Anda di halaman 1dari 2

MANAQIB PERJUANGAN SYEKH AKBAR ABDUL FATTAH R.A.

Syekh Akbar Abdul Fattah adalah sosok ulama dan Mursyid yang banyak
memberikan kontribusi untuk kemajuan Agama dan ikut berperan dalam usaha
meraih kemerdekaan dan mencerdaskan bangsa, melalui gerakan pembaharuan
Islam dengan manhaj Tarekat Sanusiyah yang dibawanya dari tanah suci Mekah.

Sejak kecil Beliau gemar menuntut ilmu di berbagai Pesantren, dengan kegigihan
dan keuletannya dalam belajar, Beliau menjadi santri yang terpandai di Pesantren
kala itu, sehingga gurunya, KH. Suja'i atau lebih dikenal sebagai Mama' Kudang
menyebutnya dengan sebutan ‘si Linggis’.

Syekh Akbar Abdul Fattah memiliki keinginan yang kuat dalam mencari kebenaran,
terbukti setelah Beliau membahas tafsir Al Qur’an surah Al Kahfi ayat: 17, yang
menjelaskan pentingnya mencari sosok Guru Mursyid, walau halangan dan
rintangan sangat berat, Beliau tidak ragu untuk berkorban meninggalkan harta,
keluarga dan kampung halamannya.

Dalam catatan kehidupannya, Beliau belajar kepada Ulama mujahid yang ditakuti
bangsa penjajah Barat saat itu, Syekh Ahmad Syarif As Sanusi Al Khaththabi.

Selama belajar tarekat kepada Syekh Ahmad Syarif as Sanusi, ia sempat


mengalami berbagai ujian. Dengan keyakinan yang kuat dan kebersihan hatinya,
semua ujian berhasil dilewatinya. Rasa ridha sebagai murid ketika mengalami ujian
demi ujian menunjukkan berlian dan keyakinan hati yang tegar bagaikan gunung.

Syekh Akbar membawa Idrisiyyah ke Indonesia dalam suasana penjajahan dan


peperangan. Petunjuk Ruhani Rasulullah Saw telah mengabarkan bahwa dengan
barokah masuknya Tarekat Rasulullah, maka kemerdekaan akan segera terwujud di
negeri ini. Indonesia akan terbebas dari cengkeraman penjajah yang sudah berjalan
selama 3 abad. Namun kabar gembira tersebut bukan menjadi sekadar angin segar
yang melenakan dan menyebabkan menurunnya semangat Beliau dalam
menegakkan kebenaran. Beliau terus memotivasi para Santri dan jamaahnya untuk
terus berjuang untuk bertahan menghadapi kondisi tekanan penjajah saat itu.

Para santri saat itu terkenal dengan keberaniannya dalam melawan penjajah.
Pasukan Hizbullah yang terdiri dari kaum santri disebut dan dikenal dengan Kompi
Istimewa Kota Agung.

Suatu hari, dalam perang kemerdekaan, pasukan Hizbullah, yang terdiri dari para
santri pimpinan Syekh Akbar Abdul Fatah, dibombardir oleh pesawat Belanda. Satu
persatu bom jatuh ke halaman masjid namun, bom-bom itu tidak meledak. Saat
bom-bom tersebut jatuh, santri-santri hanya berteriak ‘Madaaad Syekh Akbaar
jangan meledaaak…’ Bom itu jadi diam tak bergerak. Ketika semua santri keluar
menjauhi area berbahaya tersebut, barulah mereka berteriak kembali ‘Madaaad
Syekh Akbaar … meledak’. Maka bom meledak satu demi satu, seakan ‘menuruti’
kemauan para santri ketika itu.
Para pejuang tarekat ini ikut bergerilya ke berbagai pelosok dalam rangka
berstrategi melawan musuh dari luar dan dalam. Untuk membekali mereka, Syekh
Akbar Abdul Fatah telah memberikan para santrinya curahan air keyakinan sebelum
mereka merasakan curahan air karamah yang didoakan. Sebelum mereka
berangkat mereka mandi dan meminum air karamah tersebut sehingga tidak
mempan oleh peluru atau senjata tajam. Bahkan pejuang dari luar pun ikut
merasakan keampuhan air karamah tersebut.

Pada masa sesudah kemerdekaan pun pasukan ini kembali beraksi melawan
komplotan pemberontak DI/TII. Banyak Ulama di Jawa Barat terjebak dengan
keputusan mendukung pemberontak yang akhirnya ikut dibasmi bersama. Pilihan
Tarekat Rasulullah selalu berada dalam garis petunjuk dan bimbingan Allah
sehingga di saat-saat genting tidak mengalami kesalahan fatal dalam mengambil
setiap keputusan.

Syekh Akbar Abdul Fatah wafat pada 1947 dalam usia 63 tahun. Beliau telah
meninggalkan banyak catatan perjuangan dan keteladanan bagi umat dan
masyarakat. Sosok Beliau adalah keteladanan kritisnya orang yang berilmu,
ketegarannya seorang mujahid, ketegasan dan konsistennya seorang Ulama,
keberaniannya seorang pejuang, kezuhudan dan kefaqiran seorang Sufi, dan
keikhlasannya seorang pahlawan. Beliau adalah sosok yang amat patut dikenang
walau 'pahlawan tanpa tanda jasa' masih disematkan. Beliaulah pahlawan
sesungguhnya,  yakni pahlawan bagi pembebasan manusia dari hawa nafsu di
Medan Perang Akbar.

Al Fatihah.

Anda mungkin juga menyukai