Anda di halaman 1dari 25

Perencanaan Keuangan Sejak Dini Untuk Mengantisipasi Kemungkinan

Resiko Di masa Depan

Makalah Kelompok 1
Dosen Pengampu:Moh. Reza Kuntara, S.M., M.M.
Kelas:Psy 2
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuransi Syariah Pada
Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri (UIN ) Datokarama Palu

Oleh :
Fatmawati 18.3.15.0042
Selviana 18.3.15.0040
Miftahul Hasanah 18.3.15.0127
Astika Dwi Meiriska 18.3.15.0062
Yusmalasari 18.3.15.0058

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat-Nya

1
lah penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana mestinya. Shalawat

dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul “Perencanaan Keuangan Sejak Dini Untuk

Mengantisipasi Kemungkinan Resiko Di masa Depan”ini diharapkan agar

pembaca dapat memahaminya. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah

untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari  mata kuliah Asuransi Syariah

Makalah ini tidak luput dari kesempuranaan, untuk itu pemakalah

mengharapkan saran maupun kritik dari pembaca. Dan penulis mohon maaf jika

dalam penulisan makalah ini ada kekhilafan atau kekurangan. Penulis ucapkan terima

kasih.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Perencanaan Keungan..............................................................................

2. Definisi Perencanaan Keuangam.............................................................

3. Profesi Perencana Keuangan....................................................................

4. Tujuan Keuangan.....................................................................................

5. Langkah Dasar Perencana Keuangan.......................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan....................................................................................................

2. Penutup...........................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULU

AN

A. Latar Belakang

Setiap kegiatan sebaiknya diawali dengan perencanaan yang bagus, karena pada

prinsipnya perencanaan merupakan gambaran jelas dan spesifik tentang apa yang

harus dicapai dan yang terutama adalah peta jalan menuju visi. Hal yang sama juga

untuk bidang keuangan, yaitu perencanaan keuangan yang merupakan langkah awal

untuk mencapai kebebasan keuangan. Mengapa? Karena dalam perencanaan

keuangan sudah tertuang tujuan keuangan yang mau diwujudkan (Hartono, 2012)

Lebih tepatnya yakni perencanaan keuangan merupakan suatu hal yang wajib

dilakukan bagi siapa saja yang sungguh-sungguh ingin mencapai kebebasan

keuangan yang terindikasi dalam keberhasilan mengakumulasi asset keuangan

4
sehingga jumlah asset lebih besar dari liabilitas (Sina, 2014)

Perencanaan keuangan telah menjadi perhatian banyak penyusun karena

pengetahuan ini mampu memberikan pedoman bagi seseorang untuk merealisasikan

tujuan hidupnya. Perencanaan yang dilakukan lebih dini akan lebih baik untuk

kehidupan yang akan datang. Dahulu masyarakat lebih familiar dengan istilah

perencanaan keuangan perusahaan (corporate finance) dibanding perencanaan

keuangan pribadi (personal finance). Namun, saat ini perencanaan keuangan tidak

hanya untuk perusahaan. Perencanaan keuangan juga dibutuhkan oleh industri kecil,

industri rumahan, rumah tangga bahkan untuk pribadi.

Pengetahuan keuangan menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan

seseorang karena pengetahuan keuangan merupakan alat yang berguna untuk

membuat keputusan keuangan, namun dari pengalaman-pengalaman di berbagai

Negara masih menunjukkan relatif kurang tinggi. Pengetahuan keuangan juga

merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari masalah keuangan.

Pengetahuan keuangan yang rendah akan menyebabkan perencanaan keuangan yang

salah (Pritazahara & Sriwidodo, 2015)

Setiap manusia mempunyai keinginan dan tujuan dalam hidupnya, dan untuk

mendapatkan atau mencapai tujuan tersebut, haruslah melakukan hal-ha

5
2

tertentu atau biasanya disebut dengan usaha untuk pencapaian tujuan tersebut. Salah satu

usaha yang harus ditemouh untuk mencapai suatu tujuan hidup adalah dengan anggaran

atau dana yang direncanakan. Sebagai contoh jika ingin atau mempunyai tujuan untuk

membuat dan memiliki rumah sendiri, maka seseorang dituntut untuk dapat berusaha agar

tujuannya dapat tercapai, dengan cara mengumpulkan uang untuk pembangunan rumah

yang diinginkan, dan masih banyak contoh-contoh lainnya, karena manusia mempunyai

banyak keinginan dalam hidupnya. Untuk dapat mencapai tujuan hidupnya seseorang

harus dapat mengatur pendapatan yang akan dikeluarkan. Pengeluaran-pengeluaran

tersebut harus diatur agar nantinya tujuan yang diinginkan mempunyai anggaran

tersendiri dalam pengeluaran keuangan tersebut. Dengan melakukan perencanaan

keuangan, seseorang dapat mengantisipasi risiko keuangan yang akan terjadi.

Perencanaan keuangan sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat baik yang

berpendapatan tinggi, sedang, maupun rendah (Pratiwi, 2010)

Menurut Giltman (2002), manajemen keuangan pribadi merupakan seni dan ilmu

mengelola sumber daya keuangan dari unit individu. Dengan demikian, manajemen

keuangan pribadi mencakup dua unsur yakni pengetahuan akan keuangan dan seni dalam

mengelola. Mengapa seni dalam mengelola itu menjadi sesuatu yang juga penting?

Karena kegiatan mengelola (pengelolaan) membutuhkan kedisiplinan dan menentukan

prioritas yang berasal dari pengontrolan diri. Pengontrolan diri akan membantu anda

untuk tetap bertahan pada prinsip manajemen, yakni efesiensi dan efektifitas. Efesiensi,

yakni menggunakan sumber-sumber dana secara optimal untuk pencapaian tujuan

manajemen keuangan pribadi. Sedangkan efektifitas merujuk pada manajemen keuangan

pribadi menuju pada tujuan yang tepat (Yushita, 2017)

Bagi sebagian besar mahasiswa, masa kuliah adalah saat pertama mereka mengelola

keuangannya sendiri tanpa adanya pengawasan dari orang tua (Sabri et al. 2008).

Mahasiswa akan menghadapi permasalahan yang mungkin baru dan menghadapi

2
3

lingkungan yang baru dan menghadapi lingkungan yang baru tanpa adanya pengawasan

dan dukungan dari orang tua. Mahasiswa harus bisa secara mandiri mengatur

keuangannya dengan baik dan juga harus bisa bertanggung jawab

3
atas keputusan yang telah mereka buat. Permasalahan-permasalahan keuangan yang

sering timbul pada mahasiswa adalah mereka belum memiliki pendapatan, sebagian dari

mahasiswa masih bergantung kepada orang tua. Selain itu, sikap boros dari mahasiswa

merupakan permasalahan yang sering dihadapi (Margaretha & Pambudhi, 2015)

Pada kenyataannya masih banyak mahasiswa yang belum mampu memahami dan

mengelola keuangan pribadi dengan baik. Bahkan beberapa diantaranya masih

menganggap kegiatan keuangan sebagai suatu hal yang tidak penting. Hal ini disebabkan

karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan serta pemahaman keuangan yang baik di

kalangan mahasiswa pada umumnya (Wijayanti, Agustin, & Rahmawati, 2016)

Dalam rangka mencapai kemerdekaan keuangan, pengetahuan dan implementasi atas

praktik keuangan yang sehat, idealnya perlu dimiliki dan dilakukan oleh setiap orang.

Sejauh mana pengetahuan dan implementasi seseorang dalam mengelola keuangan.

Tingkat pengetahuan keuangan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana dia dalam

mendayagunakan sumberdaya keuangan, menentukan sumber pembelanjaan, mengelola

risiko jiwa dan asset yang dimilikinya, dan mempersiapkan keamanan sumberdaya

keuangan di masa mendatang apabila sudah tidak bekerja (pensiun) (Warsono, 2010)

Hal buruk yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang dapat diatasi dengan

cara melakukan perencanaan keuangan, maka diperlukan suatu perencanaan keuangan

sejak dini. Perencanaan dibuat untyk mengantisipasi hampir semua kemungkinan yang

terjadi. Perencanaan diperlukan agar masyarakat dapat mencapai tujuan keuangan secara

menyeluruh dan mencakup seluruh siklus kehidupan, dari sekarang hingga akhir nanti.

Tanpa adanya perencanaan yang matang, bisa terjadi kekacauan dalam keuangan

(Wulandari & Sutjiati, 2014)

Hurlock dalam Kusumaningtuti (2016), mahasiswa sebagai individu yang masuk

dalam tahap awal perkembangan kedewasaan, yang artinya mereka sudah mengalami

kematangan secara afektif, kognitif, kognitif, dan psikomotor. Meskipun demikian,

4
mahasiswa dalam masa studinya kebanyakan mengenai

5
pemenuhan kebutuhan hidupnya masih dibantu oleh kedua orang tuanya. Sehingga belum

sepenuhnya mampu bersifat mandiri secara financial.

Keadaan financial yang belum mandiri tentu bukan menjadi alasan yang mendukung

mahasiswa untuk tidak melakukan manajemen keuangan. Hal ini menjadi kontradiktif antara

teori pengetahuan dan keadaan ekonomi, bila berlandas pada teori pengetahuan maka

seharusnya mahasiswa menjadi element yang baik dalam pengelolaan keuangan, namun pada

kondisi keadaan ekonomi mahasiswa belum mandiri secara financial (Soetiono, 2016)

Banyak masalah keuangan yang terjadi pada mahasiswa seperti kehabisan uang saku

bulanan, tidak bisa memenuhi kebutuhan pribadi, dan telat bayar SPP. Hal ini dikarenakan

mahasiswa tidak merencanakan keuangannya sehingga menyebabkan mahasiswa

menggunakan uang SPP untuk memenuhi kebutuhannya, karena mahasiswa yakin bulan

depan akan mendapatkan uang saku, dan melunasi hutangnya dengan menyerahkan sebagian

uang saku yang seharusnya digunakan sebaik mungkin pada bulan ini. Sehingga masalah itu

tidak akan ada jalan keluarnya, selain dengan cara mengatur keuangannya. Dengan

perencanaan yang baik, masalah-masalah keuangan tidak akan terjadi.

Pengelolaan Keuangan Islami adalah pengelolaan dengan menentukan skala prioritas dan

anggaran belanja rumah tangga. Ajaran Islam mendesak muslim untuk mengelola keuangan

sesuai dengan ajaran Allah untuk memastikan kesuksesan dalam hidup. Sebuah keluarga

muslim dalam mengelola pembelanjaan pada dasarnya harus berprinsip pada pola konsumsi

Islami, yaitu berorientasi kepada kebutuhan (need) serta mendahulukan manfaat (utility) dan

berusaha mengurangi keinginan yang berlebihan (Endrianti & Laila, 2016).

13
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perencanaan Keuangan

Dewasa ini, masyarakat sudah mulai sadar betapa pentingnya perencanaan keuangan

dalam meminimalkan kemungkinan adanya permasalahan keuangan, mengoptimalkan

investasi, dan mengakumulasi aset untuk kebutuhan jangka panjang di masa depan sehingga

permintaan akan jasa perencana keuangan pun semakin meningkat. Seorang individu

memerlukan rencana keuangan (financial plan) untuk bisa melakukan perencanaan keuangan

secara tepat sesuai dengan tujuan keuangan. Dalam rencana keuangan tersebut, terdapat saran

mengenai apa saja yang harus dilakukan agar tujuan keuangan tersebut bisa tercapai.

Melalui perencanaan keuangan, seseorang atau keluarga bisa mengerti setiap keputusan

keuangan yang diambil untuk dirinya maupun keluarganya. Perlu diketahui dari tujuan utama

perencanaan keuangan, yaitu untuk membantu seseorang menikmati hidup dengan nyaman

sekarang ini, serta secara bersamaan membuat seseorang yakin bahwa keadaan keuangan

mereka telah terencana dengan benar. Selain itu, manfaatnya besar bagi seseorang dan

keluarganya untuk dapat dijadikan alat agar bisa mencapai kebutuhan-kebutuhan keuangan

mereka di masa kini dan masa depan. Karena itu jasa perencana keuangan memegang peranan

penting dalam membantu mewujudkan impian banyak orang.

Perencana keuangan bisa dibilang merupakan salah satu profesi yang masih baru di

Indonesia walaupun diluar negeri seperti Australia, Amerika, Eropa sudah menjadi profesi

yang banyak dibutuhkan orang. Menurut FPSB (2007), “Di Amerika profesi perencana

keuangan independen (Independent Financial Planner) menduduki posisi yang baik dalam

konteks pendapatan, keamanan pekerjaan, kemungkinan pertumbuhan dan fleksibiltas

pekerjaan. Hal tersebut merupakan hasil survey dari Job Rated Almanac yang melingkupi

14
2000 pekerjaan pilihan di Amerika” (p. 1).

15
2. Definisi Perencanaan Keuangan

Perencanaan keuangan sangatlah penting bagi semua individu dalam kesehariannya tanpa

terkecuali. Perencanaan keuangan dapat memberikan gambaran bagi setiap individu maupun

keluarga akan apa yang harus dipersiapkan sekarang untuk memenuhi semua tujuan

keuangannya di masa depan.

Menurut Madura (2007, p. 2) “personal finance (also referred to as personal financial

planning) is the process of planning your spending, financing, and investing to optimize your

financial situation”. Memang tidak mungkin untuk dapat merencanakan semuanya sesuai

dengan keinginan kita tetapi dengan perencanaan yang baik, setiap individu mempunyai

kesempatan untuk membuat keputusan yang lebih tepat untuk memperoleh hasil yang lebih

maksimal.

Menurut Fundamental Of Financial Planning (2007), perencanaan keuangan adalah

”suatu proses mencapai tujuan hidup seseorang melalui manajemen keuangan secara

terencana. Tujuan hidup tersebut bisa termasuk membeli rumah, menabung untuk pendidikan

anak atau merencanakan pensiun” (p. 9). Sumber lain juga mengatakan bahwa personal

financial planning atau perencanaan keuangan pribadi adalah mengembangkan dan

mengimplementasikan secara total dan terkoordinasi untuk seluruh kebutuhan keuangan

seseorang berdasarkan tujuan keuangan total mereka. “Pada kenyataannya perencanaan

keuangan pribadi itu artinya sesederhana namanya yaitu melakukan perencanaan keuangan

untuk mencapai kebutuhan pribadi atau individual. Tentunya juga termasuk semua aspek

dalam kehidupan pribadi orang tersebut, termasuk tentu saja keluarganya” (FPSB, 2007, p.9).

FPSB (2007, p.10), menjabarkan bahwa perencanaan keuangan dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:

1. Perencanaan keuangan menyeluruh (comprehensive financial planning) Perencanaan

keuangan menyeluruh mencakup semua kebutuhan keuangan

seseorang,seperti perencanaan investasi, manajemen risiko, pajak, pensiun dan perencanaan

distribusi harta.

2. Perencanaan keuangan akan kebutuhan khusus atau tertentu (special need planning)
Perencanaan akan kebutuhan khusus terfokus hanya pada satu kebutuhan, misalnya

kebutuhan perencanaan pendidikan anak di perguruan tinggi, merencanakan membeli rumah,

dan sebagainya.

3. Profesi Perencana Keuangan

Profesi perencana keuangan ini berawal di Amerika Serikat pada akhir tahun 1969. Para

profesional di bidang keuangan bertemu untuk membahas keterbatasan dalam jasa keuangan.

Setelah pertemuan tersebut maka dibentuklah International Association of Financial Planners

yang kemudian berganti nama menjadi International Association for Financial Planning.

Meskipun telah muncul sejak lama, profesi sebagai perencanaan keuangan ini masih jarang

ditekuni oleh masyarakat- masyarakat di Indonesia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu

dan perubahan pola pikir dari masyarakat, profesi ini mulai dilirik dan diminati sehingga

banyak masyarakat yang mulai menekuni profesi sebagai perencana keuangan.

Menurut FPSB (2007), ada 2 tipe perencana keuangan yaitu Perencana keuangan

“independen” adalah perencana keuangan yang tidak terikat atau bekerja pada suatu institusi

atau perusahaan tertentu dan Perencana keuangan “tied” adalah perencana keuangan yang

bekerja atau terikat pada suatu institusi atau perusahaan, misalnya perusahaan asuransi jiwa,

bank atau perusahaan sekuritas. Kedua tipe perencana keuangan ini memiliki keunggulan dan

kelemahan masing-masing. Bagi beberapa klien, seorang perencana keuangan independen

mungkin dirasakan lebih baik sebab memberikan perencanaan yang objektif dan “client

oriented”. Namun klien yang lain mungkin merasakan perencana keuangan “tied” lebih

cocok karena apabila ada hal-hal yang kurang sesuai dengan kenyataan dan janji yang pernah
diucapkan, maka klien dapat meminta pertanggungjawaban perusahaan dimana perencana

keuangan bekerja (p.6).

Konsep perencana keuangan adalah customer focus. Dalam melakukan pekerjaannya,

mereka melakukan dua proses interview yaitu meneliti dan memprioritaskan kebutuhan

seseorang lalu melakukan review kemampuan keuangan yang bersangkutan sebelum

memberikan solusi keuangan berdasarkan kebutuhan dan


kemampuan nasabahnya (FPSB, 2007). Terkadang dikarenakan harus memberikan solusi

yang independen maka seorang perencana keuangan memilih bekerja bebas dan tidak terikat

pada suatu perusahaan.

Perencana keuangan mempunyai tugas untuk membantu merancang berbagai strategi

investasi yang disesuaikan dengan karakter klien sehingga berbagai tujuan atau “dream” yang

diharapkan klien dapat tercapai. Menurut FPSB (2007, p. 5), perencana keuangan membantu

klien dalam merencanakan berbagai tujuan yang diharapkan, antara lain:

1. Manajemen risiko dan proteksi asuransi (risk management and insurance planning).

2. Investasi dan tabungan (investment planning).

3. Dana pensiun (retirement planning).

4. Dana pendidikan (education planning).

5. Pajak penghasilan (income taAndy planning).

6. Distribusi kekayaan atau warisan (estate planning).

Tentunya setiap klien mempunyai “dream” serta kondisi finansial dan toleransi terhadap

risiko yang berbeda-beda satu sama lain yang menyebabkan perencanaan keuangan harus

dibuat secara personal sesuai dengan kebutuhan setiap klien. Pada intinya sebuah perencanaan

keuangan yang komprehensif haruslah membagi tujuan-tujuan tersebut ke dalam jangka

pendek, menengah, dan panjang sehingga tujuan keuangan yang direncanakan dapat terlihat

dengan jelas. Karena itu sudah menjadi syarat wajib seorang perencana keuangan harus

mempunyai pendidikan, pengalaman, pengetahuan yang dalam serta mempunyai suatu

sertifikasi, dan bekerja secara penuh etika (FPSB, 2007).


4. Tujuan Keuangan

Setiap orang memiliki tujuan keuangan yang unik dan berbeda sehingga tujuan keuangan

dari setiap orang tidak selalu sama bahkan pada orang yang telah berumur sekalipun.

Kemampuan finansial dan gaya hidup juga berperan dalam menentukan tujuan keuangan

setiap orang dan mempunyai pengaruh yang besar.


Menurut FPSB (2007), “Setiap orang memiliki tujuan keuangan yang mungkin berbeda

satu sama lain. Hal ini tergantung dari situasi individu tersebut, tujuan, perilaku dan

kebutuhan mereka masing-masing” (p. 14). Namun secara umum tujuan keuangan seorang

individu dapat dibagi menjadi tujuan yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, atau

jangka panjang. FPSB (2007) mengklasifikasikan tujuan- tujuan tersebut menjadi sebagai

berikut:

1. Proteksi atas risiko personal dari:

 Kematian yang terlalu dini

 Kehilangan kemampuan atau cacat

 Biaya perawatan medis

 Kehilangan asset

 Kehilangan pekerjaan atau pendapatan

2. Pembagian alokasi dana untuk:

 Penyediaan dana darurat

 Kebutuhan keluarga

 Penyediaan dana pendidikan anak

 Portofolio investasi secara umum

3. Penyisihan dana untuk dana pensiun/hari tua

4. Efisiensi pajak
 Selama masih hidup

 Setelah meninggal

5. Perencanaan distribusi kekayaan

6. Manajemen investasi dan properti/asset (termasuk perencanaan untuk manajemen

asset apabila terjadi cacat atau ketidakmampuan).

1) Laporan Keuangan

• Neraca

Menurut FPSB (2007), untuk membuat suatu perencanaan keuangan yang matang

diperlukan gambaran jelas mengenai kondisi keuangan dari individu yang


bersangkutan (p.24). Salah satu cara mengetahui kondisi keuangan tersebut adalah

dengan membuat laporan neraca. Neraca merupakan suatu potret kondisi keuangan

seseorang pada suatu tanggal tertentu.

Isi dari neraca terdiri dari asset, hutang, dan modal. Neraca adalah “A statement of

your financial position on a given date—a snapshot of your financial status at a

particular point in time. It lists the assets you own, the debt or liabilities you have

incurred, and your general level of wealth, which is your net worth or equity” (Keown,

2007, p. 31). Selain itu menurut Madura (2007), neraca adalah“The personal balance

sheet a summary of your assets (what you own), your liabilities (what you owe), and your

net worth (assets minus liabilities)” (p. 35). Dari pengertian tersebut diatas dapat

diketahui bahwa neraca memberikan data yang dapat diolah menjadi informasi untuk

mengetahui likuiditas, solvabilitas dan kemampuan operasi bagi suatu keluarga.

Tujuan pembuatan neraca adalah untuk mengetahui berapa nilai asset, hutang,

sampai dengan kekayaan bersih klien pada satu waktu tertentu, dimana kekayaan bersih

(Net Worth) bisa didapat dari jumlah harta dikurangi jumlah hutang. Apabila asset yang

dimiliki lebih besar daripada hutang maka kondisi keuangan dapat dikatakan sehat.

Apabila sebaliknya, maka dapat dikatakan kondisi keuangan nasabah bermasalah

sehingga memerlukan perbaikan agar kondisi keuangannya menjadi lebih ideal. Karena

itu bisa dikatakan neraca pribadi merupakan patokan untuk menilai sejauh mana hasil

yang telah dicapai sehubungan dengan rencana keuangan yang diharapkan klien.
5. Langkah Dasar Perencanaan Keuangan

Setelah memahami apa itu perencanaan keuangan dan mengapa perlu diterapkan,

selanjutnya kita akan membahas langkah apa saja yang harus dilakukan di dalamnya.

Proses perencanaan keuangan sebenarnya tidaklah rumit selama kita menjalani

tahapannya dengan teratur, rutin, dan konsisten. Berikut adalah langkah-langkah dasar

yang perlu dilakukan dalam melakukan proses perencanaan keuangan:

1. Memahami Kondisi Keuangan

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam proses perencanaan keuangan adalah

memahami bagaimana kondisi keuangan Anda atau keluarga. Pertama datalah semua

kekayaan atau asset yang dimiliki, mulai dari uang tunai, uang di rekening, rumah,

perhiasan, dan harta berharga lainnya. Namun perlu diingat bahwa tidak semua barang di

rumah dapat dikategorikan sebagai asset, hanya barang berharga yang memiliki potensi

nilai jual tinggi di masa depan.

Selanjutnya Anda juga perlu mendata hutang yang dimiliki, baik yang berupa

pinjaman maupun cicilan terhadap harta benda seperti cicilan kendaraan dan rumah.

Besaran hutang ini yang kemudian akan menunjukkan berapa asset yang sebenarnya

dimiliki, dengan mengurangi dari total kekayaan yang telah didata sebelumnya.

Jika total kekayaan yang sudah dikurangi hutang masih berjumlah lebih besar dibanding

hutang itu sendiri, maka kondisi keuangan Anda bisa terbilang cukup baik. Dan

sebaliknya, jika total kekayaan lebih kecil dari hutang atau minus, berarti kondisi

keuangan Anda kurang baik. Dengan begitu, Anda perlu merencanakan keuangan yang

lebih baik lagi untuk mengatasinya.

2. Mendata Target Kebutuhan

Langkah selanjutnya dalam perencanaan keuangan adalah mendata target kebutuhan,

baik kebutuhan saat ini maupun kebutuhan masa depan. Jika Anda memiliki hutang yang

harus dibayar, maka membayar hutang pun termasuk ke dalam kebutuhan keuangan

Anda. Lalu buatlah target berapa lama kebutuhan tersebut harus dipenuhi, misalnya
dalam jangka waktu sekian bulan atau sekian tahun.

Selain itu, Anda juga perlu memiliki tabungan emergency untuk mengatasi keadaan

darurat yang tidak terprediksi sebelumnya. Dengan adanya tabungan ini, Anda tetap dapat

setidaknya memenuhi kebutuhan rutin yang harus dipenuhi untuk pribadi maupun

keluarga. Karena itu penting untuk memasukkan tabungan emergency ke dalam salah

satu pos kebutuhan yang harus dipenuhi secara rutin.

3. Membuat Skala Prioritas

Begitu target kebutuhan telah terdata dengan baik, selanjutnya Anda perlu

mengurutkan mana yang lebih dahulu harus dipenuhi dari segi prioritas. Dalam hal ini

sangat penting untuk membedakan mana yang benar-benar kebutuhan dan mana yang

hanya sekadar keinginan. Tentu sah-sah saja memenuhi keinginan Anda dan keluarga,

namun jangan sampai pemenuhan keinginan lebih didahulukan dibanding kebutuhan.

Misalnya dalam data kebutuhan yang sudah dibuat terdapat beberapa daftar seperti

tabungan pendidikan anak, cicilan rumah, dan membeli tas baru. Jika diurutkan dari segi

prioritas maka sebaiknya yang didahulukan adalah membayar cicilan rumah. Baru

kemudian membayar tabungan pendidikan anak, selanjutnya dapat membeli tas baru.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Secara sederhana, perencanaan keuangan adalah seni sekaligus prinsip yang perlu

dilakukan untuk mengelola keuangan agar dapat lebih efektif dan efisien. Perencanaan

keuangan ini penting untuk diterapkan baik untuk keuangan individu maupun keluarga

supaya dapat mencapai kehidupan yang sejahtera. Tentu saja pengertian sejahtera disini

menyesuaikan dengan standar keuangan dimana semua kebutuhan dapat terpenuhi

dengan baik, bahkan bisa lebih.

Hal yang perlu dikelola dalam kegiatan perencanaan keuangan adalah penghasilan

yang didapat, baik penghasilan rutin maupun temporal. Pengelolaan penghasilan ini yang

kemudian akan disesuaikan dengan kebutuhan yang dimiliki oleh individu maupun

keluarga. Kebutuhan sendiri secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu kebutuhan saat

ini dan kebutuhan masa depan.

Kebutuhan saat ini adalah semua kebutuhan yang muncul pada masa sekarang dan

biasanya bersifat sebagai kebutuhan rutin. Misalnya saja kebutuhan makan rumah tangga,

listrik, pulsa telepon, paket internet, dan lain sebagainya. Dari jangka waktunya, kebtuhan

saat ini muncul dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan atau satu tahun.

Sedangkan kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang direncanakan akan

dikeluarkan di masa depan, seperti biaya pernikahan, pendidikan anak, dana pension, dan

lain sebagainya. Dan dari jangka waktunya, kebutuhan masa depan merupakan kebutuhan

yang muncul dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.


2. Penutup

Demikianlah pembahasan mengenai pentingnya perencanaan keuangan dan langkah-

langkah yang harus dilakukan dalam menjalankan perencanaan keuangan. Semua hal

diatas akan sia-sia jika tidak diterapkan dengan segera dan dimulai sekarang juga.

Mungkin pada awalnya akan sulit untuk memulai perencanaan keuangan dengan baik,

tapi jika dirutinkan pasti akan menjadi terbiasa. Semoga informasi ini bermanfaat bagi

Anda!

Anda mungkin juga menyukai