23.12.20 - NCSTT ITB - Paparan Ringkas FGD Bali Selatan FGD II - 18.07 Copy 2
23.12.20 - NCSTT ITB - Paparan Ringkas FGD Bali Selatan FGD II - 18.07 Copy 2
KERJASAMA BALITBANGHUB-ITB
KAJIAN ISU STRATEGIS KEBIJAKAN SEKTOR TRANSPORTASI MERESPONS PANDEMI COVID-19
Outline Presentasi
§ Pendahuluan
§ Metodologi
§ Analisis Tata Ruang, Potensi Daerah, Sosial dan Lingkungan
§ Analisis Trase Awal berdasarkan Aspek Teknis, Tata Ruang,
dan Sosial/Budaya
§ Analisis Pola dan Permintaan Pergerakan berdasarkan Hasil
Kuesioner Stated Preference
§ Rekomendasi Skenario Pola Operasi dan Alternatif Trase
§ Analisis Finansial
§ Analisis Dampak Ekonomi
Gambaran Umum Studi
Tujuan Studi:
Output Studi: Laporan Pra-Studi Kelayakan Angkutan Umum Massal untuk Kawasan
Perkotaan Bali Selatan.
1. Mengkaji terhadap kajian terdahulu, potensi daerah, regulasi tata ruang, tatanan transportasi
wilayah, masterplan di wilayah studi.
2. Menentukan trase sistem angkutan umum massal dengan mempertimbangkan potensi daerah,
aspek transportasi perkotaan dan aspek teknis.
3. Mengkaji beberapa alternatif pemilihan sarana (moda) yang sesuai dengan kondisi, di
antaranya:
• Sistem sarana yang cocok untuk pola operasi yang terpilih
• Sistem infrastruktur pendukung yang meliputi catudaya dan charging
4. Pengkajian terhadap skema tarif setiap skenario moda, termasuk tarif komersial berdasarkan
skema investasi;
5. Menganalisis potensi demand atau permintaan berdasarkan skenario alternatif trase dan
moda.
6. Membuat kajian finansial terhadap 3 jenis alternatif moda transportasi yang paling
memungkinkan untuk diimplementasikan berdasarkan rekomendasi teknis, legal dan teknologi
7. Menyusun rekomendasi dan tahapan implementasi selanjutnya
Metodologi
Pengumpulan Data dan Analisis
Ketercapaian Pengumpulan Data Sekunder
No. Kebutuhan Data Kemenhub Bali Denpasar Badung Tabanan Lainnya Catatan
1 Kondisi Lalu Lintas (VCR) V V V
2 Kondisi Geometri dan Kapasitas Jalan V V V Kab. Badung tidak ada data geometri
3 Kecepatan Rata-Rata V V V
4 Matriks O-D antar Kabupaten V
Catatan:
5 Matriks O-D antar Kecamatan X X X X X • Data juga
6 Data Angkutan Umum X V X V dikumpulkan
7 Rencana Tata Ruang V V V V melalui FGD 1
8 Rencana dan Masterplan Pengembangan Kawasan di
pada tanggal 27
Provinsi Bali
X Nov 2020
9 Rencana Induk Transportasi X V X X
• Kondisi guna
lahan di sepanjang
10 Studi transportasi terkait dengan pergerakan masyarakat, X (BPTD Wil. XII)
kinerja jalan, dan lainnya yang ada di Provinsi Bali
X koridor dan
geometri jalan
11 Studi Pengembangan Rail Transit di Provinsi Bali V (PT KAI); V (PT Nindya
Karya)
diperoleh melalui
X
survei drone dan
X (PT Angkasa Pura I)
google maps
12 Data Lama dan Lokasi Menginap Wisatawan X X X -
13 Data Cagar Budaya V V V -
14 Rencana Pengembangan Terminal Mengwi X X (BPTD Wil. XII)
15 Layanan dan Demand Buy-The-Service V - Demand tidak ada
16 Demand Penumpang Pelabuhan Benoa V (PT Pelindo III)
17 Demand Penumpang Bandara I Gusti Ngurah Rai X (PT Angkasa Pura I)
18 Demand Penumpang Terminal Mengwi X (BPTD Wil. XII)
Data Primer:
Alur Kuesioner Peningkatan Pelayanan Transportasi
Pictures courtesy of Yurikamome Line, Korea Rail Network Authority/PT Nindya Karya, CRRC, PT TransJakarta
Perbandingan Moda Mass Transport
% Kemiringan = 0.55%
Sebagian trase
terletak pada zona
rawan Tsunami &
Banjir
Kawasan Kuta memiliki
potensi tsunami sedang
hingga tinggi terutama
pada stasiun Depo, I
Gusti Ngurah Rai,
Benoa, dan Kuta
Discovery
Sumber: GITEWS, 2020; RTRW Prov. Bali 2009-2029
Kesesuaian dengan Potensi Bangkitan & Tarikan
(Ekonomi Daerah)
§ Kegiatan wisata umumnya tersebar
di seluruh lokasi namun terpusat di
area sepanjang Pantai Kuta dan
juga berlokasi tidak terlalu jauh
dari trase.
§ Pusat perbelanjaan lebih terpusat
di Selatan Kawasan dan Kota
Denpasar.
§ Fasilitas umum seperti rumah sakit-
rumah sakit dan juga beberapa
kampus lebih terpusat di Kota
Denpasar.
§ Melintasi destinasi pariwisata
daerah Bali Selatan: KSPD Kuta,
Canggu, dan Tanah Lot à namun
perlu angkutan pengumpan untuk
menghubungkan ke area pantai.
§ Perlu bangkitan/tarikan baru
khusus di trase bagian Utara dari
Canggu ke Mengwi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terdapat 14 pura yang masuk ke dalam radius
100 m dari trase yaitu:
• Pura Desa Kuta yang berjarak sekitar 18 meter
• Pura Hyang Taman Gede sekitar 16 meter
• Pura Taman Merthasari sekitar 8 meter
• Pura Siwayahan Kerobokan sekitar 30 meter
• Pura Hayang Pasek sekitar 42 meter
• Pura Dalem Tegal sekitar 25 meter
• Pura Samuan Tiga sekitar 18 meter
• Pura Luhur Gede Penataran sekitar 13 meter
• Pura Luhur sekitar 9 meter
• Pura Ciwa sekitar 25 meter
• Pura Puseh Miwah, Pura Desa sekitar 7 meter
• Pura Tangkas Kori Agung Pandak Bandung
• Pura Desa dan Puseh sekitar 13 meter
• Pura Desa Abiantuwung sekitar 8 meter
Kedua trase tersebut juga termasuk batas suci Pura Dan Kahyangan yaitu di sekitar Terminal
Mengwi dan di sekitar Kerobokan, Kuta Utara. Dalam radius kesucian pura hanya diperbolehkan
untuk: pembangunan fasilitas keagamaan, dan ruang terbuka yang dapat berupa ruang terbuka
hijau maupun budidaya pertanian.
Analisis Trase Awal
Berdasarkan Kesesuaian Teknis, Tata Ruang, dan Sosial/Budaya
Analisis Geometri Jalan
§ Jl. Sunset Road merupakan jalan yang cukup lebar dan dikelilingi oleh area perumahan, wisata dan perdagangan
dan jasa.
§ Jalan pada ruas ini merupakan jalan 6 lajur 2 arah yang terbagi (6/2 D) oleh median. Dengan melihat lebar jalan
ini, maka terdapat potensi untuk menggunakan salah satu lajur sebagai trase transportasi umum.
Segmen Jl. Kerobokan
§ Segmen Jl. Kerobokan merupakan jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi (2/2 UD) dengan lebar sekitar 6 meter.
Kondisi geometri yang cukup sempit ini membuat segmen jalan ini memberikan ruang yang terbatas untuk
pembangunan prasarana transportasi umum yang baru.
§ Kondisi tata guna lahan di sekitarnya merupakan area perumahan dan area perdagangan dan jasa.
Segmen Jl. By Pass – Tanah Lot
§ Segmen Jl. By Pass – Tanah lot juga merupakan jalan 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD) dengan lebar sekitar 5.5 m. Kondisi
geometri jalan untuk segmen ini juga terbilang sempit sehingga tidak menyisakan banyak ruang untuk pengoperasian moda
transportasi umum baru.
§ Tata guna lahan di sekitar jalan ini didominasi oleh area permukiman dan persawahan/perkebunan (green fields).
Persawahan/perkebunan di sekitarnya juga terbilang selang-seling dengan area permukiman.
Segmen Jl. Pantai Nyanyi – Tanah Lot
§ Segmen jalan Jl. Pantai Nyanyi – Tanah lot juga merupakan jalan yang cukup sempit, dengan 2 lajur 2 arah tak terbagi
(2/2 UD) dan lebar sekitar 5 meter. Kondisi geometrik dan tata guna lahan dari segmen jalan ini membuat sangat
terbatasnya lahan untuk pengembangan prasarana transportasi baru dan pengoperasian sarana transportasi yang
memerlukan jalan yang lebih lebar.
§ Tata guna lahan di sekitar segmen jalan ini didominasi oleh area permukiman dan sebagian kecilnya merupakan area
perdagangan dan jasa. Segmen jalan ini dekat dengan akses ke wisata pantai.
Segmen Jl. Tanah Lot – Jl. Teuku Umar
§ Segmen Jl. Tanah Lot – Jalan Teuku Umar juga merupakan jalan 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD). Lebar jalan untuk
segmen ini adalah sekitar 5.5 m. Dapat dilihat kedua mobil yang sedang berpapasan dengan ruang yang sangat sempit
diantaranya. Hal ini menunjukan bahwa jalan pada segmen ini memiliki ruang yang sangat terbatas untuk penerapan
sarana dan prasarana transportasi umum.
§ Tata guna lahan didominasi oleh kawasan permukiman.
Segmen Jl. Raya Denpasar – Gilimanuk
§ Segmen jalan ini merupakan jalan 4 lajur 2 arah tak terbagi (4/2 UD) dengan lebar sekitar 11 m.
§ Tata guna lahan di sekitar segmen jalan ini merupakan kawasan permukiman dan bisnis.
§ Dengan kondisi seperti ini, jalan ini masih menyisakan ruang untuk pengoperasian sarana dan transportasi umum.
Analisis Kinerja Jalan: Kuta Utara, Kuta dan Kuta Selatan
0,68
Volume Capacity Ratio (VCR)
0,7 0,65
0,6
0,53 46%
0,5
0,48
0,44
0,4
0,38 48%
0,33
0,3 0,25
0,2
0,1 B C D
0
Maks Min Rata-Rata
0,06 0,05
0,04
0,02
0,00
Maks Min Rata-Rata
Analisis Kinerja Jalan – di Kota Denpasar
0,70
0,60
0,50
0,40
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00 64%
Maks Min Rata-Rata
B C D
Catatan:
• Rata-rata VCR pada ruas jalan di Kota Denpasar adalah 0.7
• Mayoritas ruas jalan di Kota Denpasar memiliki level of service C (64%)
Ringkasan Hasil Analisis Geometri dan Kinerja Jalan
lajur 2 arah (divided) dengan lebar jalan sekitar 15 m dan Jalan Raya 10
sekitar 11 m.
Meter
6
satu bagiannya adalah tempat suci (merajan/sanggah). Kawasan ini Kecepatan Rata-rata di Jalan Kab. Tabanan
tidak boleh dilewati oleh transportasi umum yang elevated
§ Apabila transportasi umum akan diterapkan di rute ini, maka 41%
kecepatannya perlu diusahakan melebihi kecepatan rata-rata
kendaraan eksisting (30 km/jam s.d 40 km/jam) agar moda tersebut 59%
Contoh halte minimalis di Seoul: medium, small, dan pole-only stop (dari kiri ke kanan)
Analisis Kondisi Eksisting dan Kelayakan Moda
Karang-
Denpasar Badung Tabanan Bangli Buleleng Gianyar Jembrana Klungkung
asem Total
947.100 670.200 445.700 227.300 660.600 512.200 278.100 416.600 179.100
Pop. 3389800
Jumlah 27.9% 19.8% 13.1% 6.7% 19.5% 15.1% 8.2% 12.3% 5.3%
Penduduk 466 252 60 8 16 95 5 20 15
Resp. 937
49.7% 26.9% 6.4% 0.9% 1.7% 10.1% 0.5% 2.1% 1.6%
Jenis Kelamin Pop. 52% 51% 49% 51% 48.90% 50.90% 48% 50% 48.90% 50.7%
(Pria) Resp. 52% 48% 45% 37% 31% 54% 100% 80% 60% 56.9%
Segmentasi Responden: Status Keberadaan & Jenis Kelamin
Status Jumlah
Penduduk Bali (KTP Bali) 868
Penduduk pendatang yang
menetap di Bali (Tidak ber-KTP 69
Bali)
Wisatawan 145
Total 1.082
Usia Jumlah
<17 10
17-20 105
21-30 658
31-40 154
41-50 73
51-60 73
>60 9
Total 1.082
Pendidikan Jumlah
SD/sederajat 3
SMP/sederajat 6
SMA/sederajat 233
D1/D2/D3/ sederajat 93
D4 52
S1 527
S2/S3 168
SD/sederajat 3
Total 1.082
Segmentasi Responden: Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah
PNS/ASN/PPNPN 184
TNI/POLRI 10
Pegawai BUMN/BUMD 79
Dosen Non PNS/ASN 33
Guru Non PNS/ASN 18
Karyawan Swasta 348
Wiraswasta/berdagang 56
Honorer/Pekerja Kontrak 75
Pensiunan 2
Pelajar/Mahasiswa 221
Ibu Rumah Tangga 10
Lainnya* 46
Total 1082
*Lainnya:
- Pengemudi kendaraan pribadi
- Pengemudi angkutan umum
orang/barang
- Pekerja dengan penghasilan harian/tidak
tetap
Pergerakan Asal-Tujuan Penduduk Bali (KTP & Non KTP)
Kuta Utara
Denpasar
Denpasar
Mengwi
Selatan
Kediri
Barat
OD Wilayah Deliniasi
Kuta
O
Trase Denpasar dan Kabupaten Badung
• Tarikan pergerakan terbesar menuju Kota Denpasar
Denpasar Selatan 28 17 32 15 7 0 99 dan Kabupaten Badung
Denpasar Barat 40 16 16 18 5 0 95 • Interaksi pergerakan terbesar adalah pergerakan
Kuta 15 15 2 11 3 0 46 internal Kota Denpasar (Denpasar Barat-Denpasar
Kuta Utara 12 7 10 10 5 2 46
Selatan) dan pergerakan eksternal Kota Denpasar-
Mengwi 9 4 6 12 4 0 35
Kediri 3 2 5 4 0 8 22 Kabupaten Badung (Denpasar Barat-Kuta Utara)
D 107 61 71 70 24 10 343
Kalibrasi Matrix Asal-Tujuan Penduduk Bali (KTP & Non KTP)
Karangasem
Klungkung
Jembrana
Denpasar
Buleleng
Tabanan
Gianyar
Badung
Total O
Bangli
O/D berdasarkan ATTN Provinsi Bali
Badung 3,23% 9,58% 19,50% 3,20% 4,20% 2,08% 24,29% 33,91% 15,67%
Bangli 9,30% 19,43% 24,74% 0,62% 23,68% 4,45% 3,50% 14,20% 6,05%
Buleleng 12,51% 9,94% 7,01% 10,43% 16,09% 1,68% 17,45% 24,97% 12,87%
Gianyar 23,92% 11,20% 6,22% 1,12% 9,28% 6,01% 4,81% 37,53% 13,06%
Jembrana 13,80% 0,99% 33,76% 4,05% 2,67% 1,44% 18,01% 25,30% 4,63%
Karangasem 7,17% 14,41% 19,94% 12,76% 1,00% 16,87% 2,33% 25,52% 9,75%
Klungkung 7,33% 5,96% 4,33% 18,39% 1,16% 35,38% 1,99% 25,56% 4,57%
Tabanan 34,44% 1,84% 17,79% 5,73% 5,83% 2,01% 0,82% 31,54% 11,62%
Denpasar 23,65% 3,63% 13,86% 22,37% 4,30% 11,33% 5,19% 15,67% 21,79%
Total D 16,12% 5,96% 12,28% 13,27% 3,79% 9,81% 4,53% 11,46% 22,78% 100%
Karangasem
Klungkung
Jembrana
Denpasar
Buleleng
Tabanan
Gianyar
Badung
Total O
Bangli
Alasan Jumlah
Lebih selamat 2
Lebih aman 32
Lebih nyaman 122
Lebih mudah didapat (diakses) 102
Lebih cepat 382
Lebih hemat/efisien 214
Tidak ada pilihan lain 83
Total 937
Asal Wisatawan & Kunjungan Terakhir
N = jumlah observasi
Preferensi Pemilihan Moda
N = jumlah observasi
Potensi Demand Pergerakan Lokal:
Estimasi Bangkitan Pergerakan
Demand Demand pergerakan per
Kecamatan Demand pergerakan per hari per moda hari per moda
pergerakan /
terdampak Trolley Hybrid Sepeda Angkutan Angkutan
hari
AGT/LRT ART Bus Bus Mobil Motor Umum Pribadi
Denpasar Selatan 78,927 28,501 16,527 9,298 6,480 3,283 14,846 60,805 18,130
Denpasar Timur 40,721 14,704 8,527 4,797 3,343 1,694 7,660 31,371 9,354
Denpasar Barat 70,162 25,335 14,692 8,265 5,760 2,919 13,197 54,053 16,116
Denpasar Utara 51,622 18,641 10,810 6,081 4,238 2,147 9,710 39,770 11,858
Kuta 27,865 10,062 5,835 3,282 2,288 1,159 5,241 21,467 6,401
Kuta Utara 34,161 12,335 7,153 4,024 2,805 1,421 6,426 26,317 7,847
Mengwi 31,775 11,474 6,654 3,743 2,609 1,322 5,977 24,479 7,299
Kuta Selatan 41,789 15,090 8,751 4,923 3,431 1,738 7,860 32,194 9,599
Tabanan 18,540 6,695 3,882 2,184 1,522 771 3,487 14,283 4,259
Kediri 23,552 8,505 4,932 2,774 1,934 980 4,430 18,144 5,410
Total 419,112 151,341 87,762 49,371 34,409 17,435 78,835 322,884 96,270
• Demand pergerakan diestimasi berdasarkan jumlah penduduk usia kerja di setiap kecamatan terdampak dan
dikalibrasi berdasarkan data ATTN 2018.
• Asumsi pergerakan bekerja dalam lima hari seminggu; trip rate = 1.43 pergerakan / hari.
• Demand pergerakan per moda per hari diestimasi dari rata-rata probabilitas pemilihan moda berdasarkan
hasil survei SP.
• Pergerakan wisatawan tidak diestimasi, mengingat pergerakan lokal sangat mendominasi (94% - Data ATTN
2018)
Potensi Demand Pergerakan Lokal:
Estimasi Pola Pergerakan di Kecamatan Terdampak
• Estimasi distribusi
Denpasar
Denpasar
Denpasar
Denpasar
Tabanan
Mengwi
Selatan
Selatan
Timur
Kediri
Utara
Utara
Barat
pergerakan (trip/hari)
Kuta
Kuta
Kuta
O/D
Oi
menggunakan metode
singly constrained
Denpasar Selatan 44602 8880 4287 7763 4200 5128 2328 1048 434 448 78404 gravity model dan
diiterasi dengan
Denpasar Barat 10920 24127 11648 9456 7052 5320 10236 3342 3089 1428 86426 menggunakan metode
Denpasar Utara 4954 10945 16245 8150 1977 1492 5451 4661 2268 2338 58566 Furness
• Estimasi distribui
Denpasar Timur 8603 8522 7816 8746 1311 1161 2623 1910 792 816 43198 pergerakan ini
Kuta 3652 4985 1487 1029 5260 7539 2483 427 544 182 28005 mengakomodir seluruh
moda (angkutan
Kuta Selatan 2954 2492 743 604 4995 18747 1241 213 319 107 31726 umum & pribadi) hasil
Kuta Utara 1962 7015 3976 1995 2407 1816 6638 2167 2352 1087 33014 dari stated preference
Mengwi 548 1420 2108 901 257 194 1344 10862 5284 7511 28568
Kediri 589 944 2662 1841 200 208 893 3800 1575 1906 16107
Tabanan 144 831 649 236 207 183 923 3345 6896 2716 15100
Dj 78927 70162 51622 40721 27865 41789 34161 31775 23552 18540 419112
• Bangkitan pergerakan terbesar diproduksi oleh Denpasar Barat, dimana pergerakan terbesar berupa
pergerakan intrazonal, disusul pergerakan menuju Kuta Utara.
• Tarikan pergerakan terbesar menuju Denpasar Selatan, dimana pergerakan terbesar berupa pergerakan
intrazonal, disusul pergerakan yang berasal dari Denpasar Barat.
Estimasi Pola Pergerakan Berdasarkan OD Pairs Dengan
Perjalanan Melalui Trase Transportasi Umum yang Dianalisis
Denpasar
Denpasar
Denpasar
Denpasar
Tabanan
Mengwi
Selatan
Selatan
Timur
Kediri
Utara
Utara
Barat
Kuta
Kuta
Kuta
O/D
Oi
Denpasar Selatan - - - - 4,200 - 2,328 1,048 434 - 8,010
Denpasar Barat - - - - 7,052 - 10,236 3,342 3,089 - 23,718
Denpasar Utara - - - - - - - - - - -
Denpasar Timur - - - - - - - - - - -
Kuta 3,652 4,985 - - 5,260 - 2,483 427 544 - 17,350
Kuta Selatan - - - - - - - - - - -
Kuta Utara 1,962 7,015 - - 2,407 - 6,638 2,167 2,352 - 22,541
• Bangkitan pergerakan terbesar diproduksi oleh Denpasar Barat dengan tujuan pergerakan ke Kuta dan Kuta
Utara
• Tarikan pergerakan terbesar dihasilkan oleh Kuta Utara dengan asal pergerakan dari Denpasar Barat
• Interaksi pergerakan tertinggi terjadi antara Denpasar Barat dan Kuta Utara
Hasil Estimasi Weighted* Multinomial Logit Model
Robust t-
Variable Value
Affected alternative test** *Pembobotan berdasarkan jumlah pergerakan wisatawan dan lokal
ASC_1 AGT/LRT 0.78 0.42
ASC_2 ART -0.25 -0.14 (masing-masing 5,6% dan 94,4%)
ASC_3 TB -1.03 -0.57 ** Bold & italic - Signifikan pada tingkat kepercayaan 95%
ASC_4 HB -1.23 -0.67
ASC_6 SM -0.17 -0.28
B1_TT AGT/LRT -2.57 -26.33
B1_TT ART -2.70 -21.52 Probabilitas
B1_TT TB, HB -1.58 -18.68
Trolley
B1_TT MB -0.90 -2.22
AGT/LRT ART Bus Hybrid Bus Mobil Sepeda Motor
B1_TT SM -2.05 -8.32
B2_COST MB, SM -0.82 -4.89
Weighted average 36.11% 20.94% 11.78% 8.21% 4.16% 18.81%
B2_COST AGT/LRT, ART, TB, HB -0.47 -13.24 Minimum 8.32% 2.70% 0.48% 1.22% 0.43% 0.47%
B3_HEADWAY AGT/LRT, ART, TB, HB -0.03 -19.45 Maximum 80.28% 55.35% 51.73% 34.52% 37.24% 50.81%
B4_ELEVATED AGT/LRT, ART 0.18 4.48 N 3641 2017 1138 791 442 1709
B4_UNDERGROUND AGT/LRT 0.10 1.58
B5_RESIDENT AGT/LRT -0.62 -5.67
B5_RESIDENT MB -0.69 -3.80
B5_RESIDENT SM 0.80 3.09
B6_GENDER AGT/LRT 0.19 4.08
B7_DAILYPRIVATE AGT/LRT, ART, TB, HB -0.62 -5.18
B7_MANDATORY TB, HB -0.18 -2.32
B7_MANDATORY SM 0.37 3.63
B8_AGE ART 0.11 4.07
B8_AGE MB 0.32 6.75
B8_AGE SM -0.12 -3.54
B9_Diploma MB -0.37 -3.45
B9_Diploma SM 1.17 8.43
B9_SMA AGT/LRT -0.40 -6.88
B9_SMA SM 1.24 8.14
Final log likelihood: -13713.79
Rho-square-bar for the
0.212
init. model:
Analisis Elastisitas
Elastisitas
Moda AGT/LRT ART Trolley Bus Hybrid Bus Mobil Sepeda Motor
Probabilitas 36.11% 20.94% 11.78% 8.21% 4.16% 18.81%
Elastisitas -2.75 -3.38 -3.80 -3.95 -7.75 -6.23
• Angkutan umum AGT/LRT menjadi moda yang paling diminati oleh semua segmen
dalam berbagai kategori usia (kecuali untuk < 17 tahun), status kependudukan di Bali,
dan penggunaan moda eksisting.
• Responden dengan biaya dan waktu tempuh rendah cenderung memilih sepeda
motor.
• Secara umum, bangkitan pergerakan terbesar berasal dari Denpasar Barat, sedangkan
tarikan pergerakan terbesar menuju Denpasar Selatan.
• Untuk pergerakan yang dapat terlayani oleh trase AU yang dianalisis, interaksi
tertinggi terjadi antara Denpasar Barat dan Kuta Utara.
• Bangkitan pergerakan terbesar dihasilkan oleh Kecamatan Denpasar Barat yang
memiliki interaksi pergerakan yang cukup intens dengan Kecamatan Kuta Utara
• Permintaan terhadap angkutan pribadi (mobil dan sepeda motor) sangat sensitif
terhadap perubahan biaya perjalanan, sedangkan terhadap angkutan umum lebih
sensitif terhadap perubahan waktu tempuh.
Skenario Trase & Pola Operasi
Moda Bis Listrik (Hybrid) dan LRT/AGT
Dasar Perhitungan
1. Perhitungan demand dari electric bus dan LRT didasarkan pada OD matrix kecamatan
terdampak dan jumlah pergerakan per kecamatan dengan menggunakan moda tertentu
yang termasuk pada survey stated preference.
2. Karena OD matrix yang ada merupakan pergerakan untuk semua moda, maka dilakukan
penyesuaian agar OD matrix hanya mencakup pergerakan yang menggunakan hybrid bus
dan LRT.
3. Hal ini dilakukan dengan mengalikan cell pada OD matrix dengan probabilitas modal shift
hasil survei stated preference.
4. OD pair pada OD matrix juga dipilah berdasarkan OD pair yang perjalanannya perlu melewati
trase transportasi umum yang dianalisis.
5. OD matrix yang sudah disesuaikan dan OD pair yang sudah dipilih kemudian dijadikan dasar
untuk estimasi jumlah kebutuhan armada bus dan LRT.
6. Estimasi jumlah kebutuhan armada juga dilakukan hingga 30 tahun sejak transportasi
umum tersebut beroperasi
7. Estimasi didasarkan pada growth rate penumpang sebesar 6% per tahun
8. Melalui estimasi ini, akan dilihat apakah electric bus dan LRT mampu mengakomodir
pertambahan penumpang selama 30 tahun kedepan
Modal Shift – Berdasarkan Hasil Survey Stated Preference
Catatan:
18,81% AGT/LRT dan ART merupakan
moda transportasi umum yang
paling diminati oleh responden
36,11% AGT/LRT
4,16% ART
Trolley Bus
Hybrid Bus
8,21%
Mobil
Sepeda Motor
11,78%
20,94%
1. Rekomendasi Moda At-Grade: Bis Listrik
Perencanaan Rute Bus Listrik
Mengwi Bus Terminal
Jineng
Koridor 2 (PP)
Rute 7 Benoa Port – Bandara DPS
Rute 8 Benoa Port – Kuta Central Park Bandara DPS Benoa Port
Proyeksi jumlah bus berdasarkan demand growth (1)
Jumlah Bus
140 Km Bus/Hari
120 115 25.000 23.476
102 106 21.532
20.684
100 88 90 20.000 18.212
17.848
80 76 15.148
Jumlah
62 15.000
12.430
Jumlah
60
10.000
40
20 5.000
0 0
0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30
Tahun Ke - Tahun Ke -
Proyeksi jumlah bus berdasarkan demand growth (2)
Jumlah Bus
140 Rata-rata penumpang yang tidak terakomodasi pada tiap
rute
120 115
106 20%
102 17%
100 88 90
Persentase penumpang
76 15%
80 12%
Jumlah
62
60 10%
40
5% 4%
20
0% 0% 0% 0%
0 0%
0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30
Tahun Ke - Tahun ke-
2. Alternatif: LRT/AGT Underground
Rute Underground
Trase kajian
Trase underground
Keterangan:
• Rute underground diplot berada di bawah jalan eksisting
untuk mengurangi konflik dengan fondasi bangunan atau
utilitas di bawah jalan.
• Hal ini juga bertujuan agar stasiun dari angkutan umum
dapat langsung terhubung dengan jalan eksisting
sehingga memudahkan transfer.
• Rute underground tidak mengikuti jalan dimana terdapat
tikungan tajam.
• Rute underground tetap melewati stasiun-stasiun utama
yang telah ditetapkan oleh kementerian perhubungan.
Perencanaan Rute LRT Underground
Mengwi Bus Terminal
Canggu
Koridor I (PP)
Rute 1 Bandara DPS – Canggu
Rute 2 Bandara DPS – Mengwi Bus Terminal
Koridor 2 (PP)
Rute 3 Benoa Port – Bandara DPS Kuta Central Park
Koridor 2 (PP)
Rute 3 Benoa Port – Bandara DPS : 4 trainset / 18 rit
20 15000
km
16 11800
15 11 11 8976
10000 8040
10
5 5000
0 0
0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30
Tahun Ke - Tahun Ke -
§ Moda transportasi umum yang paling diminati masyarakat berdasarkan urutannya adalah:
1. LRT/AGT
2. ART
3. Trolley Bus
4. Hybrid Bus
§ Trase transportasi umum secara umum dapat dibagi menjadi 2 koridor, yaitu:
1. Bandara I Gusti Ngurah Rai – Mengwi
2. Bandara I Gusti Ngurah Rai – Benoa
§ Trase diatas dimaksudkan untuk memudahkan penumpang dari Bandara untuk bepergian ke berbagai
lokasi tanpa harus melakukan banyak transfer
§ Dapat dilihat bahwa trase transportasi umum yang menjadi objek kajian berdekatan/beririsan dengan
berbagai trase transportasi umum lainnya. Oleh karena itu, perlu disusun strategi agar transportasi
umum tersebut tidak saling berkompetisi dan terintegrasi satu sama lain (antara rute transportasi
umum objek studi, LRT nindya karya BTS Bali dan Rute KAI di sekitar Kuta dan Kuta Selatan)
Ringkasan Hasil Analisis Trase dan Pola Operasi - 2
§ Transportasi umum yang direncanakan juga dimaksudkan untuk menghubungkan lokasi wisata, bisnis,
permukiman dan industri. Untuk menghubungkan lokasi-lokasi tersebut, ditetapkanlah perkiraan lokasi
halte/stasiun kecil, baik untuk LRT/AGT maupun Bus. Tentunya lokasi ini memerlukan eksplorasi lebih lanjut
§ Untuk armada bus, dapat dilihat bahwa mulai ada penumpang yang tidak dapat dilayani sejak tahun
ke 20. Hal ini karena kapasitas dari bus sudah tidak bisa ditambah lagi. Perlu dicatat bahwa perhitungan ini
baru didasarkan pada persentase responden yang memilih hybrid bus pada survei stated preference.
Apabila responden yang memilih trolley bus dan moda lain juga diperhitungkan, maka akan semakin
cepat dan semakin banyak jumlah penumpang yang tidak dapat dilayani oleh moda bus
§ Untuk armada LRT, seluruh permintaan penumpang dapat dilayani hingga tahun 2030. Hal ini dikarenakan
kapasitas angkut LRT yang cukup besar. LRT/AGT pun merupakan moda yang paling dipilih oleh responden
stated preference. Kinerja moda LRT/AGT dari segi waktu tempuh juga lebih kompetitif dari bus, sehingga
dapat lebih diminati oleh masyarakat
§ Namun isu yang mungkin muncul dari pembangunan LRT/AGT adalah biaya dan model bisnis
Analisis Finansial
Moda Bis dan LRT/AGT
Bus Listrik
Proyeksi CAPEX – Bus Listrik
Proyeksi Harga Per Tahun ke- (Juta Rp)
No Uraian Kegiatan Klasifikasi
Unit Saat Ini* 0 5 10 15 20 25 30
1 Bus Listrik Sarana USD 570.000 500.414 134.205 136.623 865.413 417.560 305.188 249.196
2 Baterai Sarana USD 200.000 28.320 215.266 311.596 170.805 450.807 615.729 325.902
3 Infrastruktur Pengisian Prasarana USD 200.000 6.230 - 2.197 10.438 3.099 3.681 -
4 Pekerjaan bangunan terminal Prasarana IDR 5.000.000.000 25.000 - - 41.884 - - -
5 Pekerjaan bangunan halte Prasarana IDR 1.500.000.000 36.000 - - 60.313 - - -
Total 559.965 349.471 450.415 1.088.540 871.465 924.598 575.099
Jumlah Bus Harian
140
120 115
102 106
100 88 90
76
80
Jumlah
62
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30
Tahun Ke -
Sumber: Bloomberg New Energy Finance, Kajian (2020)
Proyeksi CAPEX – Bus Listrik
Proyeksi Harga Per Tahun ke- (Juta Rp)
No Uraian Kegiatan Klasifikasi
Unit Saat Ini 0 5 10 15 20 25 30
1 62 Unit Electric Bus Sarana USD 570.000 500.414 - - 838.369 - - -
2 14 Unit Electric Bus Sarana USD 570.000 - 134.205 - - 224.840 - -
3 12 Unit Electric Bus Sarana USD 570.000 - - 136.623 - - 228.891 -
4 2 Unit Electric Bus Sarana USD 570.000 - - - 27.044 - - 45.308
5 12 Unit Electric Bus Sarana USD 570.000 - - - - 192.720 - -
6 4 Unit Electric Bus Sarana USD 570.000 - - - - - 76.297 -
7 9 unit Electric Bus Sarana USD 570.000 - - - - - - 203.888
8 Baterai 62 unit Sarana USD 200.000 28.320 208.539 247.679 47.446 349.375 414.948 -
9 Baterai 14 unit Sarana USD 200.000 - 6.727 55.927 66.424 11.270 93.698 111.284
10 Baterai 12 unit Sarana USD 200.000 - - 7.990 56.935 67.621 13.385 95.386
11 Baterai 2 unit Sarana USD 200.000 - - - - 11.270 13.385 -
12 Baterai 12 unit Sarana USD 200.000 - - - - 11.270 80.313 95.386
13 Baterai 4 unit Sarana USD 200.000 - - - - - - 7.949
14 Baterai 2 unit Sarana USD 200.000 - - - - - - 15.898
15 Infrastruktur Pengisian (4) Prasarana USD 110.000 6.230 - - 10.438 - - -
16 Infrastruktur Pengisian (1) Prasarana USD 110.000 - - 2.197 - - 3.681 -
17 Infrastruktur Pengisian (1) Prasarana USD 110.000 - - - - 3.099 - -
18 Pekerjaan bangunan terminal Prasarana IDR 5.000.000.000 25.000 - - 41.884 - - -
19 Pekerjaan bangunan halte Prasarana IDR 1.500.000.000 36.000 60.313
Total 595.965 349.471 450.415 1.088.540 871.465 924.598 575.099
18.000.000
Asumsi:
16.000.000 • Harga Tiket: Rp. 10.000
14.000.000 • Growth: 6% Per Tahun
12.000.000
Jumlah Penumpang
10.000.000
8.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahun ke-
Proyeksi Total Pendapatan Per Tahun – Bus Listrik
Asumsi Harga Tiket: Rp. 10.000
500.000
450.000
400.000
350.000
Juta Rp 300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahun Ke-
400.000
350.000
300.000
250.000
Juta Rp
200.000
150.000
100.000
50.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahun Ke-
Biaya Li strik Biaya Operasional Lainnya Biaya Depresiasi Total Bi aya Operasi
Asumsi Keuangan Lainnya – Bus Listrik
Cost Of Debt Referensi Keterangan Keterangan
Suku Bunga 11,25% Pinjaman WIKA untuk Proyek Kereta Cepat (Oktober 2020) Depresiasi 65,00%
Pajak 25% Pajak Korporasi Sarana 15 tahun
Cost Of Debt After Tax 8,44% Prasarana 15 tahun
Baterai 5 tahun
Cost of Equity Referensi
Kurs USD Terhadap RP 14.160
Suku bunga bebas risiko 6,70% Obligasi Pemerintah tenor 15 Tahun, 18 Des 2020
Unlevered Beta 1,09 Damodaran,Januari 2020
Levered Beta 2,61
Equity Risk Premium 8,03% Damodaran, Juli 2020
CAPM 27,64%
Simulasi Monte Carlo menunjukkan 100% proyek ini tidak layak untuk dilakukan (NPV <0)
Proyeksi Subsidi – Bus Listrik
Sumber Tipe Panjang KM Total Investasi Investasi Per Km (Rp) Investasi per KM (USD)
Proyek LRT Bandara Nindya Karya (2020) Underground 4,75 5.000.000.000.000 1.052.631.578.947 74.338.388
Mass Rapid Transit Guide 2003 Underground 850 miliar - 2,5 triliun 60 - 180 juta USD
Kajian Kriteria Penyelenggaraan LRT Perkotaan (2020) 700 miliar - 2,1 triliun 50 - 150 juta USD
LRT Palembang 23,4 484.000.000.000 523.920.000.000 37.000.000
Proyeksi CAPEX – LRT
Sumber Tipe Panjang KM Total Investasi Investasi Per Km (Rp) Investasi per KM (USD)
Proyek LRT Bandara Nindya Karya (2020) Underground 4,75 5.000.000.000.000 1.052.631.578.947 74.338.388
Mass Rapid Transit Guide 2003 Underground 850 miliar - 2,5 triliun 60 - 180 juta USD
Kajian Kriteria Penyelenggaraan LRT Perkotaan (2020) 439 miliar - 1,32 triliun 31 - 93 juta USD
LRT Palembang 23,4 484.000.000.000 523.920.000.000 37.000.000
Keterangan Nilai
Panjang Rute (km) 34,29
Investasi CAPEX Per Km (Rp) 1.052.631.578.947
Total Proyeksi Investasi CAPEX 36.094.736.842.093
Proyeksi Penumpang Per Tahun – LRT
80.000.000
Asumsi:
70.000.000 • Harga Tiket: Rp. 10.000
60.000.000 • Growth: 6% Per Tahun
Jumlah Penumpang
50.000.000
40.000.000
30.000.000
20.000.000
10.000.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahun ke-
Proyeksi Total Pendapatan Per Tahun – LRT
Asumsi Harga Tiket: Rp. 10.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
Juta Rp
1.000.000
500.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahun Ke-
5.000.000
4.000.000
Juta Rp
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahun Ke-
Biaya Operasional Biaya Li strik Biaya Perawatan Biaya Depresiasi Total Bi aya Operasi
Asumsi Keuangan Lainnya – LRT
Cost Of Debt Referensi
Suku Bunga 11,25% Pinjaman WIKA untuk Proyek Kereta Cepat (Oktober 2020)
Pajak 25% Pajak Korporasi
Cost Of Debt After Tax 8,44%
Simulasi Monte Carlo menunjukkan 100% proyek ini tidak layak untuk dilakukan (NPV <0)
Proyeksi Subsidi – LRT
Rekomendasi
1. Agar proyek dapat dilaksanakan diperlukan tambahan subsidi dan jenis
subsidi lainnya dari pemerintah.
Perbandingan Data Keuangan Bus Listrik dan LRT
Bus Listrik LRT
Proyeksi Harga Per Tahun ke- (Juta Rp)
No Uraian Kegiatan Klasifikasi
Unit Saat Ini* 0 5 10 15 20 25 30 Keterangan Nilai
1
2
Bus Listrik
Baterai
Sarana USD
Sarana USD
570.000 500.414
200.000 28.320
134.205
215.266
136.623
311.596
865.413 417.560
170.805 450.807
305.188
615.729
249.196
325.902
Panjang Rute (km) 34,29
3 Infrastruktur Pengisian Prasarana USD 200.000 6.230 - 2.197 10.438 3.099 3.681 - Investasi CAPEX Per Km (Rp) 1.052.631.578.947
4 Pekerjaan bangunan terminal Prasarana IDR 5.000.000.000 25.000 - - 41.884 - - -
5 Pekerjaan bangunan halte Prasarana IDR 1.500.000.000 36.000 - - 60.313 - - - Total Proyeksi Investasi CAPEX 36.094.736.842.093
Total 559.965 349.471 450.415 1.088.540 871.465 924.598 575.099
20.000.000
Jumlah Penumpang
15.000.000
10.000.000
5.000.000
-
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tahun ke-
Indikator Keuangan Base Subsidi Indikator Keuangan Base Subsidi
Harga Tiket 10.000 10.000 Harga Tiket 10.000 10.000
Subsidi Per Tiket - 28.374 Subsidi Per Tiket - 305.385
Net Present Value (NPV) - 890.277.870.623 0 Net Present Value (NPV) - 40.989.283.908.139 0
Profitability Index (PI) - 0,49 1 Profitability Index (PI) - 0,14 1
Internal Rate of Return (IRR) -4,00% 15,16% Internal Rate of Return (IRR) -100,00% 15,16%
Payback Period (Tahun) Tidak ada 11,03 Payback Period (Tahun) Tidak ada 9,6
Kelayakan Ekonomi Tidak Layak Impas Kelayakan Ekonomi Tidak Layak Impas
Analisis Dampak Ekonomi
Moda Bis dan LRT/AGT
Pola Pikir Analisis Dampak Ekonomi
Identifikasi Masalah
MULAI
Menganalisis Dampak Ekonomi dari
Adanya Moda Transportasi Umum Baru
Studi Literatur
• Macro-Environment (PESTEL)
• Porter 5 Forces
• Indikator Ekonomi Analisis Data
• Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hiererachy
Analisis Internal Studi Kasus Luar Negeri Analisis Eksternal
Pengumpulan Data Process (AHP)
1. Dokumen Program Kerja dan
RPJMD/RPJPD
2. Statistik Daerah Analisis SWOT Analisis Indikator Ekonomi
3. Laporan Kinerja Pemerintah Daerah
4. Berita dan artikel terkait
5. Data dan Analisis tim ahli lain
Output
Hasil Kajian Dampak
Ekonomi
SELESAI
Analisis Eksternal (Kondisi Eksternal)
terhadap lingkungan
Analisis Eksternal (Kondisi Transportasi di Bali)
Mallorca (Spanyol)
JEJU (Korea Selatan)
§ Menerima 19.5 juta turis asing maupun local pada
§ Kunjungan turis selalu meningkat tiap tahun tahun 2019
§ Terdapat transportasi umum berbentuk bus § Transportasi dikelola oleh satu lembaga induk.
dengan beberapa koridor Sehingga keuangan, operasional, bisnis, hubungan
§ Adanya kekhawatiran dari penduduk Jeju, pemerintah dapat dilakukan satu pintu
karena semakin ramainya pendatang, salah § Seluruh transportasi umum di Mallorca terintegrasi
satunya masalah transportasi melalui satu stasiun besar dan menjangkau seluruh
Pulau dengan pilihan Moda Kereta, Bus, Metro, dan
Kereta Wisata
Poin Pembelajaran
§ Pendapat penduduk perlu diakomodasi mengenai kehadiran transportasi umum baru, untuk meminimalisasi
penolakan
§ Transportasi sebaiknya dikelola melalui satu lembaga induk, agar pengelolaannya lebih baik
§ Sebaiknya dibangun suatu stasiun besar yang menghubungkan seluruh moda transportasi yang ada. Hal ini
berguna juga agar menarik minat masyarakat agar berpindah ke transportasi umum
Analisis Indikator Ekonomi dengan
Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dampak ekonomi yang akan paling berpengaruh untuk
Provinsi Bali dengan kehadiran transportasi Bali Selatan
3 Tipe Dampak Ekonomi (Stynes, 1997)
Dampak Tidak
Dampak Langsung Dampak Induced
Langsung
§ Dampak Langsung adalah dampak ekonomi yang berhubungan
langsung dengan segala perubahan aktivitas ekonomi akibat adanya
Produk Domestik Produk Domestik Produk Domestik
Regional Bruto Regional Bruto Regional Bruto Angkutan Massal (AGT/LRT atau Bus Listrik) Untuk Kawasan Perkotaan
(PDRB) (PDRB) (PDRB)
Bali Bagian Selatan
Lapangan Lapangan Lapangan § Dampak Tidak Langsung adalah dampak ekonomi yang berhubungan
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
dengan segala perubahan aktivitas ekonomi pada industri lain yang
terkait dengan kehadiran Angkutan Massal (AGT/LRT atau Bus Listrik)
Pendapatan Pendapatan Pendapatan
Masyarakat Masyarakat Masyarakat Untuk Kawasan Perkotaan Bali Bagian Selatan. Sebagai contoh yaitu
berkembangnya industri pemasok kebutuhan barang dan jasa angkutan
Nilai tambah Nilai tambah Nilai tambah
(Value Added) (Value Added) (Value Added) § Dampak Induced adalah dampak ekonomi yang berhubungan dengan
pengeluaran rumah tangga secara langsung atau tidak langsung, sebagai
akibat dari pendapatan yang diperoleh atas hadirnya Angkutan Massal
Pendapatan Pajak Pendapatan Pajak Pendapatan Pajak
(AGT/LRT atau Bus Listrik) Untuk Kawasan Perkotaan Bali Bagian Selatan
Kesimpulan (sementara)