Pelarut Campur
Pelarut Campur
LARUTAN
2. FERSTY ANDINI
Kosolven merupakan suatu pelarut dalam bentuk campuran yang dapat menaikkan
kelarutan suatu zat. Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh pelarut
campur terhadap sampel senyawa asam salisilat dan asam benzoate dengan metode
kosolvensi. Kosolven yang digunakan pada percobaan ini adalah etanol, air, gliserin
dan propilenglikol.Penentuan kelarutan dilakukan dengan mentitrasi filtrate sampel
dengan NaOH. Kelarutan sampel tertinggi ketika menggunakan kosolven air dan
etanol sedangkan kelarutan sampel terendah ketika menggunakan kosolven air dan
propilenglikol.
ABSTRACT
Co- solvent is a mixed solvent which can increase the solubility of a compound.
Experiment has been conducted to determine the effect of mixed compound for
sample salicylate acid and benzoate acid with co solvency method. The Cosolvent
that used in this experiment was ethanol, aquadest, glycerin, and propylene glycol.
Titration with NaOH was performed to determine the solubility. The highest
solubility was reached by the co solvent that contained aquadest and ethanol , and the
lowest solubility was reached by the co solvent that contained aquadest and propylene
glycol
II.PRINSIP
1. Azas Le Chatelier
2. Kelarutan
Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu larutan (Suyatno, 2006)
3. Titrasi Asam-Basa
Suatu senyawa akan larut pada senyawa yang mempunyai struktur kimia yang
sama polar dengan polar dan non-polar dengan non-polar (Arsyad,2001)
5. Reaksi Netralisasi
Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral (ph=7) hasil
reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa (Sumardjo, 2006)
6. Pengenceran
Prosedur untuk menyiapkan larutan yang kurag pekat dari larutan yang kebih
pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses pengenceran, perlu
diingat bahwa penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu
larutan stok akan mengubah (mengurangi)konsentrasi larutan tanpa mengubah
jumalh mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan(Chang,2005).
7. Stoikiometri
III.REAKSI
IV.TEORI DASAR
Dalam istilah kimia fisik , larutan dapat dipersiapkan dari campuran yang
mana saja dari tiga macam keadaan yaitu padat, cair dan gas. Bagaimanapun
dalam farmasi perhatian terhadap larutan sebagian besar terbatas pada pembuatan
larutan dari suatu zat padat, zat cair, dalam suatu pelarut cair dan tidak
didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-bahannya ,
cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan ke dalm golongan produk
lainnya (Ansel,1989).
Sifat larutan. Sifat fisik zat dapat dikelompokkan dalam sifat koligatif, aditif,
dan konstitutif. Dalam bidang termodinamika, sifat termodinamika dari system
digolongkan dalam sifat ekstensif, bergantung pada jumlah zat dalam system
(misalnya massa dan volume) dan sifat intensif yang tidak bergantung pada
jumlah zat dalam system (misalnya temperature, tekanan kerapatan, tegangan
permukaan dan viskositan dari cairan murni). Larutan dapat digolongkan sesuai
dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan pelarut dank arena ada tiga wujud (gas,
cair dan padat), ada Sembilan kemungkinan sifat campuran homogeny antara zat
terlarut dan pelarut (Martin,1990).
Kelarutan mengacu pada jumlah bahan yang mampu dilarutkan dalam pelarut
tertentu. Misalnya garam dapur (NaCl) yang ditempatkan dalam air pada akhirnya
akan larut. Namun jika garam dapur terus ditambahkan, alrutan akan mencapai
titik dimana tidak ada lagi garam dapur yang bisa dilarutkan. Dengan kata lain,
larutan jenuh dan garam dapur telahefektif mencapai batas kelarutannya (Sontani,
2014).
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam
dengan basa. Dalam titrasi berlaku hubungan jumlah ekuivalen asam (H3O+)
sama dengan jumlah ekivalen basa (OH-). Larutan baku yang digunakan pada
titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi
lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa
yang lebih lemah (Dwi,2014).
5.1 Alat
5.1.1 Buret
5.2. Bahan
5.2.1. Air
5.2.6. Fenolftalen
5.2.7. Gliserin
5.2.8. NaOH
5.2.9. Propilenglikol
5.3. Gambar Alat
Pertama- tama pellet NaOH 2 gr ditimbang pada neraca analit diatas kaca
arloji, kemudian NaOh dilarutkan dalam 500 ml aquades pada beaker glass, aduk
hingga NaOH larut , larutan NaOH ditutup dengan plastic wrap. Sebagai baku primer
digunakan asam oksalat . 6,3 gram asam oksalat ditimbang kemudian dilarutkan
dalam 50 ml aquades. Pembakuan NaOH dilakukan sebanyak tiga kali (triplo), pada
buret diisi larutan NaOH , pada erlenmeyer diisi larutan asam oksalat 2 N sebanyak 1
ml, kemudian teteskan 3 tetes fenolftalen pada Erlenmeyer , volume NaOH yang
keluar dicatat ketika tercapai titik akhir titrasi, kemudian tentukan konsentrasinya.
Dibuat 4 jenis pelarut campur. Yang pertama terdiri dari 20 ml air, yang kedua
terdiri dari 15 ml air dan 5 ml etanol, yang ketiga terdiri dari 18 ml air dan 2 ml
gliserin, yang keempat dibuat dari 18 ml air dan 2 ml propilenglikol. Kemudia asam
benzoate dan asam salisilat distimbang masing-masing 100 mg yang kemudiaan
dilarutkan dalam masing-masing pelarut campuran.
1 ml 13 ml
1 ml 14,8 ml
1 ml 15,5 ml
Asam 1 - 20 - -
Benzoat 2 5 15 - -
Asam 3 - 18 2 -
Salisilat 4 - 18 - 2
1 2 1 2 1 2 Rata-
rata
1 2 1 2 1 2 Rata-
rata
7.4. Perhitungan
Pembakuan NaOH 2
Pembakuan NaOH 3
0,129
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini diujikan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan asam
benzoate dan asam salisilat, pelarut campur yang digunakan terdiri dari air, etanol,
gliserin dan propilenglikol. Pertaman-tama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
pembuatan NaOH , pellet NaOH ditimbang sebanyak 2 gr diatas kaca arloji ,
digunakan kaca arloji karena sifat dari NaOH yang higroskopis dimana NaOH dengan
mudah menyerap molekul air dari udara sehingga akan mudah mencair, kemudian
NaOH dilarutkan dengan menggunakan air bebas CO2 sebanyak 500 ml, digunakan
air bebas CO2 karena dalam air NaOH akan bereaksi dengan CO2 membentuk
Na2CO3 dan akan terjadi endapan ,endapan ini dapat menyebabkan turunnya kadar
NaOH. Aduk NaOH hingga larut sempurna dalam air,kemudian larutan NaOH
dibakukan dengan baku primer larutan asam oksalat (H2C2O4). Larutan Asam
oksalat dibuat dengan cara melarutkan 6,3 gr kalium biftalat dalam 50 ml aquades,
terbentuklah asam oksalat 2 N . Setelah dilarutkan,lakukan pembakuan NaOH dengan
cara masukkan larutan NaOH sebagai analit pada buret sedangkan pada Erlenmeyer
masukkan 1 ml asam oksalat sebagai titran dan tambahkan 2 tetes indikator
fenolftalen , menggunakan fenolftalen (rentang pH 8,00 – 10,00) karena titran yang
digunakan bersifat asam, pada ph asam (< 8,00) fenolftalen tidak memberikan warna
sedangkan pada ph basa (>10,00) fenolftalen akan memberikan warna merah rosa
sehingga akan memudahkan pengamatan. Titrasi dilakukan sebanyak 3 (triplo) kali
untuk menambah keakuratan. Setelah titrasi tentukan konsentrasi NaOH berdasarkan
volume NaOH yang keluar , pada pembakuan ini diperoleh konsentrasi NaOH
sebesar 0,139 N . Larutan NaOH dalam percobaan ini digunakan sebagai penentu
kelarutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Setelah dibakukan dibuat 4 pelarut campur , dimana pada pelarut 1 diisi oleh
air sebanyak 20 ml, pada pelarut 2 diisi oleh 5 ml etanol dan 15 ml air, pada pelarut 3
diisi oleh 18 ml air dan 2 ml gliserin , sedangkan pelarut 4 diisi oleh 18 ml air dan 2
ml propilenglikol.Setelah masing- masing pelarut campur dibuat, kemudian
ditimbang sampel yang akan dilarutkan yaitu asam salisilat sebanyak 0,1 gram untuk
1 pelarut , kemudian dilarutkan pada tiap pelarut . Asam salisilat menurut farmakope
IV sukar larut dalam air dan mudah larut dalam etanol, maka pada pelarutan ini akan
terjadi pengendapan, endapan ini kemudian disaring menggunakan kertas saring,
kertas saring dilipat dan dibentuk menjadi kerucut dan diletakkan di corong, pelipatan
kertas saring dilakukan selain untuk menyesuaikan bentuk corong tetapi juga dapat
mencegah endapan terbawa ke dalam filtrat , setelah filtrat terpisah dari endapan,
ambil 10 ml filtrat menggunakan pipet ukur agar volume yang diambil lebih akurat
dan tuangkan dalam Erlenmeyer kemudian tambahkan 2 tetes indikator fenolftalen,
lakukan kembali titrasi dengan NaOH yang telah dibakukan , titrasi dilakukan
masing-masing 2 kali(duplo) pada 1 pelarut agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
Setelah titrasi tentukan kelarutan asam salisilat pada tiap pelarut , kelarutan diperoleh
dengan cara mengalikan volume NaOH yang keluar dengan konsentrasi NaOH dan
Berat ekivalen dari asam salisilat kemudian dibagi volume asam salisilat.
IX. SIMPULAN
2. Pelarut campur dapat dibuat dari etanol, air, gliserin dan propilenglikol
3. Kelarutan asam benzoate dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut
dapat ditentukan
X. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Anti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : Gramedia.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
http://www.chem-is-try.com/mater_kimia/kimia-smk/kelas_x/azas-le-
chatelier/ [ Diakses pada tanggal : 14 Maret 2015]
Sontani, Tatang. 2014. Pengaruh Ion Sejenis pada Kelarutan. Tersedia online di
http://www.sridianti.com/pengaruh-ion-sejeni-pada-kelarutan.html
[Diakses pada tanggal : 14 Maret 2015].
Vogel. 1990. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi V. Jakarta
: PT Kalman