Anda di halaman 1dari 7

EBM BLOK KEDOKTERAN KELUARGA

CRITICAL APPRAISAL

“ Comparison of Direct Immunofluorescence and Giemsa


Staining in Chlamydia Trachomatis Follicular Conjunctivitis ”

Disusun Oleh:

HASNA SALSABILA (1102017103)

KELOMPOK A-8

Dosen Pembimbing:

dr. Miranti Pusparini, M.Pd (Ked)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

TAHUN AJARAN 2019/2020


EBM

Nama : Hasna Salsabila

NPM : 1102017103

TUGAS EVIDENCE BASED MEDICINE

Skenario

Seorang pria berusia 18 tahun mengalami hiperemia konjungtiva, peningkatan


robekan, gatal, dan sekresi mukopurulen, terutama pada mata kiri, dengan ketajaman visual
tanpa kompromi. Ditemukan juga pasien memiliki infeksi alat kelamin C. trachomatis.
Riwayat kesehatannya biasa-biasa saja. Pasien menyangkal IMS sebelumnya dan tidak ada
gejala uretra di masa lalu atau saat ini. Pasien pernah berhubungan seksual tanpa kondom
dengan 6 pasangan seksual wanita dalam 6 bulan sebelumnya. Evaluasi oftalmologi tindak
lanjut dilakukan, ditemukan konjungtivitis folikuler dan keratitis pungtata dangkal bawah
(mata kiri> mata kanan) tanpa sekresi mukopurulen. Dokter melakukan pemeriksaan
penunjang berupa immunofluorensi direk karena dianggap lebih baik dibandingkan
pewarnaan giemsa. Pasien didiagnosis konjungtivitis catarrhal.

Pertanyaan (foreground question)


Apakah pemeriksaan penunjang pewarnaan immunofluoresensi direk lebih baik dalam
mendiagnosis pasien dengan konjungtivitis folikular chlamidia trachomatis dibandingkan
dengan pewarnaan giemsa?

PICO
• Population : laki-laki berusia 18 tahun dengan diagnosis konjungtivitis chlamidia
folikular trachomatis
• Intervention : Melakukan pemeriksaan penunjang dengan Direk Immunofluorensi
• Comparison : Melakukan pemeriksaan penunjang dengan Pewarnaan Giemsa
• Outcomes : Tingkat keefektivitan dalam mendiagnosis Konjungtivitis Folikular
Chlamidia Trachomatis lebih baik menggunakan direk Immunoflourensi dibandingkan
menggunakan pewarnaan giemsa

Type of question:
DIAGNOSTIC

Kata kunci : Chlamydia trachomatis. AND Follicular Conjunctivitis AND Direct


Immunofluoresence AND Giemsa staining
Alamat website : https://sites.kowsarpub.com/zjrms/articles/2181.html
Limitasi : 2015 - 2020
Hasil Pencarian : 6.350

Dipilih artikel berjudul:


Comparison of Direct Immunofluorescence and Giemsa Staining in Chlamydia trachomatis
Follicular Conjunctivitis

I. VALIDITY : Apakah hasil penelitian valid?


o Adakah kesesuaian antara sample pasien penelitian dengan spektrum penderita pada
setting praktik klinik saat uji diagnostik tersebut akan diaplikasikan?
Iya, Pasien penelitian merupakan pasien yang terdiagnosa follicular conjunctivitis dan
secara klinis di curigai terinfeksi Chlamydia trachomatis.

o Apakah standar referensi diterapkan terlepas dari hasil uji indeks?


Iya, Semua subjek diambil sampelnya untuk diuji diagnosis menggunakan uji diagnosis
Direk Immunofluoresens dan Pewarnaan Giemsa.
Untuk sampel yang kurang adekuat dikecualikan dan dilakukan pengambilan sampel
ulang.

o Apakah terdapat perbandingan yang independen dan blind terhadap suatu standar rujukan
(gold standar)?
Iya, DIF digunakan sebagai diagnosis standar.

Kurang jelas, mungkin pasien yang dijadikan sampel untuk studi ini mengetahui tentang
hasil dari tes/diagnosis yang dilakukan karena pengambilan sampel pasien dilakukan atas
permintaan dokter yang memeriksa pasien.

II. IMPORTANCE : Apakah hasilnya?


o Menentukan sensitivity, specificity, Positive Predictive value, Negative Predictive value
Sensitivitas menggunakan pewarnaan giemsa sebagai pemeriksaan diagnosis konjungtivitis
folikular Chlamydia trachomatis sebesar 38,53%. Pemeriksaan spesifisitas sebesar 97,16%. Diagnosis
menggunakan DIF dijadikan sebagai teknik standar untuk dibandingkan dengan pemeriksaan
diagnosis menggunakan pewarnaan giemsa.

Index Test Reference Standard


DIF DIF
(+) (-)
Giemsa Staining 42 5 47
(+)
Giemsa Staining 67 171 238
(-)
109 176 285

Sensitivity
True Positive
Sensitivity=
True Positive + False Negative
42
Sensitivity= =0,3853
42+67
Nilai sensitivitas pemeriksaan pewarnaan giemsa sebesar 38,53%. Dimana 67 pasien
(61,46%) diantaranya terkena konjungtivitis folikular Chlamydia trachomatis memiliki hasil tes false
negative. Artinya pemeriksaan pewarnaan Giemsa kurang baik untuk mendeteksi pasien yang sakit
konjungtivitis folikular Chlamydia trachomatis.

Specificity
True Negative
Specificity=
True Negative+ False Positive
171
Specificity= =0,9715
171+5
Nilai spesifisitas pemeriksaan pewarnaan giemsa sebesar 97,15%. Dimana 5 pasien (2,84%)
diantaranya yang tidak terkena konjungtivitis folikular Chlamydia trachomatis memiliki hasil tes false
positive. Artinya pemeriksaan pewarnaan giemsa kurang baik untuk mendeteksi pasien yang tidak
sakit konjungtivitis folikular Chlamydia trachomatis.

Likelihood Ratio (+)


Likelilhood Ratio ¿
Likelilhood Ratio ¿

Likelihood Ratio (-)


Likelilhood Ratio ¿
Likelilhood Ratio ¿
Positive Predictive value
True Positif
Positive Predictive Value=
True Positive + False Positive
42
Positive Predictive Value= =0,89
42+5
Dari 47 orang yang memiliki hasil tes positif terhadap pewarnaan giemsa, 89,36% benar-
benar mengalami konjungtivitis folikular chlamydia trachomatis.

Negative Predictive value


True Negatif
Negative Predictive Value=
True Negative+ False Negatif

171
Negative Predictive Value= =0,71
171+67

Dari 238 orang yang memiliki hasil tes negative terhadap pewarnaan giemsa, 60% benar-
benar tidak mengalami konjunctivitis folikular chlamydia trachomatis.

III. APPLICABILITY : Apakah metode untuk melakukan pengujian dijelaskan dengan


cukup rinci untuk memungkinkan replikasi?
Pada praktik klinis, pewarnaan giemsa memiliki sensitivitas yang rendah dan
spesifisitas yang tinggi. Pewarnaan giemsa tidak bisa dijadikan sebagai pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosis. Metode DIF lebih baik dijadikan uji diagnostik dan
ini dapat diterapkan pada pasien di skenario.

Anda mungkin juga menyukai