Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FITOKIMIA

SENYAWA ALKALOID

Dosen Pengampu :
Novi Fajar Utami, M.Farm, Apt.

Disusun oleh:
Elsa Evangelica (061117023)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagidua yaitu,
metabolisme primer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang
digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun senyawa kimia dari
hasil metabolisme sekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid, kumarin,
flavonoid, dan alkaloid.
Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai
kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama
penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Hal ini memacu dilakukannya
penelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder yang terkandung
dalam tumbuh-tumbuhan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti
teknik pemisahan, metode analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa
semi sintetik yang diperoleh dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-
obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh dan racun. Obat-obat
yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver
somniferum. Opium telah digunakan sebagai obat-obatan dan sifatnya sebagai analgetik dan
narkotik sudah diketahui. Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari
opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih
lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin.
Menurut Cordell (1981), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga
(angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah liliaceae,
solamae, solanace dan rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang
terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada
sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili tanaman
tertentu.

1.2 Tujuan
Makalah yang disusun ini bertujuan untuk mempelajari salah satu jenis senyawa pada
metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Senyawa Alkaloid


Istilah "alkaloid" (mirip alkali, karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh
Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk
menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada
waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, sertasolanina).
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil
sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar
yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat
basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam
molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Dalam Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi
secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan
kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen,
sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan
alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen
sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya.
Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun. Definisi tunggal untuk
alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu
pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse,
1981). Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif,
dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa
kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu
isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai
hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus
ditinggalkan (Hesse, 1981). Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa
padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid
sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam,
meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu
tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya
(Gritter, 1995).

2.2 Jenis dan Biosintesis Senyawa Alkaloid


Cara biosintesis alkaloid terlalu banyak dan tidak dapat dengan mudah
diklasifikasikan. Namun, ada reaksi yang khas yang terlibat dalam biosintesis berbagai
kelas alkaloid, termasuk sintesis basa Schiff dan reaksi Mannich.
1. Sintesis basa Schiff
Basa Schiff dapat diperoleh dengan mereaksikan amina dengan keton atau aldehida.
Reaksi-reaksi adalah metode umum memproduksi C = N obligasi.

Dalam biosintesis alkaloid, reaksi tersebut dapat berlangsung dalam molekul, seperti
dalam sintesis piperidin.

2. Reaksi Mannich
Komponen integral dari reaksi Mannich, selain amina dan karbonil senyawa,
adalah  carbanion , yang memainkan peran Nukleofil dalam penambahan
nukleofilik pada ion yang terbentuk oleh reaksi amina dan karbonil. 
Reaksi Mannich adalah sebuah reaksi organik yang mengandung alkilasi amino
proton asam terletak di sebelah gugus fungsi karbonil dengan formaldehida dan
amonia atau amina primer atau sekunder apapun. Produk akhirnya adalah senyawa β-
amino-karbonil.
Reaksi antara aldimina dan karbonil α-metilena juga dianggap sebagai reaksi
Mannich karena imina ini merupakan bentuk antara amina dan aldehida. Scheme 1.
Amonia atau amina bereaksi dengan formaldehida dan proton asam alfa, membentuk
senyawa beta amino karbonil
Reaksi Mannich merupakan salah satu contoh adisi nukleofilik amina ke sebuah
gugus karbonil yang diikuti oleh eliminasi anion hidroksil menjadi basa Schiff. Basa
Schiff merupakan elektrofil yang bereaksi dalam dua langkah pada adisi nukleofilik
kedua dengan karbanion yang dihasilkan dari senyawa yang mengandung proton
asam. Oleh karena itu, reaksi Mannich mengandung sifat elektrofilik dan nukleofilik.
Pada reaksi Mannich, amonia atau amina primer atau sekunder digunakan untuk
aktivasi formaldehida. Amina tersier dan amina aril akan berhenti pada tahap basa
Schiff karena ia kekurangan proton untuk membentuk zat antara imina. Senyawa α-
CH-asam (Nukleofil) dapat berupa senyawa karbonil, senyawa nitril, senyawa
asetilena, senyawa nitro alifatik, senyawa α- alkil-piridina, atau senyawa imina.
Penggunaan heterolingkar seperti furan, pirola, dan tiofena juga dimungkinkan,
karena struktur mereka menyerupai bentuk enol dari senyawa karbonil.
Reaksi ini menghasilkan senyawa β-amino karbonil dan basa Mannich. 

2.3 Penggolongan Senyawa


1. Struktur senyawa alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang
bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Dari segi biogenetik,
alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang
menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis
isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol.
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi
mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu
senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif
fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam
biosintesis alkaloid.
2. Sistem klasifikasi senyawa alkaloid
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana
alkaloid dikelompokkan atas:
a. Alkaloid sesunguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung
nitrogen dalam cincin heterosiklik; diturunkan dari asam amino; biasanya
terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat
bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang
bersifat agak asam daripada bersifat basa.
b. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan
asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh
berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin
biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contohnya adalah meskalin,
ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
c. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini,
yaitu alkaloid steroidal. Contohnya: konessin dan purin (kaffein).
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:
A. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada
golongan ini adalah:
1) Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
Struktur inti:

Reduksi

N N
H
Piridin Piperidin

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:


 Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis Nigri
Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (famili: Piperaceae)
berguna sebagai bumbu dapur.
 Turunan Propil-Piperidin, meliputi konini yang diperoleh dari Conii
Fructus; yang berasal dari tumbuhan Canium maculatum (famili:
Umbelliferae) berguna sebagai antispasmodik dan sedatif.
 Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca
Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (famili: Palmae)
berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.
 Turunan Pirinin dan Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari
Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum
(famili: Solanaceae) berguna sebagai antiparasit, insektisida, dan
antitetanus.
2) Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun
sumsum tulang belakang.
Struktur inti:

N CH3

Golongan ini dibagi dalam 3 sub golongan:


 Hiosiamin dan Skopolamin
Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam: Solanaceae),
tumbuh pada daerah yang memiliki suhu yang panas, daun dan bijinya
mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan
sedatif.
 Kokain
Senyawa ini berfungsi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat
syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini
bersal dari daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E.
Novogranatense (fam: Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak
disalahgunakan (drug abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama
yang lazim dikalangan mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan
sebagainya.
 Atropin, Apotropin, dan Belladonina
Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos” yang berarti
tidak dapat dibengkokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena
belladona merupakan obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan
kematian.
3) Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen.
Struktur inti:

N
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:
 Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina
Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai antimalaria, alkaloid ini
terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra
(famili: Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C.
Calisaya yang berwarna kuning berasal dari Peru dan Bolivia, C.
Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di
pulau Jawa.
 Akronisina
Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (famili: Rutaceae),
berfungsi sebagai antineoplastik yang telah diuji cobakan pada hewan dan
diharapkan mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi
neoplasma pada manusia.
 Camptothecin
Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca
acuminata (famili: Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh
di daratan Cina. Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan
terhadap leukemia limpoid.
 Viridicatin
Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium
viridicatum (famili: Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis
Plasmodium (kecuali P. vivax) penyebab malaria. Penggunaan senyawa
ini memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu pendengaran
berkurang.
4) Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
Struktur inti:

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:


 Morfin
Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan P.
Bracheatum (famili: Papaveraceae)
 Emetina
Senyawa ini berfungsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari
akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (famili:
Rubiaceae)
 Hidrastina dan Karadina
Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (famili:
Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan
berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang selaput
lendir.
 Beberina
Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari
Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari famili:
Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.
5) Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.
Struktur inti:

N
H
Golongan ini dibagi dalam 6 sub golongan:
 Reserpina
Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine dari
suku Apocynaceae yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima
dan bagian batang yang melekat padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai
antihipertensi.
 Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina
Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (famili:
Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor.
 Striknina dan Brusina
Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii (famili:
Loganiaceae) yang terdapat di Filipina, Vietnam dan Kamboja. Bagian
tanaman yang diambil berupa ekstrak biji yang telah kering dengan
khasiat sebagai tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan dalam
pertanian digunakan sebagai ratisida (racun tikus).
 Fisostigmina dan Eserina
Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut
dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (famili:
Leguminosae) yang berkhasiat sebagai konjungtiva pengobatan glaukoma.
 Ergotoksina, Ergonovina, dan Ergometrina
Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab
berasal dari jamur yang menempel pada sejenis tumbuhan gandum yang
kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai vasokonstriktor untuk
penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik.
 Kurare
Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C. Toxifera
(fam: Loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (famili:
Menispermaceae) yang berguna sebagai relaksan pada otot.
6) Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen.
Struktur inti:
N

N
H
Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal dari
daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi rermambuco, P.
Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius atau J. Paraguay dari
famili: Rutaceae yang berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita
glaukoma.
7) Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N,
Struktur inti:

N
Alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (famili:
Leguminocaea) dan Anabis aphylla (famili: Chenopodiaceae) berupa daun
tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik.
8) Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid
yang mengandung 4 cincin karbon.
Struktur inti:
CH3

CH3

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu:


 Golongan I: Sevadina, Germidina, Germetrina, Neogermetrina,
Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina.
 Golongan II: Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosina.
 Golongan III: Germina, Germidina, Germitrina, Protoveratrin, Sevadina,
Jervina, Rubijervina, Isoveratromina, Banyak ditemukan pada famili:
Solanaceae, Zigadenus venenosus.

9) Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan
tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam
amino fenilalanin atau tirosin.
Struktur inti:

HO NH2
NH2
COOH

Feniletilamin Fenilalanin
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:
 Efedrina
Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E.
Equisetina (famili: Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator.

 Kolkisina
Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (famili:
Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada
biji kormus (pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga
mengandung alkaloid yang sama.
 d-Norpseudo Efedrina
Alkaloid ini diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis
(famili: Celastraceae). Nama lain dari tumbuhan ini adalah Khat atau teh
Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang
berasal dari daerah tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah
stimulan pada SSP.
 Meskalina
Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (famili:
Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan
halusinasi dan euphoria.
10) Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.
Struktur inti:
N
N
N
N
H
Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung
dengan Imidazole.
Golongan ini dibagi dalam 3 sub golongan:
 Kafeina (1,3,7 trimetil Xanthin)
Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica (famili:
Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di
dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat,
ginjal, otot-otot jantung.
Selain tumbuan kopi ada tumbuhan lain yang juga mengandung caffein
seperti camellia sinensis (famili: Theaceae), cola nitida (famili:
Starculiaceae).
O CH3
H3C N
N

O N N

CH3

Kafeina
 Theobromina (3,7 dimetil Xanthin)
Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (famili: Sterculaceae)
yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
O CH3
N
HN

O N N

CH3

Theobromina
 Theofilina (1,3 dimetil Xanthin)
Merupakan isomer dari Theobromina yang berguna sebagai bronkodilator
dan diuretik.
O
H
H3C N
N

O N N

CH3

Theofilina

2.4 Manfaat Bagi Tumbuhan


Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama
karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi,
tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat
mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut:
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam
hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut
lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen
meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut
meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau
pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung
fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan
bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa
alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang
perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa,
dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam
tumbuhan.

2.5 Manfaat Bagi Manusia


1) Sebagai analgetik dan narkotik, analgetika (menghilangkan rasa sakit) sedangkan
narkotika (menghilangkan rasa sakit sekaligus juga menidurkan dan membius).
Contohnya analgesik pada migrain dari senyawa ergotamine yang dapat ditemukan
pada jamur ergot, analgesicKdan antitusif pada mitraginin yang dapat ditemukan
pada tanaman kratom serta kodein, adalah sejenis obat golongan opiat yang
digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat, batuk (antitusif) dan diare.
2) Alkaloid mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan, yang termasuk dalam
golongan ini adalah Varatrum, Rauwolfia (terutama sebagai penurunan tekanan
darah). Lobelia (Lobelin murni ialah obat asma untuk stimulan pada pernapasan),
golongan simpatomimetika seperti efedrin dan meskalin, basa purin.
3) Sebagai kemoterapeutika dan anti parasit, alkaloid kina sebagai anti malaria,
alkaloid dari Areca dan Granatum sebagai anti cacing, Ipecacuancha emetin dan
Cephalin sebagai anti amuba.
4) Sebagai stimulan uterus, Secale alakloid dan benzilisokinolin alkaloid dari Hydrastis
dan Berberis.
5) Sebagai anastetika lokal seperti Cocain, yang didapatkan dari tumbuhan
Erythroxylon coca.
6) Midriatika merupakan obat yang melebarkan pupil mata, seperti pada alkaloid
belladona yang dapat ditemukan pada tanaman Belladona.
7) Simplisia (bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun). Contohnya adalah Alkaloid Piridin-Piperidin yang dapat
ditemukan pada Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum
dari famili Solanaceae.
8) Digunakan sebagai bumbu dapur yaitu alkaloid turunan Piperidin, meliputi piperini
yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus, yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri
(fam: Piperaceae).
9) Digunakan antisasmodik dan sedative yaitu alkaloid turunan Propil-Piperidin,
meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus, yang berasal dari tumbuhan
Conium maculatum (Fam: Umbelliferae)

2.6 Jenis-Jenis Tumbuhan Yang Memiliki Senyawa Alkaloid


1) Purun Danau (Lepironia articulata)
Purun danau (Lepironia articulata) termasuk dalam golongan cyperaceae dalam
ilmu taksonominya yang merupakan tumbuhan khas lahan rawa meskipun purun
danau juga dapat tumbuh di daerah payau, sehingga bukan tidak mungkin purun
danau memiliki kandungan senyawa kimia yang cukup beragam seperti alkaloid,
flavonoid, steroid, triterpenoid, tanin, maupun yang lainnya.
Menurut penelitian Piranti (2017) bahwa purun tikus pada bagian akarnya
mengandung alkaloid, bagian bunganya mengandung alkaloid, flavonoid, dan steroid,
sedangkan pada bagian daun/batangnya mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, dan
tanin. Bagian umbi purun tikus terdapat senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai
antioksidan dan sebagai zat adiktif (Luo et. al, 2014).
2) Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa)
Rhodomyrtus tomentosa merupakan salah satu tumbuhan obat yang sering
digunakan oleh masyarakat Kalimantan. Tumbuhan ini termasuk kedalam famili
Myrtaceae dan mempunyai nama internasional Rosemyrle. Buahnya digunakan
sebagai antibisa dan obat diare. Sari akarnya digunakan untuk mengobati sakit
jantung, mengurangi rasa sakit setelah melahirkan, obat diare, infeksi kulit dan untuk
perawatan bekas luka pada kornea mata.
Putri (2015) juga melaporkan adanya senyawa limonena, β-pinena, dan
rodomirton. Kandungan batang tumbuhan ini adalah flavanoid, alkaloid, saponin,
tanin, terpenoid, dan fenolik. Salah satunya adalah senyawa alkaloid yang berkhasiat
sebagai anti diare, anti diabetes, anti mikroba dan anti malaria, akan tetapi beberapa
senyawa golongan alkaloid bersifat racun sehingga diperlukan adanya identifikasi
senyawa golongan alkaloid yang dapat diketahui manfaatnya.
3) Pulai Sari (Alstonia scholaris)
Kulit batang Pulai Sari (Alstonia scholaris) dilaporkan memiliki aktivitas
antiplasmodial terhadap P. falciparum (Christina et. al. 2015). Hasil skrining
fitokimia yang dihasilkan mengandung tanin, kuinon, alkaloid dan flavonoid.
Alkaloid merupakan senyawa utama dalam Pulai Sari (Alstonia scholaris) dan
jenis alkaloid yang telah dilaporkan aktivitasnya antara lain alstonin yang
dikembangkan sebagai antimalaria dan memiliki pula aktivitas antikanker.

4) Kelor (Moringa oleifera L.)


Daun kelor mengandung tanin katekol, tanin galia, flavonoid, saponin,
antrakinon, dan alkaloid. Senyawa tersebut mempunyai kemampuan sebagai obat,
manfaatnya yaitu sebagai perawatan kulit, antiinflamasi, antihipertensi, anti jamur
dan antibakteri (Amalia, 2016).
5) Delima (Punica granatum L.)
Buah delima (Punica granatum L.) mengandung senyawa metabolit sekunder
berupa flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin dan tanin.
Pada uji alkaloid sejumlah ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditetesi dengan HCl 2 N bertujuan untuk menarik alkaloid dari dalam simplisia,
alkaloid bersifat basa sehingga dengan penambahan HCl akan terbentuk garam,
lalu dipanaskan dengan tujuan memecahkan ikatan antara alkaloid yang bukan
dalam bentuk garamnya, lalu didinginkan, kemudian dilakukan reaksi pengendapan
dengan menggunakan tiga pereaksi. Untuk pereaksi Mayer diperoleh hasil
positif dengan terbentuknya endapan putih atau kuning. Untuk pereaksi Wagner
juga hasilnya positif dengan terbentuknya endapan coklat sedangkan pada
penambahan pereaksi Dragendorff diperoleh hasil yang positif dengan terbentuknya
endapan jingga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Widjaya yang memperoleh hasil positif (Agustina dkk., 2016).
6) Bisbul (Diospyros discolor)
Diospyros discolor berasal dari Filipina dan buahnya dibudidayakan secara
komersial (Hung, Chen, dan Roan 2015). Di Indonesia, Diospiros discolor dikenal
dengan nama tanaman bisbul dan dilaporkan hanya tumbuh atau endemik di
daerah Bogor. Khasiat dari tanaman ini sudah banyak dilaporkan diantaranya kulit
pohon secara tradisional digunakan untuk pengobatan batuk, demam, disentri, dan
diare.
Rendemen ekstrak aseton dan etil asetat biji buah bisbul yaitu 30,12%
dan 28,14%. Kandungan metabolit sekunder kedua ekstrak yaitu alkaloid,
flavonoid, saponin, Triterpenoid/Steroid, dan Tanin. Kadar flavonoid total ekstrak
etil asetat lebih tinggi dari ekstrak aseton yaitu masing-masing 423,60 ± 2,68 dan
377,03 ± 1,50 mg Ekuivalen Katekin/ g ekstrak. (Arrisujaya dkk., 2019).
7) Pangi (pangium edule reinw.)
Ekstrak tumbuhan pangi dengan menggunakan fraksi etanol, ditemukan
mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid, phenol dan tannin. Ekstrak biji
pangi dengan menggunakan fraksi n-heksan merupakan insektisida nabati yang paling
efektif dalam mengendalikan hama C.binotalis. Hal ini mengindikasikan bahwa
insektisida botani dari ekstrak tumbuhan pangi memiliki potensi dalam
mengendalikan hama C.binotalis pada tanaman sawi (Sakul, 2017).
8) Selutui Puka (Tabernaemontana macracarpa Jack)
Salah satu tumbuhan obat yang berasal dari Kutai Barat adalah selutui puka.
Tumbuhan ini dapat dijumpai pada berbagai tempat, salah satunya di pinggiran
sungai. Selutui puka (Tabernaemontana macrocarpa Jack) merupakan tumbuhan
berkhasiat untuk mengobati penyakit tumor dan kulit melepuh. Hasil skrining
fitokimia mengandung alkoloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid (Handayani
dkk., 2019).
9) Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack)
Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) merupakan salah satu tumbuhan
obat dari marga Ficus yang banyak terdapat di Kalimantan. Tumbuhan ini
digunakan sebagai bahan obat tradisional dan banyak diperjual-belikan. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa tabat barito bermanfaat untuk kesehatan
wanita, sebagai antioksidan, bahan kosmetik, antipenuaan, dan anti-
melanogenik (Oh et. al., 2011).
Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak metanol daun tabat barito
mengandung alkaloid, fenolik, flavonoid, steroid dan kumarin. Terdapatnya
kandungan metabolit sekunder (alkaloid, fenolik, flavonoid, steroid dan kumarin)
tersebut menunjukkan bahwa tabat barito hasil budidaya di bawah pengaruh
cekaman kekeringan dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Manurung dkk.,
2019).
10) Kumbou (Artocarpus elastic Reinw. Ex BI)
Tumbuhan Kumbou (Artocarpus elastic Reinw. Ex BI) merupakan jenis
tumbuhan family Moraceae genus Artocarpus. Secara tradisional bagian buah, akar,
daun dan kuncup dapat digunakan dalam pengobatan penyakit demam, sirosis hati,
hipertensi dan diabetes (Ramli, 2013).
Skrining fitokimia ekstrak dan fraksi kulit batang Kumbou (Artocarpus elastic
Reinw. Ex BI) menujukkan bahwa ekstrak metanol, fraksi etil asetat dan fraksi air,
semuanya positif mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan terpenoid.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi.
2. Reaksi yang khas yang terlibat dalam biosintesis berbagai kelas alkaloid, termasuk
sintesis basa Schiff dan reaksi Mannich Dekarboksilasi dan transaminase asam amino
menghasilkan aldehid yang dapat membentuk basa Schiff. Basa schiffini kemudian
bereaksi dengan karbonium melalui kondensasi mannich membentuk alkaloid.
3. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang
bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Sistem klasifikasi yang
paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloid dikelompokkan
atas: Alkaloid sesungguhnya, Protoalkaloid, Pseudoalkaloid
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., dkk. Skrining Fitokimia Tanaman Obat Di Kabupaten Bima. Indonesia E-
Journal of Applied Chemistry. Vol 4 No 1 Th 2016. 2016
Amalia, S., Wahyudaningsih S. & Untari, E. K. 2016. BPOM RI. 2005. Standarisasi
Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Arrisujaya Dian, Susanty Devy, Kusumah R.R. 2019. Skrining Fitokimia Dan Kadar
Flavonoid Total Ekstrak Aseton Dan Etil Asetat Biji Buah Bisbul (Diospyros
Discolor) Tumbuhan Endemik Bogor. Cendekia Journal of Pharmacy : STIKES
Cendekia Utama Kudus. Vol. 3, No. 2.
Christina, C., Kumar, S.P., Beula, J.M., Lekha, N.C., Jeyaraj, N., Ravikumar, S. 2015.
In vitro antiplasmodial activity of Kani herb Alstonia scholaris against
Plasmodium falciparum.Innovative Journal of Medical and Health Science, 5
(4).vol5.81.166-169
Cordell, Geoffrey A. 1981. Introduction to Alkaloids. John Wiley & Sons : New York
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi Terbitan ke-2. ITB : Bandung.
Handayani Fitri, Apriliana Anita, Natalia Hellen. 2019. Karakterisasi Dan Skrining Fitokimia
Simplisia Daun Selutui Puka (Tabernaemontana macracarpa Jack). Jurnal Ilmiah
Ibnu Sina, 4(1). 49-58.
Hesse. 1918. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut Teknologi
Bandung : Bandung.
Hung, S. F., Chen, I. Z. dan Roan, S. F. 2015. Preliminary Results of Fruit Selection
and Induced Parthenocarpy of Mabolo (Diospyros Blancoi A. DC.). Genetic
Resources and Crop Evolution 62 (8): 1127–1134.
Luo, Y., Xingren, L., Juan, H., Jia, S., Liyan, P., Xingde, W., Runan, D & Qinshi, Z. 2014.
Isolation, Characterisation, and Antioxidant Activities of Flavonoids from Chufa
(Eleocharis tuberosa) Peels. Journal of Food Chemistry, 164: 30-35.
Manurung Hetty, Kustiawan Wawan, Kusuma W. I., & Marjenah. 2019. Pengaruh Cekaman
Kekeringan terhadap Pertumbuhan dan Kadar Flavonoid Total Tumbuhan Tabat
Barito (Ficus deltoidea Jack). J. Hort. Indonesia. 10(1):55-62.
Oh, J.M., M.A. Hamid, S. Ngadiran, Y.K. Seo, M.R. Sarmidi, C.S. Park. 2011. Ficus
deltoidea (mas cotek) extract exerted anti-melanogenic activity by preventing
tyrosinease activity in vitro and by supressing tyrosinase gene expression in
B16F1 melanoma cells. Archives of Dermatological Res. 303: 161-170.
Padmawinata. 1995. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut
Teknologi Bandung : Bandung.
Piranti, T.O. 2017. Skrining Fitokimia pada Tumbuhan Purun Tikus (Eleocharis dulcis) dan
Rumput Gelembung (Utricularia aurea). Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Brawijaya.
Putri, D. S. D. 2015. Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Pengendali Insulin. Makalah.
Banjarbaru: Prodi S-1 Farmasi, FMIPA UNLAM.
Ramli, F., Rahmani, M., Kassim, N. K., Hashim, N. M., Sukari, M. A., Akim, A. M., & Go,
R. (2013). New diprenylated dihyrochalcones from leaves of Artocarpus elasticus.
Phytochemistry Letters, 6(4), 582–585.
Sakul, E.H., 2017. Impact of Botanical Insecticides Derived From Pangium edule Reinw And
Annona muricata L. Seed Extracts On The “Gay Gantung” Diamondback Moth,
Plutella xylostella L. Agrotech Journal. Universitas Sembilan Belas Nopember
Kolaka Vol. 2, No. 2

Anda mungkin juga menyukai