Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“APENDISITIS”

Dianjurkan sebagai

Tugas Kelompok Mata Kuliah KMB 2

Oleh :

1. Chintya Dewi Nurul K (170103015)


2. Cicilia Aditya M (170103016)
3. Diana Rindriani (170103021)
4. Dinda Puput O (170103022)
5. Dini Melinda E.P (170103023)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (IIIA)

TAHUN AJARAN 2017/2018

MAKALAH KMB
Apendisitis |1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat
serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul
“APENDISITIS” ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan
nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari,
bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan. Kami ucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta
membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga selesainya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Purwokerto, 28 Maret 2019

Penyusun

MAKALAH KMB
Apendisitis |2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR............................................................................................................ 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3

BAB I :PENDAHULUAN

A. Latar belakang..................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah................................................................................................ 5
C. Tujuan.................................................................................................................. 5

BAB II :PEMBAHASAN

A. Definisi apendisitis…………………………………………………………….. 6
B. Etiologic dan factor resiko…………………………………………………….. 6
C. Patofisiologi……………………………………………………………………. 7
D. manifestasi klinis………………………………………………………………. 7
E. Komplikasi…………………………………………………………………….. 7
F. penatalaksanaan medis………………………………………………………… 8
G. pengkajian keperawatan………………………………………………………. 8
H. Gejala apendisitis……………………………………………………………… 9
I. Diagnose apendisitis…………………………………………………………… 9
J. Pengobatan apendisitis………………………………………………………… 10
K. Asuhan keperawatan apendisitis………………………………………………. 10

BAB III :PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 12
B. Saran………………………………………………………………………..….. 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

MAKALAH KMB
Apendisitis |3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks periformis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering (dermawan&Rahayu Ningsih, 2010)

Istilah usus buntu dikenal masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus
yang buntu yang sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalam
system imun sektorik disaluran pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak
menimbulkan efek system imun yang jelas (Syamyuhidayat, 2005).
Peradangan pada apendisitis selain mendapatkan intervensi farmakologik juga
memerlukan tindakan bedah segera mencegah komplikasi dan memberikan implikasi
pada perawat dalam membentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi
apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa
periapedikula. Perkurasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga
abdomen lalu memberikan trespon inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi
peritonisis. Apabila berforasi apendisitis disertai dengan material ases, maka akan
memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi akses dan kemudian juga akan
memberikan respon peritonistis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah
nyeri hebat yang tiba-tiba dating pada aabdomen kanan bawah (Tzanakis,2005).

MAKALAH KMB
Apendisitis |4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan apendisitis?
2. Apa etiologi dan factor resiko dari apendisitis?
3. Apa patofisiologi dari apendisitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari apendisitis?
5. Apa komplikasi dari apendisitis?
6. Bagaiman penatalaksanaan medis apendisitis?
7. Bagaimana pengkajian keperawatan dari apendisitis ?
8. Bagaimana gejala dari apendisitis?
9. Apa diagnose dari apendisitis?
10. Bagaimana pengobatan dari apendisitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari apendisitis?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui pengertian dari apendisitis
2. Untuk mengetahui etiologic dan factor resiko adari apendisiti
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari appendisitis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis
5. Untuk mengetahui komplikasi dari apendisitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari apendisitis
7. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan dari apendisitis
8. Untuk mengetahui gejala apendisitis
9. Untuk mengetahui diagnose apendisitis
10. Untuk mengetahui pengobatan apendisitis
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan apendisitis

MAKALAH KMB
Apendisitis |5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan apendiks vermiform yang terjadi sebagian


besar pada remaja dan dewasa muda. Dapat terjadi pada semua usia tetapi jarang
terjadi pada klien yang kurang dari dua tahun dan mencapai insiden tertinggi pada
usia 20-30 tahun. Tidak umum terjadi pada lansia, namun rupturnya apendiks lebih
sering terjadi pada klien lansia. Apendisitis terjadi pada 7-12% populasi.

B. Etiologi dan faktor resiko

Apendisitis dapat disebabkan hal berikut :

1. Fekalit (batu feses) yang mengoklusi lumen apendiks


2. Apendiks yang terpuntir
3. Pembengkakan dinding usus
4. Kondisi fibrosa di dinding usus
5. Oklusi eksternal usus akibat adesi
6. Infeksi organisme Yersinia telah ditemukan pada 30% kasus

Tidak ada faktor resiko tertentu untuk apendisitis. Oleh karena tidak dapat
dicegah, deteksi dini sangat penting.

C. Patofisiologi

Bila apendiks menjadi terobstuksi, tekanan intraluminal meningkat,


menyebabkan drainase vena menurun, trombosis, edema, dan invasi bakteri ke lumen.
Penurunan arteri terjadi, dengan nekrosis dan invasi dinding usus. Jika proses terjadi
secara lambat, infeksi akan terlokalisasi membentuk dinding oleh struktur yang ada di
dekatnya, membentuk abses. Perkembangan kerusakan vaskuler yang cepat akan
menyebabkan ruptur dan pembentukan fistula di antara apendiks dan struktur di
dekatnya (kandung kemih, usus halus, sigmoid, dan sekum).

MAKALAH KMB
Apendisitis |6
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik apenditis dimulai dengan nyeri abdomen yang


bergelombang (viseral). Pada awalnya, nyeri dirasakan sebagai rasa tidak nyaman
yang hilang bila klien buang angin atau pergerakan usus akan meredakan nyeri
tersebut. Sayangnya, banyak klien yang mengonsumsi laksatif selama periode ini,
yang menyebabkan ruptur apendiks dan peritonitis.

Nyeri biasanya dimulai di epigastrium atau daerah periumbilikal, kemudian


berpindah ke kuadran kanan bawah ketika proses inflamasi menyebar melibatkan
permukaan peritonium parietal, sehingga membawa proses inflamasi ke peritonium.
Nyeri bertambah berat dan semakin sering; klien sering menyembunyikan atau
melindungi bagian yang sakit dengan berbaring dan menekukan tungkai bawah untuk
meredakan tegangan pada otot perut.

Pemeriksaan juga dapat menemukan muntah yang dimulai setalah nyeri dirasa,
anoreksia, demam derajat rendah, lidah kotor, dan helitosis (napas berbau).
Leukositosis ringan biasanya muncul, dengan hitung sel darah putih 10.000-
18.000/mm3. Diagnosis dipastikan dengan nyeri pada titik McBurney, yang terletak di
antara krista iliaka anterior superior dan umbilikus, atau lokasi yang berhubungan
dengan lokasi apendiks. Radiografi abnormal biasanya tidak bernilai diagnostik pada
apendisitis.

E. Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang


dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10%sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi secaraumum terjadi 24
jam setelah nyeri (gejala-gejalanya termasuk demam, penampilan toksik dan nyeri
berlanjut) (Syamsuhidayat, et.al, 2002)

F. Penatalaksanaan medis

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah


ditegakkan.Antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai pembedahan
dilakukan.Analgesik dapa diberikan setelah diagnosa ditegakkan.Apendiktomi (

MAKALAH KMB
Apendisitis |7
pembedahan untuk mengangkat apendiks ) dilakukansesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapatdilakukan dibawah anastesi umum
atau spinal dengan insisi abdomen bawahatau dengan laparoskopi,yang merupakan
metode terbaru yang sangat efektif(Syamsuhidayat, et.al, 2002)

G. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang dapat dilakukan pada post appendictomi menurutMarilynn E.


Doenges meliputi:

1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,agama,


suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dannomor register.
2. Riwayat keperawatan dan riwayat kesehatan saat ini keluhan nyeri pada luka post
operasi apendisitis, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit,
riwayat kesehatan masalalu

H. Gejala apendisitis
Ada beberapa gejala apendisitis klasik yang muncul, meliputi:
1. Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika
bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama.
2. Kehilangan selera makan
3. Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
4. Pembengkakan perut
5. Demam
6. Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)

Selain itu seiring berjalannya waktu, gejala apendisitis lainnya dari usus buntu
muncul, meliputi:

1. Nyeri tajam di mana saja, diantaranya di perut bagian atas atau bawah, punggung,
atau rektum
2. Nyeri ketika buang air kecil
3. Muntah yang mendahului nyeri perut
4. Kram parah

MAKALAH KMB
Apendisitis |8
5. Sembelit atau bahkan diare

Jika memiliki salah satu gejala apendisitis yang disebutkan di atas, segera cari
bantuan medis, karena diagnosis dan pengobatan sangat penting. Jangan makan,
minum, atau menggunakan obat nyeri, antasida, obat pencahar, atau bantalan pemanas,
yang dapat menyebabkan apendiks meradang dan pecah.

I. Diagnosis Apendisitis

Mendiagnosis usus buntu bisa rumit. Gejala apendisitis biasanya samar atau
sangat mirip dengan penyakit lain seperti masalah infeksi kandung kemih, infeksi
saluran urine (ureter atau uretra), penyakit Crohn, gastritis, infeksi usus, dan masalah
ovarium.

Tes berikut ini biasanya digunakan untuk diagnosis:

1. Tes perut untuk mendeteksi peradangan


2. Tes urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
3. Tes rektum
4. Tes darah untuk melihat apakah ada tanda leukositosis yang artinya ada suatu
peradangan/infeksi
5. CT scan atau USG.

J. Pengobatan Apendisitis

Operasi untuk mengangkat usus buntu, yang disebut apendiktomi, adalah


pengobatan standar untuk radang usus buntu. Secara umum, jika dicurigai usus buntu,
dokter cenderung segera mengambil apendiks sehingga perforasi dapat dicegah. Jika
usus buntu telah membentuk abses, pasien dapat menjalani dua prosedur: satu untuk
mengeringkan abses nanah dan cairan, dan prosedur selanjutnya untuk mengangkat
apendiks. Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pengobatan
apendisitis akut dengan antibiotik dapat menghilangkan kebutuhan untuk operasi.

MAKALAH KMB
Apendisitis |9
Antibiotik yang diberikan sebelum apendiktomi dapat digunakan untuk
melawan peritonitis. Anestesi umum biasanya diberikan, dan apendiks akan diangkat
melalui sayatan perut atau dengan laparoskopi. Jika Anda mengalami peritonitis, perut
juga perlu diirigasi dan nanah perlu dikeringkan.

Dalam waktu 12 jam operasi pasien dapat bangun dan bergerak. Pasien
biasanya dapat kembali ke kegiatan normal dalam 2-3 minggu. Jika operasi dilakukan
dengan laparoskop (instrumen teleskop untuk melihat isi perut), sayatan yang
dilakukan akan lebih kecil dan pemulihan lebih cepat.

Setelah operasi usus buntu, hubungi dokter jika Anda mengalami:

1. Muntah yang tidak terkontrol


2. Sakit perut yang meningkat
3. Pusing/ pingsan
4. Muntahan atau kencing yang disertai darah
5. Peningkatan rasa sakit dan kemerahan di bekas sayatan
6. Demam
7. Nanah dalam luka

Perlu diketahui, tidak ada cara untuk mencegah apendisitis atau radang usus
buntu. Namun, usus buntu kurang sering pada orang yang makan makanan tinggi
serat, seperti buah-buahan dan sayuran segar.

K. Asuhan Keperawatan Apendisitis


1. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri abdomen berhubungan dengan obstruksi dan peradangan apendiks

DS: - Nyeri daerah pusat menjalar ke daerah perut kanan bawah

- Tungkai kanan tidak dapat diluruskan

DO: - nyeri tekan dititik Mcburne

2. Tujuan

MAKALAH KMB
A p e n d i s i t i s | 10
a. Nyeri berkurang
3. Rencana tindakan
a. Kaji tanda fital
b. Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan intessitas nyeri. Ukur dengan
skala 1-10
c. Jelaskan penyebab rasa sakit
d. Ajarkan tekhnik relaksasi
e. Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi nyeri
f. Ciptakan lingkungan yang tenang
g. Laksanakan program medik
h. Pantau efek terapautik dan non terapautik dari pemberian analgetik

MAKALAH KMB
A p e n d i s i t i s | 11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab


abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perumpuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (mansjoer,2000).

Menurut Sjamsuhidayat (2004), apendisitis terdiri dari 5 bagian antara lain :

1. Apendisitis akut
2. Apensitis infiltrat (masa periapendikuler)
3. Apendisitis perforata
4. Apendisitis rekuren
5 apendisitis kronis

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh


hyperplasia folikel linfoit, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.

A. SARAN

Jagalah kesehatan dengan air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar
juga akan membantu pelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.

MAKALAH KMB
A p e n d i s i t i s | 12
MAKALAH KMB
A p e n d i s i t i s | 13
DAFTAR PUSTAKA

https://doktersehat.com/apendisitis-radang-usus-buntu/

https://www.academia.edu/12956687/MAKALAH_APENDISITIS

http://eprints.ums.ac.id/20656/2/BAB_I.pdf

MAKALAH KMB
A p e n d i s i t i s | 14

Anda mungkin juga menyukai