Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN BENCANA

“TORNADO”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

KELAS C

NUR NAFOLI AFNA B.KUNA (811418056)

MERLIN MOHA (811419062)

FRIZKILLAH A. SALEH (811420030)

PUTRI YOLANDA DIKO (811420039)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
ARTIKEL ANGIN TORNADO

Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk


hubungan selang awan cumulonimbus atau dalam peristiwa langka dari landasan
awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran
namun umumnya benar wujud corong kondensasi yang terlihat jelas yang
ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang
membawa puing-puing.Umumnya tornado benar kecepatan angin
177 km/jam atau semakin dengan rata-rata jangkauan 75 m dan menempuh
beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado yang sampai
kecepatan angin semakin dari 300-480 km/jam benar lapang semakin dari satu
mil (1.6 km) dan bisa bertahan di permukaan dengan semakin dari 100 km
Gejala Awal Tornado

1. Terasa panas dari malam hingga pagi


Umumnya, satu hari sebelum terjadinya puting beliung, udara
pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
2. Udara panas dan terik sejak pagi hari
perlu diwaspadai dan mengantisipasi, jika udara sudah terasa
panas sejak pagi hari, serta cukup terik dan gerah.
3. Terlihat awan Cumulus
Umumnya mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus
(awan putih berlapis-lapis). Lantas, di antara awan tersebut ada satu jenis
awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu
menjulang tinggi seperti bunga kol.
4. Tampak awan Cumulonimb
setelah terlihat munculnya awan Cumulus, maka tahap berikutnya
awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam
yang dikenal dengan awan Cumulonimbus (CB).
5. Pepohonan bergoyang
Harus diwaspadai kemungkinan potensi puting beliung, saat
dahan atau ranting dari pepohonan di sekitar tempat berdiri, mulai
bergoyang cepat karena embusan angin.
6. Udara terasa dingin Selanjutnya
Jika merasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat Anda
berdiri, itu juga salah satu tanda potensi akan terjadinya puting beliung.
7. Langsung turun hujan lebat atau gerimis disertai angin kencang
Biasanya sebelum angin puting beliung terjadi, hujan yang
pertama kali turun adalah hujan lebat tiba-tiba. Apabila, hujannya gerimis
maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

Bencana alam bisa terjadi karena beberapa faktor misalnya kondisi geografis,
geologis, hidrologis dan demografis. Terjadinya bencana alam di suatu wilayah
merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan, karena bencana alam merupakan
suatu gejala alam yang tidak dapat diketahui secara pasti kapan akan terjadi.
Dampak yang terjadi akibat bencana alam hampir selalu merugikan bagi
masyarakat yang berada di daerah yang terkena bencana.

Bencana yang terjadi menimbulkan dampak bagi kebertahan hidup


utamanya masyarakat miskin dan untuk kemajuan pembangunan daerah menjadi
terhambat. Besarnya resiko yang diakibatkan oleh bencana menjadi perhatian
bagi negara-negara dunia termasuk Indonesia dalam upaya pengurangan resiko
bencana.

Menurut UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penggulangan Bencana Bab I


Pasal 1 ayat 1, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Pada ayat 2,3 dan 4
bencana dibedakan atas 3 kategori berdasarkan penyebabnya, yaitu bencana
alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angina tornado, dan tanah
longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagall
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit 2 Bencana sosial adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.

Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap bencana.


Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa
bencana tahun 2017 tercatat 2.341 kejadian. Bencana hidrometeorologi
mendominasi kejadian bencana tahun 2017, banjir menempati urutan pertama
diikuti puting beliung dan tanah longsor. Bencana tahun ini menyebabkan lebih
dari 3,5 juta jiwa menderita dan mengungsi dan merenggut 377 jiwa serta
merusak lebih dari 47 ribu unit rumah.
Bencana merupakan serangkaian peristiwa baik yang terjadi secara alami
maupun karena akibat dari aktivitas manusia yang menimbulkan kerugian korban
jiwa, material maupun sosial. Tingkat kerugian akibat bencana bergantung
kepada jenis kejadian, frekuensi, magnitud dan komponen risiko yang terpapar.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), mengklasifikasikan
bencana ke dalam 13 jenis, yaitu gempabumi, Tsunami, banjir, tanah longsor,
letusan gunungapi, gelombang ekstrim dan abrasi, cuaca ekstrim, kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan, kebakaran gedung dan pemukiman, epidemi dan
wabah penyakit, gagal teknologi dan konflik sosial. Hal itu diperkuat oleh United
Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR, 2009) yang
mengklasifikasikan fenomena yang berpotensi mengakibatkan bencana menjadi
tiga jenis, yaitu hidrometeorologis (hydrometeorological), geologis (geological)
dan biologis (biological). Kedua klasifikasi tersebut menggambarkan betapa
banyaknya kejadian yang berpotensi menjadi bencana. Potensi ancaman/bahaya
yang begitu banyak, khususnya di Indonesia merupakan tantangan baik bagi
pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan manajemen
bencana yang baik. Peran aktif pemerintah dalam manajemen bencana
ditunjukkan dengan membentuk BNPB dan BPBD hingga tingkat kota/kabupaten.
Selain peran aktif pemerintah, hal yang sangat penting dalam manajemen
bencana adalah kerjasama masyarakat di Kawasan rawan bencana. Kawasan
Rawan Bencana (KRB) merupakan wilayah yang ditentukan berdasarkan tingkat
kemudahan wilayahnya untuk terpapar atau terdampak suatu bencana. KRB juga
ditentukan berdasarkan jenis bencana.

Bencana Tornado merupakan bencana yang relatif tinggi angka kejadiannya,


dari data BNPB menyebutkan bahwa bencana Tornado memberikan sumbangan
sebesar 21% dari semua bencana yang ada di Indonesia. Di sisi lain,
International Red Cross, 2003 dalam Adler (2008) menyebutkan bahwa dalam
periode 1993- 2002 lebih dari 90.000 orang mati akibat bencana banjir, dan lebih
dari 60.000 orang mati akibat badai angin (windstorms).

Tornado adalah angin yang berputar keluar dari awan cumulonimbus dengan
kecepatan lebih dari 34,8 knots atau 64,4 km/jam. Angka kejadian bencana
tornado atau angin putting beliung relatif tinggi, berdasarkan data dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana tornado memberikan
kontribusi sebesar 21% dari semua bencana yang terjadi di Indonesia. Faktor
pendorong terjadinya pergerakan angin adalah adanya perbedaan tekanan udara
antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Angin bertiup dari tempat
bertekanan tinggi ke tempat yang memiliki tekanan lebih rendah. Angin dapat
bergerak secara vertikal dengan kecepatan yang berfluktuasi dan bervariasi.
Angin bergerak secara berliku-liku sesuai dengan medan yang dilewatinya.
Pergerakan angin cepat terjadi apabila resistensi media yang dilaluinya lebih
rendah ..

Indonesia memiliki lembaga pemantauan cuaca dan iklim yang bertugas


untuk melakukan pemantauan dan memberikan peringan dini tentang ancaman
bencana meteorologis yaitu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). Perkembangan pembangunan pelayanan BMKG selama ini dapat
menyadarkan masyarakat akan pentingnya informasi di bidang Meteorologi,
Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika (MKKuG). Masyarakat semakin
menuntut untuk bisa memperoleh informasi MKKuG secara lebih cepat, akurat
dan inovatif . Pada penelitian ini dilakukan analisis data kejadian bencana angin
tornado di Indonesia yang diperoleh dari BNPB untuk mengetahui daerah rawan
bencana tornado dan waktu kejadiannya.

Angka kejadian bencana angin tornado relatif tinggi, berdasarkan data dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana angin tornado
memberikan kontribusi sebesar 21% dari semua bencana yang terjadi di
Indonesia. Faktor pendorong terjadinya pergerakan angin adalah adanya
perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lainnya.
Angin bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat yang memiliki tekanan
lebih rendah. Angin dapat bergerak secara vertikal dengan kecepatan yang
berfluktuasi dan bervariasi. Angin bergerak secara berliku - liku sesuai dengan
medan yang dilewatinya. Pergerakan angin cepat terjadi apabila resistensi
media yang dilaluinya lebih rendah.

Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki kelembaban di


atas 75%, hal ini menyebabkan terjadinya ketidakstabilan massa udara. Letak
Negara Indonesia yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia serta berada di antara Benua Asia dan Benua Australia juga
dapat mempengaruhi terjadinya angin tornado disebabkan karena adanya angin
muson barat dan angin muson timur sehingga memicu terjadinya angin ribut di
daratan. Angin ribut atau puting beliung juga banyak terjadi pada musim
pancaroba yaitu transisi antara musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya,
yakni pada Bulan Oktober - Desember (transisi musim kemarau ke musim
hujan) dan Bulan Maret - April (transisi musim h ujan ke musim kemarau) . Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kerugian akibat tornado
di Indonesia yaitu dengan membuat pemetaan zona rawan tornado.

TAHAP-TAHAP MANAJEMEN BENCANA

Terdapat empat fase dalam penanggulangan bencana diantaranya


adalah mitigasi, persiapan, tanggap darurat, dan pemulihan. Untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut, perlu diantisipasi sejak awal melalui pendidikan
lingkungan dan mitigasi bencana. Pemahaman tentang mitigasi bencana dapat
mengurangi korban jiwa.

1. Mitigasi adalah langkah untuk mengurangi dampak bencana terhadap


manusia dan harta benda.
2. Persiapan adalah salah satu elemen penting dalam penanggulangan
bencana yang dilakukan sebelum bencana terjadi, mempersiapkan diri
dengan tanggap dalam melakukan keadaan darurat secara cepat dan
tepat.
3. Fase tanggap darurat yang merupakan kegiatan yang terkait dengan
penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Tanggap darurat
melibatkan rencana, prosedur, dan improvisasi.
4. Pemulihan bencana didefinisikan sebagai memulihkan atau
meningkatkan mata pencaharian dan kesehatan, serta ekonomi, fisik,
aset sosial, budaya dan lingkungan, sistem dan kegiatan, dari
komunitas atau masyarakat yang terkena bencana, menyelaraskan
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan membangun kembali
dengan lebih baik, untuk menghindari atau mengurangi risiko bencana
di masa depan.
Keberhasilan manajemen bencana tergantung pada pelaksanaan di daerah
setempat, karena hal ini dapat mengurangi dampak bencana pada masyarakat,
selain itu kesadaran mengenai resiko bencana pun berpengaruh dalam dampak
yang mungkin terjadi. Pengurangan resiko bencana dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak terkait
yaitu adanya peran masyarakat dalam mitigasi bencana. Upaya ini dilakukan
dengan komitmen untuk mengedepankan tindakan-tindakan yang harus
diprioritaskan.

1. PRA BENCANA TORNADO

Pra bencana adalah fase dimana bencana belum terjadi dan manusia
berperan penting untuk pencegahan, mitigasi dalam mewujudkan upaya
kesiapsiagaan dini. Hal ini seharusnya yang mendorong manusia untuk saling
mengedukasi dan bersinergi untuk mencapai upaya kesiapsiagaan yang
maksimal.

Tindakan ini di upayakan untuk menhindari bencana alam., sebelum bencana-


bencana terjadi. Pemerintah setempat memberikan peringatan awal mengenai
terjadinya bencana. Masyarakat harus diberikan penyuluhan mengenai
bagaimana menghadapi bencana misalnya bencana abrasi. hal ini bertujuan agar
masyarakat mengerti apa yang harus dilakukan jika bencana terjadi.

Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :

1. Situasi Tidak Terjadi Bencana

Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
berdasarkan analisis kerawanan bencana. pada periode waktu tertentu tidak
menghadapi ancaman bencana yang nyata.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi


bencana meliputi :

a. perencanaan penanggulangan bencana;

b. pengurangan risiko bencana;


c. pencegahan;

d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;

e. persyaratan analisis risiko bencana;

f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;

g. pendidikan dan pelatihan; dan

h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

2. Situasi Terdapat Potensi Bencana. Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-
kegiatan kesiap siagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana dalam
penanggulangan bencana.

Mengingat puting beliung atau tornado ini sulit untuk diprediksi, maka ada
baiknya mempersiapkan diri sejak awal dengan cara membangun rumah atau
bangunan yang kokoh dan tahan terhadap terpaan angin dengan kekuatan
cukup tinggi. BNPB mengingatkan, penting juga untuk mempelajari tentang
bencana ini dan memahami cara-cara penyelamatannya. Terakhir, peka
terhadap tanda-tanda alam yang bisa menunjukkan akan terjadi angin puting
beliung, misalnya udara terasa panas dan langit terlihat mendung hingga sore
hari.

Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,


kesiap siagaan, serta peringatan dini. Kegiatan pada tahap pra bencana ini
selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini
sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini
merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit
sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang
langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam
menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.
Pencegahan yang dapat di lakukan:

1. Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan


terkini cuaca setempat.
2. Waspadalah terhadap perubahan cuaca.
3. Waspadalah terhadap angin topan yang mendekat.
4. Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut: Langit
gelap, sering berwarna kehijauan.
5. Hujan es dengan butiran besar.
6. Awan rendah, hitam, besar, seringkali bergerak berputar
7. Suara keras seperti bunyi kereta api cepat.
8. Bersiaplah untuk ke tempat perlindungan (bunker) bila ada angin
topan mendekat

1. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah suatu kondisi masyarakat yang baik secara individu


maupun kelompok yang memiliki kemempuan secara fisik dan psikis dalam
menghadapi bencana. Kesiapsiagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi
bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik
adalah menghindari resiko yang terjadi. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas
sebelum terjadinya bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas
operasional dan memfasilitasi rspons yang efektif ketika suatu bencana terjadi
(Khambali, 2017).

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU RI No. 24 tahun 2007). Sedangkan
kesiapsiagaan menurut carter (1991) adalah tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintahan, organisasi, msyarakat, komunitas dan individu
untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat
guna(Khambali, 2017).

Tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan


bencana, pemeliharaan, dan pelatihan personel. Kesiapsiagaan adalah upaya
yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna
menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata
kehidupan masyaraka(Khambali, 2017).

The United Nations International Strategy for Disaster Reduction


(UNISDR,2009) mendefinisikan kesiapsiagaan adalah pengetahuan dan
kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga profesional
dalam bidang respons dan pemulihan, serta masyarakat dan perorangan dalam
mengantisipasi, merespons, dan pulih secara efektif dari dampak-dampak
peristiwa atau kondisi ancaman bahaya yang mungkin ada, akan segera ada,
atau saat ini ada.

Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi.


Pada tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera
terjadi. Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu
memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut.

Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari
Rencana Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang
diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana
Kontinjensi berarti suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang
didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu
rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang
diperkirakan tidak terjadi(Ginanjar, 2018).

Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain:

1. menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan


persediaan dan pelatihan personil.
2. menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana
evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana
berulang.
3. melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan
sebelum peristiwa bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan
korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.
Peran pemerintah meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
bencana antara lain:

• menginisiali hari kesiapsiagaan bencana


• memberikan informasi terkait bencana yang sering terjadi di indonesia
melalui badan nasional penanggulangan bencana
• memberikan pelatihan jika terjadi bencana misalnya jika terjadi bencana
gempa bumi, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah berlari
menjauhi pohon dan bangunan menuju ke area lapang dan lain
sebagainya.
• menyediakan peralatan serta area sebagai persiapan menghadapi
bencana.

2. Peringatan dini

Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) merupakan serangkaian


sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa
bencana maupun tanda-tanda alam lainnya. Kondisi kritis, waktu sempit,
bencana besar dan penyelamatan penduduk merupakan faktor-faktor yang
membutuhkan peringatan dini.

Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan


sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan
tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian
peringatan dini harus menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate),
tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat resmi (official)(Riadi, 2018).

Sebelum menerapkan sistem peringatan dini dari suatu kawasan rawan


bahaya, salah satu tahapan adalah melakukan tindakan pemantauan kawasan
terdampak dalam rangka menentukan langkah-langkah pencegahan atau
meminimalisisir korban. Dengan penerapan sistem peringatan dini diharapkan
agar sebelum bencana terjadi, nyawa manusia dapat dievakuasi pada lokasi
yang aman.
Pada prinsipnya, SMS gateway adalah sebuah perangkat lunak yang
menggunakan bantuan komputer dan memanfaatkan teknologi seluler yang
diintegrasikan guna mendistribusikan pesan-pesan yang di-generate lewat sistem
informasi melalui media SMS yang di-handle oleh jaringan seluler.

Sejauh ini, berbagai upaya mulai dilakukan oleh manusia untuk mengurangi
dampak dari terjadinya tornado. Dalam pembuatannya ini akan dirancang suatu
sistem deteksi angin tornad oberdasarkan kecepatan dan arah angin. Kemudian
informasi hasil pemantauan dapat ditransmisikan menggunakan layanan pesan
singkat SMS Gateway.

Potensi bencana masih mengintai sejumlah daerah di Indonesia seperti yang


dijelaskan di atas menuntut Indonesia untuk memiliki sistem pencegahan dini
(early warning system) yang menyeluruh. Kenyataannya, pada sejumlah
peristiwa bencana, pemerintah baru melakukan penanganan setelah bencana
terjadi. Pada peristiwa bencana lainnya, penanganan dilakukan hanya dengan
menggunakan pendekatan “proyek pengadaan alat” Hal ini tentu saja tidak salah.
Namun, mempertimbangkan potensi bencana yang begitu besar di Indonesia,
pemberian alat sebagai satu-satunya bagian dari sistem pencegahan dini tentu
tidak cukup. Apalagi jika pemberian alat ini tidak disertai dengan digugahnya
kesadaran dari semua pihak untuk sama-sama memelihara alat pendeteksi
bencana itu sehingga dapat berfungsi dengan baik(Fitriawan, 2017).

3. Mitigasi

Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bancana alam untuk


mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan
sebelum bencana terjadi. Menurut UU no 24 tahun 2007, mengatakan bahwa
pengertian mitigrasi dapat didefinisikan serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pemabngunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan mengahadapi anacaman bencana(Niode,
Rindengan, & Karouw, 2016).

Mitigasi bencana merupakan istilah yang menunjuk pada semua kegiatan/


tndakan untuk mengurangi risiko bencana, yang dapat dilakukan sebelum
bencana tersebut terjadi. Mitigasi bencana mencakup perencanaan dan
pelaksanaan berbagi tindakan pengurangan risiko bencana serta proses
perencanaan untuk respon yang efektif dalam menghadapi bencana. Tindakan
pengurangan risiko bencana tersebut bertujuan untuk mengurangi dampak
kerugian yang ditimbulkan akibat bencana dengan menghilangkan kerentanan
terhadap bencana. Kejadian angin ribut hingga tahun ini sudah banyak terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Risiko merupakan potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu.
Elemen at risk dalam kaitannya dengan bencana merupakan segala sesuatu
yang berisiko terkena bencana sehingga dapat mengalami kerusakan meliputi:
orang, infrastruktur, hasil panen, dan kendaraan. Konsep mitigasi bencana ialah
serangkaian upaya untuk mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
adanya bencana dengan melalui pembangunan fisik, penyadaran terhadap
masyarakat dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural


maupun kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan
untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah
rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Sedangkan secara kultural upaya
untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah dengan
cara mengubah paradigma, meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga
terbangun masyarakat yang tangguh. Mitigasi kultural termasuk di dalamnya
adalah membuat masyarakat peduli terhadap lingkungannya untuk
meminimalkan terjadinya bencana(Ginanjar, 2018).

Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:

1. membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana
2. pembuatan alarm bencana
3. membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu
4. memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap
masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana.

Kejadian angin ribut menyebabkan kerusakan bangunan rumah, fasilitas


umum dan infrastruktur dan menyebabkan tumbangnya pohon.Untuk mengetahui
sebaran dan frekuensi kejadian angin ribut di Indonesia diperlukan data yang
telah tercatat di suatu instansi seperti BNPB ataupun BPBD.

Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik ataupun peta
untuk mengetahui daerah-daerah di Indonesia yang memiliki kejadian bencana
angin ribut tertinggi sehingga upaya mitigasi bencana dapat diutamakan pada
daerah-daerah yang rawan akan bencana tersebut.

Mitigasi tornado sebelum bencana terjadi antara lain dengan:

✓ sosialisasi mengenai tornadokepada masyarakat


✓ mengenalkan tanda-tanda terjadinya tornado
✓ mengajarkan cara berlindung saat terjadi tornado
✓ menyusun peta rawan bencana daerah rawan terjadinya tornado
✓ memangkas ranting pohon besar
✓ menebang pohon yang sudah rapuh
✓ selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca
✓ menghindari bepergian apabila langit tampak awan gelap dan
menggantung
✓ menyiapkan lokasi yang aman untuk mengungsi

Mitigasi tornado saat bencana terjadi antara lain dengan:

✓ berlindung pada bangunan yang kokoh dan aman pada saat angin
kencang menerjang
✓ menjauh dari lokasi kejadian tornadojika
✓ segera keluar rumah untuk mencari perlindungan di tempat lain jika
merasa rumah tidak cukup kokoh
✓ hindari berteduh di bawah pohon besar, baliho, papan reklame dan jalur
kabel listrik
✓ tetap berlindung di tempat aman sampai angin tornadomereda

Mitigasi tornadosetelah bencana terjadi antara lain dengan:

✓ melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam upaya pertolongan


para korban
✓ mendirikan posko bencana serta posko evakuasi korban yang selamat
dari bencana
✓ mendirikan tempat penampungan korban bencana secara darurat
sebelum posko yang lebih layak dibangun
✓ melakukan koordinasi bahan bantuan untuk parakorban bencana
✓ melakukan evaluasi pelaksanaan pertolongan dan perkiraan kerugian
material yang terjadi akibat bencana.

2. SAAT BENCANA TORNADO (Tanggap darurat)

Tanggap Darurat, Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan


tanggap darurat untuk meringankan penderita. Sementara, seperti kegiatan
search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian. Kegiatan saat
terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan
perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak
yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan
tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya
merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan
terjadi efisiensi. Banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
pada saat keadaan bencana, terutama pada saat tanggap darurat, termasuk
pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban bencana khususnya
penyandang disabilitas.
1. Berfokus pada korban luka/cedera dikarenakan berisiko mengalami
disabilitas sementara ataupun permanen
2. Penyandang disabilitas harus disertakan dalam kegiatan pencarian,
penyelamatan, dan evakuasi namun dengan kebutuhan khusus.
3. Penyandang disabilitas berisiko mendapatkan cedera, terperangkap,
terjebak, dan lain lain karena kurangnya kemampuan mereka untuk
mengantisipasi dan bereaksi.
4. Berfokus pada penyandang disabilitas yang sendirian dan belum
memperoleh bantuan
5. Mengidentifikasi penyandang disabilitas
6. Personil pencarian, penyelamatan dan evakuasi harus memiliki
pengetahuan tentang cara adaptasi teknik pencarian dan penyelamatan
untuk menangani penyandang disabilitas sesuai dengan jenis disabilitas.

Saat terjadi tornado inilah hal- hal yang harus di lakukan :

• Saat bencana terjadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah


membawa masuk barang-barang yang ada di luar ke dalam rumah agar
tidak terbang tersapu angin.
• Segera masuk ke dalam rumah, tutup dan kunci seluruh pintu dan jendela,
lalu matikan semua aliran listrik untuk mencegah terjadinya korsleting
yang bisa memicu kebakaran.
• Apabila terlihat ada potensi terjadi petir, segera jongkok dan bungkukkan
badan ke lutut sembari kedua tangan mendekap lutut atau kaki, jangan
bertiarap di atas tanah.
• Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat perlindungan (bunker).
• Jika anda berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran,
sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit,
maka yang anda harus lakukan adalah segera menuju ke ruangan yang
telah dipersiapkan untuk menghadapi keadaan tersebut seperti sebuah
ruangan yang dianggap paling aman, basement, ruangan anti badai, atau
di tingkat lantai yang paling bawah. Bila tidak terdapat basement,
segeralah ke tengah tengah ruangan pada lantai terbawah, jauhilah sudut
sudut ruangan, jendela, pintu, dan dinding terluar bangunan. Semakin
banyak sekat dinding antara diri anda dengan dinding terluar gedung
semakin aman. Berlindunglah di bawah meja gunakan lengan anda untuk
melindungi kepala dan leher anda. Jangan pernah membuka jendela.
• Jika anda berada di dalam kendaraan bermobil, segeralah hentikan dan
tinggalkan kendaraan anda serta carilah tempat perlindungan yang
terdekat seperti yang telah disebutkan di atas.
Jika Anda Berada Di Luar Ruangan Dan Jauh Dari Tempat Perlindungan, maka
yang anda harus lakukan adalah sebagai berikut:

• Tiaraplah pada tempat yang serendah mungkin, saluran air terdekat atau
sejenisnya sambil tetap melindungi kepala dan leher dengan
menggunakan lengan anda.
• Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang, atau sejenisnya.
Anda akan lebih aman tiarap pada tempat yang datar dan rendah.
• Jangan pernah melarikan diri dari angin puting beliung dengan
menggunakan kendaraan bermobil bila di daerah yang berpenduduk
padat atau yang bangunannya banyak. Segera tinggalkan kendaraan
anda untuk mencari tempat perlindungan terdekat.
• Hati hati terhadap benda benda yang diterbangkan angin puting beliung.
Hal ini dapat menyebabkan kematian dan cedera serius.

Menghadapi kedaruratan dalam bencana, kemampuan respons yang


terorganisasi perlu dimonitori oleh badan-badan yang memiliki kemampuan
dalam bidang-bidang komunikasi, logistik, dan kedisiplinan. Salah satu badan
yang dapat diandalkan adalah Sektor Militer, Badan Pertahanan Sipil, atau
Manajemen Kedaruratan sejauh mereka mempunyai rasa tanggungjawab
dankapasitas itu. Dibawah kendali tenaga militer diharapkan kejahatan-kejahatan
dan kriminalitas dapat dicegah selama bencana tiba atau sesudahnya.

Pada tingkat nasional dan internasional terdapat badan-badan yang dapat


memberikan bantuan bagi para korban misalnya Palang Merah Indonesia (PMI),
the International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Namun, apa pun bantuan yang diberikan, masalah mendasar
dalam merespon dampak bencana terletak pada kemampuan korban. Upaya
meningkatkan kelenturan mereka dalam merespons dampak bencana
merupakan pendekatan penting untuk mengurangi konsekuensi bencana.

Dari sudut pandang manajemen bencana beserta kedaruratannya,


masyarakat dapat dibagi menjadi masyarakat rawan (vulnerable) dan masyarakat
yang tangguh (invicible) dalam menghadapi bahaya. Apakah sekelompok
populasi dalam masyarakat menjadi kelompok populasi rawan atau tangguh
bergantung pada tingkat kerapuhan atau ketahanan populasi menghadapi
masalah. Bila diuraikan dalam persamaan maka kerawanan adalah fungsi
daripada kerapuhan dan ketahanan (WHO, 2002).

3. PASCA BENCANA TORNADO

Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi,


dan rekonstruksi. Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan
kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali
prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan
harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan
rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang
terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

Pada Bidang Rehabilitasi & Rekonstruksi (RR), terdapat 5 (lima) sektor yang
menjadi fokus dalam penanganan Pasca Bencana yaitu :

1. Sektor Perumahan & Permukiman


2. Sektor Infrastruktur Publik
3. Sektor Ekonomi Produktif
4. Sektor Sosial, dan
5. Lintas Sektor

Untuk melaksanakan program Rehabilitasi & Rekonstruksi dengan 5 (lima)


sektor yang menjadi kewenangan, bidang RR menggunakan metode Pengkajian
Kebutuhan Pasca Bencana/ Jitupasna yang tercantum pada Perka BNPB
Nomor 15 Tahun 2011. Jitupasna merupakan suatu rangkaian kegiatan
pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan yang
menjadi dasar bagi penyusunan Renaksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan
kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek pembangunan manusia,
perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.
Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan nilai agregat dari akibat
bencana dan impilkasi umumnya terhadap aspek – aspek fisik dan lingkungan,
perekonomian, psikososial, budaya, politik dan tata pemerintahan.

1. Sektor perumahan dan permukiman


Undang-Undang RI No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman menyatakan bahwa penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman meliputi kegiatan perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan
kelembagaan,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang
terkoordinasi dan terpadu. Seluruh aspek tersebut di atas melibatkan
lintas sektor, interdisiplin keilmuan, banyak institusi, lembaga serta
masyarakat agar proses penyelenggaraannya sesuai standar untuk
mencapai tujuan dan manfaat penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.
Proses penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
harus dimulai dengan proses yang baik dan penyusunan perencanaan
yang matang berbasis rencana tata ruang, termasuk memperhatikan
kelayakan lahan yang akan dimanfaatkan sebagai lokasi perumahan dan
kawasan permukiman, khususnya untuk lokasi yang berada didaerah
rawan bencana. Perlu juga memperhatikan kebijakan/peraturan
perundangan perumahan permukiman yang mengutamakan humanisme
dalam konsep pembangunan perumahan dan permukimanberkelanjutan
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, ekonomi dan lingkungan
bersama.
2. Sektor infrastruktur publik
Infrastruktur di Indonesia setiap tahunya terus bertambah banyak.
Namun, Indonesia sering mengalami kerusakan akibat bencana alam
yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Tentu, pemerintah
perlu mengambil langkah Manajemen Risiko untuk mengurangi kerugian
akibat kerusakan infrastruktur pada setiap terjadinya bencana.
3. Sektor Ekonomi Produktif
Setiap kali bencana terjadi, pilar-pilar ekonomi di daerah akan
lumpuh, pengangguran tinggi, investasi terhenti, pendapatan daerah
berkurang, dan muncul kantong-kantong pengungsi yang rawan terhadap
bencana sosial seperti kemiskinan, putus sekolah, kriminalitas.
Dengan demikian, menjadi penting bagi Indonesia mengembangkan
sistem pemulihan ekonomi daerah pascabencana alam. Daerah terkena
bencana membutuhkan aliran dana (investasi) untuk membangun kembali
infrastruktur, meningkatkan daya beli masyarakat,dan membuka lapangan
kerja.Kekuatan ekonomi daerah perlu dikembalikan seperti sebelum
bencana.
Peran pemerintah dalam penyediaan dana stimulus demi
menghidupkan kembali ekonomi daerah pascabencana menjadi penting.
Hal ini akan memberikan jaminan kepada sektor swasta untuk kembali ke
daerah bencana dan membangun kembali ruangruang ekonomi yang
lumpuh. Bencana alam gempa bumi kembali terjadi di SumateraBarat.
Secara umum, usaha yang dilakukan untuk rehabilitasi dan
rekonstruksi di daerah bencana adalah membangun kembali rumah
penduduk serta memperbaiki infrastruktur transportasi dan berbagai
infrastruktur pelayanan publik lainnya. Selain pembangunan fisik,roda
perekonomian juga akan berputar jika ada sumber daya manusia yang
siap bekerja.
Ada peran pengusaha yang membuka lapangan kerja bagi
masyarakat yang tinggal di daerah bencana. Pada tahap awal setelah
bencana, peran pemerintah pusat sangat besar untuk memulihkan
perekonomian. Namun, beberapa tahun mendatang, peran pemerintah
daerahlah yang sangat besar dalam memulihkan perekonomian dan
menyiapkan daerahnya untuk kembali normal seperti masa sebelum
bencana terjadi.
4. Sektor Sosial
Kejadian bencana pasti menyisakan trauma yang melekat pada
masyarakat yang mengalami. Tidak hanya kerugian sarana prasarana
yang rusak dalam kejadian bencana, kerusakan psikis juga pasti dialami
oleh korban bencana. Reaksi individu yang tertimpa bencana bisa
bermacam-macam, diantaranya adalah sering marah-marah, mudah
tersinggung, gangguan tidur, rasa was-was, dan kecurigaan yang tinggi.
Dalam hal ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga
harus melakukan penanganan rehabilitasi psikis korban bencana.
Penanganan rehabilitasi psikis masuk dalam Kajian Kebutuhan
Pasca Bencana (Jitupasna) Sektor Sosial &Ekomomi Produktif (Sub
Sektor Psikososial)
Banyak kejadian, rehabilitasi fisik relatif lebih kelihatan dan jelas pola
penanganannya, walaupun juga tidak mudah karena memerlukan
mobilitas dana dan prasarana yang tidak sedikit. Namun berbeda halnya
dengan rehabilitasi psikis. Kondisi kekacauan (katastropik) saat terjadi
bencana tersebut telah meninggalkan luka psikis yang mendalam dalam
bentuk gejala psikologis yang disebut gangguan stres pasca-trauma
(post-traumaticstress disorder). Gejala-gejalanya, seperti seolah-olah
mengalami lagi peristiwa traumatik tersebut (reexpriencing).
Nantinya, rehabilitasi psikososial akan menjadi perhatian mendalam untuk
membangun kembali masyarakat yang tertimpa bencana.
Dengan adanya kemampuan dan ketrampilan dalam manajemen
psikososial ini diharapkan aparatur BPBD dapat terlibat langsung pada
psikososial pasca bencana, bahkan menjadileader dalam penanganan
Pasca Bencana. (sat/put)
5. Lintas Sektor
Koordinasi Lintas Sektor adalah untuk :
- Pemulihan sarana dan prasarana kesehatan yang mengalami
kerusakan
- Pemuliham kehidupan masyarakat ke arah kehidupan normal
- Relokai masyarakat pengungsi
- Rekonsiliasi masyarakat yang terlibat bencana konflik sosial dsn
kekerasan
- Pembangunan kembali sarana dan prasarana yang permanen
- Pemantauan, evaluasi, dan analisis dampak bencana serta
penanggulangan pengungsi
Guna mendukung program/ kegiatan yang dilaksanakan Bidang
Rehabilitasi & Rekonstruksi diperlukan sumber dana yang cukup.
Merujuk pada PP nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana, Pelaksanakan Program Rehabilitasi &
Rekonstruksi bersumber pada :
1. APBD Kabupaten/ Kota (Melekat Pada SKPD terkait)
2. APBD Provinsi (Bantuan Sosial, Hibah)
3. APBN (Hibah Murni)
4. Masyarakat
5. Bantuan Luar Negeri

Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan


(Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang
dilakukan pada pasca bencana.

Pemulihan jangka pendek ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar


seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal sementara, sanitasi, kesehatan dan
pengobatan, kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK) dan kebutuhan religius serta
adat. Pada pemulihan jangka pendek ini biasanya korban bencana belum dapat
memenuhi kebutuhan di atas.

Pemulihan jangka menengah ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang


lebih umum setelah pemenuhan kebutuhan pribadi yaitu : pembangunan sarana
kesehatan umum darurat, tempat ibadah darurat, pembangunan sekolah darurat,
penyediaan air dan sanitasi serta pembangunan saluran air limbah dan
pengelolaan sampah

Pemulihan jangka panjang ditujukan untuk membangun kembali


(rekonstruksi) yang berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan.
Rekonstruksi dilakukan dengan melihat dampak bencana yang terjadi serta
kebutuhan dan prioritas masyarakat.

Fenomena tornado di berbagai daerah di Indonesia:

Berdasarkan data jumlah kejadian bencana angin ribut tahun 1990-2011,


dapat diketahui bahwa beberapa provinsi di Pulau Jawa memiliki jumlah kejadian
yang relatif lebih banyak dibanding di luar Jawa. Hal ini karena Pulau Jawa
dikelilingi oleh lautan seperti Lautan Hindia, Laut Jawa, Laut Natuna dan Selat
Malaka dan juga adanya dataran yang letaknya berdekatan dengan Jawa yaitu
Pulau Sumatera dan Benua Australia. Sehingga arus angin yang berasal dari
wilayah-wilayah tersebut mempunyai perbedaan suhu, tekanan dan kelembapan
yang relatif tinggi.Kondisi topografi Pulau Jawa yang heterogen yaitu banyak
terdapat perbukitan, pegunungan, lembah serta daerah dataran memungkinkan
adanya daerah-daerah yang lembab maupun kurang lembab. Tempat-tempat
angin naik (orografi) memiliki rata-rata kelembapan yang relatif tinggi dibanding
tempat-tempat angin turun.

Pada daerah bertopografi yang heterogen memungkinkan terjadinya


perbedaan suhu yang tinggi yang akan mempengaruhi gerakan angin sehingga
menyebabkan terjadinya pertemuan antar jenis angin yang menimbulkan adveksi
(pemanasan horisontal) seperti adveksi antara angin celah dan angin turun,
adveksi antara angin turun dan angin lembah. Melalui celah-celah pegunungan
hingga pada dataran rendah tersebutlah awal mula terjadinya adveksi front dingin
yang kebanyakan menimbulkan angin ribut di tempat bergunung seperti di
Jawa.Pergerakan angin dipengaruhi oleh kondisi kekasaran permukaan suatu
wilayah terkait dengan gaya gesekan. Gaya gesekan yang besar menyebabkan
pergerakan angin melemah.Pada daerah yang permukaannya datar dan halus
memiliki gaya gesek lemah, maka kecepatan angin akan besar. Oleh karena itu
angin kencang sering terjadi pada daerah dataran dan pesisir seperti topografi
pada Provinsi Jawa Tengah bagian utara dan selatan yang memiliki topografi
dengan permukaan yang relatif lebih halus dibanding bagian tengah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah


menginformasikan bahwa 1 tahun terakhir ini yaitu dari Bulan Agustus 2011
hingga Bulan November 2012, bencana angin ribut terjadi sebanyak 176 kejadian
yang menyebar di seluruh Indonesia. Dimana frekuensi angin ribut sebagian
besar terjadi di Pulau Jawa yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar kejadian
terjadi pada waktu siang hingga menjelang sore yaitu pada pukul 12.00 sampai
pukul 16.00. Suhu pada jam-jam inilah yang biasanya tercatat sebagai suhu
maksimum Geomedia Volume 11 Nomor 2 November 2013 197 rata-rata harian.
Pada rentang waktu tersebut suhu tercatat lebih tinggi dibandingkan rentang
waktu lainnya. Suhu maksimum merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya angin ribut. Dimana pemanasan atau semakin tingginya suhu di suatu
tempat akan mendorong terjadinya konveksi.

1) Seperti diketahui, terjadi angin puting beliung atau tornado di perairan


Waduk Gunung Mungkur, Desa Sendang, Kabupaten Wonogiri, Jawa
Tengah, pada Rabu, 20 Januari 2021 pukul 15.30 WIB. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, bahwa
fenomena itu juga disebut Waterspout karena terjadi di perairan atau di
atas permukaan air. Menurut analisis sementara BMKG, terjadinya
fenomena tersebut dipengaruhi adanya dinamika atmosfer yang
menunjukkan adanya sirkulasi siklonik di selatan Indonesia sehingga
memicu terbentuknya belokan angin dan pertemuan angin di wilayah
Jawa Tengah. Kondisi tersebut didukung dengan massa udara yang labil.
Serta, kelembaban udara yang cukup tinggi dari lapisan bawah sampai
lapisan atas sehingga mendukung proses pembentukan awan hujan di
Jawa Tengah, khususnya wilayah Wonogiri.
2) Pada bulan Juni dan Juli di tahun 2017 kecamatan kecamatan Bunga
Mayang 5 dan Martapura kabupaten OKU Timur terkena bencana angin
tornadoyang mengakibatkan kerusakan terhadap akses publik maupun
milik masyarakat. Banyak rumah warga yang rusak akibat dampak dari
angin tornado ini selain itu sekolah dan juga tempat ibadah ikut
berdampak buruk seperti tertimpa pohon yang ikut tumbang. Dalam data
awal yang diperoleh dari dinas kesehatan setempat berkoordinasi dengan
beberapa dinas terkait maka jumlah korban yang dapat diinformasikan
adalah sebanyak 0 Orang, terdiri dari 0 orang meninggal, 0 orang hilang,
0 Luka Berat/Rawat Inap , 0 Luka Ringan/Rawat Jalan dan 0 Orang
pengungsi. Namun kerusakan bangunan ada 40 rumah yang mengalami
kerusakan termasuk sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah. Di
tahun-tahun sebelumnya dampak yang ditimbulkan oleh bencana angin
tornadodi OKU Timur lebih besar, dengan data jumlah rumah atau
bangunan yang rusak akibat angin puting beliung disertai hujan deras di
sejumlah desa Ogan Komering Ulu Timur menjadi 855 buah.
Sebelumnya, berdasarkan data Satuan Pelaksana Penanggulangan
Bencana (Satlak PB) tercatat sekitar 700 rumah penduduk yang rusak.
Kerusakan umumnya terjadi pada atap genteng, jendela, dan pintu, yang
terbang diterjang angin. “Tornado terjadi sebanyak dua kali dalam dua
minggu terakhir yang menyebabkan kerusakan rumah warga dibagian
atap. Di Bunga Mayang. puluhan atap rumah warga rusak dan satu
sekolah tertimpa pohon. Sedangkan diwilayah Martapura, tepatnya di
Kotabaru, keromongan, dan perjaya terjadi hal serupa. Sejumlah rumah
warga mengalami kerusakana ringan dibagian atap”. Pernyataan tersebut
langsung di sampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah OKU Timur pasca terjadi angin tornado pada media cetak OKU
Timur Post.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, sigit. 2015. PENGEMBANGAN MODUL KESIAPSIAGAAN BENCANA


ANGIN PUTING BELIUNG UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN
GEOGRAFI UNNES. Jurnal geografi vol 12(2):144-145.
http://p2k.itbu.ac.id/id1/3057-2950/Tornado_222855_tornado-itbu.html

Ginanjar, Y. C. (2018). Proses Penanggulangan


Bencana.http://bpbd.babelprov.go.id/proses-penanggulangan-bencana/

Kemhan. 2017. Hanjar pencegahan dan mitigasi revisi.


https://www.kemhan.go.id/badiklat/wp-content/uploads/2017/12/HANJAR-
PENCEGAHAN-DAN-MITIGASIREVISIutk-PDF.pdf

Kompas. 2021. Fakta angin puting beliung yang muncul di waduk gajah mungkur.
https://regional.kompas.com/read/2021/01/21/11041001/7-fakta-angin-
puting-beliung-yang-muncul-di-waduk-gajah-mungkur?page=all

Kompas. 2020. Kenali 6 karakteristik putting beliungdan cara mengantisipasinya.


https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/25/170300623/kenali-6-
karakteristik-puting-beliung-dan-cara-mengantisipasinya?page=all

Media neliti. 2020. Pengembangan sistem informasi sms gateway.


https://media.neliti.com/media/publications/131413-ID-pengembangan-
sistem-informasi-sms-gatewa.pdf

Putra, Y. M. (2017). Pentingnya informasi peringatan


dini.https://www.balipost.com/news/2017/03/03/952/pentingnya-informasi-
peringatan-dini.html

Riadi, M. (2018, April 28). Pengertian, Jenis dan Manajemen Bencana.


Ruswandi. (2008). Identifikasi Potensi Bencana Alam dan Upaya Mitigasi yang
Paling. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan ,Vol 18(2); 1-19.

Anda mungkin juga menyukai