Anda di halaman 1dari 16

Pengelolaan Keuangan Keluarga

Disusun oleh:

Kelompok 1

Rizqi Fauziah                              1504617005

Rahmatia Narita A.                         1504617009

Shabrina Muthia A.                     1504617011

Marsha Novanda F.                         1504617049

Allika Nur Ramdina S.                   1504617054

Dosen Mata Kuliah:

Mirdat Silitonga, M.Si 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Karena berkat rahmat serta limpahan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Makalah tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Dalam proses penyusunan makalah tidak terlepas dari bantuan, arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan tugas ini. Diluar itu, penulis sebagai manusia
biasa menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
baik dari segi bahasa, susunan kalimat, maupun isi. Oleh karena itu, penulis
selaku penyusun makalah menerima segala saran dan krtitik membangun dari
pembaca.

Demikian yang bisa penulis sampaikan. Semoga makalah ini


dapatbermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk penulis sendiri.

Jakarta, Juni 2020


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................

1.2 Tujuan....................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................

2.1 ................................................................................................................................

2.2 ................................................................................................................................

2.2 ................................................................................................................................

2.3 ................................................................................................................................

2.4 ................................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................

3.1 Simpulan................................................................................................................

3.2 Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki


peringkat keempat populasi terbesar di dunia. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kadence International Institute, hasilnya banyak Orang Indonesia
berhutang (Andrew dan Nanik, 2013). Berdasarkan informasi dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), tingkat pengetahuan finansial masyarakat Indonesia adalah
masih rendah di 28% sementara Malaysia 66%, Singapura mencapai 98%,
sedangkan Thailand mencapai 73% (Kusuma, 2014). Satu dari faktor yang
menyebabkan rendahnya tingkat pengetahuan keuangan adalah kondisi geografis
Indonesia, yang umumnya sekitar 60% berlokasi di daerah pedesaan (Kusuma,
2014). Sebuah survei yang dilakukan oleh Jasa Keuangan Otoritas (OJK) pada
tahun 2013 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat
pengetahuan keuangan yang rendah negara-negara sekitarnya. Terbukti dengan
hasil survei pengetahuan keuangan nasional yang dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada tahun 2013 pada tahun 20 provinsi dengan 8.000 responden
menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 21,8%
dengan tingkat pemanfaatan 59,7 persen (Jasa Keuangan Otoritas,
2016).Keterampilan dan pengetahuan dalam mengelola keuangan adalah faktor
utamadalam memastikan ketidakpastian dimasa depan. Konsep pengelolaan
keuangan didukung dengan adanya keterampilan dalam menyelesaikan
permasalahan financial.

Menurut Albeerdy dan Gharledghi (2015) kemampuan dalam mengelola


keuangandapat memberikan manfaat bagi individusecara komprehensif dalam
berperilaku seperti konsep pengelolaan keuangan, pemahaman yang berfungsi
untukinstitusi keuangan hingga tanggung jawab dalam pengelolaan manajemen
keuangan. Pengelolaan keuangan (money management) merupakan kegiatan
pengelolaan dana di dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh seorang
individu atau kelompok yang memiliki tujuan agar memperoleh kesejahteraan
keuangan. Dalam mencapai kesejahteraan tersebut, dibutuhkan pengelolaan
keuangan yang baik sehingga uang dapat dikelola dan digunakan sesuai dengan
kebutuhan. Menurut Ida dan Dwinta (2010), tugas utama pengelolaan uang adalah
proses penganggaran, anggaran bertujuan untuk memastikan bahwa individu
mampu mengelola kewajiban keuangan secara tepat waktu dengan menggunakan
penghasilan yang diterima dalam periode yang sama.

Pengelolaan keuangan dalam kehidupan bagi seorang individu akan sangat


penting, terutama saat perilaku keuangan masyarakat cenderung konsumtif.
Budaya komsumtif merupakan hasil proses dari globalisasi atau masuknya
pengaruh dari luar secara bebas dan terbuka. Banyak masyarakat Indonesia yang
masih terpengaruh oleh merk (branded) ketika membeli barang yang diinginkan.
Hal ini dapat mengakibatkan pola pengelolaan keuangan yang tidak bertanggung
jawab seperti kurangnya kegiatan menabung, investasi dan penganggaran dana
untuk masa depan. Hilgert dan Hogarth (2003) menemukan bahwa masyarakat
yang memiliki pengelolaan keuangan pribadi yang baik cenderung berperilaku
dengan cara-cara yang bertanggung jawab. Untuk dapat menerapkan proses
pengelolaan keuangan yang baik, maka dibutuhkan tanggung jawab keuangan
untuk melakukan proses pengelolaan uang dan aset lainnya dengan cara yang
dianggap positif (Ida dan Dwinta, 2010). Inilah mengapa mengatur dan mengelola
keuangan memiliki tujuan yang sangat penting yakni seperti mencegah seorang
individu untuk melakukan hutang yang berlebih, membuat setiap keputusan
keuangan seseorang lebih terarah dan tercapainya suatu tujuan ekonomis yang
telah direncanakan, juga dapat mengantisipasi adanya resiko keuangan yang tak
terduga di masa yang akan datang.

Pengelolaan keuangan juga penting dalam keluarga hal ini disebabkan


manejemen keungan atau pengelolaan keuangan termasuk kedalam manejemen
sumber daya keluarga. Dalam memenuhi sumber daya materi pada keluarga, maka
keluarga harus mengolala keuangan agar apa yang dibutuhkan dalam keluarga
dapat terpenuhi. Karena Kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi
yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan
karakteristik kepribadian yang berpengaruh secara langsung terhadap kinerjanya
(Anwar, 2012). Pengelolaan keuangan yang dilakukan suatu keluarga akan
berbeda dengan yang dilakukan keluarga lainnya karena kondisi pembatas dan
prioritas keuangan antar keluarga berbeda. Terbatasnya keuangan keluarga dan
terbatasnya tindakan pilihan untuk menggunakan uang menyebabkan pengelolaan
keuangan menjadi sederhana. Ketersediaan sumberdaya lain, seperti waktu dan
sumberdaya manusia, penting dalam melakukan manajemen keuangan karena
sumberdaya tersebut memengaruhi penggunaan keuangan untuk mencapai tujuan
(Deacon dan Firebaugh 1988). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis
akan mencari tau bagaimana analisis pengelolaan keuangan pada sumber daya
keluarga

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya:

1. Menganalisis Manajemen Keuangan


2. Menganalisis Pengelolaan keuangan keluarga
3. Menganalisis
4. Menganalisis Pensiun dan perencanaan keluarga
5. Menganalisis
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah ilmu atau praktik dalam mengelola uang atau
aset lainnya. Manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan (Nofianti &
Denziana, 2010). Maksud dari masing-masing fungsi manajemen keuangan
tersebut adalah:

1. Perencanaan Keuangan, yaitu membuat rencana pemasukan dan


pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2. Penganggaran Keuangan, yaitu tindak lanjut dari perencanaan keuangan
dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan
3. Pengelolaan Keuangan, yaitu menggunakan dana perusahaan untuk
memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara
4. Pencarian Keuangan, yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber dana
yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan
5. Penyimpanan Keuangan, yaitu mengumpulkan dana perusahaan serta
menyimpan dana tersebut dengan aman
6. Pengendalian Keuangan, yaitu melakukan evaluasi serta perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan
7. Pemeriksaan Keuangan, yaitu melakukan audit internal atas keuangan
perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan

Sedangkan menurut Goldsmith (2013), manajemen keuangan adalah


proses transformasi yang melibatkan identifikasi tujuan keuangan, pengumpulan
informasi, analisis sumber daya, keputusan tentang apakah akan menghabiskan,
berinvestasi, atau menabung dan megevaluasi keputusan. Manajemen keuangan
membutuhkan pemikiran dan tindakan yang sistematis dan disiplin. Proses
manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga tahap:
1. Perencanaan
Selama tahap perencanaan, individu mulai dengan menentukan tujuan
keuangan mereka. Mereka kemudian mengidentifikasi peluang keuangan
potensial dan menentukan informasi dan dana apa yang dibutuhkan untuk
memanfaatkan peluang ini. Setelah mereka menganalisis sumber daya
mereka dan memutuskan bagaimana menggunakannya, mereka dapat
melanjutkan ke tahap selanjutnya.
2. Tindakan
Pada tahap ini, dimana individu akan menyimpan, berinvestasi, atau
menghabiskan uang mereka. Dalam tahap ini, anggaran, atau rencana atau
panduan pengeluaran, dapat membantu individu dalam pengendalikan
pengeluaran mereka.
3. Pasca perencanaan atau evaluasi
Pada akhir proses, seperti dalam proses manajemen lainnya, keputusan dan
hasil akan dievaluasi. Sepanjang, uang dan aset keuangan lainnya
diperlakukan sebagai alat yang bisa digunakan untuk meningkatkan
kehidupan dan memberikan pertumbuhan dan keamanan.

2.2 Pengelolaan Keuangan Keluarga

Bukan hanya perusahaan saja yang mutlak mengelola keuanganya secara


baik, keluarga dan individupun harus mahir menangani keuangannya agar
pendapatan dan pengeluaran bisa diatur keseimbangannya, merencanakan
keuangan pribadi dan keluarga mutlak dilakukan agar perjalanan hidup
selanjutnya lebih nyaman. Manajemen pengelolaan keuangan keluarga yang
bertujuan mengatur cash flow keuangan keluarga agar menjadi lebih baik dan
teratur.

Dalam melakukan pengelolaan keuangan haruslah ada perencanaan


keuangan untuk mencapai tujuan,baik tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang. Media pencapaian tujuan tersebut dapat melalui tabungan investasi, atau
pengalokasian dana. Dengan pengelolaan keuangan yang baik, maka tidak akan
terjebak pada perilaku berkeinginan yang tak terbatas (Yulianti & Silvy, 2013).
Menurut Manullang (1981) mengelola keuangan keluarga dibagi dalam tiga
langkah, yaitu :

1. Perencanaan Pengeluaran Keuangan Keluarga


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memanajemen keuangan
keluarga adalah dengan mendata seluruh masukan pendapatan yang
diperoleh keluarga. Hal ini diperlukan agar kita dapat mengetahui berapa
sebenarnya pendapatan keluarga per bulannya. Setelah dicatat total
pendapatan tersebut, langkah berikutnya adalah membuat daftar
pengeluaran rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan. Selanjutnya semua
pengeluaran rutin tersebut dijumlahkan. Langkah selanjutnya, yaitu
membuat daftar pengeluaran tidak rutin dengan skala prioritas (urutan
pemenuhannya). Jumlahkan seluruh pengeluaran yang ada dalam daftar,
kemudian cocokkan dengan total pendapatan yang kita miliki (sudah
dikurangi dengan kebutuhan rutin). Jika ternyata pengeluaran yang kita
rencanakan melebihi pendapatan yang ada, maka harus diseleksi lagi
kirakira pengeluaran mana yang dapat ditunda pemenuhannya.
2. Pelaksanaan Manajemen Keuangan Keluarga
Dalam melaksanakan rencana pengeluaran yang telah disusun, maka dapat
dilakukan berbagai model / sistem, diantaranya :
a. Sistem Amplop
sistem ini menggunakan amplop sebagai tempat untuk menyimpan
sementara uang kita sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.
Jadi, uang dibagi-bagi berdasarkan amplop-amplop yang telah
ditentukan dan ditulis di bagian luarnya. Hal ini berarti jumlah amplop
sesuai dengan jumlah kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui
sebelumnya.
b. Sistem Buku Kas
c. Sistem Kas Keluarga
Merupakan sistem pembukuan keuangan keluarga yang menekankan
pada pembagian pengeluaran menjadi kelompok-kelompok :
pengeluaran tetap, harian, dan tak terduga. Semua dicatat secara rinci
dalam buku dan setiap jenis pengeluaran dijumlah lalu ditotal dengan
pengeluaran jenis lain.
d. Sistem Kas Harian
Merupakan sistem pembukuan keuangan yang menekankan pada
catatan pengeluaran setiap hari.
3. Penilaian / Pengawasan Keuangan Keluarga
Pada dasarnya penilaian memiliki pengaruh yang baik untuk melihat apa
saja yang telah dicapai terhadap pelaksanaan manajemen keuangan yang
telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana anggaran pada bulan
berikutnya. Kriteria yang digunakan untuk menilai pengelolaan /
manajemen keuangan dapat berpedoman pada 5 hal, yaitu : tepat guna,
tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat kualitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhartini & Renanta (2007),


ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengelolaan keuangan dalam
keluarga:

1. Keterlibatan keluarga dalam perencanaan keuangan keluarga


Melakukan perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga dengan
melibatkan suami sebagai kepala keluarga, istri dan anak.
2. Sistem pencatatan keuangan keluarga
Membuat catatan pengeluaran dan pemasukan dibuat untuk mengatur
keseimbangan antara arus keluar dan masuk uang.
3. Proses penyusunan anggaran keuangan keluarga
Sebelum merencanakan anggaran tentukan terlebih dahulu sasaran serta
tujuan keuangan di masa yang akan datang. Penyusunan anggaran dimulai
dengan membuat anggaran pengeluaran harian selama satu bulan, dalam
menyusun anggaran ini seluruh anggota keluarga melakukan pembicaraan
terlebih dahulu, karena anggaran pengeluaran keluarga melingkupi
kebutuhan setiap anggota keluarga, alasan dibuatnya anggaran ini karena
arus uang dalam keluarga memiliki dua sisi, yaitu sisi arus masuk dan sisi
arus keluar, untuk mencapai kesejahteraan keluarga kedua sisi arus ini
sangat penting untuk diperhitungkan.
2.4 Pensiun dan Perencanaan Keuangan
Perencanaan pensiun hanyalah salah satu aspek dari kategori yang lebih
luas yang disebut perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan merupakan
proses dimana seseorang atau individu berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan
finansialnya melalui pengembangan diri dan implementasi dari sebuah rencana
keuangan yang komprehensif dan perencanaan keuangan yang baik akan
menghasilkan sebuah rencana keuangan yang jelas dan memudahkan rencana
keuangan. Perencanaan keuangan dapat pula diartikan sebagai persiapan atau
koordinasi yang hati-hati terhadap rencana-rencana dalam rangka untuk
mempersiapkan keinginan dan tujuan keuangan dimasa datang (Sobaya,
Hidayanto, and Safitri 2016).
Orang-orang yang berusia 60-an menyadari bahwa pensiun dapat bertahan
selama 20 tahun atau lebih, sehingga pertumbuhan investasi masih penting. Aset
pensiun harus mendapatkan di atas tingkat inflasi. Hal lain yang perlu dipikirkan
adalah berapa banyak pendapatan yang akan dibutuhkan dalam masa pensiun.
Memasuki masa pensiun bukan berarti akhir dari karir seseorang, karena masa
pensiun bukanlah halangan untuk berhenti bekerja dan menghasilkan uang. Bila
berbicara tentang pensiun, yang terpikir oleh kita adalah masa yang santai,
menyenangkan, dan yang bebas dari aturan yang sudah lama kita geluti selama
bertahun-tahun. Beberapa orang ada yang udah siap menghadapi masa pensiun,
dan ada juga yang tidak atau belum siap. Hal yang sering terjadi adalah disaat
seseorang masih aktif bekerja, lupa atau tidak memikirkan persiapan untuk
memasuki masa pensiun. Baik itu dari segi financial, kesehatan dan mental
(Bukhari, Fikri, and Narpati 2020).
Ada 2 fakta yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan adalah:

1. Biaya kebutuhan hidup selalu naik setiap tahun.


2. Biaya kebutuhan hidup akan terus ada meskipun sudah pensiun/ tidak
mempunyai penghasilan lagi.

Sedangkan 3 hal yang sering terjadi dihadapi dimasa pensiun adalah:

1. Penurunan Kesehatan,
2. Kesulitan Financial,
3. Post Power Syndrome

Menurut (Goldsmith 2013) hal-hal potensial yang harus dilakukan itu antara lain :

 Berbicara dengan teman, keluarga, dan profesional keuangan tentang


rencana.
 Merumuskan rencana dan menginvestasikan waktu dan energi di
dalamnya.
 Belajar lebih banyak tentang keuangan.
 Mempertimbangkan manfaat pensiun selain gaji
 Bergabung dengan rencana pensiun pemberi kerja jarang terlambat.
 Menjadi terselubung di tempat bekerja (artinya memberikan tahun-tahun
yang cukup untuk memenuhi syarat untuk program pensiun yang
disponsori majikan).
 Membuat rencana cadangan tempat bekerja dan tinggal.
 Menyimpan sebanyak mungkin dan berinvestasi dengan aman.

Untuk menentukan kebutuhan pensiun, perencana keuangan atau program


perencanaan keuangan dapat menjalankan informasi keuangan melalui komputer.
Informasi yang diperlukan termasuk usia seseorang, gaji, rencana pensiun yang
disponsori oleh majikan atau IRA, SEP atau Keoghs, investasi lain, jumlah tahun
yang dipekerjakan, persentase gaji yang diselamatkan, proyeksi usia pensiun, dan
pendapatan masa depan yang ingin orang tersebut ingin memiliki. Berdasarkan
analisis informasi ini, seseorang dapat memilih untuk menabung lebih banyak,
mengubah investasi, atau bekerja lebih lama. Pensiunan yang kekurangan uang
dapat meminta bantuan anak-anak mereka. Namun seringkali yang terjadi adalah
bahwa anak-anak mereka juga semakin tua tetapi tidak dapat pensiun karena
mereka membantu ibu atau ayah. Jika anak-anak dipanggil untuk membantu orang
tua yang menua, ada sejumlah strategi yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

 Membeli sesuatu dari orang tua (misalnya, Perhiasan, real estat) atau
membantu mereka menjual sesuatu seperti sepotong properti atau mobil.
 Mengambil potongan pajak. Jika seseorang membayar lebih dari setengah
dari dukungan orang tua, ia dapat mengklaim orang tua sebagai
tanggungan pajak (lihat konsultan pajak atau akuntan tentang ini karena
peraturan berubah tergantung pada pendapatan orang tua).
 Menyimpan akun terpisah. Mintalah orang tua menandatangani surat
kuasa yang memberi anak kuasa untuk menangani keuangan mereka jika
mereka sakit atau tidak mampu.
 Mengambil keuntungan dari hipotek terbalik, yang memungkinkan
pemilik rumah berusia 62 atau lebih tua untuk menerima pinjaman
terhadap rumah mereka, yang dilunasi dengan bunga ketika peminjam
menjual rumah, pindah, atau mati. Ini menghasilkan warisan yang lebih
kecil untuk anak-anak, yang akan ditolak oleh beberapa pensiunan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Albeerdy, I, M dan Gharleghi, B,. (2015). Determinants of the Financial Literacy


among College Students in Malaysia. International Journal of Business
Administration, Vol. 6, No. 3.
Andrew V and Nanik, L, (2014), Hubungan Faktor Demografi dan Pengetahuan
Keuangan,dengan Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya,
FINESTA Vol. 02, No. 02:35-39
Anwar, M. P. (2012). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung: Refika Aditama
Deacon F, Firebaugh FM. 1988. Family Resource Management Principles and
Applications (Second Edition). Massachusetts: Allyn and Bacon Inc
Financial Services Authority (2016) Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan 2016, https://www.ojk.go.id/id/beritadan-kegiatan/siaran-
pers/Documents/Pages/Siaran-PersOJK-Indeks-Literasi-dan-Inklusi-
KeuanganMeningkat/17.01.23%20Tayangan%20%20Presscon%20%2
0nett.compressed.pdf
Goldsmith, E. (2013). Resource Management for Individuals and Families Fifth
Edition. Pearson HE, Inc.

Hilgert, M. A., Hogarth, J. M., & Beverly, S. G. (2003).Household financial


management: The connection between knowledge and behavior. Federal
ReserveBulletin, 309-322.
Ida dan Dwinta. (2010). Pengaruh Locus Of Control, Financial Knowledge,
Income terhadap Financial Management Behavior. Jurnal Bisnis
Akuntansi.12(3), 131- 144.
Kusuma, D.R, (2014), Melek Keuangan Masyarakat Indonesia Masih di Bawah
Singapura dan Malaysia. (Online), http://finance.detik.com
Nofianti, L., & Denziana, A. (2010). Manajemen keuangan keluarga. Jurnal
Perempuan, Agama Dan Gender, 9(2), 1–12.

Suhartini, D., & Renanta, J. . (2007). PENGELOLAAN KEUANGAN


KELUARGA PEDAGANG ETNIS CINA. Jurnal Riset Ekonomi Dan
Bisnis, 7(2), 70–81.

Yulianti, N., & Silvy, M. (2013). SIKAP PENGELOLA KEUANGAN DAN


PERILAKU PERENCANAAN INVESTASI KELUARGA DI
SURABAYA. Journal of Business and Banking, 3(1), 57–68.
Bukhari, Eri, Adi Wibowo Noor Fikri, and Bintang Narpati. (2020). “Pembekalan
Perencanaan Keuangan Dalam Memasuki Persiapan Pensiun Bagi PNS
Pemkot Bekasi.” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat UBJ 3(1):21–26.

Goldsmith, Elizabeth B. (2013). Resource Management for Individuals and


Families. Pearson HE, Inc.

Sobaya, Soya, M. Fajar Hidayanto, and Junaidi Safitri. (2016). “Pengaruh Literasi
Keuangan Dan Lingkungan Sosial Terhadap Perencanaan Keuangan Pegawai
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.” Madania 20:115–28.

Anda mungkin juga menyukai