Anda di halaman 1dari 5

Refleksi Perkuliahan Etnomatematika

Senin, 14 Mei 2018

Oleh:
Woro Alma Manfaati/15301241002
Pendidikan Matematika 2015
Universitas Negeri Yogyakarta

Hari Senin, 14 Mei 2018 merupakan perkuliahan terakhir matakuliah


Etnomatematika. Pada perkuliahan terakhir matakuliah Etnomatematika dibersamai oleh
observer mahasiswa S2, S3 dan tim peneliti yang bekerjasama dengan Prof Marsigit selaku
dosen pengampu matakuliah Etnomatematika. Agenda perkuliahan terakhir Etnomatematika
yaitu (1) meneruskan pembelajaran etnomatematika, (2) pengajuan pertanyaan dari
mahasiswa kepada Prof. Marsigit, dan (3) pengelolaan kelas oleh Prof Marsigit.
Pengelolaan kelas oleh Prof Marsigit, mula-mula posisi duduk mahasiswa seperti
biasa yaitu dengan posisi teacher center. Kemudian siswa dikelompokkan menjadi kelompok
kecil yaitu 2-3 mahasiswa serta kelompok besar yang berjumlah 14 mahasiswa. Setelah
dibagi kelompok, mahasiswa yang tergabung pada kelompok kecil melakukan diskusi dengan
observer mahasiswa dari S2 dan S3 serta tim peneliti yang bekerjasama dengan Prof Marsigit.
Sedangkan mahasiswa yang tergabung pada kelompok besar melakukan diskusi dengan Prof
Marsigit yaitu mahasiswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada Prof. Marsigit terkait
pembelajaran Etnomatematika yang telah diikuti. Kebetulan saya merupakan anggota
kelompok besar.
Pada diskusi yang dilakukan oleh kelompok besar, Prof Marsigit meminta mahasiswa
untuk mengumpulkan draft pertanyaan yang telah dibuat. Kemudian Prof. Marsigit menjawab
beberapa pertanyaan yang dibuat oleh mahasiswa. Berikut pertanyaan dan jawaban diskusi
pada kelompok besar.
1. Pertanyaan: Bagaimana mengajarkan keativitas kepada siswa?
Jawab: Kreativitas bukan diajarkan namun dikembangkan yaitu dengan bantuan guru
dan lingkungan. Supaya siswa bisa kreatif maka siswa harus merdeka, memiliki
motivasi, dan jangan dibawah tekanan.
2. Pertanyaan: Apa perbedaan RPP berbasis Etnomatematika dengan yang bukan?
Jawab: Perbedaan RPP berbasis Etnomatematika dengan yang bukan yaitu terletak
pada sintak pembelajarannya dan objek kajiannya.
3. Pertanyaan: Bagaimana cara guru menggapai siswa yang memiliki berbagai
karakteristik?
Jawab: Caranya yaitu melalui pengelolaan kelas seperti yang Prof Marsigit contohkan
dengan satu kelompok besar, dua kelompok sedang dan tiga kelompok kecil. Dalam
penerepannya, setiap keompok dapat diberi LKS yang berbeda-beda. Sehingga dalam
1 jam pembelajaran dapat menggapai KD yang berbeda-beda.
4. Pertanyaa: Bagaimana cara memancing siswa yang pasif agar dapat memunculkan
pertanyaan?
Jawab: Agar sisiwa mampu bertanya maka harus diberi kebebasan, kemerdekaan,
kesempatan, dan pengalaman.
5. Pertanyaan: Apakah semua pembelajaran matematika dapat dikaitkan dengan
Etnomatematika?
Jawab: Semua ilmu hakikatnya ada dua yaitu berasal dari pikiran dan berasal dari
pengalaman. Untuk yang ketiga berasal dari spiritual. Oleh karena itu, semua ilmu
punya latar belakang pengalaman/latar konteks. Contoh konteks yaitu di luar kelas
dan di dalam kelas misalnya.
6. Pertanyaan: Bagaimana Etnomatematika dalam pembelajaran matematika?
Jawab: Matematika semakin tinggi, semakin vertika maka semakin abstrak. Di
perguruna tinggi sudah tidak berurusan dengan Etnomatematika. Di SMA juga sudah
muali ditinggalkan, dengan melakukan transisi bangun-bangun kongkrit seperti
mengurangi penggunaan gambar yang berwarna-warni. Sejatinya Etnomatematika
sangatlah berhubungan dengan pemahaman benda-benda kongkrit.
7. Pertanyaan: Apakah pembelajaran dengan Etnomatematika ada kelemahan dan
kelebihannya?
Jawab: Tentulah semua hal di bumi pasti punya kelebihan dan kelemahan.
8. Pertanyaan: Bagaimana cara membangkitkan semangat seorang siswa?
Jawab: Cara membangkitkan semangat dan rasa senang dapat melalui interaksi dan
komunikasi. Oleh karena itu komunikasi sangatlah penting. Komunikasi ini dapat
dijabarkan dalam LKPD dan komunikasi yg luas misalnya Pedagogik.
9. Pertanyaan: Teori-teori apasajakah yang mendasari pembelajaran?
Jawab: Teori-teori yang mendasari pembelajaran bisa dilihiat di cmaps, misalnya
discovery learning, konstruktivis, meaningfull learning theory, cognitif theory, dan
lain sebagainya.
10. Pertanyaan: Bagaimana menanamkan belajar matematika yang ikhlas?
Jawab: Jangan sering berbicara mengenai menanamkan. Karena seolah otoriter, nanti
anggapannya siswa dapat ditanami. Oleh karena itu, hilangkan istilah menanamkan
pembelajaran gar nantinya daapt berkembang pembelajaran yang inovatif.
11. Pertanyaan: Mengapa anak-anak selalu merasa kesulitan dan malas belajar
matematika?
Jawab: Masalah tersebut sangat berkaitan dengan tugas guru yaitu meneliti. Oleh
karena itu, untuk mengetahui jawabannya guru hendaknya melakukan peneitian
kepada siswa yang dibimbingnya.
12. Pertanyaan: Bagaimana memunculkan kesadaran belajar tanpa tugas dan ujian?
Jawab: Kebijakan membuat PR dan tugas itu tergantung dari guru, untuk
membangkitkan keadaran belajar itu bisa melalui aktvitas pengalaman yang diberikan,
bisa pengalaman di luar kelas dan lain sebagainya.
13. Pertanyaan: Bagaimana cara menyusun RPP yang sesuai untuk pembelajaran siswa
beragam?
Jawab: Untuk mengatasi siswa yang beragam pembelajaran dapat dilakukan dengan
pengelolaan kelas dengan pembagian siswa kebeberapa kelompok misalnya kelompok
besar, sedang dan kecil.
14. Pertanyaan: Bagaimana menurut profesor mengenai kebijakan zona pendaftaran
sekolah di yogyakarta?
Jawab: Guru itu harus memerankan dua sisi yaitu guru mampu memerankan sebagai
pelaksana kebijakan pemerintah dan sebagaia pengembang ilmu. Keduanya haruslah
simbang agar nanti dapat menjadi guru bijaksana.
Setelah kegiatan diskusi selesai, kegiatan selanjutnya adalah refleksi dari observer
yang mendampingi diskusi pada kelompok kecil. Berikut hasil refleksi yang disampaikan
oleh beberapa observer:
1. Ibu Hanik Sri Pratiwi
Beberapa hal yang didiskusikan oleh kelompok bu Hanik, yang pertama berkaitan
dengan peran filsafat dalam pendidikan matematika. Kedua, membahas mengenai soal
HOTS apakah sudah tepat untuk dimuat pada soal ujian nasional. Berdasarkan
keadaan di lapangan, masih banyak guru yang belum siap menghadapi soal HOTS
oleh karena itu perlu adanya peninjauan kembali. Selain itu, berdasarkan pengalaman,
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan soal yang mirip dengan
yang diberikan oleh guru. Namun hal tersebut tergantung juga dengan keadaan
siswanya, asal sekolah, sebab keadaan siswa itu bervariasi. Ketiga, untuk
melaksanakan pembelajaran matematika boleh berbentuk miniatur ataukah harus
nyata. Menurut Bu Hanik boleh dengan miniatur, namun lebih baik aslinya karena
dapat juga sekalian diselaraskan dengan tugas mata pelajaran lainnya. Dan keempat
membahas mengenai intuisi dan relatif apakah dapat saling berkaitan.
2. Pak Fauzi
Beberapa hal yang didiskusikan oleh kelompok Pak Fauzi yang pertama yaitu
tentang cara mengaitkan budaya dengan matematika. Cara mengaitkan budaya dengan
matematika melalui etnomatematika. Salah satunya dengan memanfaatkan bentuk-
bentuk artefak. Artefak itu ada yang bergerak dan tidak bergerak. Artefak bergerak
yaitu benda yang dapat dipindahkan. Kedua, membahas tentang mana yang lebih
besar antara matematika realistik atau etnomatematika. Etnomatematika berkaitan
dengan matematika realistik dan etnomatematika berada pada matematika realistik.
Banyak hal yanga dapat dikaji pada etnomatematika, salah satunya mengkaji candi
Borobudur. Yang dapat diambil secara nyata pada objek kajian etomatematika di
candi Borobudur misalnya susunan batu, susunan tangga, bentuk ujung dari candi.
Selain itu, ketoprak juga dapat dikaji etnomatematikanya, misalnya kemarin saat
pertunjukan ketoprak Dies Natalis UNY, topi yang digunakan Prof Marsigit
berbentuk seperti kerucut. Contoh lainnya adalah pakaian yang digunakan oleh para
pemain memiliki motif yang beragam, motif tersebut dapat digunakan sebagai objek
kajian kesebangunan. Ketiga, membahas mengenai pembelajaran saintifik apakah
dapat digunakan untuk pembelajaran semua materi. Menurut Pak Fauzi, tidak semua
metode dapat digunakan dalam pembelajaran. Yang diperhatika adalah karakteristik
dari materi tersebut apakah cocok menggunakan metode itu dan harus memperhatikan
karakteristik siswa juga. Keempat, cara memasukkan budaya kedalam RPP yaitu
melalui pengkajian budaya mana yang baik untuk dimasukkan, misalnya dengan
mencari perannya bagi pendidikan. Tujuannya agar nanti kita dapat membangun
budaya, sehingga siswa dapat mengingat budaya tersebut melalui pembelajaran
matematika.
3. Pak Luah
Menurut Pak Luah, banyak masalah yang berkaitan dengan etnomatematika, namun
masih sedikit kajian yang membahas tentang pembelajaran budaya melalui
etnomatematika. Diskusi yang dilakukan oleh kelompok Pak Luah yang pertama
membahas mengenai manfaat Etnomatematika dalam matematika. Etnomatematika
dapat menjadi sumber inspirasi, sumber belajar, dan dapat dieksplor dengan tujuann
ke arah yang lebih tinggi untuk mencapai matematiam formal. Kedua, membahas
mengenai kajian Etnomatematika mengapa kebanyakan mengani materi geometri.
Sebetulnya, memasukkan pembelajaran budaya dalam matematika membutuhkan
kreativitas guru. Ketiga, membahas mengenai jenajang mana yang lebih cocok untuk
diterapkan pmebelajaran berbasis Etnomatematika. Menurut Pak Luah, jenjag di awal
lebih membutuhkan Etnomatematika karena dapat membangkitkan motivasi, minat
dan kretivitas siswa. Smentara pada jenjang atas siswa lebih cenderung belajar
matematika formal, sehingga tidak membutuhkan masalah kontekstual.
4. Ibu Luluk
Beberapa hal yang dibahas oleh kelompok bu Luluk yaitu baagaimana mempelajari
matematika yang instan dan tidak serta bagimana keunggulan dan kelemahannya;
bagaimana mengintegrasikan nilai moral pada pembelajaran matematika; intuisi;
langkah saintifik pada pembelajaran matematika; apersepsi; dan bagaimana
mengkontruksi rumus luas lingkaran pada Etnomatematika di Candi Borobudur.
5. Pak Tubagus Pamungkas
Diskusi oleh kelompok pak Tubagus membahas mengenai artefak serta materi
pembelajaran yang dapat diimplementasika; bagaimana memberikan kesempatan,
memunculkan kreativitas dan ide-ide peserta didik; dan hubungan Etnomatematika
dengan keaktivan perserta didik.
6. Prof Marsigit
Menurut Prof Marsigiti, intuisi merupakan kemampuan yang tidak perlu dipikirkan
lagi dan intuisi bersifat spontan. Intuisi bisa sehat, bisa sakit dan bisa bermasalah. Jika
ingin hidup bahagia maka harus memiliki intuisi yang sehat. Menurut Prof Marsigit
manusia punya banyak intuisi dan menurut beliah semua dalam kehidupan itu instuisi.
Misalnya intuisi benda, waktu, cahaya, penjumlahan, jarak, waktu, matematika dan
lain sebagainya. Untuk memperoleh intuisi kuncinya adalah pengalaman. Jika tidak
ada pengalaman maka tidak ada intuisi.

Anda mungkin juga menyukai