSILA 20
 Type : 8L20
 Daya maximum : 1960 HP atau 1440 Kw
 Cylinder bore : 200 mm
 Engine Speed : 1000 rpm
 Piston Stroke : 280 mm
 Fuel Consumtion (SFOC) : 188-196 gr / Kwh
 Panjang : 3973 mm
 Lebar : 1713 mm
 Tinggi : 2089 mm
 Berat : 11 ton

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 13


Laporan Rencana Umum

Ambar 3.1 Katalog Mesin

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 14


Laporan Rencana Umum

IV. PERHITUNGAN DWT (DEAD WEIGHT) / CONSUMABLES

Perhitungan DWT
1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk (Whfo)
2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu (Wmdo)
3. Berat minyak Pelumas (Wlo)
4. Berat Air Tawar (Wfw)
5. Berat Bahan Makanan (Wp )
6. Berat Crew dan Barang Bawaan (Wcp)
7. Berat Cadangan (Wr )
8. Berat Muatan Bersih (Wpc)

1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk (Whfo)


BHP x Cfo x S x K
Wfo=
Vs x 106
Wfo : Berat bahan bakar (ton)
BHP : Daya mesin kapal (kW)
Cbb : Koefisien pemakaian bahan bakar (gram/kWh)
S : Radius pelayaran kapal (mill)
Vs : Kecepatan dinas kapal (knot)
K : Faktor koreksi (1,2 – 1,5)

Wfo = 1440 x 192 x 1839 / 11,5 x 10-6 x 1.4 ( ton ).


= 61,9 ton

 Menentukan volume bahan bakar mesin induk


Wfo
Vfo=
rho dimana:  = 0,95 ton/m3
61,9
Vfo= = 130,31 m3
0,95

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 15


Laporan Rencana Umum

 Penambahan volume bahan bakar


Penambahan volume bahan bakar disebabkan karena
 Double bottom ( 2 % )
 Ekspansi karena panas ( 2 % )
Vfo = (4% x 31,3423) + 31,3423
= 67,76 m3

2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu ( Wmdo)


Bahan bakar MDO digunakan untuk motor induk sebagai change fuel
dan motor - motor bantu.
 Berat bahan bakar (WMDO):
Kebutuhan berat bahan bakar MDO untuk motor - motor bantu
diperkirakan sebesar 10 - 20 % dari berat kebutuhan HFO untuk motor
induk. Dalam perencanaan ini diambil perkiraan kebutuhan sebesar 20 %.
Wfb = ( 0,1 – 0,2 ) Wfo
= 0,2 x 61,9 ton

24,76
 Menentukan volume bahan bakar mesin bantu
Wfb
Vfb=
rho dimana :  = 0,95 ton/m3
24,76
Vfb= = 26,06 m3
0,95
 Penambahan volume bahan bakar
Penambahan volume bahan bakar disebabkan karena
 Double bottom ( 2 % )
 Ekspansi karena panas ( 2 % )
Vfb = (4% x 26,06) + 26,06
= 27,10 m3

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 16


Laporan Rencana Umum

3. Berat Minyak Pelumas (Wlo)


Berat minyak pelumas (Wlo):
R
WlO = Bkwh x SLOC x Vs x 10-6 x 1,2 s/d 1,5 ( Ton )
1136mil
=1519,98273 KW x 1,34 gr/BKWh x 12 ,5mil/h x 10-6 Ton/g x
1,2
= 0,29775 Ton

 Volume tangki minyak pelumas ( VlO ):


W LO
VlO = ρ
0 ,29775 Ton
= 0. 89 Ton/m3
= 0,33455 m3
 Penambahan volume tangki minyak pelumas ( VlO )
Penambahan volume tangki minyak pelumas ( VlO ) disebabkan karena
 Double bottom ( 2 % )
 Ekspansi karena panas ( 2 % )
VlO = (4% x 0,33455) + 0,33455
= 0,3479 m3

4. Berat Air Tawar (Wfw)


Perhitungan Umum :
Jumlah awak kapal = 20 orang
Radius pelayaran = 1136 mil laut
Kecepatan dinas kapal = 12,5 knot
S
Lama pelayaran = Vs.24
1136mil
= 12,5 x24 mil/ jam
= 3,786 hari, dalam perhitungan dianggap 4 hari

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 17


Laporan Rencana Umum

Untuk perhitungan consumable berdasarkan buku Lectures On Ship


Design & Ship Theory, P 13

4.4.1 Kebutuhan pelayaran untuk makan dan minum


Kebutuhan air untuk makan dan minum satu hari antara 10 - 20
Kg/orang/hari. Diambil sebesar 20 Kg/orang/hari
Berat air tawar = (Zc x Cmi x S)/(24 x Vs x 1000)
= (20 x 20 x 1136)/(24 x 12,5 x 1000)
= 1,5147 Ton

4.4.2 Kebutuhan untuk Sanitasi


Kebutuhan air untuk sanitasi ( mandi dan cuci ) perorang satu hari
antara 60 - 200 Kg/orang/hari. Diambil sebesar 200 Kg/orang/hari
Berat air = (Zc x Cmi x S)/(24 x Vs x 1000)
= (20 x 20 x 1136)/(24 x 12,5 x 1000)
= 21600 kg
= 21,6 Ton

5. Kebutuhan untuk Pendingin Mesin


Kebutuhan air untuk pendingin mesin antara 2 - 5 Kg/kWh. Diambil
sebesar 4 Kg/BHP
Berat air = 4 x 12,598
= 6960 kg
= 6,96 Ton
Jadi kebutuhan total air tawar( Wfw ) = 1,8 + 21,6+ 6,96
= 30,36 ton
r  = 1 Ton/m3 ~ VolumeTotal air tawar Vtot = 30,36 m3

6. Berat Bahan Makanan (Wp)

Wp = 4 kg/orang hari
= 4 x 20 x 1136
24 x 12,5x 1000

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 18


Laporan Rencana Umum

= 0.3029 ton
7. Berat Crew dan Barang Bawaan
Kebutuhan :
a. Untuk crew = 150 kg / orang hari
b. Untuk barang = 50 kg / orang hari
Wcp = berat crew + berat barang
Wcp = 150 kg + 50 kg
Wcp = 200 kg
Wcp = 0,2 ton
Untuk 20 orang = 4 ton

8. Berat Cadangan (Wr)


Terdiri dari peralatan di gudang:
1. Cat
2. Peralatan reparasi kecil yang dapat diatasi oleh ABK
3. Peralatan lain yang diperlukan dalam pelayaran
Wr = (0.5 s/d 1.5 ) % x Disp
= 1 % x 3542,24871
= 35,4225 ton

9. Berat muatan bersih (Wpc)


Wpc diperoleh dari :
Dwt - berat keseluruhan
Lwt dengan perhitungan kasar = 1/3 x Disp
= 1/3 x 2372,67
= 1180,74957 ton
Dwt diperoleh dari : ( Disp - Lwt perhitungan kasar )
maka :
Dwt= Disp - Lwt
= 3542,24871 – 1180,74957
= 2361,49914 ton
Berat keseluruhan :

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 19


Laporan Rencana Umum

Dwt-Wpc = Whfo + Wmdo + Wlo + Wfw + Wp + Wcp + Wr


= 29,77517 +5,95503 + 0,29775 + 30,36 + 0,547 + 2 + 35,6
= 12,53,309 ton
Wpc = Dwt - berat keseluruhan
= 1581,78– 12,53,309 ton
= 1458,5 ton

10. Tangki Air Ballast


Untuk perhitungan tangki ballast berdasarkan buku MARINE
AUXILARY MACHINERY & SYSTEM, p 453
Berat air ballast direncanakan berkisar antara 10 - 17 % berat
displasement kapal, direncanakan 17 % x displasement kapal, jadi berat air
ballast adalah sebagai berikut :
( D = 3542,24871 Ton )
Wballast = D x 10 %
= 3542,24871 Ton x 10 %
= 354,22487 Ton
Sehingga :
Wballast
Vtb = ρair laut
354,22487 Ton
3
= 1 . 025Ton/m = 345,5852390 m3

V. PERHITUNGAN KONSTRUKSI

1. Perhitungan Dasar Ganda ( Double Bottom )

Menurut BKI 1996 Volume II:


h = 350 + 45 B ( mm ) dimana B = 13,500 m
= 350 + 45 (13,5)
= 957,5 mm ~ diambil 1000 mm
Menurut General Arrangement Plan:

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 20


Laporan Rencana Umum

Untuk kapal tanker, tinggi double minimum adalah B/15, tetapi tidak boleh
kurang dari 1 meter dan tidak boleh lebih dari 3 meter.

2. Jarak Gading ( Frame Spacing )


Pada BKI 1996 volume II, jarak gading normal / main frame ( ao )
untuk daerah 0,1 dari sekat tubrukan dan sekat buritan, untuk L < 100 m
adalah:
ao = L / 500 + 0,48 ( m )
L
+0 , 48
a0 = 500 ( m ).......(BKI vol II 1989 sec 9. A 1.1)
73 ,5
+0 ,48
= 500 = 0.627 meter ..... ( Maksimum )
Harga a0 diambil sebesar 0.6 meter.

3. Perencanaan Letak Sekat Tubrukan ( Collision Bulkhead ) Dan Sekat


Ceruk Buritan.
a. Sekat Tubrukan ( Collision Bulkhead )
Syarat letak sekat tubrukan di belakang FP untuk kapal dengan L <
200 m adalah ( 0,05 – 0,08 ) L
Collision Bulkhead = 0,0775 (73,5) dimana L = 73,5 m
= 5,696 m ~ diambil 5,7 m pada frame 113.
b. Sekat Ceruk Buritan
Syarat minimum sekurang-kurangnya berjarak 3 jarak gading dari
ujung boss propeller atau 5 - 15% Lpp dihitung dari AP.
5% Lpp = 0,05 x 73,5
= 3,675 m ~ diambil 3 m
15% Lpp = 0,15 x 73,5
= 11,025 m ~ diambil 11 m
Agar terdapat kecukupan ruang dalam memasang poros antara di
buritan kamar mesin, pada kapal ini diambil jarak 6 m pada frame 10.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 21


Laporan Rencana Umum

4. Perencanaan Panjang Ruang Mesin


Jarak sekat kamar mesin diletakkan dengan mempertimbangkan
banyak hal antara lain :
1. Panjang mesin
2. Poros
3. Jarak untuk peletakan peralatan di depan mesin induk

Dalam hal ini panjang kamar mesin diusahakan seminimal mungkin


sesuai dimensi permesinan yang ada agar ruang muat menjadi maksimal.
Sekat depan kamar mesin dilokasikan sejauh mungkin kebelakang untuk
memberi kapasitas ruang muat yang lebih besar, pada umumnya lokasi
sekat depan kamar mesin berjarak 17% hingga 22% didepan AP.

Dimensi mesin:
p = 5.064 m
l = 1.628 m
t = 3.179 m
Panjang sekat depan ruang mesin = 15~22 % L
= 20,4% x 73,5
= 15 m
Pada perencanaan ini panjang kamar mesin diambil sebesar 20,4%
dari panjang kapal dengan panjang 15 m (gading no. 10-25).

5. Perencanaan Panjang Ruang Muat


Untuk merencanakan panjang ruang muat, hendaknya diperiksa
dahulu volume ruang muatnya sudah cukup atau belum bila jumlah
muatan yang dimuat akan dimasukkan keruang muat. Caranya dengan
mengurangi DWT dengan komponen-komponen lainnya selain muatan
bersih, sehingga didapatkan berat muatan bersih, selanjutnya sesuai
dengan cara pembungkusan muatan akan didapatkan volume ruang muat
yang dibutuhkan, selanjutnya dari sekat tubrukan sampai dengan sekat
ruang mesin dengan diagram Bonjean dihitung besarnya volume ruang
muatnya.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 22


Laporan Rencana Umum

 Ruang muat I terletak antara frame 25 - 54


 Ruang muat II terletak antara frame 54 – 84
 Ruang muat III terletak antara frame 84 – 113

VI. PERHITUNGAN VOLUME RUANG MUAT

Perhitungan volume ruang muat disesuaikan dengan jumlah ruang muat yang
telah direncanakan ( terletak pada frame berapa sampai berapa ).
Perhitungan dilakukan dengan metode Simpson.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 23


Laporan Rencana Umum

Volume total ruang muat ( Vt ) = VRM I + VRM II + VRM III ( m3 )


= 542,061 + 728,909 + 721,766
= 1992,736 m3

VII. PERHITUNGAN VOLUME TANGKI-TANGKI

a. Tangki-tangki Consumable
1. Tangki Bahan Bakar Mesin Induk

2. Tangki Bahan Bakar Mesin Bantu

3. Tangki Minyak Pelumas

b. Tangki-tangki Ballast

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 24


Laporan Rencana Umum

c. Tangki Air Tawar (Fresh Water)

VIII. PERENCANAAN RUANGAN-RUANGAN AKOMODASI

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 25


Laporan Rencana Umum

Dari SHIP DESIGN AND CONSTRUCTION 1980, hal.113 – 12,560


diperoleh beberapa persyaratan untuk crew accomodation.
BRT = 0,6 DWT
= 0,6 (2479,57) ton
= 1487,744 BRT

1. Ruang Tidur (Sleeping Room)

Gambar 5.1 Contoh perencanaan ruang tidur


 Ruang tidur harus diletakkan di atas garis air muat di tengah / di belakang
kapal.
Direncanakan ruang tidur :
 Semua kabin ABK terletak pada dinding luar sehingga mendapat
cahaya matahari
 Boat deck terdapat ruang tidur :
Captain dan chief Engineer
 Poop deck terdapat ruang tidur :
Second Officer, Second Engineer, Electrician, Quarter Master, Chief
officer, dan Radio Operator
 Main deck terdapat runag tidur :
Chief Cook, Assistant Cook, Cadets, Mechanics, Oilman, Boatswain,
Seaman, Steward, dan Boys.
 Tidak boleh ada hubungan langsung (opening) di dalam ruang tidur dari
ruang muat, ruang mesin, dapur, ruang cuci umum, WC, paint room dan
dry room (ruang pengering).

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 26


Laporan Rencana Umum

 Luas lantai untuk ruangan tidur tidak boleh kurang dari 2,78 m 2 untuk
kapal di atas 3000 BRT
 Tinggi ruangan dalam keadaan bebas minimum 190 m
 Perabot dalam ruag tidur
a. Ruang tidur kapten :
Tempat tidur single bad, lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi
putar, TV, kamar mandi, bath tup, shower, wash basin, dan WC.
b. Ruang tidur perwira :
Tempat tidur single bad untuk satu orang, maksimal tempat tidur susun
untuk dua orang, lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi putar,
kamar mandi, shower, wash basin dan WC.
c. Ruang tidur bintara :
Tempat tidur single bad untuk satu orang, maksimal tempat tidur susun
untuk dua orang, lemari pakaian, meja tulis dengan kursi putar.

 Ukuran Perabot
a. Tempat tidur
Ukuran tempat tidur minimal 190 x 68 cm
Syarat untuk tempat tidur bersusun :
 Tempat tidur yang bawah berjarak 40 cm dari lantai
 Jarak antara tempat tidur bawah dan atas 60 cm
 Jarak antara tempat tidur dan langit-langit 60 cm
 Jarak antar deck diambil 240 cm
b. Lemari pakaian, direncanakan ukuran lemari pakaian 60 x 60 x 60 cm
c. Meja tulis, direncanakan ukuran meja tulis 80 x 50 x 80 cm

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 27


Laporan Rencana Umum

2. Ruang Makan (Mess Room)

Gambar 5.2 Contoh perencanaan ruang makan

 Harus cukup menampung seluruh ABK


 Untuk kapal yang lebih dari 1000 BRT harus tersedia ruang makan
yang terpisah untuk perwira dan bintara
 Letak ruang makan sebaiknya dekat dengan pantry dan galley
(dapur)

3. Sanitary Accomodation

Gambar 5.3 Contoh perencanaan sanitary accomodation


 Jumlah WC minimum untuk kapal lebih dari 3000 BRT adalah 6
buah
 Untuk kapal dengan radio operator terpisah maka harus tersedia
fasilitas sanitary di tempat itu.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 28


Laporan Rencana Umum

 Toilet dan shower untuk deck department, catering department harus


disediakan terpisah
 Fasilitas sanitari minimum :
 1 bath tup atau shower untuk 8 orang atau kurang
 1 WC untuk 8 orang atau kurang
 1 wash basin untuk 6 orang atau kurang

4. Mushollah (Mosque)
 Sesuai dengan kebutuhan crew yang beragama islam
 Dilengkapi dengan fasilitas wudhu, lemari gantung
tempat menyimpan Al-Qur’an dan perlengkapan sholat.

5. Kantor (Ship Office)


 Dilengkapi dengan meja tulis dengan kursi putar (untuk
Kapten, Chief Officer, Chief Engineer) serta lemari buku.

6. Dry Provicion And Cold Storage Room

Gambar 5.5 Contoh perencanaan Dry Provision dan Cold Storage Room

a. Dry Provision Room


 Dry provision berfungsi untuk menyimpan bahan
bentuk curah yang tidak memerlukan pendinginan dan harus dekat
dengan galley dan pantry.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 29


Laporan Rencana Umum

b. Cold Storage Room


 Untuk bahan yang memerlukan pendinginan agar
bahan-bahan tersebut tetap segar dan baik selama pelayaran
 Temperatur ruang pendingin dijaga terus dengan
ketentuan:
 Untuk menyimpan daging suhu maksimum
adalah -22 o C.
 Untuk menyimpan sayuran suhu maksimum
adalah -12,5 o C.
 Luas provision store yang dibutuhkan untuk satu orang
ABK adalah (0,8 - 1) m2.

7. Dapur (Galley)

 Letaknya berdekatan dengan ruang makan, cold


dan dry store
 Luas lantai 0,5 m2 / ABK
 Harus dilengkapi dengan exhaust fan dan
ventilasi untuk menghisap debu dan asap
 Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak
ada opening antara galley dengan sleeping room.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 30


Laporan Rencana Umum

8. Ruang Navigasi (Navigation Room)

Gambar 5.7 Contoh perencanaan Ruang Kemudi dan Ruang Peta

a. Ruang Kemudi (Wheel House)


 Terletak pada deck yang paling tinggi sehingga
pandangan ke depan dan ke samping tidak terhalang (visibility 360o)
 Flying wheel house lebarnya dilebihkan 0,5
meter dari lebar kapal untuk mempermudah waktu berlabuh
 Jenis pintu samping dari wheel house
merupakan pintu geser

JARAK PANDANG DARI WHEEL HOUSE


a
Keterangan :
a < 1.25 Lpp

Gambar 5.8 jarak pandang dari wheel house

b. Ruang Peta (Cart Room)


 Terletak di dalam ruang wheel house
 Ukuran ruang peta 2,4 m x 2,4 m
 Ukuran meja peta 1,8 m x 11,2 m
 Antara ruang peta dan wheel house bisa langsung
berhubungan sehingga perlu dilengkapi jendela atau tirai yang dapat
menghubungkan keduanya.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 31


Laporan Rencana Umum

c. Ruang Radio (Radio Room)

Gambar 5.9 Contoh perencanaan Ruang Radio


 Diletakkan setinggi mungkin di atas kapal dan harus
terlindungi dari air dan gangguan suara
 Ruang ini harus terpisah dari kegiatan lain
 Ruang radio operator harus terletak sedekat mungkin dan
dapat ditempuh dalam waktu 3 menit

9. Battery Room
Adalah tempat untuk menyimpan Emergency Sourse of Electrical
Power (ESEP)
 Terletak di tempat yang jauh dari pusat kegiatan karena suara
bising akan mengganggu
 Harus mampu mensupply kebutuhan listrik minimal 3 jam pada
saat darurat
 Instalasi ini masih bekerja jika kapal miring sampai 22,5 o atau
kapal mengalami trim 10o.

IX. PERLENGKAPAN NAVIGASI


Design and construction edisi revisi sname Newyork, 1996 tentang
perlengkapan lampu navigasi.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 32


Laporan Rencana Umum

Gambar 6.1 posisi lampu navigasi

Tabel 6.1 lampu navigasi

Untuk jelasnya peraturan lampu navigasi bisa dilihat “Marine


Engineering 1992” Editor Harrington halaman 766 s/d 767.

1. Lampu Jangkar ( Anchor Light )


• Setiap kapal dengan L > 150 ft pada saat lego jangkar harus menyalakan
anchor light.
• Warna : Putih
• Jumlah : 1 buah
• Visibilitas : 3 mil ( minimal )

Gambar 6.2 Lampu Jangkar (Anchor Light)

• Sudut sinar : 360o horisontal


• Tinggi : 8 meter

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 33


Laporan Rencana Umum

• Letak : Forecastle

2. Lampu Buritan ( Stern Light )

Gambar 6.3 Lampu Buritan (Stern Light)


• Warna : Putih
• Jumlah : 1 buah
• Visibilitas : 3 mil ( minimal )

• Sudut sinar : 135o horisontal


• Tinggi : 3,5 meter
• Letak : Buritan

3 . Lampu Tiang Agung ( Mast Head Light )

Gambar 6.4 Lampu Tiang Agung (Mast Head Light)

• Warna : Putih
• Visibilitas : 6 mil ( minimal )

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 34


Laporan Rencana Umum

• Sudut sinar : 225o horisontal


• Tinggi : 12,5 meter ( di tiang agung depan
)
4,5 meter ( di tiang di top deck )
9. Lampu Sisi ( Side Light )

Gambar 6.5 Lampu Sisi (Side Light)

• Jumlah : Starboard Side : 1 buah


Port Side : 1 buah
• Warna
Starboard Side : Hijau
Port Side : Merah
• Visibilitas : 2 mil ( minimal )

• Sudut sinar : 112,5,5o horisontal


• Letak : Navigation deck (pada fly wheel
house)
5. Morse Light
• Warna : Putih

• Sudut sinar : 360o horisontal


• Letak : di top deck, satu tiang dengan
mast head light, antena UHF
dan radar

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 35


Laporan Rencana Umum

6. Tanda Suara
Tanda suara ini dilakukan pada saat kapal melakukan manouver di
pelabuhan dan dalam keadaan berkabut atau visibilitas terbatas. Setiap
kapal dengan panjang lebih dari 12,5 meter harus dilengkapi dengan bel
dan pluit.

7. Pengukur Kedalaman ( Depth Sounder Gear )

Gambar 6.6 Pengukur Kedalaman (Depth Sounder Gear)


Setiap kapal dengan BRT di atas 500 gross ton dan melakukan pelayaran
internasional harus dilengkapi dengan pengukur kedalaman yang
diletakkan di anjungan atau ruang peta.

8. Compass

Gambar 6.7 Compass

Setiap kapal dengan BRT di atas 1600 gross ton harus dilengkapi
dengan gyro compass yang terletak di compass deck dan magnetic
compass yang terletak di wheel house.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 36


Laporan Rencana Umum

9. Radio Direction Finder dan Radar

Setiap kapal dengan BRT 1600 gross ton harus dilengkapi dengan
direction finder dan radar yang masing-masing terletak di ruang peta dan
wheel house. Fungsi utama dari radio direction finder adalah untuk
menentukan posisi kapal sedangkan radar berfungsi untuk
menghindari tubrukan.

X. PERENCANAAN PINTU, JENDELA DAN TANGGA

1. Perencanaan Pintu

A. Pintu Baja Kedap Cuaca ( Ship Steel Water Tight Door )

Gambar 7.1 Pintu Baja Kedap Cuaca (Ship Steel Water Tight Door)

• Digunakan sebagai pintu luar yang berhubungan langsung dengan


cuaca bebas.
• Tinggi : 1800 mm

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 37


Laporan Rencana Umum

• Lebar : 800 mm
• Tinggi ambang : 300 mm

B. Pintu Dalam
• Tinggi : 1800 mm
• Lebar : 750 mm
• Tinggi ambang : 200 mm

C. Lorong

Gambar 7.2 Lorong

Lorong harus dipastikan mudah untuk dilewati lebar minimum


lorong 80 cm.

2. Ukuran Jendela
 Jendela bundar tidak dapat dibuka ( menurut DIN ISO 1751 ),
direncanakan menggunakan jendela bundar type A dengan ukuran d =
400 mm.
 Jendela empat persegi panjang, direncanakan:
 1. Panjang ( W1 ) = 400 mm, Tinggi ( h1 ) = 560 mm
 Radius ( r1 ) = 50 mm, Tinggi ( h1 ) = 800
mm
 2. Panjang ( W1 ) = 500 mm, Tinggi ( h1 ) = 800 mm
 Radius ( r1 ) = 100 mm
 Untuk wheel house
Berdasarkan simposium on the design of ships budges :

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 38


Laporan Rencana Umum

 Semua jendela bagian depan boleh membentuk 15o.


 Bagian sisi bawah jendela harus 1,2 meter di atas deck.
 Jarak antara jendela tidak boleh kurang dari 100 mm.

3. Tangga / Ladder

A. Accomodation Ladder
Accomodation ladder diletakkan menghadap ke belakang kapal.
Sedangkan untuk menyimpannya diletakkan di poop deck (diletakkan

segaris dengan railing / miring). Sudut kemiringan diambil 45o.

Dengan melihat gambar (kurva) Hidrostatik di dapatkan nilai T dengan


melalui LWT.
LWT = Displ – DWT
= 3542,24871 – 2479,57410
= 1062,67461 ton
Kemudian masukkan nilai LWT ke dalam grafik Hidrostatik dan
disesuaikan dengan skalanya, lalu tarik garis tegak lurus sampai memotong
garis Δ Incl (Displacement Including Sheel), kemudian dari perpotongan
dibuat garis vertikal maka diketahui sarat kosong (TE).
LWT
TE = ( Lpp×B×Cb×1,004×1, 025 )
1062 ,674
= ( 73,5×13,2×0,65×1,004×1,025 )

= 1,637 m
Karena tangga akomodasi diletakkan di poop deck:

a = ( H +2,4 ) −T E

= ( 6 ,61+2,4 ) −1,637
= 7,373

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 39


Laporan Rencana Umum

Jadi:
a

Panjang tangga akomodasi ( L ) = Sin 45
7 ,373
= 0,707

= 10 , 428 m

Dimensi tangga akomodasi: ( direncanakan )


-Width of ladder = 600 s/d 800 mm
-Height of handrail = 12,500 mm
-The handrail = 1500 mm
-Step space = 200 s/d 350 mm

Gambar 7.3 Accomodation Ladder

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 40


Laporan Rencana Umum

Gambar 7.4 Accomondation Ladder Side view

Gambar 7.5 Accomondation Ladder Top View

Gambar 7.6 Accomodation Ladder Looking after

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 41


Laporan Rencana Umum

Tabel 7.1 Keterangan gambar-gambar diatas


B. Steel Deck Ladder
Digunakan untuk menghubungkan deck satu dengan deck lainnya.,
direncanakan menggunakan deck ladder type A

- Nominal size = 700 mm


- Lebar = 700 mm

- Sudut kemiringan = 45o


- Interval of treads = 200 s/d 300 mm
- Step space = 400 mm

Gambar 7.8 Steel Deck Ladder

C. Ship Steel Vertical Ladder

Digunakan untuk tangga pada escape gang, tangga main hole dan
digunakan untuk tangga menuju ke top deck, direncanakan:
- Lebar tangga = 350 mm
- Interval treads = 300 s/d 340 mm
- Jarak dari dinding = 150 mm

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 42


Laporan Rencana Umum

XI. PERLENGKAPAN KAPAL


1. Perhitungan Alat Bongkar Muat
A. Batang Muat
Panjang jangkauan batang muat:
L’ = ( 2/3 Panjang Palkah ) ( m )
= 2/3 x 15
= 10 m
Panjang batang muat: L = L’/ cos 45º
L = 10 / cos 45º
= 14,14 m
Dari beban yang direncanakan ( misal SWL = 5000 kg ),
maka diperoleh data sebagai berikut: L1, L2, n, D, d, S, GI, GII.

B. Tiang Agung ( Mask )

W = 0,1 [ ( SWL x L1 ) + ( SWL x L2 ) ] (cm3 )

W = 3,14 ( D4 – d4 ) / ( 32D ) ( cm3 ),


Dimana:
d = 0,84 D Maka harga D dan d dapat diketahui.
Tebal Plat = 0,02 D Tebal plat rata – rata = 30 mm
D = 0,02/30
= 1500
d = 0,84 D
= 0,84 x 1500
=12,560
Maka :
W = 3,14 x (15004 – 12,5604) / (32 x 1500)
= 166290883,2 cm3
= 166,29 m3

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 43


Laporan Rencana Umum

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 44


Laporan Rencana Umum

C. Winch

Winch Power ( Pe )

Pe = ( W x V ) / ( 75 x 60 ) ( HP )

Dimana:
Pe = Effective Power ( HP )
W = Rated Load ( kg )
V = Rated Hoisting speed ( 40 m/min )
Pe = (116,29 x 40)/(75 x 60)
= 1478141,18 Hp
Ip = f x Pe ( HP )
Dimana : f = 1,05 – 1,1 diambil 1,07
Gambar 9.1 Alat Bongkar Muat
Ip = 1,06 x 1478141,18
= 1566829,65 Hp

2. Perlengkapan Keselamatan
Kapal harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pelayaran
yang sesuai yang ada.
Menurut fungsinya alat keselamatan dibagi 4, yaitu :
A. SEKOCI
Persyaratan sekoci/freefall penolong :
 Dilengkapi dengan tabung udara yang diletakkan dibawah tempat
duduk.
 Memiliki kelincahan dan kecepatan untuk menghindar dari
tempat kecelakaan.
 Cukup kuat dan tidak berubah bentuknya saat mengapung
dalam air ketika dimuati ABK beserta perlengkapannya.
 Stabilitas dan lambung timbul yang baik.
 Mampu diturunkan ke dalam air meskipun kapal dalam kondisi

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 45


Laporan Rencana Umum

miring 15o.
 Perbekalan cukup untuk waktu tertentu.
 Dilengkapi dengan peralatan navigasi, seperti kompas radio
kounikasi.

Pada kapal ini direncanakan menggunakan freefall sebagai berikut :

Gambar 9.3 Life Boat


Type Dimension Drop height Capacity Davit load
LxWxH (m) (m) (p) (kg)
LBF 490 C 4.90 x 2.40 x 3.10 16 19 4200
LBF 580 C 5.80 x 2.55 x 3.10 16 28 5553
LBF 680 C 6.80 x 2.70 x 3.22 20 33 6355
LBF 750 C 7.50 x 2.70 x 3.22 21 36 7090
LBF 850 C 8.50 x 2.94 x 3.30 25 48 8850

Technical Data
Type : LBF 580 C
Loa : 5,80 m
WOA : 2,55 m
HOA : 3,10 m
Number of persons : 28 Person
Drop Height : 16 m

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 46


Laporan Rencana Umum

Davit Load : 5553 kg

B. Perlengkapan Apung ( Bouyant Aparatus )


Yang dimaksud dengan alat-alat apung adalah semua alat yang dapat
terapung, yang dapat menahan orang-orang sehingga dapat tetap
terapung. Yang termasuk perlengkapan apung adalah :

B.1. Pelampung Penolong ( Life Buoy )


Persyaratan pelampung penolong:
 Dibuat dari bahan yang ringan ( gabus / semacam plastik )
 Berbentuk lingkaran atau tapal kuda.
 Harus mampu mengapung dalam air selama 24 jam
dengan beban sekurang-kurangnya 14,5 kg besi.
 Tahan pada pengaruh minyak, berwarna menyolok
dan diberi tali pegangan, keliling pelampung dilengkapi dengan
lampu yang menyala secara otomatis serta ditempatkan pada
dinding atau pagar yang mudah terlihat dan dijangkau.
 Jumlah pelampung untuk kapal dengan panjang 60 – 12,5
meter minimal 12,5 buah.

Gambar 9.6 macam-macam Pelampung Penolong

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 47


Laporan Rencana Umum

 Nama kapal ditulis dengan huruf kapital (besar)


 Dapat cepat dilepaskan, tidak boleh diikat secara
tetap dan cepat pula dilemparkan dari anjungan ke air.
Dijelaskan bahwa beberapa buah pelampung penolong harus
dilengkapi lampu yang menyala secara otomatis. Salah satu caranya
dilakukan sebagai berikut :
Dengan botol Holmes diikatkan pada pelampung yang diisi dengan :
- Karbit Kalsium (Ca CO3)
- Fosfat Kalsium (P2 CO3)
Tutup dari botol ini mempunyai tali yang diikat pada pagar
geladak. Pada waktu pelampung dilemparkan ke air, tutupnya akan
terlepas dan botolnya kemasukan air laut.
Karbid dengan air akan menimbulkan reaksi panas sehingga
fosfatnya terbakar, dengan demikian botol tersebut akan mengeluarkan
nyala yang dapat menunjukkan tempat dimana pelampung tersebut
berada, sehingga orang lain yang akan ditolong dapat mengetahuinya.
Apabila tabung ini dilemparkan ke air, maka pen itu akan terlepas
dari tabung sehingga mengakibatkan sebuah lubang pada tabung itu.
Untuk kapal-kapal tangki jenis Holmes Light harus dinyalakan dengan
listrik (baterai). Bagian luarnya adalah sebagai pengapung yang terbuat
dari kayu balsa. Sebelah dalam ialah tabung dari kuningan yang berisi
baterai. Sebuah lampu yang tertutup pelindung gelas dengan gasket
karet yang kedap air, yang akan menyala segera setelah lampunya
berada disisi atas, yaitu kedudukan pada waktu terapung di atas air.
Lampu tersebut akan menyala kira-kira 3 jam. Lampu tersebut harus
selalu diperiksa apakah menyala dengan baik, yaitu dengan cara
meletakkan lampu disisi atas.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 48


Laporan Rencana Umum

B.2. Baju Penolong ( Life Jacket )


Persyaratan baju penolong:
 Mampu mengapung selam 24 jam dengan beban 7,5 kg
besi.
 Disimpan di tempat yang mudah di capai.
 Jumlah sesuai banyaknya ABK, berwarna menyolok dan
tahan minyak erta dilengkapi dengan pluit.

Gambar 9.7 Contoh baju Penolong

 Dibuat sedemikian rupa, sehingga


menghindarkan pemakaian yang salah, kecuali memang dapat
dipakai dari luar dan dalam (inside out)
 Dibuat sedemikian rupa, sehingga
kepala dari si pemakai tetap berada diatas permukaan laut
meskipun dalam keadaan tidak sadar

B.3. Rakit Penolong Otomatis (Inflatable Liferafts)


Adalah rakit penolong yang ditiup secara otomatis, alat
peniupnya merupakan satu atau lebih botol angin yang diletakkan
diluar lantai rakit. Botol angin ini harus cukup untuk mengisi atau
mengembangkan dengan apungnya,sedang alas lantainya dapat
dikembangkan dengan pompa tangan.
Apabila rakit akan digunakan maka tali tambatnya mula-mula
harus diikatkan di kapal, dan rakit yang masih berada ditempatnya
dalam keadaan terbungkus itu dilempar ke laut. Suatu tarikan dari

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 49


Laporan Rencana Umum

tali tambat, akan membuka pentil botol anginnya, sehingga raikt


akan mengembang.

Persyaratan Rakit Penolong Otomatis :


 Bila dijatuhkan ke dalam air dari suatu tempat 18 m tingginya
diatas permukaan air, baik rakit dan perlengkapan lainnya tak
kan rusak.
 Dapat dikembangkan secara otomatis dengan cepat dan dengan
cara yang sederhana.
 Berat seluruh rakit termasuk kantong, tabung, dan
perlengkapannya maksimum 180 kg.
 Mempunyai stabilitas yang baik
 Lantai dari rakit penolong harus kedap air dan harus cukup
mempunyai isolasi untuk menahan udara yang dingin.
 Dilengkapi dengan tali tambat yang panjangnya minimum 10
m, dan di sisi luarnya terdapat tali pegangan yang cukup kuat.
 Rakit harus dapat ditegakkan oleh seseorang apabila rakit
dalam keadaan telah tertiup dan terbalik.

Perlengkapan Rakit Penolong Otomatis :


 Dua jangkar apung dengan tali (satu sebagai
cadangan)
 Untuk setiap 12,5 orang disediakan 1 gayung spons
dan pisau keamanan
 Sebuah pompa tangan
 Alat perbaikan yang dapat menambal kebocoran
 Sebuah tali buangan yang terapung di atas air,
panjangnya minimum 30 m.
 2 buah dayung
 6 obor yang dapat mengeluarkan sinar merah yang
terang

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 50


Laporan Rencana Umum

 Sebuah lentera (flash light) saku kedap air yang


dapat digunakan untuk sandi morse, dengan 1 set baterai
cadangan dan 1 bola cadangan yang disimpan di dalam tempat
yang kedap air.
 Sebuah kaca yang bisa digunakan untuk sandi
morse
 1/2 kilo makanan untuk setiap orang
 3 kaleng anti karat yang isinya masing-masing 0,36
liter air untuk setiap orang
 Sebuah mangkok minim yang anti karat dengan
skala ukuran
 6 pil anti mabok laut untuk setiap orang
 Buku penuntun tahan air yang menerangkan cara-
cara orang tinggal di dalam rakit
 Sebuah tempat kedap air berisi perlengkapan
pertolongan pertama, dengan keterangan-keterangan cara
menggunakannya. Pada bagian luar dari pembungkusnya
dituluskan daftar isi.

C. Tanda Bahaya Dengan Signal Atau Radio


 Bila berupa signal dapat beruapa cahaya, misal
lampu menyala, asap, roket, lampu sorot, kaca dsb.
 Bila berupa radio dapat berupa suara radio, misal
radio dalam sekoci, auto amateur resque signal transmitter dsb.

D. Alat Pemadam Kebakaran


Dalam kapal terdapat alat pemadam kebakaran berupa:
 Foam ( busa )
 CO 2

 Air laut

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 51


Laporan Rencana Umum

Gambar 9.8 Sistem Pemadam kebakaran dengan air laut

3. Penentuan Jangkar, Rantai Jangkar Dan Tali Tambat.


A. Penentuan Jangkar
Penentuan jangkar berdasarkan peraturan BKI 1996 Vol. III (
tergantung angka Z ):

Z = D2/3 + 2.h.B + A/10


Dimana:
D = Displacement kapal
= 3542,24871 ton
B = Lebar kapal
= 13,2 m
h = fb + Σh
= 1,13 + 12 = 13,13 m
fb = Lambung timbul ( H – T ) = 6,61 – 5,48 = 1,13 m
Σh = Jumlah bangunan atas x tinggi masing-masing bangunan atas
tersebut.
= 5 x 2,4 = 12 m
A = Luas penampang membujur dari bangunan atas di atas garis air
pada centre line.
= 46,45 m2

Z = D2/3 + 2.h.B + A/10


= (3542,24871)2/3 + 2x13,13 x13,2 + 46,45/10
= 429,2

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 52


Laporan Rencana Umum

Pada tabel 18.2 vol II, BKI "1996 terletak pada nomer register 12,50
dengan Z = 400 – 450

Sehingga dapat diperoleh:

- Jumlah jangkar = 2 buah


- Berat Jangkar = 12,590 kg
- Panjang total = 385 m
- Diameter
a. d1 = 36 mm
b. d2 = 32 mm
c. d3 = 28 mm
- Tali tarik
a. panjang = 180 m
b. beban putus = 250 kN
- Tali tambat
a. Jumlah = 4 buah
b. Panjang = 140m
c. beban putus = 100 kN

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 53


Laporan Rencana Umum

Kemudian dari data dapat dianbil ukuran-ukuran yang ada pada jangkar
yaitu sebagai berikut

Berat jangkar diambil 1350 kg


A = 1700 mm
B = 12,505 mm
C = 550 mm
D = 112,50 mm
E = 890 mm
ØF = 60 mm
Dari Practical Ship Building direncanakan menggunakan jangkar type Hall
Ancor.

B. Penentuan Rantai Jangkar


Setelah diketahui data-data dari jangkar yaitu :
- Panjang keseluruhan rantai jangkar = 385 m
- Diameter rantai jangkar :
a. d1 = 36 mm
b. d2 = 32 mm

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 54


Laporan Rencana Umum

c. d3 = 28 mm
- Diameter yang digunakan = 36 mm
Komposisi dan konstruksi dari rantai jangjar meliputi :
1. Ordinary link
a : 6,00 d = 216 mm
b : 3,60 d = 12,59,6 mm
c : 1,00 d = 36 mm
2. Large link
a : 6,50 d = 234 mm
b : 4,00 d = 144 mm
c : 1,10 d = 39,6 mm
3. End link
a : 6,75 d = 243 mm
b : 4,00 d = 144 mm
c : 1,20 d = 43,2 mm
4. Connecting Shackle
a : 7,10 d = 255,6 mm
c : 4,00 d = 144 mm
d : 0,60 d = 21,6 mm
e : 0,50 d = 18 mm
5. Anchor Kenter Shackle
a : 8,00 d = 288 mm
b : 5,95 d = 214 mm
c : 1,75 d = 63 mm
6. Swivel
a : 9,70 d = 349,2 mm
b : 2,80 d = 100,8 mm
c : 1,20 d = 43,2 mm
d : 2,90 d = 104,4 mm
e : 3,40 d = 12,52,4 mm
f : 1,75 d = 63 mm

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 55


Laporan Rencana Umum

7. Kenter Shackle
a : 6,00 d = 288 mm
b : 4,20 d = 201,6 mm
c: 1,52 d = 72,96 mm

C. Tali Tambat
Bahan yang dipakai untuk tali tambat terbuat dari nilon. Adapun ukuran-
ukuran yang dipakai berdasarkan data-data dari BKI 1996 melalui angka
penunjuk Z didapatkan:
- Jumlah tali tambat = 4 buah
- Panjang tali tambat = 140 m
- Beban putus = 100 kN

Berdasarkan tabel Normalisasi pada Practical Ship Building yang


didasarkan dari Breaking Stress dari BKI 1996 didapatkan :
- Keliling tali = 102 mm
- Diameter tali = 33 mm
- Perkiraan beban setiap 100 m = 70 kg
- Perkiraan kekuatan tarik = 14428 kg

Keuntungan dari tali nylon untuk tambat :


- Tidak rusak oleh air dan sedikit menyerap air

4. Penentuan Bollrd, Fair laid, Hawse Pipe dan Chain Locker


A. Penentuan Bollard

Gambar 9.12,5 Bollard

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 56


Laporan Rencana Umum

f Weight
Type d c e h i1 i2
M T kg
12,55 4.5 13.2 140 80 165 250 315 455 26
160 5.6 15.8 168 90 195 300 400 568 37
200 10.2 29 219 100 250 400 500 719 75
250 13.2 37.2 273 12,55 315 500 630 903 12,54
315 20.9 55 324 150 375 600 800 112,54 230
400 28.5 75.4 406 175 435 700 1000 1406 356
500 52 12,53.4 508 200 515 830 12,550 1758 723
630 62.7 158.1 610 225 615 1000 1570 2180 1084
710 83.1 219.3 711 250 675 1100 1750 2461 1532

Dari Partical Ship Building halaman 189 (Ship And Marine


Enginee Vol IIIB) dipilih type vertical bollard dan didapatkan ketentuan
sebagai berikut :
- Ukuran Bollard adalah :
Type = 160 mm
M = 5,6 Ton
T = 15,8 ton
d = 168 mm
c = 90 mm
e = 195 mm
i1 = 400 mm
i2 = 568 mm
Berat Bollard = 37 kg
Jumlah baut = 8 buah
Diameter = 1 1/8 inch
r1 = 45 mm
r2 = 105 mm

B. Penentuan Fair laid

Dari Breaking Stress tali penarik, dapat diambil ukuran fair laid
berdasarkan Practical Ship Building.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 57


Laporan Rencana Umum

Gambar 9.13 Fair Laid

P
Size d1 d2 d3 d4 d5 h1 h2 h3 h4 s1 s2
(tonnes)
150 150 240 105 85 90 158 5 25 40 8 6 15.8
200 200 310 130 110 115 190 5 25 40 8 6 19.8
250 250 380 150 130 135 245 6 25 40 8 8 28.5
300 300 440 170 150 155 270 7 35 50 8 8 33.6
350 350 500 190 170 175 294 7 35 50 10 10 44.8
400 400 560 200 180 185 332 7 35 50 12,5 12,5 58
450 450 630 225 205 210 341 7 35 50 12,5 12,5 64.2
500 500 680 245 225 230 358 7 40 50 15 15 84.3

Dari Breaking Stress tali penarik 15,8 Ton maka diambil ukuran
fairlaid berdasarkan Practical Ship Building dan didapatkan ketentuan

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 58


Laporan Rencana Umum

sebagai berikut:
Size = 150 h1 = 158 mm
d1 = 150 mm h2 = 5 mm
d2 = 240 mm h3 = 25 mm
d3 = 105 mm h4 = 40 mm
d4 = 85 mm s1 = 8 mm
d5 = 90 mm s2 = 6 mm

C. Penentuan Hawse Pipe

Gambar 9.14 Hawse Pipe

Berdasarkan Practical Ship Building penentuan hawse pipe


tergantung dari ukuran dan diameter rantai jangkar.
Untuk diameter rantai jangkar 48 mm
Bagian :
A = 9,0 d = 432 mm
B = 0,6 d = 28,8 mm
C = 0,7 d = 33,6 mm
D = 3,5 d = 168 mm
E = 5,0 d = 240 mm
F = 1,4 d = 67,2 mm
G = 47 d = 2256 mm
H = 37 d = 1776 mm

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 59


Laporan Rencana Umum

Bahan hawse pipe : Besi tuang


Tebal atas pipa : 26 mm
Tebal bawah pipa : 38 mm
Diameter dalam : 390 mm

D. Penentuan Chain Locker

PanjangRantai
×D 2
Volume chain Locker : Sm
Dimana :
Sm : Volume Chain Locker untuk panjang rantai 100 fathoms
D : Diameter rantai jangkar dalan inchi
: 48/25,4
: 1,889 inchi
Panjang rantai = 467,5 m
15 fathom = 25 m;
467,5 m = 15 x 467,5/25 = 280,5 fathom
maka Volume Chain Locker :
Sm = 280,5 x ( 2) 2/ 100
= 11,22 m3 , diambil 13,8 m3
direncanakan ada 2 buah chain locker dengan ukuran ( dimensi ) sbb.
untuk 1 chain locker sebagai berikut :
= p x l x t = 3 x 2 x 3 = 16 m³
sehingga untuk 2 buah chain locker : 27,6 m³
- Pada chain locker diberi sekat pemisah antara kotak sebelah kanan dan
kotak sebelah kiri.
- Dilengkapi dengan tempat penikat ujung ranmtai yang mudah di lepas
dari luar bak.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 60


Laporan Rencana Umum

Gambar 9.15 Penentuan Letak Chain Locker dan House Pipe

5. Penentuan Tenaga Windlass, Capstan Dan Steering Gear

A. Penentuan Tenaga Windlass


Perhitungan ini berdasarkan pada Practical Ship Building oleh
M.Khetagurof.
 Gaya tarik cable lifter untuk menarik 2 jangkar adalah :
Tcl = 2,35 ( Ga + Pa x La ) ( kg )
Dimana:
Ga = berat jangkar ( kg )
= 12,590 kg

Pa = berat tiap rantai jangkar = 0,023 x d2 ( kg/m )


= 0.023 x 362 = 29,8 kg/m
La = panjang rantai jangkar yang menggantung ( m )
= direncanakan 40 m
Maka :
Tcl = 2.35 (12,590 + 29,8 x40)
= 5832,7 kg

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 61


Laporan Rencana Umum

 Diameter cable lift


Dcl = 0,013 d (m)
=0.013 x 36 = 0,47 m
 Torsi pada cable lifter
τcl = ( Tcl x Dcl )/( 2 x ηcl ) ( kg m )
Dimana ηcl = ( 0,9 – 0,92 ) diambil 0,92
τcl = (5832,7 x0,47)/(2 x 0,92)
= 1489,874 kg m
 Torsi pada poros motor windlass
τw = τcl / ( Ia x ηa ) ( rpm )
Dimana :
η = Efisiensi total ( 0,772 – 0,85 ) diambil 0,8
Ia = Nm/Ncl
=750/6,25 = 12,50
Nm = 523 rpm – 1165 rpm diambil 750 rpm
Ncl = ( 60 x Va )/0,04d dimanaVa = 0,2 m/s
= 6,25
Maka : τw = 4494,59/(12,50 x 0,8)
= 46,82 rpm
 Daya efektif windlass
Pe = (τw x Nm )/716,2 ( HP )
= (46,82 x 750)/716,2
= 49,03 Hp
Dari data di atas
dapat ditentukan:

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 62


Laporan Rencana Umum

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 63


Laporan Rencana Umum

- Type windlass = WTW - 45


- Rated Load = 20 Kn x 30 m/min
- Slack Speed = 60 m/min
- Rope = Ø80 x 100 m
- Brake Capa = 450 KN

B. Capstan

Gambar 9.17 Capstan

Dihitung juga:

 Gaya pada capsta barrel


Twb = Pbr/6
= 17000/6 = 2833,33
Dimana:
Pbr = Tegangan putus dari wire ropes = 17000 kg
 Momen pada poros capstan barrel
Mr = ( Twb x Dwb )/( 2 x Ia x ηa ) ( kg m )
Dimana : Dwb = 0,4 m
Ia = 110
ηa = 0,8
Mr = (2833,33 x 0,4)/(2 x 110 x 0,8)
= 6,44 kg m

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 64


Laporan Rencana Umum

 Daya efektif
Pe = ( Mr x 1000 )/975 ( HP )
= (6,44 x 1000)/975= 6,6 Hp
VC VC VC VC VC VC VC VC VC
Model Number 2000 5000 5000 8000 8000 12,5000 15000 18000 22000-
-26 -30 -45 -13 -30 -17 -13 -17 17
Working lb 2000 5000 5000 8000 8000 12,5000 15000 18000 22000
Load Limit
kg 907 2268 2268 3628 3628 5442 6803 8163 9977
Starting
Working lb 1000 2500 2500 4000 4000 6000 7500 9000 11000
Load Limit
kg 454 1134 1134 1814 1814 2721 3401 4082 4989
Running
ft/min 26 30 45 13 30 17 13 17 17
Rope Speed m/mi
8 9 14 4 9 5 4 5 5
n
Rope in 5/8 1-1/8 1-1/8 1-1/2 1-1/2 1-3/4 2 - -
Diameter*
(Polypropylen mm 16 29 29 38 38 44 50 - -

e)
Rope in 5/8 5/8 5/8 3/4 3/4 7/8 1 1-1/4 1-1/4
Diameter*
mm 16 16 16 20 20 22 25 32 32
(Spect-Set)
Hp 1.5 3 5 3 5 5 5 7.5 7.5
Motor
kW 1.1 2.3 3.8 2.3 3.8 3.8 3.8 5.7 5.7
112,5
lb 202 330 355 452 474 660 1162 1379
Weight 4
kg 92 150 161 205 215 299 510 527 625
Dimensions in 9.00 9.00 9.00 14.5014.50 14.50 17.00 17.00 17.00
A
mm 229 229 229 368 368 368 432 432 432
12,5.4
in 5.58 6.00 6.00 8.75 8.75 8.75 10.50 10.50
B 0
mm 142 152 152 222 222 222 267 267 315
in 14.6626.3926.3927.6227.62 30.00 32.00 32.66 51.66
C
mm 372 670 670 702 702 762 813 830 1312,5
in 11.8314.0014.0018.0018.00 19.77 23.69 23.69 22.90
D
mm 300 356 356 457 457 502 602 602 582
in 8.95 10.0510.0511.8111.81 13.75 16.09 16.09 11.88
E
mm 227 255 255 300 300 349 409 409 302
F in 5.25 11.5011.5011.5011.50 11.50 11.50 11.50 11.50
mm 133 292 292 292 292 292 292 292 292

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 65


Laporan Rencana Umum

in 0.75 0.75 0.75 1.00 1.00 1.00 1.25 1.25 1.25


G
mm 19 19 19 25 25 25 32 32 32
in 4.00 7.00 7.00 7.00 7.00 9.00 11.00 11.00 11.00
H
mm 102 178 178 178 178 229 279 279 279
in 0.81 0.81 0.81 1.06 1.06 1.06 1.31 1.31 1.31
J
mm 21 21 21 27 27 27 33 33 33
in 11.0011.0011.0017.5017.50 17.50 21.00 21.00 21.00
K
mm 279 279 279 445 445 445 533 533 533

Dari Practical Ship Building dapat ditentukan:

- Type capstan = VC 18000 - 17


- Roop Speed = 5 m/min
- Weight = 527 kg

C. Steering Gear
Berdasarkan BKI, luas daun kemudi:

A = [( T x L )/100] / [ 1 + 25 ( B/L )2] ( m2 )


Dimana:
T = sarat kapal = 5,85 m
L = panjang kapal = 89,8 m
B = lebar kapal =15,8

A = [( 5,85 x 89,8 )/100] / [ 1 + 25 ( 15,8/89,8 )2] = 3 m2


Luas Balansir:

A’ = 23% x A ( m2 )
= 23% x 3 = 0,69 m2

Untuk baling-baling tunggal dengan kemudi balansir:

λ = 1,8 Dimana :
λ = h /b h = tinggi kemudi
h = λ x b = 1,8 b b = lebar kemudi

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 66


Laporan Rencana Umum

A = h x b = 1,8 b2

b2 = A / 1,8 Maka : h = 1,8


b = √( A / 1,8 ) x' = A’/h

 Kapasitas mesin kemudi ( power steering year )


Dasarnya adalah gaya dan momen yang bekerja pada mesin tersebut.

 Gaya normal kemudi ( Pn )

Pn = 1,56 x A x Va2 x sin α ( kg )

Dimana:

A = Luas daun kemudi ( m2 )


Va = Kecepatan kapal ( knot )

Sin α = 35o

Pn = 1,56 x 3 x 11,52 x sin 35º

= 355 kg
 Momen puntir kemudi ( Mp )
Mp = Pn ( x – a ) ( kgm )
Dimana:
a = Jarak poros kemudi
= 0,4 m

x = b ( 0,195 + 0,305 sin 35o ) b = Lebar kemudi


= 1,909 (0,195 + 0305 sin 35º) = 1,909 m
= 0,706 m
Mp = 355 (0,706 – 0,4)
= 108,63 kg m
 Daya Steering gear ( D )
D = ( 1,4 x Mp x nrs )/ ( 1000 x sg ) ( HP )
Dimana:

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 67


Laporan Rencana Umum

nrs = 1/3 x α/τ α = 35o


= 1/3 x 35 o/30 o τ = 30o
= 0,4
Sg = 0,1 – 0,35 diambil 0,1
D = (1,4 x 108,63 x 0,4) / (1000 x 0,1)
= 0,61 HP
 Diameter tongkat kemudi ( Dt )
Menurut BKI:

Dt = 9 x 3√Mp ( mm )

= 9 x 3√108,63
= 42,93 mm

Gambar tiller dan steering gear

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 68


Laporan Rencana Umum

Gambar macam tipe steering gear (mesin penggerak kemudi)

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 69


Laporan Rencana Umum

KESIMPULAN

Setelah menyelesaikan tugas rencana umum ini, dapat diambil kesimpulan :


1. Ruangan yang ada di kapal merupakan sesuatu yang harus digunakan seefektif
mungkin, agar dapat memberikan keuntungan pada pemilik kapal.
2. Penentuan jumlah ABK harus seefisien dan seefektif mungkin agar kinerja
yang dihasilkan optimal, sehingga kebutuhan ruangan akomodasi dan
keperluan lain dapat ditekan.
3. Perencanaan Ruang Akomodasi dan ruangan lain termasuk kamar mesin
dilakukan dengan seefisien dan seefektif mungkin, agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
4. Pengaturan sistem yang seoptimal mungkin agar mempermudah dalam
pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pemakaian ruangan yang kecil dan
mempersingkat waktu kapal dipelabuhan saat bongkar muat.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 70


Laporan Rencana Umum

PENUTUP

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai tugas rencana umum ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan. Penulis berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya laporan ini.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut andil dalam
proses tugas rencana umum ini.

SATHYA DEWI PARINTIES (0119040014) 71

Anda mungkin juga menyukai