2 Mustika Fadilla
3 Rahmadani Purba
• Siklus Carnot merupakan salah satu teori siklus termodinamika. Melalui Siklus Carnot,
kita dapat mengetahui batas efisiensi yang dapat dicapai mesin termodinamika
klasik ketika mengkonversi panas menjadi kerja. Selain itu kita juga dapat
mengetahui perbedaan suhu reservoir panas dan dingin yang disebabkan oleh kerja
pada sistem. Siklus Carnot dapat kita terjemahkan ke dalam diagram P-V (Tekanan
– Volume) seperti pada diagram berikut:
Oleh karena itu, ada konsep yang dikenal dengan efisiensi mesin Carnot.
Efisiensi adalah perbandingan dari panas yang berubah menjadi usaha dengan
panas yang diserap. Mudahnya begini Squad, hasil bagi antara usaha yang
dilakukan dengan kalor yang diserap.
2
EFISIENSI MESIN CARNOT
Konsep cara kerja mesin Carnot dikenalkan oleh Sadi Carnot yaitu bahasan
mengenai mesin kalor ideal. Mesin kalor banyak dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan dalam kehidupan sehari – hari, misalnya pada lokomotif uap. Pokok
bahasan dalam mesin Carnot adalah bagaimana suatu mesin kalor dapat
menghasilkan efisiensi tertinggi. Besar usaha dan efisiensi mesin Carnot bergantung pada
besar nilai kalor (Q) dan suhu (T) yang terlibat dalam sebuah sistem. Sehingga, bahasan
mesin Carnot termasuk dalam termodinamika yaitu cabang ilmu Fisika yang
mempelajari hubungan antara panas/kalor dan usaha yang dilakukan oleh kalor
tersebut.
Rumus Usaha Mesin Carnot
Proses yang terjadi dalam siklus Carnot adalah sistem menerima kalor
Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu
rendah T2. Pada siklus Carnot, proses selalu kembali ke keadaan semula
sehingga ΔU = 0. Usaha yang dilakukan mesin Carnot sama dengan luas daerah
di dalam siklus suatu sistem. Sehingga, besar usaha (W) yang dilakukan mesin
Carnot diberikan seperti berikut.
Contoh Soal Usaha Mesin Carnot
Diketahui :
kalor yang diterima: Q1 = 1.000 J
rantang suhu kerja mesin: T1 = 600oK dan T2 = 300oK
W = Q1 – Q2
W = 1.000 J – 500 J
W = 500 J
Rumus Efisiensi Mesin Carnot
Mesin mengubah energi kalor (Q) menjadi usaha (W) namun biasanya
tidak dilakukan secara seempurna. Antara besar usaha yang dilakukan dan
besar kalor yang diserap memiliki perbandingan nilai. Perbandingan antara
besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap energi kalor yang diserapnya
(Q1) disebut sebagai efisiensi mesin. Persamaan matematis efisiensi mesin Carnot
diberikan seperti pada persamaan berikut.
Contoh Soal Efisiensi Mesin Carnot
1. Sebuah mesin Carnot yang menggunakan reservoir suhu tinggi bersuhu 800 oK dan
memiliki efisiensi 40%. Berapakah suhu pada reservoir bersuhu rendah?
Diketahui:
Efisiensi mesin Carnot: η = 40%
suhu pada reservoir bersuhu tinggi: T1 = 800 oK
Ditanya :
suhu pada reservoir bersuhu rendah (T2)
Jawab :
Jadi, besar suhu pada reservoir bersuhu rendah mesin Carnot tersebut adalah
480oK.
2. Sebuah mesin carnot menyerap kalor sebesar 1.000 kJ yang bekerja pada reservoir
bersuhu 300oK dan 200oK. Besar kalor yang terbuang oleh mesin adalah ….
Diketahui :
kalor yang diserap mesin: Q1 = 1.000 kJ
suhu awal: T1 = 300 oK
suhu akhir: T2 = 200 oK
Ditanya:
besar kalor yang terbuang oleh mesin (Q2)
Jawab :
Jadi, besar kalor yang terbuang oleh mesin adalah 6662/3 kJ.
3
SIKLUS OTTO
• Siklus Otto adalah siklus termodinamika ideal yang menjelaskan kerja
mesin piston pengapian percikan yang khas dan siklus ini secara khusus
menjelaskan, apa yang terjadi jika massa gas mengalami perubahan
karena tekanan, suhu, volume, masukan panas, dan pelepasan panas.
• Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala
bunga api. Pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini,
campuran bahan bakar dan udara dibakar dengan menggunakan
percikan bunga api dari busi. Piston bergerak dalam empat langkah
(disebut juga mesin dua siklus) dalam silinder, sedangkan poros engkol
berputar dua kali untuk setiap siklus termodinamika.
Mesin seperti ini disebut mesin pembakaran internal empat langkah
1. Campuran udara dan uap bensin dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika
piston bergerak ke atas (langkah kompresi / compression stroke).
2. Karena ditekan secara adiabatik maka suhu dan tekanan campuran meningkat.
Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara dan
uap bensin terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah.
Gas bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan
mendorong piston ke bawah (power stroke).
3. Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan
menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan / exhaust stroke).
4. Katup masukan terbuka lagi, campuran udara dan uap bensin mengalir dari
karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah (langkah masukan
/ intake stroke). Selanjutnya ke-empat langkah diulang kembali.
Secara thermodinamika, siklus ini memiliki 4 proses thermodinamika yang
terdiri dari 2 buah proses isokhorik (volume tetap) dan 2 buah proses adiabatis
(kalor tetap). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram tekanan (p) vs
temperatur (V) berikut:
Maksud siklus seperti pada gambar di atas beserta penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Langkah isap (0-1) dan langkah buang (1-0) dianggap sebagai proses
tekanan tetap.
2. Langkah pemampatan (1-2) dianggap berlangsung secara adiabatik,
karena proses tersebut berlangsung sangat cepat sehingga dianggap tidak
ada panas yang sempat keluar sistem.
3. Proses pembakaran (garis 2-3) dianggap sebagai pemasukan (pengisian)
kalor pada volume konstan.
4. Langkah kerja (3-4) dianggap juga berlangsung adiabatik. Penjelasan
sama dengan nomor 2.
5. Proses penurunan tekanan karena pembukaan katup buang (garis 4-1)
dianggap sebagai pengeluaran (pembuangan) kalor pada volume tetap.
6. Fluida kerja dianggap gas ideal sehingga memenuhi hukum-hukum gas
ideal.
Beberapa rumus yang digunakan untuk menganalisa sebuah siklus Otto adalah sebagai
berikut:
Penyelesaian:
Efisiensi dari siklus ini diberikan oleh
1
𝜂 =1−
𝑟 𝛾−1
Dimana r = rasio kompresi = 10
1
𝜂 =1− = 0,602 = 60,2%
101.4−1
Untuk proses kompresi
𝑇2
= 𝑟 𝛾−1
𝑇1
𝑇2
= 101.4−1
473
𝑇2 = 1188 𝐾
Lanjutan